(renewable energy) relatif besar karena sumber daya alam Indonesia yang
melimpah. Salah satu potensi yang relatif besar adalah pengembangan bioetanol.
Bioetanol (C2H5OH) adalah etanol yang yang dibuat dari proses fermentasi
bahan baku nabati, dimana bioetanol memiliki sifat menyerupai minyak premium.
bioetanol lebih sempurna dan gas buang yang dihasilkan dapat mengurangi emisi
karbon monoksida dan asap lainnya dari kendaraan. Berdasarkan data Badan
Produksi bioetanol dapat dibuat dari bahan baku yang mengandung glukosa,
pati dan selulosa seperti pada tongkol jagung. Tongkol jagung termasuk biomassa
jagung sebesar 30.055.623 ton. Jagung merupakan salah satu produk pertanian
dengan jumlah produksi pada tahun 2018 sebanyak 2.341.659 ton dengan luas
lahan panen 420.984 hektar (Angka Ramalan I, BPS 2018). Hal tersebut
menyebabkan melimpahnya limbah tongkol jagung yang selama ini lebih sering
dimanfaatkan sebagai pakan ternak saja. Dari berat jagung, 30% berat tersebut
adalah limbah berupa tongkol jagung (Koswara,1991). Oleh karena itu, produksi
jagung dan dapat digunakan sebagai pengganti bahan bakar minyak (BBM)
sehingga diperoleh produk yang memiliki nilai guna dan nilai ekonomi.
di Indonesia yaitu:
dalam negeri.
menentukan lokasi industri, kedekatan dengan sumber bahan baku sangat penting.
Kedekatan dengan sumber bahan baku akan mengurangi biaya produksi industri.
pembuatan bioetanol.
2,500,000
f(x) = 251425.8 x − 504920907.8
R² = 0.89
2,000,000
Produksi Jagung (Ton)
1,500,000
1,000,000
500,000
0
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Tahun
digunakan untuk memprediksi jumlah produksi jagung pada tahun 2024. Dari data
3.964.911 Ton.
lembaga dan gudang penyimpanan makanan untuk pertumbuhan biji. Dari berat
jumlah tongkol jagung di Sulawesi Selatan pada tahun 2024 sebesar 1.189.473
ton, dengan asumsi 50% yang dapat digunakan dari jumlah keseluruhan tongkol
jagung yang ada di Sulawesi Selatan, sehingga potensi tongkol jagung sebagai
Sesuai data tersebut , maka dapat digambarkan dalam grafik berikut ini :
4,000
3,500 f(x) = 882.16 x − 1775669.66
R² = 0.94
3,000
Impor Bioetanol (Ton)
2,500
2,000
1,500
1,000
500
0
2014 2014 2015 2015 2016 2016 2017 2017 2018
Tahun
-1.775.669,663 dengan x adalah tahun dan y adalah impor bioetanol (ton). Oleh
karena itu, pabrik bioetanol yang dirancang beroperasi pada tahun 2024, maka
y = 882,161x - 1.775.668,853
y = 882,161(2024) - 1.775.668,853
potensi ketersediaan bahan baku tongkol jagung di Provinsi Sulawesi Selatan, maka
ditetapkan kapasitas produksi pabrik pada tahun 2024 yaitu sebesar 10.000
industri pabrik tersebut, baik produksi maupun distribusinya. Oleh karena itu
pemilihan lokasi pabrik harus memiliki pertimbangan tentang biaya distribusi dan
biaya produksi yang minimum agar pabrik dapat terus beroperasi dengan
sebagai berikut:
1. Penyediaan bahan baku yang cukup memadai, karena bahan baku tongkol
baik untuk konsumsi dalam negeri maupun untuk ekspor. Dalam hal ini
4. Keadaan cuaca di lokasi pabrik sangat baik untuk penyediaan bahan baku
serta struktur tanah cukup baik dan areal tanah untuk perluasan pabrik di
Tongkol pada jagung adalah bagian dalam organ betina tempat bulir duduk
menempel. Istilah ini juga dipakai untuk menyebut seluruh bagian jagung betina
(buah jagung). Tongkol jagung muda, disebut juga babycorn, dapat dimakan dan
dijadikan sayuran. Tongkol yang tua ringan namun kuat, dan menjadi sumber
furfural, sejenis monosakarida dengan lima atom karbon. Tongkol jagung tersusun
lain secara biologi. Selulose merupakan sumber karbon yang dapat digunakan
produk yang mempunyai nilai ekonomi tinggi (Suprapto dan Rasyid, 2002).
Karakteristik kimia dan fisika dari tongkol jagung sangat cocok untuk
tongkol jagung adalah 6,7-13,9%, untuk hemiselulose 39,8% , dan selulose 32,3-
45,6%. Selulose hampir tidak pernah ditemui dalam keadaan murni, melainkan
selalu berikatan dengan bahan lain yaitu lignin dan hemiselulose (Fachry
dkk.,2013).
digunakan sebagai sumber energi, bahan pakan ternak dan sebagai sumber karbon
1.4.2 Bioetanol
Kardono (2010), etanol (C2H5OH) adalah alkohol yang paling sering digunakan
dalam kehidupan sehari-hari. Karena sifatnya yang tidak beracun, bahan ini
banyak dipakai sebagai pelarut dalam dunia farmasi, dan industri makanan serta
minuman. Kegunaan etanol yang lain adalah sebagai bahan aditif untuk
menaikkan nilai oktan bensin, bahan campuran bensin, dan untuk jangka panjang
diharapkan dapat menggantikan bensin sebagai bahan bakar. Selain itu, bioetanol
memiliki karakteristik yang lebih baik dibandingkan dengan bensin karena dapat
menghasilkan etanol dengan kadar 95% volume, untuk digunakan sebagai bahan
bakar (biofuel) perlu lebih dimurnikan lagi hingga mencapai 99% yang lazim
disebut Fuel Grade Ethanol (FGE). Proses pemurnian dengan prinsip dehidrasi
umumnya dilakukan dengan metode Molecular Sieve, untuk memisahkan air dari
2. Etanol > 99,5%, digunakan untuk bahan bakar. Etanol ini disebut dengan
anhidrat) atau etanol kering, yakni etanol yang bebas air atau hanya
Etanol secara komersial dapat diproduksi dengan dua cara yaitu dengan
1. Hidrasi etilen
Terdapat dua cara dalam pembuatan etanol dari hidrasi etilen yaitu
a. Indirect-Hydration Process
Serikat, pada tahun 1930 (Kirk dan Othmer, 2010). Pada proses ini terjadi
penyerepan etilen dalam asam sulfat yang menghasilkan etil sulfat kemudian
dihidrolisis sehingga menghasilkan etanol, terdapat tiga langkah dalam proses ini
yaitu :
monoetil sulfat dan dietil sulfat dengan persamaan reaksi sebagai berikut:
menjaga temperatur tetap rendah dan mengurangi laju terbentuknya korosi. Suhu
yang digunakan pada proses ini antara 65-85oC dan tekanan yang digunakan
Reaksi ini biasa dilakukan dengan dua stage, dengan kondisi stage
pertama pada suhu 70oC dan stage kedua pada suhu 100oC. Pada reaksi ini
digunakan air sehingga konsentrasi asam sulfat mecapai 40-55%. Penambahan air
dilakukan untuk menekan terjadinya reaksi samping, yaitu pembentukan dietil eter
(McKetta, 1983).
Proses ini merupakan salah satu proses yang mahal dalam pembuatan
asam sulfat dinaikkan menjadi 96-98% dengan memekatkan asam sulfat 90%
b. Direct-Hydration Process
Houston, Texas, pada tahun 1948 (McKetta, 1983). Pada proses ini terjadi dengan
mengontakkan reaktan berfase gas dengan katalis berfase padat atau cair, dengan
penyangga seperti tanah diatomic, bentonite, dan silica gel. Gas etilen dan air
dipanaskan sampai suhu reaksi yaitu 230-280oC pada tekanan 60-80 bar kemudian
dilewatkan pada reaktor fixed bed agar bereaksi membentuk etanol. Uap keluar
reaktor akan sedikit panas dibandingkan umpan hal itu dikarenakan reaksi bersifat
arus cair dan arus uap. Arus cair diteruskan ke unit pemurnian etanol sedangkan
arus uap dicuci dengan air untuk mengambil etanol yang masih tersisa. Gas yang
telah dicuci sebagian besar terdiri dari etilen yang tidak bereaksi yang selanjutnya
konversi pada proses ini rendah hanya berkisar 5% per pass sehingga etilen perlu
2. Fermentasi
dengan bantuan mikroorganisme. Bahan baku untuk proses fermentasi terdiri dari
tiga kategori yaitu gula, pati, dan selulosa. Pati yang berasal dari tepung tapioka
terlebih dahulu dihidrolisis menjadi gula dengan bantuan enzim lalu kemudian
a. Hidrolisis
Proses ini dilakukan dengan tujuan untuk mengubah selulosa menjadi gula
Pada proses ini terjadi reaksi untuk mengkonversi selulosa menjadi glukosa yaitu :
satunya yaitu hidrolisis asam. Beberapa asam yang umum digunakan untuk
hidrolisa asam antara lain adalah asam sulfat (H 2SO4), asam perklorat, dan HCl.
Asam sulfat merupakan asam yang paling banyak diteliti dan dimanfaatkan untuk
pekat dan hidrolisis asam encer (Taherzadeh & Karimi, 2007). Hidrolisa asam
tahun 1819 pertama menemukan bahwa selulosa bisa dikonversi menjadi gula
yang dapat difermentasi dengan menggunakan asam pekat (Sherrad and Kressman
1945 in (Taherzadeh & Karimi, 2007)). Hidrolisa asam pekat menghasilkan gula
yang tinggi (90% dari hasil teoritik) dibandingkan dengan hidrolisa asam encer,
dan dengan demikian akan menghasilkan ethanol yang lebih tinggi (Hamelinck,
b. Fermentasi
glukosa yaitu :
tanpa udara (anaerob). Etanol hasil fermentasi umumnya memiliki kadar air 8–
10% v/v, sehingga perlu didistilasi untuk menguapkan airnya sehingga diperoleh
etanol dengan kadar 95–96% v/v, yaitu kondisi di mana komponen etanol-air
c. Distilasi
cara yang mudah dioperasikan dan juga merupakan cara pemisahan yang paling
efisien. Maksud dari tahap distilasi ini adalah untuk memisahkan etanol dari air.
Proses distilasi yang banyak digunakan adalah multi pressure distilasi yang lebih
2006). Efisiensi distilasi ini biasanya sekitar 90–95%. Untuk standar bahan bakar
(fuel grade) diperlukan etanol anhydrous dengan kadar 99,5% v/v, sehingga etanol
96% harus didehidrasi untuk mendapatkan tingkat kemurnian yang tinggi tersebut.
d. Proses dehidrasi
terdapat pada produk hasil destilasi. Proses dehidrasi dapat dilakukan dengan tiga
cara yaitu distilasi azeotrop menggunakan solvent, molecular sieve dan
membrane. Saat ini, proses dehidrasi yang banyak digunakan untuk membuat
Supriyanto 2006).
1. Bahan bakar
3. Bahan pelarut
dibedakan menjadi:
a. Tongkol Jagung
Komposisi :
Selulosa : 41 %
Hemiselulosa : 36 %
Lignin : 16 %
Air : 5,5 %
Abu : 1,5 %
b. Selulosa
a. Asam Sulfat
b. Air
Sifat Fisika :
Rumus Molekul : H2O
c. Kapur Aktif
Warna : Putih
3. Produk Antara
a. Glukosa
a. Etanol