Oleh:
Daniatur Rohmah
NPM.18210010
LEMBAR PENGESAHAN
NPM : 18210010
Jurusan : Agribisnis
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
2. Ketua Jurusan
ii
Dr. Zulkarnain, S.P., M.E.P
NIDN.0205058102
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Dr. Zulkarnain, S.P., M.E.P……………………..
RIWAYAT HIDUP
Bawang Barat. Selanjutnya, Sekolah Dasar (SD) pada tahun 2012 di SDN 1 Tri
Kemudian meneruskan Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang lulus pada tahun
Kabupaten Tulang Bawang Barat. Pada tahun 2018, penulis terdaftar sebagai
Agribisnis. Selama kuliah penulis aktif dalam kegiatan kampus. Penulis pernah
pada tahun 2018-2019, kemudian terpilih menjadi Ketua Kopri PMII Komisariat
tahun 2021, penulis melaksanakan Kuliah Kerja Lapang (KKL) selama 40 hari di
Lampung Tengah.
ii
PERSEMBAHAN
1. Kedua orang tuaku tercinta, Ayah Sukriono dan Ibu Siti Mae Munah, serta
tersayang Zahra Sabela, Iqbal Ma’ruf yang telah memberikan cinta dan
kasih sayang serta tak henti-hentinya selalu berdo’a dan berusaha untuk
keberhasilanku.
2. Seluruh Dosen, Karyawan dan Staff STIPER Dharma Wacana Metro yang
Skripsi ini.
3. Dr. Zulkarnain, S.P., MEP selaku Ketua Jurusan Agribisnis sekaligus dosen
dan semoga kita dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik, Aamiin
Allahumma Aamiin.
ii
5. Seluruh Narasumber (Petani Ubi Kayu), terimakasih atas informasi, bantuan
MOTTO
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allat SWT, karena berkat
rahmat dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan kegiatan dan penulisan skripsi
ini, shalawat serta salam penulis panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
telah memberikan suri tauladan kepada para umatnya hingga akhir zaman.
Kabupaten Lampung Timur”. Penelitian ini merupakan salah satu tugas akhir
Ilmu Pertanian (STIPER) Dharma Wacana Metro. Untuk itu dalam kesempatan
3. Fikri Syahputra, S.Pt., M.Si selaku Dosen Pembimbing Kedua yang telah
4. Seluruh Dosen atas semua ilmu yang telah diberikan selama Penulis
keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran
dan kritik yang membangun kea rah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga
Daniatur Rohmah
NPM.18210010
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL………………………………………………… i
KATA PENGANTAR……………………………………………….. ii
DAFTAR TABEL……………………………………………………. iv
DAFTAR GAMBAR………………………………………………… v
I. PENDAHULUAN…………………………………………....... 1
1. Latar Belakang……………………………………………. 1
1
1. Rumusan Masalah…………………………………………. 5
2
1. Tujuan Penelitian………………………………………….. 7
3
1. Manfaat Penelitian………………………………………… 7
4
2. Tinjauan Pustaka…………………………………………... 8
1
2.4 Hipotesis………………………………………………... 36
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………...
LAMPIRAN…………………………………………………..............
iv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
I. PENDAHULUAN
Ubi kayu termasuk komoditas tanaman pangan di Indonesia yang berada diurutan
ketiga setelah jagung dan padi (Ginting 2002). Ubi kayu merupakan salah satu
berkarbohidrat selain beras yaitu ubi kayu yang menjadi salah satu sumber pangan
menarik petani dalam membudidayakannya. Oleh karena itu ubi kayu tersedia
sepanjang tahun, mengandung karbohidrat yang tinggi dan toleran terhadap tanah
yang mempunyai tingkat kesuburan yang rendah serta tahan akan tanah yang
rendah air, dan tahan akan hama dan penyakit (Aboki et al. 2013).
karena ubi kayu merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian, yang
agribisnis ubi kayu telah menyediakan lapangan kerja yang cukup luas, mulai dari
hingga pemasaran ubi kayu dan produk olahan lainnya. Usahatani ubi kayu
bersifat labor intensive, dengan tingkat pabrik pengolahan, lapangan kerja yang
3
tersedia adalah 17.444 HKP/tahun (untuk kapasitas pabrik 300 ton/24 jam), dan
tenaga kerja menyediakan sebanyak 135 hari kerja setara pria (HKP)/ha/tahun.
(Zakaria, 2000).
Provinsi Lampung sentra produksi utamanya adalah ubi kayu dipicu oleh iklim
dan ketersediaan faktor – faktor produksi, terutama lahan dilampung yang masih
cukup luas. Provinsi Lampung merupakan daerah penghasil ubi kayu terbesar
yang dimana seharusnya mampu memberikan pendapatan yang sesuai bagi petani
ubi kayu. Namun, faktanya pendapatan yang diterima masih dalam skala rendah
maka dari itu kebanyakan petani ubi kayu mengalami kerugiaan. Permasalahan
produktivitas ubi kayu yang masih rendah diduga alokasi penggunaan faktor
produksi (input) seperti benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja yang belum
optimal. Kombinasi terhadap penggunaan input yang tepat akan menapatkan hasil
pendapatan petani.
produksi yang optimal. Pada tahun 2019, produksi ubi kayu Kabupaten Lampung
Timur mencapai 852.944 ton, produksi pada tahun 2020 mencapai 730.232 ton
dan pada tahun 2021 mencapai 578.337 ton dari data produksi ubi kayu
mengalami penurunan tersebut. Data luas panen, produksi dan produktivitas ubi
ke tiga terbesar dalam sentra produksi ubi kayu di Propinsi Lampung yaitu
dengan jumlah produksi panen sebesar 1.184,497 ton dengan luas panen 42,994
hektar dan produktivitas sebesar 275,50 ton/ha. Sebaran luas produksi ubi kayu
berasal dari 24 kecamatan di Kabupaten Lampung Timur dapat dilihat pada tabel
2.
yang mempunyai produksi ubi kayu masuk dalam urutan ke tiga belas di
Kabupaten Lampung Timur. Dengan jumlah produksi sebanyak 9,416 ton dengan
dibandingkan dengan kecamatan lain seperti Kecamatan Marga Tiga dan Gunung
nya masih dibawah ideal, sehingga usahatani ubi kayu masih dikatakan dalam
5
kategori rendah. Jumlah produktivitas ubi kayu yang tidak ideal akan
pendapatan dan penerimaan petani ubi kayu serta berpengaruh terhadap tingkat
kesejahteraan petani, namun jika di lihat dari segi produksi seharusnya Kecamatan
(BPS, 2019). Hal tersebut tentu banyak memengaruhi beberapa faktor yaitu
Kayu.
Provinsi Lampung dengan jumlah penduduk miskin sebanyak 162,94 jiwa (BPS,
rata-rata signifikan yaitu 40,78 triliun pada tahun 2020 dimana PDRB kontribusi
terbesar terdapat pada pertanian, perikanan dan kehutanan mencapai 37,82 persen
keterampilan, dan lain–lain), seperti sumber daya alam (tanah, lahan, air dan lain–
lain) dan sumber daya ekonomi (modal, pendapatan dan lain–lain). Untuk melihat
tingkat kesejahteraan penduduk yang sering kali digunakan sebagai sasaran akhir
Luas lahan 100,13 km2 dan penduduk nya berjumlah 45, 366 jiwa (Lampung
Timur Dalam Angka, 2021) . Produksi ubi kayu didesa Gantiwarno dalam kurun
waktu tiga tahun terakhir dari 2019 sampai dengan 2021 mengalami keadaan yang
7
fluktuatif. Rata- rata pendapatan usahatani ubi kayu perhektar selama periode
tahun 2020 yaitu Rp. 7.000.000. Untuk pendapatan ubi kayu yang dihasikan
petani selama satu tahun itu masih jauh dibawah kata mecukupi untuk kebutuhan
masyarakat selama satu tahun. Lalu dengan itu petani melalukan juga kegiatan
rumah tangganya. Desa Gantiwarno itu memiliki kelompok tani yang berjumlah
30 kelompok tani dan anggota seluruh dari kelompok tani tersebut yaitu 676
petani, dari 30 kelompok tani yang ada pada saat ini yang aktif adalah 100%.
Setelah melihat keaktifan dari kelompok tani dan pendapatan yang petani
dapatkan maka perlu dilakukan kajian lebih lanjut untuk mengetahui faktor-faktor
Berdasarkan uraian permasalahan yang ada diatas, penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis:
8
Lampung Timur?
Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka manfaat dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
2. Bagi pihak pembaca, sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak-
Ubi kayu atau ketela pohon (Manihot esculenta) adalah salah bahan pangan
masih enggan untuk merubah pola konsumsi beras dengan mendiversifikasi beras
menjadi ubi kayu sebagai bahan pangan alternatif selain Ubi kayu (Kementerian
Pertanian, 2015).
Kingdom : Plantae
Division : Spermatophyta
Class : Dicotyledone
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Manihot
Species : Manihot esculenta
Ubi kayu saat ini menjadi komoditas agroindustri seperti tepung tapioka, industri
fermentasi, dan industri pangan. Bagian dari tanaman ubi kayu yang dijadikan
sebagai bahan makanan adalah ubi dan daun mudanya. Ubi kayu juga merupakan
bahan campuran pakan yang cukup baik, limbah ubi kayu seperti daun, kulit ubi
9
kayu, dan onggok dapat digunakan sebagai campuran pakan ternak. Negara –
negara yang sudah maju menggunakan ubi kayu untuk dijadikan bahan baku
industri tepung tapioka, alkohol, etanol, gasohol, tepung gaplek dan lain-lain
(Rukmana, 1997).
Ubi kayu mudah dibudidayakan bahkan pada tanah tandus sekalipun, tanaman ubi
kayu masih dapat diproduksi. Tanaman ubi kayu memiliki batang tegak dengan
tinggi 1,5 – 4 meter. Bentuk batang tanaman bulat, berkayu dan bergabus dengan
diameter 2,5- 4 cm. Batang tanaman ubi kayu berwarna kecoklatan atau keunguan
dan bercabang ganda tiga. Daun ubi kayu termasuk daun majemuk berjari, warna
daun muda hijau kekuningan atau hijau keunguan, tangkai daun panjang, bunga
muncul pada setiap ketiak percabangan. Akar tanaman ubi kayu masuk kedalam
tanah sekitar 0,5 - 0,6 meter. Beberapa akar digunakan untuk menyimpan bahan
makanan, akar inilah yang disebut sebagai ubi singkong, ubi ini memiliki kulit ari
yang berwarna cokelat atau kelabu, kulit dalamnya berwarna kemerahan dan putih
Tanaman ubi kayu mudah beradaptasi dengan berbagai kondisi lingkungan, tetapi
matahari setiap hari, dapat tumbuh baik pada ketinggian 0 – 800 m dpl. Drainase
harus baik, tanah yang becek dan akar yang tergenang air dapat menyebabkan
akar dan ubi mudah busuk. Tanah tidak terlalu padat atau keras yang dapat
dengan bulan kering tidak lebih dari 6 bulan. Penanaman ubi kayu dapat
vegetatif dengan menggunakan stek. Penentuan varietas yang akan ditanam dilihat
10
dari tujuan penanaman serta sifat keunggulannya, jika tujuannya untuk bahan
pangan maka varietas yang digunakan ialah yang rasanya enak dengan tingkat
HCN rendah, sedangkan jika tujuan penanaman untuk dibuat tepung maka dipilih
varietas yang HCN tinggi. Varietas juga dipilih berdasarkan sifat unggulan ubi
kayu yaitu produksi tinggi, kadar karbohidrat tinggi, serta tahan akan hama
1. Persiapan Lahan
a. Tanah ringan atau gembur cukup dibajak atau dicangkul satu kali,
b. Tanah agak berat harus dibajak atau dicangkul 1–2 kali, kemudian
c. Tanah berat dan berair harus tanah dibajak atau dicangkul sebanyak dua
kali atau lebih, kemudian dibuat bedengan atau guludan sekaligus sebagai
Pada lahan miring atau peka terhadap erosi, pengo lahan tanah harus dikelola
b. Pengolahan tanah minimal yaitu dengan pengolahan tanah secara larik atau
dengan traktor 3–7 singkal piring atau secara tradisional (dengan ternak)
sebanyak 2 kali atau satu kali yang diikuti dengan pembuatan guludan,
a. Stek diambil bagian tengah dari tanaman yang berumur 8–12 bulan.
kurang dari 30 hari setelah panen, atau pada kondisi batang masih segar.
d. Sebelum tanam, stek dapat diperlakukan dengan insekt isida dan fungisida
Untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman yang baik, maka harus dipilih tanaman
yang sehat, diameter stek antara ± 2 cm dan umurnya seragam. Pada saat
pemotongan stek, diusahakan kulit batang tidak terkelupas agar tidak mudah
Untuk perbanyakan stek ubi kayu menggunakan stek mini, dilakukan dengan cara:
b. Potongan stek direndam dalam air yang telah diberi perlakuan fungisida
Untuk perbanyakan stek ubi kayu menggunakan stek normal (panjang 20–25 cm),
b. Potongan stek direndam selama 1–2 jam, dalam air yang telah diberi
jamur.
3. Penanaman
a. Untuk perbanyakan stek mini: stek mini yang sudah diperam hingga
b. Untuk perbanyakan stek ukuran normal (20–25 cm): stek yang sudah siap
permukaan tanah.
a. Normal : 100 x 80 cm2 (12.500 tanaman per hektar) dan 100 x 75 cm2
4. Pemupukan
b. Pupuk dasar diberikan pada 1 bulan setelah tanam, dengan ditugalkan pada
c. Pupuk ke dua diberikan pada umur 3–4 bulan setelah tanam dengan dosis
Kelemahan ubi kayu pada saat awal pertumbuhan tidak mampu bersaing dengan
gulma. Periode kritis atau periode tanaman harus bebas gangguan gulma adalah
antara 5–10 minggu setelah tanam. Bila pengendalian gulma tidak dilakukan
selama periode kritis, produktivitas akan turun sampai 75% dibandingkan kondisi
bebas gulma. Oleh karena itu, pengendalian gulma dilakukan 2 tahap, yaitu pada
umur 4–5 minggu setelah tanam dan 8 minggu setelah tanam. Pembumbunan
bulan. Pada umur ini tanaman ubi kayu mulai melakukan pembentukan ubi,
6. Pengairan
Pengairan secara intensif dilakukan hingga tanaman berumur 4–5 bulan, dengan
interval 1 bulan sekali. Selanjutnya, pengairan dilakukan 1-2 bulan sekali atau
Hama utama pada tanaman ubi kayu adalah tungau merah (Tetranychus urticae).
Hama ini banyak dijumpai di daerah beriklim kering. Hama ini banyak dijumpai
belerang dicampur dengan larutan sabun juga efektif dalam mengendalikan hama
tungau merah. Untuk penyakit yang biasa dijumpai adalah Xantho monas
8. Pemanenan
Pemanenan dapat dilakukan pada tanaman berumur 8–12 bulan setelah tanam.
Apabila dipanen pada umur sebelum 8 bulan setelah tanam akan mempengaruhi
kualitas hasil dan batang steknya, batang stek yang masih muda kalau ditanam
cepat kering, selain itu stek yang dihasilkan masih sedikit (3-4 stek). Demikian
juga kalau dipanen pada umur di atas 12 bulan setelah tanam, kualitas stek
menurun karena stek terlalu tua, diameter stek > 3 cm. Diameter stek yang terlalu
stek kering. Tanaman ubi kayu yang layak untuk diambil steknya apabila diameter
batang sudah mencapai 2-3 cm, bagian batang yang layak untuk stek lebih kurang
sudah mencapai 1 m. Produksi stek tergantung pada jenis varietas dan jarak tanam
yang digunakan. Pada varietas yang mempunyai batang yang tinggi akan
Tanaman yang ditanam rapat dapat menghasilkan jumlah bibit yang lebih banyak
15
dibandingkan jarak tanam yang normal. Pada kegiatan produksi stek ubi kayu
selain menghasilkan stek, ubinya juga dapat dipanen. Beberapa hasil penelitian
samping menghasilkan stek dalam jumlah banyak juga menghasilkan ubi. Hasil
ubi yang dicapai tidak berbeda nyata dengan jarak tanam normal.
Bibit atau stek yang sudah dipanen sebaiknya segera dipinggirkan dan
ditempatkan secara tegak dalam posisi terbalik di tempat yang teduh seperti di
bawah pohon yang terlindung dari panas matahari secara langsung. Membiarkan
bibit terkena sinar matahari akan mengakibatkan stek menjadi kering. Penundaan
waktu tanam hingga 2-4 minggu dari saat stek dipanen akan mengakibatkan
kualitas bibit menjadi rendah karena adanya gangguan dari mikroba dan kadar air
dalam stek sudah sangat rendah sehingga mengganggu daya tumbuh maupun
vigor tanaman.
pendapatan adalah seluruh hasil yang berasal dari biaya faktor produksi maupun
total output yang dihasilkan untuk seluruh produksi dalam suatu perekonomian
sandang, pangan dan papan dilihat dari besar kecilnya pendapatan yang diterima
oleh per individu. Hal ini sesuai dengan pendapat dalam buku “Teori Ekonomi”
16
semakin tinggi pendapatan diposibel yang diterima oleh rumah tangga, maka
Winardi (2007) menjelaskan bahwa pendapatan adalah hasil berupa uang atau
materi lainnya yang diperoleh dari pemanfaatan modal atau kekayaan. Jika
Pendapatan usahatani dibagi menjadi dua yaitu: (1) pendapatan kotor, pendapatan
yang diperoleh dalam usahatani selama satu tahun yang dapat diperhitungkan dari
hasil penjualan atau pertukaran hasil produksi yang dinilai dalam rupiah
berdasarkan harga persatuan berat pada saat pemungutan hasil, (2) pendapatan
bersih, yaitu seluruh pendapatan yang diperoleh petani dalam satu tahun dikurangi
dengan biaya produksi selama proses produksi. Biaya produksi meliputi biaya rill
Biaya adalah nilai dari seluruh sumberdaya yang digunakan untuk memproduksi
suatu barang. Biaya Usahatani Biaya dalam pengertian ekonomi adalah semua
bahan yang harus ditanggung untuk menyediakan barang agar siap dipakai oleh
konsumen.
dua, yaitu:
1. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang relatif jumlahnya dan terus
besarnya biaya tetap ini tidak tergantung pada besar kecilnya biaya produksi
17
yang diperoleh. Biaya ini terdiri dari pajak dan penyusutan alat produksi. Biaya
tetap merupakan biaya yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh besar
kecilnya produksi, sedangkan biaya variabel adalah jenis biaya yang besar
termasuk biaya tetap adalah sewa lahan, biaya penyusutan alat dan pembayaran
bunga modal. Biaya tetap merupakan biaya yang jumlahnya relatif tetap, dan
dengan kata lain jumlah biaya tetap tidak tergantung pada besarnya tingkat
Keterangan :
2. Biaya Tidak Tetap (variabel cost) adalah biaya yang besar kecilnya
dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Biaya ini terdiri dari biaya produk,
pemeliharaan, bibit, pupuk, pestisida, biaya panen dan lain-lain. Biaya variabel
produksi yang dikeluarkan. Biaya variabel bisa naik atau turun tergantung pada
meningkat dan turun saat produksi juga menurun, tidak seperti biaya tetap yang
sifatnya tidak tergantung dengan proses produksi. Biaya variabel ini dapat
dihitung sebagai jumlah biaya marginal dari semua unit yang diproduksi atau
18
biaya yang berkaitan langsung dengan produksi suatu barang. Biaya variabel
juga terkadang disebut sebagai biaya unit-level atau biaya tingkat level karena
(Soekartawi, 1995).
Biaya tidak tetap dapat dihitung dengan cara yang sama seperti menghitung
Keterangan :
2.1.3.2 Penerimaan
Petani menambah hasil produksi bila tiap tambahan produksi tersebut menaikkan
produksi, yaitu semua output yang dihasilkan dari suatu usahatani dikalikan
lahannya tidak hanya satu macam usahatani saja, sehinga penerimaan yang
antara output yang dihasilkan dengan harga jual. Secara sistematis dapat ditulis
sebagai berikut:
TR = Q x P
Keterangan:
TR = Penerimaan total
P = Harga
2.1.3.3 Pendapatan
Pendapatan adalah hasil bersih dari kegiatan suatu usahatani yang diperoleh dari
hasil bruto (kotor) dikurangi biaya yang digunakan dalam proses produksi dan
penerimaan dan keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam satu masa
penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan selama satu musim tanam.
𝛑 = TR – TC
20
Keterangan :
adalah hasil perkalian dari jumlah total produksi dengan harga produk, sedangkan
(Soekartawi, 2002).
penerimaan dan biaya (R/C Ratio) yang disarankan pada perhitungan secara
finansial. Analisis R/C ratio atau Return and Cost ratio (R/C ratio) merupakan
perbandingan antara nilai output terhadap nilai inputnya atau perbandingan antara
berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki. Jika
mereka untuk konsumsi suatu barang. Pendapatan merupakan faktor yang penting
didefinisikan sebagai jumlah uang yang bisa dibelanjakan oleh suatu rumah
tangga selama suatu periode tertentu tanpa meningkatkan atau menurunkan aset
bersihnya (Case dan Fair, 2007). Sumber pendapatan rumah tangga digolongkan
ke dalam dua sektor, yaitu sektor pertanian dan non pertanian. Sumber pendapatan
dari sektor pertanian dapat dirincikan lagi menjadi pendapatan dari usahatani,
ternak, buruh petani, menyewakan lahan dan bagi hasil. Sumber pendapatan dari
sektor non pertanian dibedakan menjadi pendapatan dari industri rumah tangga,
perdagangan, pegawai, jasa, buruh non pertanian serta buruh subsektor pertanian
Menurut Kusmantoro Edy, 2009 pendapatan rumah tangga petani di lahan kering
Agribisnis merupakan konsep dari suatu sistem yang integratif yang terdiri dari
subsistem produksi usaha tani, subsistem pengolahan dan industri hasil pertanian
primer atau inti, karena kondisi yang terjadi dalam sub-sistem ini akan
Apabila tingkat output, efisiensi dan ukuran sub-sistem ini berkembang lebih baik
maka sub-sistem yang lain juga ikut berkembang menjadi lebih baik (Kurniawan,
2012).
Sumber pendapatan rumah tangga digolongkan kedalam dua sektor, yaitu sektor
pertanian dan non pertanian. Sumber pendapatan dari sektor pertanian dapat
menyewakan lahan dan bagi hasil. Sumber pendapatan dari sektor non pertanian
jasa, buruh non pertanian serta buruh subsektor pertanian lainnya (Sajogyo, 1990).
Menurut Arham (2014), kegiatan off farm adalah pendapatan yang diperoleh dari
3 subsistem agribisnis :
menjadi produk olahan, baik produk antara maupun produk akhir, beserta
industri jasa boga, industri farmasi dan bahan kecantikan, dan lain-lain
pendapatan yang berasal dari kegiatan buruh tani, pengrajin gula, kelapa
melakukan usaha kecil sendiri dan upaya memperoleh pendapatan dalam rangka
beragam dalam kegiatan ekonomi untuk bertahan hidup dan meningkatkan standar
selalu identik dengan diversifikasi pendapatan. Aktivitas non farm pedesaan (rular
menghasilkan pendpatan dari rumah tangga dan anggota rumah tangga pedesaan,
tanpa memperhatikan apakah rumah tangga itu memiliki usahatani atau tidak. Jadi
RNFA tidak termasuk pekerjaan pertanian pada usahatani atau perkebunan lain
( White, 1986).
Jadi peluang kerja bukan pertanian (rular non farm employment) mencakup semua
komersial diluar kegiatan pertanian yang dilakukan di daerah. Semua kegiatan ini
dilakukan oleh rumah tangga tani yang sementara dan permanen sifatnya (Effendy
at all, 1990).
makna dari konsep martabat manusia yang dapat dilihat dari empaat indikator
Menurut Kolle (1974) dalam Bintarto (1989), kesejahteraan dapat diukur dari
beberapa aspek kehidupan: Di lihat dari kualitas hidup dari segi materi, seperti
bahan pangan, kualitas rumah, di lihat dari kualitas hidup dari segi fisik, seperti
kesehatan tubuh, lingkungan alam, di lihat dari kualitas hidup dari segi mental,
seperti fasilitas pendidikan, lingkungan budaya, dan di lihat dari kualitas hidup
dari segi spiritual, seperti moral, etika, keserasian penyesuaian, dan sebagainya.
suatu kondisi dimana seluruh kebutuhan jasmani dan rohani dari rumah tangga
rakyat disadari sangat luas dan kompleks, sehingga suatu taraf kesejahteraan
rakyat hanya dapat terlihat melalui suatu aspek tertentu. Oleh karena itu,
kesejahteraan rakyat dapat diamati dari berbagai aspek yang spesifik yaitu:
a) Kependudukan
sumber daya alam sehingga mampu memenuhi kebutuhan 34 hidup bagi diri
menjadi potensi tetapi dapat menjadi beban juga dalam proses pembangunan
26
Kesehatan dan gizi bagian dari indikator kesejahteraan penduduk dalam hal
kualitas fisik. Kesehatan dan gizi berguna untuk melihat gambaran tentang
c) Pendidikan
d) Ketenagakerjaan
Rumah berfungsi sebagai tempat untuk berteduh atau berlindung dari panas
tangga, dimana kualitas tersebut dapat dilihat melalui fisik rumah tersebut
dapat terlihat dari luas lantai rumah, sumber air minum, dan fasilitas tempat
membaca surat kabar, dan mengakses internet. Selain itu, persentase rumah
Melihat indikator dari Biro Pusat Statistik tersebut kiranya pendidikan memanglah
pikir yang lebih maju sehingga dia mempunyai lebih banyak pilihan untuk
30
30
2. Faktor-Faktor Memperhatikan beberapa *Tingkat teknik sampling simple random * Pendapatan usahatani Ubi kayu Nuabosi
yang keunggulan ubi kayu Nuabosi pendapatan petani sampling, penentuan responden per luas lahan 0,25 hektar, jika dijual di
Mempengaruhi dan peningkatan harga produk ubi kayu Nuabosi, dengan rumus Slovin. pasar kabupaten adalah sebesar Rp
Pendapatan dan dari tahun ke tahun, *faktor-faktor 128.994.043,- dan bila dijual di kebun petani
Prospek seyogyanya usahatani ubi yang adalah sebesar Rp. 102.311.543,-.
Usahatani Ubi kayu Nuabosi diharapkan mempengaruhi * Variabel bebas yang berpengaruh
Kayu Varietas mampu memberikan pendapatan signifikan dan bertanda positif terhadap
Lokal Nuabosi di sumbangan terhadap usahatani ubi pendapatan usahatani adalah variabel luas
Desa Randotonda perekonomian keluarga kayu Nuabosi lahan, produktivitas, efisiensi biaya tenaga
Kecamatan Ende petani, dan sekaligus menjadi *Bagaimanakah kerja, dummy pola tanam dan lama
Kabupaten Ende. dorongan bagi petani agar trend produksi ubi berusahatani, sedangkan variabel umur
selalu memperhatikan kayu Nuabosi. berpengaruh signifikan dan bertanda negatif.
Willybrordus peningkatan produktivitas * Perkembangan produksi dan luas lahan
Lanamana1), pada tahun-tahun yang akan usahatani ubi kayu Nuabosi dari tahun 2020
Philipus Nerius datang. sampai 2024 memiliki trend yang
Supardi2) meningkat. Disarankan kepada petani ubi
kayu Nuabosi perlu, menambah luas lahan,
Jurnal Sosio meningkatkan produktivitas usahatani, dan
Agribisnis (JSA) meningkatkan efisiensi biaya tenaga kerja
e-ISSN: 2502- agar endapatan usahatani meningkat. Selain
3292 Volume 5 itu, perlu dilakukan pendampingan dari
Nomor 2 petugas penyuluh lapangan dan perguruan
(Oktober 2020) tinggi kaitannya dengan perbaikan teknologi
Halaman 94-103 budidaya, akses ke harga input pertanian dan
pemasaran.
v
3. Pendapatan Dan secara makro usahatani ubi- *menganalisis diambil secara stratified *Pendapatan rumah tangga petani ubi kayu
Kesejahteraan kayu terlihat menguntungkan, tingkat proporsional simple random semakin beragam dan mulai mengarah ke
Rumah Tangga tetapi ke-nyataannya pada pendapatan dan sampling. Analisis data meng- sumber pendapatan dari kegiatan non dan off
Petani Ubi kayu usahatani ubi kayu meng- kesejahteraan gunakan metode deskriptif farm. Namun demikian pendapatan
Di Provinsi hadapi banyak permasalahan rumah tangga kuantitatif usahatani ubi kayu masih memiliki pangsa
Lampung seperti: keter-batasan petani ubi kayu yang dominan dalam pendapatan rumah
penguasaan teknologi *menganalisis tangga petani ubi kayu. Semakin beragam
Wan Abbas produksi, keterbatasan modal faktor faktor yang mata pencarian petani ubi kayu maka
Zakaria1, Teguh usahatani, manajemen mempengaruhi semakin tinggi tingkat kesejahteraan rumah
Endaryanto2, budidaya yang belum efisien, tingkat tangga. Berdasarkan kriteria BPS dan
Lidya Sari Mas tidak adanya jaminan pasar kesejahteraan Sayogyo, sebagian besar rumah tangga
Indah3, yang menyebabkan rendahnya rumah tangga petani ubi kayu berada pada golongan hidup
I Rani Mellya harga yang diterima petani petani ubi kayu. layak dan sejahtera.
Sari4, dan Abdul karena posisi tawar
Mutolib5. (bargaining position) petani *Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
terhadap pabrik sangat kesejahteraan rumah tangga petani ubi-kayu
Jurnal rendah, semakin rendahnya di Desa Gunung Agung Kecamatan Terusan
Agribisnis tingkat kesuburan tanah yang Nunyai Kabupaten Lampung Tengah yaitu
Indonesia menyebabkan produktivitas jumlah pekerjaan, penga-laman
(Journal of ubi kayu semakin rendah dan berusahatani, dan pendapatan rumah tangga.
Indonesian semakin besar kebutuhan
Agribusiness) 83 input dan biaya yang
Vol 8 No 1, Juni dikeluarkan dalam usahatani
2020; halaman ubi kayu.
83-93
4. Analisis Mayoritas masyarakat di *mengetahui Penelitian ini dilaksanakan *Rata-rata tingkat pendapatan rumah tangga
Pendpatan dan Kecamatan Terbanggi Besar tingkat dengan metode survei. petani ubi kayu sebesar Rp685.276,62 per
Tinkat yang bekerja sebagai petani, pendapatan Pemilihan lokasi dilakukan bulan dengan kontribusi sebesar 36,93
Kesejahtraan khususnya tanaman ubi kayu usahatani ubi secara sengaja (purposive), persen. *Berdasarkan kriteria BPS (2014),
Rumah Tangga masih banyak yang belum kayu Metode pengambilan simple jumlah penduduk Kecamatan Terbanggi
Petani Ubi Kayu sejahtera. Tentu ini *kontribusinya random sampling Besar yang masuk ke dalam golongan belum
di Kecamatan memberikan pertanyaan besar terhadap sejahtera sebesar 66,67 persen, lebih tinggi
Terbanggi Besar bahwa sektor pertanian pendapatan rumah dibandingkan golongan penduduk sejahtera
Kabupaten khususnya ubi kayu sebagai tangga yang sebesar 33,33 persen.
Lampung pemegang produksi terbesar *mengetahui
Tenggah di Kabupaten Lampung tingkat
32
32
JIIA, VOLUME
2, No. 1,
JANUARI 2014
34
merupakan komoditas yang cukup banyak di tanam oleh petani yang ada di Desa
Gantiwarno, oleh karena itu petani menjadikan usaha tani Ubi kayu sebagai
sumber utama pendapatannya. Rumah tangga petani Ubi kayu di Desa Gantiwarno
masalah harga yang fluktuatif. Di sisi lain, harga input yang semakin meningkat
selain itu, sumber pendapatan rumah tangga digolongkan ke dalam dua sektor,
yaitu sektor pertanian dan non pertanian. Sumber pendapatan dari sektor pertanian
dapat dirincikan lagi menjadi pendapatan dari usahatani, ternak, buruh petani,
menyewakan lahan dan bagi hasil. Sumber pendapatan dari sektor non pertanian
jasa, buruh non pertanian serta buruh subsektor pertanian lainnya. Oleh karena itu
Biaya Produksi
Harga Biaya Biaya Harga
Tetap Variabel
Total biaya
Penerimaan
Berdasarkan latar belakang masalah dan tujuan penelitian maka hipotesis yang
dapat diangkat sebagai dasar dalam pemecahan masalah adalah sebagai berikut:
1. Di duga faktor biaya bibit, biaya pupuk kandang, pupuk NPK, pupuk urea,
pajak, pestisida, tenaga kerja, luas lahan, lama usahatani dan umur
Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang digunakan
usahatani dan non usahatai diukur dalam satuan rupiah per tahun (Rp/th).
3) Pendapatan usahatani non ubi kayu adalah seluruh pendapatan rumah tangga
petani yang bukan berasal dari usahatani ubi kayu setelah dikurangi dengan
biaya yang dikeluarkan selama proses produksi, yang diukur dalam satuan
rupiah (Rp).
4) Usaha non pertanian adalah usaha di luar sektor pertanian yang dilakukan
buruh, dll.
jumlah produksi padi dengan harga produksi di tingkat petani yang diukur
6) Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan petani dalam usahatani yang
jumlahnya tidak tergantung dari besar kecilnya output yang diperoleh, diukur
7) R/C Rasio adalah perbandingan antara penerimaan total dan biaya total untuk
8) Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam ushatani
9) Harga produksi ubi kayu adalah harga yang diperoleh petani atas penjualan
11) Luas lahan merupakan jumlah persentase areal pertanian yang dimiliki petani.
Kemudian dalam penelitian ini luas lahan dikelompokan menjadi tiga, yaitu
12) Kesejahteraan BPS (2014) dan BPS (2005) adalah tingkat kesejahteraan yang
cukup, kurang.
yang mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani ubi kayu. Penelitian ini akan
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei yaitu penelitian
berpedoman pada kuesioner. Data yang digunakan dalam metode penilitian ini
adalah data primer dan sekunder, data primer diperoleh melalui wawancara
laporan, lembaga terkait seperti badan pusat statistik provinsi lampung dan
1) Populasi
Dalam suatu penelitian tentunya mempunyai objek yang akan dijadikan sasaran,
guna memperoleh data yang autentik dan akurat, objek tersebut merupakan
prioritas dari penelitian yaitu penetapan populasi. Populasi yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah seluruh rumah tangga tani yang tergabung dalam Gabungan
Daftar Kelompok tani yang tergabung dalam Gapoktan disajikan pada Tabel 3
berikut :
1. Dharma Bhakti 1 25
2. Dharma Bhakti 2 25
3. Dharma Bhakti 3 25
4. Dharma Bhakti 4 25
5. Dharma Bhakti 5 22
6. Dharma Bhakti 6 20
7. Buana Sejahtera 25
8. Buana Makmur 23
9. Buana Abadi 23
10. Sido Mulyo 20
11. Sido Rahayu 22
12. Sido Makmur 26
13. Mekar Sari 30
14. Maju Lancar 21
15. Mugi Mulyo 21
16. Mugi Rejo 23
17. Mugi Raharjo 21
18. Tani Makmur 1 23
19. Tani Makmur 2 25
20. Tani Makmur 3 24
21. Tri Lestari 1 24
22. Tri Lestari 2 18
23. Tri Lestari 3 16
24. Tri Lestari 4 20
25. Tri Lestari 5 20
26. Panca Karya 1 15
27. Panca Karya 2 23
28. Panca Karya 3 33
29. Panca Karya 4 15
30. Ayo Maju 24
Jumlah 676
Sumber: Gapoktan Gantiwarno,2020
2) Sampel
Sampel merupakan sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut, ataupun bagian terkecil dari angota populasi yang di ambil
besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari seluruh yang ada di populasi. Hal
40
seperti ini dikarenakan adanya keterbatasan dana atau biaya, tenaga dan waktu,
maka oleh sebab itu peneliti dapat memakai sampel yang diambil dari populasi.
Random Sampling dengan cara undian. Dalam simpel random sampling setiap
penentuan sampel yang digunakan dalam penilitian ini mengacu pada Sugiarto,
NZ2S2
n =
Nd+Z2S2
Keterangan:
n = Jumlah sampel (Orang)
N = Jumlah populasi (676)
S2 = Varian Sampel (5%)
Z = Tingkat Kepercayaan (90% = 1,645)
d = Derajat Penyimpangan (5% = 0,05)
Berdasarkan rumus Sugirto diatas, maka diperoleh jumlah sampel sabagai berikut:
NZ2S2
n =
Nd+Z2S2
676 x (1,645)2 x (0,05)
=
(676 x (0,05)2 + (1,165)2 x (0,05)
Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif dan
seluruh pendapatan yang berasal dari usahatani ubi kayu, non usahatani ubi
berikut:
Keterangan :
Prt = Pendapatan rumah tangga petani ubi kayu
pertahun
P on-farm usahatani ubi kayu = Pendapatan dari usahatani ubi kayu
dengan biaya produksi. Pendapatan dari usahatani ubi kayu dapat diketahui
TC = FC + VC
Dimana
42
berikut :
TR = Q x P
Dimana :
TR = Total penerimaan (Rp)
Q = Jumlah produksi (Kg)
P = Harga (Rp/Kg)
Untuk mengetahui pendapatan yang diterima petani ubi kayu di daerah penelitian
Pd = TR –TC
Dimana:
Pd = Total pendapatan ubi kayu (Rp)
TR = Total penerimaan ubi kayu (Rp)
TC = Total Biaya Produksi (Rp)
3.5.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Ubi Kayu
regresi linier berganda dengan bantuan software SPSS dengan formulasi secara
Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + β7X7 + β8X8 + β9X9 + β10X10 +
e
Keterangan :
43
Y = pendapatan (Rp)
β0 = konstanta
β1- β10 = koefisien regresi
Untuk mengetahui apakah data yang digunakan telah memenuhi ketentuan dalam
model regresi maka perlu dilakukan pengujian asumsi klasik Pengujian ini
meliputi:
a. Uji Normalitas
Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data
mengikuti atau mendekati distribusi normal. Data yang baik adalah data yang
mempunyai pola seperti distribusi normal (tidak menceng ke kiri atau ke kanan).
Suatu data harus memiliki distribusi normal. Salah satu uji yang bisa digunakan
b. Uji Multikolonieritas
ditunjukkan dengan korelasi yang signifikan antar variabel bebas. Korelasi antara
(VIF) dengan kriteria yaitu : Jika angka tolerance di atas 0,1 dan VIF < 10
c. Uji Heteroskedastisitas
Dalam regresi, salah satu asumsi yang harus dipenuhi adalah bahwa varians
residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tidak memiliki pola
tertentu. Pola yang tidak sama ini ditunjukkan dengan nilai yang tidak sama antar
satu varians dari residual. Model regresi yang baik adalah homokedastisitas atau
Untuk mengetahui apakah data yang digunakan telah memenuhi ketentuan dalam
model regresi maka perlu dilakukan pengujian hipotesis, pengujian ini meliputi :
banyak variabel independen yang terlibat, maka nilai R Square (R2) semakin
besar, sehingga digunakan R Square (R2) pada analisis linear berganda, dan R
Square (R2) juga digunakan pada analisis regresi sederhana. Hal ini sesuai dengan
dari 0 sampai 1. Semakin besar nilai R Square (R 2), maka semakin baik hasil
b. Uji F
1. Fhitung > Ftabel pada taraf nyata 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima , berarti
2. Fhitung < Ftabel pada taraf nyata 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak berarti
c. Uji T
terhadap variabel yang dipengaruhi secara parsial (terpisah) digunakan uji “t”
dengan Ttabel.
1. Jika Thitung > ttabel, pada taraf nyata 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima,
2. Jika Thitung < Ttabel, pada taraf nyata 0,05 maka Ho diterima Ha ditolak berarti
secara individual variabel bebas (X) tidak berpengaruh nyata terhadap variabel
Alat analisis yang digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan rumah tangga
petani Ubi Kayu menggunakan tujuh indikator Badan Pusat Statistik (2014) dan
indikator dari badan pusat statistik (2005) yang meliputi kependudukan, kesehatan
dan gizi, pendidikan, ketenagakerjaan, taraf dan pola konsumsi, perumahan dan
yaitu rumah tangga sejahtera dan belum sejahtera. Variabel pengamatan disertai
dengan klasifikasi dan skor yang dapat mewakili besaran klasifikasi indikator
RS = Range skor
Hasil perhitungan berdasarkan rumus tersebut diperoleh skor (RS) sama dengan
sembilan, sehingga tingkat kesejahteraan rumah tangga petani Ubi Kayu adalah:
(1) Jika skor antara 9-18 berarti rumah tangga petani belum sejahtera.
(2) Jika skor antara 19-27 berarti rumah tangga petani sejahtera.
perumahan dan lingkungan, sosial dan lain-lain. Kemudian di lihat interval skor
dari dua katagori klasifikasi di atas yaitu rumah tangga sejahterah dan belum
Aboki, E., dkk (2013). Analysis of technical, economic and allocative efficiencies
of cassavaproduction in Taraba State, Nigeria. Journal of Agriculture and
Veterinary Science. 5 (3) :19-26.
Anggraini, N., Harianto, & Anggraeni, L. (2017), Analisis Pendapatan Dan Faktor
Produksi Usahatani Ubi kayu Berdasarkan Pasar Yang Dipilih Petani
(Study Kasus Petani di Kabupaten Lampung Tengah), Jurnal of Food
System, 1 (1) pp. 12-20.
Badan Pusat Statistik. 2005. Indikator Tingkat Kesejahteraan Rakyat. Badan Pusat
Statistik. Jakarta.
Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. 2000.
Balitbangtan. 2011. Penyiapan Bibit Ubi Kayu yang Benar. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian.
Boediono. 2002. Ekonomi Makro: Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No.1