TESIS
Oleh :
PARDAMEAN MARPAUNG
177040008
1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PRODUKTIVITAS TERNAK SAPI POTONG DAN STRATEGI
PENGEMBANGANNYA DI KABUPATEN DAIRI
TESIS
Oleh :
PARDAMEAN MARPAUNG
177040008
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Peternakan
pada Program Studi Ilmu Peternakan
Universitas Sumatera Utara
2
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tesis ini telah diuji di Medan
Tanggal : 1 November 2019
4
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RINGKASAN
6
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
SUMMARY
7
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RIWAYAT HIDUP
Pardamean Marpaung, S.Pt adalah Nama penulis tesis ini. Penulis lahir
pada tanggal 10 Juni 1980 di Sitorang Jae Kabupaten Toba Samosir. Penulis
adalah anak ketiga dari delapan bersaudara dari pasangan Bapak Luscius
Marpaung dan Ibu Damaris Siahaan yang saat ini bertempat tinggal di Sidikalang,
Kabupaten D C airi, Sumatera Utara.
Pendidikan yang ditempuh penulis dari tahun 1987 - 1993 di Sekolah
Dasar Negeri Belang Malum. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) HKBP Sidikalang yang diselesaikan
pada tahun 1996. Selanjutnya menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Umum
(SMU) Negeri 1 Sidikalang dan diselesaikan pada tahun 1999. Pada tahun 2000
penulis masuk ke perguruan tinggi yaitu ke Universitas HKBP Nommensen
Medan. Selama mengikuti pendidikan di Universitas HKBP Nommensen Medan,
penulis aktif mengikuti organisasi intra kampus, diantaranya UKM KMK dan
BEMF Peternakan dan dinyatakan lulus pada tahun 2004.
Pada tahun 2004 - 2005 penulis bekerja sebagai asisten dosen di
Universitas HKBP Nommensen Medan. Sedangkan pada tahun 2006 – 2008
bekerja sebagai penulis (wartawan) di Media Harian Global Medan dan pada tahun
2008 – 2010 diterima bekerja sebagai THL-TBPP Penyuluh Pertanian di
Departemen Pertanian RI. Sedangkan pada tahun 2011 diterima menjadi Pegawai
Negeri Sipil (PNS) di Dinas Pertanian Kabupaten Dairi .
Pada tahun 2017 penulis melanjutkan studi ke Program Studi Ilmu
Peternakan Program Pascasarjana Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
8
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala nikmat, karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan Tesis yang berjudul ”Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Produktivitas Ternak Sapi Potong dan Strategi Pengembangannya di
Kabupaten Dairi”. Penulisan tesis ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Magister Peternakan (M.Pt) pada Program Studi Ilmu
Peternakan Program Pascasarjana Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Bapak Dekan Fakultas Pertanian USU yang telah menerima saya
untuk melanjutkan studi di Program Pascasarjana Fakultas Pertanian USU dan
juga penulis ucapkan terima kasih kepada Ibu Ketua Program Studi Ilmu
Peternakan yang telah memberikan ilmu dan arahannya semasa saya menimba
ilmu. Rasa terima kasih yang tak terhingga saya ucapkan kepada Prof. Dr. Ir.
Hasnudi, MS sebagai ketua komisi pembimbing dan Dr. Ir. Rahmanta, M.Si
sebagai anggota komisi pembimbing, yang dengan sabar dan tekun membimbing
saya menyelesaikan proses penelitian dan penulisan tesis ini. Juga terima kasih
kepada seluruh dosen di Program Pascasarjana Program studi Ilmu Peternakan
yang telah memberikan ilmunya kepada saya semasa kuliah.
Besar harapan penulis agar tesis ini dapat berguna, khususnya bagi diri
penulis dan masyarakat agar dapat mengetahui keadaan dan perkembangan usaha
ternak sapi potong. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan
dan jauh dari sempurna. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi yang
membacanya. Amin.
Penulis
i9
Halaman
PENDAHULUAN
Latar Belakang .................................................................................... 1
Perumusan Masalah ............................................................................ 3
Tujuan Penelitian ................................................................................ 3
Manfaat Penelitian .............................................................................. 3
TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Sapi Potong ................................................................... 4
Profil Kabupaten Dairi ........................................................................ 6
Kondisi Peternakan Sapi Potong di Kabupaten Dairi .......................... 9
Produktivitas Ternak . .......................................................................... 10
Prospek Pengembangan Ternak Sapi Potong ...................................... 11
Strategi Pengembangan Sapi Potong .................................................. 18
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................. 19
Jenis dan Sumber Data ........................................................................ 19
Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 20
Metode Penentuan Responden ............................................................. 20
Metode Analisis Data ........................................................................... 21
Analisis Strategi Pengembangan Peternakan Sapi Potong di
Kabupaten Dairi ................................................................................... 25
Definisi dan Batasan Operasional ........................................................ 26
ii
10
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jumlah Pakan . ................................................................................ 33
Jarak Rumah Peternak dengan Kandang/Sapi . .............................. 34
Ukuran Kandang . ........................................................................... 35
Pemasaran ...... ................................................................................ 35
Pemberian Obat-obatan (obat, vitamin dan vaksin) ....................... 36
Jumlah Kelahiran . .......................................................................... 38
Jumlah Kematian . .......................................................................... 39
iii
11
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL
No. Halaman
iv
12
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
v
13
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
vi
14
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor peternakan saat ini sudah mulai berkembang menjadi salah satu
ternak berupa daging di Indonesia tahun 2016 sebesar 6,778 kg/kapita/tahun atau
meningkat sebesar 5,69 persen dari konsumsi tahun 2015 sebesar 6,413
pertahun.
adalah dari para peternak yang memiliki usaha peternakan di berbagai daerah di
Indonesia. Dalam hal ini, sektor peternakan khususnya dalam usaha ternak sapi
potong terlihat sangat potensial untuk dikembangkan oleh para peternak sehingga
daging Nasional (Suryana, 2009). Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh
1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Produktivitas usaha ternak yang rendah dapat terjadi karena pola manajemen
pemeliharaan ternak yang masih rendah dan kurang terarah, dimana peternak
2015).
sebanyak 2.995 ekor dan populasi terbesar berada di Kecamatan Siempat Nempu
Hulu yaitu 1.038 ekor (Data Badan Pusat Statistik, 2017). Populasi ini cukup
rendah bila dibandingkan dengan Kabupaten tetangga yakni Kabupaten Karo yang
walaupun luas wilayahnya sekitar 2,127 , tofografi dan iklimnya yang hampir
sama, namun populasi ternak sapi di Kabupaten Karo, tiga kali lebih besar dari
populasi ternak sapi yang terdapat di Kabupaten Dairi. Hal ini dapat dilihat dari
Data Statistik Karo Dalam Angka, (2017) di mana populasi ternak sapi di
beternak. Usaha beternak sapi masih dianggap sebagai usaha sampingan. Selain
kurangnya modal usaha, rasa takut ternak hilang juga dapat menjadi penyebab
rendahnya populasi.
Kabupaten Dairi tidak terlepas dari perhatian khusus dari pemerintah. Oleh karena
itu, melalui program dan pembinaan yang berkelanjutan dari Dinas Pertanian,
daya manusia (SDM) para peternak, selain itu mengaktifkan kembali siskamling di
Dairi.
2
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Perumusan Masalah
1. Apakah pengalaman beternak, modal usaha, jumlah ternak, tenaga kerja, jumlah
pakan ternak, jarak lokasi ternak dipelihara dari rumah, ukuran kandang,
sapi potong.
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
3
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
TINJAUAN PUSTAKA
Sapi potong merupakan salah satu ternak yang dipelihara dengan tujuan utama
sebagai penghasil daging. Ciri-ciri sapi potong memiliki tubuh besar, kualitas
dagingnya maksimum, laju pertumbuhan cepat, efisiensi pakan tinggi, dan mudah
dipasarkan (Pawere et al., 2012). Sedangkan menurut Abidin (2008), sapi potong
juga termasuk jenis sapi yang mampu dipelihara khusus untuk proses
kualitas daging cukup baik. Sapi-sapi tersebut pada umumnya dijadikan sebagai
sapi bakalan, kemudian dipelihara secara intensif dalam beberapa bulan kedepan
Menurut Endrawati et al. (2010) Peningkatan mutu genetik pada sapi potong
dilakukan dengan cara seleksi dalam populasi ternak salah satunya yaitu melalui
proses persilangan. Hal ini menunjukkan performans yang lebih baik pada ternak
Kriteria pemilihan sapi potong yang baik adalah: sapi dengan jenis kelamin
jantan atau jantan kastrasi, umur sebaiknya 1,5 – 2,5 tahun atau giginya sudah poel
satu, mata bersinar, kulit lentur, sehat, nafsu makan baik, bentuk badan persegi
panjang, dada lebar dan dalam, temperamen tenang, dari bangsa yang mudah
beradaptasi dan berasal dari keturunan genetik yang baik (Murtidjo, 1990).
4
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Sedangkan menurut Hading, (2012) mengatakan sapi-sapi tropis akan
pertama kali yang paling baik adalah pada umur 2-2,5 tahun.
sistem pemeliharaan ekstensif, semi intensif dan intensif. Sistem ekstensif semua
adalah memelihara sapi untuk digemukkan dengan cara digembalakan dan pakan
disediakan oleh peternak, atau gabungan dari sistem ekstensif dan intensif.
Di sisi lain, Jumlah pakan yang dibutuhkan setiap ekor sapi berbeda,
tergantung dari jenis ternak, umur, bobot badan, lingkungan (suhu dan kelembapan
udara), serta fase hidupnya, masa pertumbuhan, dewasa, bunting, atau menyusui
yaitu dengan membeli pakan jadi buatan pabrik atau dengan membuat pakan
atau pabrikan ditambah pakan hijauan untuk memenuhi serat kasar (Rahmat dan
Haryanto, 2012). Sapi membutuhkan pakan pada setiap harinya sekitar 10% dari
bobot badan hewan ternak itu sendiri, dan sekitar 1-2% dari bobot badannya harus
5
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Upaya meningkatkan produksi ternak sapi potong dapat dilakukan dengan
cara perkawinan IB dan alam. Inseminasi buatan (IB) bertujuan memperbaiki mutu
ternak yang dihasilkan sebab bibit berasal dari pejantan yang unggul atau pilihan
(Yani 2017). Dibandingkan dengan cara kawin alam (INKA), lebih banyak
keuntungan yang akan diperoleh peternak dengan menggunakan cara IB. Peternak
Menurut Williamson dan Payne (1993) bahwa suhu lingkungan yang optimal
untuk ternak sapi potong adalah 21-27 °C. Kelembaban idel bagi sapi potong
sebelah Barat Laut propinsi Sumatera Utara. Kabupaten Dairi terletak di sebelah
1). Sebelah Utara dengan Kabupaten Aceh Tenggara (provinsi NAD) dan
4). Sebelah Barat dengan Kabupaten Aceh Selatan (Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam).
menjadi dua kabupaten, yaitu Kabupaten Dairi dan Kabupaten Pakpak Bharat di
mana Kabupaten Dairi adalah sebagai kabupaten induk, dengan dasar hukum
6
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Undang Undang Nomor 9 Tahun 2003 Tentang Pembentukan Kabupaten Nias
Provinsi Sumatera Utara dengan luas wilayah 192.780 hektare, yaitu sekitar 2,69%
dari luas Provinsi Sumatera Utara (7.160.000 hektare) yang terletak di sebelah
barat laut Provinsi Sumatera Utara. Pada umumnya Kabupaten Dairi berada pada
kecamatan. Jumlah penduduk Kabupaten Dairi pada akhir tahun 2016 adalah
sebanyak 280.610 jiwa dengan banyaknya rumah tangga sebesar 67.189, atau
rata-rata 4 sampai 5 jiwa setiap rumah tangga. Penyebaran penduduk tersebut tidak
Kabupaten Dairi sebagian besar terdiri dari dataran tinggi dan berbukit-bukit
Dairi sebahagian besar lereng terjal (45,70 persen), lereng curam (14,43 persen),
selebihnya bergelombang, berombak, dan sebagian kecil datar. Pola curah hujan di
daerah ini dipengaruhi oleh letak geografis Kabupaten Dairi. Umumnya curah
hujan semakin bertambah sesuai dengan ketinggian tempat, curah hujan terbanyak
7
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Kerajaan dan Kecamatan Tanah Pinem berada pada ketinggian 700-1.660 meter di
menjadi pengairan sawah, perikanan, dan kebutuhan air minum. Adapun sungai
Provinsi Aceh.
Kependudukan
Dairi adalah Suku Pakpak, yang pada umumnya mendiami daerah pedalaman.
8
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pertanian
masyarakat. Hal ini didukung oleh keadaan tanah yang sangat subur. Hasil
pertanian yang sangat terkenal dari Sidikalang adalah kopi. Bubuk Kopi
Sidikalang. terkenal karena rasanya yang khas. Masih banyak hasil pertanian lain
yang dihasilkan di daerah ini seperti padi, gambir, kemiri, ubi kayu, ubi jalar,
buah-buahan, dan lainnya. Tetapi yang paling tenar tetaplah jenis kopi yang dapat
tumbuh dengan baik sesuai iklim di daerah ini (Dairi Dalam Angka, 2017).
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Dairi dalam angka 2014 - 2017,
Banyaknya ternak sapi potong di Kabupaten Dairi seperti pada Tabel 1 berikut :
9
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
13 Gunung Sitember 145 148 151 161
14 Pegagan Hilir 446 451 454 471
15 Tanah Pinem 216 217 218 232
Total 2.711 2.738 2.765 2.995
Sumber : Dairi Dalam Angka, 2014 – 2017
pengembalaan ternak yang relatif cukup luas yakni sebesar 2.868 ha dan beriklim
tropis dengan suhu udara rata-rata berkisar antara 15ºC– 24ºC dengan kelembaban
udara rata-rata 87,38 persen (BPS Dairi dalam Angka, 2017). Kesesuaian iklim
dan lahan untuk penyediaan rumput sebagai makanan ternak tergolong cukup
Produktivitas Ternak
pandangan hidup dan sikap mental yang selalu berusaha untuk meningkatkan
populasi ternak dalam periode tertentu (biasanya 1 tahun) dan dinyatakan dalam
10
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2. Segi Produk Edible Portion
produksi edible portion (daging) yang dihasilkan oleh satu unit ternak potong.
perkembangan populasi.
Menurut Dozzi dan AbouRizk, (1993) bahwa produktivitas adalah rasio dari
salah satu usaha perlu terus dikembangkan, terutama usaha peternakan sapi potong
ternak sapi potong antara lain adalah bantuan fasilitas peralatan peternakan, kredit
Keuntungan ekonomis dari ternak sapi potong sebagai lapangan usaha antara
lain :
11
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2. Sapi potong sanggup menyesuaikan diri pada lokasi atau tanah yang kurang
3. Ternak sapi potong membutuhkan tenaga kerja dan peralatan lebih murah
4. Usaha ternak sapi potong bisa dikembangkan secara bertahap sebagai usaha
peternak.
5. Limbah ternak sapi potong bermanfaat untuk pupuk kandang tanaman pertanian
6. Angka kematian ternak sapi potong relatif rendah, karena usaha ternak yang
Indonesia.
pertanian.
Pengalaman Beternak
Pengalaman beternak sapi potong merupakan salah satu hal yang dapat
banyak belajar dari pengalaman, sehingga dapat dengan mudah menerima inovasi
12
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
teknologi yang berkaitan dengan usaha ternak sapi potong menuju perubahan baik
Hal yang sama juga dikatakan Aditana et al. (2012) yang menyatakan bahwa
dapat dengan mudah menerima inovasi teknologi yang berkaitan dengan usaha
Modal Usaha
semua jenis barang yang dibuat untuk menunjang kegiatan produksi barang-barang
merupakan salah satu saja dari pengertian seluruhnya, sebagaimana yang sering
dipergunakan oleh ahli ekonomi. Sebab, modal juga mencakup arti uang yang
beroperasi.
prospek yang baik karena produksi daging dalam negeri belum mampu memenuhi
kebutuhan pasar. Hal ini disebabkan populasi dan tingkat produktivitas ternak
yang masih rendah. Rendahnya populasi sapi potong antara lain disebabkan
sebagian besar ternak dipelihara oleh peternak berskala kecil dengan lahan dan
13
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jumlah Ternak
Kita perlu mengetahui, bahwa dari jumlah populasi sapi potong yang ada di
(Syamsu, 2011).
sistem, dengan pola pemeliharaan tradisional dan jumlah ternak yang dimiliki
sekitar 1-3 ekor setiap rumah tangga, selain itu usaha peternakan sapi yang
dilakukan masih bersifat usaha sampingan dan peternak akan melakukan penjualan
adalah sebagai saving (ternak akan dijual ketika peternak membutuhkan uang)
sehingga ketika harga tinggi, peternak belum tentu melakukan penjualan karena
peternak Indonesia tidak responsif terhadap perubahan harga daging sapi dan tidak
berorientasi komersial.
Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah orang yang siap masuk dalam pasar kerja sesuai dengan
upah yang ditawarkan oleh penyedia pekerjaan. Menurut sensus 2010 bahwa
penduduk Indonesia usia produktif adalah usia 15-64 tahun, pekerja usia muda
adalah usia 15-24 tahun sedangkan usia yang tidak produktif adalah usia di bawah
14
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jumlah Pakan Ternak
kesehatan dan iklim. Pakan mempunyai pengaruh yang paling besar (60%)
Pakan untuk ternak sapi potong dapat berupa Hijauan (rumput, kacang-
kacangan dan limbah pertanian), konsentrat (dedak padi, onggok, ampas tahu) dan
makanan tambahan (vitamin, mineral dan urea). Pada prinsipnya hijauan diberikan
1,5% dari berat badan hidup atau 3-4 kg/ekor/hari (Santoso, 2005).
populasi ternak semakin bertambah sebaliknya semakin jauh dari sumber hijauan
pakan ternak, populasi akan menurun. Hal ini mungkin disebabkan untuk
memperoleh hijauan dengan cara cut and carry memerlukan biaya terutama pada
musim kemarau. Kondisi seperti ini dapat mengurangi motivasi peternak untuk
15
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Kandang Ternak Sapi Potong
Kandang memiliki fungsi antara lain untuk menjaga keamanan ternak dari
lebih luas dan lebih besar sehingga mampu menampung jumlah sapi yang lebih
banyak. Ukuran kandang untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5 x 2 m, untuk
sapi betina dewasa adalah 1,8 x 2 m dan untuk anak sapi cukup 1,5x1 m per ekor
(Kementan, 2010).
Pemasaran Ternak
peternak harus memilih jalur pemasaran yang pendek. Penentuan harga ternak
berdasarkan pada tafsiran berat karkas dan kondisi sapi, namun pada kenyataanya
peternak kurang atau tidak dapat menafsirkan berat karkas, hal ini disebabkan
16
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pola pemasaran berlangsung secara alami, biasanya pola ini banyak dilakukan
oleh peternak yang ingin berusaha sendiri memasarkan produknya. Peternak dapat
menjual langsung ke konsumen, pedagang besar atau pasar-pasar yang telah ada.
kematian yang terjadi setiap tahunnya (Siregar, 2007). Tingkat kelahiran adalah
jumlah ternak yang lahir pertahun dari jumlah betina atau antar populasi dikalikan
100%. Jumlah anak perkelahiran ditentukan oleh beberapa faktor antara lain
17
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kelahiran sangat mempengaruhi stuktur dan populasi ternak. Besarnya pengeluaran
ternak baik untuk dijual maupun dipotong akan menyebabkan perubahan populasi
ternak.
dan tingkat kematian serta pengembangan lingkungan hidup ternak yang semakin
faktor, antara lain rendahnya tingkat kelahiran, tingginya pemotongan dan tingkat
terhadap Sapi Potong dengan rerata persentase kematian pertahun adalah 1,44%.
Selain itu, berbagai jenis penyakit yang sering terjangkit pada sapi berupa
penyakit menular dapat menimbulkan kerugian yang besar bagi peternak dari
tahun ke tahun, ribuan ternak sapi menjadi korban penyakit. Sebuah peternakan
berkembangnya peternakan pada suatu daerah tersebut dapat berasal dari faktor-
18
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
faktor topografi, iklim, keadaan sosial, tersedianya bahan-bahan makanan
rerumputan atau penguat, di samping itu faktor pengalaman yang dimiliki peternak
19
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
METODE PENELITIAN
selama empat bulan mulai dari persiapan dalam pembuatan usulan penelitian,
survey data lapangan, kemudian dilanjutkan dengan analisis data, sampai dengan
penulisan berupa tesis. Alokasi waktu dari bulan Januari s/d April 2019.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
skunder.
Data Primer
Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan para peternak
Menurut Sanusi, (2014) Data primer adalah data yang pertama kali dicatat dan
Data Sekunder.
Data sekunder adalah data yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data, namun melalui orang lain atau melalui dokumen (Sugiyono,
2009). Sumber data sekunder penelitian ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik
(BPS) Kabupaten Dairi, Dinas Pertanian Kabupaten Dairi, jurnal peternakan, teks
20
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Teknik Pengumpulan Data
Teknik Wawancara
Teknik Pencatatan
daftar pertanyaan atau kuisioner dan mencatatkan data yang diperoleh dari data
Sumbul. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan unit
Kecamatan yang populasi ternak sapinya padat, sedang dan jarang ditentukan
dengan melihat data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Dairi dalam angka 2017
21
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Menurut Sugiyono (2010) bahwa sampling purposive adalah “teknik
diambil dari populasi dipilih dengan sengaja berdasarkan tujuan dan pertimbangan
tertentu.
dilakukan dengan cara undian secara acak dengan bantuan sampling frame yang
berisi nama-nama peternak sapi yang ada di lokasi penelitian. Kasmadi dan
Sunariah (2013) berpendapat bahwa “teknik simple random sampling yaitu teknik
sampling sederhana yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang
Besarnya sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan rumus Slovin sebagai
berikut:
n=
dimana:
22
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
koefisien determinasi dan uji t. Mencegah dan mengurangi kesalahan secara
manual mengolah data dalam analisis ini menggunakan alat bantu minitab 18.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis model
(kriterium), bila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor prediator
Y = a +b₁X₁+b₂X₂+b₃X₃+b₄X₄+b₅ + + +e
Keterangan:
: jarak lokasi ternak dipelihara dari rumah yang diukur dalam meter
23
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dosis/tahun
Uji Multikolinearitas
dalam sebuah model regresi ada interkorelasi atau kolinearitas antar variabel
bebas. Interkorelasi adalah hubungan yang linear atau hubungan yang kuat antara
satu variabel bebas atau variabel prediktor dengan variabel prediktor lainnya di
dalam sebuah model regresi. Interkorelasi itu dapat dilihat dengan nilai koefisien
korelasi antara variabel bebas, nilai VIF dan Tolerance, nilai Eigenvalue dan
Condition Index, serta nilai standar error koefisien beta atau koefisien regresi
parsial.
dengan cara menghitung nilai Toleransi atau Variance Inflation Factor (VIF), jika
nilai toleransi kurang dari 0,1 atau nilai VIF melebihi 10 maka hal tersebut
variabel bebas.
24
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Uji Heteroskedastisitas
menyebar secara normal pada sebaran sampel, berarti bahwa variasi residual tidak
Uji F
semua variabel independen atau variabel bebas yang dimasukkan dalam model
variabel terikat. Untuk menguji Hipotesis ini digunakan statistik F dengan kriteria
1. Ho diterima apabila F-hitung < F-tabel, artinya semua variabel bebas secara
variabel terikat.
2. Ho ditolak apabila F-hitung > F-tabel, artinya semua variabel bebas secara
Koefisien Determinasi
besar kemampuan semua variabel bebas dalam menjelaskan varians dari variabel
terikatnya. Determinan adalah kebertepatan titik yang diamati dengan garis model.
25
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dalam uji linear berganda ini koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui
Menurut Ghozali (2012) Uji beda t-test digunakan untuk menguji seberapa
jauh pengaruh variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini secara
memperoleh faktor kekuatan yang dapat dimanfaatkan dan faktor kelemahan yang
SWOT .
Data primer dan data sekunder terkumpul yang bersifat kualitatif dipaparkan
26
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat
strategis:
1) Strategi SO yaitu strategi yang dibuat berdasarkan jalan pikiran. Strategi ini
peluang sebesar-besarnya.
ancaman.
(Sumber: Rangkuti, 2015)
eksternal yang dihadapi peternak sapi potong di daerah penelitian dan disesuaikan
27
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
menggunakan kekuatan meminimalkan
Faktor Ancaman untuk mengatasi ancaman kelemahan dan
Eksternal menghindari ancaman
Sumber: Rangkuti, 2015.
Defenisi
potong dalam satu periode (dalam 1 tahun) dan dinyatakan dalam persen dari
jumlah/populasi ternak.
2. Modal adalah uang yang dimiliki peternak dan tersedia untuk keperluan
3. Jumlah Ternak adalah jumlah ternak sapi (ekor) yang dipelihara peternak.
4. Tenaga Kerja adalah jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan yang dikaitkan
5. Jumlah Pakan (ransum makanan ternak) adalah makanan ternak sapi yang
6. Jarak Lokasi Ternak Dipelihara dari Rumah adalah Jarak antara tempat tinggal
9. Pemasaran Ternak adalah suatu tindakan dalam hal penjualan ternak sapi.
28
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
10. Pemberian Obat, Vitamin dan Vaksin adalah suatu tindakan yang dilakukan
11. Jumlah Kelahiran Ternak adalah Jumlah sapi peliharaan peternak yang lahir
12. Jumlah Kematian Ternak adalah Jumlah sapi peliharaan peternak yang mati
Batasan Operasional
2. Waktu penelitian dilaksanakan selama 4 (empat) bulan yaitu Januari s/d April
2019.
29
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HASIL DAN PEMBAHASAN
sebelah Barat Laut propinsi Sumatera Utara. Kabupaten Dairi terletak di sebelah
Darussalam ).
menjadi dua kabupaten, yaitu Kabupaten Dairi dan Kabupaten Pakpak Bharat di
mana Kabupaten Dairi adalah sebagai kabupaten induk, dengan dasar hukum
Provinsi Sumatera Utara dengan luas wilayah 192.780 hektare, yaitu sekitar 2,69%
dari luas Provinsi Sumatera Utara (7.160.000 hektare) yang terletak di sebelah
barat laut Provinsi Sumatera Utara. Pada umumnya Kabupaten Dairi berada pada
30
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kecamatan. Jumlah penduduk Kabupaten Dairi pada akhir tahun 2016 adalah
sebanyak 280.610 jiwa dengan banyaknya rumah tangga sebesar 67.189, atau
rata-rata 4 sampai 5 jiwa setiap rumah tangga. Penyebaran penduduk tersebut tidak
dikembangkan. Hal ini dapat dilihat dari kesesuaian iklim untuk pemeliharaan
ternak serta luas lahan untuk pengembalaan ternak masih relatif luas.
Melihat luas lahan yang cukup ini, pengembangan peternakan sapi tentu
akan sangat menguntungkan di Kabupaten Dairi. Hal ini juga didukung oleh
Kecamatan Siempat Nempu Hulu dengan jumlah populasi sebesar 1.038 ekor.
unggulan untuk dikembangkan. Hal ini telihat dari para peternak yang masih
31
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Sapi Potong
Pengalaman Beternak
Pengalaman beternak sapi potong merupakan salah satu hal yang dapat
pengalaman beternak selama 1 - 10 tahun sebanyak 148 orang atau sebesar 62%,
selama 11 - 20 tahun sebanyak 73 orang atau sebesar 31%, selama lebih dari 20
Modal
Adapun modal peternak sapi potong produksi sapi dapat dilihat pada tabel
berikut :
32
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Total 239 100
peternak sapi dalam produksi ternak sapi terdiri dari tiga kategori, untuk modal
terbanyak berkisar antara Rp. 1.000.000- 10.000.000, terdiri dari 140 orang
responden atau sebesar 59%, untuk modal Rp. 10.000.001- 20.000.000 terdiri dari
84 orang responden atau sebesar 35%, untuk modal > Rp. 20.000.000 terdiri dari
data penelitian yang digunakan menunjukkan bahwa jumlah ternak sapi yang
ekor, sehingga skala ini masih tergolong skala usaha sambilan dalam masyarakat.
Berikut tabel jumlah ternak sapi potong dan presentase responden pemelihara
Sapi Jantan
114 82
1. Pedet (Anak)
57 54
2. Dara
31 31
33
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3. Jantan Dewasa (pejantan)
Total 1.198
dipelihara oleh para peternak antara 1-5 ekor terdiri dari 171 responden atau
sebesar 72%, jumlah 6-10 ekor sebanyak 65 responden atau sebesar 27% dan
Tenaga Kerja
Tabel di bawah ini menunjukkan jumlah tenaga kerja yang digunakan para
peternak, jumlah tenaga kerja yang menggunakan 1-2 tenaga kerja sebanyak 235
responden atau sebesar 98% sedangkan kriteria 3-4 tenaga kerja terdiri dari 4
responden atau sebesar 2% dan tenaga kerja yang digunakan di atas 4 orang tidak
ada.
34
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data bahwa para peternak mayoritas
berusia produktif sehingga usaha ternak sapi potong di Kabupaten Dairi berpotensi
untuk dikembangkan.
Jumlah Pakan
yang diberikan dalam pemeliharaan sapi potong oleh para peternak yaitu antara
20-25 kg/ekor/hari terdiri dari 97 responden atau sebesar 40%, jumlah 26-31
kg/ekor/hari sebanyak 105 responden atau sebesar 43% dan jumlah di atas 31
Jarak rumah peternak dengan lokasi ternak sapi dipelihara tentu dapat
ternak dipelihara, tentu akan mempengaruhi waktu dan tenaga peternak dalam
akan lebih sulit. Jarak tempuh yang jauh akan menyebabkan peternak malas dalam
memelihara ternaknya.
35
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel berikut menunjukkan jarak rumah peternak dengan ternak sapi yang
dipelihara.
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa jarak ternak sapi yang
dipelihara dalam penelitian ini adalah 0-400 meter sebanyak 58 responden atau
sebesar 24%, 401-800 meter sebanyak 175 responden atau sebesar 73% dan lebih
Ukuran Kandang
kandang terdapat 1-3 ekor sapi. Kandang ternak rata-rata terbuat dari kayu dengan
lantai semen dengan ukuran bervariasi antara 2,5 x 3 meter, 3 x 5 meter dan 3 x 7
meter per kandang. Ukuran kandang yang digunakan para peternak di Kabupaten
36
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Total 239 100
Pada daerah penelitian terdapat 216 responden atau sebesar 90% tidak
Pemasaran
oleh para peternak dalam kurum waktu satu tahun. Penjualan sapi potong yang di
pelihara di Kabupaten Dairi dilakukan dengan menggunakan jasa agen sapi potong
yaitu peternak menjual sapinya ke agen untuk dijualkan ke daerah lain. Penjualan
ini kebanyakan masih merugikan para peternak, karena sapinya dijual hanya
dengan melakukan taksiran bobot hidup sapi saja tanpa melakukan penimbangan.
Pemasaran ternak sapi potong dapat di lihat pada tabel di bawah ini.
dijual para peternak per-tahunnya terdiri dari 1-2 ekor sebanyak 200 responden
atau sebesar 83%, penjualan 3-4 ekor per tahun sebanyak 35 responden atau
sebesar 15% dan penjualan di atas 4 ekor sebanyak 4 responden atau sebesar 2%.
37
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pemberian Obat-obatan (obat, vitamin dan vaksin)
dilakukan untuk mencegah dan mengobati ternak dari serangan berbagai penyakit.
Berikut tabel pemberian obat, vitamin dan vaksin yang dilakukan oleh para
Pemberian obat terhadap sapi potong yang dipelihara oleh para peternak per-
tahunnya terdiri dari 0 (tidak ada) pemberian obat per-tahun sebanyak 199
responden atau sebesar 83%, pemberian obat 1-20 dosis per-tahun sebanyak 38
responden atau sebesar 16% dan pemberian obat di atas 20 dosis per tahunnya
Adapun untuk pemberian vitamin terhadap sapi potong yang dipelihara para
38
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
sebanyak 202 responden atau sebesar 85%, pemberian vitamin 1-20 dosis per-
tahun sebanyak 29 responden atau sebesar 12% dan pemberian vitamin di atas 20
dosis per tahunnya sebanyak 8 responden atau sebesar 3%. Pemberian vitamin ini
cukup jarang dilakukan oleh para peternak. Pemberian vitamin ini biasanya harus
sapi potong yang dipelihara oleh para peternak per-tahunnya terdiri dari 0 (tidak
ada) pemberian vaksin per-tahun sebanyak 204 responden atau sebesar 85%,
dan pemberian vaksin di atas 6 dosis per tahunnya sebanyak 15 responden atau
sebesar 6%.
Jumlah Kelahiran
sapi di Kabupaten Dairi dapat dilihat dari seberapa besar angka kelahiran yang
39
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dihasilkan per tahunnya. Jumlah kelahiran ternak sapi di Kabupaten Dairi dapat
ternak sapi yang lahir per tahunnya terdiri dari 1-2 ekor sebanyak 177 responden
atau sebesar 74%, lahir 3-4 ekor per tahun sebanyak 61 responden atau sebesar
25% dan lahir di atas 4 ekor sebanyak 1 responden atau sebesar 1%. Jumlah
Kabupaten Dairi, di mana apa bila jumlah kelahiran semakin tinggi maka
produktivitasnya juga akan semakin tinggi dan sebaliknya apa bila jumlah
Jumlah Kematian
menunjukkan jumlah ternak sapi yang mati per tahun di Kabupaten Dairi
40
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 17. Jumlah Ternak Sapi yang Mati Per-tahun
Mati (ekor) Jumlah (orang) Persen (%)
0 (tidak ada) 236 99
1 3 1
>1 0 0
Total 239 100
responden atau sebesar 99%, jumlah kematian 1 (satu) ekor per tahunnya sebanyak
3 responden atau sebesar 1 % dan kematian lebih dari 1 (satu) ekor per tahunnya
tidak ada atau sebesar 0%. Dari data yang diperoleh di lapangan menunjukkan
bahwa jumlah kematian ternak sapi hanya satu persen dalam setahun, hal ini dapat
terjadi karena bila ternak sapi yang dipelihara menderita penyakit tertentu, para
ditimbulkan oleh pengalaman beternak, modal usaha, jumlah ternak, tenaga kerja,
jumlah pakan ternak, jarak lokasi ternak dipelihara dari rumah, ukuran kandang,
Kabupaten Dairi yang akan dianalisis dengan menggunakan program minitab 18.
41
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Analisis Regresi Berganda
faktor produksi seperti modal, jumlah ternak, tenaga kerja dan jumlah kelahiran
potong.
42
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
H1 : X2 = X3 = X4 = X10 ≠ 0 faktor-faktor produksi secara bersama-sama
jumlah ternak (X3) = 0,000, tenaga kerja (X4) = 0,045 dan jumlah kelahiran
disimpulkan bahwa modal, jumlah ternak, tenaga kerja dan jumlah kelahiran
pada α = 0,05.
jarak lokasi ternak dari rumah (X6) =0,832, ukuran kandang (X7) = 0,390,
= 0,562, vaksin (X9) = 0,081, jumlah kematian (X11) = 0,546 nilainya lebih dari
pakan, jarak lokasi ternak dipelihara dari rumah, ukuran kandang, pemasaran
sapi potong adalah jumlah kelahiran ternak (X10) dengan nilai F-hitung lebih
besar dari nilai F-tabel (459,94 > 0,000) pada taraf α = 0,05. Jumlah kelahiran ini
43
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dairi karena dengan angka kelahiran yang semakin bertambah maka populasi
ternak di Kabupaten Dairi juga tentu akan semakin bertambah dan sebaliknya.
Kabupaten Dairi masih tergolong sedikit. Hal ini juga telah menyebabkan jumlah
demi tahun. Ada beberapa hal yang menyebabkan jumlah kelahiran di Kabupaten
dini birahi oleh peternak, 3). Pejantan untuk kawin alami tidak selalu tersedia, 4).
suntik karena ternak sapi kebanyakan dipelihara secara liar tanpa kandang.
sebagai berikut:
dalam sebuah model regresi ada interkorelasi atau kolinearitas antar variabel
bebas. Interkorelasi adalah hubungan yang linear atau hubungan yang kuat antara
satu variabel bebas atau variabel prediktor dengan variabel prediktor lainnya di
antar variable bebas dapat dilihat dalam Tabel 19 analisis regresi (coefficients)
sebagai berikut :
44
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 19. Hasil Analisis Regresi (Coefficients).
F-
Keterangan Koefisien SE Koefisien hitung F-tabel VIF
Constant 59.83 5.53 10.81 0.000
Pengalaman Beternak 0.004 0.128 0.03 0.975 1.09
(tahun)
Modal (Rp) 0.000001 0.000000 1.98 0.049 3.01
Jumlah Ternak (ekor) -17.75 1.11 -15.93 0.000 7.95
Tenaga Kerja (orang) -4.19 2.08 -2.02 0.045 2.24
Pakan (Kg/ekor) 0.305 0.169 1.81 0.072 1.04
Jarak Lokasi ternak 0.00086 0.00404 0.21 0.832 1.02
dipelihara
Ukuran Kandang (meter2) 0.148 0.173 0.86 0.390 1.29
Pemasaran ternak 2.32 1.48 1.57 0.117 3.61
(ekor/tahun)
Obat (dosis/tahun) 0.088 0.345 0.26 0.799 9.20
Vitamin (dosis/ tahun) 0.155 0.267 0.58 0.562 8.27
Vaksin (dosis/ tahun) -0.861 0.491 -1.75 0.081 6.07
Jumlah Kelahiran 43.05 2.01 21.45 0.000 5.76
(ekor/tahun)
Jumlah Kematian -4.39 7.26 -0.60 0.546 1.32
(ekor/tahun)
kolinearitas ganda, dengan kata lain tidak ada variabel yang saling berpengaruh
satu sama lain. Karena nilai (VIF) masing-masing variable tidak lebih besar dari
45
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Uji Heteroskedastisitas
mengetahui gangguan atau hambatan yang tidak menyebar secara normal pada
sebaran sampel dalam arti bahwa variasi residual tidak sama untuk semua
pengamatan.
secara simultan berpengaruh pada variabel dependen (Y), dari hasil uji F
(Tabel 18) menunjukkan bahwa nilai F-hitung > F-tabel pada tingkat kepercayaan
46
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
95% yaitu 45,39 dengan signifikansi 0,000 lebih kecil dari taraf signifikan yang
digunakan dalam peneitian ini yaitu 0,05 atau 5%. Dengan demikian dapat
tenaga kerja, jumlah pakan ternak, jarak lokasi ternak dipelihara dari rumah,
jumlah kelahiran ternak dan jumlah kematian ternak secara simultan berpengaruh
besar kemampuan semua variabel bebas dalam menjelaskan varians dari variabel
terikatnya. Dalam uji linear berganda ini koefisien determinasi digunakan untuk
mengetahui presentase sumbangan pengaruh X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7, X8,
antara variable faktor produksi (X) terhadap produktivitas (Y) dapat berpengaruh
secara linier sebesar 72,39 % dan sisanya sebesar 27,61% dipengaruhi oleh faktor
Uji t digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh antar variabel
bebas yang diteliti (X1-X11) terhadap produktivitas ternak sapi (Y) secara
Y = a +b₁X₁+b₂X₂+b₃X₃+b₄X₄+b₅ + + +
+ +e
47
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
= 59,83 + 0,004 X₁ + 0,000001 X₂ - 17,75 X₃ - 4,19 X₄ + 0,305 + 0,00086
dapat dilihat nilai konstanta terhadap produktivitas ternak sapi potong sebesar
59,83. Hal ini menunjukkan bahwa jika nilai variabel bebas (X) bernilai nol atau
tidak ada maka produktivitas pada usaha ternak sapi potong bernilai 59,83.
sebagai berikut :
0,004 dan tidak berpengaruh signifikan terhadap produktivitas ternak sapi (Y)
artinya jika variabel independen lain nilainya tetap dan pengalaman beternak
Hal ini disebabkan oleh pengalaman beternak yang dimiliki berbanding lurus
dengan produktivitas ternak sapi potong. Di mana apa bila pengalaman para
peternak semakin lama maka tingkat pengetahuan para peternak juga akan
semakin meningkat seiring dengan proses pembelajaran yang selalu diperoleh dari
Hal ini sesuai dengan pendapat Aditana et al. (2012) yang menyatakan
dapat dengan mudah menerima inovasi teknologi yang berkaitan dengan usaha
48
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Penulis menyimpulkan bahwa alasan kenapa pengalaman beternak ini tidak
yang dimiliki para peternak masih mendominasi atau sebesar 62% dan masih di
bawah 10 tahun dan apabila pengalaman para peternak sudah diatas 10 tahun dan
positif dan signifikan terhadap produktivitas ternak sapi potong artinya terjadi
hubungan positif antara modal dengan produktivitas ternak sapi potong, di mana
bila modal semakin meningkat maka produktivitas juga akan semakin meningkat.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa modal yang dimiliki oleh para peternak
Hal ini sesuai dengan pendapat Kariyasa (2005) yang menyatakan bahwa
rendahnya populasi sapi potong antara lain disebabkan sebagian besar ternak
dipelihara oleh peternak berskala kecil dengan lahan dan modal terbatas.
tradisional dan jumlah ternak yang dimiliki sekitar 1-3 ekor setiap rumah tangga.
49
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Faktor produksi Jumlah Ternak ini menunjukkan pengaruh negatif dan
hasil regresi diperoleh nilai koefisien regresi jumlah ternak sebesar -17,75 artinya
jika variabel lain nilainya tetap dan jumlah ternak mengalami kenaikan satu persen
maka produktivitas ternak sapi akan mengalami penurunan sebesar 17,75% dan
sebaliknya.
Penurunan produktivitas bisa saja terjadi apa bila ternak sapi ditambah dari
luar karena para peternak dimungkinkan akan semakin kurang terarah dalam
mengelola usaha ternaknya karena para peternak akan dibabani dengan hal-hal
(pemberian pakan dan lain-lain), menambah waktu dan tenaga kerja dalam hal
mengelola usaha ternaknya. Sehingga bila jumlah ternak sapi semakin ditambah
Kabupaten Dairi. Kecuali dengan keberadaan jumlah ternak yang sudah saat ini,
Hal ini sesuai dengan pendapat Andri et al. (2015) yang mengatakan bahwa
produktivitas usaha ternak yang rendah dapat terjadi karena pola manajemen
pemeliharaan ternak yang masih rendah dan kurang terarah, di mana peternak
50
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tenaga Kerja (X4) Berpengaruh Signifikan terhadap Produktivitas Ternak
Sapi (Y)
-4,19 dan berpengaruh signifikan terhadap produktivitas ternak sapi potong. Nilai
tersebut menunjukkan apabila terjadi peningkatan tenaga kerja sebesar satu persen
Apa bila jumlah tenaga kerja dinaikkan, maka produktivitas sapi potong di
Kabupaten Dairi akan menurun karena jumlah ternak yang dipelihara dengan
keberadaan jumlah tenaga kerjanya sudah tidak efisien lagi. Dengan menambah
jumlah tenaga kerja akan menyebabkan biaya pengeluaran juga yang akan semakin
bertambah.
mengelola usahanya berasal dari anggota keluarga sendiri atau lingkungan sekitar.
Pekerja yang digunakan merupakan pekerja dalam kategori usia produktif dengan
kisaran usia antara 19-56 tahun hal ini sesuai dengan sensus 2010 yang
menyatakan bahwa penduduk Indonesia usia produktif adalah usia 15-64 tahun,
pekerja usia muda adalah usia 15-24 tahun sedangkan usia yang tidak produktif
Faktor produksi jumlah pakan ternak (X5) memiliki koefisiean regresi positif
ternak sapi potong. Artinya nilai tersebut menunjukkan apabila jumlah pakan
dinaikkan sebesar satu persen maka produktivitas ternak sapi potong akan
51
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pakan hijauan
pakan hijauan dibawah rata-rata karena jumlah pakan hijauan yang diberikan
berada di kisaran 20 s/d 31 kg/ekor/hari dengan pemberian 2 kali sehari yaitu pagi
dan sore.
diberikan 10 persen dari berat badan sapi, yakni antara 30 sampai 40 kg/ekor/hari.
Kabupaten Dairi mengakibatkan ternak sapi yang dipelihara terlihat kurus dan
pertambahan bobot badan hariannya juga menjadi kurang maksimal hal ini terjadi
koefisien regresi positif sebesar 0,00086 dan tidak berpengarug signifikan terhadap
Produktivitas Ternak Sapi (Y). Hasil regresi ini menunjukkan bahwa apabila jarak
lokasi ternak dipelihara dari rumah dinaikkan sebesar satu persen maka
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sampai batas 800 meter jarak loksai
ternak dipelihara dari rumah para peternak tidak terlalu mempengaruhi minat dan
keseriusan para peternak dalam mengelola usaha ternak sapinya. Hal ini
52
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
disebabkan jumlah ternak yang dipelihara hanya sedikit ditambah lagi akses jalan
Namun pada jarak tempuh di atas 800 meter, para peternak sudah mulai
memiliki rasa malas untuk mengelola usaha ternak sapinya. Jarak tempuh yang
memelihara dan mengembangkan usaha ternak sapinya. Hal ini sesuai dengan
semakin jauh dari sumber hijauan pakan ternak, populasi akan menurun.
0,148 dan tidak berpengaruh signifikan terhadap produktivitas ternak sapi potong.
satu persen maka produktivitas ternak sapi potong akan meningkat sebesar
0,148%.
memiliki kandang. Pengelolaan usaha ternak sapi dengan cara seperti ini
dalam mengawinkan ternak sapi yang dimiliki. Kesulitan dalam deteksi birahi
ada. Selain itu, bila ternak sapi menderita suatu penyakit, peternak kesulitan untuk
melaksanakan tindakan pengobatan karena ternak peliharaan sudah tidak jinak lagi
53
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Hal ini sesuai dengan pendapat Sukmawati et al. (2010) bahwa Kandang
memiliki fungsi antara lain untuk menjaga keamanan ternak dari pencurian,
dan tidak berpengaruh signifikan terhadap produktivitas ternak sapi. Nilai ini
melaui agen atau perantara yang langsung datang ke desa mereka dimana tempat
ternaknya dipelihara. Hal ini sesuai dengan pernyataan Heryadi (2011) yang
jalur pemasaran yang pendek. Penentuan harga ternak berdasarkan pada tafsiran
berat karkas dan kondisi sapi, namun pada kenyataanya peternak kurang atau tidak
dapat menafsirkan berat karkas, hal ini disebabkan kurangnya tingkat pengetahuan
ternak sapinya pada kisaran 1-2 ekor/tahun. Penulis berkesimpulan bahwa apa bila
jumlah penjualan ternak semakin ditingkatkan yaitu diatas 2 ekor per tahunnya
54
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Obat, Vitamin dan Vaksin (X9)
Variabel Obat mempunyai nilai koefisien regresi positif sebesar 0,088 dan
pemberian obat meningkat sebesar satu persen maka produktivitas ternak sapi
Kebanyakan para peternak tidak terlalu perduli dalam hal pemberian obat
bila ternaknya terserang penyakit. Bila ternak yang dipelihara menderita suatu
sebagian malah membiarkan begitu saja sampai ternaknya sembuh kembali dengan
55
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Hal ini sesuai dengan pendapat Asmirani (2014) yang mengatakan bahwa
Pemberian obat, vitamin dan vaksin ini tidak menunjukkan pengaruh yang
kebanyakan tidak dikandangkan. Selain itu, biaya yang dibutuhkan juga tentu akan
dilaksanakan.
apabila jumlah kelahiran meningkat sebesar satu persen maka produktivitas ternak
Menurut Dania (1992), angka kelahiran adalah jumlah anak yang lahir per
tahun dibagi dengan jumlah betina dewasa atau populasi dikali 100%. Daya
lama kehidupan produktif sapi potong lebih lama bila dibandingkan dengan sapi
perah yaitu 10 sampai 12 tahun dengan produksi 6 sampai 8 anak. Faktor ini
56
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
penundaan kebuntingan ternak, mempunyai dampak ekonomis yang sangat
bunting, jenis kelamin pedet, umur sapih, angka service per conseption, bulan
beranak, bulan pada saat terjadinya konsepsi dan jarak sapi dikawinkan setelah
beranak (Astuti et all., 1983). Sedangkan menurut Hendri (2000) jarak kawin
pertama setelah beranak, lama bunting dan angka service per conseption adalah
yang semakin banyak tentu akan semakin meningkatkan jumlah populasi ternak
sapi di Kabupaten Dairi dengan kata lain bahwa produktivitas ternak sapi juga
sebesar 4,39 dan tidak berpengaruh signifikan terhadap produktivitas ternak sapi.
Artinya apabila jumlah kematian ternak meningkat sebesar satu persen maka
Jika jumlah kematian semakin meningkat, tentu jumlah populasi ternak sapi di
produktivitas sapi juga akan semakin rendah. Tingkat kematian sapi potong
berdasarkan hasil penelitian adalah sebesar 1% dan hal ini masih dibawah rata-rata
57
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ternak sapi di Kabupaten Dairi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Susanti, dkk
(2015) terhadap Sapi Potong dengan rerata persentase kematian pertahun adalah
1,44%.
potong dimaksud dapat dilaksanakan melalui anlisis faktor internal dan eksternal.
kelemahan (weakness) yang terdiri dari sumber daya manusia, sumer daya alam
pada usaha ternak sapi potong. Faktor eksternal terdiri dari Jumlah penduduk yang
Kekuatan (strength)
58
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pengalaman Beternak Cukup Baik
banyak akan berhati-hati dalam bertindak dengan adanya pengalaman yang tidak
baik di masa lalu (Soeharjo dan Patonang, 1982). Di lokasi penelitian diperoleh
data bahwa usaha beternak sapi ini sudah dilakukan turun temurun. Pengalaman
beternak rata-rata lebih dari 2 tahun. Artinya usaha ini sudah dilakukan beberapa
Kabupaten Dairi sebagian besar terdiri dari dataran tinggi dan berbukit-bukit
Dairi sebahagian besar lereng terjal (45,70 persen), lereng curam (14,43 persen),
selebihnya bergelombang, berombak, dan sebagian kecil datar. Pola curah hujan di
daerah ini dipengaruhi oleh letak geografis Kabupaten Dairi. Umumnya curah
hujan semakin bertambah sesuai dengan ketinggian tempat, curah hujan terbanyak
Kerajaan dan Kecamatan Tanah Pinem berada pada ketinggian 700-1.660 meter di
59
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Menurut Williamson dan Payne (1993) bahwa suhu lingkungan yang optimal
untuk ternak sapi potong adalah 21-27 °C. Kelembaban idel bagi sapi potong
memiliki lahan untuk padang pengembalaan ternak yang relatif cukup luas yakni
sebesar 2.868 ha dan beriklim tropis dengan suhu udara rata-rata berkisar antara
15ºC– 24ºC dengan kelembaban udara rata-rata 87,38 persen (BPS Dairi dalam
Pemeliharaan ternak sapi potong cukup mudah dan tidak terlalu rumit karena
dalam pemeliharaan, tenaga kerja yang dibutuhkan tidak terlalu banyak. Selain itu,
dalam pemberian pakan juga hanya dua kali dalam sehari sehingga
lain, ternak sapi potong ini juga dapat hanya digembalakan di pandang
281.876 jiwa masih terdapat sekitar 1,26 % atau sekitar 3.551 jiwa penduduk yang
tenaga kerja yang digunakan berasal dari anggota keluarga sendiri atau lingkungan
sekitar.
Kabupaten dairi memiliki luas lahan yang cukup luas yang dapat
60
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Berdasarkan data statistik terdapat luas lahan untuk padang
penggembalaan/padang rumput sebesar 2.868 hektar dan seluas 6.659 hektar luas
lahan yang masih ditelantarkan atau tidak diusahai (Dairi Dalam Angka, 2017).
Kelemahan (Weakness)
meliputi :
tindakan yang dilakukan, bahkan saat kelahiran anak sapi ataupun kematian
61
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4. Keterbatasan modal usaha ternak
Untuk mengelola suatu usaha tentu tidak terlepas dari ketersediaan modal
usaha. Modal yang dibutuhkan dalam mengelola usaha ternak sapi merupakan
adalah usaha pokok yang terus menerus digeluti. Hal ini juga membuat
lambat.
ternak sapi yang dapat menjadi merupakan peluang dan tantangan pada unit
ancaman (Threats).
Peluang (Oppurtunities)
3. Adanya lahan yang cukup luas yang dapat digunakan untuk peternakan.
62
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4. Memanfaatkan teknologi, kotoran ternak sapi dapat diolah menjadi pupuk
organic.
Ancaman (Threats)
yang dipelihara.
Dalam peningkatan sumber daya manusia para peternak tentu tidak terlepas
dari adanya hubungan yang baik antara pemerintah dan petani. Dalam hal ini
saat ini satu penyuluh sudah ada yang menangani 2-4 desa dalam satu
kecamatan.
Volume usaha pesaing peternak seperti adanya usaha ternak lain seperti usaha
ternak ayam potong, ternak babi dan ternak lainnya yang semakin meningkat.
Sarana dan prasarana yang kurang memadai seperti akses jalan menuju
63
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 20. Analisis SWOT Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong
Kekuatan (S) Kelemahan (W)
Faktor Internal Pengalaman beternak Pemeliharaan ternak
cukup baik masih bersifat
Iklim dan Sumber tradisional
Daya Alam yang Manajemen usaha
Mendukung ternak yang kurang baik
Sapi potong lebih Ternak yang dipelihara
mudah dipelihara mayoritas tanpa
dibandingkan ternak kandang
lain Keterbatasan akan
Ketersediaan jumlah modal usaha ternak
tenaga kerja yang Usaha ternak sapi
cukup dilakukan sebagai usaha
Ketersediaan lahan sambilan
Faktor Eksternal sebagai basis penyedia
pakan yang cukup
Peluang (O) Srategi SO Strategi WO
Jumlah penduduk 1) Mengembangkan 1) Memberikan
yang semakin sistem agribisnis penyuluhan disertai
meningkat peternakan sehingga dengan pelatihan dan
menyebabkan kebutuhan daging demonstrasi (demplot
konsumsi daging sapi lokal dapat percontohan) sehingga
juga semakin tercukupi secara dapat meningkatkan
meningkat memadai kemampuan peternak
Usaha ini cukup 2) Mengoptimalkan dan 2) Mengembangkan
menguntungkan mengembangkan sarana dan prasarana
karena kemampuan internal usaha ternak sapi
pemeliharaannya peternak melalui potong di seluruh
cukup mudah pelatihan penguasaan wilayah sapi potong
Adanya lahan teknologi baru, agar dipelihara
yang cukup luas usaha ternak sapi 3) Memacu pemanfaatan
yang dapat potong yang dikelola teknologi dalam
digunakan untuk menjadi lebih maju pengembangan ternak
peternakan 3) Mengoptimalkan sapi potong dalam
Memanfaatkan pemanfaatan lahan rangka meningkatkan
teknologi, kotoran dan skala usaha untuk produksi
ternak sapi dapat meningkatkan 4) Meningkatkan akses
diolah menjadi populasi sapi potong peternak terhadap
pupuk organik 4) Mengembangkan informasi pasar serta
kemitraan agribisnis mempermudah
antara peternak dalam jangkauan pelayanan
rangka meningkatkan sistem kelembagaan
produksi dan keuangan bagi
pendapatan peternak masyarakat
64
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Ancaman (T) Strategi ST Strategi WT
Kemungkinan 1) Bekerjasama dengan 1) Meningkatkan
besar terjadinya Kepolisian dan pembinaan untuk
kegagalan dalam menghidupkan penambahan
pemeliharaan kembali sistem keterampilan peternak
ternak adalah keamanan lingkungan 2) Memperbaiki
karena resiko (siskamling) yang manajemen usaha,
kehilangan ternak selama ini tidak memperkuat peran dan
Tenaga Penyuluh berfungsi dengan baik fugsi kelompok ternak.
masih terbatas 2) Mengembangkan 3) Memprogramkan
Volume usaha keterampilan SDM penambahan petugas
pesaing peternak dan meningkatkan penyuluh peternakan
semakin pola efisiensi agar untuk memberdayakan
meningkat dapat menguasai dan dan melatih peternak
Fasilitas sarana meningkatkan sapi yang ada
dan prasarana produktivitas di 4) Meningkatkan peran
yang masih bidang usaha ternak pemerintah dalam
kurang memadai 3) Menjalin usaha memberikan bantuan
kemitraan bersama modal dan
pihak pemerintah, pendampingan
perbankan dan pihak peternak
swasta lainnya untuk 5) Memprogramkan
mengembangkan pemberian bantuan
sarana dan prasarana bibit, pakan, kandang
yang ada. bagi para peternak
Kabupaten Dairi yakni dengan pemanfaatan kekuatan dan peluang yang ada
65
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
sarana produksi ternak (sapronak), kegiatan usaha produksi (budidaya),
kebijakan pemerintah.
pelatihan penguasaan teknologi baru, agar usaha ternak sapi potong yang
kebutuhan pakan akan semakin terpenuhi dengan baik dan skala usaha
peternakan sapi yang dikelola di pedesaan juga tentu akan berpeluang untuk
dikembangkan menjadi skala usaha ke arah skala usaha yang lebih besar.
antara peternak tentu akan dapat menguntungkan para peternak itu sendiri,
karena mereka akan dapat saling bertukar informasi dan pengetahuan terbaru
dibina antara peternak akan dapat meningkatkan produski sapi dan pendapatan
66
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
peluang dalam pengembangan peternakan yakni :
wilayah sapi potong dipelihara. Sarana dan prasarana mulai dari lokasi
ataupun lahan, sumber air, bangunan dan peralatan serta akses jalan menuju
dari dan ke loksi peternakan harus dikembangkan dan dibenahi dengan baik.
pasar terkini. Selain itu, melalui peran serta pemerintah dalam hal
menjembatani antara peternak dengan pihak lembaga keuangan yang ada agar
67
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
lebih mempermudah dan memberi keringan dalam pemberian kredit ke
peternak.
pendampingan peternak .
68
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Hasil perhitungan pembobotan faktor-faktor yang berhubungan dengan
Kekuatan
1 Pengalaman beternak cukup baik. 0,13 4 0,52
2 Iklim dan Sumber Daya Alam yang 0,12 3 0,36
Mendukung
3 Sapi potong lebih mudah dipelihara 0,11 3 0,33
dibandingkan ternak lain
4 Ketersediaan jumlah tenaga kerja yang 0,13 4 0,40
cukup.
5 Ketersediaan lahan sebagai basis 0,12 3 0,36
penyedia pakan yang cukup
Sub Total
2,09
Kelemahan
1 Pemeliharaan ternak masih bersifat 0,08 2 0,16
tradisional
2 Manajemen usaha ternak yang kurang 0,07 2 0,14
baik
3 Ternak yang dipelihara mayoritas 0,08 2 0,16
tanpa kandang.
4 Keterbatasan modal usaha ternak 0,08 2 0,16
5 ternak sapi dilakukan sebagai usaha 0,08 2 0,16
sambilan
Sub Total 0,92
69
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 22. Strategi Faktor Eksternal di Lokasi Penelitian
No Faktor Strategi Eksternal Bobot Rating Bobot x Rating
Peluang
1 Jumlah penduduk yang semakin
meningkat menyebabkan konsumsi 0,16 4 0,64
daging juga semakin meningkat.
2 Usaha ini cukup menguntungkan 0,15 3 0,45
karena pemeliharaannya cukup
mudah
3 Adanya lahan yang cukup luas yang
0,15 3 0,45
dapat digunakan untuk peternakan.
4 Memanfaatkan teknologi, kotoran
ternak sapi dapat diolah menjadi 0,10 2 0,20
pupuk organik
Sub Total
1,74
Ancaman
1 Kemungkinan besar terjadinya 0,14 3 0,42
kegagalan dalam pemeliharaan
ternak adalah karena resiko
kehilangan ternak
2 Tenaga Penyuluh masih terbatas 0,10 2 0,20
Volume usaha pesaing peternak
3 0,10 2 0,20
semakin meningkat
4 Fasilitas sarana dan prasarana yang 0,10 2 0,20
masih kurang memadai
pembobotan untuk faktor kekuatan sebesar 2,09, faktor kelemahan sebesar 0,78,
faktor peluang sebesar 1,74 dan faktor ancaman sebesar 1,02. Dari skor
70
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
pertumbuhan (Growth).
anaisis SWOT. Dalam menentukan posisi tersebut, titik koordinat X dari kondisi
internal dan titik koordinat Y dari kondisi eksternal, perhitungan tersebut sebagai
berikut:
PELUANG
(O)
5
4
KUADRAN III 3 KUADRAN I
2
1
-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4
KELEMAHAN KEKUATAN
(W) (S)
5
)
-1
KUADRAN IV -2 KUADRAN II
-3
-4
-5
ANCAMAN
(T)
71
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Hasil diagram analisis SWOT berada pada kuadran I, maka strategi yang
72
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
sebagai berikut:
modal usaha, jumlah ternak, tenaga kerja dan jumlah kelahiran ternak secara
Saran
pemerintah dalam hal pemberian bantuan modal usaha. Baik berupa materi,
bibit, pakan dan kandang serta menjembatani para peternak agar lebih mudah
73
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3. Dalam hal mengelola usaha ternak sapi di pedesaan, diharapkan seluruh
peternak lebih teliti dalam mendeteksi masa subur ternak sapinya supaya
74
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z., 2006. Penggemukan Sapi Potong. Jakarta (ID): Agro Media Pustaka.
Badan Pusat Statistik. 2017. Dairi dalam Angka 2017. Kabupaten Dairi.
Sidikalang.
Edy Rianto dan Endang Purbowati. 2010. Panduan Lengkap Sapi Potong. Penebar
Swadaya: Jakarta
Endrawati, E., E. Baliarti, dan S.P.S. Budhi. 2010. Performans induk sapi silangan
Simmental-Peranakan Ongole dan induk sapi Peranakan Ongole dengan
pakan hijauan dan konsentrat. Buletin Peternakan 34 (2) : 86-93
Fikar dan Ruhyadi. 2010. Buku Pintar dan Bisnis Sapi Potong. Agromedia
Pustaka. Jakarta.
75
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Ghozali, Imam. 2012. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
20. Semarang: Badan Penerbit – Universitas Diponegoro.
Heryadi, A. 2011. Pola Pemasaran Sapi Potong di Pulau Madura. Jurnal Sosial
Ekonomi Peternakan 5: 38-46
Pawere FR, Baliarti E, Nurtini S. 2012. Proporsi bangsa, umur, bobot badan dan
skor kondisi tubuh sapi bakalan pada usaha penggemukan. Buletin
Peternakan 36:193-198
76
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Rahmat dan B. Harianto. 2012. 3 Jurus Sukses Menggemukkan Sapi Potong.
Cetakan Pertama. PT Agro Media Pustaka.
77
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.
Udin, 2015. Menjadi Kaya dengan Usaha Ternak Sapi Potong. [Online] Available
at: http://jualansapi.com/ternaksapi-menjadi-kaya-dengan-beternak
sapipotong/
Yani M. 2017. Mengenal Upsus Siwab (Upaya Khusus Sapi Induk Wajib Bunting).
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Nusa Tenggara Barat.
2017. http://disnakkeswan.ntbprov.go.id/men. (diakses tahun 2018).
78
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
79
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
80
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
81
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
82
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
83
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
84
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
85
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
86
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
87
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
88
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
89
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
90
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
91
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
92
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
93
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
94
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 3. Perhitungan Bobot dan Rating Faktor Internal
95
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 4. Perhitungan Bobot dan Rating Faktor Eksternal
96
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Regression Analysis: Produk-tivitas (%) versus ... ematian (ekor/tahun)
Analysis of Variance
Source DF Adj SS Adj MS F-Value P-Value
Regression 13 69935.3 5379.6 45.39 0.000
Pengalaman Beternak (tahun) 1 0.1 0.1 0.00 0.975
Modal (Rp) 1 465.1 465.1 3.92 0.049
Jumlah Ternak (ekor) 1 30058.9 30058.9 253.61 0.000
Tenaga Kerja (orang) 1 481.5 481.5 4.06 0.045
Pakan (Kg/ekor) 1 387.9 387.9 3.27 0.072
Jarak Lokasi ternak dipelihara 1 5.4 5.4 0.05 0.832
Ukuran Kandang (meter2) 1 87.8 87.8 0.74 0.390
Pemasaran ternak (ekor/tahun) 1 293.3 293.3 2.47 0.117
Obat (dosis/tahun) 1 7.7 7.7 0.07 0.799
Vitamin (dosis/ tahun) 1 40.0 40.0 0.34 0.562
Vaksin (dosis/ tahun) 1 363.7 363.7 3.07 0.081
Jumlah Kelahiran (ekor/ ta 1 54514.5 54514.5 459.94 0.000
Jumlah Kematian (ekor/ tah 1 43.3 43.3 0.37 0.546
Error 225 26667.9 118.5
Total 238 96603.2
Model Summary
S R-sq R-sq(adj) R-sq(pred)
10.8869 72.39% 70.80% 68.58%
97
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Coefficients
Term Coef SE Coef T-Value P-Value VIF
Constant 59.83 5.53 10.81 0.000
Pengalaman Beternak (tahun) 0.004 0.128 0.03 0.975 1.09
Modal (Rp) 0.000001 0.000000 1.98 0.049 3.01
Jumlah Ternak (ekor) -17.75 1.11 -15.93 0.000 7.95
Tenaga Kerja (orang) -4.19 2.08 -2.02 0.045 2.24
Pakan (Kg/ekor) 0.305 0.169 1.81 0.072 1.04
Jarak Lokasi ternak dipelihara 0.00086 0.00404 0.21 0.832 1.02
Ukuran Kandang (meter2) 0.148 0.173 0.86 0.390 1.29
Pemasaran ternak (ekor/tahun) 2.32 1.48 1.57 0.117 3.61
Obat (dosis/tahun) 0.088 0.345 0.26 0.799 9.20
Vitamin (dosis/ tahun) 0.155 0.267 0.58 0.562 8.27
Vaksin (dosis/ tahun) -0.861 0.491 -1.75 0.081 6.07
Jumlah Kelahiran (ekor/ ta 43.05 2.01 21.45 0.000 5.76
Jumlah Kematian (ekor/ tah -4.39 7.26 -0.60 0.546 1.32
Regression Equation
Produk-tivitas = 59.83 + 0.004 Pengalaman Beternak (tahun)
(%) + 0.000001 Modal (Rp) - 17.75 Jumlah Ternak (ekor)
- 4.19 Tenaga Kerja (orang) + 0.305 Pakan (Kg/ekor)
+ 0.00086 Jarak Lokasi ternak dipelihara
+ 0.148 Ukuran Kandang (meter2)
+ 2.32 Pemasaran ternak (ekor/tahun)
+ 0.088 Obat (dosis/tahun)
+ 0.155 Vitamin (dosis/ tahun) -
0.861 Vaksin (dosis/ tahun)
+ 43.05 Jumlah Kelahiran (ekor/tahun)
- 4.39 Jumlah Kematian (ekor/tahun)
98
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Fits and Diagnostics for Unusual Observations
Produk-tivitas
Obs (%) Fit Resid Std Resid
6 100.00 78.00 22.00 2.05 R
60 100.00 72.79 27.21 2.55 R
71 100.00 68.64 31.36 2.92 R
79 75.00 82.81 -7.81 -1.06 X
81 100.00 77.54 22.46 2.09 R
89 100.00 71.03 28.97 2.70 R
93 100.00 122.43 -22.43 -2.14 R
97 100.00 77.61 22.39 2.09 R
126 100.00 92.37 7.63 0.77 X
130 60.00 55.23 4.77 0.50 X
137 100.00 77.29 22.71 2.13 R
139 50.00 54.43 -4.43 -0.50 X
147 100.00 77.93 22.07 2.06 R
164 100.00 78.02 21.98 2.05 R
166 75.00 71.18 3.82 0.47 X
174 100.00 75.41 24.59 2.31 R
187 100.00 126.51 -26.51 -2.59 R
192 80.00 82.44 -2.44 -0.25 X
198 100.00 79.55 20.45 2.04 R
209 60.00 56.01 3.99 0.50 X
228 125.00 164.48 -39.48 -3.97 R
236 75.00 98.95 -23.95 -2.24 R
237 100.00 70.73 29.27 2.73 R
R Large residual
X Unusual X
99
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar Versus Fits Menunjukkan Plot Menyebar
100
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian
101
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar penulis (tengah) bersama dengan peternak sedang mengamati Lokasi
padang penggembalaan sapi yang berada di bawah kebun kopi
102
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA