SKRIPSI
OLEH :
SKRIPSI
OLEH :
ii
Mangapul Ambarita dan ibu Rismauli. Penulis merupakan anak kedua dari tiga
bersaudara. Tahun 2014 penulis lulus dari SMA St. Thomas 1 Medan dan pada
tahun 2014 masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur ujian masuk bersama
tahun 2016-2017 sebagai anggota biro penelitian dan pengembangan, serta penulis
tahun 2017-2018.
Nusantara IV, Labuhan Batu Utara pada bulan Juli - Agustus 2017.
iii
Puji Syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat dan rahmat-Nya Penulis dapat menyelesaikan penelitian ini pada waktunya.
Adapun Judul dari penelitian ini adalah ”Pengaruh Curah Hujan dan
Berangir PT. Perkebunan Nusantara IV” yang merupakan salah satu syarat
Ir. Irsal, MP selaku ketua komisi Pembimbing dan ibu Dr. Ir. Charloq, MP selaku
orangtua yang telah memberikan dukungan financial dan spiritual. Ucapan terima
kasih juga ditujukan kepada seluruh staf pengajar, pegawai serta kerabat di
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih semoga penelitian ini dapat
Penulis
iv
ABSTRAK ............................................................................................................ i
ABSTRACT ......................................................................................................... ii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................ x
PENDAHULUAN
Latar Belakang .............................................................................................. 1
Tujuan Penelitian .......................................................................................... 3
Hipotesa Penelitian ....................................................................................... 3
Kegunaan Penelitian ..................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman ............................................................................................ 4
Syarat Tumbuh ............................................................................................. 6
Iklim .................................................................................................... 6
Tanah ................................................................................................... 7
Curah Hujan dan Hari Hujan ........................................................................ 9
Varietas ......................................................................................................... 10
Hubungan Curah Hujan dan Hari Hujan Terhadap Produktivitas
Kelapa Sawit ................................................................................................. 12
METODOLOGI PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................................... 14
Metode Penelitian ......................................................................................... 14
Peubah Amatan ............................................................................................. 15
Produksi Tandan Buah Segar (ton) ..................................................... 15
Curah Hujan (mm) .............................................................................. 15
Hari Hujan (hari) ................................................................................. 16
Varietas ............................................................................................... 16
Uji Asumsi Klasik ........................................................................................ 16
Uji Normalitas ..................................................................................... 17
Uji Heteroskedastisitas ........................................................................ 17
Uji Multikolinearitas ........................................................................... 17
Uji Autokorelasi .................................................................................. 18
v
PELAKSANAAN PENELITIAN
Pengumpulan Data ........................................................................................ 20
Pengolahan Data dan Analisis Data.............................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
(2014-2017) ................................................................................................... 21
3. Rataan curah hujan pada tanaman Kelapa Sawit selama 4 tahun (2014-
2017) .............................................................................................................. 23
4. Rataan hari hujan pada tanaman Kelapa Sawit selama 4 tahun (2014-
2017) .............................................................................................................. 25
10. Nilai koefisien persamaan regresi linear berganda pada tanaman kelapa
11. Uji t-parsial pada tanaman kelapa sawit varietas PPKS selama 4 tahun
(2014-2017) ................................................................................................... 33
12. Sidik ragam persamaan regresi linear berganda pada tanaman kelapa
13. Model pengujian analisis regresi linear berganda pada tanaman kelapa
15. Uji Analisis Korelasi pada tanaman kelapa sawit varietas PPKS selama
17. Rataan Produktivitas, Curah Hujan dan Hari Hujan pada tanaman
19. Nilai signifikansi pada uji heterokedastisitas pada tanaman kelapa sawit
20. Uji multikolinearitas nilai VIF dan Tolerance varietas Socfindo selama
22. Nilai koefisien persamaan regresi linear berganda pada tanaman kelapa
23. Uji t-parsial pada tanaman kelapa sawit varietas Socfindo selama 4
24. Sidik ragam persamaan regresi linear berganda pada tanaman kelapa
25. Model pengujian analisis regresi linear berganda pada tanaman kelapa
26. Uji Analisis Korelasi pada tanaman kelapa sawit varietas Socfindo
viii
ix
4. Data total dan rataan curah hujan (mm/tahun) dan hari hujan
(hari/tahun) selama 4 tahun (2014-2017) ...................................................... 59
10. Model pengujian analisis regresi linear berganda pada varietas PPKS
dan Socfindo .................................................................................................. 62
11. Uji analisis korelasi antar variabel pada tanaman varietas PPKS dan
Socfindo ......................................................................................................... 63
12. Uji Kolmogorov-Smirnov pada tanaman varietas PPKS dan Socfindo ........ 64
14. Uji Autokorelasi pada tanaman varietas PPKS dan Socfindo ....................... 65
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu komoditas
cerah. Indonesia merupakan produsen minyak sawit urutan kedua di dunia setelah
Malaysia yang menguasai sekitar 85% pangsa pasar dunia (Fauzi et al., 2002).
meningkat dan membaik pada pasar dalam negeri maupun luar negeri.
seluruh dunia. Hal ini dikarenakan minyak sawit tidak hanya untuk dikonsumsi
oleh manusia, tetapi juga untuk digunakan sebagai bahan bakar dan sebagai bahan
kelapa sawit, yaitu iklim, bentuk wilayah, kondisi tanah, bahan tanam, dan teknik
menambahkan bahwa umur tanaman, jumlah populasi tanaman per hektar, sistem
sistem pengamanan produksi, serta sistem premi panen juga berpengaruh terhadap
Pertumbuhan kelapa sawit memerlukan curah hujan > 1250 mm/tahun dengan
penyebaran hujan sepanjang tahun merata. Tinggi rendahnya curah hujan dapat
Kondisi curah hujan yang terlalu tinggi berpengaruh terhadap pembentukan dan
perkembangan bunga betina menjadi buah yang gagal terbentuk. Sebaliknya curah
hujan yang rendah berdampak pada suplai air yang kurang dalam jangka waktu
Satu hari hujan adalah periode 24 jam terkumpulnya curah hujan setinggi
500 mm atau lebih dan curah hujan dengan tinggi kurang dari ketentuan tersebut,
hari hujan dianggap nol tetapi curah hujan tetap diperhitungkan. Frekuensi hari
hujan yang rendah akan menyebabkan terjadinya defisit air. Defisit air sangat
berpengaruh dalam produksi tandan buah segar kelapa sawit karena berpengaruh
kelapa sawit dan memiliki nilai koefisien regresi yang negatif sebesar -0.0048
kelapa sawit akan menurun sebesar 0.0048 ton/ha. Menurut Corley (2003)
maksimum pada umur tanaman 8-12 tahun, kemudian menurun secara perlahan-
lahan sesuai dengan umur tanaman yang semakin tua hingga umur ekonomis 25
tahun.
Tujuan Penelitian
Berangir.
Hipotesis Penelitian
Ada pengaruh nyata curah hujan dan hari hujan secara parsial dan simultan
Kebun Berangir.
Kegunaan Penelitian
Universitas Sumatera Utara dan sebagai informasi bagi pihak yang membutuhkan.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
tumbuh ke bawah dan ke samping, membentuk akar primer, sekunder, tersier, dan
quarter. Akar primer tumbuh ke bawah di dalam tanah sampai batas permukaan
air tanah. Akar sekunder, tertier, dan kuarter tumbuh sejajar dengan permukaan air
tanah bahkan akar tertier dan kuarter menuju ke lapisan atas atau ke tempat yang
banyak mengandung zat hara. Di samping itu, tumbuh pula akar nafas yang
muncul di atas permukaan atau di dalam air tanah. Penyebaran akar terkonsentrasi
pada lapisan tanah atas. Dengan perakaran kuat tersebut, jarang ditemukan pohon
Pohon kelapa sawit tumbuh tegak lurus tidak bercabang. Diameter batang
kelapa sawit adalah 35-60 cm. Setiap tahun batang kelapa sawit bertambah
panjang 35-45 cm. Semakin lambat pertambahan panjang batang kelapa sawit
semakin baik. Hal ini akan memudahkan perawatan, terutama untuk memanen
segi tiga, dengan luas penampang 100-112 cm2, dengan ketebalan dinding
(lapisan epidermis: sklereid dan silica) dapat mencapai hingga 4-6 mm. Parenkim
pelepah daun memiliki dimensi serat sebagai berikut : panjang antara 70-150 cm,
Daun kelapa sawit mirip kelapa yaitu membentuk susunan daun majemuk,
bersirip genap, dan bertulang sejajar. Jumlah anak daun di setiap pelepah berkisar
antara 250-400 helai. Daun muda yang masih kuncup berwarna kuning pucat.
Pada tanah yang subur, daun cepat membuka sehingga semakin efektif dalam
respirasi. Daun kelapa sawit yang sehat dan segar berwarna hijau tua.
Letak bunga jantan dan bunga betina kelapa sawit terpisah, masing-masing
tersusun pada tandan yang berbeda tetapi masih satu pohon. Oleh karena itu
kelapa sawit disebut tanaman berumah satu atau monoceous. Namun demikian,
terkadang dalam satu tandan terdapat bunga jantan sekaligus bunga betina. Bunga
ini disebut hermaprodit. Satu tandan bunga jantan terdiri dari 150-200 spinkelet
atau manggar. Dalam satu spinkelet (manggar) terdapat 600-1.500 bunga jantan
(Hadi, 2004).
diperlukan mulai dari penyerbukan sampai buah matang dan siap panen kurang
lebih 5-6 bulan. Warna buah tergantung varietas dan umurnya. Buah kelapa sawit
secara umum terbagi dalam tiga bagian utama, yaitu epikarp atau kulit buah,
mesokarp atau daging buah, dan endokarp yang terdiri dari tempurung dan inti
buah atau kernel. Epikarp merupakan bagian terluar buah kelapa sawit. Epikarp
biasanya mempunyai warna tertentu sesuai varietas dan umur buah. Dari warna
merupakan bagian utama buah kelapa sawit karena dari bagian inilah minyak
kelapa sawit mentah (CPO) akan diperoleh melalui proses ekstraksi atau
inti. Kernel merupakan bagian penting kedua setelah mesokarp karena dari iti
inilah akan dihasilkan KPO sebagai produk unggulan kedua setelah CPO
(Hadi, 2004).
Biji pada kelapa sawit adalah bagian dari buah dan bisa diperoleh dengan
membuang daging buah. Biji terdiri cangkang (endocarp), inti (endosperm), dan
lembaga (embrio). Embrio kelapa sawit panjangnya 3 mm, berdiameter 1,2 mm,
berwarna kuning dan bagian lain yang berwarna putih bentuknya agak tajam.
Bakal biji terdiri 3 ruang tetapi setelah penyerbukan dan menjadi buah, ruang
yang berkembang hanya satu; kadang-kadang dijumpai dua ruang. Jika endosperm
(Soehardjo, 1999).
atas dura, psifera, dan tenera. Buah yang paling baik untuk dijadikan bibit kelapa
sawit adalah jenis tenera yang merupakan hasil persilangan antara dura dan
proporsional. Dura memiliki tempurung yang tebal sehingga sabut dan inti sangat
kecil, sedangkan untuk psifera memiliki sabut yang besar sehingga inti amat kecil.
Padahal bagian buah kelapa sawit yang dimanfaatkan tidak hanya sabutnya untuk
menghasilkan crude palm oil (CPO), tetapi juga memanfaatkan bagian inti untuk
menghasilkan kernel palm oil (KPO) yang berwarna putih (Widyawati, 2009).
Syarat Tumbuh
Iklim
Salah satu faktor iklim yang sangat berpengaruh terhadap produktifitas kelapa
sawit adalah air. Ketersediaan air ini sangat dipengaruhi oleh curah hujan, irigasi
yang diberikan ke perkebunan serta kapasitas tanah dalam menahan air (Lubis,
1992).
meliputi curah hujan, radiasi sinar matahari, suhu, dan kelembaban udara
(Hadi, 2004).
Curah hujan ideal untuk tanaman kelapa sawit berkisar 2000 – 2500 mm
per tahun dan tersebar merata sepanjang tahun. Jumlah penyinaran rata-rata
sebaiknya tidak kurang dari 6 jam per hari. Temperatur optimum untuk tanaman
kelapa sawit antara 22 – 23 oC. Keadaan angina tidak terlalu berpengaruh karena
tanaman kelapa sawit lebih tahan terhadap angina kencang dibandingkan dengan
Curah hujan yang optimal untuk tanaman kelapa sawit adalah 2.000 –
3.000 mm per tahun, dengan jumlah hari hujan tidak lebih dari 180 hari per tahun.
Hujan yang merata sepanjang tahun kurang baik karena pertumbuhan vegetatif
terbentuk relatif lebih sedikit. Sebaliknya, curah hujan yang terlalu tinggi akan
(Barkhah, 2012).
reaksi biokimia dan metabolisme dalam tubuh tanaman. Suhu 20oC merupakan
batas minimal dan suhu 33oC merupakan suhu maksimum, bagi pertumbuhan
Tanah
Meskipun kelapa sawit tidak berbeda jauh dengan tumbuhan dari familia
palmae lain misalnya pinang, palem, kelapa, aren, dan lain lain yang dapat
tumbuh di hampir semua jenis tanah, namun karena diinginkan produksi yang
optimal dalam jangka waktu yang lama, maka jenis tanah untuk budidaya kelapa
pertumbuhan dan produksi yang optimal, yaitu tanah yang subur (Hadi, 2004).
baik dan memiliki lapisan solum yang dalam tanpa lapisan padas. Tanaman kelapa
sawit membutuhkan unsur hara dalam jumlah besar untuk pertumbuhan vegetatif
dan generatif. Karena itu, untuk mendapat produksi yang tinggi dibutuhkan
kandungan unsur hara yang tinggi juga. Selain itu pH tanah sebaiknya bereaksi
asam dengan kisaran nilai 4,0-6,0 dan ber-pH optimum 5,0-5,5. Secara umum
kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah podzolik, latosol, hidromorfik, kelabu,
alluvial, atau regosol. Secara umum kelapa sawit berproduksi dengan baik pada
Sifat fisik tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit ialah
memiliki solum yang dalam lebih dari 80 cm, karena baik untuk perkembangan
akar sehingga efisiensi penyerapan hara tanaman akan lebih baik. Tekstur tanah
yang paling ideal untuk kelapa sawit adalah lempung atau lempung berpasir
dengan komposisi 20-60% pasir, 10-40% lempung dan 20-50% liat. Struktur
tanah yang paling ideal untuk kelapa sawit adalah perkembangannya kuat,
konsistensi gembur sampai agak teguh dan permeabilitas sedang. Selain itu,
ketebalan gambut yang baik adalah 0-0,6 m dan tidak dijumpai laterite
(Soehardjo, 1999).
Bentuk wilayah yang cocok untuk kelapa sawit adalah: pertama, wilayah
yang datar sampai berombak, yaitu wilayah dengan kemiringan lereng 0-8 %.
%, kelapa sawit masih dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik melalui upaya
Curah hujan adalah air hujan yang jatuh di permukaan tanah selama
jangka waktu tertentu, diukur dalam satuan tinggi kolom di atas permukaan
dalam tinggi air (mm) diukur dengan penakar hujan dengan luas moncong 100
cm2. Satu hari hujan adalah periode 24 jam terkumpulnya curah hujan setinggi 0.5
mm atau lebih dan curah hujan dengan tinggi kurang dari ketentuan tersebut, hari
hujan dianggap nol tetapi curah hujan tetap diperhitungkan (Siregar et al, 2006).
bahwa curah hujan yang ideal untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit adalah
2.500 – 3.000 mm/tahun dengan distribusi merata sepanjang tahun serta tidak
terdapat 7 bulan kering berkepanjangan dengan curah hujan di bawah 120 mm dan
Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa
sawit adalah di atas 2000 mm dan merata sepanjang tahun. Hujan yang tidak turun
turun (anak daun atau janur tidak dapat memecah). Hujan yang lama tidak turun
juga banyak berpengaruh terhadap produksi buah, karena buah yang sudah cukup
umur tidak mau masak (brondol) sampai turun hujan (Sastrosayono, 2003).
anthesis. Curah hujan yang tinggi biasanya diikuti dengan penambahan hari hujan.
lain pihak dapat menghambat penyerbukan karena sebagian serbuk hilang terbawa
aliran air hujan. Sedangkan curah hujan yang rendah akan menghambat
(Nugraheni, 2007).
produksi buah sawit. Curah hujan yang tinggi dapat menghambat kegiatan panen
berondolan karena bercampur dengan tanah. Curah hujan yang tinggi mendorong
karena serbuk sari hilang terbawa aliran air dan serangga penyerbuk tidak keluar
dari sarangnya dan juga kegagalan matang tandan pada bunga yang telah
bila curah hujan tinggi buah kelapa sawit cepat memberondol (PPKS, 2006).
Varietas
(Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2003). Bibit bermutu diperoleh bila kecambah
kelapa sawit yang digunakan berasal dari produsen yang diakui oleh pemerintah.
Produsen benih resmi yang telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian, yaitu Pusat
Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), PT. London Sumatera (PT. Lonsum), PT. Socfin
Indonesia (PT. Socfindo), PT. Dami Mas Sejahtera, PT. Tunggal Yunus Estate
Bahan Tanam yang umum digunakan adalah Tenera yang merupakan hasil
dari persilangan Dura dan Pesifera. Varietas Dura sebagai indukan betina dan
dan kuantitas yang lebih baik. PPKS di Indonesia yang menghasilkan varietas
unggu adalah Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) dan PT.Socfin Indonesia
Kementerian Pertanian pada bulan Agustus 2013 telah merilis kelapa sawit
varietas DxP Socfindo Moderat Tahan Gano. Menurut Prof. Dr. Meity Suradji
Sinaga, varietas ini bukan varietas yang “total resisten” terhadap serangan
penyakit ganoderma, tetapi “moderat tahan” yang berarti masih bisa terserang,
namun tingkat serangannya jauh di bawah rata-rata serangan pada varietas lain
(Arisanti, 2013).
Menurut Lubis dan Widanarko (2011) bahwa bahan tanaman kelapa sawit
unggul dapat berasal dari hasil persilangan berbagai sumber (inter and intra
itu, bahan tanaman kelapa sawit unggul dapat juga dihasilkan dari pemuliaan
tanaman pada tingkat molekuler yang diperbanyak secara vegetatif melalui teknik
kultur jaringan.
diperoleh saat curah hujan terbesar pula (curah hujan > 100 mm/bulan). Akan
tetapi pada curah hujan 60–100 mm/bulan produktivitas tanaman kelapa sawit
yang dihasilkan lebih kecil daripada produktivitas tanaman pada curah hujan < 60
mm/bulan.
curah hujan paling tinggi, dengan curah hujan total mencapai 5220 mm, sedang
curah hujan terendah terjadi pada tahun 2003 dengan total curah hujan mencapai
2115 mm. Produksi kelapa sawit tertinggi adalah pada tahun 2008 dengan total
jumlah produksi sebesar 279.540 kg, sedang yang terendah pada tahun 1990
sebesar 440.328 kg. Produksi kelapa sawit mengalami peningkatan seiring dengan
sub unit Kalianta Kabun Riau, menemukan bahwa besar kecilnya curah hujan
sangat mempengaruhi nilai lolosan tajuk dan aliran batang serta intersepsi yang
terjadi setiap bulannya. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa lolosan tajuk
pada tegakan kelapa sawit cukup tinggi di wilayah ini. Pada bulan Desember 2009
nilai lolosan tajuk mencapai 353.9 mm. Tingginya nilai lolosan tajuk pada bulan
ini dikarenakan oleh tingginya curah hujan pada bulan tersebut. Sebaliknya pada
bulan Juni 2011 memiliki curah hujan yang rendah sehingga perolehan nilai
lolosan tajuk pada bulan ini hanya sebesar 2.2 mm. Curah hujan yang baik untuk
pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit adalah di atas 2000 mm dan
merata sepanjang tahun. Hujan yang tidak turun selama 3 bulan menyebabkan
pertumbuhan kuncup daun terhambat sampai hujan turun (anak daun atau janur
tidak dapat memecah). Hujan yang lama tidak turun juga banyak berpengaruh
terhadap produksi buah, karena buah yang sudah cukup umur tidak mau masak
berlangsung sampai 2–3 tahun ke depan. Sebagai contoh, produksi tandan buah
kemarau panjang yang terjadi pada tahun 1982. Penurunan tersebut 5–11 % pada
tahun berjalan, 14–55 % pada tahun 1983, dan 4–30 % pada tahun 1984
(Lubis, 1992).
Tengah, menemukan bahwa umur tanaman memiliki peranan yang sangat penting
terhadap produksi TBS kelapa sawit. Hasil analisis menunjukkan umur tanaman
kelapa sawit pada umur 7-11 tahun dapat mencapai produksi optimum dengan
jumlah TBS yang dihasikan banyak dan berat janjang yang dihasilkan juga cukup
tinggi sehingga berpengaruh kepada pencapaian produksi TBS per hektarnya yang
tinggi pula.
METODOLOGI PENELITIAN
Metode Penelitian
kualitatif. Data curah hujan, hari hujan mulai tahun 2013 sampai dengan tahun
2016, dan data produktivitas mulai tahun 2014 sampai dengan tahun 2017
Socfindo, kemudian data curah hujan, hari hujan, dan produktivitas dianalisis
pengujian terhadap hipotesis, apakah hipotesis diterima atau ditolak. Dan yang
terakhir dapat dilakukan penarikan kesimpulan. Alat bantu yang digunakan untuk
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini ialah analisis regresi
linier berganda dan korelasi. Teknik analisis regresi linier berganda digunakan
untuk mengetahui pengaruh fungsional antar variabel terikat dan variabel bebas,
variabel bebas dan terikat serta hubungan antar variabel komponen produktivitas.
Variabel tidak bebas adalah varibel yang keberadaannya dipengaruhi oleh variabel
bebas dan dinotasikan dengan Y. Variabel tidak bebas dalam penelitian ini adalah
produktivitas TBS kelapa sawit, sedangkan variabel bebas adalah variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya variabel tidak bebas dan
dinotasikan dengan X. Variabel bebas pada penelitian ini adalah curah hujan dan
hari hujan bulanan. Pengaruh fungsional variabel curah hujan dan hari hujan
bulanan terhadap produksi TBS yang dinalaisis dengan fungsi matermatis sebagai
berikut :
Y = a+b1X1+b2X2+b3X3+e
Keterangan :
Y : produktivitas TBS
ε : error
Peubah Amatan
Peubah amatan yang diamati adalah data primer dari kebun berupa data
produktivitas tandan buah segar (TBS) sebagai variabel terikat dan data curah
hujan, hari hujan dan varietas sebagai variabel bebas di PT. Perkebunan Nusantara
Sumatera Utara.
berdasarkan data produksi kelapa sawit bulanan selama 4 tahun yakni tahun 2014
sampai dengan tahun 2017 dikumpulkan lalu dibagi dengan luas lahan sehingga
hujan bulanan selama 4 tahun yakni tahun 2013 sampai dengan tahun 2016. Data
Data hari hujan yang digunakan diperoleh dengan cara menjumlahkan hari
dimana turunnya hujan setiap bulannya selama 4 tahun mulai tahun 2013 sampai
dengan tahun 2016. Data diperoleh dari PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun
Utara.
Varietas
Nusantara IV, yaitu varietas Socfindo dan varietas PPKS. Varietas yang diamati
adalah varietas Socfindo dan PPKS. Data diperoleh dari PT. Perkebunan
tersebut tidak berdiri sendiri untuk memberikan pengaruh terhadap produksi yang
produksi yang digunakan yaitu data komponen jumlah janjang, berat janjang rata-
Uji asumsi klasik berguna untuk menguji apakah model regresi yang
digunakan dalam penelitian layak diuji atau tidak. Kelayakan model regresi dapat
terlihat dari data yang dihasilkan terdistribusi normal, dan tidak terdapat
Jika keseluruhan syarat tersebut terpenuhi berarti model analisis telah layak
digunakan.
Uji Normalitas
variabel tidak bebas dan variabel bebas memiliki data yang terdistribusi normal
atau tidak. Data yang terdistribusi normal menunjukkan bahwa tidak terdapat nilai
ekstrim yang nantinya dapat mengganggu hasil penelitian. Model regresi yang
baik adalah yang memiliki distribusi data normal dan mendekati normal. Dalam
pembahasan ini akan digunakan uji one sample Kolmogorov – Sminov dengan
signifikan dan nilai uji one sample Kolmogorov – Sminov lebih besar dari 5%
atau 0,05.
Uji Heteroskedastisitas
varians dan residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain pada model
regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya
yang digunakan adalah uji Glejser. Uji glejser dilakukan dalam meregresikan nilai
Uji Multikolinearitas
hubungan linear antar variabel independen dalam model regresi. Prasyarat yang
harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya multikolinearitas. Uji
Multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai varian inflation factor (VIF) dan
nilai tolerance pada model regresi. Model regresi yang baik ialah yang terjadi
multikolinearitas yang dibuktikan dengan nilai VIF<5 dan nilai tolerance > 0,1.
Uji Autokorelasi
penyimpangan yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan adanya
pengamatan lain pada model regresi. Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi
dapat dilihat dari nilai Durbin Watson (d) dibandingkan dengan nilai Tabel durbin
Watson. Prasyarat yang harus terpenuhi adalah tidak adanya autokorelasi dalam
model regresi. Metode uji Durbin-Watson (uji DW) dengan ketentuan sebagai
berikut:
2. Jika d terletak antara dL dan dU atau d terletak antara (4-dU) dan (4-dL),
Pengujian Hipotesis
Uji-T (parsial), Uji-F (serempak) dan R2. Pengujian hipotesis dilakukan dengan
uji dua arah dengan tingkat signifikan (α) sebesar 5% apakah diterima atau
bebas terhadap nilai variabel terikat sedangkan nilai R2 semakin mendekati satu
memperlihatkan semakin besar pula pengaruh semua variabel bebas terhadap nilai
Uji hipotesis secara serempak digunakan untuk mengetahui pengaruh dari variabel
H0 : bi = 0
Hi : bi ≠ 0,
Nilai R Interpretasi
0,00 Tidak ada korelasi
0,01-0,20 Sangat Lemah
0,21-0,40 Lemah
0,41-0,60 Agak Lemah
0,61-0,80 Cukup
0,81-0,99 Kuat
1,00 Sangat Kuat
Sumber: Husain dan Setiadi, 1995
Penarikan Kesimpulan
yang telah di analisis dengan menggunakan analisis regresi linier berganda dan
PELAKSANAAN PENELITIAN
Pengumpulan Data
umum dan data primer untuk keperluan analisis. Data primer ini diperoleh dari
studi literatur yang didapat di kantor tentang PTPN IV kebun Berangir. Data
kebun. Data primer untuk laporan umum meliputi keadaan umum perusahaan,
letak geografis, keadaan tanah dan iklim, luas tata guna kebun, keadaan produksi
dan produktivitas tanaman. Data primer untuk keperluan analisis ini diambil data
bulanan selama 4 tahun terakhir yaitu mulai tahun 2013 sampai dengan tahun
2016 meliputi data curah hujan, data hari hujan, varietas, data produksi selama 4
melakukan uji asumsi klasik pada data yang telah diperoleh untuk melihat apakah
data yang diperoleh layak untuk diuji atau tidak. Data yang layak diuji akan
dilanjutkan dengan uji regresi linier berganda dan korelasi dan dibandingkan
Data produktivitas kelapa sawit (kg/ha) pada tahun 2014, 2015, 2016, 2017
varietas PPKS, tahun 2014, 2015, 2016, 2017 varietas Socfindo, data curah hujan
(mm/bulan) dan hari hujan (hari/bulan) pada tahun 2013-2016 dari kebun PT.
tabel-tabel berikut.
Data produktivitas kelapa sawit (kg/ha) pada tahun 2014, 2015, 2016, dan
2017 varietas PPKS dari kebun PT. Perkebunan Nusantara IV kebun Berangir
Tabel 2. Rataan produktivitas kelapa sawit varietas PPKS per tahun (2014-2017)
Tahun
Bulan Rataan
2014 2015 2016 2017
---------------------------------kg/ha-----------------------------------
Januari 162.391 162.844 155.601 223.121 175.989
Februari 152.749 132.329 173.270 165.354 155.925
Maret 175.807 130.260 171.183 225.871 175.780
April 177.237 167.911 109.630 209.452 166.058
Mei 217.391 198.725 189.067 217.404 205.647
Juni 206.521 191.710 240.520 186.534 206.321
Juli 212.999 185.409 265.415 296.930 240.188
Agustus 199.637 265.473 297.136 323.146 271.348
September 228.496 276.146 342.758 316.398 290.950
Oktober 200.673 215.079 307.739 263.574 246.766
November 214.733 211.999 293.111 298.209 254.513
Desember 202.543 184.348 299.727 263.120 237.435
Total 2.351.177 2.322.234 2.845.158 2.989.113 2.626.920
PPKS tertinggi terdapat pada bulan September sebesar 290.950 kg/ha dan rataan
perkembangan produktivitas kelapa sawit varietas PPKS (kg/ha) pada tahun 2014-
Gambar 1 diatas dapat dilihat bahwa tahun 2014 pada tanaman kelapa
sawit varietas PPKS, total produktivitas tertinggi terdapat pada bulan September
sebesar 228.496 kg/ha dan total terendah terdapat pada bulan Februari sebesar
152. 749 kg/ha. Pada tahun 2015, total produktivitas tertinggi terdapat pada bulan
September sebesar 276.146 kg/ha dan total terendah terdapat pada bulan Maret
sebesar 130.260 kg/ha. Pada tahun 2016, total produktivitas tertinggi terdapat
pada bulan September sebesar 342.758 kg/ha dan total terendah terdapat pada
bulan Januari sebesar 155.601 kg/ha. Pada tahun 2017, total produktivitas
tertinggi terdapat pada bulan Agustus sebesar 323.146 kg/ha dan total terendah
Data rataan curah hujan (mm/bulan) dan hari hujan (hari/bulan) pada
Berikut ini data curah hujan (mm/bulan) pada tanaman kelapa sawit per
Tabel 3. Rataan curah hujan pada tanaman kelapa sawit per tahun (2013-2016)
Tahun
Bulan Rataan
2013 2014 2015 2016
---------------------------------mm/bulan---------------------------------
Januari 173 184 259 84 175
Februari 392 130 77 148 187
Maret 67 60 238 61 107
April 320 209 259 111 225
Mei 338 158 305 401 300
Juni 102 62 142 249 139
Juli 145 129 137 326 184
Agustus 284 284 176 95 210
September 254 272 216 194 234
Oktober 518 354 155 264 323
November 283 362 350 450 361
Desember 321 332 297 547 374
Total 3.196 2.538 2.609 2.929
Tabel 3 dapat dilihat bahwa rataan curah hujan tertinggi pada tanaman
kelapa sawit per tahun (2013-2016) terdapat pada bulan Desember sebesar 374
mm/bulan dan rataan terendah terdapat pada bulan Maret sebesar 107 mm/bulan.
Gambar 2. Grafik perkembangan curah hujan pada tanaman kelapa sawit per
tahun (2013-2016).
Gambar 2 diatas dapat dilihat bahwa tahun 2013 pada tanaman kelapa sawit per
tahun (2013-2016), total curah hujan tertinggi terdapat pada bulan Februari
sebesar 392 mm/bulan dan total terendah terdapat pada bulan Maret sebesar 67
mm/bulan. Pada tahun 2014, total curah hujan tertinggi terdapat pada bulan
November sebesar 362 mm/bulan dan total terendah terdapat pada bulan Maret
sebesar 60 mm/bulan. Pada tahun 2015, total curah hujan tertinggi terdapat pada
bulan November sebesar 350 mm/bulan dan total terendah terdapat pada bulan
Februari sebesar 77 mm/bulan. Pada tahun 2016, total curah hujan tertinggi
terdapat pada bulan Desember sebesar 547 mm/bulan dan total terendah terdapat
Berikut ini data hari hujan (hari/bulan) pada tanaman kelapa sawit per tahun
Tabel 4. Rataan hari hujan pada tanaman kelapa sawit per tahun (2013-2016).
Tahun
Bulan Rataan
2013 2014 2015 2016
-------------------------------hari/bulan------------------------------
Januari 11 8 10 6 9
Februari 15 4 6 8 8
Maret 6 4 12 3 6
April 16 11 10 8 11
Mei 12 11 15 13 13
Juni 6 4 9 11 7
Juli 8 5 8 14 9
Agustus 11 13 11 8 11
September 10 14 12 13 12
Oktober 22 14 8 13 14
November 16 15 17 20 17
Desember 13 15 11 17 14
Total 146 116 128 133
Tabel 4 dapat dilihat bahwa rataan hari hujan tertinggi pada tanaman
kelapa sawit per tahun (2013-2016) terdapat pada bulan November sebesar 17
hari/bulan dan rataan terendah terdapat pada bulan Maret sebesar 6 hari/bulan.
Gambar 3 dapat dilihat bahwa tahun 2013 pada tanaman kelapa sawit, total hari
hujan tertinggi terdapat pada bulan Oktober sebesar 22 hari/bulan dan total hari
hujan terendah terdapat pada bulan Maret dan Juni sebesar 6 hari/bulan. Pada
tahun 2014, total hari hujan tertinggi terdapat pada bulan November dan
Desember sebesar 15 hari/bulan dan total hari hujan terendah terdapat pada bulan
Februari, Maret, dan Juni sebesar 4 hari/bulan. Pada tahun 2015, total hari hujan
tertinggi terdapat pada bulan November sebesar 17 hari/bulan dan total hari hujan
terendah terdapat pada bulan Februari sebesar 6 hari/bulan. Pada tahun 2016, total
hari hujan tertinggi terdapat pada bulan November sebesar 20 hari/bulan dan total
Gambar 3. Grafik perkembangan hari hujan pada tanaman kelapa sawit per tahun
(2013-2016).
Tabel 5 dapat dilihat bahwa total produktivitas pada tanaman kelapa sawit
per tahun (2014-2017) sebesar 2.626.920 kg, total curah hujan per tahun (2013-
2016) sebesar 2.818 mm dan total hari hujan sebanyak 132 hari.
Tabel 5. Rataan Produktivitas, Curah Hujan dan Hari Hujan pada tanaman Kelapa
Sawit per tahun.
Rataan
Bulan
Produktivitas Curah Hujan Hari Hujan
-----kg/ha----- --mm/bulan-- --hari/bulan--
Januari 175.989 175 9
Februari 155.925 187 8
Maret 175.780 107 6
April 166.058 225 11
Mei 205.647 300 13
Juni 206.321 139 7
Juli 240.188 184 9
Agustus 271.348 210 11
September 290.950 234 12
Oktober 246.766 323 14
November 254.513 361 17
Desember 237.435 374 14
Total 2.626.920 2.818 132
hari hujan (hari/bulan) pada tanaman kelapa sawit per tahun (2014-2017)
Gambar 4. Grafik hubungan produktivitas, curah hujan dan hari hujan pada
tanaman kelapa sawit varietas PPKS per tahun (2014-2017).
tanaman kelapa sawit varietas PPKS per tahun (2014-2017) terdapat pada bulan
September sebesar 290.950 kg/ha dan rataan terendah terdapat pada bulan
Februari sebesar 155.925 kg/ha. Rataan curah hujan tertinggi pada bulan
Desember sebesar 374 mm/bulan dan terendah pada bulan Maret sebesar 107
Analisis Data
Analisis produktivitas TBS 2014, 2015, 2016, dan 2017 varietas PPKS di
Analisis regresi linear berganda untuk mengetahui apakah variabel curah hujan
dan hari hujan akan memberikan pengaruh terhadap produktivitas kelapa sawit
sawit adalah model analisis linear berganda. Analisis korelasi berguna untuk
melihat kuat lemahnya hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat.
Unstandardized
Residual
N 12
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 35.95423344
Most Extreme Differences Absolute .162
Positive .162
Negative -.080
Test Statistic .162
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
normal atau tidak. Persyaratan uji normalitas adalah data berdistribusi normal.
Data di analisis dengan uji One Sample Kolmogorov-Smirnov pada taraf uji 0,05.
Data dinyatakan berdistribusi normal jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05
(Sig > α 0,05). Untuk persamaan regresi pada tanaman kelapa sawit varietas
varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Prasyarat yang
harus dipenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya gejala heterokedastisitas.
Metode pengujian yang digunakan ialah uji Glejser. Uji Glejser dilakukan dengan
persamaan regresi linear berganda pada tanaman kelapa sawit varietas PPKS
Tabel 7. Nilai signifikansi pada uji heterokedastisitas pada tanaman kelapa sawit
varietas PPKS selama 4 tahun (2014-2017).
curah hujan memiliki nilai signifikansi pada tanaman kelapa sawit varietas PPKS
selama 4 tahun yaitu sebesar 0,296 sedangkan variabel hari hujan memiliki nilai
signifikansi sebesar 0,597. Variabel curah hujan dan hari hujan memiliki nilai
signifikansi diatas 0,05 dalam model ini sehingga memiliki sebaran varian yang
sama (homogen). Dengan kata lain, tidak terdapat heterokedastisitas dalam model
ini.
inflation factor (VIF) dan nilai Tolerance pada model regresi. Model regresi yang
baik ialah tidak terjadi multikolinearitas yang dibuktikan dengan nilai VIF < 10
dan nilai Tolerance > 0,1. Berikut disajikan nilai VIF dan Tolerance model regresi
linear berganda pada produktivitas TBS varietas PPKS selama 4 tahun (2014-
Tabel 8. Uji multikolinearitas nilai VIF dan Tolerance varietas PPKS selama 4
tahun (2014-2017).
Berdasarkan hasil uji multikolinearitas diatas diperoleh nilai VIF yang lebih kecil
dari 10 dan nilai Tolerance lebih besar dari 0,1 untuk kedua variabel yang diuji
regresi tersebut.
pengamatan lain pada model regresi. Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi
dapat dilihat dari nilai Durbin Watson. Untuk model persamaan regresi pada
tanaman kelapa sawit varietas PPKS selama 4 tahun di atas, diperoleh nilai
Durbin Watson (d) ialah 0,927 berdasarkan kriteria pada uji autokorelasi, jika d
(0,927) terletak antara dU (1,579) dan 4-dU (2,421), maka tidak terjadi
autokorelasi; jika nilai d (0,927) lebih kecil dari dL (0,812) atau nilai d (0,927)
lebih besar dari 4-dL (3,188), maka terjadi autokorelasi; jika nilai d (0,927)
terletak antara dL (0,812) dan dU (1,579) atau nilai d (0,927) terletak antara 4-dU
(2,421) dan 4-dL (3,188) maka tidak dapat disimpulkan. Dalam model regresi di
atas maka nilai d terletak antara dL dan dU, artinya tidak dapat disimpulkan. Dari
keempat uji asumsi klasik tersebut menyatakan bahwa persamaan regresi pada
tanaman kelapa sawit varietas PPKS selama 4 tahun (2014-2017) telah memenuhi
syarat.
Model Durbin-Watson
1 0.927
berganda pada tanaman kelapa sawit varietas PPKS selama 4 tahun (2014-2017)
Tabel 10. Nilai koefisien persamaan regresi linear berganda pada tanaman kelapa
sawit varietas PPKS selama 4 tahun (2014-2017).
Koefisien
Model
R R2 Adjusted R Square
1 .630a .397 .263
Pada tabel dapat diperoleh bahwa pada tanaman kelapa sawit varietas PPKS
produktivitas kelapa sawit varietas PPKS dapat dijelaskan oleh variasi variabel
curah hujan dan hari hujan yang terjadi dan sisanya sebesar 60,3% dijelaskan oleh
Pengaruh curah hujan dan hari hujan terhadap produktivitas kelapa sawit
varietas PPKS selama 4 tahun (2014-2017) dapat dilihat dari uji t-parsial. Berikut
disajikan uji t-parsial pada tanaman kelapa sawit varietas PPKS selama 4 tahun
Tabel 11. Uji t-parsial pada tanaman kelapa sawit varietas PPKS selama 4 tahun
(2014-2017)
4 tahun
Peubah
t-hitung Sig.
Curah Hujan 1.109 .296tn
Hari Hujan 0.548 .597tn
Keterangan: tn = berpengaruh tidak nyata
Hasil uji t-parsial di atas, terlihat bahwa nilai signifikansi variabel curah
hujan pada tanaman kelapa sawit varietas PPKS selama 4 tahun (2014-2017) lebih
besar dari 5% (Sig > α 0,05) yaitu 0,296 > 0,05, dan nilai t hitung < t tabel yaitu -
1,109 < 2,18. Maka dapat disimpulkan bahwa t hitung berbeda tidak nyata pada
taraf kepercayaan 95% (H0 terima). Dengan demikian, variabel curah hujan secara
varietas PPKS.
hujan pada tanaman kelapa sawit varietas PPKS selama 4 tahun (2014-2017) lebih
besar dari 5% (Sig > α 0,05) yaitu 0,296 > 0,05, dan nilai t hitung < t tabel yaitu
0,548 < 2,262. Maka dapat disimpulkan bahwa t hitung berbeda tidak nyata pada
taraf kepercayaan 95% (H0 terima). Dengan demikian, variabel hari hujan secara
varietas PPKS.
Berikut disajikan analisis sidik ragam untuk uji serempak pada persamaan
regresi linear berganda variabel curah hujan dan hari hujan dengan produktivitas
pada tanaman kelapa sawit varietas PPKS selama 4 tahun (2014-2017) pada tabel
12.
Tabel 12. Sidik ragam persamaan regresi linear berganda pada tanaman kelapa
sawit varietas PPKS selama 4 tahun (2014-2017).
Sumber Derajat
Produktivitas F hitung Sig.
keragaman bebas
Regresi 2 2.966 .102tn
4 tahun Residual 9
Total 11
Keterangan: tn = berbeda tidak nyata
varietas PPKS selama 4 tahun (2014-2017), diperoleh nilai F-hitung < F-tabel
yaitu 2,966 < 4,26 dan nilai signifikansi pada uji ini lebih besar dari 5% (Sig α
0,05) yaitu 0,102 > 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa F hitung berbeda tidak
nyata pada taraf kepercayaan 95% (H0 terima). Hal tersebut mengartikan bahwa
variabel curah hujan dan hari hujan dalam model regresi secara simultan
(2014-2017).
pada tanaman kelapa sawit varietas PPKS selama 4 tahun (2014-2017) pada Tabel
13.
Tabel 13. Model pengujian analisis regresi linear berganda pada tanaman kelapa
sawit varietas PPKS selama 4 tahun (2014-2017).
dihasilkan oleh variabel curah hujan dan hari hujan dalam memprediksi
produktivitas kelapa sawit varietas PPKS sebesar 5,609 satuan dan setiap
peningkatan hari hujan sebesar satu satuan maka akan meningkatkan produktivitas
Analisis Korelasi
variabel bebas dan terikat. Berikut disajikan inpretasi nilai R pada analisis korelasi
Nilai R Interpretasi
0,00 Tidak Ada Korelasi
0,01-0,20 Sangat lemah
0,21-0,40 Lemah
0,41-0,60 Agak Lemah
0,61-0,80 Cukup
0,81-0,99 Kuat
1,00 Sangat Kuat
dan hari hujan pada tanaman kelapa sawit varietas PPKS selama 4 tahun (2014-
Tabel 15. Uji Analisis Korelasi pada tanaman kelapa sawit varietas PPKS selama
4 tahun (2014-2017).
Variabel
Statistik Uji Curah Hujan Hari Hujan Produktivitas
R
1 .792** .587*
(koefisien)
Sig. - .002 .045
R
.792** 1 .514
(koefisien)
Sig. .002 - .087
R
.587* .514 1
(koefisien)
Sig. .045 .087 -
Keterangan: ** = sangat berbeda nyata pada taraf uji 1%
tn = berbeda tidak nyata
Analisis korelasi pada tanaman kelapa sawit varietas PPKS selama 4 tahun
(2014-2017) menunjukkan bahwa variabel curah hujan dan hari hujan memiliki
keeratan yang cukup yaitu 0,792. Hal ini terlihat dari nilai signifikansi lebih kecil
dari 1% (Sig < α 0,01). Analisis korelasi pada tanaman kelapa sawit varietas
PPKS selama 4 tahun (2014-2017) menunjukkan bahwa variabel curah hujan dan
produktivitas memiliki keeratan yang agak lemah yaitu 0,587. Hal ini terlihat dari
nilai signifikansi lebih besar dari 5% (sig > α 0,05). Analisis korelasi pada
bahwa variabel hari hujan dan produktivitas memiliki keeratan yang agak lemah
yaitu 0,514. Hal ini terlihat dari nilai signifikansi lebih besar dari 5% (sig > α
0,05).
Menurut Barkhah (2012) curah hujan optimal untuk tanaman kelapa sawit
adalah 2.000-3.000 mm per tahun. Hujan yang merata sepanjang tahun kurang
hujan pada tanaman kelapa sawit varietas PPKS selama 4 tahun (2014-2017)
memiliki tanda positif sebesar 5,609 satuan. Hal tersebut mengartikan bahwa
setiap kenaikan satu milimeter curah hujan per bulan meningkatkan produktivitas
kelapa sawit varietas PPKS sebesar 5,609 satuan dengan asumsi variabel lain
dianggap konstan.
Hasil uji t parsial menunjukkan bahwa pada tanaman kelapa sawit varietas
PPKS selama 4 tahun, pengaruh curah hujan secara parsial berpengaruh tidak
nyata terhadap produktivitas kelapa sawit varietas PPKS. Hal ini dapat dilihat dari
nilai signifikansi lebih besar dari 5% (Sig > 0,05) yaitu 0,296 > 0,05 dan nilai t
selama 4 tahun (2014-2017) di kebun Berangir. Hal ini disebabkan oleh cukupnya
sedangkan curah hujan yang terjadi pada kebun Berangir memiliki curah hujan
kelapa sawit dapat tercapai dan menyebabkan produktivitas kelapa sawit varietas
PPKS berpengaruh tidak nyata menurut Barkhah (2012) curah hujan yang optimal
untuk tanaman kelapa sawit adalah 2.000-3.000 mm per tahun. Hujan yang merata
sepanjang tahun kurang baik karena pertumbuhan vegetatif akan lebih dominan
tidak nyata pada α 5%. Karena kebutuhan air kelapa sawit terpenuhi sehingga
hujan pada tanaman kelapa sawit varietas PPKS selama 4 tahun (2014-2017)
memiliki tanda positif sebesar 18,935 satuan. Hal tersebut mengartikan bahwa
setiap kenaikan satu hari hujan per bulan meningkatkan produktivitas kelapa sawit
varietas PPKS sebesar 18,935 satuan dengan asumsi variabel lain dianggap
konstan.
Hasil uji t parsial menunjukkan bahwa pada tanaman kelapa sawit varietas
PPKS selama 4 tahun, pengaruh hari hujan secara parsial berpengaruh tidak nyata
terhadap produktivitas kelapa sawit varietas PPKS. Hal ini dapat dilihat dari nilai
signifikansi lebih besar dari α 5% (0,597 > 0,05) dan nilai t hitung < t tabel yaitu
selama 4 tahun (2014-2017) di Kebun Berangir. Hal ini dapat disebabkan oleh
hari hujan yang terjadi di kebun Berangir dimana memiliki hari hujan sebesar 132
hari dimana menurut Barkhah (2012) hari hujan yang dibutuhkan oleh tanaman
kelapa sawit jumlahnya tidak lebih dari 180 hari per tahun. Hujan yang merata
sepanjang tahun kurang baik karena pertumbuhan vegetatif akan lebih dominan
tidak nyata pada α 5%. Karena hari hujan yang terjadi di kebun Berangir masih
dalam batas optimal dalam memenuhi kebutuhan kelapa sawit sehingga pada
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pada tanaman kelapa sawit
varietas PPKS selama 4 tahun (2014-2017), diperoleh f hitung sebesar 2,966 lebih
kecil dari nilai f tabel sebesar 4,26 dan nilai signifikansi pada uji f lebih besar dari
α 5% (0,102 > 0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa curah hujan dan
hari hujan secara simultan berpengaruh tidak nyata terhadap produktivitas kelapa
sawit varietas PPKS di kebun Berangir. Hal ini diduga disebabkan oleh adanya
faktor lain yang mendukung produksi tanaman seperti faktor iklim lain, bentuk
wilayah, kondisi tanah, bahan tanam, dan teknik budidaya menurut PPKS (2006).
Umur tanaman, jumlah populasi tanaman per hektar, sistem pengawetan tanah,
Data produktivitas kelapa sawit (kg/ha) pada tahun 2014, 2015, 2016, dan 2017
varietas Socfindo dari kebun PT. Perkebunan Nusantara IV kebun Berangir dapat
Tabel 16. Rataan produktivitas kelapa sawit varietas Socfindo (kg/ha) selama 4
tahun (2014-2017)
Tahun
Bulan Rata-rata
2014 2015 2016 2017
-------------------------------Kg/ha------------------------------
Januari 124.702 125.135 114.511 167.472 132.955
Februari 111.570 104.939 127.391 149.101 123.250
Maret 131.248 116.050 134.357 199.982 145.409
April 113.604 143.935 101.797 191.496 137.708
Mei 144.571 178.267 148.875 199.065 167.695
Juni 140.473 143.421 173.058 147.039 150.998
Juli 148.699 163.454 165.900 207.342 171.349
Agustus 156.822 205.081 217.633 215.909 198.861
September 169.096 198.617 251.814 206.790 206.579
Oktober 151.886 162.264 236.612 197.949 187.178
November 162.106 149.089 226.488 211.712 187.349
Desember 142.557 130.647 257.075 186.726 179.251
Total 1.697.334 1.820.898 2.155.511 2.280.583 1.988.582
Socfindo tertinggi terdapat pada bulan September sebesar 206.579 kg/ha dan
rataan terendah terdapat pada bulan Februari sebesar 123.250 kg/ha. Grafik
Gambar 5 dibawah dapat dilihat bahwa tahun 2014 pada tanaman kelapa
September sebesar 169.096 kg/ha dan total terendah terdapat pada bulan Februari
sebesar 111.570 kg/ha. Pada tahun 2015, total produktivitas tertinggi terdapat
pada bulan Agustus sebesar 205.081 kg/ha dan total terendah terdapat pada bulan
Februari sebesar 104.939 kg/ha. Pada tahun 2016, total produktivitas tertinggi
terdapat pada bulan Desember sebesar 257.075 kg/ha dan total terendah terdapat
pada bulan April sebesar 101.797 kg/ha. Pada tahun 2017, total produktivitas
tertinggi terdapat pada bulan Agustus sebesar 215.909 kg/ha dan total terendah
Tabel 17 dapat dilihat bahwa total produktivit as pada tanaman kelapa sawit
varietas Socfindo selama 4 tahun (2014-2017) sebesar 1.988.582 kg, total curah
hujan selama 4 tahun (2013-2016) sebesar 2.818 mm dan total hari hujan
Tabel 17. Rataan Produktivitas, Curah Hujan dan Hari Hujan pada tanaman
Kelapa Sawit varietas Socfindo selama 4 tahun.
Rataan
Bulan
Produktivitas Curah Hujan Hari Hujan
-----kg/ha----- --mm/bulan-- --hari/bulan--
Januari 132.955 175 9
Februari 123.250 187 8
Maret 145.409 107 6
April 137.708 225 11
Mei 167.695 300 13
Juni 150.998 139 7
Juli 171.349 184 9
Agustus 198.861 210 11
September 206.579 234 12
Oktober 187.178 323 14
November 187.349 361 17
Desember 179.251 374 14
Total 1.988.582 2.818 132
hari hujan (hari/bulan) pada tanaman kelapa sawit varietas Socfindo selama 4
pada tanaman kelapa sawit varietas Socfindo selama 4 tahun (2014-2017) terdapat
pada bulan September sebesar 206.579 kg/ha dan rataan terendah terdapat pada
bulan Februari sebesar 123.250 kg/ha. Rataan curah hujan tertinggi pada bulan
Desember sebesar 374 mm/bulan dan terendah pada bulan Maret sebesar 107
Gambar 6. Grafik hubungan produktivitas, curah hujan dan hari hujan pada
tanaman kelapa sawit varietas Socfindo selama 4 tahun (2014-2017).
Analisis Data
Analisis produktivitas kelapa sawit 2014, 2015, 2016, dan 2017 varietas
variabel curah hujan dan hari hujan akan memberikan pengaruh terhadap
Analisis korelasi berguna untuk melihat kuat lemahnya hubungan antara variabel
bebas dengan variabel terikat. Alat bantu dengan menggunakan SPSS.v.22 for
windows.
Unstandardized
Residual
N 12
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 19.94353991
Most Extreme Differences Absolute .180
Positive .152
Negative -.180
Test Statistic .180
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
Smirnov pada taraf uji 0,05. Data dinyatakan berdistribusi normal jika nilai
signifikansi lebih besar dari 0,05 (Sig > α 0,05). Untuk persamaan regresi pada
nilai Kolmogorov-Smirnov dan nilai signifikansi yaitu α = 0,200 yang berarti data
berdistribusi normal.
varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Prasyarat yang
harus dipenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya gejala heterokedastisitas.
Metode pengujian yang digunakan ialah uji Glejser. Uji Glejser dilakukan dengan
persamaan regresi linear berganda pada tanaman kelapa sawit varietas Socfindo
Tabel 19. Nilai signifikansi pada uji heterokedastisitas pada tanaman kelapa sawit
varietas Socfindo selama 4 tahun (2014-2017).
curah hujan memiliki nilai signifikansi pada tanaman kelapa sawit varietas
Socfindo selama 4 tahun yaitu sebesar 0,882 sedangkan variabel hari hujan
memiliki nilai signifikansi sebesar 0,360. Variabel curah hujan dan hari hujan
memiliki nilai signifikansi diatas 0,05 dalam model ini sehingga memiliki sebaran
varian yang sama (homogen). Dengan kata lain, tidak terdapat heterokedastisitas
inflation factor (VIF) dan nilai Tolerance pada model regresi. Model regresi yang
baik ialah tidak terjadi multikolinearitas yang dibuktikan dengan nilai VIF < 10
dan nilai Tolerance > 0,1. Berikut disajikan nilai VIF dan Tolerance model regresi
linear berganda pada produktivitas kelapa sawit varietas Socfindo selama 4 tahun
Tabel 20. Uji multikolinearitas nilai VIF dan Tolerance varietas Socfindo selama
4 tahun (2014-2017).
Berdasarkan hasil uji multikolinearitas diatas diperoleh nilai VIF yang lebih kecil
dari 10 dan nilai Tolerance lebih besar dari 0,1 untuk kedua variabel yang diuji
regresi tersebut.
pengamatan lain pada model regresi. Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi
dapat dilihat dari nilai Durbin Watson. Untuk model persamaan regresi pada
tanaman kelapa sawit varietas Socfindo selama 4 tahun di atas, diperoleh nilai
Durbin Watson (d) ialah 2,605 berdasarkan kriteria pada uji autokorelasi, jika d
(2,605) terletak antara dU (1,579) dan 4-dU (2,421), maka tidak terjadi
autokorelasi; jika nilai d (2,605) lebih kecil dari dL (0,812) atau nilai d (2,605)
lebih besar dari 4-dL (3,188), maka terjadi autokorelasi; jika nilai d (2,605)
terletak antara dL (0,812) dan dU (1,579) atau nilai d (2,605) terletak antara 4-dU
(2,421) dan 4-dL (3,188) maka tidak dapat disimpulkan. Dalam model regresi di
atas maka nilai d terletak antara 4-dU dan 4-dL, artinya tidak ada kepastian atau
tidak ada kesimpulan. Dari keempat uji asumsi klasik tersebut menyatakan bahwa
persamaan regresi pada tanaman kelapa sawit varietas Socfindo selama 4 tahun
Model Durbin-Watson
1 2.605
berganda pada tanaman kelapa sawit varietas Socfindo selama 4 tahun (2014-
Tabel 22. Nilai koefisien persamaan regresi linear berganda pada tanaman kelapa
sawit varietas Socfindo selama 4 tahun (2014-2017).
Koefisien
Model
R R2 Adjusted R Square
1 .366a .134 -. 058
Pada tabel dapat diperoleh bahwa pada tanaman kelapa sawit varietas Socfindo
produktivitas kelapa sawit varietas Socfindo dapat dijelaskan oleh variasi variabel
curah hujan dan hari hujan yang terjadi dan sisanya sebesar 86,6% dijelaskan oleh
Pengaruh curah hujan dan hari hujan terhadap produktivitas kelapa sawit
varietas Socfindo selama 4 tahun (2014-2017) dapat dilihat dari uji t-parsial.
Berikut disajikan uji t-parsial pada tanaman kelapa sawit varietas Socfindo selama
Tabel 23. Uji t-parsial pada tanaman kelapa sawit varietas Socfindo selama 4
tahun (2014-2017)
4 tahun
Peubah
t-hitung Sig.
Curah Hujan -.153 .882tn
Hari Hujan .964 .360tn
Keterangan: tn = berpengaruh tidak nyata
Hasil uji t-parsial di atas, terlihat bahwa nilai signifikansi variabel curah
hujan pada tanaman kelapa sawit varietas Socfindo selama 4 tahun (2014-2017)
lebih besar dari 5% (Sig > α 0,05) yaitu 0,882 > 0,05, dan nilai t hitung < t tabel
yaitu -0,153 < 2,18. Maka dapat disimpulkan bahwa t hitung berbeda tidak nyata
pada taraf kepercayaan 95% (H0 terima). Dengan demikian, variabel curah hujan
hujan pada tanaman kelapa sawit varietas Socfindo selama 4 tahun (2014-2017)
lebih besar dari 5% (Sig > α 0,05) yaitu 0,360 > 0,05, dan nilai t hitung < t tabel
yaitu 0,964 < 2,18. Maka dapat disimpulkan bahwa t hitung berbeda tidak nyata
pada taraf kepercayaan 95% (H0 terima). Dengan demikian, variabel hari hujan
Berikut disajikan analisis sidik ragam untuk uji serempak pada persamaan
regresi linear berganda variabel curah hujan dan hari hujan dengan produktivitas
pada tanaman kelapa sawit varietas Socfindo selama 4 tahun (2014-2017) pada
tabel 24.
Tabel 24. Sidik ragam persamaan regresi linear berganda pada tanaman kelapa
sawit varietas Socfindo selama 4 tahun (2014-2017).
Sumber Derajat
Produktivitas F hitung Sig.
keragaman bebas
Regresi 2 .697 .523tn
4 tahun Residual 9
Total 11
Keterangan: tn = berbeda tidak nyata
varietas Socfindo selama 4 tahun (2014-2017), diperoleh nilai F-hitung < F-tabel
yaitu 0,697 < 4,26 dan nilai signifikansi pada uji ini lebih besar dari 5% (Sig α
0,05) yaitu 0,523 > 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa F hitung berbeda tidak
nyata pada taraf kepercayaan 95% (H0 terima). Hal tersebut mengartikan bahwa
variabel curah hujan dan hari hujan dalam model regresi secara simultan
(2014-2017).
pada tanaman kelapa sawit varietas Socfindo selama 4 tahun (2014-2017) pada
Tabel 25.
Tabel 25. Model pengujian analisis regresi linear berganda pada tanaman kelapa
sawit varietas Socfindo selama 4 tahun (2014-2017).
dihasilkan oleh variabel curah hujan dan hari hujan dalam memprediksi
peningkatan curah hujan sebesar satu satuan maka akan menurunkan produktivitas
kelapa sawit varietas Socfindo sebesar 0,046 satuan dan setiap peningkatan hari
hujan sebesar satu satuan maka akan meningkatkan produktivitas kelapa sawit
Analisis Korelasi
variabel bebas dan terikat. Berikut disajikan data analisis korelasi antara
produktivitas, curah hujan, dan hari hujan pada tanaman kelapa sawit varietas
Tabel 26. Uji Analisis Korelasi pada tanaman kelapa sawit varietas Socfindo
selama 4 tahun (2014-2017).
Variabel
Statistik Uji Curah Hujan Hari Hujan Produktivitas
R
1 .921** .608*
(koefisien)
Sig. - .000 .036
R
.921** 1 .626*
(koefisien)
Sig. .000 - .030
R
.608* .626* 1
(koefisien)
Sig. .036 .030 -
Keterangan: ** = sangat berbeda nyata pada taraf uji 1%
* = berbeda nyata pada taraf 5%
tn = berbeda tidak nyata
tahun (2014-2017) menunjukkan bahwa variabel curah hujan dan hari hujan
memiliki keeratan yang kuat yaitu 0,921. Hal ini terlihat dari nilai signifikansi
lebih kecil dari 1% (Sig < α 0,01). Analisis korelasi pada tanaman kelapa sawit
hujan dan produktivitas memiliki keeratan yang cukup yaitu 0,608. Hal ini terlihat
dari nilai signifikansi lebih kecil dari 5% (sig < α 0,05). Analisis korelasi pada
bahwa variabel hari hujan dan produktivitas memiliki keeratan yang cukup yaitu
0,626. Hal ini terlihat dari nilai signifikansi lebih kecil dari 5% (sig < α 0,05).
Menurut Barkhah (2012) curah hujan optimal untuk tanaman kelapa sawit
adalah 2.000-3.000 mm per tahun. Hujan yang merata sepanjang tahun kurang
hujan pada tanaman kelapa sawit varietas Socfindo selama 4 tahun (2014-2017)
memiliki tanda negatif sebesar -0,046 satuan. Hal tersebut mengartikan bahwa
setiap kenaikan satu milimeter curah hujan per bulan, menurunkan produktivitas
kelapa sawit varietas Socfindo sebesar 0,046 satuan dengan asumsi variabel lain
dianggap konstan.
Hasil uji t parsial menunjukkan bahwa pada tanaman kelapa sawit varietas
Socfindo selama 4 tahun, pengaruh curah hujan secara parsial berpengaruh tidak
nyata terhadap produktivitas kelapa sawit varietas Socfindo. Hal ini dapat dilihat
dari nilai signifikansi lebih besar dari 5% (Sig > 0,05) yaitu 0,882 > 0,05 dan nilai
selama 4 tahun (2014-2017) di kebun Berangir. Hal ini disebabkan oleh cukupnya
sedangkan curah hujan yang terjadi pada kebun Berangir memiliki curah hujan
kelapa sawit dapat tercapai dan menyebabkan produktivitas kelapa sawit varietas
Socfindo berpengaruh tidak nyata menurut Barkhah (2012) curah hujan yang
optimal untuk tanaman kelapa sawit adalah 2.000-3.000 mm per tahun. Hujan
yang merata sepanjang tahun kurang baik karena pertumbuhan vegetatif akan
menunjukkan pengaruh tidak nyata pada α 5%. Karena kebutuhan air kelapa sawit
hujan pada tanaman kelapa sawit varietas Socfindo selama 4 tahun (2014-2017)
memiliki tanda positif sebesar 0,292 satuan. Hal tersebut mengartikan bahwa
setiap kenaikan 0,292 hari hujan per bulan meningkatkan produktivitas kelapa
sawit varietas Socfindo sebesar 0,292 satuan dengan asumsi variabel lain
dianggap konstan.
Hasil uji t parsial menunjukkan bahwa pada tanaman kelapa sawit varietas
Socfindo selama 4 tahun, pengaruh hari hujan secara parsial berpengaruh tidak
nyata terhadap produktivitas kelapa sawit varietas Socfindo. Hal ini dapat dilihat
dari nilai signifikansi lebih besar dari α 5% (0,360 > 0,05) dan nilai t hitung < t
selama 4 tahun (2014-2017) di Kebun Berangir. Hal ini dapat disebabkan oleh
hari hujan yang terjadi di kebun Berangir dimana memiliki hari hujan sebesar 132
hari dimana menurut Barkhah (2012) hari hujan yang dibutuhkan oleh tanaman
kelapa sawit jumlahnya tidak lebih dari 180 hari per tahun. Hujan yang merata
sepanjang tahun kurang baik karena pertumbuhan vegetatif akan lebih dominan
tidak nyata pada α 5%. Karena hari hujan yang terjadi di kebun Berangir masih
dalam batas optimal dalam memenuhi kebutuhan kelapa sawit sehingga pada
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pada tanaman kelapa sawit
lebih kecil dari nilai f tabel sebesar 4,26 dan nilai signifikansi pada uji f lebih
besar dari α 5% (0,523 > 0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa curah
hujan dan hari hujan secara simultan berpengaruh tidak nyata terhadap
produktivitas kelapa sawit varietas Socfindo di kebun Berangir. Hal ini diduga
disebabkan oleh adanya faktor lain yang mendukung produksi tanaman seperti
faktor iklim lain, bentuk wilayah, kondisi tanah, bahan tanam, dan teknik
budidaya menurut PPKS (2006). Umur tanaman, jumlah populasi tanaman per
Kesimpulan
Nusantara IV.
4. Curah Hujan dan Hari Hujan menunjukkan korelasi yang agak lemah
2017) yaitu 0,587 dan 0,514. Pada varietas Socfindo selama 4 tahun
Saran
banyak dan varietas yang lebih banyak pada kebun yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Arisanti, Y. 2013. Benih Sawit unggul. PT. Socfin Indonesia DxP Socfindo
Moderat Tahan Gano.
Corley RHV, Tinker PB. 2003. The Oil Palm. 4th ed. United Kingdom (GB):
Blackwell Sciebtific. 562 p.
Hadi, M. 2004. Teknik Berkebun Kelapa Sawit. Adicita Karya Nusa. Yogyakarta.
175 hal.
Lubis, R.E dan Widanarko. 2011. Buku Pintar Kelapa Sawit. Agromedia. Jakarta
_____. 2006. Potensi dan Peluang Investasi Industri Kelapa Sawit di Indonesia.
Dalam Latief S (Ed). PPKS. Medan
Prihutami, N.D. 2011. Analisis Faktor Penentu Produksi Tandan Buah Segar
(TBS) Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sungai
Bahaur Estate (SBHE), PT Bumitama Gunajaya Agro (PT BGA),
Wilayah VI Metro Cempaga, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah.
Skripsi. Program Studi Agronomi Fakultas Pertanian. Institut Pertanian
Bogor. Bogor
Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS). 2006. Profil Kelapa Sawit Indonesia.
PPKS. Medan
Raisawati, T. 2006. Permasalahan Perbenihan Kelapa Sawit. Media
Infotama.1(3): 40-46
Sevitha IP. 2012. Analisis Produktivitas Kelapa Sawit di Serawak Damai estate,
PT windu Nabatindo Lestari. Bumitama Guna Jaya Agro. Kotawaringin
Kalimantan timur [skripsi]. Bogor. Institut Pertanian Bogor
Yan, F. Yustina, W. Iman, S dan Rudi, H. 2012. Kelapa Sawit. Penebar Swadaya.
Jakarta
Zimmer, Y. 2009. Agri Bench Mark Cash Crop Report. Braunschweig. Germany
LAMPIRAN
Lampiran 2. Data total dan rataan produktivitas kelapa sawit (kg/tahun) varietas
PPKS dan Socfindo selama 4 tahun (2014-2017)
Lampiran 3. Data curah hujan (mm/tahun) dan hari hujan (hari/tahun) di kebun
Berangir selama 4 tahun (2014-2017)
Lampiran 7. Uji T parsial analisis linear berganda pada tanaman kelapa sawit
varietas PPKS dan Socfindo selama 4 tahun (2014-2017)
a. Uji t pada tanaman varietas PPKS
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -129531766.826 1326734830.065 -.098 .924
Curah Hujan -.214 .502 -.182 -.426 .680
Hari Hujan .510 .505 .432 1.010 .339
a. Dependent Variable: Produktivitas
Nilai t-tabel
Lampiran 8. Sidik ragam analisis linear berganda pada tanaman kelapa sawit
varietas PPKS dan Socfindo selama 4 tahun (2014-2017)
a. Uji F pada tanaman kelapa sawit varietas PPKS
ANOVAa
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 4.10 2 2.05 .572 .583b
Residual 3.22 9 3.58
Total 3.63 11
a. Dependent Variable: produktivitas
b. Predictors: (Constant), Hari Hujan, Curah Hujan
ANOVAa
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1.79 2 8.99 .697 .523b
Residual 1.16 9 1.29
Total 1.34 11
a. Dependent Variable: produktivitas
b. Predictors: (Constant), Hari Hujan, Curah Hujan
Nilai f-tabel pada α = 5%
Lampiran 9. Nilai koefisien analisis linear berganda pada varietas PPKS dan
Socfindo
a. Nilai koefisien varietas PPKS
Model Summaryb
Lampiran 10. Model pengujian analisis regresi linear berganda pada varietas
PPKS dan Socfindo
a. Uji analisis regresi linear berganda pada varietas PPKS
Coefficientsa
Standardized Collinearity
Unstandardized Coefficients Coefficients Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) -129531766.826 1326734830.065 -.098 .924
Curah Hujan -.214 .502 -.182 -.426 .680 .540 1.851
Hari Hujan .510 .505 .432 1.010 .339 .540 1.851
a. Dependent Variable: produktivitas
Curah Hujan -
-.046 .302 -.065 .882 .540 1.851
.153
Hari Hujan .292 .303 .407 .964 .360 .540 1.851
a. Dependent Variable: produktivitas
Lampiran 11. Uji analisis korelasi antar variabel pada tanaman varietas PPKS dan
Socfindo
a. Uji analisis korelasi pada tanaman varietas PPKS
Correlations
Curah Hujan Hari Hujan produktivitas
Spearman's rho Curah Hujan Correlation Coefficient 1.000 .921** .441
Sig. (2-tailed) . .000 .152
N 12 12 12
**
Hari Hujan Correlation Coefficient .921 1.000 .552
Sig. (2-tailed) .000 . .063
N 12 12 12
produktivitas Correlation Coefficient .441 .552 1.000
Sig. (2-tailed) .152 .063 .
N 12 12 12
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
b. Uji analisis korelasi pada tanaman varietas Socfindo
Correlations
Curah Hujan Hari Hujan produktivitas
Spearman's rho Curah Hujan Correlation Coefficient 1.000 .921** .608*
Sig. (2-tailed) . .000 .036
N 12 12 12
**
Hari Hujan Correlation Coefficient .921 1.000 .626*
Sig. (2-tailed) .000 . .030
N 12 12 12
* *
produktivitas Correlation Coefficient .608 .626 1.000
Sig. (2-tailed) .036 .030 .
N 12 12 12
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Unstandardized Residual
N 12
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 34.23179573
Most Extreme Differences Absolute .166
Positive .166
Negative -.127
Test Statistic .166
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -129531766.826 1326734830.065 -.098 .924
Curah Hujan -.214 .502 -.182 -.426 .680
Hari Hujan .510 .505 .432 1.010 .339
a. Dependent Variable: produktivitas
Lampiran 14. Uji Autokorelasi pada tanaman varietas PPKS dan Socfindo
k=1 k=2
n
dL dU dL dU
10 0,8791 1,3197 0,6972 1,6413
11 0,9273 1,3241 0,7580 1,6044
12 0,9708 1,3314 0,8122 1,5794
Sumber: Junaidi (2013)
Keterangan: n = jumlah observasi data; k = jumlah variable bebas