SKRIPSI
OLEH :
ELISABETH MATONDANG
140301008
ILMU TANAH
SKRIPSI
OLEH :
ELISABETH MATONDANG
140301008
ILMU TANAH
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk dapat Meraih Gelar Sarjana
di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRACT
This study aims to classify the soil starting from the level of orders to sub
group in Namu Ukur Utara Village Sei Bingai Subdistric, Distric of Langkat. This
research was carried out by survey method in 3 kind of parent material at Desa
Namu Ukur Utara village. Morphological properties were identified by describing
the soil profiles while physical and chemical properties were identified by
laboratory analysis. The results shows that the classification of soil based on Soil
Taxonomy 2014 in Namu Ukur Utara Village Sei Bingai Subdistric, Distric of
Langkat on 1st Profile is Inceptisols, Udepts, Humudepts, and Eutric Humudepts.
2nd Profile is Inceptisols, Udepts, Humudepts, and Eutric Humudepts. 3rd Profile
is Inceptisols, Udepts, Humudepts, and Eutric Humudepts.
ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RIWAYAT HIDUP
Alm. D. Matondang dan ibu Ismaria Pardede. Penulis merupakan anak ketiga dari
empat bersaudara.
Pada tahun 2008 penulis lulus dari SD Negeri 095551 Siantar. Pada tahun
2011 penulis lulus dari SMP Negeri 1 Siantar. Pada tahun 2014 penulis lulus dari
SMA Negeri 3 Pematangsiantar dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk
tahun 2017-2018.
Batu Induk.
iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada
waktunya.
Adapun judul dari skripsi ini adalah “Klasifikasi Tanah di Desa Namu
Taksonomi Tanah 2014” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat meraih
Ir. Purba Marpaung, SU. selaku ketua komisi pembimbing dan Dr. Ir. Razali, MP.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
perbaikan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga
Penulis
iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI
ABSTRAK .......................................................................................................... i
ABSTRACT ........................................................................................................ ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ..................................................................................... 1
Tujuan Penelitian .................................................................................. 3
Kegunaan Penelitian ............................................................................. 3
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi Tanah ................................................................................. 4
Klasifikasi Tanah Nasional .................................................................. 6
Taksonomi Tanah ................................................................................. 6
Taksonomi Tanah 2014 ........................................................................ 9
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 20
Bahan dan Alat ..................................................................................... 20
Metode Penelitian................................................................................. 21
Pelaksanaan Penelitian ......................................................................... 21
Pengolahan Data................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL
vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR
vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
batuan yang menyusun bumi) dan berbatasan dengan hidrosfir (lapisan air).
Akibat adanya interaksi antara sifat fisika, kimia, dan biologi pada batuan dan
bahan induk tanah maka terbentuklah jenis tanah yang memiliki sifat dan ciri yang
Tanah merupakan suatu benda alam yang tersusun dari padatan (bahan
mineral dan bahan organik), cairan dan gas, yang menempati permukaan daratan,
menempati ruang, dan dicirikan oleh salah satu atau kedua berikut: horizon-
horizon, atau lapisan-lapisan, yang dapat dibedakan dari bahan asalnya sebagai
terhadap sifat dan ciri tanah tersebut, yang pada akhirnya mempengaruhi terhadap
potensi penggunaannya untuk suatu peruntukan tertentu. Tujuan utama dari survei
1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2
para peneliti. Penggunaan klasifikasi dalam survei dan pemetaan tanah diharapkan
sifat-sifat yang dimilikinya. Dengan cara ini maka tanah-tanah dengan sifat yang
sama dimasukkan ke dalam satu kelas yang sama. Hal ini sangat penting karena
tanah-tanah dengan sifat yang berbeda memerlukan perlakuan yang berbeda jadi
ini meliputi berbagai segi, antara lain peramalan pertanian di masa yang akan
Desa Namu Ukur Utara merupakan desa yang terdapat di Kecamatan Sei
Namukur Utara belum maksimal. Padahal Desa Namu Ukur Utara tersebut
2
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3
memiliki potensi wilayah berupa pertanian. Maka dari itu dibutuhkan suatu
penggunaan tanah yang tepat untuk memperoleh hasil yang optimum dan efisien
Tujuan Penelitian
Sei Bingai Kabupaten Langkat mulai dari tingkat ordo sampai sub grup.
Kegunaan Penelitian
Sebagai salah satu syarat untuk dapat meraih gelar sarjana di Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara dan sebagai bahan informasi bagi pihak
yang membutuhkan.
3
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi Tanah
Suatu klasifikasi tanah telah ditemukan pada tahun 1887 oleh seorang ahli
ke Eropa dan Amerika serta negara-negara lain di dunia. Sistem klasifikasi yang
tertentu atau mempunyai ciri dan sifat tertentu yang dihubungkan pada kombinasi
Serikat (USDA) memperkenalkan sistem klasifikasi tanah yang baru yang disebut
dibandingkan dengan sistem klasifikasi tanah di luar Eropa dan Amerika Serikat,
berdasarkan kesamaan dari sifat dan ciri morfologi, fisika dan kimia, serta
mineralogi, yang kemudian diberi nama agar mudah dikenal, diingat, dipahami
dan digunakan serta dapat dibedakan satu dengan lainnya. Tanah yang
diklasifikasikan adalah benda alami yang terdiri dari padatan (bahan mineral dan
bahan organik), cairan dan gas, yang terbentuk dipermukaan bumi dari hasil
pelapukan bahan induk oleh interaksi faktor iklim, relief, organisme dan waktu,
Sistem klasifikasi tanah yang berlaku saat ini adalah sistem klasifikasi
taksonomi tanah yang dikembangkan oleh USDA. Sistem klasifikasi tanah ini
4
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5
memiliki keistimewaan terutama dalam hal penamaan atau tata nama, definisi-
definisi horizon penciri, dan beberapa sifat penciri lain yang digunakan untuk
Pada tanah yang mempunyai bentuk fisik yang berbeda diberikan sebuah
nama yang dapat mencerminkan sifat dan ciri yang dominan yang dimilikinya.
pada tanah yang ada pada suatu daerah/negara. Tanah-tanah yang mempunyai
data, yaitu penyelidikan profil tanah dan analisa laboratorium pada contoh-contoh
tanah tiap profil yang akan memberikan data mengenai sifat fisik, kimia dan
sesuai dengan kemajuan IPTEK dalam Ilmu Tanah. Dalam tahap awal (1955-
supaya lebih praktis, sistem klasifikasi Taksonomi Tanah telah disarikan dalam
5
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6
klasifikasi tanah terbagi dalam dua tingkat/kategori, yaitu jenis tanah dan
macam tanah. Pembagian jenis tanah didasarkan pada susunan horison utama
penciri, proses pembentukan (genesis) dan sifat penciri lainnya. Pada tingkat
macam tanah digunakan sifat tanah atau horison penciri lainnya. Tata nama
pada tingkat jenis tanah lebih dominan menggunakan nama jenis tanah yang
penciri (diagnostic horizon). Sifat penciri tersebut dapat diukur dan diamati
secara kualitatif dari sifat morfologi tanah di lapangan, dan secara kuantitatif
Taksonomi Tanah
Taksonomi tanah adalah bagian dari klasifikasi tanah baru dan merupakan
sistem klasifikasi tanah internasional yang diperkenalkan pada tahun 1975 dan
yang benar dengan melalui kunci yang sistematis, dimulai dari awal dan
menghilangkan satu demi satu kelas yang tidak sesuai dengan kriteria tanah yang
6
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
7
Taksonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu taxis dan nomos. Taxis
berarti susunan sedangkan nomos adalah hukum atau aturan. Jadi taksonomi tanah
berarti aturan tentang tanah yang disusun secara sistematis. Departemen Pertanian
Smith pada tahun 1960. Setelah melalui berbagai perbaikan dan penyempurnaan
akhirnya pada tahun 1975 diterbitkanlah buku Soil Taxonomy, A Basic System of
Soil Classification for Making and Interpreting Soil Surveysoleh sekelompok ahli
ilmu tanah Amerika Serikat yang dinamakan Soil Survey Staff. (Fiantis, 2015).
sebagai berikut :
1. Ordo
horison penciri.
2. Sub Ordo
7
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
8
3. Great Group
horison, kejenuhan basa, regim suhu dan kelembaban, ada tidaknya lapisan-
4. Sub Group
Faktor pembeda terdiri dari sifat-sifat inti dari great group (sub group Typic),
sifat-sifat tanah peralihan ke great group peralihan ke great group lain, sub
5. Family
tanaman. Sifat-sifat tanah yang sering digunakan sebagai faktor pembeda untuk
family antara lain adalah : sebaran besar butir, susunan mineral(liat), regim
6. Seri
Faktor pembedanya adalah : jenis dan susunan horison, warna, tekstur, struktur,
Kategori ordo tanah sampai great group disebut kategori tinggi sedangkan
kategori sub group sampai seri disebut kategori rendah. Jenis dan jumlah faktor
mengikuti :
8
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
9
4. Pemakaian kunci taksonomi dengan urutan : ordo (ada 12 ordo), sub ordo,
kelompok besar (great group), anak kelompok (sub group), keluarga (family)
dan seri.
(Marpaung, 2008).
diperiksa sebagai sifat penciri ialah epipedon dan endopedon. Horison penciri
epipedon penciri yaitu : Antropik, Folistik, Histik, Melanik, Molik, Okrik, Plagen,
dan Umbrik.
A. Epipedon Antropik
Epipedon antropik tersusun dari bahan tanah mineral, yang menunjukkan adanya
9
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
10
B. Epipedon Folistik
Epipedon Folistik merupakan suatu lapisan yang jenuh air kurang dari 30 hari
kumulatif dalam tahun-tahun normal (dan tidak ada drainase). Sebagai besar
C. Epipedon Histik
Epipedon Histik merupakan suatu lapisan yang dicirikan oleh adanya saturasi
(selama 30 hari atau lebih, secara kumulatif) dan reduksi selama beberapa waktu
dalam tahun-tahun normal (dan telah drainase). Sebagian besar epipedon histik
D. Epipedon Melanik
E. Epipedon Mollik
Epipedon mollik tersusun atas bahan tanah mineral dan memiliki kandungan C-
F. Epipedon Okrik
Epipedon okrik memiliki permukaan yang terlalu tipis dan kering, memiliki value
warna atau kroma yang terlalu tinggi, dan mengandung terlalu sedikit karbon
organik.
G. Epipedon Plagen
Epipedon plagen adalah suatu lapisan permukaan mineral buatan manusia yang
tebal, yang telah terbentuk oleh pemberian pupuk kandang secara terus-menerus
10
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
11
H. Epipedon Umbrik
Epipedon umbrik tersusun dari bahan tanah mineral dan mempunyai kandungan
horison bawah penciri yaitu : horison Agrik, Albik, Anhydritik, Argilik, Kalsik,
A. Horison Agrik
Horison agrik adalah suatu horison iluvial yang telah terbentuk akibat pengolahan
tanah dan mengandung sejumlah debu, liat, dan humus yang signifikan.
B. Horison Albik
Horison albik merupakan horison eluvial dengan tebal 1.0 cm dan mempunyai
C. Horison Anhydritik
signifikan.
D. Horison Argilik
liat phylosolikat yang lebih tinggi daripada bahan tanah yang diatasnya.
E. Horison Kalsik
Horison kalsik merupakan horison iluvial dimana kalsium karbonat sekunder atau
11
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
12
F. Horison Kambik
Horison kambik merupakan horison yang terbentuk sebagai hasil alterasi secara
fisik, transformasi secara kimia, atau merupakan hasil kombinasi dari dua atau
G. Horison Duripan
H. Horison Fragipan
tanah lemah.
I. Horison Glosik
Horison glosik adalah horizon yang terbentuk sebagai hasil degradasi horizon
argillik, kandik, atau natrik, dimana liat dan senyawa oksida besi bebas telah
dipindahkan.
J. Horison Gipsik
Horison gipsik adalah horison dimana senyawa gipsum telah terakumulasi atau
K. Horison Kandik
Horison kandik memiliki sifat adanya gejela iluviasi liat, kandungan liat tinggi
L. Horison Natrik
Horison natrik adalah horison iluvial yang banyak mengandung natrium, memiliki
struktur prismatik atau tiang, lebih dari 15% KTK didominasi oleh natrium.
12
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
13
M. Horison Orstein
Horison orstein tersusun dari bahan spodik, berada dalam suatu lapisan yang 50%
N. Horison Oksik
Horison Oksik merupakan horison bawah permukaan yang tidak memiliki sifat-
O. Horison Petrokalsik
P. Horison Petrogipsik
Q. Horison Placik
Horison placik adalah suatu padas tipis yang berwarna hitam sampai merah gelap,
R. Horison Salik
S. Horison Sombrik
Horison sombrik adaah horizon bawah permukaan pada tanah mineral yang telah
13
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
14
T. Horison Spodik
Horison spodik adalah suatu lapisan iluvial yang tersusun 85% atau lebih dari
bahan spodik.
Perubahan tekstur nyata adalah suatu jenis perubahan spesifik, yang dapat terjadi
diantara suatu epipedon tanah mineral atau suatu horizon eluvial dan horizon
Sifat tanah andik biasanya terbentuk selama pelapukan bahan semburan letusan
gunung api atau bahan induk lain yang mengandung gelas volkanik dalam jumlah
yang signifikan.
yang sangat dingin dan wilayah lain dengan permafrost (beku permanen) Tanah-
Sifat tanah fragik merupakan sifat utama fragipan. Agregat tanah dengan sifat
E. Karbonat Bebas
Karbonat bebas ini ditujukan pada karbonat tanah, yang tidak terikat dan yang
terlihat membuih atau terdengar mendesis, bila ditetesi larutan HCl dingin. Tanah
14
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
15
F. Nilai n
Nilai n mencirikan hubungan antara persentase kandungan air dalam tanah pada
G. Kontak Petroferik
Kontak petroferik yaitu menyatakan adanya lapisan batu besi yang merupakan
batas antara tanah dengan lapisan bersambungan tersusun dari bahan (keras) yang
telah terindurasi.
H. Plinthit
Plinthit adalah suatu campuran liat dengan kuarsa dan mineral lain, yang kaya
I. Mineral Resisten
fraksi 0,02-2,0 mm. Contohnya adalah kuarsa, zirkon, turmalin, beryl, anatase,
rutil, oksida dan hidroksida besi, filosilikat dioktrahedral 1:1 (kelompok mineral
J. Bahan Spodik
Bahan spodik adalah bahan tanah mineral yang tidak memiliki semua sifat-sifat
horizon argillik atau kandik; didominasi oleh bahan amorf aktif yang bersifat
15
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
16
K. Gelas Volkan
Kandungan gelas volkan merupakan salah satu kriteria dalam klasifikasi sifat
tanah andik, sub grup dengan unsur penyusun “vitr(i)”, pada famili menggunakan
L. Mineral Dapat-Lapuk
Mineral dapat-lapuk merupakan mineral yang tidak stabil dalam iklim humid
dibanding mineral lain, seperti kuarsa dan liat berkisi 1:1, tetapi yang bersifat
organik, yaitu : fibrik (sisa-sisa tanaman masih jelas bentuknya dan bulk density
rendah), hemik (sifat peralihan antara fibrik dan saprik), dan saprik (sudah sangat
Batas antara tanah dengan batuan dibawahnya disebut kontak litik bila batuan
Rezim kelembaban tanah didefinisikan dalam arti tinggi permukaan air tanah,
dan ada atau tidaknya air yang secara musiman. Jenis-jenis rezim kelembaban
tanah yaitu : akuik, aridik dan torrik, udik, ustik, dan xeric.
Suhu tanah merupakan factor pembatas utama untuk pertumbuhan tanaman dan
16
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
17
Q. Bahan Sulfidik
(unsur S atau paling banyak mineral sulfida, seperti pirit atau besi monosulfida).
Bahan ini berupa bahan tanah mineral atau bahan tanah organik yang memiliki
nilai pH lebih dari 3,5; dan menjadi lebih masam secara signifikan, jika
teroksidasi.
menonjol, landform atau kenampakan artifisial, yang dapat dipetakan pada skala
A. Alfisol
Tanah yang tidak memiliki epipedon plagen dan memiliki horison argilik, kandik,
natrik atau fragipan yang mempunyai lapisan tipis setebal 1 mm atau lebih di
beberapa bagian.
B. Andisol
Ordo Tanah yang mempunyai sifat-sifat andik lebih pada 60% atau lebih dari
ketebalannya.
17
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
18
C. Aridisol
Tanah yang mempunyai regim kelembaban tanah aridik dan epipedon okrik dan
antropik atau horison salik dan jenuh air pada satu lapisan atau lebih di dalam 100
D. Entisol
Tanah yang memiliki epipedon okrik, histik, atau albik tetepi tidak ada horison
penciri lain.
E. Gelisol
Tanah yang mempunyai permafrost (lapisan tanah beku ) dan bahan-bahan gelik
F. Histosol
Tanah yang tidak mempunyai sifat-sifat tanah andik pada 60% atau lebih
G. Inceptisol
Tanah yang mempunyai sifat penciri horison kambik, epipedon plagen, umbrik,
mollik serta regim suhu cryik atau gelic dan tidak terdapat dalam sulfidik di dalam
H. Mollisol
Tanah lain yang memiliki epipedon mollik dan kejenuhan basa sebesar 50% atau
I. Oksisol
Tanah lain yang memiliki horison oksik (tanpa horison kandik) yang mempunyai
batas atas didalam 150 cm dari permukaan tanah mineral dan kandungan liat
18
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
19
J. Spodosol
Tanah lain yang memiliki horison spodik, albik pada 50% atau lebih dari setiap
K. Ultisol
Tanah lain yang memiliki horison argilik dan kandik, tetapi tanpa fragipan dan
kejenuhan basa sebesar kurang dari 35% pada kedalaman 180 cm.
L. Vertisol
Tanah yang memiliki satu lapisan setebal 35 cm atau lebih, dengan batas atas di
dalam 100 cm dari permukaan tanah mineral, yang memiliki bidang kilir atau ped
berbentuk baji dan rata-rata kandungan liat dalam fraksi tanah halus sebesar 30%
atau lebih.
19
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
20
Penelitian ini dilakukan di Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Bingai
Adapun bahan yang digunakan adalah sampel tanah dari setiap lapisan
laboratorium, formulir isian deskripsi profil tanah, dan bahan lain untuk analisis
Adapun alat yang digunakan adalah peta satuan lahan dengan asosiasi
jenis tanah Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat
sebagai peta acuan penentuan titik koordinat, data curah hujan, GPS (Global
Positioning System) untuk mengetahui letak titik koordinat lokasi penelitian dan
kompas untuk menentukan arah mata angin, meteran untuk mengukur ketebalan
horison atau lapisan tanah, Munsell Soil Colour Chart untuk menentukan warna
tanah, ring sampel untuk mengambil contoh tanah tidak terganggu, kamera untuk
untuk tempat sampel tanah, pisau pandu untuk menentukan horison dan batas
horison, cangkul untuk menggali profil tanah, label nama sebagai penanda sampel
20
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
21
Metode Penelitian
tanah pewakil, mendeskripsikan profil tanah, mengacu pada peta satuan lahan
Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat serta
2014.
Pelaksanaan Penelitian
Persiapan
Kegiatan di Lapangan
Daerah penelitian ditetapkan atas dasar peta lokasi penelitian dan dilakukan
pengambilan sampel tanah dari tiga profil pada Desa Namu Ukur Utara.
21
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
22
Pengamatan morfologi tanah ini meliputi batas horison atau lapisan, warna
tanah, tekstur tanah, struktur tanah, konsistensi tanah dan kedalaman efektif.
Contoh tanah diambil pada setiap horison atau lapisan tanah untuk dianalisis di
menggunakan ring sample. Pada saat pengambilan sampel tanah dicatat juga
Tahap analisis
- Basa-basa dapat tukar (Ca2+, Mg2+, K+, dan Na+) dengan menggunakan
metode NH4OAc pH 7
22
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
23
berikut :
4. Penentuan penciri lain : dilihat dari rezim suhu tanah, rezim lengas tanah dan sifat
tanah andik.
5. Penentuan ordo tanah : dengan melakukan pengecekan pada seluruh “Kunci Ordo
Tanah” guna menetapkan nama dari ordo pertama, berdasarkan kriteria/ sifat
6. Penentuan sub ordo : dengan mencari halaman yang telah ditentukan untuk
dicocokkan seluruh kunci untuk mengidentifikasi sub ordo dari tanah yang
diklasifikasi, mulai dari yang pertama dijumpai dalam daftar dan semua kriteria
7. Penentuan great group : dengan mencari halaman sesuai kriteria sub ordo yang
23
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
24
8. Penentuan sub group : dengan mencari halaman sesuai kriteria great group yang
telah diidentifikasi guna memperoleh “Kunci Sub Group” dengan melihat sifat inti
dari great group (Subgroup typic), peralihan sifat-sifat tanah ke great group lain.
Pengolahan Data
Dengan adanya data analisis tanah di laboratorium dan lapangan maka dapat
fraksi pasir, debu dan liat, tekstur, struktur, konsistensi, warna tanah, % C-
organik, nilai basa-basa tukar (K, Ca, Na, Mg) serta asam-asam tukar, KB,
ditentukan horison atas penciri, horison bawah penciri, sifat penciri lain, ordo
tanah, sub ordo, great group dan sub group dengan menggunakan Kunci
24
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
25
Hasil
1. Deskripsi Profil Tanah di Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Bingai,
Kabupaten Langkat
Profil tanah diamati di Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Bingai,
Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara berada pada ketinggian 66,6 m
dari permukaan laut (dpl) untuk Profil I, 75,6 m dpl untuk Profil II, dan 82,5 m
dpl untuk profil III serta berada pada masing-masing titik koordinat yang
0
mewakili daerah penelitian berikut. Profil I pada titik profil 3 31’ 10,5” LU
0 0 0
dan 98 27’ 34,7” BT, Profil II pada titik profil 3 29’ 5,3” LU dan 98 27’
0 0
32,7” BT, dan Profil III pada titik profil 3 30’ 34,1” LU dan 98 28’ 12,0” BT.
secara teliti terhadap horizon tanah. Penentuan horizon tanah didasarkan pada
jumlah sifat yang dijadikan sebagai faktor pembeda seperti warna, tekstur,
struktur, konsistensi, dan batas horizon. Adapun deskripsi dari ketiga profil
25
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
26
Tabel 1. Deskripsi Ketiga Profil di Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei
Bingai, Kabupaten Langkat
Deskripsi/Profil I II III
0 0 0
Koordinat 3 31’ 10,5’’ LU 3 29’ 5,3’’ LU 3 30’ 34,1’’ LU
980 27’ 34,7’’ BT 980 27’ 32,7’’ BT 980 28’ 12,0’’ BT
Kemiringan Lereng 0-1% 0-1% 0-1%
Relief Datar Datar Datar
Elevasi 66,6 mdpl 75,6 mdpl 82,5 mdpl
Tempat di Lereng Tidak ada lereng Tidak ada lereng Tidak ada lereng
Cuaca Cerah Cerah Cerah
Drainase Baik Baik Baik
Genangan/Banjir Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Gley - - -
Air Tanah - - -
Penghanyutan/Erosi Ringan Ringan Ringan
Keadaan Batu Besar : - Besar : - Besar : -
Kecil : Sedang Kecil : Sedang Kecil : Sedang
(3-5 cm) (2-5 cm) (3-5 cm)
Vegetasi Kelapa Sawit Kelapa Sawit Kelapa Sawit
Pinang Paku-Pakuan Pinang
Glugur Keladi Pakis
Bahan Induk Extrusive Extrusive Sediment
Kedalaman Efektif 150 cm 150 cm 150 cm
Tanggal Deskripsi 25 Februari 2019 25 Februari 2019 25 Februari 2019
26
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
27
27
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
28
28
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
29
29
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
30
butir fraksi (tekstur tanah) dan bulk density (kerapatan isi) dapat dilihat pada
Tabel 5. Hasil Analisis Sifat Fisika Tanah Pada Ketiga Profil Tanah
30
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
31
basa tukar, kejenuhan basa, KTK, P2O5, kandungan C-organik dan bahan organik
31
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
32
32
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
33
Pembahasan
pengamatan di lapangan dan data iklim, maka dapat dilakukan klasifikasi tanah
dengan menggunakan Kunci Taksonomi Tanah 2014 (Keys Soil Taxonomy 2014).
Profil I
- Tidak termasuk epipedon Anthropik, karena kandungan P2O5 tidak sebesar
1500 miligram per kilogram atau lebih, hanya ada 11,60 miligram per kilogram
yang tidak mengalami penurunan secara teratur hingga kedalaman 130 cm.
- Tidak termasuk epipedon Folistik, karena tidak memiliki lapisan yang jenuh air
- Tidak termasuk epipedon Histik, karena tidak memiliki lapisan yang dicirikan
oleh adanya saturasi ( selama 30 hari atau lebih, kumulatif ) dan reduksi selama
sebesar 6% atau lebih hanya ada 0,68 % dan tidak memiliki 4% atau lebih c-
- Tidak termasuk epipedon Umbrik, karena memiliki nilai kejenuhan basa lebih
dari 50%.
- Termasuk epipedon Mollik, karena nilai kejenuhan basa lebih besar dari 50%,
yaitu 70,50% dan memiliki kandungan c-organik 0,6% atau lebih, yaitu 0,685%.
33
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
34
Profil II
1500 miligram per kilogram atau lebih, hanya ada 115,54 miligram per kilogram
yang tidak mengalami penurunan secara teratur hingga kedalaman 120 cm.
- Tidak termasuk epipedon Folistik, karena tidak memiliki lapisan yang jenuh air
- Tidak termasuk epipedon Histik, karena tidak memiliki lapisan yang dicirikan
oleh adanya saturasi (selama 30 hari atau lebih, kumulatif ) dan reduksi selama
sebesar 6% atau lebih hanya ada 2,45 % dan tidak memiliki 4 % atau lebih c-
- Tidak termasuk epipedon Umbrik, karena memiliki nilai kejenuhan basa lebih
dari 50%.
- Termasuk epipedon Mollik, karena nilai kejenuhan basa lebih dari 50%
yaitu 52,26% dan memiliki kandungan c-organik 0,6% atau lebih, yaitu 2,45%.
Profil III
1500 miligram per kilogram atau lebih, hanya ada 9,28 miligram per kilogram
yang tidak mengalami penurunan secara teratur hingga kedalaman 142 cm.
- Tidak termasuk epipedon Folistik, karena tidak memiliki lapisan yang jenuh air
34
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
35
- Tidak termasuk epipedon Histik, karena tidak memiliki lapisan yang dicirikan
Oleh adanya saturasi (selama 30 hari atau lebih, kumulatif) dan reduksi selama
sebesar 6% atau lebih hanya ada 0,56% dan tidak memiliki 4% atau lebih c-
- Tidak termasuk epipedon Umbrik, karena memiliki kejenuhan basa lebih besar
dari 50%.
- Termasuk epipedon Mollik, karena memiliki nilai kejenuhan basa lebih dari 50%
yaitu 78,60% dan memiliki kandungan c-organik lebih dari 0.6% yaitu 1,005%.
Profil I
- Tidak termasuk horison Agrik, karena tidak terdapat langsung di bawah lapisan
- Tidak termasuk horison Albik, karena horison tidak berwarna pucat atau tidak
- Tidak termasuk horizon Argilik, karena tidak menunjukkan tanda illuviasi liat.
- Tidak termasuk horison Kalsik karena tidak dianalisa kandungan CaCO3 dan
- Termasuk horison Kambik karena tidak memiliki tekstur sangat halus, ketebalan
horison lebih dari 15 cm, horison tidak mengalami kondisi aquik dan tidak
memiliki kandungan % liat yang lebih besar dari horison yang berada di atas
35
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
36
Profil II
- Tidak termasuk horison Agrik, karena tidak terdapat langsung di bawah lapisan
- Tidak termasuk horison Albik, karena horison tidak berwarna pucat atau tidak
- Tidak termasuk horizon Argilik, karena tidak menunjukkan tanda illuviasi liat.
- Tidak termasuk horison Kalsik karena tidak dianalisa kandungan CaCO3 dan
- Termasuk horison Kambik karena tidak memiliki tekstur sangat halus, ketebalan
horison lebih dari 15 cm, horison tidak mengalami kondisi aquik dan tidak
memiliki kandungan % liat yang lebih besar dari horison yang berada di atas
Profil III
- Tidak termasuk horison Agrik, karena tidak terdapat langsung di bawah lapisan
- Tidak termasuk horison Albik, karena horison tidak berwarna pucat atau tidak
- Tidak termasuk horizon Argilik, karena tidak menunjukkan tanda illuviasi liat.
- Tidak termasuk horison Kalsik karena tidak dianalisa kandungan CaCO3 dan
- Termasuk horison Kambik karena tidak memiliki tekstur sangat halus, ketebalan
horison lebih dari 15 cm, horison tidak mengalami kondisi aquik dan tidak
memiliki kandungan % liat yang lebih besar dari horison yang berada di atas
36
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
37
Profil I – III
- Memiliki regim kelembapan udik karena tanah tidak pernah kering dalam 90
hari (kumulatif) yaitu lebih dari 90 hari atau dari data curah hujan rata rata bulan
basah berkisar 7 – 10 bulan tiap tahun atau 210 hari hingga 300 hari (kumulatif).
- Memiliki regim suhu tanah isohipertermik karena variasi suhu terpanas dan
0 0
terdingin lebih kecil dari 60 C yaitu 2,4 C dan suhu tanah rata-rata tahunan
0 0
lebih besar dari 22 C yaitu 26,66 C.
Penetapan Ordo
Profil I
- Tidak termasuk Gelisol, karena tidak terdapat lapisan permafrost.
- Tidak termasuk Histosol, karena bukan merupakan tanah organik dan tidak
- Tidak termasuk Andisol, karena tidak mempunyai sifat-sifat tanah andik pada
- Tidak termasuk Vertisol, karena tidak memiliki duripan dan horison petrokalsik.
- Tidak termasuk Aridisol, karena tidak memiliki regim kelembaban aridik dan
- Tidak termasuk Ultisol, karena tidak memiliki horizon argilik atau kandik.
- Tidak termasuk Alfisol, karena tidak memiliki horizon argilik, kandik, atau
natrik.
37
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
38
penciri kambik.
Profil II
- Tidak termasuk Gelisol, karena tidak terdapat lapisan permafrost.
- Tidak termasuk Histosol, karena bukan merupakan tanah organik dan tidak
- Tidak termasuk Andisol, karena tidak mempunyai sifat-sifat tanah andik pada
- Tidak termasuk Vertisol, karena tidak memiliki duripan dan horison petrokalsik.
- Tidak termasuk Aridisol, karena tidak memiliki regim kelembaban aridik dan
- Tidak termasuk Ultisol, karena tidak memiliki horizon argilik atau kandik.
- Tidak termasuk Alfisol, karena tidak memiliki horizon argilik, kandik, atau
natrik.
penciri kambik.
Profil III
- Tidak termasuk Gelisol, karena tidak terdapat lapisan permafrost.
- Tidak termasuk Histosol, karena bukan merupakan tanah organik dan tidak
38
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
39
- Tidak termasuk Andisol, karena tidak mempunyai sifat-sifat tanah andik pada
- Tidak termasuk Vertisol, karena tidak memiliki duripan dan horison petrokalsik.
- Tidak termasuk Aridisol, karena tidak memiliki regim kelembaban aridik dan
- Tidak termasuk Ultisol, karena tidak memiliki horizon argilik atau kandik.
- Tidak termasuk Alfisol, karena tidak memiliki horizon argilik, kandik, atau
natrik.
penciri kambik.
Penetapan Sub-Ordo
Profil I
- Tidak termasuk Aquept, karena tidak mengalami kondisi aquik pada kedalaman
- Termasuk Udept, karena memiliki ciri Inceptisol lain dan regim kelembaban
Udik.
39
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
40
Profil II
- Tidak termasuk Aquept, karena tidak mengalami kondisi aquik pada kedalaman
- Termasuk Udept, karena memiliki ciri Inceptisol lain dan regim kelembaban
Udik.
Profil III
- Tidak termasuk Aquept, karena tidak mengalami kondisi aquik pada kedalaman
- Termasuk Udept, karena memiliki ciri Inceptisol lain dan regim kelembaban
Udik.
Profil I
- Tidak termasuk Sulfudept, karena memiliki horison sulfurik yang batas atasnya
- Tidak termasuk Durudept, karena tidak memiliki duripan yang batas atasnya di
40
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
41
- Tidak termasuk Fragiudept, karena tidak memiliki fragipan yang pada batas
tanah.
Profil II
- Tidak termasuk Sulfudept, karena memiliki horison sulfurik yang batas atasnya
- Tidak termasuk Durudept, karena tidak memiliki duripan yang batas atasnya di
- Tidak termasuk Fragiudept, karena tidak memiliki fragipan yang pada batas
tanah.
Profil III
- Tidak termasuk Sulfudept, karena memiliki horison sulfurik yang batas atasnya
- Tidak termasuk Durudept, karena tidak memiliki duripan yang batas atasnya di
- Tidak termasuk Fragiudept, karena tidak memiliki fragipan yang pada batas
41
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
42
tanah.
Profil I
- Tidak termasuk Lithic Humudept, karena tidak mempunyai kontak litik di dalam
dalam 125 cm dari permukaan tanah mineral selebar 5 mm atau lebih dengan
berkroma 2 atau kurang pada satu horison atau lebih di dalam 100 cm dari
permukaan tanah mineral serta tidak berada kondisi aquik selama sebagian
- Tidak termasuk Andic Oxyaquic Humudept, karena tidak memiliki fraksi tanah
halus dengan berat isi 1.0 g/cm3 pada keseluruhan satu horison atau lebih dengan
serta tidak jenuh air dalam tahun - tahun normal selama 20 hari konsekutif atau
30 hari kumulatif.
- Tidak termasuk Andic Humudept, karena tidak memiliki fraksi tanah halus
3
Dengan berat isi 1.0 g/cm atau kurang pada keseluruhan satu horison atau lebih
42
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
43
- Tidak termasuk Vitrandic Humudept, karena tidak memiliki lebih dari 35%
partikel berdiameter 2,0 mm atau lebih pada keseluruhan satu horison atau lebih
mineral.
karbon organik sebesar 0,2 persen atau lebih pada kedalaman 125 cm di bawah
- Tidak termasuk Aquic Humudept, karena tidak terdapat deplesi redoks ber
kroma 2 atau kurang, dan tidak memiliki kondisi akuik selama sebagian waktu
- Tidak termasuk Oxyaquic Humudept, karena tanah tidak mengalami jenuh air
atau mollik sampai kedalaman 50 cm, tidak memiliki kandungan karbon organik
sebesar 0,2 persen atau lebih pada kedalaman 125 cm di bawah permukaan tanah
mineral.
organik sebesar 0,2 persen atau lebih pada kedalaman 125 cm di bawah
43
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
44
atau lebih pada setengah atau lebih dari ketebalan total diantara 25-75 cm.
Profil II
- Tidak termasuk Lithic Humudept, karena tidak mempunyai kontak litik di dalam
dalam 125 cm dari permukaan tanah mineral selebar 5 mm atau lebih dengan
berkroma 2 atau kurang pada satu horison atau lebih di dalam 100 cm dari
permukaan tanah mineral serta tidak berada kondisi aquik selama sebagian
- Tidak termasuk Andic Oxyaquic Humudept, karena tidak memiliki fraksi tanah
halus dengan berat isi 1.0 g/cm3 pada keseluruhan satu horison atau lebih dengan
serta tidak jenuh air dalam tahun - tahun normal selama 20 hari konsekutif atau
30 hari kumulatif.
- Tidak termasuk Andic Humudept, karena tidak memiliki fraksi tanah halus
3
Dengan berat isi 1.0 g/cm atau kurang pada keseluruhan satu horison atau lebih
44
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
45
- Tidak termasuk Vitrandic Humudept, karena tidak memiliki lebih dari 35%
partikel berdiameter 2,0 mm atau lebih pada keseluruhan satu horison atau lebih
mineral.
karbon organik sebesar 0,2 persen atau lebih pada kedalaman 125 cm di bawah
- Tidak termasuk Aquic Humudept, karena tidak terdapat deplesi redoks ber
kroma 2 atau kurang, dan tidak memiliki kondisi akuik selama sebagian waktu
- Tidak termasuk Oxyaquic Humudept, karena tanah tidak mengalami jenuh air
atau mollik sampai kedalaman 50 cm, tidak memiliki kandungan karbon organik
sebesar 0,2 persen atau lebih pada kedalaman 125 cm di bawah permukaan tanah
mineral.
organik sebesar 0,2 persen atau lebih pada kedalaman 125 cm di bawah
45
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
46
atau lebih pada setengah atau lebih dari ketebalan total diantara 25-75 cm.
Profil III
- Tidak termasuk Lithic Humudept, karena tidak mempunyai kontak litik di dalam
dalam 125 cm dari permukaan tanah mineral selebar 5 mm atau lebih dengan
berkroma 2 atau kurang pada satu horison atau lebih di dalam 100 cm dari
permukaan tanah mineral serta tidak berada kondisi aquik selama sebagian
- Tidak termasuk Andic Oxyaquic Humudept, karena tidak memiliki fraksi tanah
halus dengan berat isi 1.0 g/cm3 pada keseluruhan satu horison atau lebih dengan
serta tidak jenuh air dalam tahun - tahun normal selama 20 hari konsekutif atau
30 hari kumulatif.
- Tidak termasuk Andic Humudept, karena tidak memiliki fraksi tanah halus
3
Dengan berat isi 1.0 g/cm atau kurang pada keseluruhan satu horison atau lebih
- Tidak termasuk Vitrandic Humudept, karena tidak memiliki lebih dari 35%
partikel berdiameter 2,0 mm atau lebih pada keseluruhan satu horison atau lebih
46
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
47
mineral.
karbon organik sebesar 0,2 persen atau lebih pada kedalaman 125 cm di bawah
- Tidak termasuk Aquic Humudept, karena tidak terdapat deplesi redoks ber
kroma 2 atau kurang, dan tidak memiliki kondisi akuik selama sebagian waktu
- Tidak termasuk Oxyaquic Humudept, karena tanah tidak mengalami jenuh air
atau mollik sampai kedalaman 50 cm, tidak memiliki kandungan karbon organik
sebesar 0,2 persen atau lebih pada kedalaman 125 cm di bawah permukaan tanah
mineral.
organik sebesar 0,2 persen atau lebih pada kedalaman 125 cm di bawah
atau lebih pada setengah atau lebih dari ketebalan total diantara 25-75 cm.
47
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
48
Profil I
- Tidak termasuk Organosol, karena tidak memiliki nilai bulk density <0,1 gr/cm3
- Tidak termasuk Litosol, karena tanah tidak berada pada batuan yang kukuh.
- Tidak termasuk Aluvial, karena tanah tidak berkembang dari bahan alluvium.
- Tidak termasuk Regosol, karena tanah memiliki horizon penciri dan bukan
okrik.
- Tidak termasuk Andosol, karena tidak memiliki nilai bulk density <0,9 gr/cm3
- Tidak termasuk Mollisol, karena tidak mempunyai kandungan liat yang tinggi
>60%.
