Anda di halaman 1dari 160

NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI PENGOLAHAN

UBI KAYU
(Kasus: Kecamatan Binjai Barat, Kota Binjai)

SKRIPSI

M. SYARIF HIDAYAH SIMANJORANG


160304140
AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2020

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI PENGOLAHAN
UBI KAYU
(Kasus: Kecamatan Binjai Barat, Kota Binjai)

SKRIPSI

M. SYARIF HIDAYAH SIMANJORANG


160304140
AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana
di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2020

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP

M. Syarif Hidayah Simanjorang, lahir di Medan pada tanggal 1 September 1998.

Penulis merupakan anak pertama dari 2 bersaudara dari Bapak Labayk

Simanjorang dan Ibu Juliyanti. Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis

adalah sebagai berikut:

1. Tahun 2003 masuk TK Tarjiah Assalam lulus pada tahun 2004.

2. Tahun 2004 masuk SD Negeri 028229 Binjai Barat dan lulus pada tahun 2010.

3. Tahun 2010 masuk SMP Negeri 5 Binjai Barat dan lulus pada tahun 2013.

4. Tahun 2013 masuk SMA Negeri 2 Binjai Selatan dan lulus pada tahun 2016

5. Tahun 2016 menempuh pendidikan di Program Studi Agribisnis Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur SMM.

6. Mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Perkebunan Tanjung

Keliling Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara

dari bulan Juli 2019-Agustus 2019.

7. Melaksanakan Penelitian di Kecamatan Binjai Barat Kota Binjai Provinsi

Sumatera Utara Pada bulan Juli 2020.

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi eksisting agroindustri


pengolahan ubi kayu; untuk mengetahui apa saja produk hilir agroindustri
pengolahan ubi kayu; untuk mengetahui berapa besar nilai tambah agroindustri
pengolahan ubi kayu; dan untuk mengetahui prospek agroindustri pengolahan ubi
kayu di Kecamatan Binjai Barat, Kota Binjai. Metode analisis data yang
digunakan adalah metode hayami dan analisis SWOT. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada 12 agroindustri pengolahan ubi kayu yang masih aktif,
sebagian sudah menggunakan mesin seperti produk Mie Yeye dan Keripik ubi,
produk hilir agroindustri pengolahan ubi kayu di daerah penelitian yaitu Mie
Yeye, Opak, Rengginang dan Keripik, semua nilai tambah produk agroindustri
pengolahan ubi kayu yang ada di daerah penelitian termasuk kategori masih
rendah, nilai tambah yang terbesar dalam agroindustri pengolahan ubi kayu yang
memproduksi Mie Yeye, dan strategi yang tepat untuk pengembangan agroindutri
pengolahan ubi kayu di daerah penelitian adalah strategi agresif, yaitu program
perluasan jaringan pemasaran dengan memanfaatkan pengalaman berusaha dan
melakukan kerjasama dengan lembaga agar dapat meningkatkan penjualan dan
penerimaan.

Kata Kunci: Ubi Kayu, Produk Hilir, Nilai Tambah, Strategi Pengembangan

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

This study aims to determine the existing conditions of cassava processing agro-
industry; to find out what are the downstream products of the cassava processing
agro-industry; to find out how much added value of the cassava processing agro-
industry; and to determine the prospect of cassava processing agro-industry in
Kecamatan Binjai Barat, Kota Binjai. The data analysis method used was the
Hayami method and SWOT analysis. The results showed that there were 12
cassava processing agro-industries that were still active, some of them had used
machines such as yeye noodle products and sweet potato chips, the downstream
products of cassava processing agro-industries in the study area were Yeye
noodles, Opak, Rengginang and Keripik, all added value of agro-industrial
products. cassava processing in the research area is in the low category, the
biggest added value is in the cassava processing agro-industry that produces Yeye
noodles, and the right strategy for the development of cassava processing agro-
industry in the research area is an aggressive strategy, namely a marketing
network expansion program with take advantage of business experience and
collaborate with institutions in order to increase sales and revenue.

Keywords: Cassava, Downstream Products, Value Added, Development Strategy

ii

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim. Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT

yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul skripsi ini adalah “Nilai

Tambah Agroindustri Pengolahan Ubi Kayu (Kasus: Kecamatan Binjai,

Barat Kota Binjai)”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas

Sumatera Utara.

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai

bentuk rasa syukur penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Kedua orangtua Ayahanda tercinta Labayk Simanjorang dan Ibunda Juliyanti

serta adik tersayang M. Ramfauzan Simanjorang, yang selalu memberikan

semangat, nasihat, doa yang tiada putus-putusnya serta dukungan baik secara

materi maupun non materi yang tiada henti- hentinya, juga kasih sayang dan

perhatiannya yang membawa penulis hingga sampai pada proses akhir

pendidikan sarjana ini.

2. Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP, selaku ketua komisi pembimbing yang telah

banyak meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dengan penuh

kesabaran, memotivasi penulis tanpa mengenal lelah, serta mendukung dan

membantu penulis sejak masa perkuliahan hingga dalam penyelesaian skripsi

ini. Untuk itu penulis mengucapkan rasa hormat dan terima kasih.

iii

Universitas Sumatera Utara


3. Ibu Emalisa, SP, M.Si, selaku anggota komisi pembimbing yang dengan

kesediaan waktu dalam membimbing, memberikan motivasi, memberikan

pengarahan dan memberi kemudahan kepada penulis selama penulisan skripsi

ini. Kesabaran dan keikhlasan bapak menjadi panutan bagi penulis.

4. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec, selaku Ketua Program Studi

Agribisnis Fakultas Pertanian USU dan Bapak Ir. M. Jufri, M.Si selaku

Sekretaris Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian USU yang

memberikan banyak kemudahan selama mengikuti masa perkuliahan.

5. Seluruh dosen Fakultas Pertanian USU khususnya Program Studi Agribisnis

yang telah memberikan ilmu-ilmu yang bermanfaat kepada penulis selama

masa perkuliahan.

6. Teman-teman seperjuangan Agribisnis stambuk 2016, yang telah banyak

membantu dan menjadi penyemangat penulis selama masa perkuliahan dan

penyelesaian skripsi ini.

7. Subjek Penelitian yang telah memberikan informasi dan meluangkan

waktunya untuk memberikan data yang penulis perlukan.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehingga penulis

mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

skripsi ini. Penulis juga berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca

dan pihak-pihak yang membutuhkan. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi

Wabarakatuh.

Medan, Juli 2020

Penulis

iv

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

ABSTRAK .............................................................................................................. i

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... v

DAFTAR TABEL................................................................................................ vii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ix

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2. Identifikasi Masalah ............................................................................ 3
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................ 3
1.4. Kegunaan Penelitian............................................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Tinjauan Agronomi dan Ekonomi Ubi Kayu .................................... 5
2.1.1 Tinjauan Agronomi Ubi Kayu .................................................. 5
2.1.2 Tinjauan Ekonomi Ubi Kayu .................................................... 7
2.2. Kondisi Eksisting Agroindustri Pengolahan Ubi Kayu di Indonesia . 8
2.3. Tinjauan Teori .................................................................................. 10
2.3.1 Nilai Tambah........................................................................... 10
2.3.2 SWOT ..................................................................................... 15
2.4. Landasan Teori ................................................................................. 23
2.4.1 Nilai Tambah Agroindustri Pengolahan Ubi Kayu ................. 23
2.4.2 SWOT ..................................................................................... 24
2.5. Penelitian Terdahulu ......................................................................... 25
2.6. Skema Kerangka Pemikiran ............................................................. 26
2.7. Hipotesis Penelitian .......................................................................... 27

BAB III METODELOGI PENELITIAN


3.1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian .............................................. 28
3.2. Metode Penentuan Subjek Penelitian .............................................. 28
3.3. Metode Pengumpulan Data ............................................................. 28
3.4. Metode Analisis Data ...................................................................... 29
3.5. Definisi dan Batasan Operasional ................................................... 34
3.5.1 Definisi Operasional .............................................................. 34
3.5.2 Batasan Operasional .............................................................. 36

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK


SUBJEK PENELITIAN
4.1. Deskripsi Daerah Penelitian ............................................................ 37

Universitas Sumatera Utara


4.1.1 Keadaan Penduduk ................................................................ 38
4.1.1.1 Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tahun 2018 ....... 38
4.1.1.2 Penduduk Menurut Kelompok Umur Tahun 2018 .. 39
4.1.1.3 Penduduk Menurut Kelurahan dan Agama yang
dianut Tahun 2018 ................................................... 40
4.1.1.4 Banyaknya Tenaga Kerja yang Bekerja Menurut
Lapangan Pekerjaan ................................................. 40
4.1.2 Sarana dan Prasarana Tahun 2018 ......................................... 41
4.2. Karakteristik Subjek Penelitian ....................................................... 45
4.3. Proses Produksi Ubi Kayu .............................................................. 46
4.3.1 Proses Produksi Mie Yeye ..................................................... 46
4.3.2 Proses Produksi Opak ............................................................ 50
4.3.3 Proses Produksi Rengginang ................................................. 54
4.3.4 Proses Produksi Keripik ........................................................ 58

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN


5.1. Kondisi Eksisting Agroindustri Pengolahan Ubi Kayu .................... 61
5.2. Produk Hilir Agroindustri Pengolahan Ubi Kayu ............................ 62
5.3. Nilai Tambah Agroindustri Pengolahan Ubi Kayu .......................... 64
5.3.1 Penggunaan Input Dalam Pengolahan Ubi Kayu .................. 64
5.3.1.1 Penggunaan Bahan Baku ......................................... 65
5.3.2 Sumbangan Input Lain........................................................... 66
5.3.2.1 Penggunaan Bahan Penunjang ................................. 66
5.3.3 Penggunaan Modal Investasi ................................................. 67
5.3.4 Penggunaan Tenaga Kerja ..................................................... 69
5.3.5 Biaya Produksi, Penerimaan dan Keuntungan Pengolahan
Mie Yeye, Opak, Rengginang dan Keripik .................................... 69
5.3.6 Perhitungan Nilai Tambah Hasil Pengolahan Mie Yeye,
Opak, Rengginang dan Keripik ...................................................... 71
5.4. Faktor-Faktor Internal yang Mempengaruhi Agroindustri
Pengolahan Ubi Kayu ...................................................................... 81
5.4.1 Kekuatan ................................................................................ 81
5.4.2 Kelemahan ............................................................................. 82
5.5. Faktor-Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Agroindustri
Pengolahan Ubi Kayu ..................................................................... 83
5.5.1 Peluang .................................................................................. 83
5.5.2 Ancaman ................................................................................ 84
5.6. Prospek Agroindustri Pengolahan Ubi Kayu........................................

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN


6.1. Kesimpulan ..................................................................................... 96
6.2. Saran................................................................................................ 97

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vi

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

No Judul Halaman
1 Kandungan Nutrisi Pada Ubi Kayu 6
2 Produksi, Luas Panen, dan Produktivitas Ubi Kayu di Indonesia 9
3 Perkembangan Konsumsi Ubi Kayu Dalam Rumah Tangga di
10
Indonesia
4 Perhitungan Nilai Tambah Metode Hayami 12
5 Matriks Faktor Strategi Internal (IFAS) 20
6 Matriks Faktor Strategi Eksternal (EFAS) 21
7 Matriks SWOT 24
8 Data Primer dan Sekunder 29
9 Perhitungan Nilai Tambah Metode Hayami 30
10 Matriks Swot 31
11 Matriks Faktor Strategi Internal dan Matriks Faktor Strategi
32
Eksternal
12 Matriks Faktor Strategi Internal/Eksternal 33
13 Jumlah Penduduk Dirinci Menurut Jenis Kelamin dan
38
Kelurahan di Kecamatan Binjai Barat Tahun 2018
14 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kecamatan
39
Binjai Barat Tahun 2018
15 Persentase Penduduk Menurut Kelurahan dan Agama yang
40
Dianut di Kecamatan Binjai Barat Tahun 2018
16 Banyaknya Tenaga Kerja Yang Bekerja Menurut Lapangan
Pekerjaan Menurut Kelurahan di Kecamatan Binjai Barat 41
Tahun 2018
17 Sarana Pendidikan Tahun 2018 42
18 Sarana dan Prasarana Kesehatan Tahun 2018 43
19 Sarana dan Prasarana Rumah Ibadah Tahun 2018 44
20 Karakteristik Subjek Penelitian 45
21 Rata-Rata Frekuensi Pengolahan Mie Yeye, Opak, Rengginang,
Keripik dan Bahan Ubi Kayu Dalam Industri Pengolahan Ubi 66
Kayu Sekali Produksi
22 Rata-Rata Biaya Bahan Penunjang yang Digunakan Dalam
Pengolahan Mie Yeye, Opak, Rengginang, Keripik dan 67
Penggunaan Ubi Kayu Kayu Sekali Produksi
23 Rata-Rata Biaya Penyusutan Peralatan Sekali Produksi
68
Pembuatan Mie Yeye, Opak, Rengginang dan Keripik
24 Rata-Rata Penggunaan Tenaga Kerja Dalam Pengolahan Mie
Yeye, Opak, Rengginang dan Keripik di Daerah Penelitian Per 69
Hari
25 Rata-Rata Biaya Produksi, Penerimaan, dan Keuntungan
Pengolahan Mie Yeye, Opak, Rengginang dan Keripik di 70
Daerah Penelitian Dalam Sekali Produksi
26 Nilai Tambah Hasil Pengolahan Mie Yeye, Opak, Rengginang
72
dan Keripik

vii

Universitas Sumatera Utara


27 Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman Prospek
86
Agroindustri Pengolahan Ubi Kayu di Kecamatan Binjai Barat
28 Matriks Faktor Strategi Internal 87
29 Matriks Faktor Strategi Eksternal 88
30 Penggabungan Matriks Evaluasi Faktor Strategi Internal dan
89
Faktor Strategi Eksternal Agroindustri Pengolahan Ubi Kayu
31 Matriks Analisis SWOT 92

viii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman
1 Kuadran Analisis SWOT 22
2 Skema Kerangka Pemikiran Nilai Tambah Agroindustri Ubi
27
Kayu
3 Proses Produksi Mie Yeye 49
4 Proses Produksi Opak 53
5 Proses Produksi Rengginang 57
6 Proses Produksi Keripik 60
7 Matriks Posisi SWOT Prospek Agroindustri Pengolahan Ubi
90
Kayu

ix

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

No Judul
1 Subjek Penelitian Pengolahan Mie Yeye, Opak, Rengginang dan Keripik
2 Biaya Bahan Baku Pengolahan Mie Yeye
3 Biaya Bahan Penunjang Pengolahan Mie Yeye
4 Rata-Rata Biaya Penggunaan Bahan Penunjang Pengolahan Mie Yeye
5 Penggunaan Peralatan Pengolahan Mie Yeye
6 Lanjutan Penggunaan Peralatan Pengolahan Mie Yeye
7 Rata-Rata Biaya Penyusutan Pengolahan Mie Yeye
8 Penggunaan Tenaga Kerja Per Produksi (per Hari) Pada Pengolahan Mie
Yeye
9 Upah Tenaga Kerja Pada Pengolahan Mie Yeye
10 Total Penerimaan Pengolahan Mie Yeye Sekali Produksi
11 Nilai Tambah Hasil Pengolahan Mie Yeye
12 Biaya Bahan Baku Pengolahan Opak
13 Biaya Bahan Penunjang Pengolahan Opak
14 Lanjutan Biaya Bahan Penunjang Pengolahan Opak
15 Rata–Rata Biaya Penggunaan Bahan Penunjang Pengolahan Opak
16 Penggunaan Peralatan Pengolahan Opak
17 Lanjutan Penggunaan Peralatan Pengolahan Opak
18 Rata-Rata Biaya Penyusutan Pengolahan Opak
19 Penggunaan Tenaga Kerja Per Produksi (per Hari) Pada Pengolahan Opak
20 Upah Tenaga Kerja Pada Pengolahan Opak
21 Total Penerimaan Pengolahan Opak Sekali Produksi
22 Nilai Tambah Hasil Pengolahan Opak
23 Biaya Bahan Baku Pengolahan Rengginang
24 Biaya Bahan Penunjang Pengolahan Rengginang
25 Lanjutan Biaya Bahan Penunjang Pengolahan Rengginang
26 Rata-Rata Biaya Penggunaan Bahan Penunjang Pengolahan Rengginang
27 Penggunaan Peralatan Pengolahan Rengginang
28 Lanjutan Penggunaan Peralatan Pengolahan Rengginang
29 Rata-Rata Biaya Penyusutan Pengolahan Rengginang
30 Penggunaan Tenaga Kerja Per Produksi (per Hari) Pada Pengolahan
Rengginang
31 Upah Tenaga Kerja Pada Pengolahan Rengginang
32 Total Penerimaan Pengolahan Rengginang Sekali Produksi
33 Nilai Tambah Hasil Pengolahan Rengginang
34 Biaya Bahan Baku Pengolahan Keripik
35 Biaya Bahan Penunjang Pengolahan Keripik
36 Rata-Rata Biaya Penggunaan Bahan Penunjang Pengolahan Keripik
37 Penggunaan Peralatan Pengolahan Keripik
38 Lanjutan Penggunaan Peralatan Pengolahan Keripik
39 Rata-Rata Biaya Penyusutan Pengolahan Keripik
40 Penggunaan Tenaga Kerja Per Produksi (per Hari) Pada Pengolahan
Keripik

Universitas Sumatera Utara


41 Upah Tenaga Kerja Pada Pengolahan Keripik
42 Total Penerimaan Pengolahan Keripik Sekali Produksi
43 Nilai Tambah Hasil Pengolahan Keripik
44 Parameter Penilaian Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman
45 Kekuatan, Kelemahan, Peluang, Ancaman
46 Penentuan Faktor Internal dan Eksternal Agroindustri Pengolahan Ubi
Kayu
47 Matriks Evaluasi Faktor Strategi Internal
48 Matriks Evaluasi Faktor Strategi Eksternal
49 Penggabungan Matriks Evaluasi Faktor Strategi Internal dan Faktor
Strategi Eksternal Agroindustri Pengolahan Ubi Kayu

xi

Universitas Sumatera Utara


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia ubi kayu menempati urutan nomor tiga setelah beras dan jagung sebagai

makanan pokok masyarakat, bahkan di beberapa daerah yang sulit diperoleh

beras, ubi kayu digunakan sebagai bahan makanan pokok. Sedangkan dalam

bidang peternakan peranan ubi kayu sebagai sumber energi pengganti jagung

sangat besar, mengingat harga dan penggunaan jagung yang masih besar untuk

makanan manusia. Penyebaran tanaman ubi kayu meluas ke semua propinsi di

indonesia. Dalam hal ini ubi kayu baik lokal maupun luar negeri sangat besar.

Dimana ubi kayu untuk bahan pakan ternak, farmasi dan lain sebagainya yang

jumlahnya selama ini terus meningkat secara terus menerus dengan peningkatan

populasi daripada konsumen (Nuryani, S dan Soedjono,1994).

Komoditi ubi kayu merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang penting

dan sangat strategis karena dapat dimanfaatkan untuk berbagai produk meliputi

bahan pangan, pakan, energi, farmasi dan kosmetik. Berbagai produk olahan dari

ubi kayu antara lain cemilan/kripik, mocaf, gula cair, bahan bakar Bio-ethanol,

bahan dasar obat, campuran industri kosmetik, zat perangsang tumbuh tumbuhan,

plastic stirofoarm yang ramah lingkungan, dan aneka produk lainnya

(Suherman, 2014).

Pada umumnya, ubi kayu mempunyai sifat mudah rusak, cepat busuk, dan

meruah. Ubi yang telah rusak, menyebabkan warnanya berubah, rasa menjadi

kurang enak, dan bahkan kadang-kadang pahit karena adanya asam sianida (HCN)

1
Universitas Sumatera Utara
2

yang bersifat toksik (racun). Pengolahan ubi kayu secara tepat akan mengurangi

resiko terjadinya kerusakkan dan pembusukkan, dapat memperpanjang umur

simpannya, serta dapat meningkatakan nilai jualnya (Rukmana dan

Yuniarsih, 2001).

Menurut Suprapti (2005), singkong dapat diproses menjadi berbagai macam

produk jadi yang dapat langsung dikonsumsi dan produk setengah jadi yang

merupakan produk antara. Produk antara tersebut perlu diproses lanjut terlebih

dahulu menjadi produk-produk tertentu baru kemudian dapat dikonsumsi.

1) Produk jadi, berupa makanan olahan/jajanan dari singkong, antara lain adalah

gethuk, utri (lemet), singkong rebus atau goreng, tape dan kue bolu (cake).

2) Produk setengah jadi, yaitu gaplek, ship, tepung gaplek, tepung kasava (tepung

singkong), tepung tapioka (kanji), dan onggok (ampas tapioka).

Berbagai upaya maupun teknologi pengolahan telah dikembangkan untuk

meningkatkan nilai tambah, nilai gizi, dan mengangkat citra produk ubi kayu. Ubi

kayu mempunyai kandungan gizi yang baik sebagai sumber karbohidrat, namun

juga memiliki beberapa kekurangan, antara lain kandungan proteinnya rendah,

rasa dan aromanya kurang enak, serta tidak tahan lama disimpan. Untuk

memperbaiki produk dari ubi kayu, berbagai teknologi pengolahan telah

dihasilkan dalam rangka meningkatkan mutu produk dan penerimaannya oleh

konsumen (Herawati, 2006).

Inovasi peningkatan nilai tambah ubi kayu dapat dikembangkan melalui

penumbuhan agribisnis di sentra-sentra produksi. Pengembangan agroindustri

pengolahan ubi kayu berdampak terhadap upaya penganekaragaman produk dan

Universitas Sumatera Utara


3

peningkatan harga komoditas karena adanya permintaan bahan baku secara

kontiniu (Prianto 2011).

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang maka dapat dirumuskan identifikasi masalah adalah

sebagai berikut:

1) Bagaimana kondisi eksisting agroindustri pengolahan ubi kayu di daerah

penelitian ?

2) Apa saja produk hilir agroindustri pengolahan ubi kayu di daerah penelitian ?

3) Berapa besar nilai tambah agroindustri pengolahan ubi kayu menurut jenis

produk hilir di daerah penelitian ?

4) Bagaimana prospek agroindustri pengolahan ubi kayu di daerah penelitian ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah maka dapat dirumuskan tujuan penelitian adalah

sebagai berikut:

1) Untuk mengetahui kondisi eksisting agroindustri pengolahan ubi kayu di

daerah penelitian ?

2) Untuk mengetahui apa saja produk hilir agroindustri pengolahan ubi kayu di

daerah penelitian ?

3) Untuk mengetahui berapa besar nilai tambah agroindustri pengolahan ubi kayu

menurut jenis produk hilir di daerah penelitian ?

4) Untuk mengetahui prospek agroindustri pengolahan ubi kayu di daerah

penelitian ?

Universitas Sumatera Utara


4

1.4. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian adalah sebagai berikut:

1) Sebagai bahan informasi dan penambah wawasan bagi pihak yang

membutuhkan dan bagi pengusaha yang ingin mengolah ubi kayu.

2) Sebagai referensi bagi pemerintah dalam pengambilan keputusan dan

penentuan kebijakan.

3) Sebagai bahan tambahan wawasan dan pengetahuan, serta informasi ataupun

referensi untuk pengembangan ilmu bagi pihak-pihak yang membutuhkan serta

dapat dijadikan bahan acuan dan sumbangan data bagi peneliti selanjutnya

yang berhubungan dengan penelitian ini.

Universitas Sumatera Utara


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Agronomi dan Ekonomi Ubi Kayu

2.1.1 Tinjauan Agronomi Ubi Kayu

Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan tanaman yang sangat

populer di seluruh dunia, khususnya di negara-negara tropis. Di Indonesia, ubi

kayu memiliki arti ekonomi terpenting dibandingkan dengan jenis umbi-umbian

yang lain. Ubi kayu merupakan salah satu bahan pangan yang utama. Di

Indonesia, ubi kayu merupakan makanan pokok ke tiga setelah padi-padian dan

jagung (Askurrahman, 2010). Klasifikasi tanaman ubi kayu adalah sebagai berikut

(Rukmana, 2002) :

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Divisi : Spermatophyta (Tumbuhan berbiji)

Subdivisi : Angiospermae (Berbiji tertutup)

Kelas : Dicotyledonae (Biji berkeping dua)

Ordo : Euphorbiales

Famili : Euphorbiaceae 12

Genus : Manihot

Spesies : Manihot esculenta Crantz sin Manihot utilisima Pohl

Tanaman ubi kayu merupakan tanaman yang tidak membutuhkan perawatan yang

rumit. Dilahan yang tergolong kritis pun ubi kayu masih dapat tumbuh dan

berproduksi. Budidaya tanaman ubi kayu di Indonesia saat ini sudah cukup maju

dan berkembang. Syarat utama agar tanaman ubi kayu dapat tumbuh dan

berproduksi dengan baik adalah dengan memperhatikan lokasi dan struktur tanah

5
Universitas Sumatera Utara
6

yang digunakan untuk budidaya. Kondisi atau struktur tanah di lahan budidaya ubi

kayu sangat berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas hasil produksi

(Suprapti, 2005).

Ubi kayu merupakan tanaman dengan syarat tumbuh yang mudah termasuk di

daerah yang tergolong daerah kurang subur. Daun ubi kayu dikonsumsi sebagai

sayuran dan umbinya diolah menjadi berbagai macam makanan. Hal ini

disebabkan proses produksi yang sederhana, biayanya murah, tahan lama dan

mudah dalam pemasarannya. Ubi kayu merupakan tanaman musiman digunakan

sebagai bahan baku produk olahan ubi kayu yang permintaannya selalu ada

sepanjang tahun. Untuk menjaga kontinuitas produksi, beberapa pelaku

agroindustri telah menjalin kerja sama dengan kelompok tani/GAPOKTAN

(Setyowati, 2012). Berikut kandungan nutrisi pada ubi kayu (per 100 gram) pada

Tabel 1.

Tabel 1. Kandungan Nutrisi Pada Ubi Kayu (Per100Gram)


Komponen Satuan Kadar
Kalori kaln 146,00
Air gram 62,50
Phosphat gram 40,00
Karbohidrat mg 34,00
Kalsium mg 33,00
Vitamin C gram 30,00
Protein mg 1,20
Besi mg 0,70
Lemak gram 0,30
Vitamin B1 mg 0,06
Berat dapat dimakan gram 75,00
Sumber: Murtiningsih dan Suyanti, 2011

Ada dua jenis ubi kayu yaitu pahit dan tidak pahit. Ubi kayu pahit mengandung

hidrosianida (HCN) lebih dari 100 ppm. Namun, jenis ini mengandung

Universitas Sumatera Utara


7

karbohidrat dalam jumlah tinggi, sehingga baik untuk dijadikan tapioka. Supaya

aman dimakan, ubi kayu jenis ini harus diproses terlebih dahulu sebelum dibuat

tepung dengan cara direndam berulang-ulang agr kadar HCNnya hilang. Racun

juga akan mudah rusak oleh panas selama proses pembuatan tapioka. Sementara

itu, ubi kayu yang tidak pahit mengandung racun sianida (HCN) kurang dari 50

ppm sehingga aman untuk dikonsumsi dan dijadikan aneka makanan.

2.1.2 Tinjauan Ekonomi Ubi Kayu

Hermanto (2015:27) menyatakan bahwa Indonesia merupakan penghasil ubi kayu

yang terbesar kedua setelah Thailand. Hanya saja ubi kayu Indonesia lebih banyak

dikonsumsi di dalam negeri. Kedepan Indonesia mempunyai peluang untuk

mengembangkan produksi ubi kayu, termasuk produk olahan dan turunannya,

sehingga menjadi salah satu pangan lokal yang dapat dijadikan industri pertanian

yang berbasis ubi kayu.

Ada empat komoditas tanaman pangan strategis di Indonesia yaitu padi/beras,

jagung, kedelai dan gula. Sedangkan komoditas pertanian yang sangat penting

juga adalah ubi kayu. Karena posisi ubi kayu yang sangat penting pada

perekonomian Indonesia, maka apabila ketersediaan dan harga ubi kayu terganggu

akan mengakibatkan terjadinya gangguan pada konsumen dan produsen ubi kayu.

Jadi perlu ada keseimbangan permintaan dan penawaran ubi kayu sepanjang

waktu karena produksi dan konsumsi ubi kayu cukup besar. Walaupun konsumsi

ubi kayu per kapita mengalami penurunan namun permintaan ubi kayu meningkat

terus karena pertumbuhan penduduk dan meningkatkatnya kebutuhan ubi kayu

untuk industri. Secara rata-rata, pada periode 2000-2016, setiap tahun Indonesia

mengimpor ubi kayu olahan sebesar 271.681 ton dengan nilai US$ 100,63 juta.

Universitas Sumatera Utara


8

Pada periode yang sama, jumlah ekspor ubi kayu Indonesia relatif kecil

dibandingkan dengan jumlah impor ubi kayu Indonesia. Pada periode yang sama,

ekspor ubi kayu Indonesia hanya sekitar 42.251 ton dengan nilai US$13,1 juta.

Tantangan yang dihadapi oleh Indonesia dalam memproduksi ubi kayu cukup

berat, terutama dalam ketersediaan lahan.

Berdasarkan potensi dan kemampuan yang dimiliki, Indonesia sebenarnya mampu

menghadapi persaingan yang semakin ketat di pasar internasional terutama dalam

menghadapi liberalisasi perdagangan dimana tidak ada hambatan dalam

perdagangan, namun hal tersebut harus diikuti dengan adanya mutu dan kualitas

yang baik pada komoditi yang diperdagangkan sehingga dapat berperan penting

dalam perdagangan internasional. Potensi yang cukup besar tersebut dapat

menentukan keunggulan dan kemampuan yang dimiliki komoditi ubi kayu

Indonesia dalam menghadapi liberalisasi perdagangan.

2.2 Kondisi Eksisting Agroindustri Pengolahan Ubi Kayu di Indonesia

Indonesia merupakan negara penghasil ubi kayu terbesar keempat dari 5 negara

yaitu Nigeria, Brazil, Thailand, Indonesia, dan Kongo. Sekitar 60% dari total ubi

kayu di dunia dipenuhi oleh keempat negara tersebut (FAO, 2011). Dilihat dari

urutan negara penghasil ubi kayu terbesar di dunia, dapat dikatakan bahwa

Indonesia memiliki potensi dalam memproduksi ubi kayu. Potensi pengembangan

ubi kayu di Indonesia masih sangat luas yang didukung dengan lahan untuk

budidaya ubi kayu cukup luas serta cukup banyaknya industri yang mengolah ubi

kayu (Pusdatin, 2014). Produksi ubi kayu di Indonesia dapat diperoleh melalui

hubungan perbandingan lurus antara luas panen dan produktivitas itu sendiri.

Berdasarkan data yang dihimpun oleh Badan Pusat Statistik (2016), luas panen

Universitas Sumatera Utara


9

ubi kayu cenderung menurun sedangkan produktivitas cenderung meningkat.

Karena produksi ubi kayu merupakan perkalian antara luas panen dan

produktivitas, maka produksi ubi kayu di Indonesia mengalami fluktuasi namun

dapat dikatakan memiliki tren yang meningkat. Produksi, luas panen, dan

produktivitas ubi kayu di Indonesia disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Produksi, Luas Panen, dan Produktivitas Ubi Kayu di Indonesia


Produksi Luas Panen Produktivitas
Tahun
(Ton) (Ha) (Ton/Ha)
2008 21.756.991 1.204.933 18,057
2009 22.039.145 1.175.666 18,746
2010 23.918.118 1.183.047 20,217
2011 24.044.025 1.184.696 20,296
2012 24.177.372 1.129.688 21,402
2013 23.926.921 1.065.752 22,46
2014 23.436.384 1.003.494 23,355
2015 22.906.118 980.217 23,368
Sumber: Badan Pusat Statistika, 2016

Menurut Pusdatin (2014), Konsumsi rumah tangga ubi kayu di tingkat rumah

tangga di Indonesia selama tahun 2002-2013 mengalami kecenderungan menurun

dari tahun ke tahun. Dapat dilihat pada Tabel 3, rata-rata konsumsi rumah tangga

untuk kurun waktu 2002-2013 sebesar 6,64 kg/kapita/tahun dan laju rata-rata 12

menurun 6,49% setiap tahunnya. Konsumsi ubi kayu pada tingkat rumah tangga

disajikan pada Tabel 3.

Universitas Sumatera Utara


10

Tabel 3. Perkembangan Konsumsi Ubi Kayu Dalam Rumah Tangga di


Indonesia
Konsumsi Seminggu Konsumsi Setahun Pertumbuhan
Tahun
(Kg/Kapita/Minggu) (Kg/Kapita/Tahun) (%)
2002 0,163 8,499 -
2003 0,162 8,447 -0,61
2004 0,169 8,812 4,32
2005 0,162 8,447 -4,14
2006 0,141 7,352 -12,96
2007 0,134 6,987 -4,96
2008 0,147 7,665 9,70
2009 0,106 5,527 -27,89
2010 0,097 5,058 -8,49
2011 0,111 5,788 14,43
2012 0,069 3,598 -37,84
2013 0,067 3,494 -2,90
Rata - Rata 0,127 6,64 -6,49
Sumber: Susenas, Badan Pusat Statistika diolah Pusdatin, 2014

Pada tahun 2013, konsumsi ubi kayu dalam rumah tangga di Indonesia yaitu

sebesar 3,494 kg/kapita/tahun sedangkan jumlah penduduk di Indonesia yaitu

berkisar 249,9 juta penduduk (World Bank, 2015). Jika diakumulasikan konsumsi

ubi kayu dalam rumah tangga per tahun dengan jumlah penduduk 249,9 juta

penduduk, maka kemungkinan total ubi kayu yang dikonsumsi sebagai

permintaan ubi kayu pada rumah tangga yaitu sebesar 872,8 ribu ton ubi kayu atau

kurang lebih 3,6 persen dari total ubi kayu, sedangkan sisanya yaitu pemanfaatan

bahan baku industri seperti gaplek, bioetanol, olahan tepung, pakan ternak dan

ekspor yaitu berkisar 23 juta ton ubi kayu.

2.3 Tinjauan Teori

2.3.1 Nilai Tambah

Nilai tambah (value added) adalah pertambahan nilai suatu komoditas karena

mengalami proses produksi, pengangkutan ataupun penyimpanan dalam suatu

Universitas Sumatera Utara


11

produksi. Dalam proses produksi nilai tambah dapat didefenisiskan sebagai

selisih antara nilai produk dengan nilai biaya bahan baku dan input lainnya, tidak

termasuk tenaga kerja. Sedangkan marjin adalah selisih antara nilai produk

dengan harga bahan bakunya saja. Dalam marjin ini tercakup komponen faktor

produksi yang digunakan yaitu tenaga kerja, input lainnya dan balas jasa

pengusaha pengolahan (Hayami et al., 1987)

Menurut Hayami et al (1987) ada dua cara untuk menghitung nilai tambah yaitu

nilai tambah untuk pengolahan dan nilai tambah untuk pemasaran. Faktor-faktor

yang mempengaruhi nilai tambah untuk pengolahan dapat dikategorikan menjadi

dua faktor teknis dan faktor pasar. Faktor teknis yang berpengaruh adalah

kapasitas produksi, jumlah bahan baku yang digunakan untuk tenaga kerja.

Sedangkan faktor pasar yang berpengaruh adalah harga output, upah tenaga kerja,

harga bahan baku dan nilai input lain. Adapun perhitungan nilai tambah dapat

dilihat pada Tabel 4.

Universitas Sumatera Utara


12

Tabel 4. Perhitungan Nilai Tambah Metode Hayami


I. Output, Input dan Harga
1. Output/Produk Total (Kg/Proses Produksi) A
2. Input Bahan Baku (Kg/Proses Produksi) B
3. Input Tenaga Kerja (HOK/Proses Produksi) C
4. Faktor Konversi (Kg Output/Kg Bahan Baku) D = A/B
5. Koefisien Tenaga Kerja (HOK/Kg Bahan Baku) E = C/B
6. Harga Output (Rp/Kg) F
7. Upah Rata – Rata Tenaga Kerja
G
(Rp/Proses Produksi)
II. Penerimaan dan Keuntungan
8. Harga Input Bahan Baku (Rp/Kg) H
9. Sumbangan Input Lain (Rp/Kg) I
10. Nilai Output (Rp/Kg) J=DxF
11. Nilai Tambah (Rp/Kg) K=J–H–I
- Rasio Nilai Tambah (%) I% = K/J X 100
12. Pendapatan Tenaga Kerja (Rp/Kg) M = Exg
- Bagian Tenaga Kerja (%) N% = M/K x 100%
13. Keuntungan (Rp/Kg) O=K–M
- Tingkat Keuntungan (%) P% = O/J x 100%
III. Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi
14. Marjin (Rp/Kg) Q=J–H
- Pendapatan Tenaga Kerja (%) R% = M/Q x 100%
- Sumbangan Input Lain (%) S% = I/Q x100%
- Keuntungan Pengusaha (%) T% = O/Q x 100%
Sumber: Hayami et al., 1987

Dimana, kriteria ujinya yaitu:

a.Jika nilai tambah >50%, maka nilai tambah dikatakan tinggi.

b.Jika nilai tambah <50%, maka nilai tambah dikatakan rendah.

Metode Hayami ini sering dan umum digunakan pada subsistem pengolahan

dalam sistem agribisnis. Nilai tambah adalah selisih antara nilai komoditi yang

mendapat perlakuan pada tahap tertentu dikurangi dengan nilai korbanan yang

digunakan selama proses berlangsung. Konsep pendukung dalam metode ini

adalah faktor konversi, koefisien tenaga kerja dan nilai output.

Universitas Sumatera Utara


13

Adapun kelebihan dari menggunakan analisis nilai tambah menggunakan

metode hayami adalah:

a) Dapat diketahui besarnya nilai tambah, nilai output, dan produktivitas.

b) Dapat diketahui besarnya balas jasa terhadap pemilik-pemilik faktor produksi.

c) Prinsip nilai tambah menurut Hayami dapat diterapkan pula untuk sub system

lain diluar pengolahan, misalnya untuk kegiatan pemasaran.

Analisis nilai tambah pada metode Hayami juga memiliki kelemahan yaitu:

a) Pendekatan rata-rata tidak tepat jika diterapkan pada unit usaha yang

menghasilkan banyak produk dari satu jenis bahan baku.

b) Tidak dapat menjelaskan produk sampingan.

c. Sulit membandingkan yang dapat digunakan untuk menyimpulkan apakah

balas jasa terhadap pemilik faktor tersebut sudah layak.

Menurut Sudiyono (2004), besarnya nilai tambah karena proses produksi didapat

dari pengurangan biaya bahan baku dan input lainnya terhadap nilai produk yang

dihasilkan, tidak termasuk tenaga kerja. Dengan kata lain nilai tambah

menggambarkan imbalan bagi tenaga kerja, modal dan manajemen yang dapat

dinyatakan secara matematik sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


14

Nilai Tambah : f (K, B, T, U, H, h, L)

Dimana:

K = Kapasitas produksi.

B = Bahan baku yang digunakan.

T = Tenaga kerja yang digunakan.

U = Upah tenaga kerja.

H = Harga output.

h = Harga bahan baku.

L = Nilai input lain (nilai dan semua korbanan yang terjadi selama proses

perlakuan untuk menambah nilai).

Dari hasil perhitungan tersebut akan dihasilkan keterangan sebagai berikut:

1) Perkiraan nilai tambah (dalam Rupiah).

2) Rasio nilai tambah terhadap nilai produk yang dihasilkan (dalam%).

3) Imbalan bagi tenaga kerja (dalam Rupiah).

4) Imbalan bagi modal dalam manajemen (keuntungan yang diterima

perusahaan), dalam Rupiah (Sudiyono, 2004).

Untuk menghitung nilai tambah suatu bahan baku yang diolah menjadi produk

berbentuk lain maka dasar perhitungannya adalah sebagai berikut : bila kebutuhan

bahan baku tiap kali produksi diberi simbol a; dengan harga per kilogramnya

adalah b; output tiap kali produksi adalah c; maka factor konversi yang berlaku

adalahh = c/a. Harga output per kilogramnya diberi simbol d; biaya input total

selain bahan baku yang diolah adalah e; maka nilai produknya adalah f = h x .

Dari ketentuan tersebut bisa dihitung nilai tambah yang diperoleh pengrajin

adalah sebesar Rp. (f– e – b) per kilogramnya bahan baku (Budhisatyarini, 2008).

Universitas Sumatera Utara


15

2.3.2 SWOT

SWOT merupakan suatu instrument pengidentifikasian berbagai faktor yang

terbentuk secara sistematis yang digunakan untuk merumuskan strategi perusahan.

Pendekatanan analisis didasarakan pada logika yang dapat memaksimalkan

kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities) sekaligus meminimalkan

kelemahan (weakness) dan ancaman (threats) (Fajar, 2016).

1. Analisis Lingkungan Internal (Kekuatan dan Kelemahan)

Lingkungan Internal adalah elemen-elemen di dalam organisasi yang

mempengaruhi aktivitas manajemen untuk menghasilkan produk/jasa. Analisis

lingkungan internal meliputi analisis kekuatan dan kelemahan (Iskandarini, 2014).

Perusahaan memiliki lingkungan internal masing-masing. Lingkungan internal

tersebut yang nantinya akan memunculkan kelemahan dan kekuatan dari

perusahaan. Seperti halnya manusia, perusahaan juga tidak sempurna di semua

faktor. Ada saja faktor-faktor internal yang merupakan sisi lemah perusahaan dan

juga faktor lain yang merupakan kekuatan perusahaan (Senja, 2014).

Menurut Senja (2014) Salah satu faktor lingkungan internal adalah berdasarkan

kategori sumber daya. Sumber daya merupakan input yang dikerjakan dalam

aktivitas organisasi. Sumber daya yang dimiliki perusahaan sangat beragam,

diantaranya:

a) Manusia: Keterampilan, cara, kemampuan berkomunikasi dan berkolaborasi,

motivasi.

b) Sumber daya berwujud: Keuangan (tunai, kapasitas peminjaman), fisik

(mesin, peralatan, tanah, bahan baku).

Universitas Sumatera Utara


16

c) Sumber daya tidak berwujud: teknologi (hak paten, reputasi, budaya

perusahaan).

2. Analisis Lingkungan Eksternal (Peluang dan Ancaman)

Lingkungan eksternal adalah elemen-elemen diluarorganisasi yang mempengaruhi

aktivitas manajemen untuk menghasilkan produk/jasa. Analisis lingkungan

eksternal meliputi analisis peluang dan ancaman (Iskandarini, 2014).

Lingkungan eksternal perlu dianalisis sehingga dapat diantisipasi pengaruhnya

terhadap perusahaan. Selain pengaruh yang buruk, peluang juga banyak

bermunculan dari lingkungan eksternal. Faktor yang dianalisis merupakan faktor-

faktor luar yang memang berpengaruh dalam perkembangan perusahaan. Secara

garis besar lingkungan eksternal dibagi menjadi dua, yaitu lingkungan makro dan

mikro (Senja, 2014).

A. Lingkungan Makro

Lingkungan makro merupakan lingkungan umum yang memiliki kekuatan secara

luas sehingga dapat mempengaruhi seluruh industri secara umum, diantaranya:

a) Politik

Peran pemerintah dalam ranah politik biasanya karena kebijakan dan peraturan

yang mereka tetapkan. Beberapa contoh peran pemerintah dalam faktor politik,

antara lain:

1) Kebijakan kesehatan, ketenagakerjaan, bea masuk, inflasi, pertumbuhan

ekonomi.

2) Kebijakan fiskal atau pajak.

3) Kebijakan mengenai pelestarian lingkungan seperti polusi dan limbah.

Universitas Sumatera Utara


17

b) Ekonomi

Faktor ekonomi sebuah negara tentu akan berdampak pada perusahaan. Ekonomi

pasar yang sedang lemah akan menurunkan konsumsi senhingga pendapatan

peusahaan dapat berkurang. Salah satu faktor yang cukup berpengaruh adalah

nilai tukar mata uang. Hal ini akan berdampak pada perusahaan-perusahaan yang

mengimpor bahan baku dari luar negeri. Jika nilai tukar dalam negeri menurun

maka biaya untuk mendatangkan bahan baku juga lebih besar.

c) Teknologi

Saat ini perkembangan teknologi sangat berpengaruh terhadap daya saing

perusahaan. Perkembangan teknologi yang terjadi sebaiknya terus mendapatkan

perhatian sehingga perusahaan juga tidak ketinggalan degan perusahaan lainnya.

Faktor teknologi dapat termasuk dalam faktor internal ataupun eksternal.

Beberapa hal yang termasuk dalam faktor teknologi seperti: proses produksi,

informasi dan komunikasi, transportasi dan distribusi.

B. Lingkungan Mikro

Menurut Senja (2014), Lingkungan mikro sering juga disebut sebagai lingkungan

industri atau lingkungan kompetitif. Jika lingkungan makro bersifat global maka

lingkungan mikro bersifat lebih dekat dengan perusahaan.

1) Rintangan Untuk Masuk

Adanya rintangan untuk masuk kedalam suatu industri dapat mempengaruhi

jumlah perusahaan yang bersaing di dalamnya. Semakin sulit perusahaan baru

masuk maka semakin besar kekuatan perusahaan di dalam industri tersebut.

Universitas Sumatera Utara


18

2) Perusahaan Pesaing

Biasanya sebuah persaingan akan lebih ketat, jika: tidak ada pemimpin industri,

banyaknya jumlah kompetitor, peluang yang sedikit untuk membuat diferensiasi

produk.

3) Kekuatan Pemasok

Pemasok bahan baku memberi pengaruh langsung terhadap perusahaan berkatan

dengan ketersediaan bahan baku, kualitas dan juga harganya. Jika harganya naik

tentu biaya produksi sebuah produk menjadi naik juga, jika kualitasnya turun

maka kualitas produk juga bisa turun.

4) Kekuatan Pembeli

Tidak sedikit pembeli yang membandingkan dua antara kelemahan dan kelebihan

produk dari perusahaan yang berbeda. Posisi pembeli akan semakin kuat jika, ada

alternative sumber produk, kurangnya pembedaan, pesaing yang beranekaragam.

5) Ancaman dari Substitusi

Substitusi produk bisa jadi menguntungkan konsumen karena memiliki pilihan

produk lain yang bisa menggantikan produk utama. Produk substitusi bisa jadi

memiliki kelebihan baik dari segi harga ataupun kegunaan.

Menurut Freddy (2014) Sebelum melakukan analisis, maka diperlukan tahap

pengumpulan data yang terdiri atas 3 model yaitu :

1) Matriks Faktor Strategi Internal

Setelah faktor-faktor strategis internal suatu perusahaan diidentifikasi, suatu tabel

IFAS (Internal Strategic Factors Analysis Summary) disusun untuk merumuskan

faktor-faktor strategis internal tersebut. Tahapnya adalah :

Universitas Sumatera Utara


19

a) Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan perusahaan

dalam kolom 1.

b) Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom 2 dengan skala mulai dari 1,0

(paling penting) sampai 0,0 (Tidak penting), berdasarkan pengaruh faktor-

faktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan.

c) Hitung rating dalam kolom untuk masing-masing faktor dengan memberikan

skala mulai dari 4 (sangat baik) sampai dengan 1 (tidak baik), berdasarkan

pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan.

Variabel yang bersifat positif (semua variabel yang masuk kategori kekuatan),

sedangkan variabel yang bersifat negatif, diberi nilai sebaliknya (semua

variable yang masuk kategori kelemahan). Contohnya, jika kelemahan

berpengaruh sangat besar terhadap perusahaan nilainya adalah 4 dan jika

kelemahan tidak berpengaruh besar terhadap perusahaan nilainya adalah 1.

Rating ditentukan secara subjektif, berdasarkan pengaruh faktor-faktor

tersebut terhadap posisi strategis perusahaan.

d) Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh

skoring dalam kolom 4 yang nilainya bervariasi.

e) Jumlahkan skoring (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan

bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total menunjukkan bagaimana

perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategi internalnya.

Hasil dari identifikasi faktor kunci internal yang merupakan kekuatan dan

kelemahan, pembobotan dan rating dipindahkan ke tabel Matriks Faktor Strategi

Internal (IFAS).

Universitas Sumatera Utara


20

Tabel 5. Matriks Faktor Strategi Internal (IFAS)


Faktor Strategi Skoring
Rating Bobot
Internal (Rating x Bobot)
Kekuatan
1.
2.
3.
4.
5.
Kelemahan
1.
2.
3.
4.
5.
Sumber : Freddy 2014

2) Matriks Faktor Strategi Eksternal

Sebelum membuat matriks faktor strategi eksternal, kita perlu mengetahui terlebih

dahulu Eksternal Strategic Factors Analysis Summary (EFAS), Berikut adalah

cara-cara penentuan faktor strategi eksternal:

a) Tentukan faktor-faktor yang menjadi peluang serta ancaman perusahaan

dalam kolom 1.

b) Beri bobot masing-masing factor dalam kolom 2 dengan skala mulai dari 1,0

(paling penting) sampai 0,0 (Tidak penting), berdasarkan pengaruh faktor-

faktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan.

c) Hitung rating dalam kolom untuk masing-masing faktor dengan memberikan

skala mulai dari 4 (sangat baik) sampai dengan 1 (tidak baik), berdasarkan

pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan.

Variabel yang brsifat positif (semua variabel yang masuk kategori peluang),

sedangkan variabel yang bersifat negatif, diberi nilai sebaliknya (semua

Universitas Sumatera Utara


21

variabel yang masuk kategori ancaman). Contohnya, jika ancaman

berpengaruh sangat besar terhadap perusahaan nilainya adalah 4 dan jika

ancaman tidak berpengaruh besar terhadap perusahaan nilainya adalah 1.

Rating ditentukan secara subjektif, berdasarkan pengaruh faktor-faktor

tersebut terhadap posisi strategis perusahaan.

d) Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh

skoring dalam kolom 4 yang nilainya bervariasi.

e) Jumlahkan skoring (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan

bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total menunjukkan bagaimana

perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategi internalnya.

Hasil dari identifikasi faktor kunci eksternal yang merupakan peluang dan

ancaman, pembobotan dan rating dipindahkan ke tabel Matriks Faktor Strategi

Eksternal (EFAS).

Tabel 6. Tabel Matriks Faktor Strategi Eksternal (EFAS)


Faktor Strategi Skoring
Rating Bobot
Eksternal (Rating x Bobot)
Peluang
1.
2.
3.
4.
5.
Ancaman
1.
2.
3.
4.
5.
Sumber : Freddy, 2014

Universitas Sumatera Utara


22

3) Matriks Posisi

Hasil analisis pada tabel matriks faktor strategi internal dan faktor eksternal

ditetapkan pada matriks posisi dengan cara sebagai berikut (Fauzi, 2015):

a) Sumbu horizontal (x) menunjukkan kekuatan dan kelemahan, sedangkan

sumbu vertikal (y) menunjukkan peluang dan ancaman.

b) Posisi perusahaan ditentukan dengan hasil sebagai berikut:

1) Jika peluang lebih besar dari pada ancaman maka nilai y > 0 dan sebaliknya

kalau ancaman lebih besar dari pada peluang maka nilainya y < 0.

2) Jika kekuatan lebih besar dari pada kelemahan maka nilai x > 0 dan

sebaliknya kalau kelemahan lebih besar dari pada kekuatan maka nilainya

x < 0.

Gambar 1
Kuadran Analisis SWOT

Berbagai Peluang

3. Mendukung strategi 1. Mendukung strategi agresif


turn-around

Kelemahan Internal Kekuatan Internal

4. Mendukung strategi difensif 2. Mendukung strategi deversifikasi

Berbagai Ancaman

Sumber : Fauzi, 2015

Universitas Sumatera Utara


23

Kuadran 1: Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan, perusahaan

tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang

yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung

kebijakan pertumbuhan yang agresif (growth oriented strategy).

Kuadran 2: Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih

memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah

menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara

strategi diversifikasi (produk/pasar).

Kuadran 3: Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi di

lain pihak, ia menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Fokus strategi

perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan

sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.

Kuadran 4: Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan

tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.

2.4 Landasan Teori

2.4.1 Nilai Tambah Agroindustri Pengolahan Ubi Kayu

Faktor-faktor yang mendorong terciptanya nilai tambah agroindustri pengolahan

ubi kayu (Anderson and Hatt, 1994) yaitu:

1) Kualitas artinya produk dan jasa yang dihasilkan sesuai atau lebih dari

ekspetasi yang diharapkan oleh konsumen.

2) Fungsi, dimana produk dan jasa yang dihasilkan sesuai dengan fungsi yang

diminta dari masing-masing pelaku.

Universitas Sumatera Utara


24

3) Bentuk, produk yang dihasilkan sesuai dengan bentuk yang diinginkan

konsumen.

4) Tempat, produk yang dihasilkan sesuai dengan tempat.

5) Waktu, produk yang dihasilkan sesuai dengan waktu.

6) Kemudahan, dimana produk yang dihasilkan mudah dijangkau oleh konsumen.

2.4.2 SWOT : Alat Analisis Prospek Agroindustri Pengolahan Ubi Kayu

Matriks SWOT adalah alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis

perusahaan. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang

dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan

kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya (Freddy, 2014).

Tabel 7. Matriks SWOT


SW STRENGTHS WEAKNESS
Tentukan 3-5 faktor Tentukan 3-5 faktor kelemahan
OT kekuatan internal internal
OPPORTUNITIES STRATEGI SO STRATEGI WO
Tentukan 3-5 faktor Ciptakan strategi Ciptakan strategi yang
peluang eksternal yang menggunakan meminimalkan kelemahan
kekuatan untuk untuk memanfaatkan peluang
memanfaatkan
peluang
THREATHS STRATEGI ST STRATEGI WT
Tentukan 3-5 faktor Ciptakan strategi Ciptakan strategi yang
ancaman eksternal yang menggunakan meminimalkan kelemahan
kekuatan untuk untuk menghindari ancaman
mengatasi ancaman
Sumber : Freddy, 2014

Universitas Sumatera Utara


25

a) Strategi SO

Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan

memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang

sebesar-besarnya.

b) Strategi ST

Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk

mengatasi ancaman.

c) Strategi WO

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara

meminimalkan kelemahan yang ada.

d) Strategi WT

Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha

meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

2.5 Penelitian Terdahulu

1) Adapun penelitian terdahulu dilakukan oleh Juliana Sinukaban (2013), yang

telah menganalisis tentang Nilai Tambah Pengolahan Opak Pada Skala Industri

Rumah Tangga. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa nilai tambah yang

diperoleh dari proses penggolahan ubi kayu menjadi Opak adalah sebesar Rp.

441,90/ kg bahan baku yang digunakan dan hasil rasio nilai tambah pengolahan

Opak adalah sebesar 23,6%.

2) Adapun penelitian terdahulu dilakukan oleh Irpan Arya Pasaribu (2012)

Prospek Pengembangan Industri Pengolahan Ubi Kayu (Manihot Esculenta

Universitas Sumatera Utara


26

Crantz) Menjadi Tepung Tapioka Pada Pt. Sari Jaya Tani. Hasil penelitian

tersebut menyatakan bahwa nilai tambah yang diperoleh dari Strategi

pengembangan yang bisa dilakukan PT.Sari Jaya Tani yaitu Memanfaatkan

sumber dana milik sendiri untuk menghasilkan produk yang memiliki kualitas

yang baik strategi SO (Strength - Opportunities), yaitu (S1 dan O1). Dengan

adanya brend merek sudah di kenal dan mendapat standart halal dari LPPOM

MUI dan BPOM sehingga pangsa pasarnya bisa sampai keluar dari provinsi

Sumatera Utara (S2 dan O2). Pemanfaatan teknologi mesin yang digunakan

mampu menghasilkan produk yang baik (S3 dan O3).

2.6 Skema Kerangka Pemikiran

Proses pemanfaatan nilai tambah agroindustri ubi kayu akan memberikan nilai

tambah bagi ubi kayu itu sendiri. Sedangkan untuk menghasilkan produk-produk

turunan diperlukan faktor-faktor produksi lain mulai dari tenaga kerja, peralatan

produksi, bahan-bahan tambahan dan lain-lain yang merupakan bagian dari proses

pembuatan agroindustri ubi kayu.

Universitas Sumatera Utara


27

Secara umum kerangka teori pendekatan masalah dapat dilihat dalam bagan

kerangka teori pendekatan masalah sebagai berikut:

Ubi Kayu

Input Produksi

Biaya Variabel
- Bahan Baku
- Bahan Penunjang Proses Produksi

Biaya Tetap
- Penyusutan Peralatan
- Biaya Listrik
- Biaya PBB

Nilai Tambah

Prospek Agroindustri Ubi Kayu

Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran Nilai Tambah Agroindustri Ubi Kayu

2.7 Hipotesis Penelitian

Sesuai dengan identifikasi masalah dan berdasarkan tujuan penelitian, maka

hipotesis dapat dirumuskan yaitu:

1) Agroindustri ubi kayu di daerah penelitian menghasilkan nilai tambah yang

tinggi.

2) Agroindustri ubi kayu didaerah penelitian menempati matrik posisi white area

(Bidang Kuat-Berpeluang) artinya agroindustri ubi kayu didaerah penelitian

mempunyai kekuatan untuk mengerjakannya dan mempunyai peluang pasar

yang prospektif untuk dikembangkan.

Universitas Sumatera Utara


28

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Binjai Barat Kota Binjai. Pemilihan lokasi

dilakukan secara purposive, yaitu berdasarkan pertimbangan-pertimbangan

tertentu disesuaikan dengan tujuan penelitian (Singarimbun dan Efendi, 1989).

Pertimbangan pemilihan lokasi penelitian ini karena di daerah Kecamatan Binjai

Barat terdapat beberapa industri pengolahan (agroindustri) ubi kayu.

3.2 Metode Penentuan Subjek Penelitian

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengusaha industri

pengolahan (agroindustri) ubi kayu yang memiliki bahan baku (sendiri) atau yang

memperoleh bahan baku (dari orang lain). Populasi menurut Sugiyono (2013),

adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai

kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Penelitian ini dilakukan secara sensus, artinya dengan mengambil seluruh

populasi pengusaha industri pengolahan (agroindustri) ubi kayu yaitu sebanyak

12 subjek penelitian.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh secara langsung melalui wawancara kepada

pengusaha industri pengolahan (agroindustri) ubi kayu dengan menggunakan

daftar pertanyaan (kuesioner) yang dibuat terlebih dahulu. Sedangkan data

Universitas Sumatera Utara


29

sekunder merupakan data pelengkap yang diperoleh dari instansi atau lembaga

yang terkait dengan penelitian. Dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Data Primer dan Sekunder


No Jenis Data Sumber
1 Data Primer
-Karakteristik Subjek Pengusaha
-Nilai Tambah Pengolahan Ubi Kayu Pengusaha
-Faktor Internal yang Mempengaruhi Prospek Pengusaha
Agroindustri Ubi Kayu
-Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Pengusaha
Prospek Agroindustri Ubi Kayu
2 Data Sekunder
-Luas Panen Ubi Kayu Badan Pusat Statistik

Sumber : Data Primer diolah

3.4 Metode Analisis Data

1) Untuk tujuan (1) digunakan Metode Analisis Deskriptif yaitu untuk

mengetahui kondisi eksisting agroindustri pengolahan ubi kayu berdasarkan

informasi yang diperoleh di daerah penelitian.

2) Untuk tujuan (2) digunakan Metode Analisis Deskriptif yaitu untuk

mengetahui apa saja produk hilir agroindustri pengolahan ubi kayu berdasarkan

informasi yang diperoleh di daerah penelitian.

3) Untuk tujuan (3) yaitu untuk mengetahui berapa besar nilai tambah

agroindustri pengolahan ubi kayu menurut jenis produk hilir di daerah penelitian,

maka digunakan rumus perhitungan nilai tambah dengan metode Hayami.

Prosedur perhitungan nilai tambah menurut metode Hayami dapat dilihat pada

Tabel 9.

Universitas Sumatera Utara


30

Tabel 9. Perhitungan Nilai Tambah Metode Hayami


I. Output, Input dan Harga
1. Output/Produk Total (Kg/Proses Produksi) A
2. Input Bahan Baku (Kg/Proses Produksi) B
3. Input Tenaga Kerja (HOK/Proses Produksi) C
4. Faktor Konversi (Kg Output/Kg Bahan Baku) D = A/B
5. Koefisien Tenaga Kerja (HOK/Kg Bahan Baku) E = C/B
6. Harga Output (Rp/Kg) F
7. Upah Rata – Rata Tenaga Kerja
G
(Rp/Proses Produksi)
II. Penerimaan dan Keuntungan
8. Harga Input Bahan Baku (Rp/Kg) H
9. Sumbangan Input Lain (Rp/Kg) I
10. Nilai Output (Rp/Kg) J=DxF
11. Nilai Tambah (Rp/Kg) K=J–H–I
- Rasio Nilai Tambah (%) I% = K/J x 100%
12. Pendapatan Tenaga Kerja (Rp/Kg) M=ExG
- Bagian Tenaga Kerja (%) N% = M/K x 100%
13. Keuntungan (Rp/Kg) O=K–M
- Tingkat Keuntungan (%) P% = O/J x 100%
III. Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi
14. Marjin (Rp/Kg) Q=J–H
- Pendapatan Tenaga Kerja (%) R% = M/Q x 100%
- Sumbangan Input Lain (%) S% = I/Q x 100%
- Keuntungan Pengusaha (%) T% = O/Q x 100%
Sumber: Hayami et al., 1987

Dimana, kriteria ujinya yaitu:

a. Jika nilai tambah >50%, maka nilai tambah dikatakan tinggi.

b. Jika nilai tambah <50%, maka nilai tambah dikatakan rendah.

Universitas Sumatera Utara


31

4) Untuk tujuan (4) digunakan metode analisis SWOT. Sesuai dengan teori yang

telah dikemukakan alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis

adalah matriks SWOT. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana

ancaman dan peluang eksternal yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan

dan kelemahan yang dimilikinya.

Tabel 10. Matriks SWOT


SW STRENGTHS WEAKNESS
Tentukan 3-5 faktor Tentukan 3-5 faktor
OT kekuatan internal kelemahan internal
OPPORTUNITIES STRATEGI SO STRATEGI WO
Tentukan 3-5 faktor Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang
peluang eksternal menggunakan kekuatan meminimalkan kelemahan
untuk memanfaatkan untuk memanfaatkan
peluang peluang
THREATHS STRATEGI ST STRATEGI WT
Tentukan 3-5 faktor Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang
ancaman eksternal menggunakan kekuatan meminimalkan kelemahan
untuk mengatasi untuk menghindari ancaman
ancaman
Sumber : Freddy, 2014

Sebelum melakukan analisis data seperti di atas maka terlebih dahulu dilakukan

pengumpulan data. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan model

matriks faktor strategi internal, matriks faktor strategi eksternal seperti dibawah

ini:

Universitas Sumatera Utara


32

Tabel 11. Matriks Faktor Strategi Internal dan Matriks Faktor Strategi
Eksternal
Rating Kategori Faktor Internal Faktor Eksternal
4 Sangat Besar Kekuatan Peluang
3 Besar Kekuatan Peluang
2 Cukup Besar Kekuatan Peluang
1 TidakBesar Kekuatan Peluang
1 Sangat Besar Kelemahan Ancaman
2 Besar Kelemahan Ancaman
3 Cukup Besar Kelemahan Ancaman
4 Tidak Besar Kelemahan Ancaman
Sumber : Fauzi, 2015

Setiap faktor internal kekuatan dan faktor eksternal peluang diberi kategori sangat

besar sampai tidak besar dan diberi rating mulai dari 4 untuk kategori sangat besar

sampai 1 untuk kategori tidak besar. Dan untuk faktor internal kelemahan dan

faktor eksternal ancaman diberi kategori sangat sampai tidak besar dan diberi

rating mulai dari 1 untuk kategori sangat besar sampai 4 untuk kategori tidak

besar.

Universitas Sumatera Utara


33

Tabel 12. Tabel Matriks Faktor Strategi Internal/Eksternal


Faktor Strategi Rating Bobot Skoring
Internal/Eksternal (Rating x Bobot)
Kekuatan/Peluang
1.
2.
3.
4.
5.
Total Bobot Kekuatan/Peluang
Kelemahan/Ancaman
1.
2.
3.
4.
5.
Total Bobot Kelemahan/Ancaman
Sumber : Freddy, 2014

Berdasarkan tabel di atas, tahapan yang dilakukan dalam menentukan faktor

strateginya adalah menetukan faktor-faktor yang menjadi kelemahan kekuatan

serta peluang ancaman dalam kolom 1, lalu beri bobot masing-masing faktor

tersebut. Kemudian peringkatkan setiap faktor dari 4 (sangat besar) sampai 1

(tidak besar) dalam kolom 3 berdasarkan respon produsen terhadap faktor itu.

Kemudian yang terakhir, kalikan setiap bobot faktor dengan rating untuk

mendapatkan skoring dalam kolom 4. Setelah itu hasil analisis pada tabel matriks

faktor strategi internal dan faktor strategi eksternal ditetapkan pada matriks posisi.

Universitas Sumatera Utara


34

3.5 Definisi dan Batasan Operasional

3.5.1 Definisi Operasional

Definisi dan batasan operasional mengenai penulisan penelitian tersebut adalah

sebagai berikut:

1) Agroindustri pengolahan ubi kayu adalah usaha yang melakukan kegiatan

pengolahan ubi kayu menjadi berbagai produk olahan.

2) Produk hilir adalah produk yang diolah dari barang setengah jadi menjadi
barang jadi sehingga barang yang dihasilkan dapat langsung dikonsumsi atau

digunakan oleh konsumen.

3) Nilai tambah (value added) adalah pertambahan nilai suatu komoditas karena

mengalami proses produksi dan merupakan selisih nilai produk dengan harga

bahan baku dan sumbangan input lainnya (Rp/Kg).

4) Rasio nilai tambah adalah persentase nilai tambah ubi kayu terhadap nilai

produk(%).

5) Output adalah jumlah ubi kayu yang dihasilkan dalam satu kali proses

produksi dihitung dalam satuan kilogram (Kg/Proses Produksi).

6) Input bahan baku adalah faktor-faktor produksi yang digunakan untuk

memberikan nilai tambah ubi kayu. Input berupa ubi kayu (Kg/Proses

Produksi).

7) Keuntungan adalah laba bersih yang diperoleh pengrajin ubi kayu dari hasil

penjualan ubi kayu setelah dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan

(Rp/Kg).

8) Biaya produksi adalah seluruh biaya yang digunakan untuk proses produksi

ubi kayu di daerah penelitian.

Universitas Sumatera Utara


35

9) Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap pada berbagai kisaran

volume produksi pengolahan ubi kayu selama dalam rentang waktu tertentu.

10) Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya bertambah seiring

peningkatan volume produksi ubi kayu.

11) Bahan penunjang adalah semua bahan selain bahan baku dan tenaga kerja

langsung yang digunakan selama proses produksi berlangsung.

12) SWOT merupakan alat/metode yang digunakan untuk mengidentifikasi

berbagai faktor secara sistematis dan merumuskan pilihan-pilihan strategi.

13) Kekuatan (Strengths) adalah unsur-unsur dari lingkungan internal yang

dimiliki oleh perusahaan dan jika digunakan dengan baik akan memperkuat

tujuan atau sasaran.

14) Kelemahan (Weakness) adalah unsur-unsur dari lingkungan eskternal yang

dimiliki oleh perusahaan yang jika dibiarkan akan membuat tujuan menjadi

tidak tercapai.

15) Peluang (Opportunities) adalah unsur-unsur dari lingkungan eksternal yang

dihadapi oleh perusahaan dan jika gunakan secara efektif akan memungkinkan

sasaran dapat dicapai dengan baik.

16) Ancaman (Threaths) adalah unsur-unsur dari lingkungan eksternal yang

dihadapi oleh perusahaan dan jika dibiarkan akan membuat usaha semakin

melemah.

Universitas Sumatera Utara


36

3.5.2 Batasan Operasional

1) Penelitian dilakukan di Kecamatan Binjai Barat Kota Binjai.

2) Subjek dalam penelitian ini adalah pemilik usaha industri rumah tangga yang

memiliki bahan baku (ubi kayu) atau yang memperoleh bahan baku (ubi kayu)

dari orang lain. Serta memiliki jumlah produksi pengolahan ubi kayu segar ≥

1000 kg/tahun di Kecamatan Binjai Barat Kota Binjai.

3) Waktu penelitian dilaksanakan pada tahun 2020.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN
SUBJEK PENELITIAN

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian

Binjai Barat merupakan Kecamatan dengan ketinggian rata-rata + 30 meter di atas

permukaan laut, terletak pada posisi 3° 31’ 40” – 3° 40’ 2” Lintang Utara dan 98°

27’ 3” – 98°32’ 32” Bujur Timur. Luas wilayah Kecamatan Binjai Barat adalah

berupa daratan seluas 10,86 km2.

Secara administratif, wilayah Binjai Barat memiliki batas – batas area sebagai
berikut :

Utara : Kecamatan Binjai Utara


Selatan : Kabupaten Langkat
Barat : Kabupaten Langkat
Timur : Kecamatan Binjai Kota

Potensi industri di Kecamatan Binjai Barat adalah pengolahan ubi kayu. Jumlah

pengusaha ubi kayu di Kecamatan Binjai Barat sebanyak 12 pengusaha. Mulai

dari Mie Yeye, Opak, Rengginang dan Keripik. Dimana lokasi proses produksi

yang satu dengan yang lainnya tidak berjauhan sehingga sangat mudah untuk

menjangkau ataupun melihat langsung proses produksi ubi kayu tersebut.

37

Universitas Sumatera Utara


38

4.1.1 Keadaan Penduduk

4.1.1.1 Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tahun 2018

Penduduk Kecamatan Binjai Barat, Kota Binjai berjumlah 49.926 jiwa yaitu

terdiri dari 25.417 jiwa laki-laki dan 24.509 jiwa perempuan. Berdasarkan jumlah

penduduk menurut jenis kelamin di Kecamatan Binjai Barat dapat dilihat pada

Tabel 13 sebagai berikut:

Tabel 13. Jumlah Penduduk Dirinci Menurut Jenis Kelamin dan Kelurahan
di Kecamatan Binjai Barat Tahun 2018
Rasio Jenis
No Kelurahan Laki-Laki Perempuan Jumlah
Kelamin
1 Bandar
2.726 2.831 5.557 96
Senembah
2 Limau
4.363 3.383 7.746 129
Mungkur
3 Limau Sundai 3.666 3.769 7.435 97
4 Payaroba 5.957 5.886 11.843 101
5 Sukamaju 3.985 3.976 7.961 100
6 Sukaramai 720 4.664 9.384 101
Jumlah 25.417 24.509 49.926 104
Sumber : Kantor Kecamatan Binjai Barat, 2018

Penduduk Kecamatan Binjai Barat, Kota Binjai berjumlah 49.926 jiwa yaitu

terdiri dari 25.417 jiwa laki-laki dan 24.509 jiwa perempuan dengan jumlah rasio

antara laki-laki dengan perempuan sebesar 104. Berdasarkan kelompok umur

penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 14 sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


39

4.1.1.2 Penduduk Menurut Kelompok Umur Tahun 2018

Tabel 14. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kecamatan Binjai


Barat Tahun 2018
Umur Jumlah Penduduk Presentase
Golongan
(Tahun) (Jiwa) (%)
Produktif 15 - 54 30.303 60,70
Non Produktif 0 - 14 14.046 28,13
+
55 - 75 5.577 11,17
Total Penduduk 49.926 100
Sumber : Kantor Kecamatan Binjai Barat, 2018

Dapat dilihat pada Tabel 14 di atas bahwa jumlah penduduk menurut umur

produktif adalah sebanyak 30.303 jiwa dengan presentase sebesar 60,70%.

Sedangkan jumlah penduduk non produktif adalah sebanyak 19.623 jiwa dengan

prsentase sebesar 39,30%.

Universitas Sumatera Utara


40

4.1.1.3 Penduduk Menurut Kelurahan dan Agama yang dianut Tahun 2018

Tabel 15. Persentase Penduduk Menurut Kelurahan dan Agama yang


dianut di Kecamatan Binjai Barat Tahun 2018
No Kelurahan Islam Protestan Khatolik Hindu Budha Jumlah
1 Bandar
57,23 2,1 1,18 3.17 36,32 100
Senembah
2 Limau
90,3 4,93 4,17 0,28 0,32 100
Mungkur
3 Limau
99,72 0,28 - - - 100
Sundai
4 Payaroba 99,18 0,82 - - - 100
5 Sukamaju 21,95 0,84 1,32 7,95 37,94 100
6 Sukaramai 91,41 4,37 3,49 0,44 0,29 100
Jumlah 76,63 2,24 1,69 6,97 12,47 100
Sumber : Kantor Kecamatan Binjai Barat, 2020

Tabel 15 menunjukkan bahwa penduduk Kecamatan Binjai Barat pada tahun 2018

mayoritas beragama Islam yaitu sebanyak 76,63, yang beragama Protestan

sebanyak 2,24, yang beragama Khatolik sebanyak 1,6, yang beragama Hindu 6,97

dan yang beragama Budha 12,47.

4.1.1.4 Banyaknya Tenaga Kerja Yang Bekerja Menurut Lapangan

Pekerjaan Menurut Kelurahan di Kecamatan Binjai Barat

Tahun 2018

Mata pencaharian masyarakat Kecamatan Binjai Barat berbagai macam. Untuk

mengetahui lebih jelas mengenai mata pencaharian penduduk Kecamatan Binjai

Barat dapat dilihat pada Tabel 16 sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


41

Tabel 16. Banyaknya Tenaga Kerja Yang Bekerja Menurut Lapangan


Pekerjaan Menurut Kelurahan di Kecamatan Binjai Barat
Tahun 2018
Industri
PNS/
No Kelurahan Pertanian Rumah Lainnya Jumlah
ABRI
Tangga
1 Bandar
18 85 60 1.279 442
Senembah
2 Limau Mungkur 10 - 180 810 1.000
3 Limau Sundai 27 15 171 2.399 2.612
4 Payaroba 386 264 220 3.221 4.091
5 Sukamaju 112 155 78 3.012 3.357
6 Sukaramai 448 23 224 3.788 4.483
Jumlah 1.001 542 933 14.509 16.985
Sumber : Kantor Kecamatan Binjai Barat, 2018

Tabel 16 menunjukan bahwa penduduk Kecamatan Binjai Barat bermata

pencaharian dibidang pertanian yaitu sebesar 1.001 jiwa, yang bermata

pencaharian dibidang PNS/ABRI yaitu sebesar 933 jiwa dan yang bermata

pencaharian dibidang industri rumah tangga yaitu 542 jiwa sedangkan yang

lainnya paling banyak yaitu sebesar 14.509 jiwa.

4.1.2 Sarana dan Prasarana Tahun 2018

A) Kondisi Fasilitas Umum

Fasilitas umum merupakan bentuk pelayanan masyarakat yang bertujuan untuk

memberikan kemudahan masyarakat dalam melakukan aktifitas kehidupan

sehari-hari. Adapun fasilitas umum yang terdapat di Kecamatan Binjai Barat

antara lain, sarana pendidikan, sarana kesehatan dan sarana ibadah.

1) Sarana Pendidikan

Untuk menunjang kualitas sumber daya manusia, maka keberadaan fasilitas

pendidikan merupakan salah satu faktor terpenting dalam usaha pengembangan

pendidikannya. Selain itu, ketersediaan informasi penyebaran fasilitas pendidikan

Universitas Sumatera Utara


42

dapat dijadikan sebagai dasar dalam menilai sejauh mana tingkat kemajuan suatu

daerah.

Pendidikan merupakan sarana dalam usaha mencerdaskan bangsa dan negara,

menciptakan generasi muda dan sumber daya manusia yang siap pakai dalam

pembangunan bangsa pada masa yang akan datang. Berhasilnya suatu

pembangunan tidak terlepas dari tingkat pendidikan, dimana semakin maju tingkat

pendidikan berarti akan membawa dampak yang positif bagi masa depan dalam

berbagai ilmu kehidupan. Perkembangan pendidikan formal dan pendidikan

formal keagamaan di Kecamatan Binjai Barat memuat data SD, SMP, SMA.

Tabel 17. Sarana Pendidikan Tahun 2018


No Kelurahan SD SMP SMU/SMK Jumlah
Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta
1 Bandar
2 2 1 - - - 5
Senembah
2 Limau
5 1 - 2 - - 7
Mungkur
3 Limau
4 1 1 1 - - 7
Sundai
4 Payaroba 4 1 1 1 1 - 8
5 Sukamaju 3 2 - 2 - 2 9
6 Sukaramai 1 - - - - - 1
Jumlah 19 7 3 6 1 2 37
Sumber : Kantor Kecamatan Binjai Barat, 2018

Tabel 17 menunjukkan bahwa di Kecamatan Binjai Barat memiliki sarana

pendidikan sangat baik, yaitu sebanyak 37unit yang terdiri dari 19 Sekolah Dasar

Negeri (SDN), 7 Sekolah Dasar Swasta (SDS) , 3 Sekolah Menengah Pertama

Negeri (SMPN), 6 Sekolah Menengah Pertama Swasta (SMPS), 1 Sekolah

Menengah Umum Negeri/Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMUN/SMKN),

2 Sekolah Menengah Umum Swasta/Sekolah Menengah Kejuruan Swasta

(SMUS/SMKS).

Universitas Sumatera Utara


43

2) Prasarana Umum

Tabel 18. Sarana dan Prasarana Kesehatan Tahun 2018


Rumah Puskes-
No Kelurahan Pustu Posyandu Jumlah
Sakit mas
1 Bandar
- 1 - 7 8
Senembah
2 Limau
- - 1 7 8
Mungkur
3 Limau Sundai - - 1 6 7
4 Payaroba - 1 - 8 9
5 Sukamaju - - 1 5 6
6 Sukaramai - - 1 8 9
Jumlah 0 2 4 41 47
Sumber : Kantor Kecamatan Binjai Barat, 2018

Tabel 18 menunjukkan bahwa di Kecamatan Binjai Barat memiliki sarana

kesehatan sangat baik, yaitu sebanyak 47 unit yang terdiri dari posyandu 41 unit,

pustu 4 unit, puskesmas 2 unit dan rumah sakit 0(tidak ada).

Universitas Sumatera Utara


44

3) Sarana Ibadah

Tabel 19. Sarana dan Prasarana Rumah Ibadah Tahun 2018


Vihara/
No Kelurahan Masjid Musholla Gereja Pura Jumlah
Klenteng
1 Bandar
2 5 - - 8 15
Senembah
2 Limau Mungkur 6 11 1 - - 18
3 Limau Sundai 3 5 - - - 8
4 Payaroba 10 3 - - - 13
5 Sukamaju 4 6 - - 4 14
6 Sukaramai 7 5 - - - 12
Jumlah 32 35 1 0 12 80
Sumber : Kantor Kecamatan Binjai Barat, 2018

Tabel 19 menunjukkan bahwa di Kecamatan Binjai Barat memiliki sarana rumah

ibadah sangat baik, yaitu sebanyak 80 unit yang terdiri dari masjid 32 unit,

musholla 35 unit, gereja 1, vihara/klenteng 12 unit dan pura 0(tidak ada).

Universitas Sumatera Utara


45

4.2. Karakteristik Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah sebanyak 12 orang. Gambaran umum subjek penelitian

meliputi umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, dan lama

berusaha. Subjek penelitian dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20. Karakteristik Subjek Penelitian


Subjek Penelitian Satuan Rataan Range
Umur Tahun 45 23 - 69
Tingkat Pendidikan Tahun 10 6 - 15
Jumlah Tanggungan Jiwa 2 1-3
Lama Berusaha Tahun 19 2 - 30
Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 1), 2020

Tabel 20 menunjukkan bahwa rata-rata umur subjek penelitian adalah 44,75 tahun

dengan rentang antara 23-69 tahun. Dilihat dari tingkat pendidikan yang dijalani

oleh subjek penelitian rata-rata 10 tahun, hal ini menunjukkan bahwa tingkat

pendidikan subjek penelitian masih rendah. Jumlah tanggungan yang dimiliki oleh

subjek penelitian hanya 2, hal ini dikarenakan sebagian anak subjek penelitian

sudah menikah dan tidak lagi menjadi tanggungan subjek penelitian. Lama

berusaha dari subjek penelitian rata-rata 19 tahun dengan rentang 2-30 tahun, ini

menunjukkan sebagian besar subjek penelitian sudah memiliki pengalaman yang

sudah lama di bidang agroindustri ubi kayu.

Universitas Sumatera Utara


46

4.3. Proses Produksi Ubi Kayu

Di daerah penelitian agroindustri ubi kayu mengolah ubi kayu menjadi beberapa

beberapa produk olahan seperti Mie Yeye, Opak, Rengginang dan Keripik.

Berikut adalah gambaran proses produksi ubi kayu menjadi beberapa produk.

4.3.1 Proses Produksi Mie Yeye

Dari hasil pengamatan atau wawancara di daerah penelitian maka dapat diketahui

bagaimana cara produksi Mie Yeye dan berikut tahapannya :

1. Pengupasan Ubi Kayu

Proses pertama yang dilakukan untuk pengolahan Mie Yeye adalah pengupasan

ubi kayu. Ubi kayu dikupas kemudian setelah selesai dikupas langsung

dimasukkan ke dalam dandang.

2. Pengukusan Ubi Kayu

Setelah ubi kayu dikupas maka ubi kayu dimasukkan ke dalam dandang besar

yang telah berisi air mendidih, kemudian ubi kayu dikukus.

3. Pengepresan

Setelah ubi kayu di kukus maka ubi kayu di masukan ke dalam mesin press.

Dalam pengepresan dimasukan bumbu seperti garam. Hasil pengepressan

berbentuk seperti adonan.

4. Pencetakan

Setelah menghasilkan adonan, selanjutnya dimasukkan ke dalam mesin

pencetak Mie Yeye. Mie Yeye hasil cetakan selanjutnya akan di susun di tempat

penjemuran atau rigen.

Universitas Sumatera Utara


47

5. Penjemuran

Setelah Mie Yeye sudah dicetak, maka selanjutnya dilakukan penjemuran Mie

Yeye. Penjemuran sangat tergantung dengan terik sinar matahari.

6. Sortasi

Setelah Mie Yeye kering, maka dilakukan sortasi atau pengayakan untuk

pemilihan Mie Yeye yang bagus. Setelah itu Mie Yeye dikemas dengan

menggunakan karung atau pun plastik yang sederhana setelah selesai di kemas

Mie Yeye siap untuk dipasarkan.

Untuk lebih jelasnya mengenai tahapan proses produksi Mie Yeye, berikut

disajikan gambar proses produksi Mie Yeye mulai dari pengupasan hingga

pengemasan, serta kerangka proses produksi.

Universitas Sumatera Utara


48

1. Pengupasan Ubi Kayu 2. Pengukusan Ubi Kayu

3. Pengepresan Ubi Kayu 4. Hasil pengepresan Ubi Kayu

5. Pencetakan Mie Yeye 6. Penyusunan Mie Yeye ke Rigen

Universitas Sumatera Utara


49

7. Penjemuran Mie Yeye 8. Sortasi Mie Yeye

9. Pengemasan Mie Yeye

Gambar 3. Proses Produksi Mie Yeye

Universitas Sumatera Utara


50

4.3.2 Prose Produksi Opak

Dari hasil pengamatan atau wawancara di daerah penelitian maka dapat diketahui

bagaimana cara produksi Opak dan berikut tahapannya :

1. Pengupasan Ubi Kayu

Proses pertama yang dilakukan untuk pengolahan Opak adalah pengupasan ubi

kayu. Ubi kayu dikupas kemudian setelah selesai dikupas langsung dimasukkan

ke dalam ember untuk di cuci.

2. Pengukuran Ubi Kayu

Setelah ubi kayu dicuci maka ubi kayu dimasukkan ke dalam mesin kukur. Hasil

kukuran dimasukan bahan-bahan seperti garam.

3. Pencetakan

Setelah menghasilkan adonan, selanjutnya adonan dicetak ke dalam cetakan yang

berbentuk piringan Opak.

4. Pengukusan

Setelah Opak di cetak, maka selanjutnya Opak di masukkan ke dalam dandang

yang berisi air mendidih.

5. Penyusunan ke Rigen

Setelah di kukus, Opak dikeluarkan dari dalam dandang dan disusun ke tempat

penjemuran atau yang disebut dengan rigen.

6. Penjemuran

Setelah Opak sudah disusun, maka selanjutnya dilakukan penjemuran Opak.

Penjemuran sangat tergantung dengan terik sinar matahari.

Universitas Sumatera Utara


51

7. Sortasi

Setelah Opak kering, maka dilakukan sortasi atau pengayakan untuk pemilihan

Opak yang bagus. Setelah itu Opak dikemas dengan menggunakan karung atau

pun plastik yang sederhana setelah selesai di kemas Opak siap untuk dipasarkan.

Untuk lebih jelasnya mengenai tahapan proses produksi Opak, berikut disajikan

gambar proses produksi Opak mulai dari pengupasan hingga pengemasan. Serta

kerangka proses produksi.

Universitas Sumatera Utara


52

1. Pengupasan Ubi Kayu 2. Perendaman Ubi Kayu

3. Pengukuran Ubi Kayu 4. Hasil Pengukuran Ubi Kayu

5.
5. Adonan Opak 6. Pencetakan Opak

Universitas Sumatera Utara


53

7. Pengukusan Opak 8. Penyusunan Opak ke Rigen

9. Penjemuran Opak 10. Sortasi Opak

11. Pengemasan Opak

Gambar 4. Proses Produksi Opak

Universitas Sumatera Utara


54

4.3.3 Proses Produksi Rengginang

Dari hasil pengamatan atau wawancara di daerah penelitian maka dapat diketahui

bagaimana cara produksi Rengginang dan berikut tahapannya :

1. Pengupasan Ubi Kayu

Proses pertama yang dilakukan untuk pengolahan Rengginang adalah pengupasan

ubi kayu. Ubi kayu dikupas kemudian setelah selesai dikupas langsung

dimasukkan ke dalam ember untuk di cuci.

2. Pengukuran Ubi Kayu

Setelah ubi kayu dicuci maka ubi kayu dimasukkan ke dalam mesin kukur.

3. Pengayakan

Setelah mendapatkan hasil pengukuran, maka dilakukan pengayakan agar lebih

halus.

4. Pencetakan

Setelah menghasilkan adonan, selanjutnya adonan dicetak kedalam cetakan yang

berbentuk piringan Rengginang.

5. Pengukusan

Setelah Rengginang di cetak, maka selanjutnya Rengginang dimasukkan kedalam

dandang yang berisi air mendidih.

6. Penyusunan ke rigen

Setelah di kukus, Rengginang dikeluarkan dari dalam dandang dan disusun ke

tempat penjemuran atau yang disebut dengan rigen.

7. Penjemuran

Setelah Rengginang sudah disusun, maka selanjutnya dilakukan penjemuran

Rengginang. Penjemuran sangat tergantung dengan terik sinar matahari.

Universitas Sumatera Utara


55

7. Sortasi

Setelah Rengginang kering, maka dilakukan sortasi atau pengayakan untuk

pemilihan Rengginang yang bagus. Setelah itu Rengginang dikemas dengan

menggunakan karung atau pun plastik yang sederhana setelah selesai di kemas

Rengginang siap untuk dipasarkan.

Untuk lebih jelasnya mengenai tahapan proses produksi Rengginang, berikut

disajikan gambar proses produksi Rengginang mulai dari pengupasan hingga

pengemasan. Serta kerangka proses produksi.

Universitas Sumatera Utara


56

1. Pengupasan Ubi Kayu 2. Perendaman Ubi Kayu

3. Pengukuran Ubi Kayu 4. Pengayakan

5. Pencetakan Rengginang 6. Pengukusan Rengginang

Universitas Sumatera Utara


57

7. Penyusunan Rengginang ke Rigen 8. Penjemuran Rengginang

9. Sortasi Rengginang 10. Pengemasan Rengginang

Gambar 5. Proses Produksi Rengginang

Universitas Sumatera Utara


58

4.3.4 Proses Produksi Keripik

Dari hasil pengamatan atau wawancara di daerah penelitian maka dapat diketahui

bagaimana cara produksi Keripik dan berikut tahapannya :

1. Pengupasan Ubi Kayu

Proses pertama yang dilakukan untuk pengolahan Keripik adalah pengupasan ubi

kayu. Ubi kayu dikupas kemudian setelah selesai dikupas langsung dimasukkan

kedalam ember untuk di cuci.

2. Pencetakan

Setelah ubi kayu dicuci, lalu ubi kayu dicetak dengan mesin pencetak sehingga

berbentuk Keripik.

3. Perendaman

Setelah ubi kayu dicetak, maka dilakukan perendaman dan juga penyaringan ubi

kayu hasil cetakan.

4. Penggorengan

Setelah itu langsung dilakukan penggorengan, dan hasilnya menjadi Keripik.

5. Sortasi

Setelah Keripik digoreng atapun dimasak, maka dilakukan sortasi atau

pengayakan untuk pemilihan Keripik. Setelah itu Keripik dikemas dengan

menggunakan plastik yang sederhana setelah selesai di kemas Keripik siap untuk

dipasarkan.

Untuk lebih jelasnya mengenai tahapan proses produksi Keripik, berikut disajikan

gambar proses produksi Keripik mulai dari pengupasan hingga pengemasan. Serta

kerangka proses produksi.

Universitas Sumatera Utara


59

1. Pengupasan Ubi Kayu 2. Pencetakan Ubi Kayu

3.
3. Perendaman Ubi Kayu 4. Penyaringan Ubi Kayu

5. Penggorengan Keripik 6. Sortasi Keripik

Universitas Sumatera Utara


60

7. Pengemasan Keripik

Gambar 6. Proses Produksi Keripik

Universitas Sumatera Utara


61

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Kondisi Eksisting Agroindustri Pengolahan Ubi Kayu

Agroindustri pengolahan ubi kayu di Kecamatan Binjai Barat sudah banyak

mengalami perkembangan. Adapun jumlah pengusaha agroindustri pengolahan

ubi kayu yang masih berproduksi sebanyak 12 pengusaha, yang sudah tidak

produksi lagi sebanyak 10 pengusaha. Teknologi secara nyata diterapkan di

Kecamatan ini dimulai pada tahun 1990. Kebanyakan pengusaha sudah dapat

menghemat waktu dan melakukan pekerjaan lainnya dan sudah bisa dikatakan

penerapan teknologi modern dalam proses produksinya. Adapun yang

menggunakan mesin seperti produk Mie Yeye dan Keripik Ubi. Sedangkan Opak

dan Rengginang masih menggunakan manual atau masih menggunakan mesin

yang sederahana.

Penggunaan teknologi mesin juga sangat membantu pengusaha dalam menghemat

waktu, tenaga dan biaya. Walaupun modal investasi untuk alat dalam status

kepemilikan milik sendiri besar, namun alat dapat dipakai dalam beberapa tahun.

Para pengusaha banyak memakai mesin dalam proses produksinya. Namun

hubungan sosial yang dimiliki antar warga dan pengusaha, tidak menurunkan

interaksi antar warga. Karena dilihat dari segi tekonologi, sangat mudah

digunakan oleh siapa saja. Apalagi masih ada yang dilakukan secara manual.

Secara keseluruhan adaptasi teknologi dalam agroindustri pengolahan ubi kayu di

Kecamatan Binjai Barat memberikan banyak kemudahan dan kemajuan.

Walaupun adanya tekonologi, tidak mengurangi penghasilan karyawan

Universitas Sumatera Utara


62

dikarenakan penggunaan mesin. Pengusaha merasa kondisi usaha mereka lebih

baik ditambah dengan adanya modal dari instansi terkait, baik lembaga

pemerintah atau lainnya.

5.2 Produk Hilir Agroindustri Pengolahan Ubi Kayu

Produk hilir agroindustri pengolahan ubi kayu di Kecamatan Binjai Barat

memiliki berbagi produk olahan. Adapun produk yang terdapat di Kecamatan

Binjai Barat yaitu Mie Yeye, Opak, Rengginang dan Keripik, semua terbuat dari

ubi kayu.

1) Mie Yeye

Mie Yeye adalah makanan ringan yang terbuat dari singkong yang diparut, lalu

dibaut menjadi mie dalam bentuk kotak. Mie Yeye ini juga dikeringkan dengan

cara dijemur di bawah panas matahari lalu digoreng panas dalam minyak

goreng.

2) Opak

Opak adalah makanan ringan yang mirip kerupuk yang sangat populer, terbuat

dari tepung singkong, berbentuk bundar tipis dan rasanya gurih. Pada industri

rumah tangga atau industri berskala kecil, pencetakan Opak dilakukan secara

Universitas Sumatera Utara


63

manual diatas tungku pemanas. Selain kurang aman dan kurang nyaman,

proses pekerjaan ini juga sangat tidak efisien dan melelahkan.

3) Rengginang

Rengginang adalah sejenis kerupuk tebal yang terbuat dari singkong atau beras

ketan dibentuk bulat yang dikeringkan dengan cara dijemur di bawah panas

matahari lalu digoreng panas dalam minyak goreng dalam jumlah banyak.

4) Keripik Ubi

Keripik Ubi adalah makanan ringan yang dibuat dari irisan tipis umbi

singkong, digoreng, dengan diberi bumbu tertentu atau hanya diberi garam.

Pada pembuatannya Ubi dikupas, dicuci bersih, kemudian diiris tipis-tipis

(dapat menggunakan alat pemotong atau slicer). Irisan Ubi kemudian direndam

dala larutan natrium bisulfit 2000 ppm, atau dalam air garam. Kemudian

singkong digoreng dalam minyak yang panas. Setelah ditiriskan Keripik Ubi

dapat langsung dikemas. Selama ini orang berpendapat bahwa tapai dan

Universitas Sumatera Utara


64

peuyeum adalah sama, tetapi sebenarnya terdapat perbedaan yang sangat

mendasar.

Kota Binjai khususnya sentra produksi ubi kayu terdapat di Kecamatan Binjai

Barat. Karena banyaknya pengusaha yang mengolah ubi kayu di daerah tersebut.

Sistem pemasaran juga terbilang cukup mudah. Karena pembeli datang langsung

ke tempat produksi dan juga bisa melihat proses produksi olahan ubi kayu

tersebut. Pembeli juga ada dari luar kota, baik dari Langkat dan juga Medan.

Begitu juga tempat produksi tidak jauh dari pasar, sehingga banyak pembeli yang

menjual lagi ke pasar. Namun produk yang dihasilkan di Kecamatan Binjai Barat

ini perlu diketahui hanya Keripik saja yang bisa langsung dikonsumsi sedangkan

Mie Yeye, Opak dan Rengginang merupakan produk intermediate atau produk

setengah jadi.

5.3 Nilai Tambah Agroindustri Ubi Kayu

Menurut Hayami et al (1987), nilai tambah (value added) adalah pertambahan

nilai suatu komoditas karena mengalami proses produksi, pengangkutan ataupun

penyimpanan dalam suatu produksi. Dalam proses produksi, nilai tambah dapat

didefenisiskan sebagai selisih antara nilai produk dengan nilai biaya bahan baku

dan input lainnya, tidak termasuk tenaga kerja. Sedangkan marjin adalah selisih

Universitas Sumatera Utara


65

antara nilai produk dengan harga bahan bakunya saja. Dalam marjin ini tercakup

komponen faktor produksi yang digunakan yaitu tenaga kerja, input lainnya dan

balas jasa pengusaha.

5.3.1 Penggunaan Input Dalam Pengolahan Ubi Kayu

Input merupakan unsur-unsur pokok yang dibutuhkan dalam proses produksi

untuk menghasilkan suatu output. Adapun penggunaan input dalam proses

produksi ubi kayu meliputi bahan baku, sumbangan input lain seperti; royco,

garam, bawang putih, ketumbar, tepung kanji, cabai, udang kecepe, minyak

goreng, plastik, kemasan, lilin, kayu bakar dan listrik, alat-alat pembuatan Mie

Yeye, Opak, Rengginang, Keripik dan tenaga kerja.

5.3.1.1 Penggunaan Bahan Baku

Kegiatan pengadaan bahan baku merupakan kegiatan paling penting yang dapat

mempengaruhi proses produksi suatu usaha. Bahan baku dalam pengolahan ubi

kayu di daerah penelitian adalah daging ubi kayu. Bahan baku diperoleh dari

daerah-daerah di sekitar Kecamatan Binjai Barat ataupun masih sekitar Kota

Binjai. Berikut keterangan lebih lanjut mengenai penggunaan bahan baku dalam

usaha pengolahan ubi kayu.

Universitas Sumatera Utara


66

Tabel 21. Rata-Rata Frekuensi Pengolahan Mie Yeye, Opak, Rengginang,


Keripik dan Bahan Ubi Kayu Dalam Industri Pengolahan
Ubi Kayu Sekali Produksi
No Uraian Hari
1 Mie Yeye
Frekuensi Pembuatan -
Bahan Ubi Kayu (Kg) 500
2 Opak
Frekuensi Pembuatan -
Bahan Ubi Kayu (Kg) 322
3 Rengginang
Frekuensi Pembuatan -
Bahan Ubi Kayu (Kg) 87
4 Keripik
Frekuensi Pembuatan -
Bahan Ubi Kayu (Kg) 300
Sumber : Lampiran 2,12,23,34 (diolah), 2020

Tabel 21 menunjukkan bahwa rata-rata frekuensi pengolahan Mie Yeye, Opak,

Rengginang dan Keripik per hari untuk Mie Yeye bahan ubi kayu per harinya 500

kg, bahan ubi kayu untuk Opak per harinya 322 kg, bahan ubi kayu untuk

Rengginang per harinya 87 kg dan bahan ubi kayu untuk Keripik per harinya 300

kg.

5.3.2 Sumbangan Input Lain

Selain bahan baku ubi kayu, dalam pengolahan Mie Yeye, Opak, Rengginang, dan

Keripik juga dibutuhkan sumbangan input lain yaitu bahan penunjang dan

investasi modal asing atau biaya penyusutan.

5.3.2.1 Penggunaan Bahan Penunjang

Beberapa bahan penunjang seperti royco, garam, bawang putih, ketumbar, tepung

kanji, cabai, udang kecepe, minyak goreng, plastik, kemasan, lilin, kayu dan

listrik. Secara rinci bahan penunjang yang digunakan dalam pengolahan ubi kayu

dapat dilihat pada Tabel 22 berikut:

Universitas Sumatera Utara


67

Tabel 22. Rata-Rata Biaya Bahan Penunjang yang Digunakan Dalam


Pengolahan Mie Yeye, Opak, Rengginang, Keripik dan
Penggunaan Ubi Kayu Kayu Sekali Produksi
No Jenis Produk Biaya Bahan Penunjang (Rp)
1 Mie Yeye 161.008,92
2 Opak 157.970,10
3 Rengginang 155.451,37
4 Keripik 1.367.023,79
Sumber : Lampiran 3,15,26,36 (diolah), 2020

Tabel 22 menunjukkan bahwa dalam sehari pengolahan Mie Yeye di daerah

penelitian rata-rata mengeluarkan biaya penunjang sebesar Rp. 161.008,92 untuk

500kg ubi kayu, pengolahan Opak rata-rata mengeluarkan biaya penunjang

sebesar Rp. 157.970,10 untuk 322kg ubi kayu, pengolahan Rengginang rata-rata

mengeluarkan biaya penunjang sebesar Rp. 155.451,37 untuk 87kg ubi kayu dan

pengolahan Keripik rata-rata mengeluarkan biaya penunjang sebesar

Rp. 1.367.023,79 untuk 300kg ubi kayu.

5.3.3 Penggunaan Modal Investasi

Ketersediaan modal yang mencukupi dalam menjalankan suatu usaha sangat

diperlukan demi keberlangsungan usaha yang dijalankan. Besar atau kecilnya

modal yang digunakan tergantung skala usahanya. Semakin besar usaha yang

dijalankan semakin besar modal yang digunakan dan demikian sebaliknya.

Adapun penggunaan modal investasi dalam pengolahan ubi kayu di daerah

penelitian dapat dilihat pada Tabel 23 berikut.

Universitas Sumatera Utara


68

Tabel 23. Rata-Rata Biaya Penyusutan Peralatan Sekali Produksi


Pembuatan Mie Yeye, Opak, Rengginang, dan Keripik
No Jenis Produk Biaya Penyusutan Peralatan (Rp)
1 Mie Yeye 8.827,71
2 Opak 8.358,00
3 Rengginang 2.169,99
4 Keripik 670,63
Sumber : Lampiran 7,18,29,39 (diolah), 2020

Tabel 23 menunjukkan bahwa dalam sehari pengolahan Mie Yeye di daerah

penelitian rata-rata mengeluarkan biaya penyusutan peralatan sebesar

Rp. 8.827,71, pengolahan Opak rata-rata mengeluarkan biaya penyusutan

peralatan sebesar Rp. 8.358, pengolahan Rengginang rata-rata mengeluarkan

biaya penyusutan peralatan sebesar Rp. 2.169,99 dan pengolahan Keripik rata-

rata mengeluarkan biaya penyusutan peralatan sebesar Rp. 670,63.

Universitas Sumatera Utara


69

5.3.4 Penggunaan Tenaga Kerja

Tabel 24. Rata-Rata Penggunaan Tenaga Kerja Dalam Pengolahan Mie


Yeye, Opak, Rengginang dan Keripik di Daerah Penelitian Per
Hari
Penggunaan Tenaga Upah Tenaga Kerja
No Uraian
Kerja (HKO) (Rp/HKO)
1 Mie Yeye 5,33 116.000
2 Opak 2,82 88.266,67
3 Rengginang 1,51 58.571,43
4 Keripik 1,875 64.000
Sumber : Lampiran 9,20,31,41 (diolah), 2020

Pada tabel 24 menunjukkan bahwa rata-rata jumlah tenaga kerja yang digunakan

dalam pengolahan Mie Yeye adalah sebesar 5,33 HKO sekali produksinya dengan

rata-rata upah tenaga kerja per harinya sebesar Rp. 116.000 per HKO, untuk

pengolahan Opak adalah sebesar 2,82 HKO sekali produksinya dengan rata-rata

upah tenaga kerja per harinya sebesar Rp. 88.266,67 per HKO, untuk pengolahan

Rengginang adalah sebesar 1,51 HKO sekali produksinya dengan rata-rata upah

tenaga kerja per harinya sebesar Rp. 58.571,43 per HKO, dan untuk pengolahan

Keripik adalah sebesar 1,875 HKO sekali produksinya dengan rata-rata upah

tenaga kerja per harinya sebesar Rp. 64.000 per HKO, dimana tenaga kerja yang

digunakan adalah tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja di daerah

penelitian cukup tersedia.

5.3.5 Biaya Produksi, Penerimaan dan Keuntungan Pengolahan Mie Yeye,

Opak, Rengginang dan Keripik

Biaya produksi Mie Yeye, Opak, Rengginang dan Keripik merupakan keseluruhan

dari biaya yang dikeluarkan ataupun digunakan oleh subjek penelitian pengusaha

Mie Yeye, Opak, Rengginang dan Keripik. Adapun biaya tersebut digolongkan

menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap terdiri dari biaya penyusutan

Universitas Sumatera Utara


70

peralatan, biaya listri dan biaya PBB. Serta biaya variabel terdiri dari biaya bahan

baku yaitu ubi kayu, royco, garam, bawang putih, ketumbar, tepung kanji, cabai,

udang kecepe, minyak goreng, plastik, kemasan, lilin, kayu bakar. Dalam

menghitung pendapatan bersih pengolahan Mie Yeye, Opak, Rengginang dan

Keripik di daerah penelitian dalam sekali produksi diperoleh dari hasil penjualan

Mie Yeye, Opak, Rengginang dan Keripik dikurangi dengan total biaya dalam

sekali produksi. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada Tabel 25 berikut ini.

Tebel 25. Rata-Rata Biaya Produksi, Penerimaan, dan Keuntungan


Pengolahan Mie Yeye, Opak, Rengginang dan Keripik di Daerah
Penelitian dalam Sekali Produksi
Mie Yeye Opak Rengginang Keripik
No Uraian
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
1 Penerimaan 1.541.667 1.032.000 460.000 3.000.000
2 Biaya Produksi
a. Biaya Tetap 8.827,71 8.358,09 2.169,99 670,63
b. Biaya Variabel
Biaya Bahan Baku 616.666,67 475.000,00 117.333,33 600.000,00
Biaya Input Lain 161.008,92 157.970,10 155.451,37 1.367.023,79
Biaya Tenaga Kerja 116.000,00 88.266,67 58.571,43 64.000
Total Biaya (TC) 902.503,29 729.594,86 333.526,13 2.031.694,42
3 Keuntungan 639.163,37 302.405,14 126.473,87 968.305,58
Sumber : Lampiran 10,21,32,42 (diolah), 2020

Pada tabel 25 menunjukkan bahwa rata-rata penerimaan Mie Yeye di daerah

penelitian adalah sebesar Rp. 1.541.667. Rata-rata keuntungan pengolahan Mie

Yeye di daerah penelitian diperoleh dari pengurangan antara penerimaan dengan

total biaya. Maka dihasilkan rata-rata keuntungan pengolahan Mie Yeye sebesar

Rp. 639.163,37 dalam sekali produksinya, untuk penerimaan Opak di daerah

penelitian adalah sebesar Rp. 1.032.000. Rata-rata keuntungan pengolahan Opak

di daerah penelitian diperoleh dari pengurangan antara penerimaan dengan total

biaya. Maka dihasilkan rata-rata keuntungan pengolahan Opak sebesar

Rp. 302.405,14 dalam sekali produksinya, untuk penerimaan Rengginang di

Universitas Sumatera Utara


71

daerah penelitian adalah sebesar Rp. 460.000. Rata-rata keuntungan pengolahan

Rengginang di daerah penelitian diperoleh dari pengurangan antara penerimaan

dengan total biaya. Maka dihasilkan rata-rata keuntungan pengolahan Rengginang

sebesar Rp. 126.473,87 dalam sekali produksinya dan untuk untuk penerimaan

Keripik di daerah penelitian adalah sebesar Rp. 3.000.000. Rata-rata keuntungan

pengolahan Keripik di daerah penelitian diperoleh dari pengurangan antara

penerimaan dengan total biaya. Maka dihasilkan rata-rata keuntungan pengolahan

Keripik sebesar Rp. 968.305,58 dalam sekali produksinya.

5.3.6 Perhitungan Nilai Tambah Hasil Pengolahan Mie Yeye, Opak,

Rengginang dan Keripik

Metode analisis data yang digunakan untuk menghitung besarnya nilai tambah

yang diperoleh dari pengolahan Mie Yeye, Opak, Rengginang dan Keripik adalah

Metode Hayami. Kelebihan Metode Hayami adalah dapat diketahui besarnya nilai

tambah, nilai output, dan produktivitas, serta dapat diketahui besarnya balas jasa

terhadap pemilik-pemilik faktor produksi. Berikut ini merupakan tabel

perhitungan nilai tambah usaha pengolahan Mie Yeye, Opak, Rengginang dan

Keripik menggunakan Metode Hayami:

Universitas Sumatera Utara


72

Tabel 26. Nilai Tambah Hasil Pengolahan Mie Yeye, Opak, Rengginang dan
Keripik
Variabel Nilai
I. Input, Output dan Harga Mie Yeye Opak Rengginang Keripik
1. Output (Kg) 243 126 35 100
2. Input (Kg) 500 322 87 300
3. Tenaga Kerja (HKO) 5,00 2,82 1,51 1,875
4. Faktor Konversi 0,49 0,39 0,40 0,33
5. Koefisien Tenaga Kerja
0,010 0,009 0,017 0,006
(HKO/kg)
6. Harga Output (Rp) 6.333 7.800 13.000 30.000
7. Upah Tenaga Kerja
116.000 88.267 58.571,43 64.000
(Rp/HKO)
II Penerimaan Dan Keuntungan
8. Harga Bahan Baku (Rp/kg) 1.233 1.400 1.333 2.000
9. Sumbangan Input Lain
339,67 516,55 1.811,74 4.558,98
(Rp/kg)
10. Nilai Output (Rp/kg) 3.082 3.052,17 5.230 10.000
11. a. Nilai Tambah (Rp/kg) 1.509,22 1.135,63 2.084,81 3.441,02
b. Rasio Nilai Tambah (%) 48,97% 37,21% 39,86% 34,41%
12. a. Pendapatan Tenaga Kerja
1.160,00 773,02 1.015,46 400,00
(Rp/kg)
b. Bagian Tenaga Kerja (%) 76,86% 68,07% 48,7% 11,62%
13. a. Keuntungan (Rp/kg) 349,22 362,61 1.069,35 3.041,02
b. Tingkat Keuntungan (%) 11,33% 11,88% 20,45% 30,41%
II. Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi
14. Marjin (Rp/kg) 1.849 1.652 3.897 8.000
a. Pendapatan Tenaga Kerja
62,74% 46,79% 26,06% 5,00%
Langsung (%)
b. Sumbangan Input Lain (%) 18,37% 31,26% 46,50% 56,99%
c. Keuntungan Pemilik
18,89% 21,95% 27,44% 38,01%
Perusahaan (%)
Sumber : Lampiran 11,22,33,43 (diolah), 2020

Penjelasan mengenai perhitungan pada tabel 26 adalah sebagai berikut:

1) Input, Output dan Harga

a) Pertama, untuk rata-rata Mie Yeye yang dihasilkan oleh pengusaha adalah

sebesar 243 kg dengan mengolah ubi kayu sebanyak 500 kg. Nilai rata-rata

ini dapat di peroleh dengan menjumlahkan seluruh output berupa Mie Yeye

kemudian dibagi dengan jumlah subjek penelitian yaitu sebanyak 3

Universitas Sumatera Utara


73

pengusaha Mie Yeye. Begitu juga pada kebutuhan input. Seluruh ubi kayu

yang digunakan untuk memproduksi Mie Yeye dijumlahkan lalu dibagi

dengan jumlah pengusaha. Sehingga faktor konversi adalah sebesar 0,49.

Faktor konversi ini diperoleh dengan membandingkan antara rata-rata output

dengan rata-rata input produksi. Faktor konversi ini menunjukkan bahwa

setiap 1 kg ubi kayu yang diolah akan menghasilkan Mie Yeye seberat 0,49

kg.

Rata-rata tenaga kerja yang digunakan dalam pengolahan Mie Yeye adalah

sebanyak 5,00 HOK, sehingga koefisien tenaga kerja yang digunakan dalam

mengolah 1kg Mie Yeye adalah 0,010 dengan upah tenaga kerja sebesar Rp.

116.000/HKO. Ratarata tenaga kerja diperoleh dari jumlah seluruh tenaga

kerja yang digunakan dalam Proses Produksi Mie Yeye, kemudian jumlah

tersebut dibagi dengan jumlah pengusaha Mie Yeye (Subjek Penelitian).

Koefisien tenaga kerja diperoleh dari perbandingan rata-rata tenaga kerja

yang digunakan dengan rata-rata input yang digunakan dalam Proses

Produksi Mie Yeye. Upah tenaga kerja diperoleh dengan menjumlahkan

seluruh biaya tenaga kerja kemudian dibagi dengan dengan jumlah seluruh

tenaga kerja.

b) Kedua, untuk rata-rata Opak yang dihasilkan oleh pengusaha adalah sebesar

1.26 kg dengan mengolah ubi kayu sebanyak 322 kg. Nilai rata-rata ini dapat

di peroleh dengan menjumlahkan seluruh output berupa Opak kemudian

dibagi dengan jumlah subjek penelitian yaitu sebanyak 5 pengusaha Opak.

Begitu juga pada kebutuhan input. Seluruh ubi kayu yang digunakan untuk

memproduksi Opak dijumlahkan lalu dibagi dengan jumlah pengusaha.

Universitas Sumatera Utara


74

Sehingga faktor konversi adalah sebesar 0,39. Faktor konversi ini diperoleh

dengan membandingkan antara rata-rata output dengan rata-rata input

produksi. Faktor konversi ini menunjukkan bahwa setiap 1 kg ubi kayu yang

diolah akan menghasilkan Opak seberat 0,39 kg.

Rata-rata tenaga kerja yang digunakan dalam pengolahan Opak adalah

sebanyak 2,82 HOK, sehingga koefisien tenaga kerja yang digunakan dalam

mengolah 1kg Opak adalah 0,009 dengan upah tenaga kerja sebesar Rp.

88.267/HKO. Rata-rata tenaga kerja diperoleh dari jumlah seluruh tenaga

kerja yang digunakan dalam proses produksi Opak, kemudian jumlah tersebut

dibagi dengan jumlah pengusaha Opak (Subjek Penelitian). Koefisien tenaga

kerja diperoleh dari perbandingan rata-rata tenaga kerja yang digunakan

dengan rata-rata input yang digunakan dalam proses produksi Opak. Upah

tenaga kerja diperoleh dengan menjumlahkan seluruh biaya tenaga kerja

kemudian dibagi dengan dengan jumlah seluruh tenaga kerja.

c) Ketiga, untuk rata-rata Rengginang yang dihasilkan oleh pengusaha adalah

sebesar 35 kg dengan mengolah ubi kayu sebanyak 87 kg. Nilai rata-rata ini

dapat di peroleh dengan menjumlahkan seluruh output berupa Rengginang

kemudian dibagi dengan jumlah subjek penelitian yaitu sebanyak 3

pengusaha Rengginang. Begitu juga pada kebutuhan input. Seluruh ubi kayu

yang digunakan untuk memproduksi Rengginang dijumlahkan lalu dibagi

dengan jumlah pengusaha. Sehingga faktor konversi adalah sebesar 0,40.

Faktor konversi ini diperoleh dengan membandingkan antara rata-rata output

dengan rata-rata input produksi. Faktor konversi ini menunjukkan bahwa

Universitas Sumatera Utara


75

setiap 1 kg ubi kayu yang diolah akan menghasilkan Rengginang seberat 0,40

kg.

Rata-rata tenaga kerja yang digunakan dalam pengolahan Rengginang adalah

sebanyak 1,51 HOK, sehingga koefisien tenaga kerja yang digunakan dalam

mengolah 1kg Rengginang adalah 0,017 dengan upah tenaga kerja sebesar

Rp. 58.571,43/HKO. Rata-rata tenaga kerja diperoleh dari jumlah seluruh

tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi Rengginang, kemudian

jumlah tersebut dibagi dengan jumlah pengusaha Rengginang (subjek

penelitian). Koefisien tenaga kerja diperoleh dari perbandingan rata-rata

tenaga kerja yang digunakan dengan rata-rata input yang digunakan dalam

proses produksi Rengginang. Upah tenaga kerja diperoleh dengan

menjumlahkan seluruh biaya tenaga kerja kemudian dibagi dengan dengan

jumlah seluruh tenaga kerja.

d) Keempat, untuk Keripik yang dihasilkan oleh pengusaha adalah sebesar 100

kg dengan mengolah ubi kayu sebanyak 300 kg. Nilai ini dapat di peroleh

dengan menjumlahkan seluruh output berupa Keripik. Begitu juga pada

kebutuhan input. Seluruh ubi kayu yang digunakan untuk memproduksi

Keripik dijumlahkan lalu dibagi dengan jumlah pengusaha. Sehingga faktor

konversi adalah sebesar 0,33. Faktor konversi ini diperoleh dengan

membandingkan antara rata-rata output dengan rata-rata input produksi.

Faktor konversi ini menunjukkan bahwa setiap 1 kg ubi kayu yang diolah

akan menghasilkan Keripik seberat 0,33 kg.

Rata-rata tenaga kerja yang digunakan dalam pengolahan Keripik adalah

sebanyak 1,875 HOK, sehingga koefisien tenaga kerja yang digunakan dalam

Universitas Sumatera Utara


76

mengolah 1kg Keripik adalah 0,006 dengan upah tenaga kerja sebesar Rp.

64.000/HKO. Rata-rata tenaga kerja diperoleh dari jumlah seluruh tenaga

kerja yang digunakan dalam proses produksi Keripik. Koefisien tenaga kerja

diperoleh dari perbandingan rata-rata tenaga kerja yang digunakan dengan

rata-rata input yang digunakan dalam proses produksi Keripik. Upah tenaga

kerja diperoleh dengan menjumlahkan seluruh biaya tenaga kerja kemudian

dibagi dengan dengan jumlah seluruh tenaga kerja.

2) Penerimaan dan Keuntungan

a) Pertama, untuk rata-rata harga bahan baku yang digunakan untuk pengolahan

Mie Yeye di daerah penelitian adalah Rp. 1.233/Kg. Sedangkan rata-rata

sumbangan input lain dalam pengolahan Mie Yeye adalah Rp. 339,67/Kg

bahan baku. Rata-rata harga output produk Mie Yeye adalah Rp. 6.333/Kg

dan rata-rata nilai output adalah Rp. 3.082/Kg.

Dapat diketahui bahwa rata-rata nilai tambah yang diperoleh dari usaha

pengolahan ubi kayu menjadi Mie Yeye adalah sebesar Rp. 1.509,22/Kg yang

diperoleh dari nilai output dikurang harga input bahan baku dan sumbangan

input lain, dengan rasio nilai tambah sebesar 48,97% yang artinya 48,97%

dari nilai output merupakan nilai tambah yang diperoleh dari proses produksi

ubi kayu menjadi Mie Yeye.

Pendapatan tenaga kerja yang diperoleh dari hasil kali antara koefisien tenaga

kerja dengan upah rata-rata tenaga kerja yaitu sebesar Rp. 116.000/Kg dengan

bagian tenaga kerja sebesar 76,86%. Keuntungan yang diperoleh dari usaha

Universitas Sumatera Utara


77

pengolahan ubi kayu menjadi Mie Yeye adalah sebesar Rp. 349,22/Kg,

dengan tingkat keuntungan sebesar 11,33%.

b) Kedua, untuk rata-rata harga bahan baku yang digunakan untuk pengolahan

Opak di daerah penelitian adalah Rp. 1.400/Kg. Sedangkan rata-rata

sumbangan input lain dalam pengolahan Opak adalah Rp. 516,55/Kg bahan

baku. Rata-rata harga output produk Opak adalah Rp. 7.800/Kg dan rata-rata

nilai output adalah Rp. 3.052,17/Kg.

Dapat diketahui bahwa rata-rata nilai tambah yang diperoleh dari usaha

pengolahan ubi kayu menjadi Opak adalah sebesar Rp. 1.135,63/Kg yang

diperoleh dari nilai output dikurang harga input bahan baku dan sumbangan

input lain, dengan rasio nilai tambah sebesar 37,21% yang artinya 37,21%

dari nilai output merupakan nilai tambah yang diperoleh dari proses produksi

ubi kayu menjadi Opak.

Pendapatan tenaga kerja yang diperoleh dari hasil kali antara koefisien tenaga

kerja dengan upah rata-rata tenaga kerja yaitu sebesar Rp. 88.267/Kg dengan

bagian tenaga kerja sebesar 68,07%. Keuntungan yang diperoleh dari usaha

pengolahan ubi kayu menjadi Opak adalah sebesar Rp. 362,61/Kg, dengan

tingkat keuntungan sebesar 11,88%.

c) Ketiga, untuk rata-rata harga bahan baku yang digunakan untuk pengolahan

Rengginang di daerah penelitian adalah Rp. 1.333/Kg. Sedangkan rata-rata

sumbangan input lain dalam pengolahan Rengginang adalah Rp. 1.811,74/Kg

bahan baku. Rata-rata harga output produk Rengginang adalah Rp. 13.000/Kg

dan rata-rata nilai output adalah Rp. 5.230/Kg.

Universitas Sumatera Utara


78

Dapat diketahui bahwa rata-rata nilai tambah yang diperoleh dari usaha

pengolahan ubi kayu menjadi Rengginang adalah sebesar Rp. 2.084,81/Kg

yang diperoleh dari nilai output dikurang harga input bahan baku dan

sumbangan input lain, dengan rasio nilai tambah sebesar 39,86% yang artinya

39,86% dari nilai output merupakan nilai tambah yang diperoleh dari proses

produksi ubi kayu menjadi Rengginang.

Pendapatan tenaga kerja yang diperoleh dari hasil kali antara koefisien tenaga

kerja dengan upah rata-rata tenaga kerja yaitu sebesar Rp. 58,571,43/Kg

dengan bagian tenaga kerja sebesar 48,7%. Keuntungan yang diperoleh dari

usaha pengolahan ubi kayu menjadi Rengginang adalah sebesar

Rp. 1.069,35/Kg, dengan tingkat keuntungan sebesar 20,45%.

d) Keempat, untuk harga bahan baku yang digunakan untuk pengolahan Keripik

di daerah penelitian adalah Rp. 2.000/Kg. Sedangkan sumbangan input lain

dalam pengolahan Keripik adalah Rp. 4.558,98/Kg bahan baku. Harga output

produk Keripik adalah Rp. 30.000/Kg dan nilai output adalah Rp. 10.000/Kg.

Dapat diketahui bahwa nilai tambah yang diperoleh dari usaha pengolahan

ubi kayu menjadi Keripik adalah sebesar Rp. 3.441,02/Kg yang diperoleh dari

nilai output dikurang harga input bahan baku dan sumbangan input lain,

dengan rasio nilai tambah sebesar 34,41% yang artinya 34,41% dari nilai

output merupakan nilai tambah yang diperoleh dari proses produksi ubi kayu

menjadi Keripik.

Pendapatan tenaga kerja yang diperoleh dari hasil kali antara koefisien tenaga

kerja dengan upah rata-rata tenaga kerja yaitu sebesar Rp. 64.000/Kg dengan

Universitas Sumatera Utara


79

bagian tenaga kerja sebesar 11,62%. Keuntungan yang diperoleh dari usaha

pengolahan ubi kayu menjadi Keripik adalah sebesar Rp. 3.041,02/Kg,

dengan tingkat keuntungan sebesar 30,41%.

3) Balas Jasa Untuk Faktor Produksi

a) Pertama, dari tabel analisis nilai tambah Metode Hayami dapat dilihat bahwa

margin pengolahan Mie Yeye yang diperoleh dari nilai output dikurangi

dengan harga input bahan baku adalah sebesar Rp. 1.849, dengan persentase

pendapatan tenaga kerja sebesar 62,74%, sumbangan input lain sebesar

Rp. 18,37%, dan keuntungan pengusaha sebesar 18,89%.

Dari hasil penelitian diperoleh rata-rata besarnya nilai tambah pada usaha

pengolahan Mie Yeye di Kecamatan Binjai Barat adalah Rp. 1.509,22 dengan

rasio nilai tambah sebesar 48,97% (<50%). Jika nilai tambah <50 maka nilai

tambah dinyatakan rendah.

b) Kedua, dari tabel analisis nilai tambah Metode Hayami dapat dilihat bahwa

margin pengolahan Opak yang diperoleh dari nilai output dikurangi dengan

harga input bahan baku adalah sebesar Rp. 1.652, dengan persentase

pendapatan tenaga kerja sebesar 46,79%, sumbangan input lain sebesar

Rp. 31,26%, dan keuntungan pengusaha sebesar 21,95%.

Dari hasil penelitian diperoleh rata-rata besarnya nilai tambah pada usaha

pengolahan Opak di Kecamatan Binjai Barat adalah Rp. 1.135,63 dengan

rasio nilai tambah sebesar 37,21% (<50%). Jika nilai tambah <50 maka nilai

tambah dinyatakan rendah.

Universitas Sumatera Utara


80

c) Ketiga, dari tabel analisis nilai tambah Metode Hayami dapat dilihat bahwa

margin pengolahan Rengginang yang diperoleh dari nilai output dikurangi

dengan harga input bahan baku adalah sebesar Rp. 3.897, dengan persentase

pendapatan tenaga kerja sebesar 26,06%, sumbangan input lain sebesar

Rp. 46,50%, dan keuntungan pengusaha sebesar 27,44%.

Dari hasil penelitian diperoleh rata-rata besarnya nilai tambah pada usaha

pengolahan Rengginang di Kecamatan Binjai Barat adalah Rp. 2.084,81

dengan rasio nilai tambah sebesar 39,86% (<50%). Jika nilai tambah <50

maka nilai tambah dinyatakan rendah.

d) Keempat, dari tabel analisis nilai tambah Metode Hayami dapat dilihat bahwa

margin pengolahan Keripik yang diperoleh dari nilai output dikurangi dengan

harga input bahan baku adalah sebesar Rp. 8.000, dengan persentase

pendapatan tenaga kerja sebesar 5,00%, sumbangan input lain sebesar

Rp. 56,99%, dan keuntungan pengusaha sebesar 38,01%.

Dari hasil penelitian diperoleh rata-rata besarnya nilai tambah pada usaha

pengolahan Keripik di Kecamatan Binjai Barat adalah Rp. 3.441,02 dengan

rasio nilai tambah sebesar 34,41% (<50%). Jika nilai tambah <50 maka nilai

tambah dinyatakan rendah.

Universitas Sumatera Utara


81

5.4 Faktor-Faktor Internal yang Mempengaruhi Agroindustri Pengolahan

Ubi Kayu di Kecamatan Binjai Barat Kota Binjai

Berdasarkan hasil wawancara dengan pengusaha pengolah ubi kayu di Kecamatan

Binjai Barat diperoleh beberapa faktor strategis internal yang merupakan kekuatan

dan kelemahan prospek agroindustri pengolahan ubi kayu di Kecamatan Binjai

Barat. Berikut merupakan kekuatan dan kelemahan agroindustri pengolahan ubi

kayu di Kecamatan Binjai Barat.

5.4.1. Kekuatan

1) Keterampilan Tenaga Kerja

Berdasarkan wawancara di lapangan, menurut para pengusaha pengolah ubi kayu

di daerah penelitian tenaga kerja memiliki keterampilan yang baik dan juga

cekatan. Para pekerja juga mampu menguasai teknologi yang digunakan dalam

melakukan kegiatan produksi pengolahan ubi kayu.

2) Pengalaman Berusaha

Para pengusaha pengolahan ubi kayu di daerah penelitian memiliki pengalaman

yang cukup baik dalam menjalankan usahanya. Hal ini disebabkan karena para

pengusaha sudah menekuni usaha ini bertahun-tahun, bahkan ada pula yang

merupakan usaha turun-menurun.

3) Penggunaan Teknologi

Berdasarkan hasil wawancara dengan para pengusaha, bahwa mereka

menggunakan beberapa alat seperti dandang, piringan atau cetakan, rigen dan

menggunakan teknologi mesin ukuran kelapa, mesin press ubi untuk melancarkan

usaha pengolahan ubi kayu.

Universitas Sumatera Utara


82

4) Penanganan Limbah

Usaha pengolahan ubi kayu selain memanfaatkan ubi kayu untuk diolah, mereka

juga memanfaatkan limbah kulit dari ubi kayu tersebut untuk diolah untuk pakan

ternak sehinga tidak ada limbah yang tersisa, semua bisa dimanfaatkan.

5) Kualitas Bahan Baku

Bahan baku yang didapat dari pengusaha pengolah ubi kayu bertekstur keras dan

kulit yang mulus dinilai sangat baik sehingga berpengaruh juga nantinya terhadap

hasil produksi.

5.4.2. Kelemahan

1) Modal Usaha

Pengusaha pengolaha ubi kayu di daerah penelitian mendirikan usaha bersumber

dari modal mandiri dan juga ada yang berasal dari lembaga keuangan atau

lembaga pembiayaan.

2) Kemasan

Berdasarkan hasil wawancara kemasan olahan ubi kayu sangat berpengaruh pada

penjualan. Didaerah penelitian hanya 1 pengusaha yang mempunya kemasan

higenis karna hasil produksinya sudah bisa dimakan. Namun diantara pengusaha

lainnya hanya menggunakan plastik biasa atau pun goni untuk menampung hasil

produksinya yang produknya belum bisa dimakan atau di masak.

3) Lamanya Proses Produksi

Pada pengolahan ubi kayu, waktu dalam proses produksi dapat dikategorikan

lama. Dari hasil penelitian proses produksi pengolahan ubi kayu dapat dilakukan

Universitas Sumatera Utara


83

dalam waktu 5-7 jam, itu pun waktu penjemuran bisa 1-2 hari tergantung dari

sinar matahari.

4) Izin usaha

Berdasarkan hasil wawancara dengan pengusaha pengolah ubi kayu, dikarenakan

usaha industri rumah tangga pengusaha pengolahan ubi kayu tidak memiliki izin

usahanya. Namun hanya 1 yang memiliki izin usahanya dari dinas terkait.

5.5 Faktor-Faktor Ekstenal yang Mempengaruhi Agroindustri Pengolahan

Ubi Kayu di Kecamatan Binjai Barat Kota Binjai

Lingkungan eksternal adalah faktor yang berasal dari luar usaha yaitu peluang dan

ancaman yang dihadapi agar dapat diformulasikan strategi untuk memanfaatkan

peluang secara maksimal dan menghindari ancaman. Berikut merupakan peluang

dan ancaman agroindustri pengolahan ubi kayu di Kecamatan Binjai Barat:

5.5.1. Peluang

1) Ketersediaan Bahan Baku

Dalam hal penyediaan bahan baku, pengusaha pengolah ubi kayu tidak kesulitan

untuk menemukan bahan baku sehingga proses produksi akan terus berjalan dan

dapat mencapai target produksi yang dibutuhkan. Karenanya pengusaha

mendapatkan bahan baku rata rata dari dalam kota.

2) Harga Bahan Baku

Harga bahan baku didaerah penelitian sangatlah murah, hanya Rp. 1200-2000/kg

hal ini dapat dijadikan peluang karena dapat mengurangi biaya yang dikeluarkan

selama produksi.

Universitas Sumatera Utara


84

3) Pemasaran Pengolahan Ubi Kayu

Berdasarkan wawancara di lapangan, menurut para pengusaha pengolahan ubi

kayu pemasaran olahan ubi kayu dilakukan secara langsung dengan para pembeli

langsung ke tempat usaha pengolahan ubi kayu dikarenakan tempat berusaha

merupakan sentra produksi pengolahan ubi kayu. Pemasaran agroindustri

pengolahan ubi kayu sudah luas dikarenakan dipasarakan di daerah penelitian dan

juga terdapat pembeli dari luar kota.

5.5.2. Ancaman

1) Pelatihan dari Pemerintah

Menurut hasil wawancara dengan pengusaha pengolahan ubi kayu, rata rata belum

pernah mendapat pelatihan atau penyuluhan dari pemerintah tentang pembuatan

ubi kayu.

2) Tidak ada Bantuan dari Pemerintah

Berdasarkan hasil wawancara dengan pengusaha pengolahan ubi kayu, sampai

saat ini belum pernah di berikan bantuan dari pemerintah untuk membantu para

pengusaha pengolahan ubi kayu dalam mengusahakan ubi kayunya.

3) Banyaknya Pesaing

Banyaknya pesaing pengusaha pengolahan ubi kayu di daerah penelitian

mengakibatnya tingginya persaingan dalam penjualan pengolahan ubi kayu. Ini

menyebabkan para pengusaha pengolahan ubi kayu harus dapat mempertahankan

kualitas dan tampilan produknya masing-masing agar tidak tersingkirkan.

Universitas Sumatera Utara


85

4) Tidak Ada Mitra Usaha

Pengusaha pengolahan ubi kayu tidak menjalin kerjasama dengan pihak lain

sehingga menyebabkan kurangnya pemasaran pengolahan ubi kayu.

5.6. Prospek Agroindustri Pengolahan Ubi Kayu di Kecamatan Binjai Barat

Melalui faktor strategi internal dapat diketahui kekuatan dan kelemahan yang

dimiliki, sedangkan melalui faktor strategi eksternal dapat diketahui peluang dan

ancaman yang dihadapi pengusaha pengolah ubi kayu. Berdasarkan hasil

penelitian dan pengolahan data yang diperoleh dari pengusaha pengolah ubi kayu

di daerah penelitian, maka dapat dilihat faktor-faktor strategi internal (kekuatan

dan kelemahan) dan faktor-faktor strategi eksternal (peluang dan ancaman)

prospek agroindustri pengolahan ubi kayu di Kecamatan Binjai Barat Kota Binjai

sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


86

Tabel 27. Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman Prospek


Agroindustri Pengolahan Ubi Kayu di Kecamatan Binjai Barat
1. Keterampilan Tenaga Kerja
2. Pengalaman Berusaha
Kekuatan 3. Penggunaan Teknologi
4. Penanganan Limbah
Faktor 5. Kualitas Bahan Baku
Strategi 1. Modal Usaha
Internal 2. Kemasan
Kelemahan 3. Lamanya Proses Produksi
4. Izin Usaha
1. Ketersediaan Bahan Baku
Peluang 2. Harga Bahan Baku
3. Pemasaran Olahan Ubi Kayu
Faktor 1. Pelatihan dari Pemerintah
Strategi 2. Tidak ada Bantuan dari Pemerintah
Eksternal Ancaman 3. Banyaknya Pesaing
4. Tidak ada Mitra Usaha
Sumber: Lampiran 45 (diolah), 2020

Setelah faktor internal dan eksternal diketahui, maka selanjutnya dilakukan tahap

pengumpulan data menggunakan model, yaitu Matriks Faktor Strategi Internal

(IFAS) dan Matriks Faktor Strategi Eksternal (EFAS).

Hasil dari identifikasi faktor – faktor internal yang terdiri atas kekuatan dan

kelemahan, rating dan pembobotan dipindahkan ke tabel matriks IFAS untuk

diberi scoring (rating x bobot) seperti Tabel 28 berikut ini:

Universitas Sumatera Utara


87

Tabel 28. Matriks Faktor Strategi Internal


Faktor Strategi Internal Rating Bobot Relatif Skor
Kekuatan:
1. Keterampilan Tenaga Kerja 4 0,16 0,64
2. Pengalaman Berusaha 4 0,16 0,64
3. Penggunaan Teknologi 3 0,12 0,36
4. Penanganan Limbah 4 0,16 0,64
5. Kualitas Bahan Baku 4 0,16 0,64
Kelemahan:
1. Modal Usaha 1,08 0,04 0,04
2. Kemasan 1,08 0,04 0,04
3. Proses Produksi 2 0,08 0,16
4. Izin Usaha 1,08 0,04 0,04
Sumber: Lampiran 47 (diolah), 2020

Kemudian, hasil dari identifikasi faktor – faktor eksternal yang terdiri dari

peluang dan ancaman, rating dan pembobotan dipindahkan ke tabel matriks EFAS

untuk diberi scoring (rating x bobot) seperti Tabel 29 berikut ini:

Universitas Sumatera Utara


88

Tabel 29. Matriks Faktor Strategi Eksternal


Faktor Strategi Eksternal Rating Bobot Relatif Skor
Peluang:
1. Ketersediaan Bahan Baku 3,83 0,24 0,91
2. Harga Bahan Baku 3 0,18 0,54
3. Pemasaran Olahan Ubi Kayu 4 0,25 1
Ancaman:
1. Pelatihan dari Pemerintah 1 0,06 0,06
2. Bantuan dari Pemerintah 1 0,06 0,06
3. Banyaknya Pesaing 2 0,12 0,24
4. Mitra Usaha 1 0,6 0,06
Sumber: Lampiran 48 (diolah), 2020

Selanjutnya dilakukan penggabungan antara faktor strategis internal dan faktor

strategi eksternal pada Tabel 30 berikut ini:

Universitas Sumatera Utara


89

Tabel 30. Penggabungan Matriks Evaluasi Faktor Strategi Internal dan


Faktor Strategi Eksternal Agroindustri Pengolahan Ubi Kayu
Faktor-Faktor Strategi Rating Bobot Relatif Skor
Faktor Strategi Internal
Kekuatan
1. Keterampilan Tenaga kerja 4 0,16 0,64
2. Pengalaman Berusaha 4 0,16 0,64
3. Penggunaan Teknologi 3 0,12 0,36
4. Penanganan Limbah 4 0,16 0,64
5. Kualitas Bahan Baku 4 0,16 0,64
Total Skor Kekuatan 19 0,76 2,92
Kelemahan
1. Modal Usaha 1,08 0,04 0,04
2. Kemasan 1,08 0,04 0,04
3. Proses Produksi 2 0,08 0,16
4. Izin Usaha 1,08 0,04 0,04
Total Skor Kelemahan 5,24 2 0,28
Selisih (Kekuatan-Kelemahan) 2,64
Faktor Strategi Eksternal
Peluang
1. Ketersediaan Bahan Baku 3,83 0,24 0,91
2. Harga Bahan Baku 3 0,18 0,54
3. Pemasaran Olahan Ubi Kayu 4 0,25 1
Total Skor Peluang 10,83 0,67 2,45
Ancaman
1. Pelatihan dari Pemerintah 1 0,06 0,06
2. Bantuan dari Pemerintah 1 0,06 0,06
3. Banyaknya Pesaing 2 0,12 0,24
4. Mitra Usaha 1 0,6 0,6
Total Skor Ancaman 5 0,84 0,96
Selisih (Peluang-Ancaman) 1,49
Sumber: Lampiran 49 (diolah), 2020

Setelah melakukan pehitungan bobot dari masing-masing faktor internal maupun

eksternal kemudian dianalisis mengunakan matriks posisi. Matriks ini digunakan

untuk melihat posisi prospek agroindustri pengolahan ubi kayu menjadi Mie

Yeye, Opak, Rengginang dan Keripik. Berdasarkan Gambar 7 dipeoleh nilai X>0

yaitu 1,49 dan nilai Y>0 yaitu 2,64.

Universitas Sumatera Utara


90

Berbagi Peluang

Kuadran III Kuadran I


Mendukun strategi Mendukung strategi
turn-around 2,64
agresif

1,49

Kelemahan Internal Kekuatan Eksternal

Berbagi Ancaman

Gambar 7. Matriks Posisi SWOT Prospek Agroindustri Pengolahan Ubi Kayu

Dari hasil matriks internal-eksternal yang diperoleh dari nilai total skor

pembobotan pada prospek agroindustri pengolahan ubi kayu diperoleh faktor

internal bernilai 1,49 yang artinya nilai selisih antara kekuatan dan kelemahan,

dimana kekuatan lebih besar dibandingkan kelemahan. Dan untuk faktor eksternal

bernilai 2,64 yang artinya nilai ini merupakan selisih antara peluang dan ancaman,

dimana nilai peluang lebih besar dibandingkan ancaman. Dari diagram diperoleh

prospek agroindustri pengolahan ubi kayu berada pada daerah I (Kuadran I)

(Strategi agresif). Situasi pada daerah I merupakan situasi yang sangat

menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga

dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi agresif ini lebih fokus kepada

strategi SO (Strengths-Opportunities), yaitu dengan memanfaatkan seluruh

kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

Universitas Sumatera Utara


91

1) Analisis Matriks SWOT

Matrik SWOT merupakan alat pencocokan yang digunakan dalam berbagai faktor

secara sistematis untuk merumuskan strategi suatu usaha. Identifikasi sistematis

atas kondisi internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan usaha serta

lingkungan eksternal yang menjadi peluang dan ancaman yang dihadapi oleh

suatu usaha. Tujuan dibuatnya matrik SWOT adalah untuk mengumpulkan

beberapa strategi yang memungkinkan untuk digunakan oleh pelaku usaha

industri pengolahan ubi kayu. Selanjutnya hasil identifikasi factor eksternal–

internal yang dilakukan pada usaha industri pengolahan ubi kayu rumah tangga

dianalisis dengan menggunakan matrik SWOT. Hasil analisis dapat dilihat pada

tabel 31 berikut:

Universitas Sumatera Utara


92

Tabel 31. Matriks Analisis SWOT


IFAS Kekutan (Strengths) Kelemahan (Weakness)
1) Keterampilan Tenaga kerja 1. Modal Usaha
2) Pengalaman Berusaha 2. Kemasan
EFAS 3) Penggunaan Teknologi 3. Lamanya Proses
4) Penanganan Limbah Produksi
5) Kualitas Bahan Baku 4. Belum Ada Izin Usaha

Peluang (Opportunities) Strategi S-O Strategi W-O


1) Ketersediaan Bahan 1) Menjaga kualitas produk 1) Meningkatkan tampilan
Baku olahan ubi kayu yang produk olahan ubi kayu
2) Harga Bahan Baku dihasilkan dengan dengan memanfaatkan
Murah memanfaatkan bahan baku ketersediaan bahan
3) Luasnya Pemasaran yang tersedia, tenaga kerja baku
Olahan Ubi Kayu yang tersedia terampil dan 2) Melakukan kerjasama
cekatan, motivasi berusaha dengan lembaga
dan penggunaan teknologi perbankan dan lembaga
untuk mempermudah usaha lainnya melalui fasilitas
agroindustri pengolahan ubi pemerintah untuk
kayu meninkatkan
2) Memanfaatkan pengalaman permodalan
berusaha dengan
memperluas jangkauan
pemasaran bahkan sampai ke
luar negeri
Ancaman (Threats) Strategi S-T Strategi W-T
1) Tidak Adanya 1) Memanfaatkan tenaga kerja 1) Melakukan pelatihan
Pelatihan yang terampil dan cekatan mandiri/internal kepada
dari Pemerintah serta penggunaan teknologi karyawan walaupun
2) Tidak Adanya dan pengalaman berusaha tidak ada pelatihan dari
Bantuan untuk menghasilkan produk pemerintah
dari Pemerintah olahan ubi kayu yang 2) Menjalin kerjasama
3) Banyaknya Pesaing berkualitas agar dapat dengan pihak lain
4) Tidak adanya Mitra bersaing dan meningkatkan untuk memperluas
Usaha permintaan produk olahan jaringan pemasaran
ubi kayu /mendapat mitra usaha
2) Meningkatkan pengetahuan
mengenai pengolahan ubi
kayu untuk membuat produk
terbaru agar dapat
meningkatkan permintaan
dan dapat bersaing

Sumber : Analisis Data Primer (diolah) 2020

Berdsarkan Tabel 31 setalah dilakukan analisis dengan menyusun faktor-faktor

strategis dalam matriks SWOT, matriks ini menghasilkan empat kemungkinan

alternatif strategis yaitu strategi S-O (Strengths-Oppurtunities), strategi S-T

Universitas Sumatera Utara


93

(Strengths-Threats), strategi W-O (Weakness-Opportunities), strategi W-T

(Weakness-Threats).

Beberapa alternatif prospek yang sesuai bagi agroindustri pengolahan ubi kayu di

Kecamatan Binjai Barat Kota Binjai, yaitu:

1) Strategi S-O

Strategi ini dibuat yaitu dengan memanfaatkan kekuatan dan peluang sebesar-
besarnya, yaitu:

a) Menjaga kualitas produk olahan ubi kayu yang dihasilkan dengan

memanfaatkan bahan baku yang tersedia, tenaga kerja yang tersedia

terampil dan cekatan, motivasi berusaha dan penggunaan teknologi untuk

mempermudah usaha agroindustri pengolahan ubi kayu.

b) Memanfaatkan pengalaman berusaha dengan memperluas jangkauan

pemasaran bahkan sampai ke luar negeri.

2) Strategi S-T

Strategi ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki

perusahaan untuk mengatasi ancaman, yaitu:

a) Memanfaatkan tenaga kerja yang terampil dan cekatan serta penggunaan

teknologi dan pengalaman berusaha untuk menghasilkan produk olahan

ubi kayu yang berkualitas agar dapat bersaing dan meningkatkan

permintaan produk olahan ubi kayu.

b) Meningkatkan pengetahuan mengenai pengolahan ubi kayu untuk

membuat produk terbaru agar dapat meningkatkan permintaan dan dapat

bersaing.

Universitas Sumatera Utara


94

3) Strategi W-O

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara

meminimalkan kelemahan yang ada, yaitu:

a) Meningkatkan tampilan produk olahan ubi kayu dengan memanfaatkan

ketersediaan bahan baku .

b) Melakukan kerjasama dengan lembaga perbankan dan lembaga lainnya

melalui fasilitas pemerintah untuk meninkatkan permodalan.

4) Strategi W-T

Strategi ini didasarkan pada kegiatan meminimalkan kelemahan yang ada serta

menghindari ancaman, yaitu:

a) Melakukan pelatihan mandiri/internal kepada karyawan walaupun tidak

ada pelatihan dari pemerintah.

b) Menjalin kerjasama dengan pihak lain untuk memperluas jaringan

pemasaran/mendapat mitra usaha.

Berdasarkan matrisk analisis SWOT tersebut, maka adapun program-program

yang dapat dilakukan untuk meningkatkan prospek agroindustri pengolahan ubi

kayu di daerah penelitian adalah:

1) Program Pemberian Modal Usaha

Program ini diperlukan untuk memberikan dana yang berupa pinjaman modal

usaha kepada pengusahan agroindustri pengolahan ubi kayu. Dengan modal yang

cukup, para pengusaha dapat meningkatkan kualitas produk olahan ubi kayu,

tampilan produk olahan ubi kayu, serta mempermudah proses produksi olahan ubi

kayu.

Universitas Sumatera Utara


95

2) Program Penerapan Teknologi Media Sosial

Program ini diperlukan untuk memberikan pengarahan kepada pengusaha dalam

menggunakan teknologi modern sehingga dapat meningkatkan jangkauan

pemasaran. Kebanyakan dari pengusaha agroindustri pengolahan ubi kayu adalah

usaha yang sudah dijalankan bertahun-tahun namun belum menggunakan

teknologi dalam memperluas pemasarannya.

Universitas Sumatera Utara


BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1) Saat ini ada 12 agroindustri pengolahan ubi kayu yang masih aktif melakukan

kegiatan produksi di daerah penelitian. Sebagian sudah menggunakan mesin

seperti produk Mie Yeye dan Keripik ubi. Sedangkan Opak dan Rengginang

masih menggunakan manual atau masih menggunakan mesin yang sederahana.

2) Produk hilir agroindustri pengolahan ubi kayu yang ada di daerah penelitian

adalah Mie Yeye, Opak, Rengginang dan Keripik.

3) Nilai tambah yang diperoleh untuk produk Mie Yeye adalah sebesar Rp.

1.509,22/kg (48,97%) bahan baku, produk Opak sebesar Rp. 1.135,63/kg

(37,21%), produk Rengginang nilai tambah sebesar Rp. 2.084,81/kg (39,86%)

dan produk Keripik nilai tambah sebesar Rp. 3.441,02/kg (34,41%). Semua

nilai tambah produk agroindustri pengolahan ubi kayu yang ada di daerah

penelitian termasuk kategori masih rendah, karena di bawah 50%.

4) Hasil analisis menunjukkan bahwa strategi yang tepat untuk pengembangan

agroindustri pengolahan ubi kayu di daerah penelitian adalah strategi agresif,

yaitu dengan menggunakan kekuatan dan memanfaatkan peluang yang ada.

Strateginya adalah Program perluasan jaringan pemasaran dengan

memanfaatkan pengalaman berusaha dan melakukan kerjasama dengan

lembaga agar dapat meningkatkan penjualan dan penerimaan.

96

Universitas Sumatera Utara


97

6.2. Saran

1) Kepada pelaku usaha

Diharapkan agar dapat perluasan jaringan pemasaran dengan memanfaatkan

pengalaman berusaha dan melakukan kerjasama dengan lembaga agar dapat

meningkatkan penjualan dan penerimaan. Melakukan pengolahan dengan

kreatifitas dan inovasi baru salah satunya yaitu dengan cara diversifikasi

(penganekaragaman) produk olahan ubi kayu yang berkualitas sehingga dapat

meningkatkan nilai tambah produk.

2) Kepada pemerintah

Diharapkan dapat mengembangkan pelatihan untuk meningkatkan produktivitas

tenaga kerja, mengembangkan pelatihan atau sosialisasi tentang pengolahan Opak

yang lebih kreatif dan inovatif, juga memberikan bantuan dana yang berupa

pinjaman modal. Pemerintah diharapkan dapat membantu pengusaha agroindustri

ubi kayu dalam penyediaan teknologi salah satunya alat pengeringan serta dalam

penyediaan modal usaha.

3) Kepada Peneliti Selanjutnya

Diharapkan agar meneliti tentang analisis resiko usaha agroindustri pengolahan

ubi kayu.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Anderson, E.W., C. Fornell and R.R Lehman., 1994,” Customer satisfaction,


market share, and profitability”, Findings from Sweden,” journal of
marketing, Vol. 58 (1): pp. 53-66.
Askurrahman. 2010. Isolasi dan Karakterisasi Linamarase Hasil Isolasi dari
Umbi Singkong (Manihot esculenta Crantz). AGROINTEK, 4(2):138-145.
Badan Pusat Statistik. 2016. Produksi Ubi Kayu Menurut Provinsi (ton) 1993-
2015. <https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/880>. Diakses 14
September 2017.
Badan Pusat Statistik. 2019. Kecamatan Binjai Barat Dalam Angka 2019,Binjai.
Budhisatyarini, T. 2008. Seminar Nasional Dinamika Pembangunan Pertanian
Dan Pedesaan: Tantangan dan Peluang Bagi Peningkatan Kesejahteraan
Petani; Nilai Tambah Diversifikasi Hasil Usahatani Bawang Merah
Menjadi Bawang Goreng. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan
Pertanian Departemen Pertanian: Bogor.
Fajar, 2016. Teknik Analisis Swot. Yogyakarta: Penerbit Quadrant.
FAO. 2011. “The cassava transformation in Africa". The Food and Agriculture
Organization of the United Nations (FAO).
Fauzi, 2015. Strategi Pengembangan Agroindustri Pala. Universitas Sumatera
Utara. Medan.
Hayami, Y; Kawagoe, T; Morooka, Y; Siregar, M. 1987. Agricultural Marketing
and Processing in Upland Java A Perspective from a Sunda Village.
CGPRT Centre. Bogor.
Herawati, H. 2006. Potensi ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) sebagai pangan
pokok untuk mendukung program ketahanan pangan. Prosiding Seminar
Optimasi Pemanfaatan Sumber Daya Pertanian melalui Akselerasi
Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Berbasis Pertanian. Bandung.
Iskandarini, 2014. Dasar-Dasar Manajemen. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Nuryani, S dan Soedjono. 1994. Dahara Prize, Semarang.
Prianto, F.W. 2011. Pola pengembangan agroindustri yang berdaya saing (Studi
kasus Kabupaten Malang). JEAM 10(1): 48-71.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian (PUSDATIN). 2014. Buletin
Konsumsi Pangan. Volume 5 No. 1, Tahun 2014, Jakarta.

Rangkuti, F. 2014. Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: Penerbit PT.


Gramedia Utama.

Universitas Sumatera Utara


Rukmana, R. dan Yuniarsih, Y. 2001. Aneka Olahan Ubi Kayu.
Yogyakarta:Kanisius.
Rukmana, R. 2002. Ubi Kayu. Yogyakarta: Kanisius.
Senja, 2014. Manajemen Strateg iItu Gampang.Jakart: Penerbit Dunia Cerdas.
Setyowati, N.2012. AnalisisP otensi Agroindustri Olahan Singkong di Kabupaten
Bojonegoro. Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan, 1(3): 179-185.
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1989. Metode Penelitian Survey. LP3ES.
Jakarta.
Sudiyono, A. 2004. Pemasaran Pertanian. UMM Press. Malang.
Sugiyono.2013.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D
Bandung:Alfabeta.
Suherman, M. 2014. Ubi Kayu Pangan Alternative Potensial Kabupaten Pati.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Kementerian Pertanian.Semarang.
Suprapti, M. L. 2005. Tepung Tapioka. Yogyakarta: Kanisius.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1. Subjek Penelitian Pengolahan Mie Yeye, Opak, Rengginang dan Keripik

Lama Pendidikan Jumlah Lama Berusaha


Subjek Penelitian Umur Alamat
(Tahun) Tanggungan (Tahun)
1 56 6 2 20 Jl. Sawi Lk.I Payaroba
2 40 12 2 23 Jl. Durian
3 38 12 1 30 Jl. Sawi Lk.I Payaroba
4 40 12 2 5 Jl. Sawi Lk.I Payaroba
5 50 9 2 30 Jl. Durian Lk.VI Limau Sundai
6 34 9 2 2 Jl. Kangkung Lk.IV Payaroba
7 23 15 1 23 Jl. Sawi Lk.I Payaroba
8 44 6 2 20 Jl. Durian
9 49 12 2 15 Jl. Sawi Lk.I Payaroba
10 44 9 3 23 Jl. Durian
11 50 9 2 15 Jl. Sawi Lk.I Payaroba
12 69 9 2 25 Jl. Kuini Lk.V Limau Sundai
Jumlah 537 120 23 231
Rata-rata 45 10 2 19

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 2. Biaya Bahan Baku Pengolahan Mie Yeye

Subjek Penelitian
No Bahan Baku Mie Yeye 1 2 3 Total Rataan

1 Ubi Kayu
Jumlah (Kg) 500 500 500 1500 500
Harga (Rp/Kg) 1.200 1.300 1.200 3700 1.233
Nilai (Rp) 600.000 650.000 600.000 1.850.000 616.667

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 3. Biaya Bahan Penunjang Pengolahan Mie Yeye

Subjek Penelitian
Jenis Bahan
No Penunjang Mie 1 2 3 Total Rataan
Yeye
1 Royco
Jumlah (Kg) 4 4 1 9 3
Harga (Rp/Kg) 30.000 32.000 30.000 92.000 30.666,67
Nilai (Rp) 120.000 128.000 30.000 278.000 92.666,67
2 Garam
Jumlah (Kg) 2 2 2 6 2
Harga (Rp/Kg) 12.000 12.000 12.000 36.000 12.000
Nilai (Rp) 24.000 24.000 24.000 72.000 24.000
3 Bawang Putih
Jumlah (Kg) 0,25 0,25 0 0,5 0,25
Harga (Rp/Kg) 18.000 18.000 0 36.000 18.000
Nilai (Rp) 4.500 4.500 0 9.000 4.500
4 Ketumbar
Jumlah (Kg) 0,25 0,25 0 0,5 0,25
Harga (Rp/Kg) 20.000 20.000 0 40.000 20.000
Nilai (Rp) 5.000 5.000 0 10.000 5.000
5 Ajinomoto
Jumlah (Kg) 0 0 0,25 0,25 0,25
Harga (Rp/Kg) 0 0 30.000 30.000 30.000
Nilai (Rp) 0 0 7.500 7.500 7.500
6 Kayu Bakar
Jumlah (Mobil) 0,02 0,01 0,02 0,05 0,02
Harga (Rp/Mobil) 1.050.000 1.050.000 1.050.000 3.150.000 1.050.000
Nilai (Rp) 18.813 14.438 21.875 55.125 18.375
7 Plastik
Jumlah (Pack) 0,71 0,54 0,83 2,08 0,69
Harga (Rp/Pack) 6.500 6.500 6.500 19.500 6.500
Nilai (Rp) 4.604 3.521 5.417 13.541,67 4.513,89
8 Listrik
Nilai (Rp) 2.857,14 2.500 2.857,14 8.214,28 2.738,09
9 PBB
Nilai (Rp) 74,4 119,04 119,04 312,48 104,16

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 4. Rata-Rata Biaya Penggunaan Bahan Penunjang Pengolahan Mie Yeye

No Bahan Penunjang Mie Yeye (Rp)


Per Hari (Rp)
1 Royco 92.666,67
2 Garam 24.000
3 Bawang Putih 4.500
4 Ketumbar 5.000
5 Ajinomoto 7.500
6 Kayu Bakar 18.375
7 Plastik 4.513,89
8 Listrik 2.738,09
9 PBB 104,16
Total 161.008,92

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 5. Penggunaan Peralatan Pengolahan Mie Yeye

Subjek Penelitian
Jenis Alat Untuk Mie
No 1 2 3 Total Rataan
Yeye
1 Mesin Press
Jumlah (Unit) 1 1 1 3 1
Harga Beli (Rp) 300.000 300.000 300.000 900.000 300.000
Total Harga (Rp) 300.000 300.000 300.000 900.000 300.000
Nilai Akhir (Rp) 50.000 50.000 50.000 150.000 50.000
Umur Ekonomis (Hari) 5.040 5.040 5.040 15.120 5.040
Penyusutan (Rp/Hari) 49,6 49,6 49,6 148,81 49,6
2 Mesin Cetak
Jumlah (Unit) 1 1 1 3 1
Harga Beli (Rp) 500.000 500.000 500.000 1.500.000 500.000
Total Harga (Rp) 500.000 500.000 500.000 1.500.000 500.000
Nilai Akhir (Rp) 50.000 50.000 50.000 150.000 50.000
Umur Ekonomis (Hari) 5.040 5.040 5.040 15.120 5.040
Penyusutan (Rp/Hari) 89,29 89,29 89,29 267,86 89,29
3 Dandang
Jumlah (Unit) 1 1 1 3 1
Harga Beli (Rp) 350.000 350.000 350.000 1.050.000 350.000
Total Harga (Rp) 350.000 350.000 350.000 1.050.000 350.000
Nilai Akhir (Rp) 5.000 5.000 5.000 15.000 5.000
Umur Ekonomis (Hari) 1.008 1.008 1.008 3.024 1.008
Penyusutan (Rp/Hari) 342,26 342,26 342,26 1.026,79 342,26
4 Rigen
Jumlah (Unit) 250 250 150 650 216,67
Harga Beli (Rp) 25.000 25.000 25.000 75.000 25.000
Total Harga (Rp) 6.250.000 6.250.000 3.750.000 16.250.000 5.416.667
Nilai Akhir (Rp) 0 0 0 0 0
Umur Ekonomis (Hari) 672 672 672 2.016 672
Penyusutan (Rp/Hari) 9.300,60 9.300,60 5.580,36 24.181,55 8.060,52
5 Pisau
Jumlah (Unit) 4 5 3 12 4
Harga Beli (Rp) 10.000 10.000 10.000 30.000 10.000
Total Harga (Rp) 40.000 50.000 30.000 120.000 40.000
Nilai Akhir (Rp) 0 0 0 0 0
Umur Ekonomis (Hari) 336 336 336 1.008 336
Penyusutan (Rp/Hari) 119,05 148,81 89,29 357,14 119,05

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 6. Lanjutan Penggunaan Peralatan Pengolahan Mie Yeye

Subjek Penelitian
Jenis Alat Untuk Mie
No 1 2 3 Total Rataan
Yeye
6 Ember
Jumlah (Unit) 3 3 4 10 3,33
Harga Beli (Rp) 40.000 40.000 40.000 120.000 40.000
Total Harga (Rp) 120.000 120.000 160.000 400.000 133.333
Nilai Akhir (Rp) 1.000 1.000 1.000 3.000 1.000
Umur Ekonomis (Hari) 1.008 1.008 1.008 3.024 1.008
Penyusutan (Rp/Hari) 118,06 118,06 157,74 393,85 131,28
7 Timbangan
Jumlah (Unit) 1 1 1 3 1
Harga Beli (Rp) 36.000 36.000 36.000 108.000 36.000
Total Harga (Rp) 36.000 36.000 36.000 108.000 36.000
Nilai Akhir (Rp) 0 0 0 0 0
Umur Ekonomis (Hari) 1.008 1.008 1.008 3.024 1.008
Penyusutan (Rp/Hari) 35,71 35,71 35,71 107,13 35,71

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 7. Rata-Rata Biaya Penyusutan Pengolahan Mie Yeye

No Modal Investasi Mie Yeye


Biaya Per Hari (Rp)
1 Mesin Press 49,6
2 Mesin Cetak 89,29
3 Dandang 342,26
4 Rigen 8.060,52
5 Pisau 119,05
6 Ember 131,28
7 Timbangan 35,71
Total 8.827,71

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 8. Penggunaan Tenaga Kerja Per Produksi (per Hari) pada Pengolahan Mie Yeye

Jumlah Pemakaian Tenaga Kerja Dalam Sekali Produksi Pada Pengolahan Mie Yeye
Subjek Total Jumlah
Penelit Penggunaan TKDK TKLK Upah TK Total Upah TK Total Upah
TK/ Upah TK/
ian Tenaga Kerja (Orang) (Orang) (Rp/Hari) (Rp/Hari) TK/(HKO)
HKO (HKO)
Laki Perempuan HKP HKW HKP HKW Laki Perempuan Laki Perempuan Laki Perempuan
1 3 7 0 0 1,88 3,5 5,375 60.000 25.000 180.000 175.000 96.000 50.000 146.000
2 3 7 0 0 1,88 3,5 5,375 50.000 25.000 150.000 175.000 80.000 50.000 130.000
3 2 4 1,5 3,75 0 0 5,25 30.000 30.000 60.000 120.000 40.000 32.000 72.000
Total 8 18 1,5 3,75 3,75 7 16 140.000 80.000 330.000 470.000 216.000 132.000 348.000
Rataan 2,67 6 1,5 3,75 1,88 3,5 5 46.666,67 26.666,67 110.000 156.666,67 72.000 44.000 116.000

Lampiran 9. Upah Tenaga Kerja pada Pengolahan Mie Yeye

Subjek Frekuensi Pembuatan Mie Penggunaan Tenaga Kerja Upah TK Upah TK Upah TK
Penelitian Yeye (Hari) (HKO) (Rp/Hari) (Rp/Minggu) (Rp/Bulan)
Minggu Bulan Tahun Hari Minggu Bulan
1 6 24 288 5,375 32,25 129 146.000 876.000 3.504.000
2 6 24 288 5,375 32,25 129 130.000 780.000 3.120.000
3 6 24 288 5,25 31,5 126 72.000 432.000 1.728.000
Total 18 72 864 16 96 384 348.000 2.088.000 8.352.000
Rataan 6 24 288 5,33 32 128 116.000 696.000 2.784.000

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 10. Total Penerimaan Pengolahan Mie Yeye Sekali Produksi

Subjek
Jumlah Pemakaian Ubi Kayu Total Output (Kg) Harga Output (Rp/Kg) Penerimaan (Rp)
Penelitian

1 500 250 6.500 1.625.000


2 500 240 5.000 1.200.000
3 500 240 7.500 1.800.000
Total 1.500 730 19.000 4.625.000
Rataan 500 243 6.333 1.541.667

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 11. Nilai Tambah Hasil Pengolahan Mie Yeye

Variabel Nilai
I. Input, Output dan Harga Mie Yeye
1. Output (Kg) A 243
2. Input (Kg) B 500
3. Tenaga Kerja (HKO) C 5,00
4. Faktor Konversi D = A/B 0,49
5. Koefisien Tenaga Kerja
E = C/B 0,010
(HKO/kg)
6. Harga Output (Rp) F 6.333
7. Upah Tenaga Kerja
G 116.000
(Rp/HKO)
II Penerimaan Dan Keuntungan
8. Harga Bahan Baku (Rp/kg) H 1.233
9. Sumbangan Input Lain
I 339,67
(Rp/kg)
10. Nilai Output (Rp/kg) J=DxF 3.082
11. a. Nilai Tambah (Rp/kg) K=J–H-I 1.509,22
b. Rasio Nilai Tambah (%) I% = K/J x 100% 48,97%
12. a. Pendapatan Tenaga Kerja
M=ExG 1.160,00
(Rp/kg)
b. Bagian Tenaga Kerja (%) N% = M/K x 100% 78,86%
13. a. Keuntungan (Rp/kg) O=K–M 349,22
b. Tingkat Keuntungan (%) P% = O/J x 100% 11,33%
II. Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi
14. Marjin (Rp/kg) Q=J–H 1.849
a. Pendapatan Tenaga Kerja
R% = M/Q x 100% 62,74%
Langsung (%)
b. Sumbangan Input Lain (%) S% = I/Q x 100% 18,37%
c. Keuntungan Pemilik
T% = O/Q x 100% 18,89%
Perusahaan (%)

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 12. Biaya Bahan Baku Pengolahan Opak

Subjek Penelitian
Jenis Bahan Baku
No 1 2 3 4 5 Total Rataan
Untuk Opak
1 Ubi Kayu
Jumlah (Kg) 100 80 50 1.300 80 1.610 322
Harga (Rp/Kg) 1.500 1.300 1.500 1.500 1.200 7.000 1.400
Nilai (Rp) 150.000 104.000 75.000 1.950.000 96.000 2.375.000 475.000

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 13. Biaya Bahan Penunjang Pengolahan Opak

Subjek Penelitian
No Jenis Bahan Penunjang Opak 1 2 3 4 5 Total Rataan
1 Tepung Kanji
Jumlah (Kg) 10 8 7 0 8 33 8,25
Harga (Rp/Kg) 10.000 8.000 10.000 0 10.000 38.000 9.500
Nilai (Rp) 100.000 64.000 70.000 0 80.000 314.000 78.500
2 Rocyo
Jumlah (Kg) 0,25 0,25 0 0 0 0,5 0,25
Harga (Rp/Kg) 30.000 30.000 0 0 0 60.000 30.000
Nilai (Rp) 7.500 7.500 0 0 0 15.000 7.500
3 Cabai
Jumlah (Kg) 1 0,5 0,5 0,5 0 3 0,63
Harga (Rp/Kg) 30.000 30.000 30.000 0 30.000 120.000 30.000
Nilai (Rp) 30.000 15.000 15.000 0 15.000 75.000 18.750
4 Garam
Jumlah (Kg) 0,25 0,5 0,5 0 0,5 1,75 0,44
Harga (Rp/Kg) 12.000 12.000 12.000 0 12.000 48.000 12.000
Nilai (Rp) 3.000 6.000 6.000 0 6.000 21.000 5.250
5 Ketumbar
Jumlah (Kg) 0,5 0,25 0,25 0 0,25 1,25 0,31
Harga (Rp/Kg) 20.000 20.000 20.000 0 20.000 80.000 20.000
Nilai (Rp) 10.000 5.000 5.000 0 5.000 25.000 6.250

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 14. Lanjutan Biaya Bahan Penunjang Pengolahan Opak

Subjek Penelitian
No Jenis Bahan Penunjang Opak 1 2 3 4 5 Total Rataan
6 Udang Kecepe
Jumlah (Kg) 0,5 0,25 0,25 0 0,25 1,25 0,31
Harga (Rp/Kg) 28.000 28.000 28.000 0 28.000 112.000 28.000
Nilai (Rp) 14.000 7.000 7.000 0 7.000 35.000 8.750
7 Kayu Bakar
Jumlah (Mobil) 0,04 0,04 0,13 0,21 0,04 0,46 0,09
Harga (Rp/Mobil) 500.000 300.000 500.000 500.000 300.000 2.100.000 420.000
Nilai (Rp) 20.833 12.500 62.500 104.167 12.500 212.500 42.500
8 Plastik
Jumlah (Pack) 0,33 0,33 0,17 0 0,33 1,16 0,29
Harga (Rp/Pack) 6.500 6.500 6.500 0 6.500 26.000 6.500
Nilai (Rp) 2.167 2.145 1.083 0 2.145 7.540 1.885
9 Goni
Jumlah (Buah) 0 0 0 0,33 0 0,33 0,33
Harga (Rp/Buah) 0 0 0 5.000 0 5.000 5.000
Nilai (Rp) 0 0 0 1.667 0 1.650 1.650
10 Listrik
Nilai (Rp) 5.357,14 1.428,57 2.500 7.142,85 1.785,71 18.214,27 3.642,85
11 PBB
Nilai (Rp) 297,61 142,85 29,76 208,3 74,4 752,92 150,58

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 15. Rata–Rata Biaya Penggunaan Bahan Penunjang Pengolahan Opak

No Bahan Penunjang Opak (Rp)


Per Hari (Rp)
1 Tepung Kanji 78.500
2 Rocyo 7.500
3 Cabai 18.750
4 Garam 5.250
5 Ketumbar 6.250
6 Udang Kecepe 8.750
7 Kayu Bakar 42.500
8 Plastik 1.885
9 Goni 1.650
10 Listrik 3.642,85
11 PBB 150,58
Total 157.970,10

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 16. Penggunaan Peralatan Pengolahan Opak

Subjek Penelitian
Jenis Alat Untuk
No 1 2 3 4 5 Total Rataan
Opak
1 Mesin Kukur
Jumlah (Unit) 2 1 1 1 1 6 1,2
Harga Beli (Rp) 300.000 300.000 300.000 8.000.000 300.000 9.200.000 1.840.000
Total Harga (Rp) 600.000 300.000 300.000 8.000.000 300.000 9.500.000 1.900.000
Nilai Akhir (Rp) 50.000 50.000 50.000 500.000 50.000 700.000 140.000
Umur Ekonomis
(Hari) 5.040 5.040 5.040 5.040 5.040 25.200 5.040
Penyusutan
(Rp/Hari) 109 50 50 1.488 50 1.746 582
2 Mesin Getuk
Jumlah (Unit) 0 0 0 1 0 1 1
Harga Beli (Rp) 0 0 0 8.000.000 0 8.000.000 8.000.000
Total Harga (Rp) 0 0 0 8.000.000 0 8.000.000 8.000.000
Nilai Akhir (Rp) 0 0 0 500.000 0 500.000 500.000
Umur Ekonomis
(Hari) 0 0 0 5.040 0 5.040 5.040
Penyusutan
(Rp/Hari) 0 0 0 1.488 0 1.488 1.488
3 Piringan
Jumlah (Unit) 300 300 60 0 300 960 240
Harga Beli (Rp) 1.500 2.000 1.500 0 1.500 6.500 1.625
Total Harga (Rp) 450.000 600.000 90.000 0 450.000 1.590.000 397.500
Nilai Akhir (Rp) 0 0 0 0 0 0 0
Umur Ekonomis
(Hari) 1.680 1.680 1.680 0 1.680 6.720 1.680
Penyusutan
(Rp/Hari) 268 357 54 0,00 268 946 236,61
4 Dandang
Jumlah (Unit) 1 1 1 1 5 1
Harga Beli (Rp) 350.000 350.000 250.000 2.000.000 350.000 3.300.000 660.000
Total Harga (Rp) 350.000 350.000 250.000 2.000.000 350.000 3.300.000 660.000
Nilai Akhir (Rp) 5.000 5.000 5.000 100.000 5.000 120.000 24.000
Umur Ekonomis
(Hari) 1.008 1.008 1.008 1.008 1.008 5.040 1.008
Penyusutan
(Rp/Hari) 342 342 243 1.885 342 3.155 630,95
5 Rigen
Jumlah (Unit) 50 150 50 0 140 390 98
Harga Beli (Rp) 30.000 25.000 25.000 0 30.000 110.000 275.000
Total Harga (Rp) 1.500.000 3.750.000 1.250.000 0 4.200.000 1.070.000 2.675.000

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 17. Lanjutan Penggunaan Peralatan Pengolahan Opak

Subjek Penelitian
No Jenis Alat Untuk Opak 1 2 3 4 5 Total Rataan
Nilai Akhir (Rp) 0 0 0 0 0 0 0
Umur Ekonomis (Hari) 672 672 672 0 672 2.688 672
Penyusutan (Rp/Hari) 2.232 5.580 1.860 0 6.250 15.923 3.980,65
6 Plastik Jemur
Jumlah (Unit) 0 0 0 25 0 25 25
Harga Beli (Rp) 0 0 0 16.000 0 16.000 16.000
Total Harga (Rp) 0 0 0 400.000 0 400.000 400.000
Nilai Akhir (Rp) 0 0 0 0 0 0 0
Umur Ekonomis (Hari) 0 0 0 336 0 336 336
Penyusutan (Rp/Hari) 0 0 0 1.190 0 1.190 1.190
7 Ember
Jumlah (Unit) 2 2 2 7 2 15 3
Harga Beli (Rp) 40.000 40.000 40.000 40.000 40.000 200.000 40.000
Total Harga (Rp) 80.000 80.000 80.000 280.000 80.000 600.000 120.000
Nilai Akhir (Rp) 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 5.000 1.000
Umur Ekonomis (Hari) 1.008 1.008 1.008 1.008 1.008 5.040 1.008
Penyusutan (Rp/Hari) 78 78 78 277 78 590 118
8 Pisau
Jumlah (Unit) 3 2 2 7 2 16 3
Harga Beli (Rp) 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 50.000 10.000
Total Harga (Rp) 30.000 20.000 20.000 70.000 20.000 160.000 32.000
Nilai Akhir (Rp) 0 0 0 0 0 0 0
Umur Ekonomis (Hari) 336 336 336 336 336 1.680 336
Penyusutan (Rp/Hari) 89 60 60 208 60 476 95,24
9 Timbangan
Jumlah (Unit) 1 1 1 1 1 5 1
Harga Beli (Rp) 36.000 36.000 36.000 36.000 36.000 180.000 36.000
Total Harga (Rp) 36.000 36.000 36.000 36.000 36.000 180.000 36.000
Nilai Akhir (Rp) 0 0 0 0 0 0 0
Umur Ekonomis (Hari) 1.008 1.008 1.008 1.008 1.008 5.040 1.008
Penyusutan (Rp/Hari) 36 36 36 36 36 179 36

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 18. Rata-Rata Biaya Penyusutan Pengolahan Opak

No Modal Investasi Opak (Rp)


Per Hari (Rp)
1 Mesin Kukur 582
2 Mesin Getuk 1.488
3 Piringan 236,61
4 Dandang 630,95
5 Rigen 3.980,65
6 Plastik Jemur 1.190
7 Ember 118,06
8 Pisau 95,24
9 Timbangan 36
Total 8.358

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 19. Penggunaan Tenaga Kerja Per Produksi (per Hari) pada Pengolahan Opak

Jumlah Pemakaian Tenaga Kerja Dalam Sekali Produksi Pada Pengolahan Opak
Subjek Total Jumlah
Penggunaan TKDK TKLK Upah TK Total Upah TK Total Upah
Peneliti TK/ Upah TK/
Tenaga Kerja (Orang) (Orang) (Rp/Hari) (Rp/Hari) TK/(HKO)
an HKO (HKO)
Laki Perempuan HKP HKW HKP HKW Laki Perempuan Laki Perempuan Laki Perempuan
1 2 2 1,25 1 0 0 2,25 30.000 30.000 60.000 60.000 48.000 60.000 108.000
2 2 2 1,75 1,4 0 0 3,15 30.000 30.000 60.000 60.000 34.286 42.857 77.143
3 0 2 0 0 0 1,5 1,50 0 25.000 0 50.000 0 33.333 33.333
4 3 7 3 2,8 0 0 5,80 80.000 40.000 240.000 280.000 80.000 100.000 180.000
5 0 2 0 1,4 0 0 1,4 0 30.000 0 60.000 0 42.857 42.857
Total 4 15 6 6,6 0 1,5 14,10 140.000 155.000 360.000 510.000 162.285,71 279.048 441.333
Rataan 1,33 3 2 1,65 0 1,5 2,82 46666,67 31000 120.000 102.000 54.095,24 55809,5238 88.267

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 20. Upah Tenaga Kerja pada Pengolahan Opak

Subjek Frekuensi Pembuatan Penggunaan Tenaga Kerja Upah TK Upah TK Upah TK


Penelitian Opak(Hari) (HKO) (Rp/Hari) (Rp/Minggu) (Rp/Bulan)
Minggu Bulan Tahun Hari Minggu Bulan
1 6 24 288 2,25 13,5 54 108.000 648.000 2.592.000
2 6 24 288 3,15 18,9 75,6 77.143 462.857 1.851.429
3 6 24 288 1,5 9 36 33.333 200.000 800.000
4 6 24 288 5,8 34,8 139,2 180.000 1.080.000 4.320.000
5 6 24 288 1,4 8,4 33,6 42.857 257.143 1.028.571
Total 30 120 1440 14,1 84,60 338,40 441333,3 2.648.000 10.592.000
Rataan 6 24 288 2,82 16,92 67,68 88.266,67 529.600 2.118.400

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 21. Total Penerimaan Pengolahan Opak Sekali Produksi

Subjek Jumlah Pemakaian Ubi Kayu Total Output Harga Output Penerimaan
Penelitian (Kg) (Kg) (Rp/Kg) (Rp)

1 100 80 12.500 1.000.000


2 80 60 6.000 360.000
3 50 30 5.000 150.000
4 1.300 400 8.000 3.200.000
5 80 60 7.500 450.000
Total 1.610 630 39.000 5.160.000
Rataan 322 126 7.800 1.032.000

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 22. Nilai Tambah Hasil Pengolahan Opak

Variabel Nilai
I. Input, Output dan Harga Opak
1. Output (Kg) A 126
2. Input (Kg) B 322
3. Tenaga Kerja (HKO) C 2,82
4. Faktor Konversi D = A/B 0,39
5. Koefisien Tenaga Kerja
E = C/B 0,009
(HKO/kg)
6. Harga Output (Rp) F 7.800
7. Upah Tenaga Kerja
G 88.267
(Rp/HKO)
II Penerimaan Dan Keuntungan
8. Harga Bahan Baku (Rp/kg) H 1.400
9. Sumbangan Input Lain
I 516,55
(Rp/kg)
10. Nilai Output (Rp/kg) J=DxF 3.052,17
11. a. Nilai Tambah (Rp/kg) K=J–H–I 1.135,63
b. Rasio Nilai Tambah (%) I% = K/J x 100% 37,21%
12. a. Pendapatan Tenaga Kerja
M=ExG 773,02
(Rp/kg)
b. Bagian Tenaga Kerja (%) N% = M/K x 100% 68,07%
13. a. Keuntungan (Rp/kg) O=K–M 362,61
b. Tingkat Keuntungan (%) P% = O/J x 100% 11,88%
II. Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi
14. Marjin (Rp/kg) Q=J–H 1.652
a. Pendapatan Tenaga Kerja
R% = M/Q x 100% 46,79%
Langsung (%)
b. Sumbangan Input Lain (%) S% = I/Q x 100% 31,26%
c. Keuntungan Pemilik
T% = O/Q x 100% 21,95%
Perusahaan (%)

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 23. Biaya Bahan Baku Pengolahan Rengginang

Subjek Penelitian
No Jenis Bahan Baku Untuk Rengginang 1 2 3 Total Rataan
1 Ubi Kayu
Jumlah (Kg) 100 60 100 260 87
Harga (Rp/Kg) 1.300 1.200 1.500 4.000 1.333
Nilai (Rp) 130.000 72.000 150.000 352.000 117.333

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 24. Biaya Bahan Penunjang Pengolahan Rengginang

Subjek Penelitian
Jenis Bahan Untuk
No 1 2 3 Total Rataan
Rengginang
1 Tepung Kanji
Jumlah (Kg) 5 10 7 22 3
Harga (Rp/Kg) 10.000 10.000 10.000 30.000 10.000
Nilai (Rp) 50.000 100.000 70.000 220.000 73.333,33
2 Royco
Jumlah (Kg) 0,25 0 0,25 1 0,3
Harga (Rp/Kg) 28.000 0 30.000 58.000 29.000
Nilai (Rp) 7.000 0 7.500 14.500 7.250
3 Garam
Jumlah (Kg) 0,5 0 0,25 0,75 0,38
Harga (Rp/Kg) 12.000 0 12.000 24.000 12.000
Nilai (Rp) 6.000 0 3.000 9.000 4.500
4 Udang Kecepe
Jumlah (Kg) 0,5 1 0,5 2 0,7
Harga (Rp/Kg) 28.000 28.000 28.000 84.000 28.000
Nilai (Rp) 14.000 28.000 14.000 56.000 18.666,67
5 Ketumbar
Jumlah (Kg) 0,25 0,25 0 0,5 0,25
Harga (Rp/Kg) 20.000 20.000 0 40.000 20.000
Nilai (Rp) 5.000 5.000 0 10.000 5.000
6 Bawang Putih
Jumlah (Kg) 0,25 0 0 0,25 0,25
Harga (Rp/Kg) 18.000 0 0 18.000 18.000
Nilai (Rp) 4.500 0 0 4.500 4.500
7 Ajinomoto
Jumlah (Kg) 0,25 0 0 0,25 0,25
Harga (Rp/Kg) 20.000 0 0 20.000 20.000
Nilai (Rp) 5.000 0 0 5.000 5.000
8 Kayu Bakar
Jumlah (Mobil) 0,008 0 0,03 0,20 0,07
Harga (Rp/Mobil) 500.000 500.000 500.000 1.500.000 500.000
Nilai (Rp) 41.667 41.667 15.625 98.958,33 32.986,11

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 25. Lanjutan Biaya Bahan Penunjang Pengolahan Rengginang

Subjek Penelitian
Jenis Bahan Untuk
No 1 2 3 Total Rataan
Rengginang
9 Plastik
Jumlah (Pack) 0,21 0,17 0,21 0,58 0,19
Harga (Rp/Pack) 6.500 6.500 6.500 19.500 6.500
Nilai (Rp) 1.354 1.083 1.354 3.792 1.263,89
10 Listrik
Nilai (Rp) 3.571,40 2.142,85 2.857,14 8.571,39 2.857,13
11 PBB
Nilai (Rp) 29,76 119,04 133,92 282,72 94,24

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 26. Rata-Rata Biaya Penggunaan Bahan Penunjang Pengolahan Rengginang

No Bahan Penunjang Rengginang (Rp)


Per Hari (Rp)
1 Tepung Kanji 73.333,33
2 Royco 7.250
3 Garam 4.500
4 Udang Kecepe 18.666,67
5 Ketumbar 5.000
6 Bawang Putih 4.500
7 Ajinomoto 5.000
8 Kayu Bakar 32.986,11
9 Plastik 1.263,89
10 Listrik 2.857,13
11 PBB 94,24
Total 155.451,37

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 27. Penggunaan Peralatan Pengolahan Rengginang

Subjek Penelitian
Jenis Alat Untuk
No 1 2 3 Total Rataan
Rengginang
1 Mesin Kukur
Jumlah (Unit) 3 1 1 4 1,33
Harga Beli (Rp) 166.667 300.000 300.000 766.667 255.555,56
Total Harga (Rp) 500.000 300.000 300.000 1.100.000 366.667
Nilai Akhir (Rp) 50.000 50.000 50.000 150.000 50.000
Umur Ekonomis (Hari) 5.040 5.040 5.040 15.120 5.040
Penyusutan (Rp/Hari) 89 50 50 188 63
2 Mesin Press
Jumlah (Unit) 0 0 1 1 1
Harga Beli (Rp) 0 0 300.000 300.000 300.000
Total Harga (Rp) 0 0 300.000 300.000 300.000
Nilai Akhir (Rp) 0 0 50.000 50.000 50.000
Umur Ekonomis (Hari) 0 0 5.040 5.040 5.040
Penyusutan (Rp/Hari) 0 0 50 50 50
3 Dandang
Jumlah (Unit) 1 1 1 3 1
Harga Beli (Rp) 350.000 350.000 350.000 1.050.000 350.000
Total Harga (Rp) 350.000 350.000 350.000 1.050.000 350.000
Nilai Akhir (Rp) 500 500 500 15.000 500
Umur Ekonomis (Hari) 1.008 1.008 1.008 3.024 1.008
Penyusutan (Rp/Hari) 342 342 342 1027 342
4 Cetakan
Jumlah (Unit) 600 400 400 1.400 466,67
Harga Beli (Rp) 1.500 1.500 1.500 4.500 1.500
Total Harga (Rp) 900.000 600.000 600.000 2.100.000 700.000
Nilai Akhir (Rp) 0 0 0 0 0
Umur Ekonomis (Hari) 1.680 1.680 1.680 5.040 1.680
Penyusutan (Rp/Hari) 536 893 893 2.321 774
5 Rigen
Jumlah (Unit) 30 20 30 80 20
Harga Beli (Rp) 20.000 25.000 30.000 75.000 25.000
Total Harga (Rp) 600.000 500.000 900.000 2.000.000 666.667
Nilai Akhir (Rp) 0 0 0 0 0
Umur Ekonomis (Hari) 672 672 672 2.016 672
Penyusutan (Rp/Hari) 893 744 536 2173 724

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 28. Lanjutan Penggunaan Peralatan Pengolahan Rengginang

Subjek Penelitian
Jenis Alat Untuk
No 1 2 3 Total Rataan
Rengginang
6 Ember
Jumlah (Unit) 3 2 2 7 2,33
Harga Beli (Rp) 40.000 40.000 40.000 120.000 40.000
Total Harga (Rp) 120.000 80.000 80.000 280.000 93.333
Nilai Akhir (Rp) 1.000 1.000 1.000 3.000 1.000
Umur Ekonomis (Hari) 1.008 1.008 1.008 3.024 1.008
Penyusutan (Rp/Hari) 118 78 78 275 92
7 Pisau
Jumlah (Unit) 4 2 3 9 3
Harga Beli (Rp) 10.000 10.000 10.000 30.000 10.000
Total Harga (Rp) 40.000 20.000 30.000 90.000 30.000
Nilai Akhir (Rp) 0 0 0 0 0
Umur Ekonomis (Hari) 336 336 336 1.008 336
Penyusutan (Rp/Hari) 119 60 89 268 89
8 Timbangan
Jumlah (Unit) 1 1 1 3 1
Harga Beli (Rp) 36.000 36.000 36.000 108.000 36.000
Total Harga (Rp) 36.000 36.000 36.000 108.000 36.000
Nilai Akhir (Rp) 0 0 0 0 0
Umur Ekonomis (Hari) 336 336 336 1.008 336
Penyusutan (Rp/Hari) 36 36 36 107 36

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 29. Rata-Rata Biaya Penyusutan Pengolahan Rengginang

No Modal Investasi Rengginang (Rp)


Per Hari (Rp)
1 Mesin Kukur 63
2 Mesin Press 50
3 Dandang 342
4 Cetakan 774
5 Rigen 724
6 Ember 92
7 Pisau 89
8 Timbangan 36
Total 2.169,99

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 30. Penggunaan Tenaga Kerja Per Produksi (per Hari) pada Pengolahan Rengginang

Jumlah Pemakaian Tenaga Kerja Dalam Sekali Produksi Pada Pengolahan Rengginang
Jumlah
Subjek Total
Penggunaan TKDK TKLK Upah TK Total Upah TK Total Upah Upah
Peneliti TK/
Tenaga Kerja (Orang) (Orang) (Rp/Hari) (Rp/Hari) TK/(HKO) TK/
an HKO
HKO
Laki Perempuan HKP HKW HKP HKW Laki Perempuan Laki Perempuan Laki Perempuan
1 1 3 0,625 1,5 0 0 2,13 25.000 25.000 25.000 75.000 40.000 50.000 90.000
2 0 2 0 1,4 0 0 1,4 0 25.000 0 50.000 0 35.714 35.714
3 0 2 0 1 0 0 1 0 25.000 0 50.000 0 50.000 50.000
Total 1 7 0,625 3,9 0 0 4,53 25.000 75.000 25.000 175.000 40.000 135.714 175.714
Rataan 1 2,33 0,625 1,3 0 0 1,51 25.000 25.000 25.000 58.333,33 40.000 45.238,10 58.571

Lampiran 31. Upah Tenaga Kerja pada Pengolahan Rengginang

Subjek Frekuensi Pembuatan Penggunaan Tenaga Kerja Upah TK Upah TK Upah TK


Penelitian Rengginang (Hari) (HKO) (Rp/Hari) (Rp/Minggu) (Rp/Bulan)
Minggu Bulan Tahun Hari Minggu Bulan
1 6 24 288 2,125 12,75 51 90.000 540.000 2.160.000
2 6 24 288 1,4 8,4 33,6 35.714 214.286 857.143
3 6 24 288 1 6 24 50.000 300.000 1.200.000
Total 18 72 864 4,53 27,15 108,60 175.714,29 1.054.285,71 4.217.142,86
Rataan 6 24 288 1,51 9,05 36,20 58.571,43 351.428,57 1.405.714,29

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 32. Total Penerimaan Pengolahan Rengginang Sekali Produksi

Subjek
Jumlah Pemakaian Ubi Kayu (Kg) Total Output (Kg) Harga Output (Rp/Kg) Penerimaan (Rp)
Penelitian

1 100 35 12.000 420.000


2 60 30 12.000 360.000
3 100 40 15.000 600.000
Total 260 105 39.000 1.380.000
Rataan 86,67 35 13.000 460.000

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 33. Nilai Tambah Hasil Pengolahan Rengginang

Variabel Nilai
I. Input, Output dan Harga Rengginang
1. Output (Kg) A 35
2. Input (Kg) B 87
3. Tenaga Kerja (HKO) C 1,51
4. Faktor Konversi D = A/B 0,40
5. Koefisien Tenaga Kerja
E = C/B 0,017
(HKO/kg)
6. Harga Output (Rp) F 13.000
7. Upah Tenaga Kerja
G 58.571,43
(Rp/HKO)
II Penerimaan Dan Keuntungan
8. Harga Bahan Baku (Rp/kg) H 1.333
9. Sumbangan Input Lain
I 1.811,74
(Rp/kg)
10. Nilai Output (Rp/kg) J=DxF 5.230
11. a. Nilai Tambah (Rp/kg) K=J–H–I 2.084,81
b. Rasio Nilai Tambah (%) I% = K/J x 100% 39,86%
12. a. Pendapatan Tenaga Kerja
M=ExG 1.015,46
(Rp/kg)
b. Bagian Tenaga Kerja (%) N% = M/K x 100% 48,7%
13. a. Keuntungan (Rp/kg) O=K–M 1.069,35
b. Tingkat Keuntungan (%) P% = O/J x 100% 20,45%
II. Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi
14. Marjin (Rp/kg) Q=J–H 3.897
a. Pendapatan Tenaga Kerja
R% = M/Q x 100% 26,06%
Langsung (%)
b. Sumbangan Input Lain (%) S% = I/Q x 100% 46,50%
c. Keuntungan Pemilik
T% = O/Q x 100% 27,44%
Perusahaan (%)

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 34. Biaya Bahan Baku Pengolahan Keripik

Subjek Penelitian
No Jenis Bahan Baku Untuk Keripik 1 Total Rataan
1 Ubi Kayu
Jumlah (Kg) 300 300 300
Harga (Rp/Kg) 2.000 2.000 2.000
Nilai (Rp) 600.000 600.000 600.000

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 35. Biaya Bahan Penunjang Pengolahan Keripik

Subjek Penelitian
Jenis Bahan
No Penunjang Untuk 1 Total Rataan
Keripik
1 Minyak Goreng
Jumlah (Kg) 1 1 1
Harga (Rp/Kg) 10.000 10.000 10.000
Nilai (Rp) 10.000 10.000 10.000
2 Garam
Jumlah (Kg) 40 40 40
Harga (Rp/Kg) 28.000 28.000 28.000
Nilai (Rp) 1.120.000 1.120.000 1.120.000
3 Kayu Bakar
Jumlah (Mobil) 0,04 0,04 0,04
Harga (Rp/Mobil) 500.000 500.000 500.000
Nilai (Rp) 20.833 20.833 20.833
4 Plastik
Jumlah (Pack) 2.000 2.000 2.000
Harga (Rp/Pack) 100 100 100
Nilai (Rp) 200.000 200.000 200.000
5 Lilin
Jumlah (Buah) 6 6 6
Harga (Rp/Kg) 2.500 2.500 2.500
Nilai (Rp) 15.000 15.000 15.000
6 Listrik
Nilai (Rp) 1.071,42 1.071,42 1.071,42
7 PBB
Nilai (Rp) 119,04 119,04 119,04

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 36. Rata-Rata Biaya Penggunaan Bahan Penunjang Pengolahan Keripik

No Bahan Penunjang Keripik (Rp)


Per Hari (Rp)
1 Minyak Goreng 10.000
2 Garam 1.120.000
3 Kayu Bakar 20.833,33
4 Plastik 200.000
5 Lilin 15.000
6 Listrik 1.071,42
7 PBB 119,04
Total 1.367.023,79

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 37. Penggunaan Peralatan Pengolahan Keripik

Subjek Penelitian
No Jenis Alat Untuk Keripik 1 Total Rataan
1 Mesin Cetakan
Jumlah (Unit) 1 1 1
Harga Beli (Rp) 1.000.000 1.000.000 1.000.000
Total Harga (Rp) 1.000.000 1.000.000 1.000.000
Nilai Akhir (Rp) 100.000 100.000 100.000
Umur Ekonomis (Hari) 5.040 5.040 5.040
Penyusutan (Rp/Hari) 178,57 178,57 178,57
2 Kuali
Jumlah (Unit) 1 1 1
Harga Beli (Rp) 600.000 600.000 600.000
Total Harga (Rp) 600.000 600.000 600.000
Nilai Akhir (Rp) 50.000 50.000 50.000
Umur Ekonomis (Hari) 3.360 3.360 3.360
Penyusutan (Rp/Hari) 163,69 163,69 163,69
3 Ember
Jumlah (Unit) 2 2 2
Harga Beli (Rp) 40.000 40.000 40.000
Total Harga (Rp) 80.000 80.000 80.000
Nilai Akhir (Rp) 1.000 1.000 1.000
Umur Ekonomis (Hari) 1.008 1.008 1.008
Penyusutan (Rp/Hari) 78,37 78,37 78,37
4 Pisau
Jumlah (Unit) 2 2 2
Harga Beli (Rp) 10.000 10.000 10.000
Total Harga (Rp) 20.000 20.000 20.000
Nilai Akhir (Rp) 0 0 0
Umur Ekonomis (Hari) 336 336 336
Penyusutan (Rp/Hari) 59,52 59,52 59,52
5 Sudip
Jumlah (Unit) 2 2 2
Harga Beli (Rp) 80.000 80.000 80.000
Total Harga (Rp) 160.000 160.000 160.000
Nilai Akhir (Rp) 0 0 0
Umur Ekonomis (Hari) 1680 1680 1680
Penyusutan (Rp/Hari) 95,24 95,24 95,24

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 38. Lanjutan Penggunaan Peralatan Pengolahan Keripik

Subjek Penelitian
No Jenis Alat Untuk Keripik 1 Total Rataan
6 Serok Goreng
Jumlah (Unit) 1 1 1
Harga Beli (Rp) 100.000 100.000 100.000
Total Harga (Rp) 100.000 100.000 100.000
Nilai Akhir (Rp) 0 0 0
Umur Ekonomis (Hari) 1.680 1.680 1.680
Penyusutan (Rp/Hari) 59,52 59,52 59,52
7 Timbangan
Jumlah (Unit) 1 1 1
Harga Beli (Rp) 36.000 36.000 36.000
Total Harga (Rp) 36.000 36.000 36.000
Nilai Akhir (Rp) 0 0 0
Umur Ekonomis (Hari) 1.008 1.008 1.008
Penyusutan (Rp/Hari) 35,71 35,71 35,71

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 39. Rata-Rata Biaya Penyusutan Pengolahan Keripik

No Modal Investasi Keripik (Rp)


Biaya Per Hari (Rp)
1 Mesin Cetakan 178,57
2 Kuali 163,69
3 Ember 78,37
4 Pisau 59,52
5 Sudip 95,24
6 Serok Goreng 59,52
7 Timbangan 35,71
Total 670,63

Lampiran 40. Penggunaan Tenaga Kerja Per Produksi (per Hari) pada Pengolahan Keripik

Jumlah Pemakaian Tenaga Kerja Dalam Sekali Produksi Pada Pengolahan Keripik
Jumlah
Subjek
Penggunaan TKDK TKLK Total Upah TK Total Upah TK Total Upah Upah
Peneliti
Tenaga Kerja (Orang) (Orang) TK/ (Rp/Hari) (Rp/Hari) TK/(HKO) TK/
an
HKO (HKO)
Laki Perempuan HKP HKW HKP HKW Laki Perempuan Laki Perempuan Laki Perempuan
1 3 0 1,875 0 0 0 1,875 40.000 0 120.000 0 64.000 0 64.000
Total 3 0 1,875 0 0 0 1,875 40.000 0 120.000 0 64.000 0 64.000
Rataan 3 0 1,875 0 0 0 1,875 40.000 0 120.000 0 64.000 0 64.000

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 41. Upah Tenaga Kerja pada Pengolahan Keripik

Subjek Frekuensi Pembuatan Keripik Penggunaan Tenaga Kerja Upah TK Upah TK Upah TK
Penelitian (Hari) (HKO) (Rp/Hari) (Rp/Minggu) (Rp/Bulan)
Minggu Bulan Tahun Hari Minggu Bulan
1 6 24 288 1,875 11,25 45,00 64.000 384.000 1.536.000
Total 6 24 288 1,875 11,25 45,00 64.000 384.000 1.536.000
Rataan 6 24 288 1,875 11,25 45,00 64.000 384.000 1.536.000

Lampiran 42. Total Penerimaan Pengolahan Keripik Sekali Produksi

Subjek
Jumlah Pemakaian Ubi Kayu (Kg) Total Output (Kg) Harga Output (Rp/Kg) Penerimaan (Rp)
Penelitian

1 300 100 30.000 3.000.000


Total 300 100 30.000 3.000.000
Rataan 300 100 30.000 3.000.000

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 43. Nilai Tambah Hasil Pengolahan Keripik

Variabel Nilai
I. Input, Output dan Harga Keripik
1. Output (Kg) A 100
2. Input (Kg) B 300
3. Tenaga Kerja (HKO) C 1,875
4. Faktor Konversi D = A/B 0,33
5. Koefisien Tenaga Kerja
E = C/B 0,006
(HKO/kg)
6. Harga Output (Rp) F 30.000
7. Upah Tenaga Kerja
G 64.000
(Rp/HKO)
II Penerimaan Dan Keuntungan
8. Harga Bahan Baku (Rp/kg) H 2.000
9. Sumbangan Input Lain
I 4.558,98
(Rp/kg)
10. Nilai Output (Rp/kg) J=DxF 10.000
11. a. Nilai Tambah (Rp/kg) K=J–H–I 3.441,02
b. Rasio Nilai Tambah (%) I% = K/J x 100% 34,41%
12. a. Pendapatan Tenaga Kerja
M=ExG 400,00
(Rp/kg)
b. Bagian Tenaga Kerja (%) N% = M/K x 100% 11,62%
13. a. Keuntungan (Rp/kg) O=K–M 3.041,02
b. Tingkat Keuntungan (%) P% = O/J x 100% 30,41%
II. Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi
14. Marjin (Rp/kg) Q=J–H 8.000
a. Pendapatan Tenaga Kerja
R% = M/Q x 100% 5,00%
Langsung (%)
b. Sumbangan Input Lain (%) S% = I/Q x 100% 56,99%
c. Keuntungan Pemilik
T% = O/Q x 100% 38,01%
Perusahaan (%)

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 44. Parameter Penilaian Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman

Subjek Faktor Internal (Kekuatan dan Kelemahan) Faktor Eksternal (Peluang dan Ancaman)
Penelitian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7
1 4 4 3 4 4 1 1 2 1 3 3 4 1 1 2 1
2 4 4 3 4 4 1 1 2 1 3 3 4 1 1 2 1
3 4 4 3 4 4 1 1 2 1 4 3 4 1 1 2 1
4 4 4 3 4 4 1 1 2 1 4 3 4 1 1 2 1
5 4 4 3 4 4 1 1 2 1 4 3 4 1 1 2 1
6 4 4 3 4 4 1 1 2 1 4 3 4 1 1 2 1
7 4 4 3 4 4 2 2 2 2 4 3 4 1 1 2 1
8 4 4 3 4 4 1 1 2 1 4 3 4 1 1 2 1
9 4 4 3 4 4 1 1 2 1 4 3 4 1 1 2 1
10 4 4 3 4 4 1 1 2 1 4 3 4 1 1 2 1
11 4 4 3 4 4 1 1 2 1 4 3 4 1 1 2 1
12 4 4 3 4 4 1 1 2 1 4 3 4 1 1 2 1
Jumlah 48 48 36 48 48 13 13 24 13 46 36 48 12 12 24 12
Rata-rata 4 4 3 4 4 1,08 1,08 2 1,08 3,83 3 4 1 1 2 1

Keterangan:
Faktor Internal Faktor Eksternal
1. Keterampilan Tenaga Kerja 6. Modal Usaha 1. Ketersediaan Bahan Baku 6. Banyaknya Pesaing
2. Pengalaman Berusaha 7. Kemasan 2. Harga Bahan Baku 7. Mitra Usaha
3. Penggunaan Teknologi 8. Proses Produksi 3. Pemasaran Olahan Ubi Kayu
4. Penanganan Limbah 9. Izin Usaha 4. Pelatihan dari Pemerintah
5. Kualitas Bahan Baku 5. Bantuan dari pemerintah

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 45. Kekuatan, Kelemahan, Peluang, Ancaman

1. Keterampilan Tenaga Kerja


2. Pengalaman Berusaha
Kekuatan 3. Penggunaan Teknologi
4. Penanganan Limbah
5. Kualitas Bahan Baku
Faktor Strategi Internal
1. Modal Usaha
2. Kemasan
Kelemahan 3. Lamanya Proses Produksi
4. Izin Usaha
1. Ketersediaan Bahan Baku
Peluang 2. Harga Bahan Baku
3. Pemasaran Olahan Ubi Kayu
Faktor Strategi Eksternal 1. Pelatihan dari Pemerintah
2. Tidak ada Bantuan dari Pemerintah
Ancaman 3. Banyaknya Pesaing
4. Tidak ada Mitra Usaha

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 46. Penentuan Faktor Internal dan Eksternal Agroindustri Pengolahan Ubi Kayu

Rating Standar Penilaian


Klasifikasi Rata- Hasil
No Uraian Faktor Internal Faktor Eksternal
Faktor rata Penelitian
Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman
1 Keterampilan Tenaga Kerja I 4 3-4 1-2 3-4 1-2 KEKUATAN
2 Pengalaman Berusaha I 4 3-4 1-2 3-3 1-2 KEKUATAN
3 Penggunaan Teknologi I 3 3-4 1-2 3-4 1-2 KEKUATAN
4 Penanganan Limbah I 4 3-4 1-2 3-4 1-2 KEKUATAN
5 Kualitas Bahan Baku I 4 3-4 1-2 3-4 1-2 KEKUATAN
6 Modal Usaha I 1,08 3-4 1-2 3-4 1-2 KELEMAHAN
7 Kemasan I 1,08 3-4 1-2 3-4 1-2 KELEMAHAN
8 Proses Produksi I 2 3-4 1-2 3-4 1-2 KELEMAHAN
9 Izin Usaha I 1,08 3-4 1-2 3-4 1-2 KELEMAHAN
10 Ketersediaan Bahan Baku E 3,83 3-4 1-2 3-4 1-2 PELUANG
11 Harga Bahan Baku E 3 3-4 1-2 3-4 1-2 PELUANG
12 Pemasaran Olahan Ubi Kayu E 4 3-4 1-2 3-4 1-2 PELUANG
13 Pelatihan dari Pemerintah E 1 3-4 1-2 3-4 1-2 ANCAMAN
14 Bantuan dari Pemerintah E 1 3-4 1-2 3-4 1-2 ANCAMAN
15 Banyaknya Pesaing E 2 3-4 1-2 3-4 1-2 ANCAMAN
16 Mitra Usaha E 1 3-4 1-2 3-4 1-2 ANCAMAN

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 47. Matriks Evaluasi Faktor Strategi Internal

Faktor Strategi Internal Rating Bobot Relatif Skor


Kekuatan:
1. Keterampilan Tenaga Kerja 4 0,16 0,64
2. Pengalaman Berusaha 4 0,16 0,64
3. Penggunaan Teknologi 3 0,12 0,36
4. Penanganan Limbah 4 0,16 0,64
5. Kualitas Bahan Baku 4 016 0,64
Kelemahan:
1. Modal Usaha 1,08 0,04 0,04
2. Kemasan 1,08 0,04 0,04
3. Proses Produksi 2 0,08 0,16
4. Izin Usaha 1,08 0,04 0,04

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 48. Matriks Evaluasi Faktor Strategi Eksternal

Faktor Strategi Eksternal Rating Bobot Relatif Skor


Peluang:
1. Ketersediaan Bahan Baku 3,83 0,24 0,91
2. Harga Bahan Baku 3 0,18 0,54
3. Pemasaran Olahan Ubi Kayu 4 0,25 1
Ancaman:
1. Pelatihan dari Pemerintah 1 0,06 0,06
2. Bantuan dari Pemerintah 1 0,06 0,06
3. Banyaknya Pesaing 2 0,12 0,24
4. Mitra Usaha 1 0,6 0,06

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 49. Penggabungan Matriks Evaluasi Faktor Strategi Internal
Dan Faktor Strategi Eksternal Agroindustri Pengolahan
Ubi Kayu

Faktor-Faktor Strategi Rating Bobot Relatif Skor


Faktor Strategi Internal
Kekuatan
1. Keterampilan Tenaga kerja 4 0,16 0,64
2. Pengalaman Berusaha 4 0,16 0,64
3. Penggunaan Teknologi 3 0,12 0,36
4. Penanganan Limbah 4 0,16 0,64
5. Kualitas Bahan Baku 4 0,16 0,64
Total Skor Kekuatan 19 0,76 2,92
Kelemahan
1. Modal Usaha 1,08 0,04 0,04
2. Kemasan 1,08 0,04 0,04
3. Proses Produksi 2 0,08 0,16
4. Izin Usaha 1,08 0,04 0,04
Total Skor Kelemahan 5,24 2 0,28
Selisih (Kekuatan-Kelemahan) 2,64
Faktor Strategi Eksternal
Peluang
1. Ketersediaan Bahan Baku 3,83 0,24 0,91
2. Harga Bahan Baku 3 0,18 0,54
3. Pemasaran Olahan Ubi Kayu 4 0,25 1
Total Skor Peluang 10,83 0,67 2,45
Ancaman
1. Pelatihan dari Pemerintah 1 0,06 0,06
2. Bantuan dari Pemerintah 1 0,06 0,06
3. Banyaknya Pesaing 2 0,12 0,24
4. Mitra Usaha 1 0,6 0,6
Total Skor Ancaman 5 0,84 0,96
Selisih (Peluang-Ancaman) 1,49

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai