UBI KAYU
(Kasus: Kecamatan Binjai Barat, Kota Binjai)
SKRIPSI
FAKULTAS PERTANIAN
MEDAN
2020
SKRIPSI
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana
di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara
FAKULTAS PERTANIAN
MEDAN
2020
Simanjorang dan Ibu Juliyanti. Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis
2. Tahun 2004 masuk SD Negeri 028229 Binjai Barat dan lulus pada tahun 2010.
3. Tahun 2010 masuk SMP Negeri 5 Binjai Barat dan lulus pada tahun 2013.
4. Tahun 2013 masuk SMA Negeri 2 Binjai Selatan dan lulus pada tahun 2016
Kata Kunci: Ubi Kayu, Produk Hilir, Nilai Tambah, Strategi Pengembangan
This study aims to determine the existing conditions of cassava processing agro-
industry; to find out what are the downstream products of the cassava processing
agro-industry; to find out how much added value of the cassava processing agro-
industry; and to determine the prospect of cassava processing agro-industry in
Kecamatan Binjai Barat, Kota Binjai. The data analysis method used was the
Hayami method and SWOT analysis. The results showed that there were 12
cassava processing agro-industries that were still active, some of them had used
machines such as yeye noodle products and sweet potato chips, the downstream
products of cassava processing agro-industries in the study area were Yeye
noodles, Opak, Rengginang and Keripik, all added value of agro-industrial
products. cassava processing in the research area is in the low category, the
biggest added value is in the cassava processing agro-industry that produces Yeye
noodles, and the right strategy for the development of cassava processing agro-
industry in the research area is an aggressive strategy, namely a marketing
network expansion program with take advantage of business experience and
collaborate with institutions in order to increase sales and revenue.
ii
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul skripsi ini adalah “Nilai
Barat Kota Binjai)”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gelar
Sumatera Utara.
Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai
bentuk rasa syukur penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada:
semangat, nasihat, doa yang tiada putus-putusnya serta dukungan baik secara
materi maupun non materi yang tiada henti- hentinya, juga kasih sayang dan
2. Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP, selaku ketua komisi pembimbing yang telah
ini. Untuk itu penulis mengucapkan rasa hormat dan terima kasih.
iii
4. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec, selaku Ketua Program Studi
Agribisnis Fakultas Pertanian USU dan Bapak Ir. M. Jufri, M.Si selaku
masa perkuliahan.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehingga penulis
skripsi ini. Penulis juga berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca
Wabarakatuh.
Penulis
iv
ABSTRAK .............................................................................................................. i
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2. Identifikasi Masalah ............................................................................ 3
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................ 3
1.4. Kegunaan Penelitian............................................................................. 4
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
No Judul Halaman
1 Kandungan Nutrisi Pada Ubi Kayu 6
2 Produksi, Luas Panen, dan Produktivitas Ubi Kayu di Indonesia 9
3 Perkembangan Konsumsi Ubi Kayu Dalam Rumah Tangga di
10
Indonesia
4 Perhitungan Nilai Tambah Metode Hayami 12
5 Matriks Faktor Strategi Internal (IFAS) 20
6 Matriks Faktor Strategi Eksternal (EFAS) 21
7 Matriks SWOT 24
8 Data Primer dan Sekunder 29
9 Perhitungan Nilai Tambah Metode Hayami 30
10 Matriks Swot 31
11 Matriks Faktor Strategi Internal dan Matriks Faktor Strategi
32
Eksternal
12 Matriks Faktor Strategi Internal/Eksternal 33
13 Jumlah Penduduk Dirinci Menurut Jenis Kelamin dan
38
Kelurahan di Kecamatan Binjai Barat Tahun 2018
14 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kecamatan
39
Binjai Barat Tahun 2018
15 Persentase Penduduk Menurut Kelurahan dan Agama yang
40
Dianut di Kecamatan Binjai Barat Tahun 2018
16 Banyaknya Tenaga Kerja Yang Bekerja Menurut Lapangan
Pekerjaan Menurut Kelurahan di Kecamatan Binjai Barat 41
Tahun 2018
17 Sarana Pendidikan Tahun 2018 42
18 Sarana dan Prasarana Kesehatan Tahun 2018 43
19 Sarana dan Prasarana Rumah Ibadah Tahun 2018 44
20 Karakteristik Subjek Penelitian 45
21 Rata-Rata Frekuensi Pengolahan Mie Yeye, Opak, Rengginang,
Keripik dan Bahan Ubi Kayu Dalam Industri Pengolahan Ubi 66
Kayu Sekali Produksi
22 Rata-Rata Biaya Bahan Penunjang yang Digunakan Dalam
Pengolahan Mie Yeye, Opak, Rengginang, Keripik dan 67
Penggunaan Ubi Kayu Kayu Sekali Produksi
23 Rata-Rata Biaya Penyusutan Peralatan Sekali Produksi
68
Pembuatan Mie Yeye, Opak, Rengginang dan Keripik
24 Rata-Rata Penggunaan Tenaga Kerja Dalam Pengolahan Mie
Yeye, Opak, Rengginang dan Keripik di Daerah Penelitian Per 69
Hari
25 Rata-Rata Biaya Produksi, Penerimaan, dan Keuntungan
Pengolahan Mie Yeye, Opak, Rengginang dan Keripik di 70
Daerah Penelitian Dalam Sekali Produksi
26 Nilai Tambah Hasil Pengolahan Mie Yeye, Opak, Rengginang
72
dan Keripik
vii
viii
No Judul Halaman
1 Kuadran Analisis SWOT 22
2 Skema Kerangka Pemikiran Nilai Tambah Agroindustri Ubi
27
Kayu
3 Proses Produksi Mie Yeye 49
4 Proses Produksi Opak 53
5 Proses Produksi Rengginang 57
6 Proses Produksi Keripik 60
7 Matriks Posisi SWOT Prospek Agroindustri Pengolahan Ubi
90
Kayu
ix
No Judul
1 Subjek Penelitian Pengolahan Mie Yeye, Opak, Rengginang dan Keripik
2 Biaya Bahan Baku Pengolahan Mie Yeye
3 Biaya Bahan Penunjang Pengolahan Mie Yeye
4 Rata-Rata Biaya Penggunaan Bahan Penunjang Pengolahan Mie Yeye
5 Penggunaan Peralatan Pengolahan Mie Yeye
6 Lanjutan Penggunaan Peralatan Pengolahan Mie Yeye
7 Rata-Rata Biaya Penyusutan Pengolahan Mie Yeye
8 Penggunaan Tenaga Kerja Per Produksi (per Hari) Pada Pengolahan Mie
Yeye
9 Upah Tenaga Kerja Pada Pengolahan Mie Yeye
10 Total Penerimaan Pengolahan Mie Yeye Sekali Produksi
11 Nilai Tambah Hasil Pengolahan Mie Yeye
12 Biaya Bahan Baku Pengolahan Opak
13 Biaya Bahan Penunjang Pengolahan Opak
14 Lanjutan Biaya Bahan Penunjang Pengolahan Opak
15 Rata–Rata Biaya Penggunaan Bahan Penunjang Pengolahan Opak
16 Penggunaan Peralatan Pengolahan Opak
17 Lanjutan Penggunaan Peralatan Pengolahan Opak
18 Rata-Rata Biaya Penyusutan Pengolahan Opak
19 Penggunaan Tenaga Kerja Per Produksi (per Hari) Pada Pengolahan Opak
20 Upah Tenaga Kerja Pada Pengolahan Opak
21 Total Penerimaan Pengolahan Opak Sekali Produksi
22 Nilai Tambah Hasil Pengolahan Opak
23 Biaya Bahan Baku Pengolahan Rengginang
24 Biaya Bahan Penunjang Pengolahan Rengginang
25 Lanjutan Biaya Bahan Penunjang Pengolahan Rengginang
26 Rata-Rata Biaya Penggunaan Bahan Penunjang Pengolahan Rengginang
27 Penggunaan Peralatan Pengolahan Rengginang
28 Lanjutan Penggunaan Peralatan Pengolahan Rengginang
29 Rata-Rata Biaya Penyusutan Pengolahan Rengginang
30 Penggunaan Tenaga Kerja Per Produksi (per Hari) Pada Pengolahan
Rengginang
31 Upah Tenaga Kerja Pada Pengolahan Rengginang
32 Total Penerimaan Pengolahan Rengginang Sekali Produksi
33 Nilai Tambah Hasil Pengolahan Rengginang
34 Biaya Bahan Baku Pengolahan Keripik
35 Biaya Bahan Penunjang Pengolahan Keripik
36 Rata-Rata Biaya Penggunaan Bahan Penunjang Pengolahan Keripik
37 Penggunaan Peralatan Pengolahan Keripik
38 Lanjutan Penggunaan Peralatan Pengolahan Keripik
39 Rata-Rata Biaya Penyusutan Pengolahan Keripik
40 Penggunaan Tenaga Kerja Per Produksi (per Hari) Pada Pengolahan
Keripik
xi
Indonesia ubi kayu menempati urutan nomor tiga setelah beras dan jagung sebagai
beras, ubi kayu digunakan sebagai bahan makanan pokok. Sedangkan dalam
bidang peternakan peranan ubi kayu sebagai sumber energi pengganti jagung
sangat besar, mengingat harga dan penggunaan jagung yang masih besar untuk
indonesia. Dalam hal ini ubi kayu baik lokal maupun luar negeri sangat besar.
Dimana ubi kayu untuk bahan pakan ternak, farmasi dan lain sebagainya yang
jumlahnya selama ini terus meningkat secara terus menerus dengan peningkatan
Komoditi ubi kayu merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang penting
dan sangat strategis karena dapat dimanfaatkan untuk berbagai produk meliputi
bahan pangan, pakan, energi, farmasi dan kosmetik. Berbagai produk olahan dari
ubi kayu antara lain cemilan/kripik, mocaf, gula cair, bahan bakar Bio-ethanol,
bahan dasar obat, campuran industri kosmetik, zat perangsang tumbuh tumbuhan,
(Suherman, 2014).
Pada umumnya, ubi kayu mempunyai sifat mudah rusak, cepat busuk, dan
meruah. Ubi yang telah rusak, menyebabkan warnanya berubah, rasa menjadi
kurang enak, dan bahkan kadang-kadang pahit karena adanya asam sianida (HCN)
1
Universitas Sumatera Utara
2
yang bersifat toksik (racun). Pengolahan ubi kayu secara tepat akan mengurangi
Yuniarsih, 2001).
produk jadi yang dapat langsung dikonsumsi dan produk setengah jadi yang
merupakan produk antara. Produk antara tersebut perlu diproses lanjut terlebih
1) Produk jadi, berupa makanan olahan/jajanan dari singkong, antara lain adalah
gethuk, utri (lemet), singkong rebus atau goreng, tape dan kue bolu (cake).
2) Produk setengah jadi, yaitu gaplek, ship, tepung gaplek, tepung kasava (tepung
meningkatkan nilai tambah, nilai gizi, dan mengangkat citra produk ubi kayu. Ubi
kayu mempunyai kandungan gizi yang baik sebagai sumber karbohidrat, namun
rasa dan aromanya kurang enak, serta tidak tahan lama disimpan. Untuk
sebagai berikut:
penelitian ?
2) Apa saja produk hilir agroindustri pengolahan ubi kayu di daerah penelitian ?
3) Berapa besar nilai tambah agroindustri pengolahan ubi kayu menurut jenis
sebagai berikut:
daerah penelitian ?
2) Untuk mengetahui apa saja produk hilir agroindustri pengolahan ubi kayu di
daerah penelitian ?
3) Untuk mengetahui berapa besar nilai tambah agroindustri pengolahan ubi kayu
penelitian ?
penentuan kebijakan.
dapat dijadikan bahan acuan dan sumbangan data bagi peneliti selanjutnya
yang lain. Ubi kayu merupakan salah satu bahan pangan yang utama. Di
Indonesia, ubi kayu merupakan makanan pokok ke tiga setelah padi-padian dan
jagung (Askurrahman, 2010). Klasifikasi tanaman ubi kayu adalah sebagai berikut
(Rukmana, 2002) :
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae 12
Genus : Manihot
Tanaman ubi kayu merupakan tanaman yang tidak membutuhkan perawatan yang
rumit. Dilahan yang tergolong kritis pun ubi kayu masih dapat tumbuh dan
berproduksi. Budidaya tanaman ubi kayu di Indonesia saat ini sudah cukup maju
dan berkembang. Syarat utama agar tanaman ubi kayu dapat tumbuh dan
berproduksi dengan baik adalah dengan memperhatikan lokasi dan struktur tanah
5
Universitas Sumatera Utara
6
yang digunakan untuk budidaya. Kondisi atau struktur tanah di lahan budidaya ubi
(Suprapti, 2005).
Ubi kayu merupakan tanaman dengan syarat tumbuh yang mudah termasuk di
daerah yang tergolong daerah kurang subur. Daun ubi kayu dikonsumsi sebagai
sayuran dan umbinya diolah menjadi berbagai macam makanan. Hal ini
disebabkan proses produksi yang sederhana, biayanya murah, tahan lama dan
sebagai bahan baku produk olahan ubi kayu yang permintaannya selalu ada
(Setyowati, 2012). Berikut kandungan nutrisi pada ubi kayu (per 100 gram) pada
Tabel 1.
Ada dua jenis ubi kayu yaitu pahit dan tidak pahit. Ubi kayu pahit mengandung
hidrosianida (HCN) lebih dari 100 ppm. Namun, jenis ini mengandung
karbohidrat dalam jumlah tinggi, sehingga baik untuk dijadikan tapioka. Supaya
aman dimakan, ubi kayu jenis ini harus diproses terlebih dahulu sebelum dibuat
tepung dengan cara direndam berulang-ulang agr kadar HCNnya hilang. Racun
juga akan mudah rusak oleh panas selama proses pembuatan tapioka. Sementara
itu, ubi kayu yang tidak pahit mengandung racun sianida (HCN) kurang dari 50
yang terbesar kedua setelah Thailand. Hanya saja ubi kayu Indonesia lebih banyak
sehingga menjadi salah satu pangan lokal yang dapat dijadikan industri pertanian
jagung, kedelai dan gula. Sedangkan komoditas pertanian yang sangat penting
juga adalah ubi kayu. Karena posisi ubi kayu yang sangat penting pada
perekonomian Indonesia, maka apabila ketersediaan dan harga ubi kayu terganggu
akan mengakibatkan terjadinya gangguan pada konsumen dan produsen ubi kayu.
Jadi perlu ada keseimbangan permintaan dan penawaran ubi kayu sepanjang
waktu karena produksi dan konsumsi ubi kayu cukup besar. Walaupun konsumsi
ubi kayu per kapita mengalami penurunan namun permintaan ubi kayu meningkat
untuk industri. Secara rata-rata, pada periode 2000-2016, setiap tahun Indonesia
mengimpor ubi kayu olahan sebesar 271.681 ton dengan nilai US$ 100,63 juta.
Pada periode yang sama, jumlah ekspor ubi kayu Indonesia relatif kecil
dibandingkan dengan jumlah impor ubi kayu Indonesia. Pada periode yang sama,
ekspor ubi kayu Indonesia hanya sekitar 42.251 ton dengan nilai US$13,1 juta.
Tantangan yang dihadapi oleh Indonesia dalam memproduksi ubi kayu cukup
perdagangan, namun hal tersebut harus diikuti dengan adanya mutu dan kualitas
yang baik pada komoditi yang diperdagangkan sehingga dapat berperan penting
Indonesia merupakan negara penghasil ubi kayu terbesar keempat dari 5 negara
yaitu Nigeria, Brazil, Thailand, Indonesia, dan Kongo. Sekitar 60% dari total ubi
kayu di dunia dipenuhi oleh keempat negara tersebut (FAO, 2011). Dilihat dari
urutan negara penghasil ubi kayu terbesar di dunia, dapat dikatakan bahwa
ubi kayu di Indonesia masih sangat luas yang didukung dengan lahan untuk
budidaya ubi kayu cukup luas serta cukup banyaknya industri yang mengolah ubi
kayu (Pusdatin, 2014). Produksi ubi kayu di Indonesia dapat diperoleh melalui
hubungan perbandingan lurus antara luas panen dan produktivitas itu sendiri.
Berdasarkan data yang dihimpun oleh Badan Pusat Statistik (2016), luas panen
Karena produksi ubi kayu merupakan perkalian antara luas panen dan
dapat dikatakan memiliki tren yang meningkat. Produksi, luas panen, dan
Menurut Pusdatin (2014), Konsumsi rumah tangga ubi kayu di tingkat rumah
dari tahun ke tahun. Dapat dilihat pada Tabel 3, rata-rata konsumsi rumah tangga
untuk kurun waktu 2002-2013 sebesar 6,64 kg/kapita/tahun dan laju rata-rata 12
menurun 6,49% setiap tahunnya. Konsumsi ubi kayu pada tingkat rumah tangga
Pada tahun 2013, konsumsi ubi kayu dalam rumah tangga di Indonesia yaitu
berkisar 249,9 juta penduduk (World Bank, 2015). Jika diakumulasikan konsumsi
ubi kayu dalam rumah tangga per tahun dengan jumlah penduduk 249,9 juta
permintaan ubi kayu pada rumah tangga yaitu sebesar 872,8 ribu ton ubi kayu atau
kurang lebih 3,6 persen dari total ubi kayu, sedangkan sisanya yaitu pemanfaatan
bahan baku industri seperti gaplek, bioetanol, olahan tepung, pakan ternak dan
Nilai tambah (value added) adalah pertambahan nilai suatu komoditas karena
selisih antara nilai produk dengan nilai biaya bahan baku dan input lainnya, tidak
termasuk tenaga kerja. Sedangkan marjin adalah selisih antara nilai produk
dengan harga bahan bakunya saja. Dalam marjin ini tercakup komponen faktor
produksi yang digunakan yaitu tenaga kerja, input lainnya dan balas jasa
Menurut Hayami et al (1987) ada dua cara untuk menghitung nilai tambah yaitu
nilai tambah untuk pengolahan dan nilai tambah untuk pemasaran. Faktor-faktor
dua faktor teknis dan faktor pasar. Faktor teknis yang berpengaruh adalah
kapasitas produksi, jumlah bahan baku yang digunakan untuk tenaga kerja.
Sedangkan faktor pasar yang berpengaruh adalah harga output, upah tenaga kerja,
harga bahan baku dan nilai input lain. Adapun perhitungan nilai tambah dapat
Metode Hayami ini sering dan umum digunakan pada subsistem pengolahan
dalam sistem agribisnis. Nilai tambah adalah selisih antara nilai komoditi yang
mendapat perlakuan pada tahap tertentu dikurangi dengan nilai korbanan yang
c) Prinsip nilai tambah menurut Hayami dapat diterapkan pula untuk sub system
Analisis nilai tambah pada metode Hayami juga memiliki kelemahan yaitu:
a) Pendekatan rata-rata tidak tepat jika diterapkan pada unit usaha yang
Menurut Sudiyono (2004), besarnya nilai tambah karena proses produksi didapat
dari pengurangan biaya bahan baku dan input lainnya terhadap nilai produk yang
dihasilkan, tidak termasuk tenaga kerja. Dengan kata lain nilai tambah
menggambarkan imbalan bagi tenaga kerja, modal dan manajemen yang dapat
Dimana:
K = Kapasitas produksi.
H = Harga output.
L = Nilai input lain (nilai dan semua korbanan yang terjadi selama proses
Untuk menghitung nilai tambah suatu bahan baku yang diolah menjadi produk
berbentuk lain maka dasar perhitungannya adalah sebagai berikut : bila kebutuhan
bahan baku tiap kali produksi diberi simbol a; dengan harga per kilogramnya
adalah b; output tiap kali produksi adalah c; maka factor konversi yang berlaku
adalahh = c/a. Harga output per kilogramnya diberi simbol d; biaya input total
selain bahan baku yang diolah adalah e; maka nilai produknya adalah f = h x .
Dari ketentuan tersebut bisa dihitung nilai tambah yang diperoleh pengrajin
adalah sebesar Rp. (f– e – b) per kilogramnya bahan baku (Budhisatyarini, 2008).
2.3.2 SWOT
faktor. Ada saja faktor-faktor internal yang merupakan sisi lemah perusahaan dan
Menurut Senja (2014) Salah satu faktor lingkungan internal adalah berdasarkan
kategori sumber daya. Sumber daya merupakan input yang dikerjakan dalam
diantaranya:
motivasi.
perusahaan).
garis besar lingkungan eksternal dibagi menjadi dua, yaitu lingkungan makro dan
A. Lingkungan Makro
a) Politik
Peran pemerintah dalam ranah politik biasanya karena kebijakan dan peraturan
yang mereka tetapkan. Beberapa contoh peran pemerintah dalam faktor politik,
antara lain:
ekonomi.
b) Ekonomi
Faktor ekonomi sebuah negara tentu akan berdampak pada perusahaan. Ekonomi
peusahaan dapat berkurang. Salah satu faktor yang cukup berpengaruh adalah
nilai tukar mata uang. Hal ini akan berdampak pada perusahaan-perusahaan yang
mengimpor bahan baku dari luar negeri. Jika nilai tukar dalam negeri menurun
c) Teknologi
Beberapa hal yang termasuk dalam faktor teknologi seperti: proses produksi,
B. Lingkungan Mikro
Menurut Senja (2014), Lingkungan mikro sering juga disebut sebagai lingkungan
industri atau lingkungan kompetitif. Jika lingkungan makro bersifat global maka
2) Perusahaan Pesaing
Biasanya sebuah persaingan akan lebih ketat, jika: tidak ada pemimpin industri,
produk.
3) Kekuatan Pemasok
dengan ketersediaan bahan baku, kualitas dan juga harganya. Jika harganya naik
tentu biaya produksi sebuah produk menjadi naik juga, jika kualitasnya turun
4) Kekuatan Pembeli
Tidak sedikit pembeli yang membandingkan dua antara kelemahan dan kelebihan
produk dari perusahaan yang berbeda. Posisi pembeli akan semakin kuat jika, ada
produk lain yang bisa menggantikan produk utama. Produk substitusi bisa jadi
dalam kolom 1.
b) Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom 2 dengan skala mulai dari 1,0
skala mulai dari 4 (sangat baik) sampai dengan 1 (tidak baik), berdasarkan
Variabel yang bersifat positif (semua variabel yang masuk kategori kekuatan),
d) Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh
e) Jumlahkan skoring (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan
Hasil dari identifikasi faktor kunci internal yang merupakan kekuatan dan
Internal (IFAS).
Sebelum membuat matriks faktor strategi eksternal, kita perlu mengetahui terlebih
dalam kolom 1.
b) Beri bobot masing-masing factor dalam kolom 2 dengan skala mulai dari 1,0
skala mulai dari 4 (sangat baik) sampai dengan 1 (tidak baik), berdasarkan
Variabel yang brsifat positif (semua variabel yang masuk kategori peluang),
d) Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh
e) Jumlahkan skoring (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan
Hasil dari identifikasi faktor kunci eksternal yang merupakan peluang dan
Eksternal (EFAS).
3) Matriks Posisi
Hasil analisis pada tabel matriks faktor strategi internal dan faktor eksternal
ditetapkan pada matriks posisi dengan cara sebagai berikut (Fauzi, 2015):
1) Jika peluang lebih besar dari pada ancaman maka nilai y > 0 dan sebaliknya
kalau ancaman lebih besar dari pada peluang maka nilainya y < 0.
2) Jika kekuatan lebih besar dari pada kelemahan maka nilai x > 0 dan
sebaliknya kalau kelemahan lebih besar dari pada kekuatan maka nilainya
x < 0.
Gambar 1
Kuadran Analisis SWOT
Berbagai Peluang
Berbagai Ancaman
yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung
memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah
1) Kualitas artinya produk dan jasa yang dihasilkan sesuai atau lebih dari
2) Fungsi, dimana produk dan jasa yang dihasilkan sesuai dengan fungsi yang
konsumen.
Matriks SWOT adalah alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis
a) Strategi SO
sebesar-besarnya.
b) Strategi ST
Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk
mengatasi ancaman.
c) Strategi WO
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara
d) Strategi WT
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha
telah menganalisis tentang Nilai Tambah Pengolahan Opak Pada Skala Industri
Rumah Tangga. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa nilai tambah yang
diperoleh dari proses penggolahan ubi kayu menjadi Opak adalah sebesar Rp.
441,90/ kg bahan baku yang digunakan dan hasil rasio nilai tambah pengolahan
Crantz) Menjadi Tepung Tapioka Pada Pt. Sari Jaya Tani. Hasil penelitian
sumber dana milik sendiri untuk menghasilkan produk yang memiliki kualitas
yang baik strategi SO (Strength - Opportunities), yaitu (S1 dan O1). Dengan
adanya brend merek sudah di kenal dan mendapat standart halal dari LPPOM
MUI dan BPOM sehingga pangsa pasarnya bisa sampai keluar dari provinsi
Sumatera Utara (S2 dan O2). Pemanfaatan teknologi mesin yang digunakan
Proses pemanfaatan nilai tambah agroindustri ubi kayu akan memberikan nilai
tambah bagi ubi kayu itu sendiri. Sedangkan untuk menghasilkan produk-produk
turunan diperlukan faktor-faktor produksi lain mulai dari tenaga kerja, peralatan
produksi, bahan-bahan tambahan dan lain-lain yang merupakan bagian dari proses
Secara umum kerangka teori pendekatan masalah dapat dilihat dalam bagan
Ubi Kayu
Input Produksi
Biaya Variabel
- Bahan Baku
- Bahan Penunjang Proses Produksi
Biaya Tetap
- Penyusutan Peralatan
- Biaya Listrik
- Biaya PBB
Nilai Tambah
tinggi.
2) Agroindustri ubi kayu didaerah penelitian menempati matrik posisi white area
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Binjai Barat Kota Binjai. Pemilihan lokasi
pengolahan (agroindustri) ubi kayu yang memiliki bahan baku (sendiri) atau yang
memperoleh bahan baku (dari orang lain). Populasi menurut Sugiyono (2013),
adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
12 subjek penelitian.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder merupakan data pelengkap yang diperoleh dari instansi atau lembaga
mengetahui apa saja produk hilir agroindustri pengolahan ubi kayu berdasarkan
3) Untuk tujuan (3) yaitu untuk mengetahui berapa besar nilai tambah
agroindustri pengolahan ubi kayu menurut jenis produk hilir di daerah penelitian,
Prosedur perhitungan nilai tambah menurut metode Hayami dapat dilihat pada
Tabel 9.
4) Untuk tujuan (4) digunakan metode analisis SWOT. Sesuai dengan teori yang
adalah matriks SWOT. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana
ancaman dan peluang eksternal yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan
Sebelum melakukan analisis data seperti di atas maka terlebih dahulu dilakukan
matriks faktor strategi internal, matriks faktor strategi eksternal seperti dibawah
ini:
Tabel 11. Matriks Faktor Strategi Internal dan Matriks Faktor Strategi
Eksternal
Rating Kategori Faktor Internal Faktor Eksternal
4 Sangat Besar Kekuatan Peluang
3 Besar Kekuatan Peluang
2 Cukup Besar Kekuatan Peluang
1 TidakBesar Kekuatan Peluang
1 Sangat Besar Kelemahan Ancaman
2 Besar Kelemahan Ancaman
3 Cukup Besar Kelemahan Ancaman
4 Tidak Besar Kelemahan Ancaman
Sumber : Fauzi, 2015
Setiap faktor internal kekuatan dan faktor eksternal peluang diberi kategori sangat
besar sampai tidak besar dan diberi rating mulai dari 4 untuk kategori sangat besar
sampai 1 untuk kategori tidak besar. Dan untuk faktor internal kelemahan dan
faktor eksternal ancaman diberi kategori sangat sampai tidak besar dan diberi
rating mulai dari 1 untuk kategori sangat besar sampai 4 untuk kategori tidak
besar.
serta peluang ancaman dalam kolom 1, lalu beri bobot masing-masing faktor
(tidak besar) dalam kolom 3 berdasarkan respon produsen terhadap faktor itu.
Kemudian yang terakhir, kalikan setiap bobot faktor dengan rating untuk
mendapatkan skoring dalam kolom 4. Setelah itu hasil analisis pada tabel matriks
faktor strategi internal dan faktor strategi eksternal ditetapkan pada matriks posisi.
sebagai berikut:
2) Produk hilir adalah produk yang diolah dari barang setengah jadi menjadi
barang jadi sehingga barang yang dihasilkan dapat langsung dikonsumsi atau
3) Nilai tambah (value added) adalah pertambahan nilai suatu komoditas karena
mengalami proses produksi dan merupakan selisih nilai produk dengan harga
4) Rasio nilai tambah adalah persentase nilai tambah ubi kayu terhadap nilai
produk(%).
5) Output adalah jumlah ubi kayu yang dihasilkan dalam satu kali proses
memberikan nilai tambah ubi kayu. Input berupa ubi kayu (Kg/Proses
Produksi).
7) Keuntungan adalah laba bersih yang diperoleh pengrajin ubi kayu dari hasil
penjualan ubi kayu setelah dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan
(Rp/Kg).
8) Biaya produksi adalah seluruh biaya yang digunakan untuk proses produksi
9) Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap pada berbagai kisaran
volume produksi pengolahan ubi kayu selama dalam rentang waktu tertentu.
10) Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya bertambah seiring
11) Bahan penunjang adalah semua bahan selain bahan baku dan tenaga kerja
dimiliki oleh perusahaan dan jika digunakan dengan baik akan memperkuat
dimiliki oleh perusahaan yang jika dibiarkan akan membuat tujuan menjadi
tidak tercapai.
dihadapi oleh perusahaan dan jika gunakan secara efektif akan memungkinkan
dihadapi oleh perusahaan dan jika dibiarkan akan membuat usaha semakin
melemah.
2) Subjek dalam penelitian ini adalah pemilik usaha industri rumah tangga yang
memiliki bahan baku (ubi kayu) atau yang memperoleh bahan baku (ubi kayu)
dari orang lain. Serta memiliki jumlah produksi pengolahan ubi kayu segar ≥
permukaan laut, terletak pada posisi 3° 31’ 40” – 3° 40’ 2” Lintang Utara dan 98°
27’ 3” – 98°32’ 32” Bujur Timur. Luas wilayah Kecamatan Binjai Barat adalah
Secara administratif, wilayah Binjai Barat memiliki batas – batas area sebagai
berikut :
Potensi industri di Kecamatan Binjai Barat adalah pengolahan ubi kayu. Jumlah
dari Mie Yeye, Opak, Rengginang dan Keripik. Dimana lokasi proses produksi
yang satu dengan yang lainnya tidak berjauhan sehingga sangat mudah untuk
37
Penduduk Kecamatan Binjai Barat, Kota Binjai berjumlah 49.926 jiwa yaitu
terdiri dari 25.417 jiwa laki-laki dan 24.509 jiwa perempuan. Berdasarkan jumlah
penduduk menurut jenis kelamin di Kecamatan Binjai Barat dapat dilihat pada
Tabel 13. Jumlah Penduduk Dirinci Menurut Jenis Kelamin dan Kelurahan
di Kecamatan Binjai Barat Tahun 2018
Rasio Jenis
No Kelurahan Laki-Laki Perempuan Jumlah
Kelamin
1 Bandar
2.726 2.831 5.557 96
Senembah
2 Limau
4.363 3.383 7.746 129
Mungkur
3 Limau Sundai 3.666 3.769 7.435 97
4 Payaroba 5.957 5.886 11.843 101
5 Sukamaju 3.985 3.976 7.961 100
6 Sukaramai 720 4.664 9.384 101
Jumlah 25.417 24.509 49.926 104
Sumber : Kantor Kecamatan Binjai Barat, 2018
Penduduk Kecamatan Binjai Barat, Kota Binjai berjumlah 49.926 jiwa yaitu
terdiri dari 25.417 jiwa laki-laki dan 24.509 jiwa perempuan dengan jumlah rasio
penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 14 sebagai berikut:
Dapat dilihat pada Tabel 14 di atas bahwa jumlah penduduk menurut umur
Sedangkan jumlah penduduk non produktif adalah sebanyak 19.623 jiwa dengan
4.1.1.3 Penduduk Menurut Kelurahan dan Agama yang dianut Tahun 2018
Tabel 15 menunjukkan bahwa penduduk Kecamatan Binjai Barat pada tahun 2018
sebanyak 2,24, yang beragama Khatolik sebanyak 1,6, yang beragama Hindu 6,97
Tahun 2018
pencaharian dibidang PNS/ABRI yaitu sebesar 933 jiwa dan yang bermata
pencaharian dibidang industri rumah tangga yaitu 542 jiwa sedangkan yang
1) Sarana Pendidikan
dapat dijadikan sebagai dasar dalam menilai sejauh mana tingkat kemajuan suatu
daerah.
menciptakan generasi muda dan sumber daya manusia yang siap pakai dalam
pembangunan tidak terlepas dari tingkat pendidikan, dimana semakin maju tingkat
pendidikan berarti akan membawa dampak yang positif bagi masa depan dalam
formal keagamaan di Kecamatan Binjai Barat memuat data SD, SMP, SMA.
pendidikan sangat baik, yaitu sebanyak 37unit yang terdiri dari 19 Sekolah Dasar
(SMUS/SMKS).
2) Prasarana Umum
kesehatan sangat baik, yaitu sebanyak 47 unit yang terdiri dari posyandu 41 unit,
3) Sarana Ibadah
ibadah sangat baik, yaitu sebanyak 80 unit yang terdiri dari masjid 32 unit,
Tabel 20 menunjukkan bahwa rata-rata umur subjek penelitian adalah 44,75 tahun
dengan rentang antara 23-69 tahun. Dilihat dari tingkat pendidikan yang dijalani
oleh subjek penelitian rata-rata 10 tahun, hal ini menunjukkan bahwa tingkat
pendidikan subjek penelitian masih rendah. Jumlah tanggungan yang dimiliki oleh
subjek penelitian hanya 2, hal ini dikarenakan sebagian anak subjek penelitian
sudah menikah dan tidak lagi menjadi tanggungan subjek penelitian. Lama
berusaha dari subjek penelitian rata-rata 19 tahun dengan rentang 2-30 tahun, ini
Di daerah penelitian agroindustri ubi kayu mengolah ubi kayu menjadi beberapa
beberapa produk olahan seperti Mie Yeye, Opak, Rengginang dan Keripik.
Berikut adalah gambaran proses produksi ubi kayu menjadi beberapa produk.
Dari hasil pengamatan atau wawancara di daerah penelitian maka dapat diketahui
Proses pertama yang dilakukan untuk pengolahan Mie Yeye adalah pengupasan
ubi kayu. Ubi kayu dikupas kemudian setelah selesai dikupas langsung
Setelah ubi kayu dikupas maka ubi kayu dimasukkan ke dalam dandang besar
3. Pengepresan
Setelah ubi kayu di kukus maka ubi kayu di masukan ke dalam mesin press.
4. Pencetakan
pencetak Mie Yeye. Mie Yeye hasil cetakan selanjutnya akan di susun di tempat
5. Penjemuran
Setelah Mie Yeye sudah dicetak, maka selanjutnya dilakukan penjemuran Mie
6. Sortasi
Setelah Mie Yeye kering, maka dilakukan sortasi atau pengayakan untuk
pemilihan Mie Yeye yang bagus. Setelah itu Mie Yeye dikemas dengan
menggunakan karung atau pun plastik yang sederhana setelah selesai di kemas
Untuk lebih jelasnya mengenai tahapan proses produksi Mie Yeye, berikut
disajikan gambar proses produksi Mie Yeye mulai dari pengupasan hingga
Dari hasil pengamatan atau wawancara di daerah penelitian maka dapat diketahui
Proses pertama yang dilakukan untuk pengolahan Opak adalah pengupasan ubi
kayu. Ubi kayu dikupas kemudian setelah selesai dikupas langsung dimasukkan
Setelah ubi kayu dicuci maka ubi kayu dimasukkan ke dalam mesin kukur. Hasil
3. Pencetakan
4. Pengukusan
5. Penyusunan ke Rigen
Setelah di kukus, Opak dikeluarkan dari dalam dandang dan disusun ke tempat
6. Penjemuran
7. Sortasi
Setelah Opak kering, maka dilakukan sortasi atau pengayakan untuk pemilihan
Opak yang bagus. Setelah itu Opak dikemas dengan menggunakan karung atau
pun plastik yang sederhana setelah selesai di kemas Opak siap untuk dipasarkan.
Untuk lebih jelasnya mengenai tahapan proses produksi Opak, berikut disajikan
gambar proses produksi Opak mulai dari pengupasan hingga pengemasan. Serta
5.
5. Adonan Opak 6. Pencetakan Opak
Dari hasil pengamatan atau wawancara di daerah penelitian maka dapat diketahui
ubi kayu. Ubi kayu dikupas kemudian setelah selesai dikupas langsung
Setelah ubi kayu dicuci maka ubi kayu dimasukkan ke dalam mesin kukur.
3. Pengayakan
halus.
4. Pencetakan
5. Pengukusan
6. Penyusunan ke rigen
7. Penjemuran
7. Sortasi
menggunakan karung atau pun plastik yang sederhana setelah selesai di kemas
Dari hasil pengamatan atau wawancara di daerah penelitian maka dapat diketahui
Proses pertama yang dilakukan untuk pengolahan Keripik adalah pengupasan ubi
kayu. Ubi kayu dikupas kemudian setelah selesai dikupas langsung dimasukkan
2. Pencetakan
Setelah ubi kayu dicuci, lalu ubi kayu dicetak dengan mesin pencetak sehingga
berbentuk Keripik.
3. Perendaman
Setelah ubi kayu dicetak, maka dilakukan perendaman dan juga penyaringan ubi
4. Penggorengan
5. Sortasi
menggunakan plastik yang sederhana setelah selesai di kemas Keripik siap untuk
dipasarkan.
Untuk lebih jelasnya mengenai tahapan proses produksi Keripik, berikut disajikan
gambar proses produksi Keripik mulai dari pengupasan hingga pengemasan. Serta
3.
3. Perendaman Ubi Kayu 4. Penyaringan Ubi Kayu
7. Pengemasan Keripik
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
ubi kayu yang masih berproduksi sebanyak 12 pengusaha, yang sudah tidak
Kecamatan ini dimulai pada tahun 1990. Kebanyakan pengusaha sudah dapat
menghemat waktu dan melakukan pekerjaan lainnya dan sudah bisa dikatakan
menggunakan mesin seperti produk Mie Yeye dan Keripik Ubi. Sedangkan Opak
yang sederahana.
waktu, tenaga dan biaya. Walaupun modal investasi untuk alat dalam status
kepemilikan milik sendiri besar, namun alat dapat dipakai dalam beberapa tahun.
hubungan sosial yang dimiliki antar warga dan pengusaha, tidak menurunkan
interaksi antar warga. Karena dilihat dari segi tekonologi, sangat mudah
digunakan oleh siapa saja. Apalagi masih ada yang dilakukan secara manual.
baik ditambah dengan adanya modal dari instansi terkait, baik lembaga
Binjai Barat yaitu Mie Yeye, Opak, Rengginang dan Keripik, semua terbuat dari
ubi kayu.
1) Mie Yeye
Mie Yeye adalah makanan ringan yang terbuat dari singkong yang diparut, lalu
dibaut menjadi mie dalam bentuk kotak. Mie Yeye ini juga dikeringkan dengan
cara dijemur di bawah panas matahari lalu digoreng panas dalam minyak
goreng.
2) Opak
Opak adalah makanan ringan yang mirip kerupuk yang sangat populer, terbuat
dari tepung singkong, berbentuk bundar tipis dan rasanya gurih. Pada industri
rumah tangga atau industri berskala kecil, pencetakan Opak dilakukan secara
manual diatas tungku pemanas. Selain kurang aman dan kurang nyaman,
3) Rengginang
Rengginang adalah sejenis kerupuk tebal yang terbuat dari singkong atau beras
ketan dibentuk bulat yang dikeringkan dengan cara dijemur di bawah panas
matahari lalu digoreng panas dalam minyak goreng dalam jumlah banyak.
4) Keripik Ubi
Keripik Ubi adalah makanan ringan yang dibuat dari irisan tipis umbi
singkong, digoreng, dengan diberi bumbu tertentu atau hanya diberi garam.
(dapat menggunakan alat pemotong atau slicer). Irisan Ubi kemudian direndam
dala larutan natrium bisulfit 2000 ppm, atau dalam air garam. Kemudian
singkong digoreng dalam minyak yang panas. Setelah ditiriskan Keripik Ubi
dapat langsung dikemas. Selama ini orang berpendapat bahwa tapai dan
mendasar.
Kota Binjai khususnya sentra produksi ubi kayu terdapat di Kecamatan Binjai
Barat. Karena banyaknya pengusaha yang mengolah ubi kayu di daerah tersebut.
Sistem pemasaran juga terbilang cukup mudah. Karena pembeli datang langsung
ke tempat produksi dan juga bisa melihat proses produksi olahan ubi kayu
tersebut. Pembeli juga ada dari luar kota, baik dari Langkat dan juga Medan.
Begitu juga tempat produksi tidak jauh dari pasar, sehingga banyak pembeli yang
menjual lagi ke pasar. Namun produk yang dihasilkan di Kecamatan Binjai Barat
ini perlu diketahui hanya Keripik saja yang bisa langsung dikonsumsi sedangkan
Mie Yeye, Opak dan Rengginang merupakan produk intermediate atau produk
setengah jadi.
penyimpanan dalam suatu produksi. Dalam proses produksi, nilai tambah dapat
didefenisiskan sebagai selisih antara nilai produk dengan nilai biaya bahan baku
dan input lainnya, tidak termasuk tenaga kerja. Sedangkan marjin adalah selisih
antara nilai produk dengan harga bahan bakunya saja. Dalam marjin ini tercakup
komponen faktor produksi yang digunakan yaitu tenaga kerja, input lainnya dan
produksi ubi kayu meliputi bahan baku, sumbangan input lain seperti; royco,
garam, bawang putih, ketumbar, tepung kanji, cabai, udang kecepe, minyak
goreng, plastik, kemasan, lilin, kayu bakar dan listrik, alat-alat pembuatan Mie
Kegiatan pengadaan bahan baku merupakan kegiatan paling penting yang dapat
mempengaruhi proses produksi suatu usaha. Bahan baku dalam pengolahan ubi
kayu di daerah penelitian adalah daging ubi kayu. Bahan baku diperoleh dari
Binjai. Berikut keterangan lebih lanjut mengenai penggunaan bahan baku dalam
Rengginang dan Keripik per hari untuk Mie Yeye bahan ubi kayu per harinya 500
kg, bahan ubi kayu untuk Opak per harinya 322 kg, bahan ubi kayu untuk
Rengginang per harinya 87 kg dan bahan ubi kayu untuk Keripik per harinya 300
kg.
Selain bahan baku ubi kayu, dalam pengolahan Mie Yeye, Opak, Rengginang, dan
Keripik juga dibutuhkan sumbangan input lain yaitu bahan penunjang dan
Beberapa bahan penunjang seperti royco, garam, bawang putih, ketumbar, tepung
kanji, cabai, udang kecepe, minyak goreng, plastik, kemasan, lilin, kayu dan
listrik. Secara rinci bahan penunjang yang digunakan dalam pengolahan ubi kayu
sebesar Rp. 157.970,10 untuk 322kg ubi kayu, pengolahan Rengginang rata-rata
mengeluarkan biaya penunjang sebesar Rp. 155.451,37 untuk 87kg ubi kayu dan
modal yang digunakan tergantung skala usahanya. Semakin besar usaha yang
biaya penyusutan peralatan sebesar Rp. 2.169,99 dan pengolahan Keripik rata-
Pada tabel 24 menunjukkan bahwa rata-rata jumlah tenaga kerja yang digunakan
dalam pengolahan Mie Yeye adalah sebesar 5,33 HKO sekali produksinya dengan
rata-rata upah tenaga kerja per harinya sebesar Rp. 116.000 per HKO, untuk
pengolahan Opak adalah sebesar 2,82 HKO sekali produksinya dengan rata-rata
upah tenaga kerja per harinya sebesar Rp. 88.266,67 per HKO, untuk pengolahan
Rengginang adalah sebesar 1,51 HKO sekali produksinya dengan rata-rata upah
tenaga kerja per harinya sebesar Rp. 58.571,43 per HKO, dan untuk pengolahan
Keripik adalah sebesar 1,875 HKO sekali produksinya dengan rata-rata upah
tenaga kerja per harinya sebesar Rp. 64.000 per HKO, dimana tenaga kerja yang
digunakan adalah tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja di daerah
Biaya produksi Mie Yeye, Opak, Rengginang dan Keripik merupakan keseluruhan
dari biaya yang dikeluarkan ataupun digunakan oleh subjek penelitian pengusaha
Mie Yeye, Opak, Rengginang dan Keripik. Adapun biaya tersebut digolongkan
menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap terdiri dari biaya penyusutan
peralatan, biaya listri dan biaya PBB. Serta biaya variabel terdiri dari biaya bahan
baku yaitu ubi kayu, royco, garam, bawang putih, ketumbar, tepung kanji, cabai,
udang kecepe, minyak goreng, plastik, kemasan, lilin, kayu bakar. Dalam
Keripik di daerah penelitian dalam sekali produksi diperoleh dari hasil penjualan
Mie Yeye, Opak, Rengginang dan Keripik dikurangi dengan total biaya dalam
sekali produksi. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada Tabel 25 berikut ini.
total biaya. Maka dihasilkan rata-rata keuntungan pengolahan Mie Yeye sebesar
sebesar Rp. 126.473,87 dalam sekali produksinya dan untuk untuk penerimaan
Metode analisis data yang digunakan untuk menghitung besarnya nilai tambah
yang diperoleh dari pengolahan Mie Yeye, Opak, Rengginang dan Keripik adalah
Metode Hayami. Kelebihan Metode Hayami adalah dapat diketahui besarnya nilai
tambah, nilai output, dan produktivitas, serta dapat diketahui besarnya balas jasa
perhitungan nilai tambah usaha pengolahan Mie Yeye, Opak, Rengginang dan
Tabel 26. Nilai Tambah Hasil Pengolahan Mie Yeye, Opak, Rengginang dan
Keripik
Variabel Nilai
I. Input, Output dan Harga Mie Yeye Opak Rengginang Keripik
1. Output (Kg) 243 126 35 100
2. Input (Kg) 500 322 87 300
3. Tenaga Kerja (HKO) 5,00 2,82 1,51 1,875
4. Faktor Konversi 0,49 0,39 0,40 0,33
5. Koefisien Tenaga Kerja
0,010 0,009 0,017 0,006
(HKO/kg)
6. Harga Output (Rp) 6.333 7.800 13.000 30.000
7. Upah Tenaga Kerja
116.000 88.267 58.571,43 64.000
(Rp/HKO)
II Penerimaan Dan Keuntungan
8. Harga Bahan Baku (Rp/kg) 1.233 1.400 1.333 2.000
9. Sumbangan Input Lain
339,67 516,55 1.811,74 4.558,98
(Rp/kg)
10. Nilai Output (Rp/kg) 3.082 3.052,17 5.230 10.000
11. a. Nilai Tambah (Rp/kg) 1.509,22 1.135,63 2.084,81 3.441,02
b. Rasio Nilai Tambah (%) 48,97% 37,21% 39,86% 34,41%
12. a. Pendapatan Tenaga Kerja
1.160,00 773,02 1.015,46 400,00
(Rp/kg)
b. Bagian Tenaga Kerja (%) 76,86% 68,07% 48,7% 11,62%
13. a. Keuntungan (Rp/kg) 349,22 362,61 1.069,35 3.041,02
b. Tingkat Keuntungan (%) 11,33% 11,88% 20,45% 30,41%
II. Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi
14. Marjin (Rp/kg) 1.849 1.652 3.897 8.000
a. Pendapatan Tenaga Kerja
62,74% 46,79% 26,06% 5,00%
Langsung (%)
b. Sumbangan Input Lain (%) 18,37% 31,26% 46,50% 56,99%
c. Keuntungan Pemilik
18,89% 21,95% 27,44% 38,01%
Perusahaan (%)
Sumber : Lampiran 11,22,33,43 (diolah), 2020
a) Pertama, untuk rata-rata Mie Yeye yang dihasilkan oleh pengusaha adalah
sebesar 243 kg dengan mengolah ubi kayu sebanyak 500 kg. Nilai rata-rata
ini dapat di peroleh dengan menjumlahkan seluruh output berupa Mie Yeye
pengusaha Mie Yeye. Begitu juga pada kebutuhan input. Seluruh ubi kayu
setiap 1 kg ubi kayu yang diolah akan menghasilkan Mie Yeye seberat 0,49
kg.
Rata-rata tenaga kerja yang digunakan dalam pengolahan Mie Yeye adalah
sebanyak 5,00 HOK, sehingga koefisien tenaga kerja yang digunakan dalam
mengolah 1kg Mie Yeye adalah 0,010 dengan upah tenaga kerja sebesar Rp.
kerja yang digunakan dalam Proses Produksi Mie Yeye, kemudian jumlah
seluruh biaya tenaga kerja kemudian dibagi dengan dengan jumlah seluruh
tenaga kerja.
b) Kedua, untuk rata-rata Opak yang dihasilkan oleh pengusaha adalah sebesar
1.26 kg dengan mengolah ubi kayu sebanyak 322 kg. Nilai rata-rata ini dapat
Begitu juga pada kebutuhan input. Seluruh ubi kayu yang digunakan untuk
Sehingga faktor konversi adalah sebesar 0,39. Faktor konversi ini diperoleh
produksi. Faktor konversi ini menunjukkan bahwa setiap 1 kg ubi kayu yang
sebanyak 2,82 HOK, sehingga koefisien tenaga kerja yang digunakan dalam
mengolah 1kg Opak adalah 0,009 dengan upah tenaga kerja sebesar Rp.
kerja yang digunakan dalam proses produksi Opak, kemudian jumlah tersebut
dengan rata-rata input yang digunakan dalam proses produksi Opak. Upah
sebesar 35 kg dengan mengolah ubi kayu sebanyak 87 kg. Nilai rata-rata ini
pengusaha Rengginang. Begitu juga pada kebutuhan input. Seluruh ubi kayu
setiap 1 kg ubi kayu yang diolah akan menghasilkan Rengginang seberat 0,40
kg.
sebanyak 1,51 HOK, sehingga koefisien tenaga kerja yang digunakan dalam
mengolah 1kg Rengginang adalah 0,017 dengan upah tenaga kerja sebesar
tenaga kerja yang digunakan dengan rata-rata input yang digunakan dalam
d) Keempat, untuk Keripik yang dihasilkan oleh pengusaha adalah sebesar 100
kg dengan mengolah ubi kayu sebanyak 300 kg. Nilai ini dapat di peroleh
Faktor konversi ini menunjukkan bahwa setiap 1 kg ubi kayu yang diolah
sebanyak 1,875 HOK, sehingga koefisien tenaga kerja yang digunakan dalam
mengolah 1kg Keripik adalah 0,006 dengan upah tenaga kerja sebesar Rp.
kerja yang digunakan dalam proses produksi Keripik. Koefisien tenaga kerja
rata-rata input yang digunakan dalam proses produksi Keripik. Upah tenaga
a) Pertama, untuk rata-rata harga bahan baku yang digunakan untuk pengolahan
sumbangan input lain dalam pengolahan Mie Yeye adalah Rp. 339,67/Kg
bahan baku. Rata-rata harga output produk Mie Yeye adalah Rp. 6.333/Kg
Dapat diketahui bahwa rata-rata nilai tambah yang diperoleh dari usaha
pengolahan ubi kayu menjadi Mie Yeye adalah sebesar Rp. 1.509,22/Kg yang
diperoleh dari nilai output dikurang harga input bahan baku dan sumbangan
input lain, dengan rasio nilai tambah sebesar 48,97% yang artinya 48,97%
dari nilai output merupakan nilai tambah yang diperoleh dari proses produksi
Pendapatan tenaga kerja yang diperoleh dari hasil kali antara koefisien tenaga
kerja dengan upah rata-rata tenaga kerja yaitu sebesar Rp. 116.000/Kg dengan
bagian tenaga kerja sebesar 76,86%. Keuntungan yang diperoleh dari usaha
pengolahan ubi kayu menjadi Mie Yeye adalah sebesar Rp. 349,22/Kg,
b) Kedua, untuk rata-rata harga bahan baku yang digunakan untuk pengolahan
sumbangan input lain dalam pengolahan Opak adalah Rp. 516,55/Kg bahan
baku. Rata-rata harga output produk Opak adalah Rp. 7.800/Kg dan rata-rata
Dapat diketahui bahwa rata-rata nilai tambah yang diperoleh dari usaha
pengolahan ubi kayu menjadi Opak adalah sebesar Rp. 1.135,63/Kg yang
diperoleh dari nilai output dikurang harga input bahan baku dan sumbangan
input lain, dengan rasio nilai tambah sebesar 37,21% yang artinya 37,21%
dari nilai output merupakan nilai tambah yang diperoleh dari proses produksi
Pendapatan tenaga kerja yang diperoleh dari hasil kali antara koefisien tenaga
kerja dengan upah rata-rata tenaga kerja yaitu sebesar Rp. 88.267/Kg dengan
bagian tenaga kerja sebesar 68,07%. Keuntungan yang diperoleh dari usaha
pengolahan ubi kayu menjadi Opak adalah sebesar Rp. 362,61/Kg, dengan
c) Ketiga, untuk rata-rata harga bahan baku yang digunakan untuk pengolahan
bahan baku. Rata-rata harga output produk Rengginang adalah Rp. 13.000/Kg
Dapat diketahui bahwa rata-rata nilai tambah yang diperoleh dari usaha
yang diperoleh dari nilai output dikurang harga input bahan baku dan
sumbangan input lain, dengan rasio nilai tambah sebesar 39,86% yang artinya
39,86% dari nilai output merupakan nilai tambah yang diperoleh dari proses
Pendapatan tenaga kerja yang diperoleh dari hasil kali antara koefisien tenaga
kerja dengan upah rata-rata tenaga kerja yaitu sebesar Rp. 58,571,43/Kg
dengan bagian tenaga kerja sebesar 48,7%. Keuntungan yang diperoleh dari
d) Keempat, untuk harga bahan baku yang digunakan untuk pengolahan Keripik
dalam pengolahan Keripik adalah Rp. 4.558,98/Kg bahan baku. Harga output
produk Keripik adalah Rp. 30.000/Kg dan nilai output adalah Rp. 10.000/Kg.
Dapat diketahui bahwa nilai tambah yang diperoleh dari usaha pengolahan
ubi kayu menjadi Keripik adalah sebesar Rp. 3.441,02/Kg yang diperoleh dari
nilai output dikurang harga input bahan baku dan sumbangan input lain,
dengan rasio nilai tambah sebesar 34,41% yang artinya 34,41% dari nilai
output merupakan nilai tambah yang diperoleh dari proses produksi ubi kayu
menjadi Keripik.
Pendapatan tenaga kerja yang diperoleh dari hasil kali antara koefisien tenaga
kerja dengan upah rata-rata tenaga kerja yaitu sebesar Rp. 64.000/Kg dengan
bagian tenaga kerja sebesar 11,62%. Keuntungan yang diperoleh dari usaha
a) Pertama, dari tabel analisis nilai tambah Metode Hayami dapat dilihat bahwa
margin pengolahan Mie Yeye yang diperoleh dari nilai output dikurangi
dengan harga input bahan baku adalah sebesar Rp. 1.849, dengan persentase
Dari hasil penelitian diperoleh rata-rata besarnya nilai tambah pada usaha
pengolahan Mie Yeye di Kecamatan Binjai Barat adalah Rp. 1.509,22 dengan
rasio nilai tambah sebesar 48,97% (<50%). Jika nilai tambah <50 maka nilai
b) Kedua, dari tabel analisis nilai tambah Metode Hayami dapat dilihat bahwa
margin pengolahan Opak yang diperoleh dari nilai output dikurangi dengan
harga input bahan baku adalah sebesar Rp. 1.652, dengan persentase
Dari hasil penelitian diperoleh rata-rata besarnya nilai tambah pada usaha
rasio nilai tambah sebesar 37,21% (<50%). Jika nilai tambah <50 maka nilai
c) Ketiga, dari tabel analisis nilai tambah Metode Hayami dapat dilihat bahwa
dengan harga input bahan baku adalah sebesar Rp. 3.897, dengan persentase
Dari hasil penelitian diperoleh rata-rata besarnya nilai tambah pada usaha
dengan rasio nilai tambah sebesar 39,86% (<50%). Jika nilai tambah <50
d) Keempat, dari tabel analisis nilai tambah Metode Hayami dapat dilihat bahwa
margin pengolahan Keripik yang diperoleh dari nilai output dikurangi dengan
harga input bahan baku adalah sebesar Rp. 8.000, dengan persentase
Dari hasil penelitian diperoleh rata-rata besarnya nilai tambah pada usaha
rasio nilai tambah sebesar 34,41% (<50%). Jika nilai tambah <50 maka nilai
Binjai Barat diperoleh beberapa faktor strategis internal yang merupakan kekuatan
5.4.1. Kekuatan
di daerah penelitian tenaga kerja memiliki keterampilan yang baik dan juga
cekatan. Para pekerja juga mampu menguasai teknologi yang digunakan dalam
2) Pengalaman Berusaha
yang cukup baik dalam menjalankan usahanya. Hal ini disebabkan karena para
pengusaha sudah menekuni usaha ini bertahun-tahun, bahkan ada pula yang
3) Penggunaan Teknologi
menggunakan beberapa alat seperti dandang, piringan atau cetakan, rigen dan
menggunakan teknologi mesin ukuran kelapa, mesin press ubi untuk melancarkan
4) Penanganan Limbah
Usaha pengolahan ubi kayu selain memanfaatkan ubi kayu untuk diolah, mereka
juga memanfaatkan limbah kulit dari ubi kayu tersebut untuk diolah untuk pakan
ternak sehinga tidak ada limbah yang tersisa, semua bisa dimanfaatkan.
Bahan baku yang didapat dari pengusaha pengolah ubi kayu bertekstur keras dan
kulit yang mulus dinilai sangat baik sehingga berpengaruh juga nantinya terhadap
hasil produksi.
5.4.2. Kelemahan
1) Modal Usaha
dari modal mandiri dan juga ada yang berasal dari lembaga keuangan atau
lembaga pembiayaan.
2) Kemasan
Berdasarkan hasil wawancara kemasan olahan ubi kayu sangat berpengaruh pada
higenis karna hasil produksinya sudah bisa dimakan. Namun diantara pengusaha
lainnya hanya menggunakan plastik biasa atau pun goni untuk menampung hasil
Pada pengolahan ubi kayu, waktu dalam proses produksi dapat dikategorikan
lama. Dari hasil penelitian proses produksi pengolahan ubi kayu dapat dilakukan
dalam waktu 5-7 jam, itu pun waktu penjemuran bisa 1-2 hari tergantung dari
sinar matahari.
4) Izin usaha
usaha industri rumah tangga pengusaha pengolahan ubi kayu tidak memiliki izin
usahanya. Namun hanya 1 yang memiliki izin usahanya dari dinas terkait.
Lingkungan eksternal adalah faktor yang berasal dari luar usaha yaitu peluang dan
5.5.1. Peluang
Dalam hal penyediaan bahan baku, pengusaha pengolah ubi kayu tidak kesulitan
untuk menemukan bahan baku sehingga proses produksi akan terus berjalan dan
Harga bahan baku didaerah penelitian sangatlah murah, hanya Rp. 1200-2000/kg
hal ini dapat dijadikan peluang karena dapat mengurangi biaya yang dikeluarkan
selama produksi.
kayu pemasaran olahan ubi kayu dilakukan secara langsung dengan para pembeli
pengolahan ubi kayu sudah luas dikarenakan dipasarakan di daerah penelitian dan
5.5.2. Ancaman
Menurut hasil wawancara dengan pengusaha pengolahan ubi kayu, rata rata belum
ubi kayu.
saat ini belum pernah di berikan bantuan dari pemerintah untuk membantu para
3) Banyaknya Pesaing
Pengusaha pengolahan ubi kayu tidak menjalin kerjasama dengan pihak lain
Melalui faktor strategi internal dapat diketahui kekuatan dan kelemahan yang
dimiliki, sedangkan melalui faktor strategi eksternal dapat diketahui peluang dan
penelitian dan pengolahan data yang diperoleh dari pengusaha pengolah ubi kayu
prospek agroindustri pengolahan ubi kayu di Kecamatan Binjai Barat Kota Binjai
sebagai berikut:
Setelah faktor internal dan eksternal diketahui, maka selanjutnya dilakukan tahap
Hasil dari identifikasi faktor – faktor internal yang terdiri atas kekuatan dan
Kemudian, hasil dari identifikasi faktor – faktor eksternal yang terdiri dari
peluang dan ancaman, rating dan pembobotan dipindahkan ke tabel matriks EFAS
untuk melihat posisi prospek agroindustri pengolahan ubi kayu menjadi Mie
Yeye, Opak, Rengginang dan Keripik. Berdasarkan Gambar 7 dipeoleh nilai X>0
Berbagi Peluang
1,49
Berbagi Ancaman
Dari hasil matriks internal-eksternal yang diperoleh dari nilai total skor
internal bernilai 1,49 yang artinya nilai selisih antara kekuatan dan kelemahan,
dimana kekuatan lebih besar dibandingkan kelemahan. Dan untuk faktor eksternal
bernilai 2,64 yang artinya nilai ini merupakan selisih antara peluang dan ancaman,
dimana nilai peluang lebih besar dibandingkan ancaman. Dari diagram diperoleh
dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi agresif ini lebih fokus kepada
Matrik SWOT merupakan alat pencocokan yang digunakan dalam berbagai faktor
atas kondisi internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan usaha serta
lingkungan eksternal yang menjadi peluang dan ancaman yang dihadapi oleh
internal yang dilakukan pada usaha industri pengolahan ubi kayu rumah tangga
dianalisis dengan menggunakan matrik SWOT. Hasil analisis dapat dilihat pada
tabel 31 berikut:
(Weakness-Threats).
Beberapa alternatif prospek yang sesuai bagi agroindustri pengolahan ubi kayu di
1) Strategi S-O
Strategi ini dibuat yaitu dengan memanfaatkan kekuatan dan peluang sebesar-
besarnya, yaitu:
2) Strategi S-T
bersaing.
3) Strategi W-O
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara
4) Strategi W-T
Strategi ini didasarkan pada kegiatan meminimalkan kelemahan yang ada serta
Program ini diperlukan untuk memberikan dana yang berupa pinjaman modal
usaha kepada pengusahan agroindustri pengolahan ubi kayu. Dengan modal yang
cukup, para pengusaha dapat meningkatkan kualitas produk olahan ubi kayu,
tampilan produk olahan ubi kayu, serta mempermudah proses produksi olahan ubi
kayu.
6.1. Kesimpulan
1) Saat ini ada 12 agroindustri pengolahan ubi kayu yang masih aktif melakukan
seperti produk Mie Yeye dan Keripik ubi. Sedangkan Opak dan Rengginang
2) Produk hilir agroindustri pengolahan ubi kayu yang ada di daerah penelitian
3) Nilai tambah yang diperoleh untuk produk Mie Yeye adalah sebesar Rp.
dan produk Keripik nilai tambah sebesar Rp. 3.441,02/kg (34,41%). Semua
nilai tambah produk agroindustri pengolahan ubi kayu yang ada di daerah
96
6.2. Saran
kreatifitas dan inovasi baru salah satunya yaitu dengan cara diversifikasi
2) Kepada pemerintah
yang lebih kreatif dan inovatif, juga memberikan bantuan dana yang berupa
ubi kayu dalam penyediaan teknologi salah satunya alat pengeringan serta dalam
ubi kayu.
Subjek Penelitian
No Bahan Baku Mie Yeye 1 2 3 Total Rataan
1 Ubi Kayu
Jumlah (Kg) 500 500 500 1500 500
Harga (Rp/Kg) 1.200 1.300 1.200 3700 1.233
Nilai (Rp) 600.000 650.000 600.000 1.850.000 616.667
Subjek Penelitian
Jenis Bahan
No Penunjang Mie 1 2 3 Total Rataan
Yeye
1 Royco
Jumlah (Kg) 4 4 1 9 3
Harga (Rp/Kg) 30.000 32.000 30.000 92.000 30.666,67
Nilai (Rp) 120.000 128.000 30.000 278.000 92.666,67
2 Garam
Jumlah (Kg) 2 2 2 6 2
Harga (Rp/Kg) 12.000 12.000 12.000 36.000 12.000
Nilai (Rp) 24.000 24.000 24.000 72.000 24.000
3 Bawang Putih
Jumlah (Kg) 0,25 0,25 0 0,5 0,25
Harga (Rp/Kg) 18.000 18.000 0 36.000 18.000
Nilai (Rp) 4.500 4.500 0 9.000 4.500
4 Ketumbar
Jumlah (Kg) 0,25 0,25 0 0,5 0,25
Harga (Rp/Kg) 20.000 20.000 0 40.000 20.000
Nilai (Rp) 5.000 5.000 0 10.000 5.000
5 Ajinomoto
Jumlah (Kg) 0 0 0,25 0,25 0,25
Harga (Rp/Kg) 0 0 30.000 30.000 30.000
Nilai (Rp) 0 0 7.500 7.500 7.500
6 Kayu Bakar
Jumlah (Mobil) 0,02 0,01 0,02 0,05 0,02
Harga (Rp/Mobil) 1.050.000 1.050.000 1.050.000 3.150.000 1.050.000
Nilai (Rp) 18.813 14.438 21.875 55.125 18.375
7 Plastik
Jumlah (Pack) 0,71 0,54 0,83 2,08 0,69
Harga (Rp/Pack) 6.500 6.500 6.500 19.500 6.500
Nilai (Rp) 4.604 3.521 5.417 13.541,67 4.513,89
8 Listrik
Nilai (Rp) 2.857,14 2.500 2.857,14 8.214,28 2.738,09
9 PBB
Nilai (Rp) 74,4 119,04 119,04 312,48 104,16
Subjek Penelitian
Jenis Alat Untuk Mie
No 1 2 3 Total Rataan
Yeye
1 Mesin Press
Jumlah (Unit) 1 1 1 3 1
Harga Beli (Rp) 300.000 300.000 300.000 900.000 300.000
Total Harga (Rp) 300.000 300.000 300.000 900.000 300.000
Nilai Akhir (Rp) 50.000 50.000 50.000 150.000 50.000
Umur Ekonomis (Hari) 5.040 5.040 5.040 15.120 5.040
Penyusutan (Rp/Hari) 49,6 49,6 49,6 148,81 49,6
2 Mesin Cetak
Jumlah (Unit) 1 1 1 3 1
Harga Beli (Rp) 500.000 500.000 500.000 1.500.000 500.000
Total Harga (Rp) 500.000 500.000 500.000 1.500.000 500.000
Nilai Akhir (Rp) 50.000 50.000 50.000 150.000 50.000
Umur Ekonomis (Hari) 5.040 5.040 5.040 15.120 5.040
Penyusutan (Rp/Hari) 89,29 89,29 89,29 267,86 89,29
3 Dandang
Jumlah (Unit) 1 1 1 3 1
Harga Beli (Rp) 350.000 350.000 350.000 1.050.000 350.000
Total Harga (Rp) 350.000 350.000 350.000 1.050.000 350.000
Nilai Akhir (Rp) 5.000 5.000 5.000 15.000 5.000
Umur Ekonomis (Hari) 1.008 1.008 1.008 3.024 1.008
Penyusutan (Rp/Hari) 342,26 342,26 342,26 1.026,79 342,26
4 Rigen
Jumlah (Unit) 250 250 150 650 216,67
Harga Beli (Rp) 25.000 25.000 25.000 75.000 25.000
Total Harga (Rp) 6.250.000 6.250.000 3.750.000 16.250.000 5.416.667
Nilai Akhir (Rp) 0 0 0 0 0
Umur Ekonomis (Hari) 672 672 672 2.016 672
Penyusutan (Rp/Hari) 9.300,60 9.300,60 5.580,36 24.181,55 8.060,52
5 Pisau
Jumlah (Unit) 4 5 3 12 4
Harga Beli (Rp) 10.000 10.000 10.000 30.000 10.000
Total Harga (Rp) 40.000 50.000 30.000 120.000 40.000
Nilai Akhir (Rp) 0 0 0 0 0
Umur Ekonomis (Hari) 336 336 336 1.008 336
Penyusutan (Rp/Hari) 119,05 148,81 89,29 357,14 119,05
Subjek Penelitian
Jenis Alat Untuk Mie
No 1 2 3 Total Rataan
Yeye
6 Ember
Jumlah (Unit) 3 3 4 10 3,33
Harga Beli (Rp) 40.000 40.000 40.000 120.000 40.000
Total Harga (Rp) 120.000 120.000 160.000 400.000 133.333
Nilai Akhir (Rp) 1.000 1.000 1.000 3.000 1.000
Umur Ekonomis (Hari) 1.008 1.008 1.008 3.024 1.008
Penyusutan (Rp/Hari) 118,06 118,06 157,74 393,85 131,28
7 Timbangan
Jumlah (Unit) 1 1 1 3 1
Harga Beli (Rp) 36.000 36.000 36.000 108.000 36.000
Total Harga (Rp) 36.000 36.000 36.000 108.000 36.000
Nilai Akhir (Rp) 0 0 0 0 0
Umur Ekonomis (Hari) 1.008 1.008 1.008 3.024 1.008
Penyusutan (Rp/Hari) 35,71 35,71 35,71 107,13 35,71
Jumlah Pemakaian Tenaga Kerja Dalam Sekali Produksi Pada Pengolahan Mie Yeye
Subjek Total Jumlah
Penelit Penggunaan TKDK TKLK Upah TK Total Upah TK Total Upah
TK/ Upah TK/
ian Tenaga Kerja (Orang) (Orang) (Rp/Hari) (Rp/Hari) TK/(HKO)
HKO (HKO)
Laki Perempuan HKP HKW HKP HKW Laki Perempuan Laki Perempuan Laki Perempuan
1 3 7 0 0 1,88 3,5 5,375 60.000 25.000 180.000 175.000 96.000 50.000 146.000
2 3 7 0 0 1,88 3,5 5,375 50.000 25.000 150.000 175.000 80.000 50.000 130.000
3 2 4 1,5 3,75 0 0 5,25 30.000 30.000 60.000 120.000 40.000 32.000 72.000
Total 8 18 1,5 3,75 3,75 7 16 140.000 80.000 330.000 470.000 216.000 132.000 348.000
Rataan 2,67 6 1,5 3,75 1,88 3,5 5 46.666,67 26.666,67 110.000 156.666,67 72.000 44.000 116.000
Subjek Frekuensi Pembuatan Mie Penggunaan Tenaga Kerja Upah TK Upah TK Upah TK
Penelitian Yeye (Hari) (HKO) (Rp/Hari) (Rp/Minggu) (Rp/Bulan)
Minggu Bulan Tahun Hari Minggu Bulan
1 6 24 288 5,375 32,25 129 146.000 876.000 3.504.000
2 6 24 288 5,375 32,25 129 130.000 780.000 3.120.000
3 6 24 288 5,25 31,5 126 72.000 432.000 1.728.000
Total 18 72 864 16 96 384 348.000 2.088.000 8.352.000
Rataan 6 24 288 5,33 32 128 116.000 696.000 2.784.000
Subjek
Jumlah Pemakaian Ubi Kayu Total Output (Kg) Harga Output (Rp/Kg) Penerimaan (Rp)
Penelitian
Variabel Nilai
I. Input, Output dan Harga Mie Yeye
1. Output (Kg) A 243
2. Input (Kg) B 500
3. Tenaga Kerja (HKO) C 5,00
4. Faktor Konversi D = A/B 0,49
5. Koefisien Tenaga Kerja
E = C/B 0,010
(HKO/kg)
6. Harga Output (Rp) F 6.333
7. Upah Tenaga Kerja
G 116.000
(Rp/HKO)
II Penerimaan Dan Keuntungan
8. Harga Bahan Baku (Rp/kg) H 1.233
9. Sumbangan Input Lain
I 339,67
(Rp/kg)
10. Nilai Output (Rp/kg) J=DxF 3.082
11. a. Nilai Tambah (Rp/kg) K=J–H-I 1.509,22
b. Rasio Nilai Tambah (%) I% = K/J x 100% 48,97%
12. a. Pendapatan Tenaga Kerja
M=ExG 1.160,00
(Rp/kg)
b. Bagian Tenaga Kerja (%) N% = M/K x 100% 78,86%
13. a. Keuntungan (Rp/kg) O=K–M 349,22
b. Tingkat Keuntungan (%) P% = O/J x 100% 11,33%
II. Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi
14. Marjin (Rp/kg) Q=J–H 1.849
a. Pendapatan Tenaga Kerja
R% = M/Q x 100% 62,74%
Langsung (%)
b. Sumbangan Input Lain (%) S% = I/Q x 100% 18,37%
c. Keuntungan Pemilik
T% = O/Q x 100% 18,89%
Perusahaan (%)
Subjek Penelitian
Jenis Bahan Baku
No 1 2 3 4 5 Total Rataan
Untuk Opak
1 Ubi Kayu
Jumlah (Kg) 100 80 50 1.300 80 1.610 322
Harga (Rp/Kg) 1.500 1.300 1.500 1.500 1.200 7.000 1.400
Nilai (Rp) 150.000 104.000 75.000 1.950.000 96.000 2.375.000 475.000
Subjek Penelitian
No Jenis Bahan Penunjang Opak 1 2 3 4 5 Total Rataan
1 Tepung Kanji
Jumlah (Kg) 10 8 7 0 8 33 8,25
Harga (Rp/Kg) 10.000 8.000 10.000 0 10.000 38.000 9.500
Nilai (Rp) 100.000 64.000 70.000 0 80.000 314.000 78.500
2 Rocyo
Jumlah (Kg) 0,25 0,25 0 0 0 0,5 0,25
Harga (Rp/Kg) 30.000 30.000 0 0 0 60.000 30.000
Nilai (Rp) 7.500 7.500 0 0 0 15.000 7.500
3 Cabai
Jumlah (Kg) 1 0,5 0,5 0,5 0 3 0,63
Harga (Rp/Kg) 30.000 30.000 30.000 0 30.000 120.000 30.000
Nilai (Rp) 30.000 15.000 15.000 0 15.000 75.000 18.750
4 Garam
Jumlah (Kg) 0,25 0,5 0,5 0 0,5 1,75 0,44
Harga (Rp/Kg) 12.000 12.000 12.000 0 12.000 48.000 12.000
Nilai (Rp) 3.000 6.000 6.000 0 6.000 21.000 5.250
5 Ketumbar
Jumlah (Kg) 0,5 0,25 0,25 0 0,25 1,25 0,31
Harga (Rp/Kg) 20.000 20.000 20.000 0 20.000 80.000 20.000
Nilai (Rp) 10.000 5.000 5.000 0 5.000 25.000 6.250
Subjek Penelitian
No Jenis Bahan Penunjang Opak 1 2 3 4 5 Total Rataan
6 Udang Kecepe
Jumlah (Kg) 0,5 0,25 0,25 0 0,25 1,25 0,31
Harga (Rp/Kg) 28.000 28.000 28.000 0 28.000 112.000 28.000
Nilai (Rp) 14.000 7.000 7.000 0 7.000 35.000 8.750
7 Kayu Bakar
Jumlah (Mobil) 0,04 0,04 0,13 0,21 0,04 0,46 0,09
Harga (Rp/Mobil) 500.000 300.000 500.000 500.000 300.000 2.100.000 420.000
Nilai (Rp) 20.833 12.500 62.500 104.167 12.500 212.500 42.500
8 Plastik
Jumlah (Pack) 0,33 0,33 0,17 0 0,33 1,16 0,29
Harga (Rp/Pack) 6.500 6.500 6.500 0 6.500 26.000 6.500
Nilai (Rp) 2.167 2.145 1.083 0 2.145 7.540 1.885
9 Goni
Jumlah (Buah) 0 0 0 0,33 0 0,33 0,33
Harga (Rp/Buah) 0 0 0 5.000 0 5.000 5.000
Nilai (Rp) 0 0 0 1.667 0 1.650 1.650
10 Listrik
Nilai (Rp) 5.357,14 1.428,57 2.500 7.142,85 1.785,71 18.214,27 3.642,85
11 PBB
Nilai (Rp) 297,61 142,85 29,76 208,3 74,4 752,92 150,58
Subjek Penelitian
Jenis Alat Untuk
No 1 2 3 4 5 Total Rataan
Opak
1 Mesin Kukur
Jumlah (Unit) 2 1 1 1 1 6 1,2
Harga Beli (Rp) 300.000 300.000 300.000 8.000.000 300.000 9.200.000 1.840.000
Total Harga (Rp) 600.000 300.000 300.000 8.000.000 300.000 9.500.000 1.900.000
Nilai Akhir (Rp) 50.000 50.000 50.000 500.000 50.000 700.000 140.000
Umur Ekonomis
(Hari) 5.040 5.040 5.040 5.040 5.040 25.200 5.040
Penyusutan
(Rp/Hari) 109 50 50 1.488 50 1.746 582
2 Mesin Getuk
Jumlah (Unit) 0 0 0 1 0 1 1
Harga Beli (Rp) 0 0 0 8.000.000 0 8.000.000 8.000.000
Total Harga (Rp) 0 0 0 8.000.000 0 8.000.000 8.000.000
Nilai Akhir (Rp) 0 0 0 500.000 0 500.000 500.000
Umur Ekonomis
(Hari) 0 0 0 5.040 0 5.040 5.040
Penyusutan
(Rp/Hari) 0 0 0 1.488 0 1.488 1.488
3 Piringan
Jumlah (Unit) 300 300 60 0 300 960 240
Harga Beli (Rp) 1.500 2.000 1.500 0 1.500 6.500 1.625
Total Harga (Rp) 450.000 600.000 90.000 0 450.000 1.590.000 397.500
Nilai Akhir (Rp) 0 0 0 0 0 0 0
Umur Ekonomis
(Hari) 1.680 1.680 1.680 0 1.680 6.720 1.680
Penyusutan
(Rp/Hari) 268 357 54 0,00 268 946 236,61
4 Dandang
Jumlah (Unit) 1 1 1 1 5 1
Harga Beli (Rp) 350.000 350.000 250.000 2.000.000 350.000 3.300.000 660.000
Total Harga (Rp) 350.000 350.000 250.000 2.000.000 350.000 3.300.000 660.000
Nilai Akhir (Rp) 5.000 5.000 5.000 100.000 5.000 120.000 24.000
Umur Ekonomis
(Hari) 1.008 1.008 1.008 1.008 1.008 5.040 1.008
Penyusutan
(Rp/Hari) 342 342 243 1.885 342 3.155 630,95
5 Rigen
Jumlah (Unit) 50 150 50 0 140 390 98
Harga Beli (Rp) 30.000 25.000 25.000 0 30.000 110.000 275.000
Total Harga (Rp) 1.500.000 3.750.000 1.250.000 0 4.200.000 1.070.000 2.675.000
Subjek Penelitian
No Jenis Alat Untuk Opak 1 2 3 4 5 Total Rataan
Nilai Akhir (Rp) 0 0 0 0 0 0 0
Umur Ekonomis (Hari) 672 672 672 0 672 2.688 672
Penyusutan (Rp/Hari) 2.232 5.580 1.860 0 6.250 15.923 3.980,65
6 Plastik Jemur
Jumlah (Unit) 0 0 0 25 0 25 25
Harga Beli (Rp) 0 0 0 16.000 0 16.000 16.000
Total Harga (Rp) 0 0 0 400.000 0 400.000 400.000
Nilai Akhir (Rp) 0 0 0 0 0 0 0
Umur Ekonomis (Hari) 0 0 0 336 0 336 336
Penyusutan (Rp/Hari) 0 0 0 1.190 0 1.190 1.190
7 Ember
Jumlah (Unit) 2 2 2 7 2 15 3
Harga Beli (Rp) 40.000 40.000 40.000 40.000 40.000 200.000 40.000
Total Harga (Rp) 80.000 80.000 80.000 280.000 80.000 600.000 120.000
Nilai Akhir (Rp) 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 5.000 1.000
Umur Ekonomis (Hari) 1.008 1.008 1.008 1.008 1.008 5.040 1.008
Penyusutan (Rp/Hari) 78 78 78 277 78 590 118
8 Pisau
Jumlah (Unit) 3 2 2 7 2 16 3
Harga Beli (Rp) 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 50.000 10.000
Total Harga (Rp) 30.000 20.000 20.000 70.000 20.000 160.000 32.000
Nilai Akhir (Rp) 0 0 0 0 0 0 0
Umur Ekonomis (Hari) 336 336 336 336 336 1.680 336
Penyusutan (Rp/Hari) 89 60 60 208 60 476 95,24
9 Timbangan
Jumlah (Unit) 1 1 1 1 1 5 1
Harga Beli (Rp) 36.000 36.000 36.000 36.000 36.000 180.000 36.000
Total Harga (Rp) 36.000 36.000 36.000 36.000 36.000 180.000 36.000
Nilai Akhir (Rp) 0 0 0 0 0 0 0
Umur Ekonomis (Hari) 1.008 1.008 1.008 1.008 1.008 5.040 1.008
Penyusutan (Rp/Hari) 36 36 36 36 36 179 36
Jumlah Pemakaian Tenaga Kerja Dalam Sekali Produksi Pada Pengolahan Opak
Subjek Total Jumlah
Penggunaan TKDK TKLK Upah TK Total Upah TK Total Upah
Peneliti TK/ Upah TK/
Tenaga Kerja (Orang) (Orang) (Rp/Hari) (Rp/Hari) TK/(HKO)
an HKO (HKO)
Laki Perempuan HKP HKW HKP HKW Laki Perempuan Laki Perempuan Laki Perempuan
1 2 2 1,25 1 0 0 2,25 30.000 30.000 60.000 60.000 48.000 60.000 108.000
2 2 2 1,75 1,4 0 0 3,15 30.000 30.000 60.000 60.000 34.286 42.857 77.143
3 0 2 0 0 0 1,5 1,50 0 25.000 0 50.000 0 33.333 33.333
4 3 7 3 2,8 0 0 5,80 80.000 40.000 240.000 280.000 80.000 100.000 180.000
5 0 2 0 1,4 0 0 1,4 0 30.000 0 60.000 0 42.857 42.857
Total 4 15 6 6,6 0 1,5 14,10 140.000 155.000 360.000 510.000 162.285,71 279.048 441.333
Rataan 1,33 3 2 1,65 0 1,5 2,82 46666,67 31000 120.000 102.000 54.095,24 55809,5238 88.267
Subjek Jumlah Pemakaian Ubi Kayu Total Output Harga Output Penerimaan
Penelitian (Kg) (Kg) (Rp/Kg) (Rp)
Variabel Nilai
I. Input, Output dan Harga Opak
1. Output (Kg) A 126
2. Input (Kg) B 322
3. Tenaga Kerja (HKO) C 2,82
4. Faktor Konversi D = A/B 0,39
5. Koefisien Tenaga Kerja
E = C/B 0,009
(HKO/kg)
6. Harga Output (Rp) F 7.800
7. Upah Tenaga Kerja
G 88.267
(Rp/HKO)
II Penerimaan Dan Keuntungan
8. Harga Bahan Baku (Rp/kg) H 1.400
9. Sumbangan Input Lain
I 516,55
(Rp/kg)
10. Nilai Output (Rp/kg) J=DxF 3.052,17
11. a. Nilai Tambah (Rp/kg) K=J–H–I 1.135,63
b. Rasio Nilai Tambah (%) I% = K/J x 100% 37,21%
12. a. Pendapatan Tenaga Kerja
M=ExG 773,02
(Rp/kg)
b. Bagian Tenaga Kerja (%) N% = M/K x 100% 68,07%
13. a. Keuntungan (Rp/kg) O=K–M 362,61
b. Tingkat Keuntungan (%) P% = O/J x 100% 11,88%
II. Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi
14. Marjin (Rp/kg) Q=J–H 1.652
a. Pendapatan Tenaga Kerja
R% = M/Q x 100% 46,79%
Langsung (%)
b. Sumbangan Input Lain (%) S% = I/Q x 100% 31,26%
c. Keuntungan Pemilik
T% = O/Q x 100% 21,95%
Perusahaan (%)
Subjek Penelitian
No Jenis Bahan Baku Untuk Rengginang 1 2 3 Total Rataan
1 Ubi Kayu
Jumlah (Kg) 100 60 100 260 87
Harga (Rp/Kg) 1.300 1.200 1.500 4.000 1.333
Nilai (Rp) 130.000 72.000 150.000 352.000 117.333
Subjek Penelitian
Jenis Bahan Untuk
No 1 2 3 Total Rataan
Rengginang
1 Tepung Kanji
Jumlah (Kg) 5 10 7 22 3
Harga (Rp/Kg) 10.000 10.000 10.000 30.000 10.000
Nilai (Rp) 50.000 100.000 70.000 220.000 73.333,33
2 Royco
Jumlah (Kg) 0,25 0 0,25 1 0,3
Harga (Rp/Kg) 28.000 0 30.000 58.000 29.000
Nilai (Rp) 7.000 0 7.500 14.500 7.250
3 Garam
Jumlah (Kg) 0,5 0 0,25 0,75 0,38
Harga (Rp/Kg) 12.000 0 12.000 24.000 12.000
Nilai (Rp) 6.000 0 3.000 9.000 4.500
4 Udang Kecepe
Jumlah (Kg) 0,5 1 0,5 2 0,7
Harga (Rp/Kg) 28.000 28.000 28.000 84.000 28.000
Nilai (Rp) 14.000 28.000 14.000 56.000 18.666,67
5 Ketumbar
Jumlah (Kg) 0,25 0,25 0 0,5 0,25
Harga (Rp/Kg) 20.000 20.000 0 40.000 20.000
Nilai (Rp) 5.000 5.000 0 10.000 5.000
6 Bawang Putih
Jumlah (Kg) 0,25 0 0 0,25 0,25
Harga (Rp/Kg) 18.000 0 0 18.000 18.000
Nilai (Rp) 4.500 0 0 4.500 4.500
7 Ajinomoto
Jumlah (Kg) 0,25 0 0 0,25 0,25
Harga (Rp/Kg) 20.000 0 0 20.000 20.000
Nilai (Rp) 5.000 0 0 5.000 5.000
8 Kayu Bakar
Jumlah (Mobil) 0,008 0 0,03 0,20 0,07
Harga (Rp/Mobil) 500.000 500.000 500.000 1.500.000 500.000
Nilai (Rp) 41.667 41.667 15.625 98.958,33 32.986,11
Subjek Penelitian
Jenis Bahan Untuk
No 1 2 3 Total Rataan
Rengginang
9 Plastik
Jumlah (Pack) 0,21 0,17 0,21 0,58 0,19
Harga (Rp/Pack) 6.500 6.500 6.500 19.500 6.500
Nilai (Rp) 1.354 1.083 1.354 3.792 1.263,89
10 Listrik
Nilai (Rp) 3.571,40 2.142,85 2.857,14 8.571,39 2.857,13
11 PBB
Nilai (Rp) 29,76 119,04 133,92 282,72 94,24
Subjek Penelitian
Jenis Alat Untuk
No 1 2 3 Total Rataan
Rengginang
1 Mesin Kukur
Jumlah (Unit) 3 1 1 4 1,33
Harga Beli (Rp) 166.667 300.000 300.000 766.667 255.555,56
Total Harga (Rp) 500.000 300.000 300.000 1.100.000 366.667
Nilai Akhir (Rp) 50.000 50.000 50.000 150.000 50.000
Umur Ekonomis (Hari) 5.040 5.040 5.040 15.120 5.040
Penyusutan (Rp/Hari) 89 50 50 188 63
2 Mesin Press
Jumlah (Unit) 0 0 1 1 1
Harga Beli (Rp) 0 0 300.000 300.000 300.000
Total Harga (Rp) 0 0 300.000 300.000 300.000
Nilai Akhir (Rp) 0 0 50.000 50.000 50.000
Umur Ekonomis (Hari) 0 0 5.040 5.040 5.040
Penyusutan (Rp/Hari) 0 0 50 50 50
3 Dandang
Jumlah (Unit) 1 1 1 3 1
Harga Beli (Rp) 350.000 350.000 350.000 1.050.000 350.000
Total Harga (Rp) 350.000 350.000 350.000 1.050.000 350.000
Nilai Akhir (Rp) 500 500 500 15.000 500
Umur Ekonomis (Hari) 1.008 1.008 1.008 3.024 1.008
Penyusutan (Rp/Hari) 342 342 342 1027 342
4 Cetakan
Jumlah (Unit) 600 400 400 1.400 466,67
Harga Beli (Rp) 1.500 1.500 1.500 4.500 1.500
Total Harga (Rp) 900.000 600.000 600.000 2.100.000 700.000
Nilai Akhir (Rp) 0 0 0 0 0
Umur Ekonomis (Hari) 1.680 1.680 1.680 5.040 1.680
Penyusutan (Rp/Hari) 536 893 893 2.321 774
5 Rigen
Jumlah (Unit) 30 20 30 80 20
Harga Beli (Rp) 20.000 25.000 30.000 75.000 25.000
Total Harga (Rp) 600.000 500.000 900.000 2.000.000 666.667
Nilai Akhir (Rp) 0 0 0 0 0
Umur Ekonomis (Hari) 672 672 672 2.016 672
Penyusutan (Rp/Hari) 893 744 536 2173 724
Subjek Penelitian
Jenis Alat Untuk
No 1 2 3 Total Rataan
Rengginang
6 Ember
Jumlah (Unit) 3 2 2 7 2,33
Harga Beli (Rp) 40.000 40.000 40.000 120.000 40.000
Total Harga (Rp) 120.000 80.000 80.000 280.000 93.333
Nilai Akhir (Rp) 1.000 1.000 1.000 3.000 1.000
Umur Ekonomis (Hari) 1.008 1.008 1.008 3.024 1.008
Penyusutan (Rp/Hari) 118 78 78 275 92
7 Pisau
Jumlah (Unit) 4 2 3 9 3
Harga Beli (Rp) 10.000 10.000 10.000 30.000 10.000
Total Harga (Rp) 40.000 20.000 30.000 90.000 30.000
Nilai Akhir (Rp) 0 0 0 0 0
Umur Ekonomis (Hari) 336 336 336 1.008 336
Penyusutan (Rp/Hari) 119 60 89 268 89
8 Timbangan
Jumlah (Unit) 1 1 1 3 1
Harga Beli (Rp) 36.000 36.000 36.000 108.000 36.000
Total Harga (Rp) 36.000 36.000 36.000 108.000 36.000
Nilai Akhir (Rp) 0 0 0 0 0
Umur Ekonomis (Hari) 336 336 336 1.008 336
Penyusutan (Rp/Hari) 36 36 36 107 36
Jumlah Pemakaian Tenaga Kerja Dalam Sekali Produksi Pada Pengolahan Rengginang
Jumlah
Subjek Total
Penggunaan TKDK TKLK Upah TK Total Upah TK Total Upah Upah
Peneliti TK/
Tenaga Kerja (Orang) (Orang) (Rp/Hari) (Rp/Hari) TK/(HKO) TK/
an HKO
HKO
Laki Perempuan HKP HKW HKP HKW Laki Perempuan Laki Perempuan Laki Perempuan
1 1 3 0,625 1,5 0 0 2,13 25.000 25.000 25.000 75.000 40.000 50.000 90.000
2 0 2 0 1,4 0 0 1,4 0 25.000 0 50.000 0 35.714 35.714
3 0 2 0 1 0 0 1 0 25.000 0 50.000 0 50.000 50.000
Total 1 7 0,625 3,9 0 0 4,53 25.000 75.000 25.000 175.000 40.000 135.714 175.714
Rataan 1 2,33 0,625 1,3 0 0 1,51 25.000 25.000 25.000 58.333,33 40.000 45.238,10 58.571
Subjek
Jumlah Pemakaian Ubi Kayu (Kg) Total Output (Kg) Harga Output (Rp/Kg) Penerimaan (Rp)
Penelitian
Variabel Nilai
I. Input, Output dan Harga Rengginang
1. Output (Kg) A 35
2. Input (Kg) B 87
3. Tenaga Kerja (HKO) C 1,51
4. Faktor Konversi D = A/B 0,40
5. Koefisien Tenaga Kerja
E = C/B 0,017
(HKO/kg)
6. Harga Output (Rp) F 13.000
7. Upah Tenaga Kerja
G 58.571,43
(Rp/HKO)
II Penerimaan Dan Keuntungan
8. Harga Bahan Baku (Rp/kg) H 1.333
9. Sumbangan Input Lain
I 1.811,74
(Rp/kg)
10. Nilai Output (Rp/kg) J=DxF 5.230
11. a. Nilai Tambah (Rp/kg) K=J–H–I 2.084,81
b. Rasio Nilai Tambah (%) I% = K/J x 100% 39,86%
12. a. Pendapatan Tenaga Kerja
M=ExG 1.015,46
(Rp/kg)
b. Bagian Tenaga Kerja (%) N% = M/K x 100% 48,7%
13. a. Keuntungan (Rp/kg) O=K–M 1.069,35
b. Tingkat Keuntungan (%) P% = O/J x 100% 20,45%
II. Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi
14. Marjin (Rp/kg) Q=J–H 3.897
a. Pendapatan Tenaga Kerja
R% = M/Q x 100% 26,06%
Langsung (%)
b. Sumbangan Input Lain (%) S% = I/Q x 100% 46,50%
c. Keuntungan Pemilik
T% = O/Q x 100% 27,44%
Perusahaan (%)
Subjek Penelitian
No Jenis Bahan Baku Untuk Keripik 1 Total Rataan
1 Ubi Kayu
Jumlah (Kg) 300 300 300
Harga (Rp/Kg) 2.000 2.000 2.000
Nilai (Rp) 600.000 600.000 600.000
Subjek Penelitian
Jenis Bahan
No Penunjang Untuk 1 Total Rataan
Keripik
1 Minyak Goreng
Jumlah (Kg) 1 1 1
Harga (Rp/Kg) 10.000 10.000 10.000
Nilai (Rp) 10.000 10.000 10.000
2 Garam
Jumlah (Kg) 40 40 40
Harga (Rp/Kg) 28.000 28.000 28.000
Nilai (Rp) 1.120.000 1.120.000 1.120.000
3 Kayu Bakar
Jumlah (Mobil) 0,04 0,04 0,04
Harga (Rp/Mobil) 500.000 500.000 500.000
Nilai (Rp) 20.833 20.833 20.833
4 Plastik
Jumlah (Pack) 2.000 2.000 2.000
Harga (Rp/Pack) 100 100 100
Nilai (Rp) 200.000 200.000 200.000
5 Lilin
Jumlah (Buah) 6 6 6
Harga (Rp/Kg) 2.500 2.500 2.500
Nilai (Rp) 15.000 15.000 15.000
6 Listrik
Nilai (Rp) 1.071,42 1.071,42 1.071,42
7 PBB
Nilai (Rp) 119,04 119,04 119,04
Subjek Penelitian
No Jenis Alat Untuk Keripik 1 Total Rataan
1 Mesin Cetakan
Jumlah (Unit) 1 1 1
Harga Beli (Rp) 1.000.000 1.000.000 1.000.000
Total Harga (Rp) 1.000.000 1.000.000 1.000.000
Nilai Akhir (Rp) 100.000 100.000 100.000
Umur Ekonomis (Hari) 5.040 5.040 5.040
Penyusutan (Rp/Hari) 178,57 178,57 178,57
2 Kuali
Jumlah (Unit) 1 1 1
Harga Beli (Rp) 600.000 600.000 600.000
Total Harga (Rp) 600.000 600.000 600.000
Nilai Akhir (Rp) 50.000 50.000 50.000
Umur Ekonomis (Hari) 3.360 3.360 3.360
Penyusutan (Rp/Hari) 163,69 163,69 163,69
3 Ember
Jumlah (Unit) 2 2 2
Harga Beli (Rp) 40.000 40.000 40.000
Total Harga (Rp) 80.000 80.000 80.000
Nilai Akhir (Rp) 1.000 1.000 1.000
Umur Ekonomis (Hari) 1.008 1.008 1.008
Penyusutan (Rp/Hari) 78,37 78,37 78,37
4 Pisau
Jumlah (Unit) 2 2 2
Harga Beli (Rp) 10.000 10.000 10.000
Total Harga (Rp) 20.000 20.000 20.000
Nilai Akhir (Rp) 0 0 0
Umur Ekonomis (Hari) 336 336 336
Penyusutan (Rp/Hari) 59,52 59,52 59,52
5 Sudip
Jumlah (Unit) 2 2 2
Harga Beli (Rp) 80.000 80.000 80.000
Total Harga (Rp) 160.000 160.000 160.000
Nilai Akhir (Rp) 0 0 0
Umur Ekonomis (Hari) 1680 1680 1680
Penyusutan (Rp/Hari) 95,24 95,24 95,24
Subjek Penelitian
No Jenis Alat Untuk Keripik 1 Total Rataan
6 Serok Goreng
Jumlah (Unit) 1 1 1
Harga Beli (Rp) 100.000 100.000 100.000
Total Harga (Rp) 100.000 100.000 100.000
Nilai Akhir (Rp) 0 0 0
Umur Ekonomis (Hari) 1.680 1.680 1.680
Penyusutan (Rp/Hari) 59,52 59,52 59,52
7 Timbangan
Jumlah (Unit) 1 1 1
Harga Beli (Rp) 36.000 36.000 36.000
Total Harga (Rp) 36.000 36.000 36.000
Nilai Akhir (Rp) 0 0 0
Umur Ekonomis (Hari) 1.008 1.008 1.008
Penyusutan (Rp/Hari) 35,71 35,71 35,71
Lampiran 40. Penggunaan Tenaga Kerja Per Produksi (per Hari) pada Pengolahan Keripik
Jumlah Pemakaian Tenaga Kerja Dalam Sekali Produksi Pada Pengolahan Keripik
Jumlah
Subjek
Penggunaan TKDK TKLK Total Upah TK Total Upah TK Total Upah Upah
Peneliti
Tenaga Kerja (Orang) (Orang) TK/ (Rp/Hari) (Rp/Hari) TK/(HKO) TK/
an
HKO (HKO)
Laki Perempuan HKP HKW HKP HKW Laki Perempuan Laki Perempuan Laki Perempuan
1 3 0 1,875 0 0 0 1,875 40.000 0 120.000 0 64.000 0 64.000
Total 3 0 1,875 0 0 0 1,875 40.000 0 120.000 0 64.000 0 64.000
Rataan 3 0 1,875 0 0 0 1,875 40.000 0 120.000 0 64.000 0 64.000
Subjek Frekuensi Pembuatan Keripik Penggunaan Tenaga Kerja Upah TK Upah TK Upah TK
Penelitian (Hari) (HKO) (Rp/Hari) (Rp/Minggu) (Rp/Bulan)
Minggu Bulan Tahun Hari Minggu Bulan
1 6 24 288 1,875 11,25 45,00 64.000 384.000 1.536.000
Total 6 24 288 1,875 11,25 45,00 64.000 384.000 1.536.000
Rataan 6 24 288 1,875 11,25 45,00 64.000 384.000 1.536.000
Subjek
Jumlah Pemakaian Ubi Kayu (Kg) Total Output (Kg) Harga Output (Rp/Kg) Penerimaan (Rp)
Penelitian
Variabel Nilai
I. Input, Output dan Harga Keripik
1. Output (Kg) A 100
2. Input (Kg) B 300
3. Tenaga Kerja (HKO) C 1,875
4. Faktor Konversi D = A/B 0,33
5. Koefisien Tenaga Kerja
E = C/B 0,006
(HKO/kg)
6. Harga Output (Rp) F 30.000
7. Upah Tenaga Kerja
G 64.000
(Rp/HKO)
II Penerimaan Dan Keuntungan
8. Harga Bahan Baku (Rp/kg) H 2.000
9. Sumbangan Input Lain
I 4.558,98
(Rp/kg)
10. Nilai Output (Rp/kg) J=DxF 10.000
11. a. Nilai Tambah (Rp/kg) K=J–H–I 3.441,02
b. Rasio Nilai Tambah (%) I% = K/J x 100% 34,41%
12. a. Pendapatan Tenaga Kerja
M=ExG 400,00
(Rp/kg)
b. Bagian Tenaga Kerja (%) N% = M/K x 100% 11,62%
13. a. Keuntungan (Rp/kg) O=K–M 3.041,02
b. Tingkat Keuntungan (%) P% = O/J x 100% 30,41%
II. Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi
14. Marjin (Rp/kg) Q=J–H 8.000
a. Pendapatan Tenaga Kerja
R% = M/Q x 100% 5,00%
Langsung (%)
b. Sumbangan Input Lain (%) S% = I/Q x 100% 56,99%
c. Keuntungan Pemilik
T% = O/Q x 100% 38,01%
Perusahaan (%)
Subjek Faktor Internal (Kekuatan dan Kelemahan) Faktor Eksternal (Peluang dan Ancaman)
Penelitian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7
1 4 4 3 4 4 1 1 2 1 3 3 4 1 1 2 1
2 4 4 3 4 4 1 1 2 1 3 3 4 1 1 2 1
3 4 4 3 4 4 1 1 2 1 4 3 4 1 1 2 1
4 4 4 3 4 4 1 1 2 1 4 3 4 1 1 2 1
5 4 4 3 4 4 1 1 2 1 4 3 4 1 1 2 1
6 4 4 3 4 4 1 1 2 1 4 3 4 1 1 2 1
7 4 4 3 4 4 2 2 2 2 4 3 4 1 1 2 1
8 4 4 3 4 4 1 1 2 1 4 3 4 1 1 2 1
9 4 4 3 4 4 1 1 2 1 4 3 4 1 1 2 1
10 4 4 3 4 4 1 1 2 1 4 3 4 1 1 2 1
11 4 4 3 4 4 1 1 2 1 4 3 4 1 1 2 1
12 4 4 3 4 4 1 1 2 1 4 3 4 1 1 2 1
Jumlah 48 48 36 48 48 13 13 24 13 46 36 48 12 12 24 12
Rata-rata 4 4 3 4 4 1,08 1,08 2 1,08 3,83 3 4 1 1 2 1
Keterangan:
Faktor Internal Faktor Eksternal
1. Keterampilan Tenaga Kerja 6. Modal Usaha 1. Ketersediaan Bahan Baku 6. Banyaknya Pesaing
2. Pengalaman Berusaha 7. Kemasan 2. Harga Bahan Baku 7. Mitra Usaha
3. Penggunaan Teknologi 8. Proses Produksi 3. Pemasaran Olahan Ubi Kayu
4. Penanganan Limbah 9. Izin Usaha 4. Pelatihan dari Pemerintah
5. Kualitas Bahan Baku 5. Bantuan dari pemerintah