Anda di halaman 1dari 116

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PRODUKTIVITAS TERNAK SAPI POTONG DAN STRATEGI


PENGEMBANGANNYA DI KABUPATEN DAIRI

TESIS

Oleh :

PARDAMEAN MARPAUNG
177040008

PROGRAM STUDI ILMU PETERNAKAN


PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019

1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PRODUKTIVITAS TERNAK SAPI POTONG DAN STRATEGI
PENGEMBANGANNYA DI KABUPATEN DAIRI

TESIS

Oleh :

PARDAMEAN MARPAUNG
177040008

Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Peternakan
pada Program Studi Ilmu Peternakan
Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI ILMU PETERNAKAN


PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019

2
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tesis ini telah diuji di Medan
Tanggal : 1 November 2019

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ir. Hasnudi, MS

Anggota : Dr. Ir. Rahmanta, M.Si

Penguji : 1. Prof. Dr. Ir. Sayed Umar

: 2. Dr. Ir. Ma’ruf Tafsin, M.Si

4
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RINGKASAN

PARDAMEAN MARPAUNG. 177040008. Analisis Faktor-faktor yang


Mempengaruhi Produktivitas Ternak Sapi Potong dan Strategi Pengembangannya
di Kabupaten Dairi. Tesis. Program Studi Ilmu Peternakan, Program Pascasarjana
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Dibawah bimbingan HASNUDI
dan RAHMANTA.
Peternakan sapi potong merupakan salah satu usaha ternak yang sangat
potensial untuk dikembangkan, karena sapi potong cukup mudah untuk dipelihara
dan lahan untuk mengembangkannya juga cukup luas di Kabupaten Dairi. Tujuan
dari penelitian ini adalah sebagai bserikut: (1) Menganalisis faktor apa saja yang
mempengaruhi produktivitas ternak sapi potong di Kabupaten Dairi. (2)
Menganalisis faktor apa saja yang lebih dominan mempengaruhi produktivitas
ternak sapi potong di Kabupaten Dairi. (3) Menentukan strategi pengembangan
ternak sapi potong di Kabupaten Dairi
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Siempat Nempu Hulu,
Kecamatan Tigalingga dan Kecamatan Sumbul, Kabupaten Dairi. Metode yang
digunakan adalah survey dengan jumlah sampel 239 peternak yang terdiri dari 126
peternak di Kecamatan Siempat Nempu Hulu, 82 peternak di Kecamatan
Tigalingga dan 31 Peternak dari Kecamatan Sumbul. Data yang digunakan adalah
data primer, yang diperoleh dari masyarakat peternak yang berkaitan dengan topik
penelitian ini. Model analisis yang digunakan adalah model analisis regresi
berganda dan analisis SWOT.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa modal usaha, jumlah ternak, tenaga
kerja dan jumlah kelahiran ternak berpengaruh signifikan terhadap produktivitas
ternak sapi potong di Kabupaten Dairi. Untuk mengembangkan peternakan sapi
potong di Kabupaten Dairi diperlukan campur tangan pemerintah dalam hal
memberikan program bantuan berupa modal, pemberian bantuan bibit sapi,
pelatihan dan pembinaan peternak, mempermudah akses kredit peternak dengan
pihak perbankan serta program peningkatan sarana dan prasarana yang berkaitan
dengan pemeliharaan sapi potong di pedesaan. Melalui analisis SWOT yang
digunakan, strategi yang harus dilakukan adalah dengan cara menggunakan
kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada pada usaha ternak sapi potong di
Kabupaten Dairi.

6
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
SUMMARY

PARDAMEAN MARPAUNG. 177040008. Analysis of Factors Affecting


the Productivity of Beef Cattle and Their Development Strategies in Dairi District.
Thesis. Animal Husbandry Study Program, Graduate Program Faculty of
Agriculture, Universitas Sumatera Utara. Under the guidance of HASNUDI and
RAHMANTA.
Beef cattle farming is one of the potential cattle businesses to be developed,
because beef cattle are quite easy to be raised and the land to develop them is also
quite extensive in Dairi Regency. The objectives of this study are as follows: (1)
Analyzing what factors affect the productivity of beef cattle in Dairi Regency. (2)
Analyzing which factors are more dominant affecting the productivity of beef
cattle in Dairi Regency. (3) Determine the strategy for developing beef cattle in
Dairi Regency
This research was conducted in Siempat Nempu Hulu Subdistrict,
Tigalingga Subdistrict and Sumbul Subdistrict, Dairi District. The method used
was a survey with a sample of 239 breeders consisting of 126 breeders in Siempat
Nempu Hulu District, 82 breeders in Tigalingga District and 31 Breeders from
Sumbul District. The data used are primary data, obtained from farmers'
communities related to this research topic. The analysis model used is multiple
regression analysis and SWOT analysis.
The results showed that business capital, number of livestock, labor and
number of livestock births had a significant effect on the productivity of beef cattle
in Dairi Regency. To develop beef cattle breeding in Dairi Regency, government
intervention is needed in providing assistance in the form of capital, providing
cattle breeding assistance, training and fostering farmers, facilitating access to
credit for farmers with banks and improving facilities and infrastructure programs
related to beef cattle maintenance in rural. Through the SWOT analysis used, the
strategy that must be carried out is to use force to take advantage of the
opportunities that exist in the beef cattle business in Dairi Regency.

7
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RIWAYAT HIDUP

Pardamean Marpaung, S.Pt adalah Nama penulis tesis ini. Penulis lahir
pada tanggal 10 Juni 1980 di Sitorang Jae Kabupaten Toba Samosir. Penulis
adalah anak ketiga dari delapan bersaudara dari pasangan Bapak Luscius
Marpaung dan Ibu Damaris Siahaan yang saat ini bertempat tinggal di Sidikalang,
Kabupaten D C airi, Sumatera Utara.
Pendidikan yang ditempuh penulis dari tahun 1987 - 1993 di Sekolah
Dasar Negeri Belang Malum. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) HKBP Sidikalang yang diselesaikan
pada tahun 1996. Selanjutnya menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Umum
(SMU) Negeri 1 Sidikalang dan diselesaikan pada tahun 1999. Pada tahun 2000
penulis masuk ke perguruan tinggi yaitu ke Universitas HKBP Nommensen
Medan. Selama mengikuti pendidikan di Universitas HKBP Nommensen Medan,
penulis aktif mengikuti organisasi intra kampus, diantaranya UKM KMK dan
BEMF Peternakan dan dinyatakan lulus pada tahun 2004.
Pada tahun 2004 - 2005 penulis bekerja sebagai asisten dosen di
Universitas HKBP Nommensen Medan. Sedangkan pada tahun 2006 – 2008
bekerja sebagai penulis (wartawan) di Media Harian Global Medan dan pada tahun
2008 – 2010 diterima bekerja sebagai THL-TBPP Penyuluh Pertanian di
Departemen Pertanian RI. Sedangkan pada tahun 2011 diterima menjadi Pegawai
Negeri Sipil (PNS) di Dinas Pertanian Kabupaten Dairi .
Pada tahun 2017 penulis melanjutkan studi ke Program Studi Ilmu
Peternakan Program Pascasarjana Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

8
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala nikmat, karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan Tesis yang berjudul ”Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Produktivitas Ternak Sapi Potong dan Strategi Pengembangannya di
Kabupaten Dairi”. Penulisan tesis ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Magister Peternakan (M.Pt) pada Program Studi Ilmu
Peternakan Program Pascasarjana Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Bapak Dekan Fakultas Pertanian USU yang telah menerima saya
untuk melanjutkan studi di Program Pascasarjana Fakultas Pertanian USU dan
juga penulis ucapkan terima kasih kepada Ibu Ketua Program Studi Ilmu
Peternakan yang telah memberikan ilmu dan arahannya semasa saya menimba
ilmu. Rasa terima kasih yang tak terhingga saya ucapkan kepada Prof. Dr. Ir.
Hasnudi, MS sebagai ketua komisi pembimbing dan Dr. Ir. Rahmanta, M.Si
sebagai anggota komisi pembimbing, yang dengan sabar dan tekun membimbing
saya menyelesaikan proses penelitian dan penulisan tesis ini. Juga terima kasih
kepada seluruh dosen di Program Pascasarjana Program studi Ilmu Peternakan
yang telah memberikan ilmunya kepada saya semasa kuliah.
Besar harapan penulis agar tesis ini dapat berguna, khususnya bagi diri
penulis dan masyarakat agar dapat mengetahui keadaan dan perkembangan usaha
ternak sapi potong. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan
dan jauh dari sempurna. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi yang
membacanya. Amin.

Medan, November 2019

Penulis

i9

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR . .............................................................................. i


DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR . ................................................................................ v
DAFTAR LAMPIRAN . ............................................................................. vi

PENDAHULUAN
Latar Belakang .................................................................................... 1
Perumusan Masalah ............................................................................ 3
Tujuan Penelitian ................................................................................ 3
Manfaat Penelitian .............................................................................. 3

TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Sapi Potong ................................................................... 4
Profil Kabupaten Dairi ........................................................................ 6
Kondisi Peternakan Sapi Potong di Kabupaten Dairi .......................... 9
Produktivitas Ternak . .......................................................................... 10
Prospek Pengembangan Ternak Sapi Potong ...................................... 11
Strategi Pengembangan Sapi Potong .................................................. 18

METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................. 19
Jenis dan Sumber Data ........................................................................ 19
Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 20
Metode Penentuan Responden ............................................................. 20
Metode Analisis Data ........................................................................... 21
Analisis Strategi Pengembangan Peternakan Sapi Potong di
Kabupaten Dairi ................................................................................... 25
Definisi dan Batasan Operasional ........................................................ 26

HASIL DAN PEMBAHASAN


Gambaran Umum Kabupaten Dairi ............................................. ...... 29
Kondisi Peternakan Sapi di Kabupaten Dairi ...................................... 30
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Sapi Potong ................. . 30
Pengalaman Beternak . ................................................................... 30
Modal ............................................................................................. 31
Jumlah Ternak yang Dipelihara . .................................................... 32
Tenaga Kerja . ................................................................................. 33

ii
10
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jumlah Pakan . ................................................................................ 33
Jarak Rumah Peternak dengan Kandang/Sapi . .............................. 34
Ukuran Kandang . ........................................................................... 35
Pemasaran ...... ................................................................................ 35
Pemberian Obat-obatan (obat, vitamin dan vaksin) ....................... 36
Jumlah Kelahiran . .......................................................................... 38
Jumlah Kematian . .......................................................................... 39

Hasil Pengujian Hipotesis . .................................................................. 40


Analisis Regresi Berganda . ............................................................ 40
Uji Kelayakan Model . .................................................................... 42
Uji F (Uji Model Secara Keseluruhan) . ......................................... 44
Uji Koefisien Determinasi .. ........................................................... 45
Uji t (uji parsial/individual) . .......................................................... 45

Strategi Pengembangan Ternak Sapi Potong . ..................................... 55


Analisis Faktor Internal . ................................................................ 56
Kekuatan (strength) . ................................................................ 56
Kelemahan (weakness) . ........................................................... 58

Analisis Faktor Eksternal . ................................................................... 59


Peluang (oppurtunities) . ................................................................. 60
Ancaman (threats) . ......................................................................... 60

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan ........................................................................................ 69
Saran ................................................................................................... 69

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 71


LAMPIRAN

iii
11
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Ternak Sapi Potong di Kabupaten Dairi ................................................. 9


2. Populasi Sapi Kecamatan Sampel Penelitian .......................................... 20
3. Diagram matriks SWOT ......................................................................... 26
4. Pengalaman Peternak ............................................................................. 31
5. Modal .................................................................................................. 31
6. Jumlah Ternak Sapi Potong yang Dipelihara Responden ...................... 32
7. Persentase Responden Pemelihara Ternak Sapi Potong. ........................ 32
8. Jumlah Tenaga Kerja .............................................................................. 33
9. Jumlah Pakan ......................................................................................... 34
10. Jarak Rumah Peternak dengan Kandang/Sapi ..................................... 34
11. Ukuran Kandang .................................................................................. 35
12. Pemasaran ............................................................................................. 36
13. Pemberian Obat Per-tahun .................................................................. 36
14. Pemberian Vitamin Per-tahun ............................................................. 37
15. Pemberian Vaksin SE Per-tahun ......................................................... 37
16. Jumlah Kelahiran ................................................................................ 38
17. Jumlah Kematian ................................................................................. 39
18. Hasil Analisis Regresi (Analysis of Variance) ...................................... 40
19. Hasil Analisis Regresi (Cefficients) ..................................................... 43
20. Analisis SWOT Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong ............... 61
21. Strategi Faktor Internal di Lokasi Penelitian ........................................ 66
22. Strategi Faktor Eksternal di Lokasi Penelitian ...................................... 67

iv
12
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Tampilan Versus Fits Menunjukkan Plot Menyebar ............................. 44


2. Diagram Grand Strategy ........................................................................ 68

v
13
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Tabulasi Data Rating Faktor Startegis Internal … ................................. 75


2. Tabulasi Data Rating Faktor Startegis Eksternal . ................................. 83
3. Perhitungan Bobot dan Rating Faktor Internal . ..................................... 91
4. Perhitungan Bobot dan Rating Faktor Eksternal .. ................................. 92
5. Hasil Analisis Regresi Berganda Produktivitas ..................................... 93
6. Dokumentasi Penelitian ……. ................................................................ 97

vi
14
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sektor peternakan saat ini sudah mulai berkembang menjadi salah satu

alternatif usaha yang menguntungkan yang memberikan kesempatan kerja bagi

sebagian besar masyarakat. Pengembangan peternakan mempunyai peranan yang

sangat penting dalam pembangunan perekonomian nasional, karena permintaan

protein hewani akan terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah

penduduk, peningkatan pendapatan dan peningkatan kesadaran masyarakat untuk

mengkonsumsi pangan bergizi tinggi (Sri Kuncoro, 2013).

Berdasarkan Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2017, konsumsi hasil

ternak berupa daging di Indonesia tahun 2016 sebesar 6,778 kg/kapita/tahun atau

meningkat sebesar 5,69 persen dari konsumsi tahun 2015 sebesar 6,413

kg/kapita/tahun. Hal ini menunjukan kebutuhan daging terus meningkat seiring

dengan pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia yang sebesar 1.3 persen

pertahun.

Salah satu penyedia daging untuk memenuhi kebutuhan penduduk Indonesia

adalah dari para peternak yang memiliki usaha peternakan di berbagai daerah di

Indonesia. Dalam hal ini, sektor peternakan khususnya dalam usaha ternak sapi

potong terlihat sangat potensial untuk dikembangkan oleh para peternak sehingga

Indonesia tidak lagi mengandalkan impor daging dari luar negeri.

Usaha ternak sapi berpotensi untuk dikembangkan sebagai usaha yang

menguntungkan, karena ternak sapi merupakan salah satu komoditas ternak

penghasil daging terbesar dari kelompok ternak ruminansia terhadap produksi

daging Nasional (Suryana, 2009). Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh

peternak sapi tradisional adalah produktivitas ternak sapi yang rendah.

1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Produktivitas usaha ternak yang rendah dapat terjadi karena pola manajemen

pemeliharaan ternak yang masih rendah dan kurang terarah, dimana peternak

belum optimal memperhatikan kualitas pakan, tata cara pemeliharaan yang

dianjurkan, perkandangan, penanganan penyakit dan pemasaran (Ananta et al.,

2015).

Kabupaten Dairi dengan luas wilayah 1.928 perkembangan

pemeliharaan ternak sapi tersebar di 14 Kecamatan dengan jumlah populasi

sebanyak 2.995 ekor dan populasi terbesar berada di Kecamatan Siempat Nempu

Hulu yaitu 1.038 ekor (Data Badan Pusat Statistik, 2017). Populasi ini cukup

rendah bila dibandingkan dengan Kabupaten tetangga yakni Kabupaten Karo yang

walaupun luas wilayahnya sekitar 2,127 , tofografi dan iklimnya yang hampir

sama, namun populasi ternak sapi di Kabupaten Karo, tiga kali lebih besar dari

populasi ternak sapi yang terdapat di Kabupaten Dairi. Hal ini dapat dilihat dari

Data Statistik Karo Dalam Angka, (2017) di mana populasi ternak sapi di

Kabupaten Karo sebanyak 9.491 ekor.

Rendahnya populasi ini tidak terlepas dari keseriusan masyarakat dalam

beternak. Usaha beternak sapi masih dianggap sebagai usaha sampingan. Selain

kurangnya modal usaha, rasa takut ternak hilang juga dapat menjadi penyebab

rendahnya populasi.

Usaha yang dapat menunjang keberhasilan peternakan sapi potong di

Kabupaten Dairi tidak terlepas dari perhatian khusus dari pemerintah. Oleh karena

itu, melalui program dan pembinaan yang berkelanjutan dari Dinas Pertanian,

Bidang Peternakan di Kabupaten Dairi diharapkan dapat meningkatkan sumber

daya manusia (SDM) para peternak, selain itu mengaktifkan kembali siskamling di

setiap desa diharapkan dapat mengurangi tingkat kehilangan sapi di Kabupaten

Dairi.

2
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang di kemukakan di atas, penulis merumuskan

permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Apakah pengalaman beternak, modal usaha, jumlah ternak, tenaga kerja, jumlah

pakan ternak, jarak lokasi ternak dipelihara dari rumah, ukuran kandang,

pemasaran ternak, pemberian obat-obatan, vaksin dan vitamin, jumlah kelahiran

ternak dan jumlah kematian ternak berpengaruh terhadap produktivitas ternak

sapi potong.

2. Diantara faktor-faktor tersebut, mana yang berpengaruh dominan terhadap

produktivitas ternak sapi potong.

3. Bagaimana Strategi Pengembangan ternak sapi potong di Kabupaten Dairi

Tujuan Penelitian

1. Menganalisis faktor apa saja yang mempengaruhi produktivitas ternak sapi

potong di Kabupaten Dairi.

2. Menganalisis faktor apa saja yang lebih dominan mempengaruhi produktivitas

ternak sapi potong di Kabupaten Dairi.

3. Menentukan strategi pengembangan ternak sapi potong di Kabupaten Dairi.

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut :

1. Merupakan bahan informasi bagi pihak yang mengembangkan peternakan Sapi

Potong di Kabupaten Dairi untuk mengembangkan usahanya.

2. Merupakan bahan informasi dan referensi bagi penelitian lainnya yang

berhubungan dengan penelitian ini.

3
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
TINJAUAN PUSTAKA

Karakteristik Sapi Potong

Sapi potong merupakan salah satu ternak yang dipelihara dengan tujuan utama

sebagai penghasil daging. Ciri-ciri sapi potong memiliki tubuh besar, kualitas

dagingnya maksimum, laju pertumbuhan cepat, efisiensi pakan tinggi, dan mudah

dipasarkan (Pawere et al., 2012). Sedangkan menurut Abidin (2008), sapi potong

juga termasuk jenis sapi yang mampu dipelihara khusus untuk proses

penggemukkan karena tingkat pertumbuhannya yang cepat dan mempunyai

kualitas daging cukup baik. Sapi-sapi tersebut pada umumnya dijadikan sebagai

sapi bakalan, kemudian dipelihara secara intensif dalam beberapa bulan kedepan

sehingga mendapatkan pertambahan bobot badan yang ideal untuk dipotong.

Menurut Endrawati et al. (2010) Peningkatan mutu genetik pada sapi potong

dilakukan dengan cara seleksi dalam populasi ternak salah satunya yaitu melalui

proses persilangan. Hal ini menunjukkan performans yang lebih baik pada ternak

seperti meningkatkan laju pertumbuhan dan meningkatkan pendapatan sehingga

banyak diminati oleh peternak.

Kriteria pemilihan sapi potong yang baik adalah: sapi dengan jenis kelamin

jantan atau jantan kastrasi, umur sebaiknya 1,5 – 2,5 tahun atau giginya sudah poel

satu, mata bersinar, kulit lentur, sehat, nafsu makan baik, bentuk badan persegi

panjang, dada lebar dan dalam, temperamen tenang, dari bangsa yang mudah

beradaptasi dan berasal dari keturunan genetik yang baik (Murtidjo, 1990).

4
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Sedangkan menurut Hading, (2012) mengatakan sapi-sapi tropis akan

mencapai kedewasaan kelamin pada umur 1,5-2 tahun, namun perkawinan

pertama kali yang paling baik adalah pada umur 2-2,5 tahun.

Sistem pemeliharaan sapi potong dapat dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu

sistem pemeliharaan ekstensif, semi intensif dan intensif. Sistem ekstensif semua

aktivitasnya dilakukan di padang penggembalaan yang sama. Sistem semi intensif

adalah memelihara sapi untuk digemukkan dengan cara digembalakan dan pakan

disediakan oleh peternak, atau gabungan dari sistem ekstensif dan intensif.

Sementara sistem intensif adalah sapi-sapi dikandangkan dan seluruh pakan

disediakan oleh peternak (Susilorini, 2008).

Di sisi lain, Jumlah pakan yang dibutuhkan setiap ekor sapi berbeda,

tergantung dari jenis ternak, umur, bobot badan, lingkungan (suhu dan kelembapan

udara), serta fase hidupnya, masa pertumbuhan, dewasa, bunting, atau menyusui

(Fikar dan Ruhyadi, 2010).

Kualitas pakan berpengaruh terhadap program penggemukan sapi potong.

Biasanya peternak menggunakan dua cara untuk mendapatkan pakan berkualitas,

yaitu dengan membeli pakan jadi buatan pabrik atau dengan membuat pakan

alternatif sendiri. Di awal beternak, biasanya peternak menggunakan pakan jadi

atau pabrikan ditambah pakan hijauan untuk memenuhi serat kasar (Rahmat dan

Haryanto, 2012). Sapi membutuhkan pakan pada setiap harinya sekitar 10% dari

bobot badan hewan ternak itu sendiri, dan sekitar 1-2% dari bobot badannya harus

diberikan pakan tambahan (Udin, 2015).

5
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Upaya meningkatkan produksi ternak sapi potong dapat dilakukan dengan

cara perkawinan IB dan alam. Inseminasi buatan (IB) bertujuan memperbaiki mutu

ternak yang dihasilkan sebab bibit berasal dari pejantan yang unggul atau pilihan

(Yani 2017). Dibandingkan dengan cara kawin alam (INKA), lebih banyak

keuntungan yang akan diperoleh peternak dengan menggunakan cara IB. Peternak

juga akan menghemat biaya pemeliharaan sapi jantan (Rusdiana, 2017).

Menurut Williamson dan Payne (1993) bahwa suhu lingkungan yang optimal

untuk ternak sapi potong adalah 21-27 °C. Kelembaban idel bagi sapi potong

adalah 60-80 % (Abidin , 2006).

Profil Kabupaten Dairi

Kabupaten Dairi adalah sebuah kabupaten di Propinsi Sumatera Utara,

Indonesia dengan Ibu kotanya adalah Sidikalang. Kabupaten Dairi terletak di

sebelah Barat Laut propinsi Sumatera Utara. Kabupaten Dairi terletak di sebelah

Barat laut Provinsi Sumatera Utara yang berbatasan dengan :

1). Sebelah Utara dengan Kabupaten Aceh Tenggara (provinsi NAD) dan

Kabupaten Tanah Karo.

2). Sebelah Timur dengan Kabupaten Toba Samosir.

3). Sebelah Selatan dengan Kabupaten Pakpak Bharat.

4). Sebelah Barat dengan Kabupaten Aceh Selatan (Provinsi Nanggroe Aceh

Darussalam).

Pada tanggal 25 Februari 2003, Kabupaten Dairi kemudian dimekarkan

menjadi dua kabupaten, yaitu Kabupaten Dairi dan Kabupaten Pakpak Bharat di

mana Kabupaten Dairi adalah sebagai kabupaten induk, dengan dasar hukum

6
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Undang Undang Nomor 9 Tahun 2003 Tentang Pembentukan Kabupaten Nias

Selatan, Kabupaten Pakpak Bharat dan Kabupaten Humbang Hasundutan.

Kabupaten Dairi merupakan salah satu dari 33 kabupaten/kota yang ada di

Provinsi Sumatera Utara dengan luas wilayah 192.780 hektare, yaitu sekitar 2,69%

dari luas Provinsi Sumatera Utara (7.160.000 hektare) yang terletak di sebelah

barat laut Provinsi Sumatera Utara. Pada umumnya Kabupaten Dairi berada pada

ketinggian rata-rata 700 s.d. 1.250 m di atas permukaan laut, dengan 15

kecamatan. Jumlah penduduk Kabupaten Dairi pada akhir tahun 2016 adalah

sebanyak 280.610 jiwa dengan banyaknya rumah tangga sebesar 67.189, atau

rata-rata 4 sampai 5 jiwa setiap rumah tangga. Penyebaran penduduk tersebut tidak

merata di 15 kecamatan definitif. (Dairi dalam Angka, 2017).

Letak dan Keadaan Alam

Kabupaten Dairi sebagian besar terdiri dari dataran tinggi dan berbukit-bukit

yang terletak antara 98°00’-98°30’ dan 2°15’-3°00’ LU. Topografi Kabupaten

Dairi sebahagian besar lereng terjal (45,70 persen), lereng curam (14,43 persen),

selebihnya bergelombang, berombak, dan sebagian kecil datar. Pola curah hujan di

daerah ini dipengaruhi oleh letak geografis Kabupaten Dairi. Umumnya curah

hujan semakin bertambah sesuai dengan ketinggian tempat, curah hujan terbanyak

adalah pada ketinggian antara 600-900 m di atas permukaan laut.

Pada umumnya Kabupaten Dairi berada pada ketinggian rata-rata 700-1.250

meter di atas permukaan laut. Sedangkan Kecamatan Tigalingga, Kecamatan

Siempat Nempu dan Kecamatan Silima Pungga-pungga terletak pada ketinggian

antara 400-1.360 meter di atas permukaan laut. Kecamatan Sumbul, Sidikalang,

7
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Kerajaan dan Kecamatan Tanah Pinem berada pada ketinggian 700-1.660 meter di

atas permukaan laut.

Di Kabupaten Dairi terdapat sungai-sungai yang jumlahnya cukup banyak dan

dipergunakan untuk irigasi teknis, di mana sebagian besar sudah dimanfaatkan

menjadi pengairan sawah, perikanan, dan kebutuhan air minum. Adapun sungai

terbesar dan terpanjang di Dairi antara lain adalah :

1. Lae Renun terbentang dari Kecamatan Parbuluan sampai Kecamatan Tanah

Pinem yang selanjutnya menuju Aceh Tenggara.

2. Lae Mbilulus terbentang di Kecamatan Tigalingga dan Kecamatan Tanah

Pinem serta bermuara di Lae Renun.

3. Lae Sinendang terbentang di Kecamatan Sumbul dan bermuara ke Lae Renun.

4. Lae Simbelin terbentang di Kecamatan Sidikalang menuju perbatasan

Kecamatan Siempat Nempu dan Kecamatan Silima Pungga-pungga mengalir ke

Provinsi Aceh.

(Sumber: Dairi dalam Angka, 2017)

Kependudukan

Keanekaragaman penduduk Kabupaten Dairi terdiri dari berbagai suku etnis,

diantaranya suku Pakpak, Toba, Simalungun, Karo, Mandailing, Nias, Jawa,

Minangkabau, dan WNI keturunan Tionghoa. Keseluruhannya menyebar tidak

merata di 15 kecamatan definitif, sampai ke daerah pegunungan. Penduduk asli

Dairi adalah Suku Pakpak, yang pada umumnya mendiami daerah pedalaman.

8
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pertanian

Sektor pertanian merupakan potensi terbesar mendukung perekonomian

masyarakat. Hal ini didukung oleh keadaan tanah yang sangat subur. Hasil

pertanian yang sangat terkenal dari Sidikalang adalah kopi. Bubuk Kopi

Sidikalang. terkenal karena rasanya yang khas. Masih banyak hasil pertanian lain

yang dihasilkan di daerah ini seperti padi, gambir, kemiri, ubi kayu, ubi jalar,

buah-buahan, dan lainnya. Tetapi yang paling tenar tetaplah jenis kopi yang dapat

tumbuh dengan baik sesuai iklim di daerah ini (Dairi Dalam Angka, 2017).

Kondisi Peternakan Sapi Potong di Kabupaten Dairi

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Dairi dalam angka 2014 - 2017,

Banyaknya ternak sapi potong di Kabupaten Dairi seperti pada Tabel 1 berikut :

Tabel 1. Ternak Sapi Potong di Kabupaten Dairi


Jumlah Ternak Sapi Potong
No Kecamatan (ekor)
2013 2014 2015 2016
1 Sidikalang 25 26 26 13
2 Berampu 26 26 25 27
3 Sitinjo 5 5 5 3
4 Parbuluan 62 63 62 58
5 Sumbul 151 158 163 169
6 Silahisabungan 0 0 0 0
7 Silima Pungga-pungga 9 8 8 5
8 Lae Parira 7 7 6 6
9 Siempat Nempu 98 98 98 153
10 Siempat Nempu Hulu 913 923 939 1.038
11 Siempat Nempu Hilir 105 106 107 108
12 Tiga Lingga 503 502 503 551

9
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
13 Gunung Sitember 145 148 151 161
14 Pegagan Hilir 446 451 454 471
15 Tanah Pinem 216 217 218 232
Total 2.711 2.738 2.765 2.995
Sumber : Dairi Dalam Angka, 2014 – 2017

Kabupaten Dairi merupakan daerah yang memiliki lahan untuk padang

pengembalaan ternak yang relatif cukup luas yakni sebesar 2.868 ha dan beriklim

tropis dengan suhu udara rata-rata berkisar antara 15ºC– 24ºC dengan kelembaban

udara rata-rata 87,38 persen (BPS Dairi dalam Angka, 2017). Kesesuaian iklim

dan lahan untuk penyediaan rumput sebagai makanan ternak tergolong cukup

memadai sehingga pengembangan ternak sapi potong di Kabupaten Dairi cukup

layak dan strategis untuk dikembangkan.

Produktivitas Ternak

Produktivitas mengandung pengertian filosofis kualitatif dan kuantitatif

teknis operasional. Secara filosofis kualitatif, produktivitas mengandung

pandangan hidup dan sikap mental yang selalu berusaha untuk meningkatkan

kehidupan. Untuk definisi secara kuantitatif, produktivitas merupakan

perbandingan antara hasil yang dicapai (keluaran) dengan keseluruhan sumber

(masukan) yang dipergunakan persatuan waktu.

Pengertian produktivitas ternak dapat diartikan melalui 2 (dua) segi, yakni :

1. Segi Dinamika Populasi

Segi Dinamika Populasi adalah produktivitas ternak sebagai perkembangan

populasi ternak dalam periode tertentu (biasanya 1 tahun) dan dinyatakan dalam

persen dari populasi ternak.

10
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2. Segi Produk Edible Portion

Segi produk edible portion adalah produktivitas ternak sebagai rata-rata

produksi edible portion (daging) yang dihasilkan oleh satu unit ternak potong.

Edible portion merupakan penyebutan dari bagian ternak yang dapat

dikonsumsi,terutama daging. Prouktivitas yang ditinjau dari aspek kuantitas dapat

diartikan sebagai produktivitas ternak yang ditunjukan dengan adanya

perkembangan populasi.

Menurut Dozzi dan AbouRizk, (1993) bahwa produktivitas adalah rasio dari

output/input. Rumus yang digunakan adalah sebagi berikut : Produktivitas =

Prospek Pengembangan Ternak Sapi Potong

Menurut kebijakan pemerintah, sub-sektor peternakan sapi potong sebagai

salah satu usaha perlu terus dikembangkan, terutama usaha peternakan sapi potong

bersifat usaha keluarga. Bantuan pemerintah dalam mendukung pengembangan

ternak sapi potong antara lain adalah bantuan fasilitas peralatan peternakan, kredit

penggemukan sapi, penerapan sistem kontrak lewat pengembangan sapi potong,

penyuluhan peternakan dan lain-lain (Murtidjo, 1990).

Keuntungan ekonomis dari ternak sapi potong sebagai lapangan usaha antara

lain :

1. Sapi potong dapat memanfaatkan bahan makanan yang rendah kualitasnya,

menjadi produksi daging.

11
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2. Sapi potong sanggup menyesuaikan diri pada lokasi atau tanah yang kurang

produktif untuk pertanian tanaman pangan, dan perkebunan.

3. Ternak sapi potong membutuhkan tenaga kerja dan peralatan lebih murah

daripada usaha ternak lain, misalnya ternak sapi perah.

4. Usaha ternak sapi potong bisa dikembangkan secara bertahap sebagai usaha

komersial sesuai dengan tingkat ketrampilan, kemampuan modal petani

peternak.

5. Limbah ternak sapi potong bermanfaat untuk pupuk kandang tanaman pertanian

dan perkebunan, selain sanggup memperbaiki struktur tanah yang tandus.

6. Angka kematian ternak sapi potong relatif rendah, karena usaha ternak yang

dikelola secara sederhana, rata-rata angka kematian hanya dua persen di

Indonesia.

7. Sapi potong dapat dimanfaatkan tenaganya untuk pekerjaan pengangkutan, dan

pertanian.

Pengalaman Beternak

Pengalaman beternak sapi potong merupakan salah satu hal yang dapat

menunjang keberhasilan dalam usaha peternakan. Semakin berpengalaman

seseorang maka semakin berhati-hati dalam mengambil tindakan atau keputusan

dalam usahanya agar tidak mengalami kerugian.

Soeharsono et al. (2010) mengemukakan bahwa semakin lama pengalaman

peternak membudidayakan ternak sapi potong, memungkinkan mereka untuk lebih

banyak belajar dari pengalaman, sehingga dapat dengan mudah menerima inovasi

12
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
teknologi yang berkaitan dengan usaha ternak sapi potong menuju perubahan baik

secara individu maupun kelompok.

Hal yang sama juga dikatakan Aditana et al. (2012) yang menyatakan bahwa

semakin lama pengalaman peternak membudidayakan ternak sapi potong,

memungkinkan mereka untuk lebih banyak belajar dari pengalaman sehingga

dapat dengan mudah menerima inovasi teknologi yang berkaitan dengan usaha

ternak sapi potong.

Modal Usaha

Menurut Rosyidi (2009) Modal merupakan faktor produksi yang meliputi

semua jenis barang yang dibuat untuk menunjang kegiatan produksi barang-barang

lain serta jasa-jasa. Pengertian modal semacam ini sebenarnya hanyalah

merupakan salah satu saja dari pengertian seluruhnya, sebagaimana yang sering

dipergunakan oleh ahli ekonomi. Sebab, modal juga mencakup arti uang yang

tersedia didalam perusahaan untuk membeli mesin-mesin serta faktor produksi

lainnya. Selanjutnya menurut Kasmir (2009) modal adalah sesuatu yang

diperlukan untuk membiayai operasi perusahaan mulai dari berdiri sampai

beroperasi.

Pengembangan peternakan sapi potong di Indonesia masih mempunyai

prospek yang baik karena produksi daging dalam negeri belum mampu memenuhi

kebutuhan pasar. Hal ini disebabkan populasi dan tingkat produktivitas ternak

yang masih rendah. Rendahnya populasi sapi potong antara lain disebabkan

sebagian besar ternak dipelihara oleh peternak berskala kecil dengan lahan dan

modal terbatas (Kariyasa, 2005).

13
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jumlah Ternak

Kita perlu mengetahui, bahwa dari jumlah populasi sapi potong yang ada di

Indonesia sebagian besar (sekitar 70 persen) berada di peternakan rakyat di

pedesaan yang masih membutuhkan perbaikan manajemen pemeliharaan, inovasi

teknologi, permodalan, dan dukungan kebijakan dan keberpihakan pemerintah

(Syamsu, 2011).

Zainuddin (2013) mengatakan bahwa peternak di Indonesia masih bersifat sub

sistem, dengan pola pemeliharaan tradisional dan jumlah ternak yang dimiliki

sekitar 1-3 ekor setiap rumah tangga, selain itu usaha peternakan sapi yang

dilakukan masih bersifat usaha sampingan dan peternak akan melakukan penjualan

ternakanya ketika peternak membutuhkan karena tujuan pemeliharaan ternak

adalah sebagai saving (ternak akan dijual ketika peternak membutuhkan uang)

sehingga ketika harga tinggi, peternak belum tentu melakukan penjualan karena

peternak Indonesia tidak responsif terhadap perubahan harga daging sapi dan tidak

berorientasi komersial.

Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah orang yang siap masuk dalam pasar kerja sesuai dengan

upah yang ditawarkan oleh penyedia pekerjaan. Menurut sensus 2010 bahwa

penduduk Indonesia usia produktif adalah usia 15-64 tahun, pekerja usia muda

adalah usia 15-24 tahun sedangkan usia yang tidak produktif adalah usia di bawah

15 tahun dan di atas 65 tahun (BPS, 2012).

14
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jumlah Pakan Ternak

Produktivitas ternak dipengaruhi oleh faktor genetik (30%) dan lingkungan

(70%). Pengaruh faktor lingkungan antara lain pakan, teknik pemeliharaan,

kesehatan dan iklim. Pakan mempunyai pengaruh yang paling besar (60%)

dibanding faktor lingkunan lainnya (Edy dan Endang, 2010).

Pakan untuk ternak sapi potong dapat berupa Hijauan (rumput, kacang-

kacangan dan limbah pertanian), konsentrat (dedak padi, onggok, ampas tahu) dan

makanan tambahan (vitamin, mineral dan urea). Pada prinsipnya hijauan diberikan

10 persen dari berat badan sapi, yakni antara 30 sampai 40 kg/ekor/hari.

Pemberiannya sebanyak 2-3 kali sehari. Pakan tambahan (konsentrat) diberikan

3 sampai 4 bulan menjelang akhir penggemukan, umumnya deberikan sebanyak

1,5% dari berat badan hidup atau 3-4 kg/ekor/hari (Santoso, 2005).

Lokasi Pemeliharaan Ternak

Dalam hal pemeliharaan ternak, lokasi pemeliharaan sangat menentukan

keberhasilan produksi. Semakin dekat dengan sumber hijauan pakan ternak,

populasi ternak semakin bertambah sebaliknya semakin jauh dari sumber hijauan

pakan ternak, populasi akan menurun. Hal ini mungkin disebabkan untuk

memperoleh hijauan dengan cara cut and carry memerlukan biaya terutama pada

musim kemarau. Kondisi seperti ini dapat mengurangi motivasi peternak untuk

meningkatkan populasi sapi potong yang dimilikinya balikan mengurangi

populasinya (R.H Matondang, 1998).

15
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Kandang Ternak Sapi Potong

Kandang memiliki fungsi antara lain untuk menjaga keamanan ternak dari

pencurian, memudahkan pengelolaan ternak dalam proses produksi seperti

pemberian pakan, minum, pemebersihan kandang dan perkawinan, serta dapat

meningkatkan efisisnsi penggunaan tenaga kerja (Sukmawati et al., 2010)

Untuk kegiatan penggemukan yang bersifat komersial, ukuran kandang harus

lebih luas dan lebih besar sehingga mampu menampung jumlah sapi yang lebih

banyak. Ukuran kandang untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5 x 2 m, untuk

sapi betina dewasa adalah 1,8 x 2 m dan untuk anak sapi cukup 1,5x1 m per ekor

(Kementan, 2010).

Pemasaran Ternak

Pemasaran adalah penyaluran barang atau jasa dari produsen ke konsumen

akhir, dan yang menyelenggarakannnya berupa lembaga atau badan-badan yang

bertugas melaksanakan fungsi pemasaran itu sendiri atau memenuhi keinginan

konsumen akan memerikan imbalan berupa margin kepada lembaga pemasaran

tersebut (Suarda, 2009).

Sedangkan Heryadi (2011) menjelaskan bahwa terciptanya sistem pemasaran

yang efisien serta menguntungkan baik peternak maupun konsumen, maka

peternak harus memilih jalur pemasaran yang pendek. Penentuan harga ternak

berdasarkan pada tafsiran berat karkas dan kondisi sapi, namun pada kenyataanya

peternak kurang atau tidak dapat menafsirkan berat karkas, hal ini disebabkan

kurangnya tingkat pengetahuan tentang kualitas ternak.

16
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pola pemasaran berlangsung secara alami, biasanya pola ini banyak dilakukan

oleh peternak yang ingin berusaha sendiri memasarkan produknya. Peternak dapat

menjual langsung ke konsumen, pedagang besar atau pasar-pasar yang telah ada.

Pola tersebut sebagai berikut: peternak ke konsumen, peternak ke pedagang

pengumpul lalu dari pedagang pengumpul ke konsumen, peternak ke pedagang

pengumpul kemudian dari pedagang pengumpul ke Rumah Potong Hewan

(Rahardi dan Hartono, 2003).

Pemberian Obat-obatan, vaksin dan Vitamin

Penanganan kesehatan dan pengobatan terhadap ternak yang sakit pada

umumnya tidak mendapat perhatian yang baik. Peternak mengandalkan obat-

obatan tradisional untuk pencegahan penyakit, dibandingkan dengan

mendatangkan mantri hewan untuk melakukan pengobatan dan pemberian

vaksinasi (Asmirani, 2014).

Untuk menjaga kesehatan ternak setiap peternak mempunyai cara yang

berbeda. Namun, tindakan pencegahan tersebut pada dasarnya sama, yaitu

karantina, vaksinasi, serta tindakan kearah higienis (Sugeng, 2007).

Jumlah Kelahiran Ternak

Pertambahan populasi tiap tahun merupakan penjabaran dari kelahiran dan

kematian yang terjadi setiap tahunnya (Siregar, 2007). Tingkat kelahiran adalah

jumlah ternak yang lahir pertahun dari jumlah betina atau antar populasi dikalikan

100%. Jumlah anak perkelahiran ditentukan oleh beberapa faktor antara lain

bangsa ternak, sistem perkawinan dan tingkat kecukupan pakan. Rendahnya

17
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kelahiran sangat mempengaruhi stuktur dan populasi ternak. Besarnya pengeluaran

ternak baik untuk dijual maupun dipotong akan menyebabkan perubahan populasi

ternak.

Menurut Murtidjo (1990) penurunan populasi ternak disebabkan oleh

beberapa faktor, antara lain rendahnya tingkat kelahiran, tingginya pemotongan

dan tingkat kematian serta pengembangan lingkungan hidup ternak yang semakin

terdesak akibat kurangnya padang pengembalaan.

Jumlah Kematian Ternak

Menurut Murtijo (1990) penurunan populasi ternak disebabkan oleh beberapa

faktor, antara lain rendahnya tingkat kelahiran, tingginya pemotongan dan tingkat

kematian serta pengembangan lingkungan hidup ternak yang semakin terdesak

akibat kurangnya padang penggembalaan. Hasil penelitian Susanti, dkk (2015)

terhadap Sapi Potong dengan rerata persentase kematian pertahun adalah 1,44%.

Selain itu, berbagai jenis penyakit yang sering terjangkit pada sapi berupa

penyakit menular dapat menimbulkan kerugian yang besar bagi peternak dari

tahun ke tahun, ribuan ternak sapi menjadi korban penyakit. Sebuah peternakan

biasanya berada di daerah terpencil, dengan kondisi sulit untuk mendiagnosis

penyakit. Umumnya, sulit untuk mendiagnosis penyakit dengan cepat dan

akurat (Larsen-Freeman and Long, 2014).

Strategi Pengembangan Sapi Potong

Menurut Abidin dan Simanjuntak (1997), faktor penghambat

berkembangnya peternakan pada suatu daerah tersebut dapat berasal dari faktor-

18
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
faktor topografi, iklim, keadaan sosial, tersedianya bahan-bahan makanan

rerumputan atau penguat, di samping itu faktor pengalaman yang dimiliki peternak

masyarakat sangat menentukan pula perkembangan peternakan di daerah itu.

19
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Dairi. Penelitian ini dilakukan

selama empat bulan mulai dari persiapan dalam pembuatan usulan penelitian,

survey data lapangan, kemudian dilanjutkan dengan analisis data, sampai dengan

penulisan berupa tesis. Alokasi waktu dari bulan Januari s/d April 2019.

Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

skunder.

Data Primer

Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan para peternak

sapi potong dengan menggunakan daftar kuisioner yang telah dipersiapkan.

Menurut Sanusi, (2014) Data primer adalah data yang pertama kali dicatat dan

dikumpulkan oleh peneliti.

Data Sekunder.

Data sekunder adalah data yang tidak langsung memberikan data kepada

pengumpul data, namun melalui orang lain atau melalui dokumen (Sugiyono,

2009). Sumber data sekunder penelitian ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik

(BPS) Kabupaten Dairi, Dinas Pertanian Kabupaten Dairi, jurnal peternakan, teks

book, dan internet.

20
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Teknik Pengumpulan Data

Teknik Wawancara

Teknik ini digunakan untuk pengumpulan data primer dengan melakukan

wawancara langsung kepada responden, pengumpulan data ini dilaksanakan sesuai

dengan daftar pertanyaan atau kuisioner yang telah dipersiapkan sebelumnnya.

Teknik Pencatatan

Teknik ini dilakukan dengan cara mencatatkan hasil wawancara ke dalam

daftar pertanyaan atau kuisioner dan mencatatkan data yang diperoleh dari data

sekunder yang mempunyai keterkaitan dengan penelitian.

Metode Penentuan Responden

Responden dari penelitian adalah peternak sapi potong yang berada di

Kecamatan Siempat Nempu Hulu, Kecamatan Tigalingga, dan Kecamatan

Sumbul. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan unit

responden yang memelihara ternak sapi.

Penentuan daerah penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposiv) yaitu

Kecamatan yang populasi ternak sapinya padat, sedang dan jarang ditentukan

dengan melihat data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Dairi dalam angka 2017

dengan rincian seperti tertera dalam tabel 2 berikut :

Tabel 2. Populasi Sapi Kecamatan Sampel Penelitian


Populasi Jumlah Jumlah
Ternak Pemilik Responden
No Nama Kecamatan (ekor) Ternak (orang) Keterangan
(orang)
1 Siempat Nempu 1.038 184 126 Populasi padat
Hulu
2 Tigalingga 551 103 82 Populasi Sedang
3 Sumbul 169 33 31 Populasi Jarang
TOTAL 1.758 320 239

21
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Menurut Sugiyono (2010) bahwa sampling purposive adalah “teknik

penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.” Artinya setiap subjek yang

diambil dari populasi dipilih dengan sengaja berdasarkan tujuan dan pertimbangan

tertentu.

Penetapan peternak yang akan dijadikan sampel dalam penelitian ini

dilakukan dengan cara undian secara acak dengan bantuan sampling frame yang

berisi nama-nama peternak sapi yang ada di lokasi penelitian. Kasmadi dan

Sunariah (2013) berpendapat bahwa “teknik simple random sampling yaitu teknik

sampling sederhana yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang

ada dalam populasi”. Sehingga berdasarkan pendapat tersebut maka penentuan

responden dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik Simple

Random Sampling (teknik sampel acak sederhana).

Besarnya sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan rumus Slovin sebagai

berikut:

n=

dimana:

n = jumlah elemen / anggota sampel

N = jumlah elemen / anggota populasi

e = error level (tingkat kesalahan 5 % atau 0,05)

Metode Analisis Data

Untuk menganalisis hubungan antar variabel dalam penelitian ini

menggunakan metode analisis regresi berganda, Uji Kelayakan Model, uji F,

22
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
koefisien determinasi dan uji t. Mencegah dan mengurangi kesalahan secara

manual mengolah data dalam analisis ini menggunakan alat bantu minitab 18.

Analisis Regresi Berganda

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis model

linier berganda. Menurut Sugiyono (2014) bahwa Analisis linier berganda

bermaksud meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen

(kriterium), bila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor prediator

dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya). Jadi analisis regresi berganda akan

dilakukan bila jumlah variabel independennya minimal 2.

Menurut Sugiyono (2014) persamaan regresi linear berganda yang ditetapkan

adalah sebagai berikut:

Y = a +b₁X₁+b₂X₂+b₃X₃+b₄X₄+b₅ + + +e

Keterangan:

Y : produktivitas ternak sapi diukur dalam persen (%) /tahun

a : koefisien intercept (konstanta)

b₁,b₂,b₃, ... : koefisien regresi

X₁ : pengalaman beternak yang diukur dalam tahun

X₂ : modal (variabel bebas) yang diukur dalam rupiah

X₃ : jumlah ternak yang diukur dalam ekor

X₄ : tenaga kerja (variabel bebas) yang diukur dalam jiwa

X₅ : jumlah pakan ternak yang diukur dalam kg

: jarak lokasi ternak dipelihara dari rumah yang diukur dalam meter

: ukuran kandang yang diukur dalam

: pemasaran ternak yang diukur dalam ekor/tahun

: pemberian obat-obatan, vaksin dan vitamin diukur dalam

23
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dosis/tahun

: Jumlah Kelahiran Ternak diukur dalam ekor/tahun

: jumlah kematian ternak diukur dalam ekor/tahun

e : error term (kesalahan pengganggu)

Uji Kelayakan Model

Adapun pengujian dalam uji kelayakan model antara lain yaitu:

Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas adalah uji yang dilakukan untuk memastikan apakah di

dalam sebuah model regresi ada interkorelasi atau kolinearitas antar variabel

bebas. Interkorelasi adalah hubungan yang linear atau hubungan yang kuat antara

satu variabel bebas atau variabel prediktor dengan variabel prediktor lainnya di

dalam sebuah model regresi. Interkorelasi itu dapat dilihat dengan nilai koefisien

korelasi antara variabel bebas, nilai VIF dan Tolerance, nilai Eigenvalue dan

Condition Index, serta nilai standar error koefisien beta atau koefisien regresi

parsial.

Cara untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas dalam model adalah

dengan cara menghitung nilai Toleransi atau Variance Inflation Factor (VIF), jika

nilai toleransi kurang dari 0,1 atau nilai VIF melebihi 10 maka hal tersebut

menunjukkan bahwa multikolinearitas adalah masalah yang pasti terjadi antar

variabel bebas.

24
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas merupakan gangguan atau hambatan yang tidak

menyebar secara normal pada sebaran sampel, berarti bahwa variasi residual tidak

sama untuk semua pengamatan. Dapat disimpulkan tidak ada gejala

heteroskedastisitas apabila plot menyebar merata di atas dan di bawah sumbu 0

tanpa membentuk sebuah pola tertentu.

Uji F

Menurut Ghozali (2012) Uji Statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah

semua variabel independen atau variabel bebas yang dimasukkan dalam model

mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau

variabel terikat. Untuk menguji Hipotesis ini digunakan statistik F dengan kriteria

pengambilan keputusan sebagai berikut :

1. Ho diterima apabila F-hitung < F-tabel, artinya semua variabel bebas secara

bersama-sama bukan merupakan variabel penjelas yang signifikan terhadap

variabel terikat.

2. Ho ditolak apabila F-hitung > F-tabel, artinya semua variabel bebas secara

bersama-sama merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel terikat.

Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi pada regresi linear sering diartikan sebagai seberapa

besar kemampuan semua variabel bebas dalam menjelaskan varians dari variabel

terikatnya. Determinan adalah kebertepatan titik yang diamati dengan garis model.

25
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dalam uji linear berganda ini koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui

presentase sumbangan pengaruh X1, X2, ..., X11 dan variabel Y.

Uji t (Uji parsial/individual)

Menurut Ghozali (2012) Uji beda t-test digunakan untuk menguji seberapa

jauh pengaruh variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini secara

individual dan menerangkan variabel dependen secara parsial. Dasar pengambilan

keputusan digunakan dalam uji t adalah sebagai berikut:

1. Jika nilai probabilitas signifikansi 0,05, maka hipotesis ditolak. Hipotesis

ditolak mempunyai arti bahwa variabel independen tidak berpengaruh

siginifikan terhadap variabel dependen.

2. Jika nilai probabilitas signifikansi 0,05, maka hipotesis diterima. Hipotesis

tidak dapat ditolak mempunyai arti bahwa variabel independen berpengaruh

signifikan terhadap variabel dependen.

Analisis Strategi Pengembangan Peternakan Sapi Potong di Kabupaten Dairi

Analisis strategi pengembangan peternakan ini dilaksanakan dengan

menganalisis faktor internal dan eksternal. Analisis internal dilakukan untuk

memperoleh faktor kekuatan yang dapat dimanfaatkan dan faktor kelemahan yang

harus diatasi. Faktor tersebut dievaluasi dengan menggunakan metode analisis

SWOT .

Data primer dan data sekunder terkumpul yang bersifat kualitatif dipaparkan

secara deskriptif. Data selanjutnya diuji dengan menggunakan matrik SWOT.

Matrik SWOT adalah metode yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor

strategis. Matriks SWOT ini berguna untuk menggambarkan secara jelas

26
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat

disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya (Rangkuti, 2015).

Matriks SWOT dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif

strategis:

1) Strategi SO yaitu strategi yang dibuat berdasarkan jalan pikiran. Strategi ini

dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan

peluang sebesar-besarnya.

2) Strategi ST yaitu strategi yang digunakan dengan menggunakan kekuatan yang

dimiliki untuk mengatasi ancaman.

3) Strategi WO yaitu strategi yang diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang

yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

4) Strategi WT yaitu strategi yang didasarkan pada kegiatan yang bersifat

defensive dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari

ancaman.
(Sumber: Rangkuti, 2015)

Matrik ini menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman

eksternal yang dihadapi peternak sapi potong di daerah penelitian dan disesuaikan

dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Strategi pengembangan usaha

ternak sapi potong di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 : Diagram matriks SWOT


STRENGTHS WEAKNESS
SW Faktor-faktor Kekuatan Faktor-faktor
OT Internal Kelemahan Internal
Strategi SO Strategi WO
OPPORTUNITY Menggunakan Kekuatan Ciptakan Strategi yang
untuk Memanfaatkan meminimalkan
Faktor Peluang Eksteral Peluang kelemahan untuk
memanfaatkan peluang
Strategi ST Strategi WT
TREAT Ciptakan strategi yang Ciptakan Strategi yang

27
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
menggunakan kekuatan meminimalkan
Faktor Ancaman untuk mengatasi ancaman kelemahan dan
Eksternal menghindari ancaman
Sumber: Rangkuti, 2015.

Defenisi dan Batasan Operasional

Defenisi

Untuk menghindari kekeliruan dalam pembahasan hasil penelitian ini maka

dibuat beberapa defenisi dengan batasan operasional sebagai berikut :

1. Produktivitas Ternak Sapi Potong adalah perkembangan populasi ternak sapi

potong dalam satu periode (dalam 1 tahun) dan dinyatakan dalam persen dari

jumlah/populasi ternak.

2. Modal adalah uang yang dimiliki peternak dan tersedia untuk keperluan

pemeliharaan ternak sapi.

3. Jumlah Ternak adalah jumlah ternak sapi (ekor) yang dipelihara peternak.

4. Tenaga Kerja adalah jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan yang dikaitkan

dengan keahlian pekerja dalam memelihara ternak sapi potong.

5. Jumlah Pakan (ransum makanan ternak) adalah makanan ternak sapi yang

diberikan dari hijauan/konsentrat.

6. Jarak Lokasi Ternak Dipelihara dari Rumah adalah Jarak antara tempat tinggal

peternak dengan kandang ternak dipelihara/digembalakan.

7. Kandang adalah tempat ternak sapi dipelihara.

8. Ukuran Kandang adalah luas kandang ternak sapi yang dipelihara.

9. Pemasaran Ternak adalah suatu tindakan dalam hal penjualan ternak sapi.

28
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
10. Pemberian Obat, Vitamin dan Vaksin adalah suatu tindakan yang dilakukan

dalam pemeliharaan ternak, tindakan penambahan kekebalan tubuh melalui

pemberian vitamin dan pemberian obat untuk pengobatan dari serangan

penyakit dan pencegahan penyakit pada ternak melalui pemberian vaksin.

11. Jumlah Kelahiran Ternak adalah Jumlah sapi peliharaan peternak yang lahir

dalam satu tahun.

12. Jumlah Kematian Ternak adalah Jumlah sapi peliharaan peternak yang mati

dalam satu tahun.

Batasan Operasional

1. Daerah penelitian adalah Kabupaten Dairi.

2. Waktu penelitian dilaksanakan selama 4 (empat) bulan yaitu Januari s/d April

2019.

29
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Kabupaten Dairi

Kabupaten Dairi adalah sebuah kabupaten di Propinsi Sumatera Utara,

Indonesia dengan Ibu kotanya adalah Sidikalang. Kabupaten Dairi terletak di

sebelah Barat Laut propinsi Sumatera Utara. Kabupaten Dairi terletak di sebelah

Barat laut Provinsi Sumatera Utara yang berbatasan dengan :

1. Sebelah Utara dengan Kabupaten Aceh Tenggara (provinsi NAD) dan

Kabupaten Tanah Karo

2. Sebelah Timur dengan Kabupaten Toba Samosir

3. Sebelah Selatan dengan Kabupaten Pakpak Bharat

4. Sebelah Barat dengan Kabupaten Aceh Selatan (Provinsi Nanggroe Aceh

Darussalam ).

Pada tanggal 25 Februari 2003, Kabupaten Dairi kemudian dimekarkan

menjadi dua kabupaten, yaitu Kabupaten Dairi dan Kabupaten Pakpak Bharat di

mana Kabupaten Dairi adalah sebagai kabupaten induk, dengan dasar hukum

Undang Undang Nomor 9 Tahun 2003 Tentang Pembentukan Kabupaten Nias

Selatan, Kabupaten Pakpak Bharat dan Kabupaten Humbang Hasundutan.

Kabupaten Dairi merupakan salah satu dari 33 kabupaten/kota yang ada di

Provinsi Sumatera Utara dengan luas wilayah 192.780 hektare, yaitu sekitar 2,69%

dari luas Provinsi Sumatera Utara (7.160.000 hektare) yang terletak di sebelah

barat laut Provinsi Sumatera Utara. Pada umumnya Kabupaten Dairi berada pada

ketinggian rata-rata 700 s.d. 1.250 m di atas permukaan laut, dengan 15

30
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kecamatan. Jumlah penduduk Kabupaten Dairi pada akhir tahun 2016 adalah

sebanyak 280.610 jiwa dengan banyaknya rumah tangga sebesar 67.189, atau

rata-rata 4 sampai 5 jiwa setiap rumah tangga. Penyebaran penduduk tersebut tidak

merata di 15 kecamatan definitif (Dairi dalam Angka, 2017).

Kondisi Peternakan Sapi di Kabupaten Dairi

Kabupaten Dairi memiliki sektor peternakan yang cukup berpotensi untuk

dikembangkan. Hal ini dapat dilihat dari kesesuaian iklim untuk pemeliharaan

ternak serta luas lahan untuk pengembalaan ternak masih relatif luas.

Melihat luas lahan yang cukup ini, pengembangan peternakan sapi tentu

akan sangat menguntungkan di Kabupaten Dairi. Hal ini juga didukung oleh

keberadaan Kabupaten Dairi yang terletak di empat perbatasan dengan kabupaten

lain, di mana Kabupaten Dairi akan dapat mensuplai komoditi peternakan ke

wilayah-wilayah perbatasan tersebut.

Berdasarkan data Statistik Dairi Dalam Angka 2017, ternak sapi di

Kabupaten Dairi tersebar di 14 Kecamatan dan populasi yang terbesar berada di

Kecamatan Siempat Nempu Hulu dengan jumlah populasi sebesar 1.038 ekor.

Pemeliharaan ternak sapi di Kabupaten Dairi belum merupakan komoditi

unggulan untuk dikembangkan. Hal ini telihat dari para peternak yang masih

memelihara ternaknya hanya sebagai sampingan.

31
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Sapi Potong

Pengalaman Beternak

Pengalaman beternak sapi potong merupakan salah satu hal yang dapat

menunjang keberhasilan dalam usaha peternakan. Semakin berpengalaman

seseorang maka semakin berhati-hati dalam mengambil tindakan atau keputusan

dalam usahanya agar tidak mengalami kerugian.

Tabel 4. Pengalaman Peternak Memelihara Sapi Potong


Pengalaman (tahun) Jumlah (orang) Persen (%)
1 – 10 148 62
11 – 20 73 31
>20 18 7
Total 239 100

Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan tingkat pengalaman responden yaitu

pengalaman beternak selama 1 - 10 tahun sebanyak 148 orang atau sebesar 62%,

selama 11 - 20 tahun sebanyak 73 orang atau sebesar 31%, selama lebih dari 20

tahun sebanyak 18 orang atau sebesar 7%.

Modal

Adapun modal peternak sapi potong produksi sapi dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 5. Jumlah Modal Peternak Sapi Potong


Modal (Rp) Jumlah (orang) Persen (%)
1.000.000 - 10.000.000 140 59
10.000.001 - 20.000.000 84 35
>20.000.000 15 6

32
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Total 239 100

Berdasarkan Tabel diatas dapat diketahui tingkat modal yang dikeluarkan

peternak sapi dalam produksi ternak sapi terdiri dari tiga kategori, untuk modal

terbanyak berkisar antara Rp. 1.000.000- 10.000.000, terdiri dari 140 orang

responden atau sebesar 59%, untuk modal Rp. 10.000.001- 20.000.000 terdiri dari

84 orang responden atau sebesar 35%, untuk modal > Rp. 20.000.000 terdiri dari

15 orang responden atau sebesar 6%.

Jumlah Ternak yang Dipelihara

Pemeliharaan ternak sapi potong bila diperhatikan secara keseluruhan dari

data penelitian yang digunakan menunjukkan bahwa jumlah ternak sapi yang

dipelihara masih lebih banyak responden yang memelihara ternaknya di bawah 5

ekor, sehingga skala ini masih tergolong skala usaha sambilan dalam masyarakat.

Berikut tabel jumlah ternak sapi potong dan presentase responden pemelihara

ternak sapi di Kabupaten Dairi.

Tabel 6. Jumlah ternak sapi potong yang dipelihara responden.


Keterangan Jumlah Jumlah Responden
(ekor) (orang)
Sapi Betina
1. Pedet (Anak) 232 156
2. Dara 75 74
3. Induk Betina Dewasa 689 239

Sapi Jantan
114 82
1. Pedet (Anak)
57 54
2. Dara
31 31

33
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3. Jantan Dewasa (pejantan)
Total 1.198

Tabel 7. Persentase responden pemelihara ternak sapi potong.


Sapi Potong (ekor) Jumlah (orang) Persen (%)
1– 5 171 72
6 - 10 65 27
> 10 3 1
Total 239 100

Berdasarkan Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah sapi potong yang

dipelihara oleh para peternak antara 1-5 ekor terdiri dari 171 responden atau

sebesar 72%, jumlah 6-10 ekor sebanyak 65 responden atau sebesar 27% dan

jumlah di atas 10 ekor sebesar 3 responden atau 1 %.

Tenaga Kerja

Tabel di bawah ini menunjukkan jumlah tenaga kerja yang digunakan para

peternak, jumlah tenaga kerja yang menggunakan 1-2 tenaga kerja sebanyak 235

responden atau sebesar 98% sedangkan kriteria 3-4 tenaga kerja terdiri dari 4

responden atau sebesar 2% dan tenaga kerja yang digunakan di atas 4 orang tidak

ada.

Tabel 8. Jumlah Tenaga Kerja.


Tenaga Kerja (orang) Jumlah (orang) Persen (%)
1–2 235 98
3–4 4 2
>4 Tidak ada Tidak ada
Total 239 100

34
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data bahwa para peternak mayoritas

berusia produktif sehingga usaha ternak sapi potong di Kabupaten Dairi berpotensi

untuk dikembangkan.

Jumlah Pakan

Hasil survey yang diperoleh menunjukkan bahwa jumlah pakan hijauan

yang diberikan dalam pemeliharaan sapi potong oleh para peternak yaitu antara

20-25 kg/ekor/hari terdiri dari 97 responden atau sebesar 40%, jumlah 26-31

kg/ekor/hari sebanyak 105 responden atau sebesar 43% dan jumlah di atas 31

kg/ekor/hari sebesar 37 responden atau 17 %. Berikut tabel pemberian jumlah

pakan ternak sapi potong per –hari berdasarkan hasil survey.

Tabel 9. Jumlah Pakan Ternak yang Diberikan Per-hari


Pakan (kg) Jumlah (orang) Persen (%)
20 – 25 97 40
26 – 31 105 43
> 31 37 17
Total 239 100

Jarak Rumh Peternak dengan Kandang/Sapi

Jarak rumah peternak dengan lokasi ternak sapi dipelihara tentu dapat

mempengaruhi keseriusan peternak dalam memelihara ternaknya. Semakin jauh

ternak dipelihara, tentu akan mempengaruhi waktu dan tenaga peternak dalam

mengelola peternakannya, misalnya dalam pemberian pakan dan minumnya tentu

akan lebih sulit. Jarak tempuh yang jauh akan menyebabkan peternak malas dalam

memelihara ternaknya.

35
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel berikut menunjukkan jarak rumah peternak dengan ternak sapi yang

dipelihara.

Tabel 10. Jarak Rumah Peternak dengan Kandang/Sapi Dipelihara


Jarak (meter) Jumlah (orang) Persen (%)
0 – 400 58 24
401- 800 175 73
> 800 6 3
Total 239 100

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa jarak ternak sapi yang

dipelihara dalam penelitian ini adalah 0-400 meter sebanyak 58 responden atau

sebesar 24%, 401-800 meter sebanyak 175 responden atau sebesar 73% dan lebih

dari 800 meter 6 responden atau sekitar 3 %.

Ukuran Kandang

Adapun kandang yang digunakan para peternak dalam memelihara ternak

sapinya kebanyakan menggunakan kandang kelompok di mana dalam satu

kandang terdapat 1-3 ekor sapi. Kandang ternak rata-rata terbuat dari kayu dengan

lantai semen dengan ukuran bervariasi antara 2,5 x 3 meter, 3 x 5 meter dan 3 x 7

meter per kandang. Ukuran kandang yang digunakan para peternak di Kabupaten

Dairi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 11. Ukuran Kandang Tempat Sapi Dipelihara


Kandang ( ) Jumlah (orang) Persen (%)
0 (tidak ada) 216 90
1- 15 15 6
>15 8 4

36
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Total 239 100

Pada daerah penelitian terdapat 216 responden atau sebesar 90% tidak

memiliki kandang, sebanyak 15 responden memiliki kandang ukuran 1-15 atau

sebesar 6% dan di atas 15 sebanyak 8 responden atau sebesar 4 %.

Pemasaran

Pemasaran sapi potong merupakan penjualan sapi potong yang dipelihara

oleh para peternak dalam kurum waktu satu tahun. Penjualan sapi potong yang di

pelihara di Kabupaten Dairi dilakukan dengan menggunakan jasa agen sapi potong

yaitu peternak menjual sapinya ke agen untuk dijualkan ke daerah lain. Penjualan

ini kebanyakan masih merugikan para peternak, karena sapinya dijual hanya

dengan melakukan taksiran bobot hidup sapi saja tanpa melakukan penimbangan.

Pemasaran ternak sapi potong dapat di lihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 12. Penjualan Ternak Sapi Potong Per-tahun


Penjualan (ekor) Jumlah (orang) Persen (%)
1-2 200 83
3-4 35 15
>4 4 2
Total 239 100

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah sapi potong yang

dijual para peternak per-tahunnya terdiri dari 1-2 ekor sebanyak 200 responden

atau sebesar 83%, penjualan 3-4 ekor per tahun sebanyak 35 responden atau

sebesar 15% dan penjualan di atas 4 ekor sebanyak 4 responden atau sebesar 2%.

37
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pemberian Obat-obatan (obat, vitamin dan vaksin)

Dalam hal pemeliharaan ternak sapi potong, pemberian obat-obatan dapat

dilakukan untuk mencegah dan mengobati ternak dari serangan berbagai penyakit.

Berikut tabel pemberian obat, vitamin dan vaksin yang dilakukan oleh para

peternak di Kabupaten Dairi.

Tabel 13. Pemberian Obat Per-tahun


Obat (dosis) Jumlah (orang) Persen (%)
0 (tidak ada) 199 83
1-20 38 16
>20 2 1
Total 239 100

Pemberian obat terhadap sapi potong yang dipelihara oleh para peternak per-

tahunnya terdiri dari 0 (tidak ada) pemberian obat per-tahun sebanyak 199

responden atau sebesar 83%, pemberian obat 1-20 dosis per-tahun sebanyak 38

responden atau sebesar 16% dan pemberian obat di atas 20 dosis per tahunnya

sebanyak 2 responden atau sebesar 1%.

Tabel 14. Pemberian Vitamin Per-tahun


Vitamin (dosis) Jumlah (orang) Persen (%)
0 (tidak ada) 202 85
1-20 29 12
>20 8 3
Total 239 100

Adapun untuk pemberian vitamin terhadap sapi potong yang dipelihara para

peternak per-tahunnya terdiri dari 0 (tidak ada) pemberian vitamin per-tahun

38
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
sebanyak 202 responden atau sebesar 85%, pemberian vitamin 1-20 dosis per-

tahun sebanyak 29 responden atau sebesar 12% dan pemberian vitamin di atas 20

dosis per tahunnya sebanyak 8 responden atau sebesar 3%. Pemberian vitamin ini

cukup jarang dilakukan oleh para peternak. Pemberian vitamin ini biasanya harus

mendatangkan petugas dari pemerintah dulu agar dapat melaksankan penyuntikan

vitamin dengan dosis tertentu ke tubuh.

Tabel 15. Pemberian Vaksin SE Per-tahun


Vaksin SE (dosis) Jumlah (orang) Persen (%)
0 (tidak ada) 204 85
3–6 20 9
>6 15 6
Total 239 100

Untuk menghindari sapi potong agar tidak terserang penyakit menular

sebaiknya dilaksankan tindakan pencegahan melalui pemberian vaksinasi secara

rutin dan berkelanjutan. Di daerah penelitian, dijumpai pemberian vaksin terhadap

sapi potong yang dipelihara oleh para peternak per-tahunnya terdiri dari 0 (tidak

ada) pemberian vaksin per-tahun sebanyak 204 responden atau sebesar 85%,

pemberian vaksin 3 – 6 dosis per-tahun sebanyak 20 responden atau sebesar 9%

dan pemberian vaksin di atas 6 dosis per tahunnya sebanyak 15 responden atau

sebesar 6%.

Jumlah Kelahiran

Untuk mengetahui meningkat atau tidaknya jumlah produktivitas ternak

sapi di Kabupaten Dairi dapat dilihat dari seberapa besar angka kelahiran yang

39
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dihasilkan per tahunnya. Jumlah kelahiran ternak sapi di Kabupaten Dairi dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 16. Jumlah Ternak Sapi yang Lahir Per-tahun


Lahir (ekor) Jumlah (orang) Persen (%)
1-2 177 74
3-4 61 25
>4 1 1
Total 239 100

Berdasarkan data yang diperoleh dari lapangan menunjukkan bahwa jumlah

ternak sapi yang lahir per tahunnya terdiri dari 1-2 ekor sebanyak 177 responden

atau sebesar 74%, lahir 3-4 ekor per tahun sebanyak 61 responden atau sebesar

25% dan lahir di atas 4 ekor sebanyak 1 responden atau sebesar 1%. Jumlah

kelahiran ini cukup berpengaruh dalam peningkatan produktivitas ternak sapi di

Kabupaten Dairi, di mana apa bila jumlah kelahiran semakin tinggi maka

produktivitasnya juga akan semakin tinggi dan sebaliknya apa bila jumlah

kelahiran rendah maka produktivitasnya juga tentu akan rendah.

Jumlah Kematian

Angka kematian ternak merupakan angka yang dapat mempengaruhi

penurunan produktivitas ternak di suatu daerah. Berikut adalah tabel yang

menunjukkan jumlah ternak sapi yang mati per tahun di Kabupaten Dairi

berdasarkan survey yang dilakukan.

40
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 17. Jumlah Ternak Sapi yang Mati Per-tahun
Mati (ekor) Jumlah (orang) Persen (%)
0 (tidak ada) 236 99
1 3 1
>1 0 0
Total 239 100

Berdasarkan Tabel di atas diketahui jumlah kematian ternak sapi yang

dipelihara responden per-tahunnya sebanyak 0 (tidak ada) terdiri dari 236

responden atau sebesar 99%, jumlah kematian 1 (satu) ekor per tahunnya sebanyak

3 responden atau sebesar 1 % dan kematian lebih dari 1 (satu) ekor per tahunnya

tidak ada atau sebesar 0%. Dari data yang diperoleh di lapangan menunjukkan

bahwa jumlah kematian ternak sapi hanya satu persen dalam setahun, hal ini dapat

terjadi karena bila ternak sapi yang dipelihara menderita penyakit tertentu, para

peternak sudah terbiasa mengobati ternaknya secara tradisional dan menurut

kebiasaan mereka kebanyakan sapi yang sakit berhasil disembuhkan.

Hasil Pengujian Hipotesis

Pada pengujian hipotesis ini akan dibahas tentang pengaruh yang

ditimbulkan oleh pengalaman beternak, modal usaha, jumlah ternak, tenaga kerja,

jumlah pakan ternak, jarak lokasi ternak dipelihara dari rumah, ukuran kandang,

pemasaran ternak, pemberian obat-obatan, vaksin dan vitamin, jumlah kelahiran

ternak dan jumlah kematian ternak terhadap produktivitas ternak sapi di

Kabupaten Dairi yang akan dianalisis dengan menggunakan program minitab 18.

41
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Analisis Regresi Berganda

Tabel 18. Hasil Analisis Regresi (Analysis of Variance).

Sumber Keterangan Derajat Jumlah Kuadrat F-


(SK) bebas kuadrat tengah hitung F-tabel
Regression 13 69935.3 5379.6 45.39 0.000
Pengalaman Beternak (tahun) 1 0.1 0.1 0.00 0.975
Modal (Rp) 1 465.1 465.1 3.92 0.049
Jumlah Ternak (ekor) 1 30058.9 30058.9 253.61 0.000
Tenaga Kerja (orang) 1 481.5 481.5 4.06 0.045
Pakan (Kg/ekor) 1 387.9 387.9 3.27 0.072
Jarak Lokasi ternak dipelihara 1 5.4 5.4 0.05 0.832
Ukuran Kandang (meter2) 1 87.8 87.8 0.74 0.390
Pemasaran ternak (ekor/tahun) 1 293.3 293.3 2.47 0.117
Obat (dosis/tahun) 1 7.7 7.7 0.07 0.799
Vitamin (dosis/ tahun) 1 40.0 40.0 0.34 0.562
Vaksin (dosis/ tahun) 1 363.7 363.7 3.07 0.081
Jumlah Kelahiran (ekor/ ta 1 54514.5 54514.5 459.94 0.000
Jumlah Kematian (ekor/ tah 1 43.3 43.3 0.37 0.546
Error 225 26667.9 118.5
Total 238 96603.2

Berdasarkan hasil analisis regresi tersebut di atas diketahui bahwa faktor-

faktor produksi seperti modal, jumlah ternak, tenaga kerja dan jumlah kelahiran

berpengaruh nyata terhadap produktivitas sapi potong pada α = 5 % (0,05). Hal

tersebut dapat diketahui berdasarkan pengujian berikut :

H0 : X1 = X5 = X6 = X7 = X8 = X9 = X11 = 0 faktor-faktor produksi secara

bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap produktivitas ternak sapi

potong.

42
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
H1 : X2 = X3 = X4 = X10 ≠ 0 faktor-faktor produksi secara bersama-sama

berpengaruh signifikan terhadap produktivitas sapi potong.

Hasil regresi pada Tabel 18 menunjukkan p-value modal (X2) = 0,049,

jumlah ternak (X3) = 0,000, tenaga kerja (X4) = 0,045 dan jumlah kelahiran

(X10)=0,000 nilainya kurang dari α = 0,05. Maka H0 ditolak, sehingga

disimpulkan bahwa modal, jumlah ternak, tenaga kerja dan jumlah kelahiran

secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap produksi ternak sapi potong

pada α = 0,05.

Sedangkan pengalaman beternak (X1) = 0,975, jumlah pakan (X5) = 0,072,

jarak lokasi ternak dari rumah (X6) =0,832, ukuran kandang (X7) = 0,390,

pemasaran ternak (X8) = 0,117, pemberian obat(X9) = 0,799, vitamin (X9)

= 0,562, vaksin (X9) = 0,081, jumlah kematian (X11) = 0,546 nilainya lebih dari

α = 0,05. Maka H0 diterima, sehingga disimpulkan pengalaman beternak, jumlah

pakan, jarak lokasi ternak dipelihara dari rumah, ukuran kandang, pemasaran

ternak, pemberian obat, pemberian vitamin, pemberian vaksin, dan jumlah

kematian secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas

ternak sapi potong pada α = 0,05

Berdasarkan Tabel 18 tesebut di atas menunjukkan bahwa faktor produksi

yang lebih dominan berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas ternak

sapi potong adalah jumlah kelahiran ternak (X10) dengan nilai F-hitung lebih

besar dari nilai F-tabel (459,94 > 0,000) pada taraf α = 0,05. Jumlah kelahiran ini

berpengaruh positif terhadap pengingkatan produktivitas sapi potong di Kabupaten

43
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dairi karena dengan angka kelahiran yang semakin bertambah maka populasi

ternak di Kabupaten Dairi juga tentu akan semakin bertambah dan sebaliknya.

Berdasarkan penelitian ini diperoleh angka kelahiran ternak sapi di

Kabupaten Dairi masih tergolong sedikit. Hal ini juga telah menyebabkan jumlah

populasi sapi di Kabupaten Dairi tidak terlalu signifikan pertambahannya tahun

demi tahun. Ada beberapa hal yang menyebabkan jumlah kelahiran di Kabupaten

Dairi pertambahannya sedikit antara lain: 1). Keterlambatan informasi peternak ke

petugas IB untuk melaksankan kawin suntik, 2). Minimnya pengetahuan deteksi

dini birahi oleh peternak, 3). Pejantan untuk kawin alami tidak selalu tersedia, 4).

Petugas Inseminasi Buatan (IB) sering mengalami kesulitan melakukan kawin

suntik karena ternak sapi kebanyakan dipelihara secara liar tanpa kandang.

Uji Kelayakan Model

Uji kelayakan model dilaksankan dengan melakukan uji asumsi klasik

sebagai berikut:

Uji Asumsi Multikolineritas

Uji multikolinearitas adalah uji yang dilakukan untuk memastikan apakah di

dalam sebuah model regresi ada interkorelasi atau kolinearitas antar variabel

bebas. Interkorelasi adalah hubungan yang linear atau hubungan yang kuat antara

satu variabel bebas atau variabel prediktor dengan variabel prediktor lainnya di

dalam sebuah model regresi.

Untuk mengetahui apakah terjadi multikolineritas atau kolinearitas ganda

antar variable bebas dapat dilihat dalam Tabel 19 analisis regresi (coefficients)

sebagai berikut :

44
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 19. Hasil Analisis Regresi (Coefficients).
F-
Keterangan Koefisien SE Koefisien hitung F-tabel VIF
Constant 59.83 5.53 10.81 0.000
Pengalaman Beternak 0.004 0.128 0.03 0.975 1.09
(tahun)
Modal (Rp) 0.000001 0.000000 1.98 0.049 3.01
Jumlah Ternak (ekor) -17.75 1.11 -15.93 0.000 7.95
Tenaga Kerja (orang) -4.19 2.08 -2.02 0.045 2.24
Pakan (Kg/ekor) 0.305 0.169 1.81 0.072 1.04
Jarak Lokasi ternak 0.00086 0.00404 0.21 0.832 1.02
dipelihara
Ukuran Kandang (meter2) 0.148 0.173 0.86 0.390 1.29
Pemasaran ternak 2.32 1.48 1.57 0.117 3.61
(ekor/tahun)
Obat (dosis/tahun) 0.088 0.345 0.26 0.799 9.20
Vitamin (dosis/ tahun) 0.155 0.267 0.58 0.562 8.27
Vaksin (dosis/ tahun) -0.861 0.491 -1.75 0.081 6.07
Jumlah Kelahiran 43.05 2.01 21.45 0.000 5.76
(ekor/tahun)
Jumlah Kematian -4.39 7.26 -0.60 0.546 1.32
(ekor/tahun)

Berdasarkan hasil analisis regresi tersebut di atas menunjukkan nilai

VIFnya. Melalui uji multikolinearitas dengan metode variance inflaction factor

(VIF) menunjukkan atau mengindisikan bahwa tidak terjadi multikolinearitas atau

kolinearitas ganda, dengan kata lain tidak ada variabel yang saling berpengaruh

satu sama lain. Karena nilai (VIF) masing-masing variable tidak lebih besar dari

pada 10 hal ini dapat dilihat pada Tabel 19 tersebut di atas.

45
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas ini merupakan cara yang dilakukan untuk

mengetahui gangguan atau hambatan yang tidak menyebar secara normal pada

sebaran sampel dalam arti bahwa variasi residual tidak sama untuk semua

pengamatan.

Gambar 1. Tampilan Versus Fits Menunjukkan Plot Menyebar

Berdasarkan gambar 1 tersebut di atas dapat disimpulkan tidak ada gejala

heteroskedastisitas karena plot menyebar merata di atas dan di bawah sumbu 0

tanpa membentuk sebuah pola tertentu.

Uji F (Uji model secara keseluruhan)

Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen (X)

secara simultan berpengaruh pada variabel dependen (Y), dari hasil uji F

(Tabel 18) menunjukkan bahwa nilai F-hitung > F-tabel pada tingkat kepercayaan

46
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
95% yaitu 45,39 dengan signifikansi 0,000 lebih kecil dari taraf signifikan yang

digunakan dalam peneitian ini yaitu 0,05 atau 5%. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa variabel pengalaman beternak, modal usaha, jumlah ternak,

tenaga kerja, jumlah pakan ternak, jarak lokasi ternak dipelihara dari rumah,

ukuran kandang, pemasaran ternak, pemberian obat-obatan, vaksin dan vitamin,

jumlah kelahiran ternak dan jumlah kematian ternak secara simultan berpengaruh

signifikan terhadap produktivitas ternak sapi potong di Kabupaten Dairi.

Uji Koefisien Determinasi

Pada regresi linear koefisien determinasi sering diartikan sebagai seberapa

besar kemampuan semua variabel bebas dalam menjelaskan varians dari variabel

terikatnya. Dalam uji linear berganda ini koefisien determinasi digunakan untuk

mengetahui presentase sumbangan pengaruh X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7, X8,

X9, X10, X11 dan variabel Y.

Berdasarkan hasil regresi dengan menggunakan minitab 18 diperoleh Nilai

determinan atau R-Squared yaitu sebesar 72,39 %, artinya proporsi keragaman

antara variable faktor produksi (X) terhadap produktivitas (Y) dapat berpengaruh

secara linier sebesar 72,39 % dan sisanya sebesar 27,61% dipengaruhi oleh faktor

lain di luar penelitian ini.

Uji t (Uji parsial/individual)

Uji t digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh antar variabel

bebas yang diteliti (X1-X11) terhadap produktivitas ternak sapi (Y) secara

individual dengan tingkat kepercayaan (level of confidence 95 %) dibuat dalam

persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:

Y = a +b₁X₁+b₂X₂+b₃X₃+b₄X₄+b₅ + + +

+ +e

47
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
= 59,83 + 0,004 X₁ + 0,000001 X₂ - 17,75 X₃ - 4,19 X₄ + 0,305 + 0,00086

0,148 + 2,32 + 0,088 + 0,155 - 0,861 + 43,05 - 4,39 +e

Berdasarkan persamaan hasil regresi linier berganda tersebut di atas maka

dapat dilihat nilai konstanta terhadap produktivitas ternak sapi potong sebesar

59,83. Hal ini menunjukkan bahwa jika nilai variabel bebas (X) bernilai nol atau

tidak ada maka produktivitas pada usaha ternak sapi potong bernilai 59,83.

Untuk lebih lanjut, hasil analisis regresi di atas dapat diinterpretasikan

sebagai berikut :

Pengalaman Beternak (X1) Tidak Berpengaruh Signifikan terhadap


Produktivitas Ternak Sapi (Y)

Koefisien regresi variabel Pengalaman Beternak (X1) bernilai positif sebesar

0,004 dan tidak berpengaruh signifikan terhadap produktivitas ternak sapi (Y)

artinya jika variabel independen lain nilainya tetap dan pengalaman beternak

mengalami kenaikan 1%, maka produktivitas akan naik sebesar 0,004%.

Hal ini disebabkan oleh pengalaman beternak yang dimiliki berbanding lurus

dengan produktivitas ternak sapi potong. Di mana apa bila pengalaman para

peternak semakin lama maka tingkat pengetahuan para peternak juga akan

semakin meningkat seiring dengan proses pembelajaran yang selalu diperoleh dari

hasil beternak tahun ke tahun.

Hal ini sesuai dengan pendapat Aditana et al. (2012) yang menyatakan

bahwa semakin lama pengalaman peternak membudidayakan ternak sapi potong,

memungkinkan mereka untuk lebih banyak belajar dari pengalaman sehingga

dapat dengan mudah menerima inovasi teknologi yang berkaitan dengan usaha

ternak sapi potong.

48
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Penulis menyimpulkan bahwa alasan kenapa pengalaman beternak ini tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas adalah karena pengalaman

yang dimiliki para peternak masih mendominasi atau sebesar 62% dan masih di

bawah 10 tahun dan apabila pengalaman para peternak sudah diatas 10 tahun dan

lebih lama lagi dimungkinkan akan berpengaruh secara signifikan terhadap

produktivitas ternak sapi potong.

Modal (X2) Berpengaruh Signifikan terhadap Produktivitas Ternak Sapi (Y)

Berdasarkan hasil regresi di atas menunjukkan koefisien regresi berpengaruh

positif dan signifikan terhadap produktivitas ternak sapi potong artinya terjadi

hubungan positif antara modal dengan produktivitas ternak sapi potong, di mana

bila modal semakin meningkat maka produktivitas juga akan semakin meningkat.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa modal yang dimiliki oleh para peternak

di Kabupaten Dairi masih cukup terbatas, sehingga menyebabkan produktivitas

ternak sapi di Kabupaten Dairi juga rendah.

Hal ini sesuai dengan pendapat Kariyasa (2005) yang menyatakan bahwa

rendahnya populasi sapi potong antara lain disebabkan sebagian besar ternak

dipelihara oleh peternak berskala kecil dengan lahan dan modal terbatas.

Jumlah Ternak (X3) Berpengaruh Signifikan terhadap Produktivitas Ternak


Sapi (Y)

Hal ini sesuai dengan pendapat Zainuddin (2013) mengatakan bahwa

peternak di Indonesia masih bersifat sub sistem, dengan pola pemeliharaan

tradisional dan jumlah ternak yang dimiliki sekitar 1-3 ekor setiap rumah tangga.

49
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Faktor produksi Jumlah Ternak ini menunjukkan pengaruh negatif dan

signifikan terhadap produktivitas ternak sapi di Kabupaten Dairi. Berdasarkan

hasil regresi diperoleh nilai koefisien regresi jumlah ternak sebesar -17,75 artinya

jika variabel lain nilainya tetap dan jumlah ternak mengalami kenaikan satu persen

maka produktivitas ternak sapi akan mengalami penurunan sebesar 17,75% dan

sebaliknya.

Penurunan produktivitas bisa saja terjadi apa bila ternak sapi ditambah dari

luar karena para peternak dimungkinkan akan semakin kurang terarah dalam

mengelola usaha ternaknya karena para peternak akan dibabani dengan hal-hal

yang baru seperti mengelurakan modal pembelian, menambah biaya perawatan

(pemberian pakan dan lain-lain), menambah waktu dan tenaga kerja dalam hal

mengelola usaha ternaknya. Sehingga bila jumlah ternak sapi semakin ditambah

jumlahnya sudah barang tentu akan menurunkan produktivitas ternak di

Kabupaten Dairi. Kecuali dengan keberadaan jumlah ternak yang sudah saat ini,

peningkatan terhadap jumlah kelahiran anak semakin ditingkatkan tentu akan

dapat meningkatkan produktivitas ternak sapi di Dairi.

Hal ini sesuai dengan pendapat Andri et al. (2015) yang mengatakan bahwa

produktivitas usaha ternak yang rendah dapat terjadi karena pola manajemen

pemeliharaan ternak yang masih rendah dan kurang terarah, di mana peternak

belum optimal memperhatikan kualitas pakan, tata cara pemeliharaan yang

dianjurkan, perkandangan, penanganan penyakit dan pemasaran.

50
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tenaga Kerja (X4) Berpengaruh Signifikan terhadap Produktivitas Ternak
Sapi (Y)

Variabel tenaga kerja mempunyai nilai koefisien regresi negatif sebesar

-4,19 dan berpengaruh signifikan terhadap produktivitas ternak sapi potong. Nilai

tersebut menunjukkan apabila terjadi peningkatan tenaga kerja sebesar satu persen

maka produktivitas ternak sapi potong akan menurun sebesar 4,19%.

Apa bila jumlah tenaga kerja dinaikkan, maka produktivitas sapi potong di

Kabupaten Dairi akan menurun karena jumlah ternak yang dipelihara dengan

keberadaan jumlah tenaga kerjanya sudah tidak efisien lagi. Dengan menambah

jumlah tenaga kerja akan menyebabkan biaya pengeluaran juga yang akan semakin

bertambah.

Dalam penelitian ini, tenaga kerja yang digunakan peternak dalam

mengelola usahanya berasal dari anggota keluarga sendiri atau lingkungan sekitar.

Pekerja yang digunakan merupakan pekerja dalam kategori usia produktif dengan

kisaran usia antara 19-56 tahun hal ini sesuai dengan sensus 2010 yang

menyatakan bahwa penduduk Indonesia usia produktif adalah usia 15-64 tahun,

pekerja usia muda adalah usia 15-24 tahun sedangkan usia yang tidak produktif

adalah usia di bawah 15 tahun dan di atas 65 tahun (BPS, 2012).

Jumlah Pakan (X5) Tidak Berpengaruh Signifikan terhadap Produktivitas


Ternak Sapi (Y)

Faktor produksi jumlah pakan ternak (X5) memiliki koefisiean regresi positif

sebesar 0,305 dan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas

ternak sapi potong. Artinya nilai tersebut menunjukkan apabila jumlah pakan

dinaikkan sebesar satu persen maka produktivitas ternak sapi potong akan

meningkat sebesar 0,305%.

51
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pakan hijauan

terhadap ternak sapi potong sebanyak 83 % responden masih memberikan jumlah

pakan hijauan dibawah rata-rata karena jumlah pakan hijauan yang diberikan

berada di kisaran 20 s/d 31 kg/ekor/hari dengan pemberian 2 kali sehari yaitu pagi

dan sore.

Menurut Santoso (2005) mengatakan bahwa pada prinsipnya hijauan

diberikan 10 persen dari berat badan sapi, yakni antara 30 sampai 40 kg/ekor/hari.

Pemberiannya 2-3 kali sehari. Pakan tambahan (konsentrat) diberikan 3 sampai 4

bulan menjelang akhir penggemukan, umumnya diberikan sebanyak 1,5% dari

berat badan hidup atau 3-4 kg/ekor/hari.

Pemberian jumlah pakan hijauan yang dilaksanakan oleh para peternak di

Kabupaten Dairi mengakibatkan ternak sapi yang dipelihara terlihat kurus dan

pertambahan bobot badan hariannya juga menjadi kurang maksimal hal ini terjadi

karena pakan yang diberikan kebanyakan masih dibawah 31 kg/ekor /hari.

Jarak Lokasi Ternak Dipelihara dari Rumah (X6) Tidak Berpengaruh


Signifikan terhadap Produktivitas Ternak Sapi (Y)

Variabel Jarak Lokasi Ternak Dipelihara dari Rumah (X6) mempunyai

koefisien regresi positif sebesar 0,00086 dan tidak berpengarug signifikan terhadap

Produktivitas Ternak Sapi (Y). Hasil regresi ini menunjukkan bahwa apabila jarak

lokasi ternak dipelihara dari rumah dinaikkan sebesar satu persen maka

produktivitas ternak sapi potong akan meningkat sebesar 0,00086%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sampai batas 800 meter jarak loksai

ternak dipelihara dari rumah para peternak tidak terlalu mempengaruhi minat dan

keseriusan para peternak dalam mengelola usaha ternak sapinya. Hal ini

52
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
disebabkan jumlah ternak yang dipelihara hanya sedikit ditambah lagi akses jalan

menuju lokasi ternak yang dipelihara tidak terlalu jelek.

Namun pada jarak tempuh di atas 800 meter, para peternak sudah mulai

memiliki rasa malas untuk mengelola usaha ternak sapinya. Jarak tempuh yang

semakin jauh menyebabkan berkurangnya motivasi para peternak dalam

memelihara dan mengembangkan usaha ternak sapinya. Hal ini sesuai dengan

pendapat R.H Matondang, (1998) Dalam hal pemeliharaan ternak, lokasi

pemeliharaan sangat menentukan keberhasilan produksi. Semakin dekat dengan

sumber hijauan pakan ternak, populasi ternak semakin bertambah sebaliknya

semakin jauh dari sumber hijauan pakan ternak, populasi akan menurun.

Ukuran Kandang (X7) Tidak Berpengaruh Signifikan terhadap Produktivitas


Ternak Sapi (Y)

Variabel ukuran kandang mempunyai nilai koefisien regresi positif sebesar

0,148 dan tidak berpengaruh signifikan terhadap produktivitas ternak sapi potong.

Nilai tersebut menunjukkan apabila terjadi peningkatan ukuran kandang sebesar

satu persen maka produktivitas ternak sapi potong akan meningkat sebesar

0,148%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 90% ternak yang dipelihara tidak

memiliki kandang. Pengelolaan usaha ternak sapi dengan cara seperti ini

menyebabkan peternak kesulitan dalam mengelola usaha ternaknya terutama

dalam mengawinkan ternak sapi yang dimiliki. Kesulitan dalam deteksi birahi

sering menjadi kendala, terkhusus di daerah yang ketersediaan pejantannya tidak

ada. Selain itu, bila ternak sapi menderita suatu penyakit, peternak kesulitan untuk

melaksanakan tindakan pengobatan karena ternak peliharaan sudah tidak jinak lagi

melainkan sudah liar dan tidak mudah untuk disentuh.

53
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Hal ini sesuai dengan pendapat Sukmawati et al. (2010) bahwa Kandang

memiliki fungsi antara lain untuk menjaga keamanan ternak dari pencurian,

memudahkan pengelolaan ternak dalam proses produksi seperti pemberian pakan,

minum, pemebersihan kandang dan perkawinan, serta dapat meningkatkan

efisisnsi penggunaan tenaga kerja.

Pemasaran Ternak (X8) Tidak Berpengaruh Signifikan terhadap


Produktivitas Ternak Sapi (Y)

Pemasaran Ternak mempunyai nilai koefisien regresi positif sebesar 2,32

dan tidak berpengaruh signifikan terhadap produktivitas ternak sapi. Nilai ini

menunjukkan apabila pemasaran ternak meningkat sebesar satu persen maka

produktivitas ternak sapi potong akan meningkat sebesar 2,32%.

Untuk setiap penjualan ternak, biasanya para peternak menjual ternaknya

melaui agen atau perantara yang langsung datang ke desa mereka dimana tempat

ternaknya dipelihara. Hal ini sesuai dengan pernyataan Heryadi (2011) yang

menjelaskan bahwa terciptanya sistem pemasaran yang efisien serta

menguntungkan baik peternak maupun konsumen, maka peternak harus memilih

jalur pemasaran yang pendek. Penentuan harga ternak berdasarkan pada tafsiran

berat karkas dan kondisi sapi, namun pada kenyataanya peternak kurang atau tidak

dapat menafsirkan berat karkas, hal ini disebabkan kurangnya tingkat pengetahuan

tentang kualitas ternak.

Pemasaran ternak ini tidak berpengaruh signifikan terhadap produktivitas

ternak sapi di Kabupaten Dairi disebabkan mayoritas peternak masih menjual

ternak sapinya pada kisaran 1-2 ekor/tahun. Penulis berkesimpulan bahwa apa bila

jumlah penjualan ternak semakin ditingkatkan yaitu diatas 2 ekor per tahunnya

produktivitas ternak tentu akan semakin meningkat.

54
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Obat, Vitamin dan Vaksin (X9)

Obat (X9) Tidak Berpengaruh Signifikan terhadap Produktivitas Ternak


Sapi (Y)

Variabel Obat mempunyai nilai koefisien regresi positif sebesar 0,088 dan

tidak berpengaruh signifikan terhadap produktivitas ternak sapi. Artinya apabila

pemberian obat meningkat sebesar satu persen maka produktivitas ternak sapi

potong akan meningkat sebesar 0,088%.

Vitamin (X9) Tidak Berpengaruh Signifikan terhadap Produktivitas Ternak


Sapi (Y)

Variabel Vitamin mempunyai nilai koefisien regresi positif sebesar 0,155

dan tidak berpengaruh signifikan terhadap produktivitas ternak sapi. Artinya

apabila pemberian vitamin meningkat sebesar satu persen maka produktivitas

ternak sapi potong akan meningkat sebesar 0,155%.

Vaksin (X9) Tidak Berpengaruh Signifikan terhadap Produktivitas Ternak


Sapi (Y)

Variabel Vaksin mempunyai nilai koefisien regresi negatif sebesar -0,861

dan tidak berpengaruh signifikan terhadap produktivitas ternak sapi. Artinya

apabila pemberian vaksin meningkat sebesar satu persen maka produktivitas

ternak sapi potong akan menurun sebesar 0,861%.

Kebanyakan para peternak tidak terlalu perduli dalam hal pemberian obat

bila ternaknya terserang penyakit. Bila ternak yang dipelihara menderita suatu

penyakit mereka masih cenderung mengandalkan obat-obatan tradisional atau

sebagian malah membiarkan begitu saja sampai ternaknya sembuh kembali dengan

sendirinya, mereka enggan untuk memanggil petugas dalam hal pengobatan.

55
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Hal ini sesuai dengan pendapat Asmirani (2014) yang mengatakan bahwa

peternak mengandalkan obat-obatan tradisional untuk pencegahan penyakit,

dibandingkan dengan mendatangkan mantri hewan untuk melakukan pengobatan

dan pemberian vaksinasi.

Pemberian obat, vitamin dan vaksin ini tidak menunjukkan pengaruh yang

signifikan terhadap produktivitas ternak sapi karena peternak cenderung

melakukan tindakan-tindakan pemberian obat-obatan tradisional terhadap sapi

peliharaannya. Penyebab apabila pemberian vaksin semakin ditingkatkan maka

produktivitas akan semakin menurun adalah karena dalam melaksanakan

penyuntikan vaksin akan membutuhkan waktu yang lama karena ternak

kebanyakan tidak dikandangkan. Selain itu, biaya yang dibutuhkan juga tentu akan

bertambah sehingga pelaksanaan penyuntikan vaksin menjadi kurang efektif untuk

dilaksanakan.

Jumlah Kelahiran Ternak (X10) Berpengaruh Signifikan terhadap


Produktivitas Ternak Sapi (Y)

Variabel jumlah kelahiran mempunyai nilai koefisien regresi positif sebesar

43,05 dan berpengaruh signifikan terhadap produktivitas ternak sapi. Artinya

apabila jumlah kelahiran meningkat sebesar satu persen maka produktivitas ternak

sapi potong akan meningkat sebesar 43,05%.

Menurut Dania (1992), angka kelahiran adalah jumlah anak yang lahir per

tahun dibagi dengan jumlah betina dewasa atau populasi dikali 100%. Daya

reproduksi ternak pada umumnya dipengaruhi terutama lama kehidupan, dimana

lama kehidupan produktif sapi potong lebih lama bila dibandingkan dengan sapi

perah yaitu 10 sampai 12 tahun dengan produksi 6 sampai 8 anak. Faktor ini

sangat penting bagi peternakan dan pembangunan peternakan, karena setiap

56
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
penundaan kebuntingan ternak, mempunyai dampak ekonomis yang sangat

penting (Toelihere, 1985).

Variasi jarak beranak dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya lama

bunting, jenis kelamin pedet, umur sapih, angka service per conseption, bulan

beranak, bulan pada saat terjadinya konsepsi dan jarak sapi dikawinkan setelah

beranak (Astuti et all., 1983). Sedangkan menurut Hendri (2000) jarak kawin

pertama setelah beranak, lama bunting dan angka service per conseption adalah

faktor-faktor yang mempengaruhi jarak beranak sapi PO (peranakan Ongole).

Faktor produksi jumlah kelahiran ini memiliki pengaruh yang positif

terhadap produktivitas ternak sapi di Kabupaten Dairi karena jumlah kelahiran

yang semakin banyak tentu akan semakin meningkatkan jumlah populasi ternak

sapi di Kabupaten Dairi dengan kata lain bahwa produktivitas ternak sapi juga

akan semakin meningkat di Dairi.

Jumlah Kematian Ternak (X11) Tidak Berpengaruh Signifikan terhadap


Produktivitas Ternak Sapi (Y)

Variabel jumlah kematian ternak mempunyai nilai koefisien regresi negatif

sebesar 4,39 dan tidak berpengaruh signifikan terhadap produktivitas ternak sapi.

Artinya apabila jumlah kematian ternak meningkat sebesar satu persen maka

produktivitas ternak sapi potong akan menurun sebesar 4,39%.

Jika jumlah kematian semakin meningkat, tentu jumlah populasi ternak sapi di

Kabupaten Dairi juga akan semakin menurun sehingga menyebabkan tingkat

produktivitas sapi juga akan semakin rendah. Tingkat kematian sapi potong

berdasarkan hasil penelitian adalah sebesar 1% dan hal ini masih dibawah rata-rata

dan tidak terlalu berpengaruh terhadap peningkatan populasi ataupun produktivitas

57
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ternak sapi di Kabupaten Dairi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Susanti, dkk

(2015) terhadap Sapi Potong dengan rerata persentase kematian pertahun adalah

1,44%.

Strategi Pengembangan Ternak Sapi Potong

Strategi pengembangan ternak sapi potong di Kabupaten Dairi dapat

dirumuskan dengan menggunakan matriks SWOT. Pengembangan peternakan sapi

potong dimaksud dapat dilaksanakan melalui anlisis faktor internal dan eksternal.

Analisis faktor internal digunakan untuk mengidentifikasi kekuatan (strength) dan

kelemahan (weakness) yang terdiri dari sumber daya manusia, sumer daya alam

dan manajemen pemerliharaan. Sedangkan analisis faktor eksternal digunakan

untuk mengidentifikasi peluang (opportunity), dan ancaman (threats) yang ada

pada usaha ternak sapi potong. Faktor eksternal terdiri dari Jumlah penduduk yang

semakin meningkat, sosial budaya, pemerintahan dan teknologi.

Analisis Faktor Internal

Faktor Internal adalah lingkungan yang berada didalam usaha

pengembangan peternakan sapi yang merupakan kekuatan dan kelemahan pada

unit analisis peternak sapi potong di Kabupaten Dairi.

Kekuatan (strength)

Kekuatan merupakan faktor strategi internal di Kabupaten Dairi yang harus

dimanfaatkan. Ada beberapa aspek yang dapat dijadikan kekuatan dalam

pengembangan ternak sapi yaitu :

58
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pengalaman Beternak Cukup Baik

Usaha ternak sapi sudah dilakukan secara turun temurun atau

berpengalaman. Umur dan pengalaman beternak akan mempengaruhi kemampuan

peternak dalam menjalankan usaha, peternak yang mempunyai pengalaman lebih

banyak akan berhati-hati dalam bertindak dengan adanya pengalaman yang tidak

baik di masa lalu (Soeharjo dan Patonang, 1982). Di lokasi penelitian diperoleh

data bahwa usaha beternak sapi ini sudah dilakukan turun temurun. Pengalaman

beternak rata-rata lebih dari 2 tahun. Artinya usaha ini sudah dilakukan beberapa

generasi yang sudah pasti sudah melakukan perlahan perubahan dalam

pemeliharaan untuk mendapat hasil yang lebih baik.

Iklim dan Sumber Daya Alam yang Mendukung

Kabupaten Dairi sebagian besar terdiri dari dataran tinggi dan berbukit-bukit

yang terletak antara 98°00’-98°30’ dan 2°15’-3°00’ LU. Topografi Kabupaten

Dairi sebahagian besar lereng terjal (45,70 persen), lereng curam (14,43 persen),

selebihnya bergelombang, berombak, dan sebagian kecil datar. Pola curah hujan di

daerah ini dipengaruhi oleh letak geografis Kabupaten Dairi. Umumnya curah

hujan semakin bertambah sesuai dengan ketinggian tempat, curah hujan terbanyak

adalah pada ketinggian antara 600-900 m di atas permukaan laut.

Pada umumnya Kabupaten Dairi berada pada ketinggian rata-rata 700-1.250

meter di atas permukaan laut. Sedangkan Kecamatan Tigalingga, Kecamatan

Siempat Nempu dan Kecamatan Silima Pungga-pungga terletak pada ketinggian

antara 400-1.360 meter di atas permukaan laut. Kecamatan Sumbul, Sidikalang,

Kerajaan dan Kecamatan Tanah Pinem berada pada ketinggian 700-1.660 meter di

atas permukaan laut.

59
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Menurut Williamson dan Payne (1993) bahwa suhu lingkungan yang optimal

untuk ternak sapi potong adalah 21-27 °C. Kelembaban idel bagi sapi potong

adalah 60-80 % (Abidin , 2006). Kabupaten Dairi merupakan daerah yang

memiliki lahan untuk padang pengembalaan ternak yang relatif cukup luas yakni

sebesar 2.868 ha dan beriklim tropis dengan suhu udara rata-rata berkisar antara

15ºC– 24ºC dengan kelembaban udara rata-rata 87,38 persen (BPS Dairi dalam

Angka, 2017) artinya iklim masih sesuai dalam pemeliharaan sapi.

Sapi potong lebih mudah dipelihara dibandingkan ternak lain

Pemeliharaan ternak sapi potong cukup mudah dan tidak terlalu rumit karena

dalam pemeliharaan, tenaga kerja yang dibutuhkan tidak terlalu banyak. Selain itu,

dalam pemberian pakan juga hanya dua kali dalam sehari sehingga

pemeliharaannya cukup mudah untuk dilakukan. Bila peternak memiliki pekerjaan

lain, ternak sapi potong ini juga dapat hanya digembalakan di pandang

penggembalaan tanpa adanya penjagaan dari para peternaknya, ternak dilepas

bebas dengan rumput yang telah disediakan.

Ketersediaan jumlah tenaga kerja yang cukup.

Di Kabupaten Dairi ketersediaan tenaga kerja tergolong cukup karena dari

281.876 jiwa masih terdapat sekitar 1,26 % atau sekitar 3.551 jiwa penduduk yang

masih menganggur (Statistik Daerah Kabupaten Dairi, 2017). Di daerah penelitian,

tenaga kerja yang digunakan berasal dari anggota keluarga sendiri atau lingkungan

sekitar.

Ketersediaan lahan sebagai basis penyedia pakan yang cukup

Kabupaten dairi memiliki luas lahan yang cukup luas yang dapat

dimanfaatkan sebagai tempat penyedia pakan untuk usaha peternakan.

60
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Berdasarkan data statistik terdapat luas lahan untuk padang

penggembalaan/padang rumput sebesar 2.868 hektar dan seluas 6.659 hektar luas

lahan yang masih ditelantarkan atau tidak diusahai (Dairi Dalam Angka, 2017).

Kelemahan (Weakness)

Kelemahan dalam pengembangan ternak sapi potong di Kabupaten Dairi

meliputi :

1. Pemeliharaan ternak masih bersifat tradisional.

Dalam pemeliharaan ternak sapi potong di lokasi penelitian, masyarakat

belum menggunakan teknologi yang memadai, pemberian pakan pun masih

sederhana sekali, begitu juga pengelolaan kesehatan sapi, pemberian obat-

obatan dan vaksinasi belum dilaksanakan secara rutin dan memadai.

2. Manajemen usaha ternak yang kurang baik.

Dalam pemeliharaan ternak sapi di Kabupaten Dairi, para peternak masih

kurang memperhatikan manajemen pemeliharaan ternaknya. Seperti halnya

dalam pemberian pakan, kebanyakan pakan yang diberikan tidak disesuaikan

dengan kebutuhan ternak sapinya.

Selain itu, pencatatan (recording) pemeliharaan juga kurang diperhatikan,

kebanyakan peternak memelihara ternaknya tidak mencatatkan setiap

tindakan yang dilakukan, bahkan saat kelahiran anak sapi ataupun kematian

ternaknya juga tidak ada pencatatan.

3. Ternak yang dipelihara mayoritas tanpa kandang.

Pemeliharaan ternak sapi di dua daerah penelitian yakni Kecamatan Siempat

Nempu Hulu dan Kecamatan Sumbul rata-rata dibiarkan hidup bebas di

padang penggembalaan tanpa memiliki kandang. Sedangkan di daerah

Kecamatan Tigalingga rata-rata pemeliharaan ternak sudah dikandangkan.

61
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4. Keterbatasan modal usaha ternak

Untuk mengelola suatu usaha tentu tidak terlepas dari ketersediaan modal

usaha. Modal yang dibutuhkan dalam mengelola usaha ternak sapi merupakan

faktor penunjang dalam keberhasilan produksi. Modal diperlukan dalam

membiayai seluruh kegiatan dalam pengelolaan peternakan yang dimiliki. Di

daerah penelitian, para peternak memiliki keterbatasan modal dalam

mengembangkan usaha ternak sapinya.

5. Usaha ternak sapi dilakukan sebagai usaha sambilan

Pada umumnya masyarakat masih berpandangan bahwa usaha beternak adalah

usaha yang dianggap sebagai usaha sampingan. Sedangkan usaha bertani

adalah usaha pokok yang terus menerus digeluti. Hal ini juga membuat

populasi ternak sapi di Kabupaten Dairi secara khusus pertumbuhannya

lambat.

Analisis Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah lingkungan yang berada diluar usaha pengembangan

ternak sapi yang dapat menjadi merupakan peluang dan tantangan pada unit

analisis peternak sapi di Kabupaten Dairi.

Analisis faktor eksternal digunakan sebagai peluang (Oppurtunities) dan

ancaman (Threats).

Peluang (Oppurtunities)

1. Jumlah penduduk yang semakin meningkat menyebabkan konsumsi daging

juga semakin meningkat.

2. Usaha ini cukup menguntungkan karena pemeliharaannya cukup mudah.

3. Adanya lahan yang cukup luas yang dapat digunakan untuk peternakan.

62
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4. Memanfaatkan teknologi, kotoran ternak sapi dapat diolah menjadi pupuk

organic.

Ancaman (Threats)

1. Kemungkinan besar terjadinya kegagalan dalam pemeliharaan ternak adalah

karena resiko kehilangan ternak. Tidak berfungsinya siskamling di masyarakat

menjadi faktor terbesar penyebab terjadinya kehilangan ternak sapi potong

yang dipelihara.

2. Tenaga Penyuluh masih terbatas.

Dalam peningkatan sumber daya manusia para peternak tentu tidak terlepas

dari adanya hubungan yang baik antara pemerintah dan petani. Dalam hal ini

peran serta penyuluh pertanian sangatlah dibutuhkan untuk membina dan

melatih para peternak. Penyuluh di Kabupaten Dairi jumlahnya terbatas karena

saat ini satu penyuluh sudah ada yang menangani 2-4 desa dalam satu

kecamatan.

3. Volume usaha pesaing peternak semakin meningkat.

Volume usaha pesaing peternak seperti adanya usaha ternak lain seperti usaha

ternak ayam potong, ternak babi dan ternak lainnya yang semakin meningkat.

4. Fasilitas sarana dan prasarana yang masih kurang memadai.

Sarana dan prasarana yang kurang memadai seperti akses jalan menuju

peternakan dan kandang ternak yang tidak mendukung menyebabkan

pemeliharaan sapi potong tidak berkembang dengan baik.

63
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 20. Analisis SWOT Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong
Kekuatan (S) Kelemahan (W)
Faktor Internal  Pengalaman beternak  Pemeliharaan ternak
cukup baik masih bersifat
 Iklim dan Sumber tradisional
Daya Alam yang  Manajemen usaha
Mendukung ternak yang kurang baik
 Sapi potong lebih  Ternak yang dipelihara
mudah dipelihara mayoritas tanpa
dibandingkan ternak kandang
lain  Keterbatasan akan
 Ketersediaan jumlah modal usaha ternak
tenaga kerja yang  Usaha ternak sapi
cukup dilakukan sebagai usaha
 Ketersediaan lahan sambilan
Faktor Eksternal sebagai basis penyedia
pakan yang cukup
Peluang (O) Srategi SO Strategi WO
 Jumlah penduduk 1) Mengembangkan 1) Memberikan
yang semakin sistem agribisnis penyuluhan disertai
meningkat peternakan sehingga dengan pelatihan dan
menyebabkan kebutuhan daging demonstrasi (demplot
konsumsi daging sapi lokal dapat percontohan) sehingga
juga semakin tercukupi secara dapat meningkatkan
meningkat memadai kemampuan peternak
 Usaha ini cukup 2) Mengoptimalkan dan 2) Mengembangkan
menguntungkan mengembangkan sarana dan prasarana
karena kemampuan internal usaha ternak sapi
pemeliharaannya peternak melalui potong di seluruh
cukup mudah pelatihan penguasaan wilayah sapi potong
 Adanya lahan teknologi baru, agar dipelihara
yang cukup luas usaha ternak sapi 3) Memacu pemanfaatan
yang dapat potong yang dikelola teknologi dalam
digunakan untuk menjadi lebih maju pengembangan ternak
peternakan 3) Mengoptimalkan sapi potong dalam
 Memanfaatkan pemanfaatan lahan rangka meningkatkan
teknologi, kotoran dan skala usaha untuk produksi
ternak sapi dapat meningkatkan 4) Meningkatkan akses
diolah menjadi populasi sapi potong peternak terhadap
pupuk organik 4) Mengembangkan informasi pasar serta
kemitraan agribisnis mempermudah
antara peternak dalam jangkauan pelayanan
rangka meningkatkan sistem kelembagaan
produksi dan keuangan bagi
pendapatan peternak masyarakat

64
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Ancaman (T) Strategi ST Strategi WT
 Kemungkinan 1) Bekerjasama dengan 1) Meningkatkan
besar terjadinya Kepolisian dan pembinaan untuk
kegagalan dalam menghidupkan penambahan
pemeliharaan kembali sistem keterampilan peternak
ternak adalah keamanan lingkungan 2) Memperbaiki
karena resiko (siskamling) yang manajemen usaha,
kehilangan ternak selama ini tidak memperkuat peran dan
 Tenaga Penyuluh berfungsi dengan baik fugsi kelompok ternak.
masih terbatas 2) Mengembangkan 3) Memprogramkan
 Volume usaha keterampilan SDM penambahan petugas
pesaing peternak dan meningkatkan penyuluh peternakan
semakin pola efisiensi agar untuk memberdayakan
meningkat dapat menguasai dan dan melatih peternak
 Fasilitas sarana meningkatkan sapi yang ada
dan prasarana produktivitas di 4) Meningkatkan peran
yang masih bidang usaha ternak pemerintah dalam
kurang memadai 3) Menjalin usaha memberikan bantuan
kemitraan bersama modal dan
pihak pemerintah, pendampingan
perbankan dan pihak peternak
swasta lainnya untuk 5) Memprogramkan
mengembangkan pemberian bantuan
sarana dan prasarana bibit, pakan, kandang
yang ada. bagi para peternak

Strategi SO (Strenghts - Oppurtunities)

Strategi yang dilakukan guna pengembangan peternakan ayam kampung di

Kabupaten Dairi yakni dengan pemanfaatan kekuatan dan peluang yang ada

meliputi sebagai berikut :

1. Mengembangkan sistem agribisnis peternakan untuk memasok kebutuhan

daging lokal secara memadai. Pengembangan sistem agribisnis ini dapat

dilaksanakan secara berkesinambungan mulai dari hulu sampai hilir artinya

sistem pengelolaan ternak dilaksanakan secara terpadu dan menyeluruh

melalui semua kegiatan mulai dari pembutan (manufacture) dan distribusi

65
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
sarana produksi ternak (sapronak), kegiatan usaha produksi (budidaya),

penyimpanan dan pengolahan serta penyaluran dan pemasasran produk

peternakan yang didukung oleh lembaga penunjang seperti perbankan dan

kebijakan pemerintah.

2. Mengoptimalkan dan mengembangkan kemampuan internal peternak melalui

pelatihan penguasaan teknologi baru, agar usaha ternak sapi potong yang

dikelola menjadi lebih maju. Melalui berbagai pelatihan dan keterbukaan

terhadap teknologi baru dibidang peternakan diharapkan dapat meningkatkan

usaha peternakan yang lebih maju.

3. Mengoptimalkan pemanfaatan lahan dan skala usaha untuk meningkatkan

populasi sapi potong. Melalui pemanfaatan lahan secara efektif diharapkan

kebutuhan pakan akan semakin terpenuhi dengan baik dan skala usaha

peternakan sapi yang dikelola di pedesaan juga tentu akan berpeluang untuk

dikembangkan menjadi skala usaha ke arah skala usaha yang lebih besar.

4. Mengembangkan kemitraan agribisnis antara peternak dalam rangka

meningkatkan produksi dan pendapatan peternak. Melalui hubungan yang baik

antara peternak tentu akan dapat menguntungkan para peternak itu sendiri,

karena mereka akan dapat saling bertukar informasi dan pengetahuan terbaru

tentang pengelolaan peternakan. Melalui hubungan kemitraan agribisnis yang

dibina antara peternak akan dapat meningkatkan produski sapi dan pendapatan

para peternak itu sendiri.

Strategi WO (Weakness - Opportunities)

Strategi yang dilakukan dengan mengurangi kelemahan dan memanfaatkan

66
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
peluang dalam pengembangan peternakan yakni :

1. Memberikan penyuluhan disertai dengan pelatihan dan demonstrasi (demplot

percontohan) sehingga dapat meningkatkan kemampuan peternak. Pemberian

penyuluhan ini dapat dilaksanakan melalui pelatihan-pelatihan dan sosialisasi

dengan mendatangkan para ahli untuk mengajari para peternak bagaimana

teknik beternak yang baik dan menguntungkan. Selain itu, kemampuan

peternak dapat ditingkatkan melalui demplot yaitu lokasi percontohan yang

dapat dilihat dan diamati langsung oleh para peternak.

2. Mengembangkan sarana dan prasarana usaha ternak sapi potong di seluruh

wilayah sapi potong dipelihara. Sarana dan prasarana mulai dari lokasi

ataupun lahan, sumber air, bangunan dan peralatan serta akses jalan menuju

dari dan ke loksi peternakan harus dikembangkan dan dibenahi dengan baik.

3. Memacu pemanfaatan teknologi dalam pengembangan ternak sapi potong

dalam rangka meningkatkan produksi. Melalui pemanfaatan teknologi

peternakan berupa Inseminasi buatan dan Embrio Transfer diharapkan dapat

meningkatkan produksi sapi potong.

4. Meningkatkan akses peternak terhadap informasi pasar serta mempermudah

jangkauan pelayanan sistem kelembagaan keuangan bagi masyarakat. Melalui

tenaga-tenaga penyuluh di lapangan, diharapkan dapat mengajari para

peternak dalam memanfaatkan teknologi internet untuk mengakses informasi

pasar terkini. Selain itu, melalui peran serta pemerintah dalam hal

menjembatani antara peternak dengan pihak lembaga keuangan yang ada agar

67
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
lebih mempermudah dan memberi keringan dalam pemberian kredit ke

peternak.

Strategi ST (Strenghts - Threats)

Strategi yang dilakukan dengan menggunakan kekuatan untuk mengatasi

ancaman yakni meliputi :

1. Bekerjasama dengan Kepolisian dan menghidupkan kembali sistem keamanan

lingkungan (siskamling) yang selama ini kurang berfungsi dengan baik

2. Mengembangkan keterampilan SDM dan meningkatkan pola efisiensi agar

dapat menguasai dan meningkatkan produktivitas di bidang usaha ternak.

3. Menjalin usaha kemitraan bersama pihak pemerintah, perbankan dan pihak

swasta lainnya untuk mengembangkan sarana dan prasarana yang ada.

Strategi WT (Weakness - Threats)

Strategi yang dilakukan dengan mengurangi kelemahan dalam rangka

untuk mengatasi ancaman yakni meliputi :

1. Meningkatkan pembinaan untuk penambahan keterampilan peternak

2. Memperbaiki manajemen usaha, memperkuat peran dan fugsi kelompok ternak.

3. Memprogramkan penambahan petugas penyuluh peternakan untuk

memberdayakan dan melatih peternak sapi yang ada

4. Meningkatkan peran pemerintah dalam memberikan bantuan modal dan

pendampingan peternak .

5. Memprogramkan pemberian bantuan bibit, pakan, kandang bagi para peternak

68
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Hasil perhitungan pembobotan faktor-faktor yang berhubungan dengan

strategi internal di lokasi penelitian berdasarkan data pengamatan akan diuraikan

pada Tabel 21.

Tabel 21. Strategi Faktor Internal di Lokasi Penelitian

No Faktor Strategi Internal Bobot Rating Bobot x Rating

Kekuatan
1 Pengalaman beternak cukup baik. 0,13 4 0,52
2 Iklim dan Sumber Daya Alam yang 0,12 3 0,36
Mendukung
3 Sapi potong lebih mudah dipelihara 0,11 3 0,33
dibandingkan ternak lain
4 Ketersediaan jumlah tenaga kerja yang 0,13 4 0,40
cukup.
5 Ketersediaan lahan sebagai basis 0,12 3 0,36
penyedia pakan yang cukup
Sub Total
2,09
Kelemahan
1 Pemeliharaan ternak masih bersifat 0,08 2 0,16
tradisional
2 Manajemen usaha ternak yang kurang 0,07 2 0,14
baik
3 Ternak yang dipelihara mayoritas 0,08 2 0,16
tanpa kandang.
4 Keterbatasan modal usaha ternak 0,08 2 0,16
5 ternak sapi dilakukan sebagai usaha 0,08 2 0,16
sambilan
Sub Total 0,92

Total 1,00 - 3,01

Selanjutnya, hasil perhitungan pembobotan faktor-faktor yang

berhubungan dengan strategi eksternal berdasarkan data pengamatan akan

diuraikan pada Tabel 22.

69
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 22. Strategi Faktor Eksternal di Lokasi Penelitian
No Faktor Strategi Eksternal Bobot Rating Bobot x Rating

Peluang
1 Jumlah penduduk yang semakin
meningkat menyebabkan konsumsi 0,16 4 0,64
daging juga semakin meningkat.
2 Usaha ini cukup menguntungkan 0,15 3 0,45
karena pemeliharaannya cukup
mudah
3 Adanya lahan yang cukup luas yang
0,15 3 0,45
dapat digunakan untuk peternakan.
4 Memanfaatkan teknologi, kotoran
ternak sapi dapat diolah menjadi 0,10 2 0,20
pupuk organik

Sub Total
1,74
Ancaman
1 Kemungkinan besar terjadinya 0,14 3 0,42
kegagalan dalam pemeliharaan
ternak adalah karena resiko
kehilangan ternak
2 Tenaga Penyuluh masih terbatas 0,10 2 0,20
Volume usaha pesaing peternak
3 0,10 2 0,20
semakin meningkat
4 Fasilitas sarana dan prasarana yang 0,10 2 0,20
masih kurang memadai

Sub Total 1,02


Total 1,00 - 2,76

Analisis SWOT ditujukan untuk mengidentifikasi berbagai faktor untuk

merumuskan strategi. Analisis ini didasarkan pada usaha untuk memaksimalkan

kekuatan dan peluang secara bersamaan, atau dapat juga meminimalkan

kelemahan dan ancaman secara bersamaan.

Berdasarkan data-data faktor internal dan eksternal di dapatkan skor

pembobotan untuk faktor kekuatan sebesar 2,09, faktor kelemahan sebesar 0,78,

faktor peluang sebesar 1,74 dan faktor ancaman sebesar 1,02. Dari skor

70
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
pertumbuhan (Growth).

pembobotan di atas selanjutnya diplotkan pada gambar diagram analisis SWOT

yang terdiri dari 4 kuadran.

Diagram analisis SWOT memiliki tujuan untuk menentukan posisi hasil

anaisis SWOT. Dalam menentukan posisi tersebut, titik koordinat X dari kondisi

internal dan titik koordinat Y dari kondisi eksternal, perhitungan tersebut sebagai

berikut:

1. Perhitungan titik koordinat X dari kondisi internal:

Jumlah skor kekuatan – jumlah skor kelemahan = (2,09) – (0,92) = 1,17

2. Perhitungan titik koordinat Y dari kondisi eksternal:

Jumlah skor peluang – jumlah skor ancaman = (1,74) – (1,02) = 0,72

PELUANG
(O)

5
4
KUADRAN III 3 KUADRAN I
2
1
-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4
KELEMAHAN KEKUATAN
(W) (S)
5
)
-1

KUADRAN IV -2 KUADRAN II

-3
-4
-5

ANCAMAN
(T)

Gambar 2. Diagram Grand Strategy

71
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Hasil diagram analisis SWOT berada pada kuadran I, maka strategi yang

diterapkan adalah strategi pertumbuhan (Growth).

72
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1. Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa faktor produksi seperti

modal usaha, jumlah ternak, tenaga kerja dan jumlah kelahiran ternak secara

parsial berpengaruh signifikan terhadap produktivitas ternak sapi potong di

Kabupaten Dairi pada taraf α = 0,05.

2. Strategi yang dibutuhkan dalam pengembangan dan peningkatan produksi sapi

potong di Kabupaten Dairi dapat dilakukan dengan menggunakan kekuatan

yang ada untuk memanfaatkan peluang yang ada.

Saran

Beberapa saran yang dapat peneliti sampaikan terkait dengan hasil

penelitian dan pembahasan diantaranya:

1. Untuk meningkatkan populasi sapi di Kabupaten Dairi dibutuhkan peran

pemerintah dalam hal pemberian bantuan modal usaha. Baik berupa materi,

bibit, pakan dan kandang serta menjembatani para peternak agar lebih mudah

dalam memperoleh kredit dari pihak perbankan. Diharapkan melalui program

ini jumlah kelahiran bibit unggul juga akan semakin meningkat.

2. Untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja para peternak dibutuhkan program

pembinaan dan pelatihan secara rutin dari pemerintah maupun swasta.

73
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3. Dalam hal mengelola usaha ternak sapi di pedesaan, diharapkan seluruh

peternak lebih teliti dalam mendeteksi masa subur ternak sapinya supaya

jumlah keberhasilan kebuntingan lebih maksimal sehingga angka kelahiran

sapi juga akan meningkat.

74
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z., 2006. Penggemukan Sapi Potong. Jakarta (ID): Agro Media Pustaka.

Abidin, Z., 2008. Penggemukan Sapi Potong. Jakarta: Agromedia.

Abidin, A. dan Simanjuntak, D. 1997. Ternak Sapi Potong. Direktorat Jendral.


Peternakan. Jakarta.

Aditana, K. I., Sari, A. I. Dan E. T, Rahayu. 2012. Startegi Pengembangan Usaha


Sapi Potong di Kecamatan Mojo Laban Kabupaten Sukoharjo. Tropical
Animal Husbandry vol 1 (1) ISSN 2301-9921. Jurusan Peternakan.
Fakultas Peternakan. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Asmirani, A., S. Dwijatmiko dan W. Sumekar. 2014. Faktor-faktor yang


mempengaruhi Aktifitas Budidaya Ternak Sapi Potong di Kabupaten Buru.
Undip. Agrinimal.

Astuti,M., Hardjosoebroto, Soekojo,S. 1983. Analisa jarak beranak sapi


Peranakan Ongole di Kecamatan Cangkaringan Kabupaten Sleman
Yogyakarta. Bogor: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Departemen Pertanian.

Badan Pusat Statistik. 2012. Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-


Ekonomi Indonesia. Jakarta. Badan Pusat Statistik.

Badan Pusat Statistik. 2017. Dairi dalam Angka 2017. Kabupaten Dairi.
Sidikalang.

Dania. 1992. Ilmu Produksi Ternak Potong. Fakultas Peternakan Universitas


Mataram. Bahan ajar. Mataram.

Dozzi SP, AbouRizk SM. 1993. Productivity in Construction. NRCC-37001. NRC.


Costruction. Canada, National Research Council.

Edy Rianto dan Endang Purbowati. 2010. Panduan Lengkap Sapi Potong. Penebar
Swadaya: Jakarta

Endrawati, E., E. Baliarti, dan S.P.S. Budhi. 2010. Performans induk sapi silangan
Simmental-Peranakan Ongole dan induk sapi Peranakan Ongole dengan
pakan hijauan dan konsentrat. Buletin Peternakan 34 (2) : 86-93

Fikar dan Ruhyadi. 2010. Buku Pintar dan Bisnis Sapi Potong. Agromedia
Pustaka. Jakarta.

75
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Ghozali, Imam. 2012. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
20. Semarang: Badan Penerbit – Universitas Diponegoro.

Hading, Ibrahim. 2012. Sapi Potong. http://ibrahimhading.blogspot.com/


2012/sapi potong.html (dalam Skripsi Andi Nurul Ainun Arif, Fakultas
Peternakan Universitas Hasanuddin Makasar tahun 2015)

Hendri, J. 2000, Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi jarak beranak


(calving interval) sapi Peranakan Ongole pada program gerbang serba
masa di Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung dalam Proseding Seminar
nasional Pengembangan T ernak sapi dan Kerbau. Padang : Pusat Studi
pengembangan Temak Sapi dan Kerbau Universitas Andalas.

Heryadi, A. 2011. Pola Pemasaran Sapi Potong di Pulau Madura. Jurnal Sosial
Ekonomi Peternakan 5: 38-46

Kariyasa, M. 2005. Populasi Sapi Potong di Indonesia. Bandung : Alfabeta.


Kementrian Perdagangan Republik Indonesia, Pemutakhiran
Perkembangan Komoditi Pangan Pokok Daging Sapi Semester II Tahun
2012, Jakarta.

Kasmadi, & Sunariah, N. S. 2013. Panduan Modern Penelitian Kuantitatif Bacaan


Wajib Bagi Peneliti, guru dan mahasiswa program S1 dan S2 di
lingkungan pendidikan. Bandung : Alfabeta Bandung

Kasmir. 2009. Kewirausahaan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta

Larsen-Freeman, D. dan Long, M. H. 2014. An introduction to second language


acquisition research. Routledge

Kementrian Pertanian. 2010. Petunjuk Praktis Perkandangan Sapi, Mataram:


Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB

Matondang, R.H Sitepu. C dan Tahlib. C. 1998. Analisis Faktor-faktor Produksi


Sapi Potong di Lampung. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner
1998. Balai Penelitian Ternak, P.O. Box 221, Bogor16002

Murtidjo, B.A. 1990. Beternak Sapi Potong. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Pawere FR, Baliarti E, Nurtini S. 2012. Proporsi bangsa, umur, bobot badan dan
skor kondisi tubuh sapi bakalan pada usaha penggemukan. Buletin
Peternakan 36:193-198

Rahardi, F dan R. Hartono. 2003. Agribisnis Peternakan. Edisi Revisi. Penebar


Swadaya. Jakarta

76
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Rahmat dan B. Harianto. 2012. 3 Jurus Sukses Menggemukkan Sapi Potong.
Cetakan Pertama. PT Agro Media Pustaka.

Rangkuti, F. 2015. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Gramedia


Pustaka Utama, Jakarta.

Rosyidi, Suherman. 2009. Pengantar Teori Ekonomi. Surabaya: Rajawali Pers.

Rusdiana, S. Suharsono. 2017. Program Siwab Untuk Meningkatkan Populasi Sapi


Potong Dan Nilai Ekonomi Usaha Ternak. Balai Penelitian Ternak Ciawi.
Bogor

Santoso, U. 2005. Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Sapi. Penebar Swadaya.


Jakarta.

Sanusi, A. 2014. Metodologi Penelitian Bisnis. Jakarta: Salemba Empat

Siregar, S. Amri. 2009. Analisisi Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan


Stabat Kabupaten Langkat. Skripsi Jurusan Ilmu Produksi Ternak Fakultas
Peternakan Universiatas Sumatera Utara.

Soeharjo, A., dan Patong, D. 1982. Sendi-sendi Pokok Ilmu Usahatani.


Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian IPB, Bogor

Soeharsono,. R. A. Saptati dam K. Diwyanto. 2010. Kinerja Reproduksi


Sapipotong Lokal dan Sapi Persilangan Hasil Inseminasi Buatan di
Daerah Istimewa Jogjakarta. Seminar Nasional Tek. Peternakan &
Veteriner 2010

Sri Kuncoro. 2013. Analisis potensi pengembangan peternakan rakyat sapi


potong di kabupaten garut (studi kasus: peternakan kecamatan
malangbong).s Bogor

Suarda, A. 2009. Saluran Pemasaran Sapi Potong di Sulawesi Selatan. Jurnal


Sains dan Teknologi 9: 113-118

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,


Dan R & D). Bandung : Alfabeta.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,


Dan R dan D. (Bandung: Alfabeta), hal. 120

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R dan D. Bandung


Penerbit Alfabeta.

Sukmawati, F. dan M. Kaharuddin. 2010. Perkandangan Sapi Potong. Pusat

77
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.

Susanti, A E. N, Ngadiyono dan Sumadi. 2015. Estimati Output Sapi Potong di


Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan. Jurnal Peternakan
Sriwijaya. Fakultass Peternakan. Universitas Gagjah Mada, Yogyakarta.
Vol. 4 No.2

Susilorini, E. T. 2008. Budidaya 22 Ternak Potensial. Penebar Swadaya. Jakarta

Suryana. 2009. Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong Berorientasi Agribisnis


dengan Pola Kemitraan. Jurnal Litbang Pertanian. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian. Kalimantan Selatan.

Syamsu, J. A. L. A. Sofyan, K. Mudikdjo, dan E. G. Sa’id. 2003. Daya dukung


limbah pertanian sebagai sumber pakan ternak ruminansia di Indonesia.
Wartazoa 13 (1) : 33-37.

Toelihere, M. R, 1985. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Angkasa. Bandung.

Udin, 2015. Menjadi Kaya dengan Usaha Ternak Sapi Potong. [Online] Available
at: http://jualansapi.com/ternaksapi-menjadi-kaya-dengan-beternak
sapipotong/

Williamson G, Payne WJA. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis.


Darmadja. Penerjemah. Yogyakarta (ID) : Gadjah Mada University Press.

Yani M. 2017. Mengenal Upsus Siwab (Upaya Khusus Sapi Induk Wajib Bunting).
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Nusa Tenggara Barat.
2017. http://disnakkeswan.ntbprov.go.id/men. (diakses tahun 2018).

Zainuddin, Ahmad. 2013. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan


Swasembada Daging Sapi 2014 di Jawa Timur. {Skripsi}. Jember :
Fakultas Pertanian Universitas Jember.

78
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
79
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
80
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
81
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
82
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
83
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
84
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
85
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
86
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
87
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
88
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
89
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
90
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
91
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
92
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
93
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
94
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 3. Perhitungan Bobot dan Rating Faktor Internal

PERHITUNGAN NILAI BOBOT DAN RATING


Faktort Internal BOBOT X
No. JUMLAH RATING BOBOT %
RATING
KEKUATAN
Pengalaman beternak cukup
1 889 0.52
baik 4 0.13
Iklim dan Sumber Daya
2 826 0.36
Alam yang Mendukung 3 0.12
Sapi potong lebih mudah
3 dipelihara dibandingkan 809 0.33
3 0.11
ternak lain
Ketersediaan jumlah tenaga
4 893 0.52
kerja yang cukup 4 0.13
Ketersediaan lahan sebagai
5 basis penyedia pakan yang 824 0.36
3 0.12
cukup
Sub Total 2.09
BOBOT X
KELEMAHAN JUMLAH RATING BOBOT %
RATING
Pemeliharaan ternak masih
1 585 0.19
bersifat tradisional 2 0.08
Manajemen usaha ternak
2 565 0.07
yang kurang baik 2 0.16
Ternak yang dipelihara
3 583 0.08
mayoritas tanpa kandang 2 0.19
Keterbatasan modal usaha
4 575 0.08
ternak 2 0.19
Usaha ternak sapi dilakukan
5 585 0.08
sebagai usaha sambilan 2 0.19
Sub Total 0.92
TOTAL 3.01
7,134 27 1.00

95
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 4. Perhitungan Bobot dan Rating Faktor Eksternal

PERHITUNGAN NILAI BOBOT DAN RATING

Faktort eksternal BOBOT X


No. JUMLAH RATING BOBOT %
RATING
PELUANG
Jumlah penduduk yang
semakin meningkat
1 menyebabkan konsumsi 864 0.16
4 0.64
daging juga semakin
meningkat
Usaha ini cukup
menguntungkan karena
2 830 0.15
pemeliharaannya cukup 3 0.45
mudah
Adanya lahan yang cukup
3 luas yang dapat digunakan 817 0.15
3 0.45
untuk peternakan
Memanfaatkan teknologi,
kotoran ternak sapi dapat
4 557
diolah menjadi pupuk 2 0.10 0.20
organik
Sub Total
1.74
BOBOT X
ANCAMAN JUMLAH RATING BOBOT %
RATING
Kemungkinan besar
terjadinya kegagalan dalam
1 pemeliharaan ternak adalah 742
3 0.14 0.42
karena resiko kehilangan
ternak
Tenaga Penyuluh masih
2 591
terbatas 2 0.10 0.20
Volume usaha pesaing
3 574
peternak semakin meningkat 2 0.10 0.20
Fasilitas sarana dan
4 prasarana yang masih 584
2 0.10 0.20
kurang memadai
Sub Total
1.02
TOTAL 5559
21 1.00 2.76
Lampiran 5. Hasil Analisis Regresi Berganda

96
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Regression Analysis: Produk-tivitas (%) versus ... ematian (ekor/tahun)
Analysis of Variance
Source DF Adj SS Adj MS F-Value P-Value
Regression 13 69935.3 5379.6 45.39 0.000
Pengalaman Beternak (tahun) 1 0.1 0.1 0.00 0.975
Modal (Rp) 1 465.1 465.1 3.92 0.049
Jumlah Ternak (ekor) 1 30058.9 30058.9 253.61 0.000
Tenaga Kerja (orang) 1 481.5 481.5 4.06 0.045
Pakan (Kg/ekor) 1 387.9 387.9 3.27 0.072
Jarak Lokasi ternak dipelihara 1 5.4 5.4 0.05 0.832
Ukuran Kandang (meter2) 1 87.8 87.8 0.74 0.390
Pemasaran ternak (ekor/tahun) 1 293.3 293.3 2.47 0.117
Obat (dosis/tahun) 1 7.7 7.7 0.07 0.799
Vitamin (dosis/ tahun) 1 40.0 40.0 0.34 0.562
Vaksin (dosis/ tahun) 1 363.7 363.7 3.07 0.081
Jumlah Kelahiran (ekor/ ta 1 54514.5 54514.5 459.94 0.000
Jumlah Kematian (ekor/ tah 1 43.3 43.3 0.37 0.546
Error 225 26667.9 118.5
Total 238 96603.2

Model Summary
S R-sq R-sq(adj) R-sq(pred)
10.8869 72.39% 70.80% 68.58%

97
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Coefficients
Term Coef SE Coef T-Value P-Value VIF
Constant 59.83 5.53 10.81 0.000
Pengalaman Beternak (tahun) 0.004 0.128 0.03 0.975 1.09
Modal (Rp) 0.000001 0.000000 1.98 0.049 3.01
Jumlah Ternak (ekor) -17.75 1.11 -15.93 0.000 7.95
Tenaga Kerja (orang) -4.19 2.08 -2.02 0.045 2.24
Pakan (Kg/ekor) 0.305 0.169 1.81 0.072 1.04
Jarak Lokasi ternak dipelihara 0.00086 0.00404 0.21 0.832 1.02
Ukuran Kandang (meter2) 0.148 0.173 0.86 0.390 1.29
Pemasaran ternak (ekor/tahun) 2.32 1.48 1.57 0.117 3.61
Obat (dosis/tahun) 0.088 0.345 0.26 0.799 9.20
Vitamin (dosis/ tahun) 0.155 0.267 0.58 0.562 8.27
Vaksin (dosis/ tahun) -0.861 0.491 -1.75 0.081 6.07
Jumlah Kelahiran (ekor/ ta 43.05 2.01 21.45 0.000 5.76
Jumlah Kematian (ekor/ tah -4.39 7.26 -0.60 0.546 1.32

Regression Equation
Produk-tivitas = 59.83 + 0.004 Pengalaman Beternak (tahun)
(%) + 0.000001 Modal (Rp) - 17.75 Jumlah Ternak (ekor)
- 4.19 Tenaga Kerja (orang) + 0.305 Pakan (Kg/ekor)
+ 0.00086 Jarak Lokasi ternak dipelihara
+ 0.148 Ukuran Kandang (meter2)
+ 2.32 Pemasaran ternak (ekor/tahun)
+ 0.088 Obat (dosis/tahun)
+ 0.155 Vitamin (dosis/ tahun) -
0.861 Vaksin (dosis/ tahun)
+ 43.05 Jumlah Kelahiran (ekor/tahun)
- 4.39 Jumlah Kematian (ekor/tahun)

98
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Fits and Diagnostics for Unusual Observations
Produk-tivitas
Obs (%) Fit Resid Std Resid
6 100.00 78.00 22.00 2.05 R
60 100.00 72.79 27.21 2.55 R
71 100.00 68.64 31.36 2.92 R
79 75.00 82.81 -7.81 -1.06 X
81 100.00 77.54 22.46 2.09 R
89 100.00 71.03 28.97 2.70 R
93 100.00 122.43 -22.43 -2.14 R
97 100.00 77.61 22.39 2.09 R
126 100.00 92.37 7.63 0.77 X
130 60.00 55.23 4.77 0.50 X
137 100.00 77.29 22.71 2.13 R
139 50.00 54.43 -4.43 -0.50 X
147 100.00 77.93 22.07 2.06 R
164 100.00 78.02 21.98 2.05 R
166 75.00 71.18 3.82 0.47 X
174 100.00 75.41 24.59 2.31 R
187 100.00 126.51 -26.51 -2.59 R
192 80.00 82.44 -2.44 -0.25 X
198 100.00 79.55 20.45 2.04 R
209 60.00 56.01 3.99 0.50 X
228 125.00 164.48 -39.48 -3.97 R
236 75.00 98.95 -23.95 -2.24 R
237 100.00 70.73 29.27 2.73 R

R Large residual
X Unusual X

99
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar Versus Fits Menunjukkan Plot Menyebar

100
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian

1. Dokumentasi di Kecamatan Siempat Nempu Hulu

Gambar wawancara dengan peternak sapi potong di Lokasi Perkebunan milik


peternak

2. Dokumentasi di Kecamatan Tigalingga

Gambar wawancara dengan peternak sapi potong di Lokasi ternak di pelihara

3. Dokumentasi Penelitian di Kecamatan Sumbul

101
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar penulis (tengah) bersama dengan peternak sedang mengamati Lokasi
padang penggembalaan sapi yang berada di bawah kebun kopi

Gambar Lokasi padang penggembalaan di bawah kebun kopi

102
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai