Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan industri di Indonesia semakin pesat, termasuk


perkembangan industri polimer. Dengan berkembangan industri polimer di
Indonesia, pemerintah memberikan tantangan kepada industri polimer dengan
memproduksi beraneka ragam jenis polimer yang dapat digunakan untuk
kebutuhan manusia. Kebutuhan polimer tidak akan pernah berhenti, karena
masyarakat sangat membutuhkan untuk menopang kebutuhan hidupnya
sehari-hari, mulai dari peralatan rumah tangga, peralatan pabrik, dll. Dengan
selalu meningkatnya kebutuhan polimer di Indonesia, membuat industri kimia
berlomba-lomba menciptakan produk yang dapat diterima di market place.
Pada tahun 2018, kebutuhan plastik nasional mencapai 4,6 juta ton.
Akan tetapi, kebutuhan tersebut masih belum diimbangi oleh produksi plastik
nasional, sehingga pemerintah masih melakukan impor terhadap bahan baku
pembuatan plastik. Polipropilen merupakan salah satu jenis polimer yang
tergolong ke dalam jenis termoplastik, yang mempunyai sifat–sifat dapat
melarut, melunak bila dipanaskan dan mengeras bila didinginkan, sangat kuat,
kaku, tahan panas, tahan terhadap bahan kimia dan mempunyai densitas yang
paling rendah diantara jenis termoplastik yang lain. Polipropilen dibuat
dengan bahan baku propilen yang merupakan hasil proses pengolahan
minyak bumi. Kelompok polipropilen selama ini dikenal ada tiga jenis yaitu
homopolimer polipropilen, random copolymer, dan kopolimer polipropilen.
Polipropilen memiliki banyak kegunaan dalam berbagai jenis industri,
dalam industri makanan, polipropilen digunakan untuk kemasan makanan,
kantong plastik, dan pembungkus. Dalam industri molding, polipropilen
digunakan sebagai bahan baku pembuatan peralatan rumah tangga seperti
botol, kursi plastik, peralatan dapur dan keperluan otomotif. Dalam industri
logam digunakan sebagai pelapis pada metal atau logam. Sedangkan dalam

1
industri tekstil, polipropilen digunakan sebagai bahan dasar bahan baku
pembuatan karpet, benang, plastik pelapis dan pembungkus tekstil.
Kebutuhan akan Polipropilen diperkirakan akan terus meningkat
seiring dengan pertumbuhan industri plastik di Indonesia. Meskipun sudah
diproduksi di dalam negeri, namun belum mencukupi kebutuhan sehingga
masih harus impor. Dari data yang dihimpun oleh BPS, tercatat bahwa impor
polipropilen pada tahun 2018 mencapai 576.677 ton. Kebutuhan dunia akan
polipropilen setiap tahun mengalami kenaikan.

1.2. Dasar Penetapan Kapasitas Produksi


Penentuan kapasitas rancangan berdasarkan pada pertimbangan–
pertimbangan berikut :

a. Proyeksi Kebutuhan Pasar


Semakin berkembangnya industri plastik yang menggunakan
polipropilen sebagai bahan baku di Indonesia, kebutuhan polipropilen di
dalam negeri masih harus ditutup dengan impor yang sangat besar. Data impor
dan ekspor diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), Sedangkan untuk
kapasitas produksi polipropilen di Indonesia mencapai 560.000 ton/tahun
terdiri dari produksi PT. Candra Asri Petrochemical sebesar 360.000
ton/tahun, Pertamina RU VI Balongan sebesar 200.000 ton/tahun.
Kebutuhan polipropilen di Indonesia dapat dihitung dengan mengetahui
volume produksi dalam negeri dan impor. Salah satu alternatif untuk
mengurangi volume impor polipropilen adalah dengan pendirian pabrik baru
di Indonesia. Kebutuhan polipropilen di Indonesia dapat dihitung dengan
persamaan berikut:
Kebutuhan = Produksi + Impor – Ekspor
Berikut adalah data ekspor, impor, kebutuhan dan produksi untuk
polipropilen di Indonesia dalam kurun waktu 10 tahun terakhir.

2
Tabel 1.1. Data Ekspor,Impor, Produksi, dan Kebutuhan Polipropilen
di Indonesia
Produksi Ekspor Impor Kebutuhan
Tahun
(Ton) (Ton) (Ton) (Ton)
2008 560.000 9.130 218.722 769.592
2009 560.000 6.408 297.478 851.070
2010 560.000 5.691 377.019 931.328
2011 560.000 3.891 607.184 1.163.293
2012 560.000 7.111 545.956 1.098.845
2013 560.000 21.668 574.964 1.113.296
2014 560.000 6.472 586.213 1.139.741
2015 560.000 6.575 550.957 1.104.382
2016 560.000 4.805 652.728 1.207.923
2017 560.000 7.799 614.789 1.166.990
2018 560.000 24.844 576.676 1.111.832
Sumber: Badan Pusat Statistik (2019)

Berdasarkan data pada Tabel 1.1, kebutuhan polipropilen di Indonesia


secara umum terlihat stagnan, untuk kisaran penurunan sekitar 100.000 ton,
dan untuk kenaikan sekitar 250.000 ton. Dengan hasil tersebut, potensi
propilen tiap tahun untuk di produksi masih cukup baik. Pabrik yang akan
dibangun pada tahun 2021, dan direncanakan berdiri dan beroperasi pada
tahun 2023. Duapuluh tahun mendatang setelah pabrik dibangun
diprediksikan kebutuhan polipropilen di Indonesia sebagai berikut:

3
Tabel 1.2. Proyeksi Kebutuhan Polipropilen di Indonesia
Tahun 2023-2042
Tahun Kebutuhan (Ton)
2023 1.451.000
2024 1.493.000
2025 1.534.000
2026 1.576.000
2027 1.618.000
2028 1.659.000
2029 1.701.000
2030 1.743.000
2031 1.785.000
2032 1.826.000
2033 1.868.000
2034 1.910.000
2035 1.952.000
2036 1.993.000
2037 2.035.000
2038 2.078.000
2039 2.118.000
2040 2.160.000
2041 2.202.000
2042 2.244.000

Dari tabel 1.2. kebutuhan polipropilen di Indonesia meningkat sekitar


40.000 ton tiap tahun. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka Pabrik
yang akan dibangun diharapkan dapat memenuhi sebagian kebutuhan dalam
negeri selama 20 tahun mendatang.

b. Ketersediaan Bahan Baku


Ketersediaan bahan baku merupakan salah satu faktor penting untuk
menunjang kelancaran proses produksi. Bahan baku utama pembuatan
polipropilen adalah propilen. Karena jumlah produksi bahan baku

4
polipropilen di Indonesia masih kurang, maka untuk memenuhi kebutuhan
bahan baku, pabrik juga harus mendatangkan bahan baku dari beberapa
industri di kawasan Asia. Berikut merupakan beberapa produsen propilen
yang ada di Asia:
Tabel 1.3. Produsen Propilen di Asia
Bahan Baku yang
Kapasitas
mungkin diperoleh
Perusahaan Lokasi Produksi
(5%-10% kapasitas
(Ton/Tahun)
total)
Exxon Chemical Pte.Ltd Singapura 830.000 41.500 – 83.000
Petrochemical Corp. Of
Singapore Singapura 530.000 26.500 – 53.000
Shell Eastern Petroleum
Pte.Ltd Singapura 400.000 20.000 – 40.000
Map Tha Phut Olefins Co. Thailand 450.000 22.500 – 45.000
Rayong Olefins Thailand 400.000 20.000 – 40.000
PT.SCG Chemical Thailand 770.000 38.500 – 77.000
PT.Chandra Asri Indonesia 320.000 16.000 – 32.000
Pertamina RU VI
Balongan Indonesia 230.000 11.500 – 23.000
Shandong Chamboard
Petrochemical Co.Ltd China 24.000 1.200 – 2.400
Shandong Swea Energy China 12.000 600 – 1.200
Beijing Starget Chemicals
Co.Ltd China 48.000 2.400 – 4.800
Total 206.100 – 401.400

Berdasarkan prediksi yang digunakan, bahan baku yang kemungkinan


bisa diperoleh berjumlah antara 206.100 – 401.400 ton/tahun. Untuk bahan
baku penunjang seperti hidrogen dan nitrogen diperoleh dari PT. Air Liquide
Indonesia yang juga berlokasi di Cilegon, Banten. Katalis yang digunakan
dalam pembuatan polipropilen adalah katalis Ziegler-Natta (TiCl4.MgCl2)
serta ko-katalis berupa Tri Ethyl Alumunium (TEAL) diperoleh dari
Univation Technologies Co., Ltd., Houston, Amerika Serikat. Zat aditif yang

5
digunakan berupa Irganox yang diperoleh dari BASF East Asia AG Plastic
Additives, Hongkong.

c. Kapasitas Minimal yang Menguntungkan


Berdasarkan data yang dihimpun oleh Aker Solution dan Samruk
Kazyna, untuk pembuatan polipropilen menggunakan proses UNIPOL, suatu
industri mampu memproduksi polipropilen dengan kapasitas mulai dari
80.000 sampai dengan 960.000 ton/tahun. Berikut merupakan data beberapa
pabrik polipropilen yang telah dihimpun oleh Aker:
Tabel 1.4 Pabrik Polipropilen dengan Proses UNIPOL
Kapasitas Produksi
Pabrik Negara
(Ton/Tahun)
Borouge Uni Emirat Arab (UAE) 960.000
Ibn Zahr Arab Saudi 500.000
CAP Indonesia 480.000
Yansab Arab Saudi 400.000
TOSCO Amerika Serikat (USA) 350.000
Reliance India 240.000
Omsk PP Rusia 180.000
Beaulieu Perancis 120.000
Solvay Belgia 80.000
Sumber : Global Polypropylene Market Outlook (2017)

1.3. Penetapan Kapasitas Produksi


Berdasarkan pertimbangan proyeksi kebutuhan pasar, kebutuhan
propilen di Indonesia masih sangat tinggi. Hal itu dikarenakan industri
poliprepilen masih sangat minim di Indonesia, sehingga pemerintah masih
melakukan impor dalam memenuhi kebutuhan polipropilen di Indonesia.
Kemudian, ketersediaan bahan baku sekitar 400.000 ton propilen yang bisa
didapatkan dari pabrik produksi propilen. Lalu kapasitas pabrik propilen yang
sudah beroperasi dan masih mendapatkan keuntungan, yaitu 80.000 ton.
Adapun polipropilen yang terbentuk sebesar 98% dari bahan baku propilen.
Dengan begitu, kapasitas pabrik propilen yang akan dibangun sebesar
380.000 ton/tahun. Dengan kapasitas tersebut, kebutuhan bahan baku utama

6
maupun penunjang dapat terpenuhi, selain itu kapasitas pabrik yang dirancang
sesuai dengan kapasitas optimum pabrik polipropilen yang sudah berdiri
sebelumnya. Sehingga pabrik yang akan dibangun diperkirakan hanya dapat
memenuhi 20% dari kebutuhan dalam negeri selama 20 tahun mendatang
hingga tahun 2042.

1.4. Pemilihan Lokasi Produksi


Lokasi suatu pabrik mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap
kelangsungan dan keberhasilan pabrik tersebut. Hal itu dikarenakan lokasi
pabrik akan mempengaruhi segala aspek pabrik, baik secara ekonomi,
lingkungan, dan regulasi kebijakan. Karena itu penentuan lokasi pabrik yang
didirikan akan sangat penting dalam perencanaanya.
Dalam penetuan lokasi lebih lanjut dilihat dari faktor-faktor berikut.
Adapun faktor - faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi
pabrik tersebut adalah sebagai berikut :

1. Sifat Bahan Baku dan Produk


Propilen memiliki titik didih -47.70C dan titik beku -185.250C, sehingga
pada kondisi normal (tekanan 1 atm dan suhu 300C) propilen berfasa gas.
Propilen memiliki sifat mudah terbakar dan explosif. Hidrogen pada kondisi
normal berfasa gas dan memiliki sifat mudah terbakar di udara bebas. Produk
yang dihasilkan yaitu polipropilen memiliki titik lebur 1300C, selain itu
meiliki sifat fisis bewarna putih berbentuk granul dan tidak berbau.
Polipropilen sendiri cenderung tidak expolisf. Hal inilah yang mendasari
pemilihan lokasi pabrik yang dipilih untuk mendekati bahan baku.
2. Tersedianya utilitas air dan pembangkit listrik
Pengadaan air utilitas sebagian diperoleh dari pihak developer kawasan
industri dan sebagian dari air laut dengan pretreatment. Sedangkan
pengadaan listrik disuplai oleh Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
Suralaya sehingga mudah dalam penyaluran listrik dan pembangkit listrik
terpasang kebutuhan normal, disamping menggunakan generator listrik untuk
cadangan.

7
3. Transportasi
Fasilitas transportasi seperti jalan raya dan pelabuhan telah tersedia dan
berkembang dengan baik. Ketersediaan fasilitas transportasi darat dan laut
tersebut diperlukan untuk menunjang penyediaan bahan baku dan pemasaran
produk.
4. Lokasi sumber bahan baku
Berdasarkan jumlah bahan baku dibanding jumlah produk, proses
produksi polipropilen bersifat weight gain, dimana jumlah produk yang
dihasilkan lebih besar daripada bahan baku yang digunakan. Sedangkan dari
segi potensi bahaya, dari bahan baku propilen dan hidrogen dinilai
memiliki potensi bahaya yang lebih besar daripada produk polipropilen.
Propilen dan hidrogen bersifat explosif jika terlepas ke udara sekitar
lingkungan dan mudah terbakar. Sehingga lokasi pabrik lebih baik berada di
area yang lebih dekat dengan bahan baku dibanding dengan daerah
pemasaran.

Dengan pertimbangan faktor tersebut, maka dalam perancangan ini


dipilih lokasi pabrik polipropilen di Kota Cilegon.

Gambar 1.1 Rencana lokasi pendirian pabrik

8
1.5. Berbagai Jenis Proses
Ada tiga proses pembuatan polipropilen yang umum digunakan dalam
industri yaitu proses fase cair, liquid bulk dan fase gas.
1. Proses Fase Cair (Proses fase larutan)
Proses ini merupakan proses konvensional yang dikembangkan
pada tahun 1920. Perusahaan yang masih menggunakan proses ini
diantaranya adalah Mitsubishi Petrochemical dan Philips. Polimer ini
dibuat dengan mereaksikan propilen, pelarut dan katalis menjadi resin
yang mengandung sekitar 8% polimer ataktik. Resin dilarutkan dalam
heptana atau heksana untuk menurunkan kadar ataktiknya, lalu dicuci
dengan menggunakan klisen. Sisa Titanium dari katalis dihilangkan
dengan melarutkan resin dalam alkohol dan dicuci dengan air proses ini
dikenal dengan sebutan deashing. Proses fase cair ini merupakan proses
pertama kali ditemukan dalam pembuatan polipropilen yang dilakukan
secara batch. Meningkatnya permintaan polipropilen proses batch
tergantikan oleh proses kontinyu seperti proses Hercules. Proses ini
ditunjukkan pada gambar 1.2. Pada proses ini reaksi polimerisasi
dilaksanakan dalam reaktor tangki berpengaduk yang disusun secara seri.
Katalis, ko-katalis dan kerosin pengencer diumpankan ke reaktor pertama
secara kontinyu. Monomer diumpankan ke setiap reaktor. Temperatur
polimerisasi dikendalikan pada rentangan 55 – 70oC, dan tekanan
dikendalikan pada 75 psig atau 0,5 Mpa.

9
Gambar 1.2. Diagram Alir Proses Hercules

Proses serupa yaitu proses Montedison beroperasi pada 200 psig (1,3
Mpa). Proses fase cair ini tergolong mahal dibandingkan dengan proses
lainnya serta proses ini menggunakan pelarut yang memiliiki toksisitas
yang sangat tinggi sehingga dapat terkontaminasi dengan produk yang
dihasilkan namun proses ini menghasilkan polipropilen dengan
kemurnian tinggi.
2. Proses Liquid Bulk
Proses liquid bulk dikembangkan oleh Himont Spheripol dari Italia
pada tahun 1960, proses Hypol pengembangan dari Mitsui Petrochemical
dari Jepang, Elpaso, dan Sumitono dari Jepang. Proses ini merupakan
modifikasi proses fase cair diatas. Pada proses Spheripol untuk
menghasilkan homopolimer atau kopolimer random digunakan satu atau
beberapa reaktor loop tubular. Untuk membentuk kopolimer impact
digunakan reaktor unggun terfluidakan. Reaktan dan katalis dimasukkan
ke dalam reaktor pipa berbentuk loop pada suhu 80 –100oC, tekanan 20 –
35 bar. Reaktan cair disirkulasikan menggunakan pompa pada dasar loop.
Produk reaktor masuk ke dalam flash drum pada tekanan 15 – 20 bar. Gas
propilen dikondensasikan menggunakan water cooled exchanger dan di
daur ulang ke dalam reaktor menggunakan pompa pada dasar loop.
Produk reaktor masuk ke dalam flash drum pada tekanan 15 – 20 bar. Gas

10
propilen dikondensasikan menggunakan water cooled exchanger dan di
daur ulang ke dalam reaktor.
Produk yang dihasilkan lebih seragam, karena kondisi laju cairan
yang mempunyai turbulensi tinggi dalam loop reaktor menghasilkan
pencampuran yang homogen. Reaktor dilengkapi dengan water cooled
jackect untuk menjaga suhu di dalam reaktor. Proses ini mampu
menghasilkan konversi hingga 90 % dengan biaya operasi rendah.

Gambar 1.3. Diagram Alir Proses Spheripol


Sedangkan untuk proses Hypol dikembangkan oleh Mitsui
Petrochemical. Proses Hypol hampir sama dengan proses Spheripol.

Gambar 1.4. Diagram Alir Proses Hypol

Akan tetapi yang membedakannya adalah reaktornya pada proses


Spheripol reaktor yang digunakan adalah Tubular Loop Reaktor,
sedangkan untuk proses Hypol reaktornya adalah jenis CSTR. Katalis
yang digunakan proses Hypol sama dengan proses Spheripol. Reaksi

11
polimerisasi dilakukan dalam reaktor tangki berpengaduk. Panas reaksi
dibuang dengan efek pendinginan evaporatif. Sedangkan untuk kondisi
operasi di reaktor suhu 65 – 70 oC, tekanan 25 – 35 bar.
3. Proses Fase Gas
Proses ini dikembangkan oleh BASF yang mengembangkan proses
Novolen, yang kemudian dikomersialkan pada tahun 1967 dengan
menggunakan reaktor fase gas dengan pengaduk mekanik vertikal di
dalam reaktor. Kemudian tahun 1977 Union Carbide Corporation (UUC)
mengkomersialkan proses fase gas dengan jenis reaktor fluidized bed.
Keuntungan proses ini adalah karena biaya operasi dan modal yang
rendah dibanding proses larutan dan bulk. Selain itu dengan proses ini
akan menghasilkan jangkauan Melt Flow Index dan densitas yang
beragam. Bekerja pada tekanan operasi yang digunakan antara 21 – 36
atm, temperatur reaksinya antara 60 – 80oC, polimer akan di separasi
dengan siklon dan residu gas monomer akan di kompresi untuk di recycle,
reaktornya berupa silinder dimana pada bagian atasnya terdapat ruang
perbesaran dengan tujuan mengurangi entrainment partikel turun ke bed.
Dari ketiga macam proses pembuatan polipropilen tersebut, maka
dalam prarancangan pabrik polipropilen ini dipilih proses fase gas.

Gambar 1.5. Diagram Alir Proses Unipol

12

Anda mungkin juga menyukai