Anda di halaman 1dari 28

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Pra Rancangan Pabrik Methanol dari bahan baku


Karbondioksida dan Hidrogen dengan Proses ICI dengan
Kapasitas 130.000 Ton/Tahun

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari


syarat-syarat yang diperlukan untuk
memperoleh Ijazah Sarjana

Oleh :

Chairunnisa NIM. 170140014


Majdi Anshari Al khairi NIM. 170140021
Ardiansyah NIM. 170140053

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
BUKIT INDAH
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada tahun 2017, Negara Indonesia diprediksi oleh Pricewaterhouse
Coopers sebagai negara ke-5 dalam peringkat kekuatan ekonomi dunia pada tahun
2030 mendatang. Hal ini menjadi hal nyata usaha pemerintah dalam mewujudkan
“Nawa Cita” pemerintah Indonesia beserta rakyatnya dalam persaingan ekonomi
global. Pemerintah Indonesia terus berupaya meningkatkan kekuatan ekonomi
dalam berbagai sektor, salah satunya sektor industri manufaktur. Industri
manufaktur menjadi tumpuhan ekonomi karena menyerap banyak tenaga kerja,
menghasilkan produk untuk kebutuhan dalam dan luar negri, serta meningkatkan
nilai ekonomi sumber daya alam mentah di Indonesia.
Industri manufaktur dapat berkembang dengan pesat jika bahan baku dasar
industri terpenuhi dengan harga yang bersaing. Bahan baku dasar yang di
butuhkan dalam industri manufaktur Indonesia adalah methanol (CH3OH).
Menurut Mentri Perindustrian Airlangga Hartanto, Indonesia baru memiliki 1
pabrik besar methanol yaitu PT. Kaltim Methanol Indonesia (KMI). Menurut data
MenPerin, PT.KMI hanya memenuhi kebutuhan 660 ribu ton dari total kebutuhan
1 juta ton. Industri methanol dapat memiliki efek berganda terhadap
perokonomian karena dibutuhkan banyak industri dan turunan senyawa methanol
banyak.
Methanol merupakan bahan kimia dasar yang memiliki senyawa turunan
yang dikonsumsi kalayak banyak seperti asam asetat sebagai salah satu bahan
baku polyethylene terpthatlate (PET), formaldehid sebagai bahan baku resin, dan
methylamines sebagai bahan dasar petisida, surfaktan, dan detergen. Selain bahan
baku turunan methanol juga dimanfaatkan untuk bahan bakar bersih. Pemanfaatan
metanol sebagai bahan bakar dapat dilakukan sebagai bahan campuran langsung
dengan bahan bakar cair, atau melalui pemrosesan menjadi olefin, dimethyl eter
(DME), atau biodiesel.
Pembangunan pabrik methanol diharapkan dapat memenuhi defisit
kebutuhan akan methanol dan mengurangi ketergantungan akan ekonomi asing.
Pabrik methanol juga dapat membuka lapangan kerja bagi masyarakat dan
membantu ekonomi negara.

1.2 Ketersediaan Bahan Baku


1.2.1 Ketersediaan Bahan Baku CO2
Dalam penyediaan bahan baku, gas CO2 dibeli langsung dari PT. Pupuk
Kujang. PT Kujang merupakan perusahaan yang bergerak di bidang energi ramah
lingkungan yang fokus dalam bidang recycle emisi Gas Carbon Dioxide (CO2),
pengembangan pembangkit listrik tenaga panas bumi dan jasa pengeboran di
Indonesia. Kegiatan usaha yang dilakukan oleh PT RMI saat ini, mendukung
upaya untuk mengurangi pemanasan global yang sejalan dengan motto perusahaan
yakni “Clean & Renewable Energy”.
Melalui perusahaannya, PT Pupuk Kujang, PT Pupuk Kujang menjadi
penyedia utama purifikasi Gas Carbon Dioxide (CO2) pertama di Indonesia yang
mengolah emisi gas CO2 menjadi CO2 murni dan telah memproduksi gas CO2
dengan kapasitas 21 ton/jam yang berlokasi di Cikampek, Jawa barat. (Rohmad,
2009)

1.2.1 Ketersediaan Bahan Baku H2

Dalam penyediaan bahan baku gas H2 dibeli langsung dari PT Air Liquid
Indonesia. PT Air Liquid indonesia merupakan perusahaan menggunakan bahan
baku udara bebas yang dapat diambil dari lingkungan sekitar. Adapun udara ini di
liquify untuk menghasilkan Oksigen, Nitrogen, Hidrogen, dan Argon dengan
kapasitas total maksimum 84000 m 3 /h melalui serangkaian proses : 1.
Compression of Atmospheric Air 2. Pre-Purification of the Feed Air 3. Production
of Oxygen and Nitrogen 4. Production of Argon Satuan operasi yang dilibatkan
meliputi kompresi, adsorpsi, pertukaran panas, dan distilasi. (Krakatau I
Handbook,1994) Pabrik Air Liquide Indonesia terdiri dari ASU (Air Separation
Unit) plant, Hydrogen plant, APSA plant, jaringan pipa bawah tanah yang
digunakan untuk mendistribusikan produk gas ke konsumen di sekitar pabrik, dan
truk tangki khusus untuk distribusi produk di luar jangkauan jaringan pipa bawah
tanah.
Dengan adanya produk Hidrogen pada PT Air Liquid Indonesia, oleh
sebab itu bahan baku hidrogen didapat dari distribusi PT Air liquid indonesia
dalam memenuhi bahan baku pembuatan pabrik methanol.

1.3 Kebutuhan Metanol


Saat ini Indonesia baru memiliki satu pabrik metanol yakni PT Kaltim
Methanol Industri (PT KMI) (Airlangga Hartarto, 2016) dengan kapasitas
terpasang sebesar 660.000 MTPY dan Pure Methanol grade AA (purity min
99,85%). Dalam prosesnya pabrik metanol ini menggunakan gas alam dari Badak
Gas Field Center sebagai bahan baku. Produksi dari PT. Kaltim Methanol Industri
telah dipasarkan berbagai wilayah Indonesia maupun luar negeri. Untuk
pemasaran luar negeri dilakukan oleh Sojitz Corporation sebesar 70% (480.000
MT) dan sisanya 30% (180.000 MT) untuk wilayah Indonesia oleh PT. Humpuss.
(Anonim, 2016)

1.4 Rumusan Masalah


Pendirian pabrik Methanol sangat tepat, karena dapat memberikan
lapangan kerja baru, sehingga dapat menyerap tenaga kerja dan mengurangi
tingkat pengangguran di Indonesia. Disamping itu untuk memenuhi kebutuhan
pasar dalam negeri dan luar negeri sehingga dapat meningkatkan devisa negara.

1.5 Tujuan
Tujuan prarancangan pabrik Methanol adalah untuk mengaplikasikan ilmu
teknik kimia khususnya di bidang perancangan, analisa proses dan operasi teknik
kimia, sehingga akan memberikan gambaran kelayakan pendirian pabrik
Methanol. Permintaan Methanol semakin meningkat setiap tahunnya dengan
adanya pabrik Methanol di Indonesia diharapkan dapat memenuhi kebutuhan
Methanol dalam negeri.

1.6 Manfaat
Prarancangan pabrik ini dibuat agar mahasiswa lebih memahami
bagaimana berhadapan langsung dengan permasalahan-permasalahan yang akan
dihadapi di masa mendatang serta untuk merealisasikan ilmu yang telah dipelajari
pada masa perkuliahan ke dunia industri. Dalam hal ini juga diharapkan menjadi
acuan bagi mahasiswa yang lainnya untuk mengembangkan pabrik Methanol
dengan hasil yang lebih baik.

1.7 Batasan Masalah


Didalam penyusunan dan penyelesaian tugas prarancangan pabrik
Methanol, penyusun membatasi hanya pada Hysys, autodesk P&ID, autodesk
3D plant.

1.8 Kapasitas Produksi


Untuk memenuhi kebutuhan Methanol dalam negeri, Indonesia masih
mengimpor dari negara lain. Data statistik dalam enam tahun terakhir
menunjukkan bahwa kebutuhan Methanol dalam negeri terus meningkat. Hal ini
sesuai dengan data dari Biro Pusat Statistik yang ditunjukkan pada Tabel 1.1
Tabel 1.1 Jumlah impor Methanol 2016-2020

No Tahun Jumlah Impor (Kg/Tahun)

1 2016 436987818

2 2017 566026050

3 2018 699945889

4 2019 773651427

5 2020 800383950
Sumber: Badan Pusat Statistik 2020
Tabel 1.2 Kapasitas Pabrik Methanol di Indonesia
No Pabrik Kapasitas/Tahun
1 Medco Metanol Bunyu 330.000
2 Kaltim Metanol Industri 660.000

Grafik data impor Methanol di Indonesia dari tahun 2016-2020 dapat


dilihat pada Gambar 1.1

Gambar 1.1 Kebutuhan Methanol di Indonesia

Dari grafik di atas dapat diperoleh hubungan antara tahun dan jumlah
impor metanol yang dinyatakan dalam persamaan regresi linier sebagai berikut
y = 95.041.764x - 191.142.080.927
Dimana : Y = Jumlah impor metanol (Ribu Ton)

X = Tahun impor metanol


Data impor metanol Indonesia pada tahun 2016-2020 dapat dicari
dengan menggunakan persamaan regresi linier.
Berikut perhitungan prediksi kapasitas metanol Indonesia tahun 2027.

Y = 95.041.764x - 191.142.080.927
Y = 95.041.764(2027) - 191.142.080.927
Y = 1507574701 ribu kg/tahun
Dari Gambar 1.1 dapat di lihat dari tahun 2016-2027 impor Methanol
semakin tahun semakin meningkat sehingga dapat didirikan pabrik pada tahun
2027 diperlihatkan pada Tabel 1.3.
Tabel 1.3 Data Tingkat Pertumbuhan Impor Methanol 2016-2027

No Tahun Produksi (Kg/Tahun)


1 2016 436987818
2 2017 566026050
3 2018 699945889
4 2019 773651427
5 2020 800383950
6 2021 937324117
7 2022 1032365881
8 2023 1127407645
9 2024 1222449409
10 2025 1317491173
11 2026 1412532937
12 2027 1507574701

Berdasarkan Tabel 1.3 diatas dapat dilihat bahwa permintaan Methanol


semakin meningkat. Kebutuhan pada tahun 2027 dapat diperkirakan dengan cara
ekstrapolasi hasilnya 1.507.574.701 Kg/tahun atau 1.507.574,701 ton/tahum.
Kapasitas produksi dapat dihitung sebagai berikut.
Kapasitas produksi = Data Kebutuhan produksi – kapasitas dalam negeri
= 1507574,701 – 990.000 ton/tahun
= 517.574,701
Kapasitas produksi = 25 % x 517.574,701
= 129.393,67 ton/tahun

1.9 Pemilihan Proses


Proses pembuatan Methanol banyak dilakukan dengan berbagai macam
proses yang telah ditemukan. Dari tahun ke tahun proses pembuatan Methanol
selalu mengalami perkembangan yang disesuaikan dengan kondisi operasi yang
mudah dilakukan dan juga bahan baku yang digunakan.
Metanol kadang juga disebut sebagai wood alcohol karena dahulu
merupakan produk samping dari distilasi kayu. Saat ini metanol dihasilkan
melalui proses multi tahap. Secara singkat, gas alam dan uap air dibakar dalam
tungku untuk membentuk gas hidrogen dan karbon monoksida kemudian, gas
hidrogen dan karbon monoksida ini bereaksi dalam tekanan tinggi dengan bantuan
katalis untuk menghasilkan metanol. Tahap pembentukannya adalah endotermis
dan tahap sintesisnya adalah eksotermik.
Proses pembuatan metanol ada beberapa macam, tergantung dari bahan
baku yang digunakan:
1. Proses yang menggunakan bahan baku acetylene
2. Proses yang menggunakan bahan baku sintesa gas
3. Proses yang menggunakan bahan baku provanyl/butane
Acetylene, provanyl/butane biasanya didapatkan dari produk samping (by
product) pabrik-pabrik kimia. Proses pembuatan metanol yang banyak digunakan
memakai bahan baku sintesa gas. Sintesa gas dapat diperoleh dari beberapa
sumber yaitu:
1. Batu bara
2. Heavy residu
3. Gas alam
Batu bara dan heavy residu yang digunakan sebagai bahan baku untuk
membuat sintesa gas, diolah dengan proses oksidasi parsial. Proses oksidasi
parsial berlangsung pada kondisi temperatur 1400-1450 oC dan tekanan 55-60
atm, sedangkan media untuk mengoksidasi adalah oksigen dan steam. Hasilnya
sebagian besar terdiri dari H2 dan CO serta sedikit CO2, CH4, H2S dan karbon
bebas. Pembuatan metanol dari sintesa gas alam dapat dilakukan dengan dua cara:
1. Steamreformer proses
2. Partialoxidation proses
Pada steam reformer proses, feed stock berupa hidrokarbon antara lain
metana, propana, butana, refinery gas dan naptha. Reaksi antara steam dan
hidrokarbon menghasilkan H2, CO, CO2 dan CH4. Hasil yang diperoleh
bervariasi tergantung pada tekanan, rasio steam terhadap karbon, komposisi feed
stock, space velocity dan tipe katalis.
Untuk partial oksidasi proses, hidrokarbon dipakai lebih luas dari gas
alam, reaksi keseluruhan yang terjadi dalam proses parsial oksidasi bilamana CH4
yang digunakan sebagai feed adalah :
CH4 +½ O2 CO+2 H2........................................................(1)
Berdasarkan kondisi operasinya pabrik pembuatan metanol secara umum
dapat dibedakan menurut tekanan operasinya sebagai berikut:
1. Low pressure proses, pada proses ini sintesa metanol dilakukan pada
tekanan antara 51-102 atm.
2. Medium pressure proses, pada proses ini sintesa metanol dilakukan pada
tekanan antara 109 – 122 atm.
3. High pressure proses, pada proses ini sintesa metanol dilakukan pada
tekanan antara 272 – 442 atm.
Pada umumnya, metanol dapat diproduksi dari proses hidrogenasi karbon
dioksida dengan bantuan katalis. Secara umum, reaksi sintesis metanol pada fase
gas pada katalis berbasis Cu dapat disajikan sebagai berikut :
CO2 (g) + 3H2(g) ↔ CH3OH(g) + H2O(l) Δ 𝐻300K = −49.16 𝑘𝐽/𝑚𝑜𝑙.......(2)
Reaksi diatas merupakan reaksi eksotermis dan terjadi penurunan jumlah
mol atau volum. Untuk mencapai konversi kesetimbangan yang tinggi berdasar
prinsip kesetimbangan, maka diinginkan proses yang memiliki tekanan tinggi dan
bersuhu rendah. Namun di sisi lain, reaksi ini berlangsung atas bantuan katalis
padat sehingga memerlukan suhu yang tinggi untuk mencapai kecepatan reaksi
yang tinggi. Dengan demikian, diperlukan sebuah proses optimasi suhu demi
mendapatkan konversi yang optimal.
Selain reaksi diatas, terdapat reaksi lain yang dapat terjadi yaitu reaksi
water-gas shift:
𝐶𝑂(𝑔) + 𝐻2𝑂 (𝑔) ↔ 𝐶𝑂2 (𝑔) + 𝐻2 (𝑔) Δ𝐻300 𝐾 = +41,21 𝑘𝐽/𝑚𝑜𝑙....................
(3)
Pada sintesis metanol, pemilihan jenis katalis berperan penting dalam
mempengaruhi kondisi operasi sintesis methanol. Masing-masing katalis memiliki
aktivitas katalitik yang optimum pada kondisi tertentu, misal katalis Cu/Zn/Al2O3
bekerja baik pada kondisi operasi suhu 180oC – 280oC dan tekanan 15 bar - 51
bar dimana dengan proses hidrogenasi karbon dioksida menggunakan katalis
Cu/Zn/Al2O3 produk utama yang dihasilkan yaitu metanol, CO, dan air. Metan,
dimetileter, dan metil formiat juga dihasilkan dari reaksi, tetapi selektivitas
terhadap produk kurang dari 0,1%. (Saito et al.,1998)

Berikut beberapa pemilihan proses dalam pembuatan metanol:


1 Electrochemical Process
Reaksi pembuatan metanol dari CO2 dan H2 dimulai dengan pembuatan
gas H2 dari elektrolisis air. Elektrolisis air adalah peristiwa penguraian senyawa
air menjadi gas O2 dan gas H2 dengan menggunakan arus listrik. Pada katoda,
dua molekul air bereaksi dengan menangkap dua elektron, tereduksi menjadi gas
H2 dan ion hidroksida (OH-). Sementara itu pada anoda, dua molekul air lain
terurai menjadi gas oksigen (O2), melepaskan 4 ion H+ serta mengalirkan elektron
ke katoda. Ion H+ dan OH- selanjutnya mengalami netralisasi sehingga
membentuk kembali beberapa molekul air. Reaksi keseluruhan yang setara dari
elektrolisis air dapat dituliskan sebagai berikut.
2H2 O(ll) → 2H2(g) + O2(g)

Gas hidrogen yang dihasilkan dari elektrolisis dapat digunakan sebagai bahan
baku pembuatan metanol. (Anonim, 2013) Sementara bahan baku lainnya, yaitu
karbon dioksida dibeli langsung dari PT RMI Krakatau Karbonindo Nusantara.
Gambar 1.1 Produksi Metanol dengan Electrochemical Process

Pembuatan metanol dari electrochemical process yang menggunakan


elektrolisis air untuk produksi H2 masih jarang digunakan karena membutuhkan
energi listrik yang tinggi. Tetapi, hasil dari unit elektrolisis tidak menimbulkan
emisi dan juga menghasilkan produk samping berupa gas O2. Sehingga, penjualan
dari gas O2 dapat menutupi pengeluaran biaya listrik dari pabrik yang umumnya
lebih banyak dipakai di unit elektrolisis.

1.10 Teknologi Proses yang dibuat oleh Beberapa Perusahaan :

1. Proses Sintesis Metanol Tekanan Rendah – ICI


Proses ini mulai dikembangkan pada tahun 1960 – an oleh perusahaan
pengembangan proses Imperial Industries, Ltd. Proses sintesis ini menggunakan
tekanan rendah dengan katalis berbasis Cu. Penggunaan katalis Cu sudah
dikembangkan pada tahun 1920 – an, tetapi penggunaan katalis tersebut belum
digunakan dalam proses sintesis metanol pada saat itu. Hal tersebut dikarenakan
katalis berbasis Cu dapat teracuni jika terdapat senyawa sulfur pada umpan reactor
sehingga proses sintesis metanol tekanan rendah dengan katalis berbasis Cu dapat
dikembangkan saat tersedia teknologi pemisahan sulfur dari syngas.
Proses ini menggunakan umpan syngas yang mengandung karbon
monoksida, karbon dioksida, hidrogen, dan metana. Untuk mengatur rasio
CO/H2 digunakan shift-converter. Umpan kemudian dinaikkan tekanannya
hingga 50 atm pada kompresor jenis sentrifugal, kemudian diumpankan ke dalam
reaktor jenis quench pada suhu operasi 270oC. Quench converter berupa single
bed yang mengandung katalis pendukung yang bersifat inert. Hasil reaksi berupa
crude methanol yang mengandung air, dimetil eter, ester, besi karbonil, dan
alkohol lain. Hasil reaksi tersebut kemudian didinginkan dan crude methanol
dipurifikasi dengan cara distilasi. Dalam pengembangannya, karena dianggap
kurang menguntungkan, ICI mengganti jenis reaktor yang digunakan dari
quench reactor menjadi tube berpendingin yang pada prinsipnya sama dengan
yang digunakan oleh Lurgi (Lee, 1990).

Gambar 1.2 Diagram Proses Sintesis Metanol Tekanan Rendah – ICI

2. Proses Sintesis Metanol Tekanan Rendah – Lurgi


Pada proses sintesis metanol dengan teknologi Lurgi, digunakan reaktor
yang beroperasi pada kisaran suhu 220–260oC dan kisaran tekanan 40 – 100 bar.
Desain reaktor berbeda dari pendahulunya, teknologi ICI. Pada teknologi Lurgi
digunakan reaktor quasi isothermal shell and tube, reaksi metanol terjadi di tube
side yang berisi katalis dan pada shell side dialirkan pendingin. Selain itu, pada
teknologi ini, peranan reaktor juga sebagai pembangkit steam bertekanan 40-50
bar (Lee,1990).
Gambar 1.3 Diagram Proses Sintesis Metanol Tekanan Rendah – Lurgi

3. Proses Sintesis Metanol Tekanan Rendah dan Sedang – Mitsubishi Gas


Chemical (MGC)
Pada proses sintesis metanol dengan teknologi MGC, sintesis metanol
masih menggunakan katalis berbasis tembaga (Cu) dengan kondisi operasi reaktor
pada kisaran suhu 200–280oC dan kisaran tekanan 50 – 150 atm. Pada awalnya
perusahaan Jepang ini menggunakan tekanan 150 atm, namun kemudian
dikembangkan untuk tekanan kurang dari 100 atm. Proses MGC menggunakan
reaktor dengan double-walled tubes dimana pada bagian anulus diisi dengan
katalis. Syngas mengalir melalui pipa bagian dalam sedangkan pipa bagian luar
dialiri oleh air pendingin (Ullmann,2005). Proses MGC menggunakan
hidrokarbon sebagai umpan. Umpan dihilangkan kandungan sulfurnya sebelum
masuk ke steam reformer yang beroperasi pada 660oC. Arus keluar dari steam
reformer bersuhu 800 – 850oC dan mengandung karbon monoksida, karbon
dioksida, dan hidrogen. Selanjutnya syngas yang dihasilkan dinaikkan tekanannya
dengan kompresor sentrifugal dan dicampur dengan arus recycle sebelum
diumpankan ke dalam reaktor (Lee,1990).
Gambar 1.4 Diagram Proses Sintesis Metanol Tekanan Rendah/Sedang–MGC

4. Proses Sintesis Metanol Tekanan Sedang – Kellog M.W.


Kellog Co. memperkenalkan reaksi sintesis yang sangat berbeda, tetapi
pada dasarnya merupakan reaktor tipe adiabatik. Reaktor berbentuk bulat dan
didalamnya berisi tumpukan katalis. Gas sintesis mengalir melalui beberapa bed
reaktor yang tersusun aksial berseri. Kebalikan dari proses ICI, panas reaksi yang
dihasilkan dikontrol dengan intermediate coolers. Proses ini menggunakan katalis
tembaga dan beroperasi pada rentang suhu 200-280oC serta tekanan 100-150 atm
(Ullmann,2005)

Gambar 1.5 Diagram Proses Sintesis Metanol Tekanan Sedang – Kellog


5. Proses Sintesis Metanol Tekanan Sedang –Nissui Topsoe
Skema reaktor dari proses Nissui Topsoe dari Denmark didesain oleh
Nihin Suiso Kogyo of Japan. Reaktor yang digunakan bertipe adiabatis dengan
aliran radial berjumlah tiga yang masing-masing memiliki satu tumpukan katalis
dan penukar panas internal. Sintesis gas mengalir secara radial melalui katalis bed.
Tekanan operasi dari proses ini diatas 150 bar dan suhu operasi 200-310 oC.
Produk pertama perlu didinginkan sebelum reaktor kedua,. Hasil pendinginan
berupa uap (steam) bertekanan rendah. Katalis yang digunakan berupa Cu-Zn-Cr
yang aktif pada 230-280oC dan 100-200 atm (Lee,1990).

Gambar 1.6 Diagram Proses Sintesis Metanol Tekanan Sedang–Nissui Topsoe

Tabel 1.3 Perbandingan Proses-Proses Pembuatan Metanol


No Spesifikasi ICI Lurgi MGC Kellong Nipssui

Topsoe
1 Kondisi Operasi
- Tekanan (bar) 50 – 100 40-100 50-150 100-150 100-200
o
- Suhu ( C) 220-280 220-260 200-280 200-280 200-310
2 Reaktor : Adiabatis Adiabatis
- Karakteristik Quench Shell & Tube Annular (Aksial) (Radial)
- Jumlah Reaktor 1 1 1 3-4 3-4
- Pendinginan Cold Air Air Intermediat Intermediate
Quench Pendingin Pendingin e coolers coolers
(on Shell) (Outertube
)
3 Kelebihan Sudah Efisiensi Profil Kecepatan Kecepatan

Terbukti Termal dan Suhu dan dan

dan Selektivitas Ideal, kapasitas kapasitas

paling yang tinggi, Katalis produksi produksi

banyak suhu lebih yang tinngi tinngi

di stabil dibutuhka

gunakan n sedikit
4 Kekurangan Efisiensi Kapasitas Rumit, Tingginya Tingginya

termal produksi biaya kondisi kondisi

rendah, tidak terlalu reaktor operasi, operasi,

kerusaka besar mahal selektivitas selektivitas

n katalis turun turun

Dari kelima proses di atas maka dipilih proses yang pertama, yaitu proses
ICI dikarenakan pengadaan bahan baku yang lebih mudah ditemukan dalam
jumlah yang banyak didalam negeri dari pada kedua proses lainnya. Selain itu
karena potensial ekonomi dari proses ICI cukup besar.

Tabel 1.4 Harga bahan untuk proses


No. Bahan Berat Molekul Harga (Rp/Kg)
1 Karbondioksida 28 50.000
2 Hidrogen 2 4.582
2 CH3OH 32,04 100.000
Harga Bahan Baku
Karbondioksida : BM x Harga
: 28 x 50.000
: 1.400.000

Hidrogen : BM x Harga
: 2 x 4.528
: 8.510
Total Bahan Baku : 1.408.510
Harga Produk
CH3OH : BM x Harga
: 32,04 x 100.000
: 3.204.000

Jika efisiensi pemisahan dianggap sebesar 100%.


EP = Produk – Reaktan
= 3.204.000 - Rp. 1.408.510

= Rp. 1.795.490 / kg mol Methanol

Berdasarkan hasil analisis di atas dapat disimpulkan bahwa pabrik


Methanol dapat memperoleh keuntungan sebesar Rp. 1.795.490 /kgmol.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Methanol

Dalam proses pengawetan mayat, orang Mesir kuno menggunakan


berbagai macam campuran, termasuk di dalamnya metanol, yang mereka peroleh
dari pirolisis kayu. Metanol murni, pertama kali berhasil diisolasi tahun 1661 oleh
Robert Boyle, yang menamakannya spirit of box, karena ia menghasilkannya
melalui distilasi kotak kayu. Nama itu kemudian lebih dikenal sebagai pyroxylic
spirit (spiritus). Pada tahun 1834, ahli kimia Perancis Jean-Baptiste Dumas dan
Eugene Peligot menentukan komposisi kimianya. Mereka juga memperkenalkan
nama methylene untuk kimia organik, yang diambil dari bahasa Yunani methy =
"anggur") + hwl_ = kayu (bagian dari pohon). Kata itu semula dimaksudkan untuk
menyatakan "alkohol dari (bahan) kayu".

Kata metil pada tahun 1840 diambil dari methylene, dan kemudian
digunakan untuk mendeskripsikan "metil alkohol". Nama ini kemudian disingkat
menjadi "metanol" tahun 1892 oleh International Conference on Chemical
Nomenclature. Suffiks [-yl] (indonesia {il}) yang digunakan dalam kimia organik
untuk membentuk nama radikal-radikal, diambil dari kata methyl.

Pada tahun 1923, ahli kimia Jerman, Matthias Pier, yang bekerja untuk
BASF mengembangkan cara mengubah gas sintesis (syngas / campuran dari
karbon dioksida and hidrogen) menjadi metanol. Proses ini menggunakan katalis
zinc chromate (seng kromat).

Penggunaan metanol sebagai bahan bakar mulai mendapat perhatian ketika


krisis minyak bumi terjadi di tahun 1970-an karena ia mudah tersedia dan murah.
Masalah timbul pada pengembangan awalnya untuk campuran metanol-bensin.
Untuk menghasilkan harga yang lebih murah, beberapa produsen cenderung
mencampur metanol lebih banyak. Produsen lainnya menggunakan teknik
pencampuran dan penanganan yang tidak tepat. Akibatnya, hal ini menurunkan
mutu bahan bakar yang dihasilkan. Akan tetapi, metanol masih menarik untuk
digunakan sebagai bahan bakar bersih. Mobil-mobil dengan bahan bakar fleksibel
yang dikeluarkan oleh General Motors, Ford dan Chrysler dapat beroperasi
dengan setiap kombinasi etanol, metanol dan bensin. (Sheldiez, 2007)
2.2. Gambaran Metanol
Senyawa alkohol yang paling sederhana dan umum digunakan adalah
metanol. Metanol yang juga dikenal sebagai metil alkohol, wood alcohol atau
spiritus, adalah senyawa kimia yang dapat disusun dari tiga unsur kimia yaitu
unsur oksigen, karbon, dan hidrogen dengan rumus kimia CH 3OH. Metanol
diproduksi secara alami oleh metabolisme anaerobik oleh bakteri. Hasil proses
tersebut adalah uap metanol (dalam jumlah kecil) di udara. Setelah beberapa hari,
uap metanol tersebut akan teroksidasi oleh oksigen dengan bantuan sinar matahari
menjadi karbon dioksida dan air. Reaksi kimia metanol yang terbakar di udara dan
membentuk karbon dioksida dan air adalah sebagai berikut:

2 CH3OH + 3 O2 → 2 CO2 + 4 H2O

Pada keadaan atmosfer ia berbentuk cairan yang ringan, mudah menguap,


tidak berwarna, mudah terbakar, dan beracun dengan bau yang khas (berbau lebih
ringan daripada etanol). Ia digunakan sebagai bahan pendingin anti beku, pelarut,
bahan bakar dan sebagai bahan additif bagi etanol industri.

Api dari metanol biasanya tidak berwarna. Oleh karena itu, kita harus
berhati-hati bila berada dekat metanol yang terbakar untuk mencegah cedera
akibat api yang tak terlihat. Karena sifatnya yang beracun, metanol sering
digunakan sebagai bahan additif bagi pembuatan alkohol untuk penggunaan
industri; Penambahan "racun" ini akan menghindarkan industri dari pajak yang
dapat dikenakan karena etanol merupakan bahan utama untuk minuman keras
(minuman beralkohol).

Metanol kadang juga disebut sebagai wood alcohol karena ia dahulu


merupakan produk samping dari distilasi kayu. Saat ini metanol dihasilkan
melului proses multi tahap. Secara singkat, gas alam dan uap air dibakar dalam
tungku untuk membentuk gas hidrogen dan karbon monoksida. Kemudian, gas
hidrogen dan karbon monoksida ini bereaksi dalam tekanan tinggi dengan
bantuan

katalis untuk menghasilkan metanol. Tahap pembentukannya adalah endotermik


dan tahap sintesisnya adalah eksotermik.

Saat ini, gas sintesis umumnya dihasilkan dari metana yang merupakan
komponen dari gas alam. Terdapat tiga proses yang dipraktekkan secara
komersial, yaitu: (Sheldiez, 2007)
1. Pada tekanan sedang 1 hingga 2 MPa (10-20 atm) dan temperatur tinggi (sekitar
850 °C), metana bereaksi dengan uap air (steam) dengan katalis nikel untuk
menghasilkan gas sintesis menurut reaksi kimia berikut:

CH4 + H2O → CO + 3 H2

Reaksi ini, umumnya dinamakan steam-methane reforming atau SMR,


merupakan reaksi endotermik dan limitasi perpindahan panasnya menjadi
batasan dari ukuran reaktor katalitik yang digunakan.

2. Metana juga dapat mengalami oksidasi parsial dengan molekul oksigen untuk
menghasilkan gas sintesis melalui reaksi kimia berikut:

2 CH4 + O4 → 2 CO2 + 4 H2

reaksi ini adalah eksotermik dan panas yang dihasilkan dapat digunakan secara
in-situ untuk menggerakkan reaksi steam-methane reforming.

3. Ketika dua proses tersebut dikombinasikan, proses ini disebut sebagai


autothermal reforming. Rasio CO and H2 dapat diatur dengan menggunakan
reaksi perpindahan air-gas (the water-gas shift reaction):

CO + H2O → CO2 + H2,

untuk menghasilkan stoikiometri yang sesuai dalam sintesis metanol. Karbon


monoksida dan hidrogen kemudian bereaksi dengan katalis kedua untuk
menghasilkan metanol. Saat ini, katalis yang umum digunakan adalah campuran
tembaga, seng oksida, dan alumina, yang pertama kali digunakan oleh ICI di
tahun 1966. Pada 5-10 MPa (50-100 atm) dan temperatur 250 °C, ia dapat
mengkatalisis produksi metanol dari karbon monoksida dan hidrogen dengan
selektifitas yang tinggi:

CO + 2 H2 → CH3OH
Sangat perlu diperhatikan bahwa setiap produksi gas sintesis dari metana
menghasilkan 3 mol hidrogen untuk setiap mol karbon monoksida, sedangkan
sintesis metanol hanya memerlukan 2 mol hidrogen untuk setiap mol karbon
monoksida. Salah satu cara mengatasi kelebihan hidrogen ini adalah dengan
menginjeksikan karbon dioksida ke dalam reaktor sintesis metanol, dimana ia
akan bereaksi membentuk metanol sesuai dengan reaksi kimia berikut:

CO2 + 3 H2 → CH3OH + H2O


2.3 Sifat-Sifat Bahan Baku Utama dan Produk
2.3.1. Gas Hidrogen (H2) sebagai Bahan Baku
Gas hidrogen merupakan senyawa teringan dalam wujud gas pada suhu
dan tekanan ruang (STP). Gas hidrogen pada keadaan STP memiliki
karakteristik tidak berwarna, tidak berbau, tidak beracun, dan memiliki sifat
mudah terbakar. Gas hidrogen tidak tersedia di permukaan bumi secara alami.
Gas hidrogen dapat dimanfaatkan sebagai energi bersih terbarukan dan banyak
dijadikan salah satu bahan dasar senyawa kimia seperti amonia, metanol, dan
asam klorida (Wiberg and Wiberg, 2001). Sifat fisika gas hidrogen dapat dilihat
pada tabel 1.1

Sifat Fisika Keterangan

Rumus molekul H2

Berat Molekul 2,02 g/mol

Warna Tidak berwarna

Bentuk Gas

Specific gravity 0,0695

Titik Lebur (K) 14


Titik Didih (K) 20,4

Densitas (g/cm3) pada STP 0,031


ΔHf (KJ/mol) (298,15 K) 0

ΔHv (KJ/mol) (STP) 0,904

Sumber : (Green,2008)
Metode sintesa gas hidrogen yang umum digunakan adalah ektrolisa. Air
(H2O) di elektrolisa agar terpecah menjadi unsur dasarnya (H2 dan O2). Listrik
dialirkan ke air untuk memisahkan atom air. Hidrogen berkumpul di katoda
membentuk H2 sedangkan oksigen berkumpul di anoda membentuk O2
(Grigoriev et al., 2006).
2H2O + Energi Listrik → 2H2(g) + O2(g)

Gas hidrogen yang dihasilkan melalui metode ini memiliki kemurnian


yang tinggi. Gas hidrogen tidak terbatas ketersediaan bahan baku dan energi yang
dibutuhkan (listrik dari sumber terbarukan), namun kelemahan metode ini yaitu
waktu proses yang sangat lama (Iwahara et al., 1981).
2.3.2. Gas Karbon Dioksida (CO2)
Gas karbon dioksida merupakan salah satu bahan baku metanol. Seyawa
gas ini terdiri dari satu atom karbon yang mengikat dua atom oksigen secara
kovalen. Pada suhu dan temperatur ruang, gas karbon dioksida berwujud gas yang
memiliki karakteristik tidak berwarna, tidak berbau, dan sedikit beracun. Gas
karbon dioksida tersedia di atmosfir sebanyak 0,04% dari total volume udara di
bumi. Persentase yang cukup kecil namun memiliki peranan yang penting dalam
fotosintesis tanaman. Persentase CO2 terus meningkat sejak era industrialisasi,
disebabkan oleh pembakaran minyak dan gas bumi (Solomon et al., 2009).
Berikut sifat fisika disajikan pada tabel dibawah ini.
Tabel I.2. Sifat Fisika Karbon Dioksida

Sifat Fisika Keterangan

Rumus molekul CO2

Berat Molekul 28,01 g/mol

Warna Tidak berwarna

Bentuk Gas

Specific gravity 0,968

Titik Lebur (K) 68,1

Titik Didih (K) 81,61

Densitas (g/cm3) pada STP 0,301


ΔHf (KJ/mol) (298,15 K) -110,54

ΔHv (KJ/mol) (STP) 6,042

Sumber: (Green, 2008)

2.3.3. Metanol (CH3OH)


Methanol merupakan senyawa alkohol paling sederhana. Dalam suhu
dan tekanan ruang, methanol tidak berwarna dan memiliki wujud zat cair.
Methanol memiliki sifat beracun, sehingga penggunaan metanol untuk
kehidupan sehari-hari sangat terbatas. Terlepas dari hal itu, metanol merupakan
bahan dasar dari berbagai komoditas bahan kimia seperti asam asetat,
formaldehid, metil terbutileter, dan metilamina. Metanol memiliki sifat volatil
dan mudah terbakar pada keadaan STP (Ullmann et al., 1985). Rumus bangun
senyawa metanol dapat ditampilkan pada gambar 1.1.
Gambar 1.1 rumus bangun senyawa methanol

Sifat fisika senyawa metanol disajikan dalam tabel 1.3


Tabel 1.3 Sifat Fisika Methanol
Sifat Fisika Keterangan

Rumus molekul CH3OH

Berat Molekul 32,04 g/mol

Warna Tidak berwarna

Bentuk Gas

Specific gravity 0,792

Titik Lebur (K) 175,5

Titik Didih (K) 333,70

Densitas (g/cm3) pada STP 0,272


ΔHf (KJ/mol) (298,15 K) -201,17

ΔHv (KJ/mol) (STP) 35,25

Sumber : (Green,2008)

2.4 Kegunaan dan Keunggulan Produk


2.4.1 Kegunaan Produk Metanol
Produk dapat digunakan secara langsung untuk:
1. Bahan campuran pada bahan bakar cair.
2. Bahan campuran pada beberapa jenis baterai.

Produk merupakan bahan dasar dari beberapa komoditas kimia :


1. Untuk dijadikan bahan bakar olefins.
2. Untuk dijadikan bahan bakar gas.
3. Merupakan bahan dasar asam asetat.
4. Merupakan bahan dasar formaldehid yang merupakan bahan utama urea
formaldehid resin, phenol formaldehid resin, isoprene, dan butadienol.
5. Merupakan bahan dasar metil ter-butil ether (MTBE), metil metakrilat.
6. Merupakan bahan dasar metil amina. Jenis jenis metil amina yaitu mono
metil amina untuk insektisida dan herbisida, dimetil amina untuk surfaktan
dan detergen, trimetil amina untuk resin penukar ion.
7. Merupakan bahan dasar dimetil eter (DME).

Menurut data Metanol Market Service Analysis (MMSA), persentase konsumsi


metanol disajikan pada tabel di bawah ini
Tabel 1. 4. Penggunaan Metanol (MMSA)

Penggunaan Persentase (%)

Bahan dasar formaldehid 32


Bahan dasar olefin 20
Campuran Bahan bakar 18
Bahan dasar MTBE 12
Bahan dasar asam asetat 10
Bahan dasar DME 5
Lain-lain 3

Sumber : (data Metanol Market Service Analysis (MMSA).

2.4.2 Keunggulan Produk


Produksi produk menggunakan katalis termodifikasi berdasarkan
penelitian terbaru agar menghasilkan metanol dengan harga yang lebih rendah,
serta menghemat penggunaan energi secara keseluruhan.
Bahan dasar CO2 diperoleh dari flue gas salah satu pembangkit listrik di
Indonesia, sehingga mengurangi polusi CO2 di udara. Metanol juga salah satu
bahan bakar dengan emisi CO2 terendah dari bahan bakar alkohol dan bahan
bakar minyak bumi.

2.5 Lokasi Pabrik


Lokasi pabrik merupakan salah satu yang paling penting dalam
pendirian suatu pabrik untuk kelangsungan operasi pabrik. Banyak pertimbangan
yang menjadi dasar dalam menentukan lokasi pabrik, misalnya kemudahan
dalam pengoperasian pabrik dan perencanaan di masa depan, letak pabrik
dengan sumber bahan baku dan bahan pembantu, letak pabrik dengan pasar
penunjang, transportasi, tenaga kerja, kondisi sosial dan lain-lain.
Pemilihan lokasi adalah hal yang sangat penting dalam
perancangan pabrik, karena hal ini berhubungan langsung dengan nilai ekonomis
pabrik yang akan didirikan harus menguntungkan. Oleh karena itu pemilihan
dan penentuan lokasi pabrik yang tepat merupakan salah satu faktor yang
sangat penting dalam suatu perencanaan pabrik. Berdasarkan pertimbangan
diatas, pabrik Methanol ini direncanakan akan didirikan di Kawasan Industri
Karawang, yang terletak di daerah Teluk Jambe, Kabupeten Karawang, Jawa
Barat

Gambar 2.1 Peta lokasi pabrik Methanol

2.4.1 Sumber Bahan Baku


Bahan baku pembuatan Methanol yaitu Karbondioksida dan Hidrogen .
Dimana Karbondioksida didatangkan dari PT Pupuk kujang. Sedangkan untuk
Hidrogen dari PT. Air Liquid Indonesia, Jawa Barat

2.4.2 Pemasaran Produk


Daerah Cilacap adalah daerah industri kimia yang cukup besar dan
terus berkembang. Hal ini menjadikan Cilacap sebagai pasar yang baik bagi
Methanol. Untuk pemasaran hasil produksi dapat dilakukan melalui jalan darat.
Methanol yang dihasilkan dapat dipasarkan untuk industri-industri detergent,
parfum, kosmetik, dan lain-lain. Disamping itu, dekatnya lokasi pabrik dengan
pelabuhan Tanjung Priok akan mempermudah pemasaran produk ke luar
negeri.
2.4.3 Transportasi
Pembelian bahan baku dan penjualan produk dapat dilakukan melalui jalan
darat. Pendirian pabrik di kawasan Karawang dilakukan dengan pertimbangan
kemudahan sarana transportasi darat yang mudah dijangkau karena Karawang
berada dalam jalur transportasi darat seperti jalan raya dan jalan tol yang
memadai, sehingga transportasi darat dari sumber bahan baku dan pasar tidak lagi
menjadi masalah. Dengan ketersediaan sarana tersebut akan menjamin
kelangsungan produksi pabrik.

2.4.4 Tenaga Kerja


Karawang adalah satu dari tiga kawasan industri utama di Jawa Barat
yang merupakan daerah industri dengan tingkat kepadatan penduduk tinggi,
sehingga penyediaan tenaga kerja dapat diperoleh dari daerah disekitarnya,
baik tenaga kasar maupun tenaga terdidik. Tenaga kerja yang dibutuhkan pada
pabrik ini meliputi tenaga kerja terdidik, terampil maupun tenaga kasar. Tenaga
kerja tersebut dapat diperoleh dari daerah sekitar lokasi pabrik dan luar daerah.

2.4.5 Utilitas
Utilitas Dalam pendirian suatu pabrik, tenaga listrik dan bahan bakar
adalah faktor penunjang yang paling penting. Tenaga listrik tersebut didapat dari
PLTU PT Krakatau Daya Listrik dan tenaga listrik sendiri. Pembangkit listrik
utama untuk pabrik adalah menggunakan generator diesel yang bahan bakarnya
diperoleh dari Pertamina. Lokasi pabrik dekat dengan sungai, maka keperluan air
(air proses, air pendingin/penghasil steam, perumahan dan lain-lain) dapat
diperoleh dengan mudah

Anda mungkin juga menyukai