Profil II
- Tidak termasuk Organosol, karena tidak memiliki nilai bulk density <0,1 gr/cm3
48
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
49
- Tidak termasuk Litosol, karena tanah tidak berada pada batuan yang kukuh.
- Tidak termasuk Aluvial, karena tanah tidak berkembang dari bahan alluvium.
- Tidak termasuk Regosol, karena tanah memiliki horizon penciri dan bukan
okrik.
- Tidak termasuk Andosol, karena tidak memiliki nilai bulk density <0,9 gr/cm3
- Tidak termasuk Mollisol, karena tidak mempunyai kandungan liat yang tinggi
>60%.
Profil III
- Tidak termasuk Organosol, karena tidak memiliki nilai bulk density <0,1 gr/cm3
- Tidak termasuk Litosol, karena tanah tidak berada pada batuan yang kukuh.
- Tidak termasuk Aluvial, karena tanah tidak berkembang dari bahan alluvium.
- Tidak termasuk Regosol, karena tanah memiliki horizon penciri dan bukan
okrik.
49
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
50
- Tidak termasuk Andosol, karena tidak memiliki nilai bulk density <0,9 gr/cm3
- Tidak termasuk Mollisol, karena tidak mempunyai kandungan liat yang tinggi
>60%.
Profil I
hidromorfik.
- Tidak termasuk Kambisol Kalsik, karena bukan merupakan horison kalsik atau
mollik.
50
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
51
Profil II
hidromorfik.
- Tidak termasuk Kambisol Kalsik, karena bukan merupakan horison kalsik atau
mollik.
Profil III
hidromorfik.
- Tidak termasuk Kambisol Kalsik, karena bukan merupakan horison kalsik atau
mollik.
51
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
52
diperoleh bahwa ketiga profil memiliki ordo tanah yang sama. Hal ini diakibatkan
karena adanya suatu penciri yang memiliki nilai berbeda namun termasuk dalam
epipedon Mollik karena memiliki nilai kejenuhan basa lebih dari 50%, yang
Setelah dilakukan pengklasifikasian tanah pada profil I, II, dan III dapat di
peroleh ordo, sub ordo, great group dan sub group yang sama. Meskipun pada
ketiga profil tanah memiliki bahan induk yang berbeda, namun bukan berarti
ketiga profil tersebut harus termasuk ke dalam ordo yang berbeda. Hal ini sesuai
dengan literatur Krauskopf (1979) yang menyatakan bahwa bahan induk memiliki
sifat pasif yang dimana berbagai jenis bahan induk yang berbeda dapat
menghasilkan jenis tanah yang sama ataupun sebaliknya pada bahan induk yang
52
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
53
Kesimpulan
Dari penelitian yang dilakukan terhadap 3 profil tanah di Desa Namu Ukur
klasifikasi tanah pada profil I, II, dan III berdasarkan Taksonomi Tanah 2014
adalah : Ordo Inceptisol, Sub Ordo Udept, Great Group Humudept, dan Sub
Saran
lebih detail dengan melengkapi data analisis mineral yang sangat bermanfaat bagi
53
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
54
DAFTAR PUSTAKA
Darmawijaya, M. I. 1990. Klasifikasi Tanah. Dasar Teori bagi Peneliti Tanah dan
Pelaksanaan Pertanian di Indonesia. UGM Press, Yogyakarta.
Darmawijaya, M. . 1997. Klasifikasi Tanah. Dasar Teori bagi Peneliti Tanah dan
Pelaksanaan Pertanian di Indonesia. UGM Press, Yogyakarta.
Soil Survey Staff. 1992. Keys to Soil Taxonomy, Fifth edition. SMSS technical
monograph No.19. Blacksburg, Virginia : Pocahontas Press, Inc.
556 pages.
Soil Survey Staff. 2014. Keys to Soil Taxonomy, Twelfth edition. United States
Department of Agriculture-Natural Resources Conservation
Service. Washington, DC. 372 pages.
54
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
55
LAMPIRAN
55
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
56
56
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
57
Tabel 7. Kriteria penilaian hasil analisis contoh tanah (Pusat Penelitian Tanah, 1983)
Sangat Sangat
Parameter Tanah Satuan Rendah Sedang Tinggi
Rendah Tinggi
C % <1,0 1,0-2,0 2,1-3,0 3,1-5,0 >5,0
N % <0,1 0,1-0,2 0,21-0,50 0,51-0,75 >0,75
C/N <5 5-10 11-15 16-25 >25
P2O5 (HCl 25%) mg/100g <15 15-20 21-40 41-60 >60
P2O5 (Bray I) ppm <10 10-15 16-25 25-35 >35
P2O5 (Olsen) ppm <10 10-25 26-45 46-60 >60
K2O (HCl 25%) mg/100g <10 10-20 21-40 41-60 >60
K2O (Morgan) ppm <8 8-12 12-21 21-36 >36
KTK tanah cmol (+)/kg <5 5-16 17-24 25-40 >40
Susunan kation:
Ca2+ cmol (+)/kg <2 2-5 6-10 11-20 >20
Mg2+ cmol (+)/kg <0,4 0,4-1,0 1,1-2,0 2,1-8,0 >8,0
K+ cmol (+)/kg <0,1 0,1-0,3 0,4-0,5 0,6-1,0 >1,0
Na+ cmol (+)/kg <0,1 0,1-0,3 04-0,7 0,8-1,0 >1,0
Kejenuhan basa % <20 20-35 36-60 61-80 >80
Kejenuhan % <5 5-20 21-30 31-60 >60
Alumunium
Reaksi Tanah Sangat Masam Agak Netral Agak Alkalis
masam masam alkalis
pH tanah H2O <4,5 4,5-5,5 5,6-6,5 6,6-7,5 7,6-8,5 >8,5
57
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
58
58
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA