Anda di halaman 1dari 67

ii

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA
PETANI UBI KAYU DI DESA GANTIWARNO KECAMATAN
PEKALONGAN KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
(Skripsi)

Oleh:
Daniatur Rohmah
NPM.18210010

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar


Sarjana Pertanian Pada Jurusan Agribisnis

SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN (STIPER)


DHARMA WACANA METRO-LAMPUNG
2021
ii

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian :ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG


MEMPENGARUHI PENDAPATAN DAN TINGKAT
KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA PETANI UBI
KAYU DI DESA GANTIWARNO KECAMATAN
PEKALONGAN KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
Nama Mahasiswa : Daniatur Rohmah

NPM : 18210010

Jurusan : Agribisnis

Program Studi : Agribisnis

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Zulkarnain, S.P.,M.E.P Fikri Syahputra, S.Pt., M.Si


NIDN.9902702235 NIDN.0209128903

2. Ketua Jurusan
ii
Dr. Zulkarnain, S.P., M.E.P
NIDN.0205058102

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji
Ketua : Dr. Zulkarnain, S.P., M.E.P……………………..

Penguji Utama : Basuki Hendriawan, M.Si……………………..

Anggota : Fikri Syahputra, S.Pt., M.Si……………………..

2. Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Dharma Wacana Metro

Ir. Rakhmiati, M.T.A


NIP. 196304081989032001

Tanggal lulus ujian Skripsi:


ii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Tri Tunggal Jaya, Kecamatan

Gunung Agung, Kabupaten Tulang Bawang Barat pada

tanggal 09 Januari 2001, penulis merupakan anak ke-empat

dari enam bersaudara, dari Bapak Sukriono dan Ibu Siti

Mae Munah. Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) pada

tahun 2005 di TK Aisiyah Kecamatan Gunung Agung, Kabupaten Tulang

Bawang Barat. Selanjutnya, Sekolah Dasar (SD) pada tahun 2012 di SDN 1 Tri

Tunggal Jaya, Kecamatan Gunung Agung, Kabupaten Tulang Bawang Barat.

Kemudian meneruskan Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang lulus pada tahun

2015 di MTs Bustanul Ulum Jayasakti, Kecamatan Anak Tuha, Kabupaten

Lampung Tengah , dan meneruskan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) lulus

pada tahun 2018 di SMK Muhammadiyah Kecamatan Gunung Agung,

Kabupaten Tulang Bawang Barat. Pada tahun 2018, penulis terdaftar sebagai

mahasiswa di Perguruan Tinggi STIPER Dharma Wacana Metro S1 Jurusan

Agribisnis. Selama kuliah penulis aktif dalam kegiatan kampus. Penulis pernah

terpilih menjadi Bendahara umum Himpunan Mahasiswa Agribisnis (HIMAGRI)

pada tahun 2018-2019, kemudian terpilih menjadi Ketua Kopri PMII Komisariat

Dharmawaca pada tahun 2018-2019. Pada tahun 2019 penulis melaksanakan


ii
Studi Lapang (SL) selama 7 hari di Yogyakarta dan Bandung. Kemudian pada

tahun 2021, penulis melaksanakan Kuliah Kerja Lapang (KKL) selama 40 hari di

Laboratorium Proteksi Hama dan Penyakit Kecamatan Trimurjo, Kabupaten

Lampung Tengah.
ii

PERSEMBAHAN

Penulis persembahkan skripsi ini kepada :

1. Kedua orang tuaku tercinta, Ayah Sukriono dan Ibu Siti Mae Munah, serta

kakak tercintaku M. Hanafi, Abdul Ghofur, Zaenal Abidin dan adikku

tersayang Zahra Sabela, Iqbal Ma’ruf yang telah memberikan cinta dan

kasih sayang serta tak henti-hentinya selalu berdo’a dan berusaha untuk

keberhasilanku.

2. Seluruh Dosen, Karyawan dan Staff STIPER Dharma Wacana Metro yang

telah memberi ilmu dan wawasan sehingga penulis dapat menyelesaikan

Skripsi ini.

3. Dr. Zulkarnain, S.P., MEP selaku Ketua Jurusan Agribisnis sekaligus dosen

pembimbing I yang selalu membimbing, memberikan motivasi dan memberi

semangat dalam penyusunan skripsi ini.

4. Teman-teman seperjuangan STIPER Dharma Wacana Metro angkatan 2018,

yang selalu memberikan semangat dan kebersamaan yang tak terlupakan,

dan semoga kita dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik, Aamiin

Allahumma Aamiin.
ii
5. Seluruh Narasumber (Petani Ubi Kayu), terimakasih atas informasi, bantuan

dan masukan sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

MOTTO

“Jika Menurutmu Itu Baik untuk Keberlangsungan Hidupmu Maka


Lakukanlah dan Awalilah dengan Mengucap Basmallah”
(Daniatur Rohmah)
ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allat SWT, karena berkat

rahmat dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan kegiatan dan penulisan skripsi

ini, shalawat serta salam penulis panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW yang

telah memberikan suri tauladan kepada para umatnya hingga akhir zaman.

Sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal dengan judul “Analisis Faktor-

Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Dan Tingkat Kesejahteraan Rumah

Tangga Petani Ubi Kayu Di Desa Gantiwarno Kecamatan Pekalongan

Kabupaten Lampung Timur”. Penelitian ini merupakan salah satu tugas akhir

dalam mencapai Gelar Sarjana Pertanian Jurusan Agribisnis di Sekolah Tinggi

Ilmu Pertanian (STIPER) Dharma Wacana Metro. Untuk itu dalam kesempatan

ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Ir. Rakhmiati, MTA., sebagai Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian

(STIPER) Dharma Wacana Metro.

2. Dr. Zulkarnain, S.P. M.E.P., selaku Ketua Jurusan Agribisnis sekaligus

sebagai dosen pembimbing pertama atas arahan, bantuan, semangat dan


ii
nasihat yang telah diberikan kepada penulis dari awal hingga akhir

perkuliahan dan selama proses penyelesaian proposal skripsi.

3. Fikri Syahputra, S.Pt., M.Si selaku Dosen Pembimbing Kedua yang telah

memberikan banyak masukan serta arahan sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan proposal skripsi ini.

4. Seluruh Dosen atas semua ilmu yang telah diberikan selama Penulis

menjadi mahasiswa di STIPER Dharma Wacana Metro.

5. Seluruh Narasumber (Petani Ubi Kayu), terimakasih atas informasi,

bantuan dan masukan sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Teman-teman Angkatan 2018 dan rekan-rekan seperjuangan terimakasih

atas nasihat bantuan dukungan dalam menyusun tugas ini.

Namun demikian. Sangat disadari masih terdapat banyak kekurangan karena

keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran

dan kritik yang membangun kea rah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga

dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Metro, November 2021

Daniatur Rohmah
NPM.18210010
iii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL………………………………………………… i

KATA PENGANTAR……………………………………………….. ii

DAFTAR ISI…………………………………………………………. iii

DAFTAR TABEL……………………………………………………. iv

DAFTAR GAMBAR………………………………………………… v

I. PENDAHULUAN…………………………………………....... 1

1. Latar Belakang……………………………………………. 1
1

1. Rumusan Masalah…………………………………………. 5
2

1. Tujuan Penelitian………………………………………….. 7
3

1. Manfaat Penelitian………………………………………… 7
4

II. TINJAUAN PUSTAKA……………………………………….. 8

2. Tinjauan Pustaka…………………………………………... 8
1

2.1.1 Ubi Kayu………………………………………….. 8

2.1.2 Budidaya UbiKayu………….……………………. 10

2.1.3 Teori pendapatan…………………………………. 16

2.1.4 Pendapatan Rumah Tangga………………………. 21


iv

2.1.5 Teori Kesejahteraan………………………………. 25

2.1.16 Faktor Yang Mempengaruhi Kesejahteran……….. 28

2.2 Penelitian Terdahulu……………………………………. 30

2.3 Kerangka Pemikiran……………………………………. 34

2.4 Hipotesis………………………………………………... 36

III. METODOLOGI PENELITIAN……………………………... 37

3.1 Definisi Operasional………………………………………. 37

3.2 Lokasi Penelitian…………………………………………. 38

3.3 Metode Pengumpulan Data……………….......................... 39

3.4 Metode Penentuan Populasi dan Sampel…………………. 39

3.4.1 Tehnik Pengambilan Sampel……………………… 41

3.5 Metode Analisis Data……………………………………... 42

3.5. Analisis Pendapatan Rumah Tangga Petani………. 42


1

3.5. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Pendapatan 43


2 Usahatani………..…………………………………

3.5. Analisis Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga …. 47


3

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………...

LAMPIRAN…………………………………………………..............
iv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Luas Panen, Produksi, Produktivitas Ubi KayuMenurut 2


Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung 2018.

2 Luas Panen, Produksi, Produktivitas Ubi Kayu Menurut 3


Kabupaten/Kota di Kabupaten Lampung Timur, Tahun
2020.

3 Daftar Gabungan Kelompok Tani. 6

4 Indikator Keluarga Sejahtera Berdasarkan Badan Pusat 7


Statistik
v

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Bagan Kerangka Pemikiran 12


2

I. PENDAHULUAN

I.I. Latar Belakang

Ubi kayu termasuk komoditas tanaman pangan di Indonesia yang berada diurutan

ketiga setelah jagung dan padi (Ginting 2002). Ubi kayu merupakan salah satu

komoditas subsektor tanaman pangan dan merupakan komoditas strategis untuk

menopang ketahanan pangan suatu wilayah, dikarenakan dapat menjadi bahan

pangan pengganti bahan pangan utama masyarakat indonesia. Pangan

berkarbohidrat selain beras yaitu ubi kayu yang menjadi salah satu sumber pangan

karbohidrat alternatif. Ubi kayu memiliki karakteristik tersendiri sehingga dapat

menarik petani dalam membudidayakannya. Oleh karena itu ubi kayu tersedia

sepanjang tahun, mengandung karbohidrat yang tinggi dan toleran terhadap tanah

yang mempunyai tingkat kesuburan yang rendah serta tahan akan tanah yang

rendah air, dan tahan akan hama dan penyakit (Aboki et al. 2013).

Pengembangan agribisnis ubi kayu perlu mendapatkan perhatian yang serius

karena ubi kayu merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian, yang

dimana peranannya cukup besar dalam perekonomian skala nasional. Di Indonesia

agribisnis ubi kayu telah menyediakan lapangan kerja yang cukup luas, mulai dari

aktifitas usahatani, subsistem penyediaan sarana produksi, industri pengolahan

hingga pemasaran ubi kayu dan produk olahan lainnya. Usahatani ubi kayu

bersifat labor intensive, dengan tingkat pabrik pengolahan, lapangan kerja yang
3

tersedia adalah 17.444 HKP/tahun (untuk kapasitas pabrik 300 ton/24 jam), dan

tenaga kerja menyediakan sebanyak 135 hari kerja setara pria (HKP)/ha/tahun.

(Zakaria, 2000).

Provinsi Lampung sentra produksi utamanya adalah ubi kayu dipicu oleh iklim

dan ketersediaan faktor – faktor produksi, terutama lahan dilampung yang masih

cukup luas. Provinsi Lampung merupakan daerah penghasil ubi kayu terbesar

yang dimana seharusnya mampu memberikan pendapatan yang sesuai bagi petani

ubi kayu. Namun, faktanya pendapatan yang diterima masih dalam skala rendah

maka dari itu kebanyakan petani ubi kayu mengalami kerugiaan. Permasalahan

produktivitas ubi kayu yang masih rendah diduga alokasi penggunaan faktor

produksi (input) seperti benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja yang belum

optimal. Kombinasi terhadap penggunaan input yang tepat akan menapatkan hasil

yang maksimal. Kemampuan petani dalam mengelola dan mengalokasikan

berbagai input yang digunakan dalam usahatani berpengaruh terhadap produksi

dan produktivitas. Produktivitas ubi kayu yang tinggi dapat meningkatkan

pendapatan petani.

Penggunaan faktor-faktor produksi secara efisien merupakan cara untuk

meningkatkan produktivitas sehingga usahatani yang dilakukan dapat mencapai

produksi yang optimal. Pada tahun 2019, produksi ubi kayu Kabupaten Lampung

Timur mencapai 852.944 ton, produksi pada tahun 2020 mencapai 730.232 ton

dan pada tahun 2021 mencapai 578.337 ton dari data produksi ubi kayu

mengalami penurunan tersebut. Data luas panen, produksi dan produktivitas ubi

kayu di Provinsi Lampung dapat dilihat pada Tabel 1.


4

Table 1.Luas Panen, Produksi, Produktivitas Ubi Kayu menurut Kabupaten/Kota


di Provinsi Lampung Tahun 2018
No Kabupaten/Kota Luas Panen Produksi Produktivitas
(ton) (ha) (ton/ha)
1 Lampung Barat 159 3 722 234,07
2 Tanggamus 279 6 842 245,23
3 Lampung selatan 4 267 97 268 227,97
4 Lampung Timur 42 994 1 184 497 275,50
5 Lampung Tengah 53 805 1 317 660 244,89
6 Lampung Utara 45 374 1 279 623 282,02
7 Way Kanan 10 088 295 811 293,23
8 Tulang Bawang 19 504 504 387 258,61
9 Pesawaran 2 570 49 509 192,64
10 Pringsewu 168 3 852 229,30
11 Mesuji 732 18 948 258,85
12 Tulang Bawang Barat 28 453 682 708 239,94
13 Pesisir Barat 161 3 589 222,93
14 Bandar Lampung 65 1 661 255,49
15 Metro 43 1 235 287,10
Sumber : Badan pusat statistik, 2018

Berdasarkan tabel 1. Terlihat bahwa Kabupaten Lampung Timur berada di urutan

ke tiga terbesar dalam sentra produksi ubi kayu di Propinsi Lampung yaitu

dengan jumlah produksi panen sebesar 1.184,497 ton dengan luas panen 42,994

hektar dan produktivitas sebesar 275,50 ton/ha. Sebaran luas produksi ubi kayu

berasal dari 24 kecamatan di Kabupaten Lampung Timur dapat dilihat pada tabel

2.

Berdasarkan tabel 2 terlihat bahwa kecamatan Pekalongan merupakan daerah

yang mempunyai produksi ubi kayu masuk dalam urutan ke tiga belas di

Kabupaten Lampung Timur. Dengan jumlah produksi sebanyak 9,416 ton dengan

luas panen 350 ha dan memiliki produktivitas sebanyak 269,02 kwintal/ha.

Namun Kecamatan Pekalongan memiliki produktivitas lebih rendah jika

dibandingkan dengan kecamatan lain seperti Kecamatan Marga Tiga dan Gunung

Pelindung. Hal ini dilihat lagi bahwasanya kecamatan pekalongan produktivitas

nya masih dibawah ideal, sehingga usahatani ubi kayu masih dikatakan dalam
5

kategori rendah. Jumlah produktivitas ubi kayu yang tidak ideal akan

mempengaruhi output ubi kayu yang dihasilkan, sehingga dapat mempengaruhi

pendapatan dan penerimaan petani ubi kayu serta berpengaruh terhadap tingkat

kesejahteraan petani, namun jika di lihat dari segi produksi seharusnya Kecamatan

Pekalongan mampu mengoptimalkan produktivitasnya. Jumlah produksi yang

tinggi di Pekalongan bertolak belakang dengan kenyataan bahwa Kabupaten

Lampung Timur memiliki tingkat kemiskinan tertinggi di Provinsi Lampung

(BPS, 2019). Hal tersebut tentu banyak memengaruhi beberapa faktor yaitu

pendapatan dan kemampuan petani dalam mencukupi kebutuhan rumah

tangganya. Terkait dengan kondisi perekonomian petani Ubi kayu di Kecamatan

Pekalongan, menarik jika dilakukan kajian tentang Analisis Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Pendapatan Dan Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Petani Ubi

Kayu.

Tabel 2. Luas panen,produksi dan produktivitas ubi kayu pada Kabupaten


Lampung Timur, tahun 2020
No Kecamatan Luas Panen Produksi Produktivitas
(ha) (ton) (kwintal/ha)
1 Metro Kibang 304 7 261 238,84
2 Batanghari 132 1 721 130,40
3 Sekampung 45 1 032 229,39
4 Marga Tiga 6 706 184 115 274,55
5 Sekampung Udik 2 069 49 249 238,03
6 Jabung 616 12 493 202,80
7 Pasir Sakti 90 1 798 199,82
8 Waway Karya 804 16 463 204.77
9 Marga Sekampung 715 15 087 211,00
10 Labuhan Maringgai 101 2 356 233,23
11 Mataram Baru 81 2 013 248,49
12 Bandar Sribhawono 161 2 192 136,13
13 Melinting 188 2 068 110,00
14 Gunung Pelindung 795 21 258 267,40
15 Way Jepara 1 466 31 212 212,90
16 Braja Selebah 280 6 256 223,50
6

17 Labuhan Ratu 1 191 25 154 211,20


18 Sukadana 3 672 96 355 262,40
19 Bumi Agung 1 895 35 001 184,70
20 Batanghari Nuban 1 332 35 788 268,76
21 Pekalongan 350 9 416 269,02
22 Raman Utara 114 2 925 256,58
23 Purbolinggo 114 2 956 259,30
24 Way Bungur 544 14 170 260,57
Sumber : Badan Pusat Statistik Lampung Timur, 2020
Berdasarkan
1.2. Rumusan Masalah

Tingkat kemiskinan di Kabupaten Lampung Timur merupakan yang tertinggi di

Provinsi Lampung dengan jumlah penduduk miskin sebanyak 162,94 jiwa (BPS,

2019). Pada kenyataannya kondisi tersebut bertolak belakang dengan nilai

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Lampung Timur mengalami kenaikan

rata-rata signifikan yaitu 40,78 triliun pada tahun 2020 dimana PDRB kontribusi

terbesar terdapat pada pertanian, perikanan dan kehutanan mencapai 37,82 persen

(BPS, 2021). Pada dasarnya petani dihadapkan dengan faktor-faktor yang

mempengaruhi tingkat pendapatan dan sumber daya manusia (pendidikan,

keterampilan, dan lain–lain), seperti sumber daya alam (tanah, lahan, air dan lain–

lain) dan sumber daya ekonomi (modal, pendapatan dan lain–lain). Untuk melihat

tingkat kesejahteraan penduduk yang sering kali digunakan sebagai sasaran akhir

pembangunan suatu negara salah satunya yaitu pendapatan masyarakat.

Desa Gantiwarno merupakan salah satu desa di Kecamatan Pekalongan, desa

tersebut merupakan desa yang mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani.

Luas lahan 100,13 km2 dan penduduk nya berjumlah 45, 366 jiwa (Lampung

Timur Dalam Angka, 2021) . Produksi ubi kayu didesa Gantiwarno dalam kurun

waktu tiga tahun terakhir dari 2019 sampai dengan 2021 mengalami keadaan yang
7

fluktuatif. Rata- rata pendapatan usahatani ubi kayu perhektar selama periode

tahun 2020 yaitu Rp. 7.000.000. Untuk pendapatan ubi kayu yang dihasikan

petani selama satu tahun itu masih jauh dibawah kata mecukupi untuk kebutuhan

masyarakat selama satu tahun. Lalu dengan itu petani melalukan juga kegiatan

diluar usahatani untuk mencukupi kebutuhannya serta menambah pendapatan

rumah tangganya. Desa Gantiwarno itu memiliki kelompok tani yang berjumlah

30 kelompok tani dan anggota seluruh dari kelompok tani tersebut yaitu 676

petani, dari 30 kelompok tani yang ada pada saat ini yang aktif adalah 100%.

Setelah melihat keaktifan dari kelompok tani dan pendapatan yang petani

dapatkan maka perlu dilakukan kajian lebih lanjut untuk mengetahui faktor-faktor

apa yang mempengaruhi pendapatan dan tingkat kesejahteraan petani.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan yang

akan dikaji dalam penelitian ini, yaitu :

1. Berapa besarnya pendapatan rumah tangga petani ubi kayu di Desa

Gantiwarno Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur ?

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pendapatan di Desa

Gantiwarno Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur?

3. Bagaimana tingkat kesejahteraan rumah tangga petani Ubi Kayu di Desa

Gantiwarno Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian permasalahan yang ada diatas, penelitian ini bertujuan untuk

menganalisis:
8

1. Untuk menganalisis pendapatan rumah tangga petani ubi kayu di Desa

Gantiwarno Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur ?

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pendapatan rumah tangga

petani Ubi Kayu di Desa Gantiwarno Kecamatan Pekalongan Kabupaten

Lampung Timur?

3. Untuk menganalisis tingkat kesejahteraan rumah tangga petani Ubi Kayu

di Desa Gantiwarno Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur?

1.4. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka manfaat dari penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Bagi pihak penulis, penelitian ini diharapkan agar dapat memperbanyak

ilmu dan pengetahuan yang telah diperoleh dalam perkuliahan.

2. Bagi pihak pembaca, sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak-

pihak yang membutuhkan dalam penelitian di masa yang akan datang.


v

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1. Ubi Kayu

Ubi kayu atau ketela pohon (Manihot esculenta) adalah salah bahan pangan

pengganti beras yang merupakan sumber pangan utama di Indonesia. Masyarakat

masih enggan untuk merubah pola konsumsi beras dengan mendiversifikasi beras

menjadi ubi kayu sebagai bahan pangan alternatif selain Ubi kayu (Kementerian

Pertanian, 2015).

Menurut (Rukmana, 1997) Ubi kayu dapat diklarifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae
Division : Spermatophyta
Class : Dicotyledone
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Manihot
Species : Manihot esculenta

Ubi kayu saat ini menjadi komoditas agroindustri seperti tepung tapioka, industri

fermentasi, dan industri pangan. Bagian dari tanaman ubi kayu yang dijadikan

sebagai bahan makanan adalah ubi dan daun mudanya. Ubi kayu juga merupakan

bahan campuran pakan yang cukup baik, limbah ubi kayu seperti daun, kulit ubi
9

kayu, dan onggok dapat digunakan sebagai campuran pakan ternak. Negara –

negara yang sudah maju menggunakan ubi kayu untuk dijadikan bahan baku

industri tepung tapioka, alkohol, etanol, gasohol, tepung gaplek dan lain-lain

(Rukmana, 1997).

Ubi kayu mudah dibudidayakan bahkan pada tanah tandus sekalipun, tanaman ubi

kayu masih dapat diproduksi. Tanaman ubi kayu memiliki batang tegak dengan

tinggi 1,5 – 4 meter. Bentuk batang tanaman bulat, berkayu dan bergabus dengan

diameter 2,5- 4 cm. Batang tanaman ubi kayu berwarna kecoklatan atau keunguan

dan bercabang ganda tiga. Daun ubi kayu termasuk daun majemuk berjari, warna

daun muda hijau kekuningan atau hijau keunguan, tangkai daun panjang, bunga

muncul pada setiap ketiak percabangan. Akar tanaman ubi kayu masuk kedalam

tanah sekitar 0,5 - 0,6 meter. Beberapa akar digunakan untuk menyimpan bahan

makanan, akar inilah yang disebut sebagai ubi singkong, ubi ini memiliki kulit ari

yang berwarna cokelat atau kelabu, kulit dalamnya berwarna kemerahan dan putih

dengan warna daging kuning atau putih.

Tanaman ubi kayu mudah beradaptasi dengan berbagai kondisi lingkungan, tetapi

untuk tumbuh dan berproduksi secara optimum memerlukan cahaya sinar

matahari setiap hari, dapat tumbuh baik pada ketinggian 0 – 800 m dpl. Drainase

harus baik, tanah yang becek dan akar yang tergenang air dapat menyebabkan

akar dan ubi mudah busuk. Tanah tidak terlalu padat atau keras yang dapat

menyebabkan pertumbuhan akar terhambat. Curah hujan 760 – 2500 mm/th

dengan bulan kering tidak lebih dari 6 bulan. Penanaman ubi kayu dapat

menggunakan benih tetapi pada umumnya tanaman ini diperbanyak secara

vegetatif dengan menggunakan stek. Penentuan varietas yang akan ditanam dilihat
10

dari tujuan penanaman serta sifat keunggulannya, jika tujuannya untuk bahan

pangan maka varietas yang digunakan ialah yang rasanya enak dengan tingkat

HCN rendah, sedangkan jika tujuan penanaman untuk dibuat tepung maka dipilih

varietas yang HCN tinggi. Varietas juga dipilih berdasarkan sifat unggulan ubi

kayu yaitu produksi tinggi, kadar karbohidrat tinggi, serta tahan akan hama

penyakit (Najiyati, 2000).

2.1.2. Budidaya Ubi Kayu

1. Persiapan Lahan

Tanah dibersihkan dari sisa tanaman terdahulu, kemudian dilakukanya

pengolahan. Pengolahan tanah didasarkan pada jenis tanah, yaitu:

a. Tanah ringan atau gembur cukup dibajak atau dicangkul satu kali,

kemudian diratakan dan dapat langsung ditanami.

b. Tanah agak berat harus dibajak atau dicangkul 1–2 kali, kemudian

diratakan dan dibuat bedengan atau guludan, untuk selanjutnya ditanami

c. Tanah berat dan berair harus tanah dibajak atau dicangkul sebanyak dua

kali atau lebih, kemudian dibuat bedengan atau guludan sekaligus sebagai

saluran drainase. Penanaman dilakukan di atas guludan.

Pada lahan miring atau peka terhadap erosi, pengo lahan tanah harus dikelola

dengan sistem konservasi, yaitu:

a. Tanpa olah tanah

b. Pengolahan tanah minimal yaitu dengan pengolahan tanah secara larik atau

individual. Pengolahan tanah ini efektif untuk mengendalikan erosi


11

c. Pengolahan tanah sempurna dengan sistem guludan kontur, tanah dibajak

dengan traktor 3–7 singkal piring atau secara tradisional (dengan ternak)

sebanyak 2 kali atau satu kali yang diikuti dengan pembuatan guludan,

guludan dibuat searah kontur.

2. Persiapan Bibit Stek

Persiapan stek perkecambahan tergantung pada kondisi varietas, umur tanaman,

penyimpanan dan lingkungan. Teknik pengambilan stek :

a. Stek diambil bagian tengah dari tanaman yang berumur 8–12 bulan.

b. Batang dapat digunakan sebagai stek apabila masa penyimpanannya

kurang dari 30 hari setelah panen, atau pada kondisi batang masih segar.

c. Panjang stek optimum adalah 20–25 cm.

d. Sebelum tanam, stek dapat diperlakukan dengan insekt isida dan fungisida

untuk mencegah serangan hama dan penyakit.

Untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman yang baik, maka harus dipilih tanaman

yang sehat, diameter stek antara ± 2 cm dan umurnya seragam. Pada saat

pemotongan stek, diusahakan kulit batang tidak terkelupas agar tidak mudah

kering dan petumbuhannya baik.

Untuk perbanyakan stek ubi kayu menggunakan stek mini, dilakukan dengan cara:

a. Stek dipotong setiap 2–3 mata tunas

b. Potongan stek direndam dalam air yang telah diberi perlakuan fungisida

(Benlate 1–2 cc/liter) untuk mencegah tumbuhnya jamur

c. Kemudian stek siap ditanam.


12

Untuk perbanyakan stek ubi kayu menggunakan stek normal (panjang 20–25 cm),

dilakukan dengan cara:

a. Stek dipotong sepanjang 20–25 cm

b. Potongan stek direndam selama 1–2 jam, dalam air yang telah diberi

perlakuan fungisida (Benlate 1–2 cc/liter) untuk mencegah tumbuhnya

jamur.

c. Selanjutnya stek dapat langsung ditanam.

3. Penanaman

Cara Tanam Ubi Kayu:

a. Untuk perbanyakan stek mini: stek mini yang sudah diperam hingga

bertunas, ditanam dengan posisi tidur, 3–5 cm di bawah permukaan tanah.

b. Untuk perbanyakan stek ukuran normal (20–25 cm): stek yang sudah siap

ditanam dengan posisi tegak, dengan 1/4 bagian berada di bawah

permukaan tanah.

Jarak tanam Jarak tanam yang digunakan:

a. Normal : 100 x 80 cm2 (12.500 tanaman per hektar) dan 100 x 75 cm2

(13.333 tanaman per hektar)

b. Rapat : 80 x 50 cm2 (25.000 tanaman per hektar) dan 50 x 50 cm2 (40.000

tanaman per hektar)

4. Pemupukan

a. Pupuk kandang diberikan pada saat pembuatan guludan (5–10 t/ha)


13

b. Pupuk dasar diberikan pada 1 bulan setelah tanam, dengan ditugalkan pada

jarak 10–15 cm dari pangkal batang (100 kg Urea, 100 kg SP36, 50 kg

KCl per ha)

c. Pupuk ke dua diberikan pada umur 3–4 bulan setelah tanam dengan dosis

100 kg Urea dan 50 kg KCl per ha.

5. Penyiangan, pembumbunan dan wiwil

Kelemahan ubi kayu pada saat awal pertumbuhan tidak mampu bersaing dengan

gulma. Periode kritis atau periode tanaman harus bebas gangguan gulma adalah

antara 5–10 minggu setelah tanam. Bila pengendalian gulma tidak dilakukan

selama periode kritis, produktivitas akan turun sampai 75% dibandingkan kondisi

bebas gulma. Oleh karena itu, pengendalian gulma dilakukan 2 tahap, yaitu pada

umur 4–5 minggu setelah tanam dan 8 minggu setelah tanam. Pembumbunan

bertujuan untuk menggemburkan tanah. Pembumbunan dilakukan pada umur 2–4

bulan. Pada umur ini tanaman ubi kayu mulai melakukan pembentukan ubi,

sehingga dibutuhkan tekstur tanah yang gembur untuk perkembangan ubinya.

Wiwil atau pengurangan tunas dilaksanakan pada umur 3 bulan dengan

menyisakan 2 tunas yang pertumbuhannya normal.

6. Pengairan

Pengairan secara intensif dilakukan hingga tanaman berumur 4–5 bulan, dengan

interval 1 bulan sekali. Selanjutnya, pengairan dilakukan 1-2 bulan sekali atau

tergantung pada kondisi tanah.

7. Pengendalian hama dan penyakit


14

Hama utama pada tanaman ubi kayu adalah tungau merah (Tetranychus urticae).

Hama ini banyak dijumpai di daerah beriklim kering. Hama ini banyak dijumpai

pada musim kemarau. Pengendalian hama tersebut dapat dilakukan dengan

menggunakan serbuk biji bengkuang 50 g/liter air, fumigasi menggunakan larutan

belerang dicampur dengan larutan sabun juga efektif dalam mengendalikan hama

tungau merah. Untuk penyakit yang biasa dijumpai adalah Xantho monas

manihotis (jenis bakteri), gejala serangan: daun mengalami bercak-bercak seperti

terkena air panas. Pengendalian dilakukan dengan menggunakan bakterisida dan

penyakit bercak daun (Cercospora henningsii) yang sering dijumpai menyerang

daun yang sudah tua.

8. Pemanenan

Pemanenan dapat dilakukan pada tanaman berumur 8–12 bulan setelah tanam.

Apabila dipanen pada umur sebelum 8 bulan setelah tanam akan mempengaruhi

kualitas hasil dan batang steknya, batang stek yang masih muda kalau ditanam

cepat kering, selain itu stek yang dihasilkan masih sedikit (3-4 stek). Demikian

juga kalau dipanen pada umur di atas 12 bulan setelah tanam, kualitas stek

menurun karena stek terlalu tua, diameter stek > 3 cm. Diameter stek yang terlalu

besar, akan mempercepat transpirasi kalau stek ditanam, sehingga mempercepat

stek kering. Tanaman ubi kayu yang layak untuk diambil steknya apabila diameter

batang sudah mencapai 2-3 cm, bagian batang yang layak untuk stek lebih kurang

sudah mencapai 1 m. Produksi stek tergantung pada jenis varietas dan jarak tanam

yang digunakan. Pada varietas yang mempunyai batang yang tinggi akan

menghasilkan stek lebih banyak dibanding varietas dengan batang pendek.

Tanaman yang ditanam rapat dapat menghasilkan jumlah bibit yang lebih banyak
15

dibandingkan jarak tanam yang normal. Pada kegiatan produksi stek ubi kayu

selain menghasilkan stek, ubinya juga dapat dipanen. Beberapa hasil penelitian

menunjukkan bahwa produksi stek dengan menerapkan jarak tanam rapat, di

samping menghasilkan stek dalam jumlah banyak juga menghasilkan ubi. Hasil

ubi yang dicapai tidak berbeda nyata dengan jarak tanam normal.

9. Penyimpanan bibit atau stek ubi kayu

Bibit atau stek yang sudah dipanen sebaiknya segera dipinggirkan dan

ditempatkan secara tegak dalam posisi terbalik di tempat yang teduh seperti di

bawah pohon yang terlindung dari panas matahari secara langsung. Membiarkan

bibit terkena sinar matahari akan mengakibatkan stek menjadi kering. Penundaan

waktu tanam hingga 2-4 minggu dari saat stek dipanen akan mengakibatkan

kualitas bibit menjadi rendah karena adanya gangguan dari mikroba dan kadar air

dalam stek sudah sangat rendah sehingga mengganggu daya tumbuh maupun

vigor tanaman.

2.1.3. Teori Pendapatan

Menurut Sadono Sukirno (2008) pendapatan adalah perolehan dari biaya-biaya

faktor produksi atau jasa-jasa produktif. Pengertian ini menunjukan bahwa

pendapatan adalah seluruh hasil yang berasal dari biaya faktor produksi maupun

total output yang dihasilkan untuk seluruh produksi dalam suatu perekonomian

dalam jangka waktu tertentu. Pemenuhan kebutuhan dasar manusia seperti

sandang, pangan dan papan dilihat dari besar kecilnya pendapatan yang diterima

oleh per individu. Hal ini sesuai dengan pendapat dalam buku “Teori Ekonomi”
16

semakin tinggi pendapatan diposibel yang diterima oleh rumah tangga, maka

semakin besar konsumsi yang dibelanjakan. (Sadono Sukirno, 2002).

Winardi (2007) menjelaskan bahwa pendapatan adalah hasil berupa uang atau

materi lainnya yang diperoleh dari pemanfaatan modal atau kekayaan. Jika

melihat pendapat yang dijelaskan diatas dapat disimpulkan bahwa pendapatan

seseorang adalah jumlah penggunaan kekayaan jasa-jasa yang dimilikinya baik

dalam bentuk uang atau dalam bentuk materi lainnya.

Pendapatan usahatani dibagi menjadi dua yaitu: (1) pendapatan kotor, pendapatan

yang diperoleh dalam usahatani selama satu tahun yang dapat diperhitungkan dari

hasil penjualan atau pertukaran hasil produksi yang dinilai dalam rupiah

berdasarkan harga persatuan berat pada saat pemungutan hasil, (2) pendapatan

bersih, yaitu seluruh pendapatan yang diperoleh petani dalam satu tahun dikurangi

dengan biaya produksi selama proses produksi. Biaya produksi meliputi biaya rill

sarana produksi dan biaya rill tenaga kerja Gustiyana (2004).

2.1.3.1 Biaya Usahatani

Biaya adalah nilai dari seluruh sumberdaya yang digunakan untuk memproduksi

suatu barang. Biaya Usahatani Biaya dalam pengertian ekonomi adalah semua

bahan yang harus ditanggung untuk menyediakan barang agar siap dipakai oleh

konsumen.

Menurut Soekartawi (1995), biaya usahatani biasanya diklasifikasikan menjadi

dua, yaitu:

1. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang relatif jumlahnya dan terus

dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Jadi,

besarnya biaya tetap ini tidak tergantung pada besar kecilnya biaya produksi
17

yang diperoleh. Biaya ini terdiri dari pajak dan penyusutan alat produksi. Biaya

tetap merupakan biaya yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh besar

kecilnya produksi, sedangkan biaya variabel adalah jenis biaya yang besar

kecilnya berhubungan dengan besar kecilnya produksi.  Dalam usahatani yang

termasuk biaya tetap adalah sewa lahan, biaya penyusutan alat dan pembayaran

bunga modal. Biaya tetap merupakan biaya yang jumlahnya relatif tetap, dan

terus dikeluarkan meskipun tingkat produksi usahatani tinggi ataupun rendah,

dengan kata lain jumlah biaya tetap tidak tergantung pada besarnya tingkat

produksi (Soekartawi, 2006).

Biaya tetap dapat dihitung dengan cara sebagai berikut :


n
FC = ∑ Xi . Pi
i=1

Keterangan :

FC : Fixed Cost (Biaya tetap) (Rp)


Xi : Jumlah input yang membentuk biaya tetap (Rp)
Pi : Harga input (Rp)
n : Macam input (Seokartawi, 1993) (Rp)

2. Biaya Tidak Tetap (variabel cost) adalah biaya yang besar kecilnya

dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Biaya ini terdiri dari biaya produk,

pemeliharaan, bibit, pupuk, pestisida, biaya panen dan lain-lain. Biaya variabel

adalah biaya perusahaan yang bisa berubah secara proporsional tergantung

produksi yang dikeluarkan. Biaya variabel bisa naik atau turun tergantung pada

volume produksi perusahaan. Biaya variabel akan naik saat produksi

meningkat dan turun saat produksi juga menurun, tidak seperti biaya tetap yang

sifatnya tidak tergantung dengan proses produksi. Biaya variabel ini dapat

dihitung sebagai jumlah biaya marginal dari semua unit yang diproduksi atau
18

biaya yang berkaitan langsung dengan produksi suatu barang. Biaya variabel

juga terkadang disebut sebagai biaya unit-level atau biaya tingkat level karena

biaya-biaya variabel tersebut bervariasi dengan jumlah unit yang diproduksi

(Soekartawi, 1995).

Biaya tidak tetap dapat dihitung dengan cara yang sama seperti menghitung

biaya tetap yaitu :


n
VC = ∑ Xi . Pi
i=1

Keterangan :

VC : Variabel Cost (Biaya tidak tetap) (Rp)


Xi : Jumlah input yang membentuk biaya tidak tetap (Rp)
Pi : Harga input (Rp)
n : Macam input (Rp)

2.1.3.2 Penerimaan

Menurut (Boediono, 2002) Penerimaan petani dipengaruhi oleh hasil produksi.

Petani menambah hasil produksi bila tiap tambahan produksi tersebut menaikkan

jumlah penerimaan yang diperoleh. Penerimaan (revenue) adalah penerimaan dari

hasil penjualan outputnya. Penerimaan usahatani ialah besarnya nilai total

produksi, yaitu semua output yang dihasilkan dari suatu usahatani dikalikan

dengan harga perunit output. Dalam prakteknya, petani dalam mengusahakan

lahannya tidak hanya satu macam usahatani saja, sehinga penerimaan yang

diperoleh juga lebih dari satu sumber. Cara mengusahakannyapun sangat

beragam, ada yang secara monokultur, tumpangsari bahkan ada yang

mengusahakan secara terpadu. Dengan demikian, maka penerimaan yang

diperoleh petani juga merupakan penjumlahan semua penerimaan dari hasil

usahataninya yang diusahakan di atas lahannya.


19

Menurut Soekartawi (1995) dalam (Imani, 2016) Penerimaan adalah perkalian

antara output yang dihasilkan dengan harga jual. Secara sistematis dapat ditulis

sebagai berikut:

TR = Q x P

Keterangan:

TR = Penerimaan total

Q = Jumlah produk yang dihasilkan

P = Harga

2.1.3.3 Pendapatan

Pendapatan adalah hasil bersih dari kegiatan suatu usahatani yang diperoleh dari

hasil bruto (kotor) dikurangi biaya yang digunakan dalam proses produksi dan

biaya pemasaran (Mubyarto, 1989). Pendapatan usahatani adalah selisih antara

penerimaan dan keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam satu masa

produksi (Soekartawi, 2002). Pendapatan ini menjadi indikator keberhasilan

petani dalam kegiatan usahatani yang dilakukannya.

Menurut (Soekartawi, 2006), Pendapatan usahatani adalah selisih antara

penerimaan dan semua biaya usahatani. Pendapatan merupakan selisih antara

penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan selama satu musim tanam.

Pendapatan dapat diketahui dengan mengurangi penerimaan dengan total biaya

yang dikeluarkan dalam satu kali proses produksi.

Pendapatan dapat dihitung dengan mengunakan rumus sebagai berikut:

𝛑 = TR – TC
20

Keterangan :

π: Pendapatan usahatani (Rp)

TR: Total penerimaan usahatani (Rp)

TC: Total biaya usahatani (Rp)

Pendapatan usahatani digambarkan sebagai sisa pengurangan nilai-nilai

penerimaan usahatani dengan biaya yang dikeluarkan, yang mana penerimaan

adalah hasil perkalian dari jumlah total produksi dengan harga produk, sedangkan

pengeluaran adalah nilai penggunaan sarana produksi dan lain-lain yang

diperlukan atau dibebankan kepada proses produksi yang bersangkutan

(Soekartawi, 2002).

Marrisa (2010) tingkat pendapatan usaha dapat diukur mengunakan analisis

penerimaan dan biaya (R/C Ratio) yang disarankan pada perhitungan secara

finansial. Analisis R/C ratio atau Return and Cost ratio (R/C ratio) merupakan

perbandingan antara nilai output terhadap nilai inputnya atau perbandingan antara

penerimaan dan pengeluaran usahatani.

2.1.4. Pendapatan Rumah Tangga

Menurut Sukirno (2005), pendapatan rumah tangga adalah penghasilan dari

seluruh anggota rumah tangga yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan

keluarga ataupun perorangan anggota rumah tangga. Pendapatan seseorang dapat

berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki. Jika

pendapatan seseorang berubah maka akan berubah pula besarnya pengeluaran

mereka untuk konsumsi suatu barang. Pendapatan merupakan faktor yang penting

dalam mempengaruhi konsumsi seseorang atau masyarakat terhadap suatu barang.


21

Pendapatan dan kekayaan merupakan ukuran utilitas yang tak sempurna,

keduanya tidak memiliki subtitusi yang berwujud. Pendapatan ekonomi

didefinisikan sebagai jumlah uang yang bisa dibelanjakan oleh suatu rumah

tangga selama suatu periode tertentu tanpa meningkatkan atau menurunkan aset

bersihnya (Case dan Fair, 2007). Sumber pendapatan rumah tangga digolongkan

ke dalam dua sektor, yaitu sektor pertanian dan non pertanian. Sumber pendapatan

dari sektor pertanian dapat dirincikan lagi menjadi pendapatan dari usahatani,

ternak, buruh petani, menyewakan lahan dan bagi hasil. Sumber pendapatan dari

sektor non pertanian dibedakan menjadi pendapatan dari industri rumah tangga,

perdagangan, pegawai, jasa, buruh non pertanian serta buruh subsektor pertanian

lainnya (Sajogyo, 1997).

Menurut Kusmantoro Edy, 2009 pendapatan rumah tangga petani di lahan kering

meliputi usaha On farm, Off farm dan Non farm.

2.1.4.1 Konsep On Farm

Agribisnis merupakan konsep dari suatu sistem yang integratif yang terdiri dari

beberapa subsistem, yaitu subsistem pengadaan sarana produksi pertanian,

subsistem produksi usaha tani, subsistem pengolahan dan industri hasil pertanian

(agroindustri), subsistem pemasaran hasil pertanian dan subsistem kelembagaan

penunjang kegiatan pertanian. Subsistem kedua dan sebagian dari subsistem

pertama dan ketiga diatas merupakan on-farm agribusiness (Krisnamurthi, 2000).

Sub-sistem pertanian primer (on-farm agribusiness), adalah suatu sub-sistem yang

bergerak dalam kegiatan budidaya atau usahatani yang menghasilkan komoditi

pertanian primer (usahatani perkebunan, tanaman pangan, usahatani perikanan,


22

usahatani tanaman obat-obatan (biofarmaka), usaha hortikultura, usaha kehutanan,

dan usaha peternakan) (Purnomo. 2009). Sub-sistem on-farm dikatakan kegiatan

primer atau inti, karena kondisi yang terjadi dalam sub-sistem ini akan

mempengaruhi secara langsung terhadap sub-sistem agribisnis yang lainnya

terutama sub-sistem hulu(input) dan sub-sistem hilir(pengolahan dan pemasaran).

Apabila tingkat output, efisiensi dan ukuran sub-sistem ini berkembang lebih baik

maka sub-sistem yang lain juga ikut berkembang menjadi lebih baik (Kurniawan,

2012).

Sumber pendapatan rumah tangga digolongkan kedalam dua sektor, yaitu sektor

pertanian dan non pertanian. Sumber pendapatan dari sektor pertanian dapat

dirincikan lagi menjadi pendapatan dari usahatani, ternak, buruh petani,

menyewakan lahan dan bagi hasil. Sumber pendapatan dari sektor non pertanian

dibedakan menjadi pendapatan dari industri rumah tangga, perdagangan, pegawai,

jasa, buruh non pertanian serta buruh subsektor pertanian lainnya (Sajogyo, 1990).

2.1.4.2. Konsep Off Farm

Menurut Arham (2014), kegiatan off farm adalah pendapatan yang diperoleh dari

3 subsistem agribisnis :

a. Subsistem hulu (upstream agribusiness/off farm)

Ini merupakan kegiatan ekonomi yang menyediakan sarana produksi bagi

pertanian, seperti industri dan perdagangan agrokimia (pupuk, pestisida,

dll), industri agrootomotif (mesin dan peralatan), dan industri benih/bibit.

b. Subsistem hilir (downstream agribusiness/off farm)


23

Berupa kegiatan ekonomi yang mengolah produk pertanian primer

menjadi produk olahan, baik produk antara maupun produk akhir, beserta

kegiatan perdagangan di pasar domestik maupun di pasar internasional.

Kegiatan ekonomi yang termasuk dalam subsistem agibisnis hilir ini

antara lain adalah industri pengolahan makanan, industri pengolahan

minuman, industri pengolahan serat (kayu, kulit, karet, sutera, jerami),

industri jasa boga, industri farmasi dan bahan kecantikan, dan lain-lain

beserta kegiatan perdagangannya

c. Subsistem lembaga penunjang (off farm)

Seluruh kegiatan yang menyediakan jasa bagi agribisnis, seperti lembaga

keuangan, lembaga penelitian dan pengembangan, lembaga transportasi,

lembaga pendidikan, dan lembaga pemerintah (kebijakan fiskal dan

moneter, perdagangan internasional, kebijakan tata-ruang, serta kebijakan

lainnya). Pendapatan off farm adalah suatu pendapatan yang didapatkan

dari masyarakat dalam lingkup pertanian. Pendapatan off farm meliputi

pendapatan yang berasal dari kegiatan buruh tani, pengrajin gula, kelapa

dan peternakan (Edy, 2009).

2.1.4.3. Konsep Non Farm

Kegiatan non-farm meliputi kegiatan yang berkaitan dengan upaya meningkatkan

pendapatan di luar pertanian dan jasa, seperti berdagang hasil pertanian,

melakukan usaha kecil sendiri dan upaya memperoleh pendapatan dalam rangka

menghadapi beberapa risiko yaitu "diversifikasi kegiatan atau diversifikasi

lingkungan" di bidang pertanian (Carter, 1999).


24

Ellis (1998) mendefinisikan bahwa diversifikasi mata pencaharian sebagai proses

yang terjadi pada keluarga-keluarga perdesaan dengan membangun portofolio

beragam dalam kegiatan ekonomi untuk bertahan hidup dan meningkatkan standar

hidupnya. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa diversifikasi mata pencaharian tidak

selalu identik dengan diversifikasi pendapatan. Aktivitas non farm pedesaan (rular

non farm activity=RNFA), mengacu pada aktivitas non pertanian yang

menghasilkan pendpatan dari rumah tangga dan anggota rumah tangga pedesaan,

tanpa memperhatikan apakah rumah tangga itu memiliki usahatani atau tidak. Jadi

RNFA tidak termasuk pekerjaan pertanian pada usahatani atau perkebunan lain

( White, 1986).

Jadi peluang kerja bukan pertanian (rular non farm employment) mencakup semua

kegiatan ekonomi seperti industri, industri rumah tangga, bengkel reparasi,

angkutan perdagangan, dan semua kegiatan yang dilakukan untuk tujuan

komersial diluar kegiatan pertanian yang dilakukan di daerah. Semua kegiatan ini

dilakukan oleh rumah tangga tani yang sementara dan permanen sifatnya (Effendy

at all, 1990).

2.1.5. Teori Kesejahteraan

Konsep kesejahteraan menurut Nasikun (1993) dirumuskan sebagai padanan

makna dari konsep martabat manusia yang dapat dilihat dari empaat indikator

yaitu : rasa aman (security), kesejahteraan (welfare), kebebasan (freedom), dan

jati diri (Identity).

Menurut Suediyono (1985), kesejahteraan sosial merupakan kondisi kehidupan

atau keadaan sejahtera, yakni terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan jasmaniah,


25

rohaniah dan sosial. Dengan demikian, istilah kesejahteraan sering diartikan

sebagai kondisi sejahtera yaitu suatu keadaan terpenuhinya segala kebutuhan

hidup, khususnya yang bersifat mendasar seperti makanan, pakaian, perumahan,

pendidikan, dan perawatan kesehatan.

Menurut Kolle (1974) dalam Bintarto (1989), kesejahteraan dapat diukur dari

beberapa aspek kehidupan: Di lihat dari kualitas hidup dari segi materi, seperti

bahan pangan, kualitas rumah, di lihat dari kualitas hidup dari segi fisik, seperti

kesehatan tubuh, lingkungan alam, di lihat dari kualitas hidup dari segi mental,

seperti fasilitas pendidikan, lingkungan budaya, dan di lihat dari kualitas hidup

dari segi spiritual, seperti moral, etika, keserasian penyesuaian, dan sebagainya.

Parameter yang digunakan untuk menentukan tingkat kesejahteraan yaitu

menurut Badan Pusat Statistik (2014). Menjelaskan bahwa kesejahteraan adalah

suatu kondisi dimana seluruh kebutuhan jasmani dan rohani dari rumah tangga

tersebut dapat dipenuhi sesuai dengan tingkat hidup. Dimensi kesejahteraan

rakyat disadari sangat luas dan kompleks, sehingga suatu taraf kesejahteraan

rakyat hanya dapat terlihat melalui suatu aspek tertentu. Oleh karena itu,

kesejahteraan rakyat dapat diamati dari berbagai aspek yang spesifik yaitu:

a) Kependudukan

Penduduk merupakan faktor yang perlu diperhatikan dalam proses

pembangunan, karena dengan kemampuannya mereka dapat mengelola

sumber daya alam sehingga mampu memenuhi kebutuhan 34 hidup bagi diri

dan keluarganya secara berkelanjutan. Jumlah penduduk yang besar dapat

menjadi potensi tetapi dapat menjadi beban juga dalam proses pembangunan
26

jika kualitasnya rendah. Oleh karena itu, dalam menangani masalah

kependudukan, pemerintah tidak hanya mengarahkan pada upaya

pengendalian jumlah penduduk, tetapi juga menitikberatkan pada peningkatan

kualitas sumber daya manusia.

b) Kesehatan dan gizi

Kesehatan dan gizi bagian dari indikator kesejahteraan penduduk dalam hal

kualitas fisik. Kesehatan dan gizi berguna untuk melihat gambaran tentang

kemajuan upaya peningkatan dan status kesehatan masyarakat dilihat dari

segi penolong persalinan bayi, ketersediaan sarana kesehatan, dan jenis

pengobatan yang dilakukan.

c) Pendidikan

Maju tidaknya suatu bangsa terletak pada kondisi tingkat pendidikan.

Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka bangsa akan semakin maju.

Pemerintah berharap tingkat pendidikan anak semakin membaik, dan

tentunya akan berdampak pada tingkat kesejahteraan penduduk.

d) Ketenagakerjaan

Ketenagakerjaan merupakan aspek penting untuk menunjukkan kesejahteraan

masyarakat dengan indikator keberhasilan pembangunan ketenagakerjaan

diantaranya adalah Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dan Tingkat

Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK).

e) Konsumsi atau pengeluaran rumah tangga

Pengeluaran rumah tangga merupakan indikator yang dapat memberikan

gambaran keadaan kesejahteraan penduduk. Semakin tinggi pendapatan,

maka porsi pengeluaran akan bergeser dari pengeluaran untuk makanan ke


27

pengeluaran bukan makanan. Pergeseran pola pengeluaran terjadi karena

elastisitas permintaan terhadap makanan pada umumnya rendah, sebaliknya

elastisitas permintaan terhadap barang bukan makanan pada umumnya tinggi.

f) Perumahan dan lingkungan

Rumah berfungsi sebagai tempat untuk berteduh atau berlindung dari panas

dan hujan juga menjadi tempat berkumpulnya keluarga. Secara umum,

kualitas rumah tinggal menunjukkan tingkat kesejahteraan suatu rumah

tangga, dimana kualitas tersebut dapat dilihat melalui fisik rumah tersebut

seperti fasilitas yang digunakan dalam kehidupan sehari- hari. Berbagai

fasilitas yang mencerminkan kesejahteraan rumah tangga tersebut diantaranya

dapat terlihat dari luas lantai rumah, sumber air minum, dan fasilitas tempat

buang air besar.

g) Sosial dan lain-lain

Indikator sosial lainnya yang mencerminkan kesejahteraan adalah persentase

penduduk yang melakukan perjalanan wisata, persentase yang menikmati

informasi dan hiburan meliputi menonton televisi, mendengarkan radio,

membaca surat kabar, dan mengakses internet. Selain itu, persentase rumah

tangga yang mengusai media informasi seperti telepon, handphone, dan

komputer serta banyaknya rumah tangga yang membeli beras murah/raskin

juga dapat dijadikan sebagai indikator kesejahteraan .

2.1.6. Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kesejahteraan

Telah diketahui bahwa kesejahteraan dapat diperoleh apabila terjadi

keseimbangan atau keserasian antara pemenuhan kebutuhan jasmani dan

kebutuhan rohani. Biro Pusat Statistik Indonesia (2000) menerangkan bahwa


28

untuk melihat tingkat kesejahteraan rumah tangga suatu wilayah beberapa

indikator yang menjadi ukuran, antara lain:

a. Tingkat pendapatan keluarga.

b. Komposisi pengeluaran rumah tangga dengan membandingkan

pengeluaran untuk pangan dan non-pangan.

c. Tingkat pendidikan keluarga.

d. Tingkat kesehatan keluarga, dan

e. Kondisi perumahan serta fasilitas yang dimiliki dalam rumah tangga.

Melihat indikator dari Biro Pusat Statistik tersebut kiranya pendidikan memanglah

penting dalam rangka peningkatan kesejahteraan keluarga. Menempuh pendidikan

penting dilakukan guna meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang

dimiliki. Dengan menempuh pendidikan diharapkan seseorang mempunyai pola

pikir yang lebih maju sehingga dia mempunyai lebih banyak pilihan untuk

melakukan sesuatu guna mencapai kesejahteraan hidupnya.


v

2.2 Penelitian Terdahulu

N Judul/Penulis/ Temuan Penelitian Tujuan Metode Penelitian Hasil Penelitian


o Tahun Penelitian
Penulisan
1. Pendapatan Dan Usahatani yang dilakukan *Mengetahui Penelitian dilakukan secara * Rata-rata pendapatan petani ubi
Kesejahteraan oleh petani ubi kayu belum pendapatan sengaja (purposive). Penelitian kayu per hektar berdasarkan biaya tunai dan
Rumah Tangga efisien, maka jumlah produksi usahatani ubi menggunakan metode Survei. biaya total sebesar Rp21.931.956,97/th dan
Petani Ubi Kayu yang dihasilkan akan rendah kayu Pengambilan data melalui Rp20.795.322,09/th serta diperoleh nisbah
Di Kecamatan dan akan berpengaruh *Mengetahui wawancara dengan penerimaan (R/C rasio) atas biaya tunai dan
Sukadana terhadap tingkat pendapatan. pendapatan rumah menggunakan kuesioner. atas total sebesar 4,71 dan 3,95.
Kabupaten tangga petani ubi * Pendapatan rumah
Lampung Timur kayu Jenis data yang digunakan tangga pada petani ubi kayu di Kecamatan
*Mengetahui terdiri dari data primer dan data Sukadana Lampung Timur bersumber dari
Agum tingkat sekunder. pendapatan usahatani (on farm), kegiatan
Muhammad Kesejahteraan Metode pengambilan sampel pertanian di luar on farm (off farm) dan
Iqbal, Dyah rumah tangga menggunakan metode acak aktivitas di luar kegiatan pertanian (non
Aring Hepiana petani ubi kayu. sederhana (simple random farm). Rata-rata pendapatan rumah tangga
Lestari, sampling) (Arikunto 2010) petani ubi kayu sebesar
Achdiansyah Rp27.126.481,25/tahun.
Soelaiman * Dalam menghitung tingkat kesejahteraan,
penelitian ini menggunakan indikator
JIIA, VOLUME Sajogyo yang melihat kesejahteraan suatu
2 No. 3, JUNI rumah tangga berdasarkan perhitungan
2014 pengeluaran rumahtangga petani baik untuk
pangan dan non-pangan.
Sajogyo (1977) menjelaskan bahwa tingkat
kemiskinan diukur dengan menggunakan
konsep pengeluaran per kapita per tahun
yang diukur dengan menggunakan standar
harga beras per kilogram di tempat dan pada
waktu penelitian. Rumah tangga petani
ubi kayu yang tergolong dalam kategori
cukup sebanyak 18 orang (37,50%),
sedangkan sisanya sudah layak sebanyak 30
orang (62,50%)

30
30

2. Faktor-Faktor Memperhatikan beberapa *Tingkat teknik sampling simple random * Pendapatan usahatani Ubi kayu Nuabosi
yang keunggulan ubi kayu Nuabosi pendapatan petani sampling, penentuan responden per luas lahan 0,25 hektar, jika dijual di
Mempengaruhi dan peningkatan harga produk ubi kayu Nuabosi, dengan rumus Slovin. pasar kabupaten adalah sebesar Rp
Pendapatan dan dari tahun ke tahun, *faktor-faktor 128.994.043,- dan bila dijual di kebun petani
Prospek seyogyanya usahatani ubi yang adalah sebesar Rp. 102.311.543,-.
Usahatani Ubi kayu Nuabosi diharapkan mempengaruhi * Variabel bebas yang berpengaruh
Kayu Varietas mampu memberikan pendapatan signifikan dan bertanda positif terhadap
Lokal Nuabosi di sumbangan terhadap usahatani ubi pendapatan usahatani adalah variabel luas
Desa Randotonda perekonomian keluarga kayu Nuabosi lahan, produktivitas, efisiensi biaya tenaga
Kecamatan Ende petani, dan sekaligus menjadi *Bagaimanakah kerja, dummy pola tanam dan lama
Kabupaten Ende. dorongan bagi petani agar trend produksi ubi berusahatani, sedangkan variabel umur
selalu memperhatikan kayu Nuabosi. berpengaruh signifikan dan bertanda negatif.
Willybrordus peningkatan produktivitas * Perkembangan produksi dan luas lahan
Lanamana1), pada tahun-tahun yang akan usahatani ubi kayu Nuabosi dari tahun 2020
Philipus Nerius datang. sampai 2024 memiliki trend yang
Supardi2) meningkat. Disarankan kepada petani ubi
kayu Nuabosi perlu, menambah luas lahan,
Jurnal Sosio meningkatkan produktivitas usahatani, dan
Agribisnis (JSA) meningkatkan efisiensi biaya tenaga kerja
e-ISSN: 2502- agar endapatan usahatani meningkat. Selain
3292 Volume 5 itu, perlu dilakukan pendampingan dari
Nomor 2 petugas penyuluh lapangan dan perguruan
(Oktober 2020) tinggi kaitannya dengan perbaikan teknologi
Halaman 94-103 budidaya, akses ke harga input pertanian dan
pemasaran.
v

3. Pendapatan Dan secara makro usahatani ubi- *menganalisis diambil secara stratified *Pendapatan rumah tangga petani ubi kayu
Kesejahteraan kayu terlihat menguntungkan, tingkat proporsional simple random semakin beragam dan mulai mengarah ke
Rumah Tangga tetapi ke-nyataannya pada pendapatan dan sampling. Analisis data meng- sumber pendapatan dari kegiatan non dan off
Petani Ubi kayu usahatani ubi kayu meng- kesejahteraan gunakan metode deskriptif farm. Namun demikian pendapatan
Di Provinsi hadapi banyak permasalahan rumah tangga kuantitatif usahatani ubi kayu masih memiliki pangsa
Lampung seperti: keter-batasan petani ubi kayu yang dominan dalam pendapatan rumah
penguasaan teknologi *menganalisis tangga petani ubi kayu. Semakin beragam
Wan Abbas produksi, keterbatasan modal faktor faktor yang mata pencarian petani ubi kayu maka
Zakaria1, Teguh usahatani, manajemen mempengaruhi semakin tinggi tingkat kesejahteraan rumah
Endaryanto2, budidaya yang belum efisien, tingkat tangga. Berdasarkan kriteria BPS dan
Lidya Sari Mas tidak adanya jaminan pasar kesejahteraan Sayogyo, sebagian besar rumah tangga
Indah3, yang menyebabkan rendahnya rumah tangga petani ubi kayu berada pada golongan hidup
I Rani Mellya harga yang diterima petani petani ubi kayu. layak dan sejahtera.
Sari4, dan Abdul karena posisi tawar
Mutolib5. (bargaining position) petani *Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
terhadap pabrik sangat kesejahteraan rumah tangga petani ubi-kayu
Jurnal rendah, semakin rendahnya di Desa Gunung Agung Kecamatan Terusan
Agribisnis tingkat kesuburan tanah yang Nunyai Kabupaten Lampung Tengah yaitu
Indonesia menyebabkan produktivitas jumlah pekerjaan, penga-laman
(Journal of ubi kayu semakin rendah dan berusahatani, dan pendapatan rumah tangga.
Indonesian semakin besar kebutuhan
Agribusiness) 83 input dan biaya yang
Vol 8 No 1, Juni dikeluarkan dalam usahatani
2020; halaman ubi kayu.
83-93
4. Analisis Mayoritas masyarakat di *mengetahui Penelitian ini dilaksanakan *Rata-rata tingkat pendapatan rumah tangga
Pendpatan dan Kecamatan Terbanggi Besar tingkat dengan metode survei. petani ubi kayu sebesar Rp685.276,62 per
Tinkat yang bekerja sebagai petani, pendapatan Pemilihan lokasi dilakukan bulan dengan kontribusi sebesar 36,93
Kesejahtraan khususnya tanaman ubi kayu usahatani ubi secara sengaja (purposive), persen. *Berdasarkan kriteria BPS (2014),
Rumah Tangga masih banyak yang belum kayu Metode pengambilan simple jumlah penduduk Kecamatan Terbanggi
Petani Ubi Kayu sejahtera. Tentu ini *kontribusinya random sampling Besar yang masuk ke dalam golongan belum
di Kecamatan memberikan pertanyaan besar terhadap sejahtera sebesar 66,67 persen, lebih tinggi
Terbanggi Besar bahwa sektor pertanian pendapatan rumah dibandingkan golongan penduduk sejahtera
Kabupaten khususnya ubi kayu sebagai tangga yang sebesar 33,33 persen.
Lampung pemegang produksi terbesar *mengetahui
Tenggah di Kabupaten Lampung tingkat

32
32

Sony Putra 1, Tengah belum mampu kesejahteraan


Rabiatul memberikan jaminan petani ubi kayu di
Adawiyah 2, keberlangsungan hidup bagi Kecamatan
Achdiansyah petani. Terbanggi Besar
Soelaiman3, Kabupaten
Lampung Tengah
Jurnal Ilmu Ilmu
Agribisnis
(Journal Of
Agribusiness
Since), Volume 9
No 2, Mei 2021
5. Analisis Permintaan jagung Untuk Penelitian ini ditentukan secara *Pendapatan petani yang berasal dari
Pendapatan Dan diperkirakan akan terus mendapatkan sengaja (purposive). Teknik kegiatan on farm memberikan kontribusi
Tingkat mengalami peningkatan informasi tentang pengambilan sampel dilakukan lebih besar (86,85 persen) dibandingkan
Kesejahteraan sehingga berpeluang menjadi tingkat dengan metode acak sederhana dengan pendapatan yang berasal dari
Rumah Tangga komoditas yang sangat pendapatan (simple random sampling).. kegiatan lainnya (off farm dan non farm).
Petani Jagung Di menguntungkan. Selain itu, *Kesejahteraan Berdasarkan kriteria Sajogyo (1997), petani
Kecamatan Natar dengan terpenuhinya petani jagung di jagung di Kecamatan Natar Kabupaten
Kabupaten permintaan jagung diharapkan Kecamatan Natar. Lampung Selatan sebagian besar berada
Lampung Selatan pengembangan usahatani dalam kategori cukup yaitu sebesar 60,78
tanaman jagung mampu persen. *Sedangkan berdasarkan kriteria
Dian Komala meningkatkan pendapatan dan BPS (2007) rumah tangga petani jagung di
Sari, Dwi kesejahteraan petani sebagai Kecamatan Natar masuk dalam kategori
Haryono, Novi produsen. sejahtera yaitu sebesar 70,59 persen
Rosanti

JIIA, VOLUME
2, No. 1,
JANUARI 2014
34

2.3 Kerangka Pemikiran

Desa Gantiwarno merupakan desa yang penduduknya mayoritas bekerja sebagai

petani. Pertanian merupakan sektor penting bagi kehidupan masyarakat desa

Gantiwarno karena sektor pertanian merupakan sumber pendapatan utama

penduduk desanya untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Ubi kayu

merupakan komoditas yang cukup banyak di tanam oleh petani yang ada di Desa

Gantiwarno, oleh karena itu petani menjadikan usaha tani Ubi kayu sebagai

sumber utama pendapatannya. Rumah tangga petani Ubi kayu di Desa Gantiwarno

Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur juga dihadapkan dengan

masalah harga yang fluktuatif. Di sisi lain, harga input yang semakin meningkat

selain itu, sumber pendapatan rumah tangga digolongkan ke dalam dua sektor,

yaitu sektor pertanian dan non pertanian. Sumber pendapatan dari sektor pertanian

dapat dirincikan lagi menjadi pendapatan dari usahatani, ternak, buruh petani,

menyewakan lahan dan bagi hasil. Sumber pendapatan dari sektor non pertanian

dibedakan menjadi pendapatan dari industri rumah tangga, perdagangan, pegawai,

jasa, buruh non pertanian serta buruh subsektor pertanian lainnya. Oleh karena itu

perlu adanya kebijakan yang mampu mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi pendapatan dan tingkat kesejahteraan rumah tangga petani.

Kerangka pemikiran penelitian ini dapat di lihat pada gambar. 1


36

Rumah Tangga Petani Ubi Kayu di desa Gantiwarno Kecamatan Pekalongan


Kabupaten Lampung Timur

Biaya Produksi
Harga Biaya Biaya Harga
Tetap Variabel

Total biaya

Penerimaan

Pendapatan ubi Pendapatan Pendapatan


kayu
luar usahatani non usahatani

Faktor-Faktor Yang Pendapatan


Mempengaruhi Pendapatan kesejahteraan
Rumah Tangga
Petani (X)

Indikator kesejahteraan menurut


X1 = biaya bibit (Rp)
X2 = biaya pupuk kandang (Rp) BPS 2014 dan 2005:
X3 = biaya pupuk NPK(Rp)
X4 = biaya pupuk urea (Rp) 1. Kependudukan.
X5 = biaya pajak (Rp) 2. kesehatan dan gizi
X6 = biaya pestisida (Rp) 3. pendidikan
Y7 = biaya tenaga kerja (Rp) 4. Ketenagakerjaan
X8 = luas lahan (ha) 5. Taraf dan pola konsumsi
X9 = lama usahatani (th) 6. Perumahan dan lingkungan
X10 = umur (th)
7. Sosial dan lain-lain
8. Konsumsi atau pengeluaran
Analisis Regresi Linier rumah
Berganda 9. Pendapatan

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


Pendapatan dan Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Petani Ubi Kayu di Desa
Gantiwarno Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur
2.4. Hipotesis
36

Berdasarkan latar belakang masalah dan tujuan penelitian maka hipotesis yang

dapat diangkat sebagai dasar dalam pemecahan masalah adalah sebagai berikut:

1. Di duga faktor biaya bibit, biaya pupuk kandang, pupuk NPK, pupuk urea,

pajak, pestisida, tenaga kerja, luas lahan, lama usahatani dan umur

berpengaruh nyata terhadap pendapatan.

2. Di duga pendapatan rumah tangga petani ubi kayu di Desa Gantiwarno

Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur tinggi.

3. Di duga tingkat kesejahteraan rumah tangga petani ubi kayu di Desa

Gantiwarno Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur berada

pada kondisi sejahtera.


III. METODOLOGI PENENLITIAN

3.1. Definisi Operasional

Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang digunakan

untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan penelitian.

1) Pendapatan usahatani adalah penerimaan yang diperoleh petani setelah

dikurangi biaya produksi. Pendapatan usahatani diukur dalam satuan rupiah

per tahun (Rp/th).

2) Pendapatan rumah tangga adalah hasil penjumlahan dari pendapatan

usahatani dan non usahatai diukur dalam satuan rupiah per tahun (Rp/th).

3) Pendapatan usahatani non ubi kayu adalah seluruh pendapatan rumah tangga

petani yang bukan berasal dari usahatani ubi kayu setelah dikurangi dengan

biaya yang dikeluarkan selama proses produksi, yang diukur dalam satuan

rupiah (Rp).

4) Usaha non pertanian adalah usaha di luar sektor pertanian yang dilakukan

untuk menambah pendapatan keluarga, misalnya berdagang, wiraswasta,

buruh, dll.

5) Penerimaan adalah hasil yang diterima petani dihitung dengan mengalikan

jumlah produksi padi dengan harga produksi di tingkat petani yang diukur

dalam satuan rupiah (Rp).


37

6) Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan petani dalam usahatani yang

jumlahnya tidak tergantung dari besar kecilnya output yang diperoleh, diukur

dalam satuan rupiah (Rp).

7) R/C Rasio adalah perbandingan antara penerimaan total dan biaya total untuk

mengalasisis usahatani padi secara ekonomi menguntungkan atau tidak.

8) Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam ushatani

yang jumlahnya bergantung dengan besar kecilnya output, diukur dalam

satuan rupiah (Rp).

9) Harga produksi ubi kayu adalah harga yang diperoleh petani atas penjualan

per unit hasil produksi ubi kayu (Rp/kg).

10) Tingkat pendidikan merupakan pendidikan terakhir yang ditempuh oleh

responden. Dalam penelitian ini tingkat pendidikan diukur dari tahun

11) Luas lahan merupakan jumlah persentase areal pertanian yang dimiliki petani.

Kemudian dalam penelitian ini luas lahan dikelompokan menjadi tiga, yaitu

sempit, sedang dan luas. Diukur dalam satuan Hektar (Ha).

12) Kesejahteraan BPS (2014) dan BPS (2005) adalah tingkat kesejahteraan yang

diperoleh dari penskoran dari 9 variabel : Kependudukan, kesehatan dan gizi,

pendidikan, ketenagakerjaan, taraf dan pola konsumsi, perumahan dan

lingkungan, sosial dan lain-lain, konsumsi atau pengeluaran rumah tangga,

pendapatan. Klasifikasi yang digunakan adalah tingkat kesejahteraan baik,

cukup, kurang.

3.2. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Gantiwarno Kecamatan Pekalongan

Kabupaten Lampung Timur. Penentuan lokasi ini dilakukan secara sengaja


38

(purposive) dengan pertimbangan bahwa Desa Gantiwarno merupakan daerah

yang mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani ubi kayu. Penelitian ini akan

dilaksanakan pada bulan Desember 2021.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei yaitu penelitian

yang mengambil sampel menggunakan kuesioner sebagai pengumpul data.

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode wawancara yang

berpedoman pada kuesioner. Data yang digunakan dalam metode penilitian ini

adalah data primer dan sekunder, data primer diperoleh melalui wawancara

langsung ke petani. Sedangkan data sekunder diperoleh dari publikasi laporan-

laporan, lembaga terkait seperti badan pusat statistik provinsi lampung dan

lembaga lain yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.4. Metode Penentuan Populasi dan Sampel

1) Populasi

Dalam suatu penelitian tentunya mempunyai objek yang akan dijadikan sasaran,

guna memperoleh data yang autentik dan akurat, objek tersebut merupakan

prioritas dari penelitian yaitu penetapan populasi. Populasi yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah seluruh rumah tangga tani yang tergabung dalam Gabungan

Kelompok Tani dengan jumlah seluruh anggota 676 petani.


39

Daftar Kelompok tani yang tergabung dalam Gapoktan disajikan pada Tabel 3

berikut :

No Kelompok Tani Jumlah Anggota

1. Dharma Bhakti 1 25

2. Dharma Bhakti 2 25
3. Dharma Bhakti 3 25
4. Dharma Bhakti 4 25
5. Dharma Bhakti 5 22
6. Dharma Bhakti 6 20
7. Buana Sejahtera 25
8. Buana Makmur 23
9. Buana Abadi 23
10. Sido Mulyo 20
11. Sido Rahayu 22
12. Sido Makmur 26
13. Mekar Sari 30
14. Maju Lancar 21
15. Mugi Mulyo 21
16. Mugi Rejo 23
17. Mugi Raharjo 21
18. Tani Makmur 1 23
19. Tani Makmur 2 25
20. Tani Makmur 3 24
21. Tri Lestari 1 24
22. Tri Lestari 2 18
23. Tri Lestari 3 16
24. Tri Lestari 4 20
25. Tri Lestari 5 20
26. Panca Karya 1 15
27. Panca Karya 2 23
28. Panca Karya 3 33
29. Panca Karya 4 15
30. Ayo Maju 24
Jumlah 676
Sumber: Gapoktan Gantiwarno,2020

2) Sampel

Sampel merupakan sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut, ataupun bagian terkecil dari angota populasi yang di ambil

menurut prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya. Jika populasi

besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari seluruh yang ada di populasi. Hal
40

seperti ini dikarenakan adanya keterbatasan dana atau biaya, tenaga dan waktu,

maka oleh sebab itu peneliti dapat memakai sampel yang diambil dari populasi.

3.4.1. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Simpel

Random Sampling dengan cara undian. Dalam simpel random sampling setiap

daerah dalam populasi memiliki kesempatan untuk menjadi sampel. Tehnik

penentuan sampel yang digunakan dalam penilitian ini mengacu pada Sugiarto,

dkk (2003) dengan rumus sebgai berikut :

NZ2S2
n =
Nd+Z2S2

Keterangan:
n = Jumlah sampel (Orang)
N = Jumlah populasi (676)
S2 = Varian Sampel (5%)
Z = Tingkat Kepercayaan (90% = 1,645)
d = Derajat Penyimpangan (5% = 0,05)
Berdasarkan rumus Sugirto diatas, maka diperoleh jumlah sampel sabagai berikut:
NZ2S2
n =
Nd+Z2S2
676 x (1,645)2 x (0,05)
=
(676 x (0,05)2 + (1,165)2 x (0,05)

676 x 2.706025 x 0,05


=
(676 x (0,0025) + (2.706025) x (0,05)
91,463,645
=
1,72530125

= 91,4 = 53,76 = 53 sampel


1,7
41

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus di atas maka diperoleh

jumlah responden sebagai sampel sebanyak 53 petani.

3.5. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif dan

analisis kuantitatif. Metode pengolahan data dilakukan dengan menggunakan

metode tabulasi dan analisis statistika.

3.5.1. Analisis Pendapatan Rumah Tangga Petani

Pendapatan rumah tangga petani diperoleh dengan cara menjumlahkan

seluruh pendapatan yang berasal dari usahatani ubi kayu, non usahatani ubi

kayu, dan pendapatan usaha di luar pertanian, dengan rumus sebagai

berikut:

Prt = P on-farm usahatani ubi kayu + P non ubi kayu + P non-farm

Keterangan :
Prt = Pendapatan rumah tangga petani ubi kayu
pertahun
P on-farm usahatani ubi kayu = Pendapatan dari usahatani ubi kayu

P non ubi kayu = Pendapatan dari usahatani non ubi kayu


P non-farm = Pendapatan dari non-usahatani
Pendapatan usahatani atau keuntungan merupakan selisih dari penerimaan

dengan biaya produksi. Pendapatan dari usahatani ubi kayu dapat diketahui

dengan rumus sebagai berikut:

TC = FC + VC
Dimana
42

TC = Total biaya (Rp)


FC = Biaya tetap (Rp)
VC = Biaya variabel (Rp)
Perhitungan penerimaan usahatani ubi kayu dapat diketahui dengan rumus sebagai

berikut :

TR = Q x P
Dimana :
TR = Total penerimaan (Rp)
Q = Jumlah produksi (Kg)
P = Harga (Rp/Kg)
Untuk mengetahui pendapatan yang diterima petani ubi kayu di daerah penelitian

menggunakan rumus sebagai berikut:

Pd = TR –TC
Dimana:
Pd = Total pendapatan ubi kayu (Rp)
TR = Total penerimaan ubi kayu (Rp)
TC = Total Biaya Produksi (Rp)
3.5.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Ubi Kayu

Metode analisis untuk menjawab permasalahan mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi pendapatan usahatani ubi kayu di Desa Gantiwarno Kecamatan

Pekalongan Kabupaten Lampung Timur dapat dianalisis menggunakan analisis

regresi linier berganda dengan bantuan software SPSS dengan formulasi secara

eksplisit dapat dinyatakan dalam fungsi Cobb-douglas sebagai berikut:

Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + β7X7 + β8X8 + β9X9 + β10X10 +
e

Keterangan :
43

Y = pendapatan (Rp)
β0 = konstanta
β1- β10 = koefisien regresi

X1 = biaya bibit yang dinormalkan (Rp)


X2 = biaya pupuk kandang yang dinormalkan (Rp)
X3 = biaya pupuk NPK yang dinormalkan (Rp)
X4 = biaya pupuk urea yang dinormalkan (Rp)
X5 = biaya pajak yang dinormalkan (Rp)
X6 = biaya pestisida yang dinormalkan (Rp)
X7 = biaya tenaga kerja yang dinormalkan (Rp)
X8 = luas lahan yang dinormalkan (th)
X9 = lama usahatani yang dinormalkan (th)
X10 = umur yang dinormalkan (th)
e = error

Untuk mengetahui apakah data yang digunakan telah memenuhi ketentuan dalam

model regresi maka perlu dilakukan pengujian asumsi klasik Pengujian ini

meliputi:

a. Uji Normalitas

Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data

mengikuti atau mendekati distribusi normal. Data yang baik adalah data yang

mempunyai pola seperti distribusi normal (tidak menceng ke kiri atau ke kanan).

Suatu data harus memiliki distribusi normal. Salah satu uji yang bisa digunakan

untuk menguji normalitas data adalah Kolmogorof-Smirnov test.

b. Uji Multikolonieritas

Multikolonieritas merupakan gejala korelasi antar variabel bebas yang

ditunjukkan dengan korelasi yang signifikan antar variabel bebas. Korelasi antara

variabel bebas dapat dideteksi dengan menggunakan Variance Inflation Factor

(VIF) dengan kriteria yaitu : Jika angka tolerance di atas 0,1 dan VIF < 10

dikatakan tidak terdapat gejala multikolinearitas dan jika angka tolerance di

bawah 0,1 dan VIF > 10 dikatakan terdapat gejala multikolonearitas.


44

c. Uji Heteroskedastisitas

Dalam regresi, salah satu asumsi yang harus dipenuhi adalah bahwa varians

residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tidak memiliki pola

tertentu. Pola yang tidak sama ini ditunjukkan dengan nilai yang tidak sama antar

satu varians dari residual. Model regresi yang baik adalah homokedastisitas atau

tidak terjadi heterokedastisitas.

Untuk mengetahui apakah data yang digunakan telah memenuhi ketentuan dalam

model regresi maka perlu dilakukan pengujian hipotesis, pengujian ini meliputi :

a. Uji Koefisien Determinasi (R ) 2

Koefisien determinasi dapat digunakan dengan mengukur seberapa besar

pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. R Square (R2) dengan

persamaan regresi rentan kepada penambahan variabel independen.Yang semakin

banyak variabel independen yang terlibat, maka nilai R Square (R2) semakin

besar, sehingga digunakan R Square (R2) pada analisis linear berganda, dan R

Square (R2) juga digunakan pada analisis regresi sederhana. Hal ini sesuai dengan

pendapat Irianto (2004) menjelaskan bahwa R Square (R 2) mempunyai interval

dari 0 sampai 1. Semakin besar nilai R Square (R 2), maka semakin baik hasil

model regresi tersebut.

b. Uji F

Untuk mengetahui peranan variabel yang mempengaruhi terhadap variabel yang

dipengaruhi secara serempak (bersama-sama) digunakan uji “F” (Sudjana, 2005).

Apabila hasil perhitungan menunjukkan:


45

1. Fhitung > Ftabel pada taraf nyata 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima , berarti

secara bersama-sama variabel bebas (X) berpengaruh nyata terhadap variabel

tidak bebas (Y).

2. Fhitung < Ftabel pada taraf nyata 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak berarti

secara bersama-sama variabel bebas (Y) berpengaruh tidak nyata terhadap

variabel tidak bebas (Y).

c. Uji T

Untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel yang mempengaruhi

terhadap variabel yang dipengaruhi secara parsial (terpisah) digunakan uji “t”

(Sudjana, 2005). Pengujian hipotesis melalui uji-t yaitu membandingkan Thitung

dengan Ttabel.

Apabila hasil perhitungan menunjukkan:

1. Jika Thitung > ttabel, pada taraf nyata 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima,

berarti secara individual variabel bebas (X) berpengaruh nyata terhadap

variabel tidak bebas (Y).

2. Jika Thitung < Ttabel, pada taraf nyata 0,05 maka Ho diterima Ha ditolak berarti

secara individual variabel bebas (X) tidak berpengaruh nyata terhadap variabel

tidak bebas (Y).


46

3.5.3. Analisis Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga

Alat analisis yang digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan rumah tangga

petani Ubi Kayu menggunakan tujuh indikator Badan Pusat Statistik (2014) dan

indikator dari badan pusat statistik (2005) yang meliputi kependudukan, kesehatan

dan gizi, pendidikan, ketenagakerjaan, taraf dan pola konsumsi, perumahan dan

lingkungan, sosial dan lain-lain, pendapatan, konsumsi atau pengeluaran rumah

tangga. Klasifikasi kesejahteraan yang digunakan terdiri dari dua klasifikasi,

yaitu rumah tangga sejahtera dan belum sejahtera. Variabel pengamatan disertai

dengan klasifikasi dan skor yang dapat mewakili besaran klasifikasi indikator

tersebut. Skor tingkat klasifikasi pada tujuh indikator kesejahteraan dihitung

berdasarkan pedoman penentuan Range Skor.

Rumus penentuan Range Skor adalah : RS= SKT - SKR


JKL
Dimana :

RS = Range skor

SKT = Skor tertinggi (9x3 = 27)

SKR = Skor terendah (9x1 =9)

9 = jumlah indikator kesejahteraan BPS (kependudukan, kesehatan dan gizi,

pendidikan, ketenagakerjaan, pola konsumsi, atau pengeluaaran rumah

tangga, perumahan dan lingkungan, dan sosial lainnya)

3 = Skor tertinggi dalam indikator BPS (baik)

2 = Skor sedang dalam indikator BPS (sedang)

1 = Skor terendah dalam indikator BPS (kurang)


47

Jkl = Jumlah klasifikasi yang digunakan (2)

Hasil perhitungan berdasarkan rumus tersebut diperoleh skor (RS) sama dengan

sembilan, sehingga tingkat kesejahteraan rumah tangga petani Ubi Kayu adalah:

(1) Jika skor antara 9-18 berarti rumah tangga petani belum sejahtera.

(2) Jika skor antara 19-27 berarti rumah tangga petani sejahtera.

Jumlah skor diperoleh dari informasi hasil skor mengenai kependudukan,

kesehatan dan gizi, pendidikan, ketenagakerjaan, taraf dan pola konsumsi,

perumahan dan lingkungan, sosial dan lain-lain. Kemudian di lihat interval skor

dari dua katagori klasifikasi di atas yaitu rumah tangga sejahterah dan belum

sejahtera.Berikut adalah interval dari indikator kesejahteraan menurut BPS pada

Tabel 4. Sebagai berikut:

Tabel 4. Indikator keluarga sejahtera berdasarkan Badan Pusat Statistik

No Indikator kesejahteraan Kelas Skor


1 Kependudukan*
Jumlah anggota keluarga yang ikut tinggal : 3
a. ≤ 4 orang (3) b. 5 orang (2) c. ≥ 5 orang (1) Baik
 Jumlah orang luar yang ikut tinggal : (11-15) 2
a. ≤ 1 orang (3) b. 2 orang (2) c. ≥ 2 orang (1)
 Berapa tanggungan dalam keluarga : 1
a. ≤ 4 orang (3) b. 5 orang (2) c. ≥ 5orang (1) Cukup
 Jumlah anggota keluarga laki-laki (6-10)
a. ≥5 orang (3) b. 4orang (2) c. ≤ 3orang(1)
 Jumlah anggota keluarga perempuan:
a. ≥5 orang (3) b. 4orang (2) c. ≤ 3orang(1) Kurang
(3-5)
2 Kesehatan dan gizi*
 Anggota keluarga mengalami keluhan kesehatan: 3
a. tidak (3) b. kadang-kadang (2) c. ya (1)
 jika mengalami keluhan berapa kali dalam sebulan ke Baik 2
rumah sakit : (21-30)
a. > 5 (3) b. 5 (2) c. <4 (1) 1
48

 Keluhan kesehatan menurunkan aktivitas sehari-


hari: Cukup
a. tidak (3) b. kadang-kadang (2) c. ya (1) (11-20)
 Keluarga setiap bulannya menyediakan dana untuk
kesehatan
a. ya (3) b. kadang-kadang (2) c. tidak pernah (1) Kurang
 Sarana kesehatan yang biasa digunakan : (3-10)
a. rumah sakit (3) b. puskesmas (2) c. Posyandu (1)
 Tenaga kesehatan yang biasa digunakan keluarga :
a. dokter (3) b. bidan (2) c. dukun (1)
 Tempat persalinan bayi yang biasa digunakan:
a. bidan (3) b. dukun (2) c. rumah (1)
 Tempat keluarga memperoleh obat :
a. puskesmas (3) b. dukun (2) c. obat warung (1)
 Biaya berobat yang digunakan:
a. terjangkau (3) b. cukup terjangkau (2) c. sulit
terjangkau (1)
 Jenis berobat yang dipilih oleh keluarga
a. modern (3) b.tradisional (2) c.lain-lain (1)
3 Pendidikan*
 Anggota keluarga berusia 10 tahun ke atas lancar 3
membaca dan menulis : Baik
a. lancar (3) b. kurang lancar (2) c. tidak lancar (1) (13-18) 2
 Pendapat mengenai pendidikan putra-putri :
a. penting (3) b. kurang penting (2) c. tidak 1
penting (1) Cukup 1
 Kesanggupan mengenai pendidikan: (7-12)
a. sanggup (3) b. kurang sanggup (2) c. tidak
sanggup (1)
 Lama menamatkan sekolah : Kurang
a. ≥9 tahun (3) b. 9 tahun (2) c. ≤9 tahun (3-6)
 Rata-rata jenjang pendidikan anak :
a. ≥ SMP (3) b. SD (2) c. tidak tamat SD (1)
 Perlu pendidikan luar sekolah :
a. perlu (3) b. kurang perlu (2) c.tidak perlu (1)
4 Ketenagakerjaan*
 Jumlah anggota keluarga berusia 15 tahun ke atas 3
yang bekerja : Produktif
a. 3 orang (3) b. 2 orang (2) c. 1 orang (1) (19-27) 2
 Jumlah orang yang belum bekerja dalam keluarga :
a. tidak ada (3) b. 1 orang (2) c. 2 orang (1) 1
 Jumlah jam dalam seminggu untuk melakukan Cukup
pekerjaaan : produktif
a. > 35 jam (3) b. 31-3 jam (2) c. < 30 jam (1) (10-18)
 Selain berusaha anggota keluarga melakukan
pekerjaan tambahan :
a. ya (3) b. sedang mencari (2) c. tidak ada (1)
49

 Jenis pekerjaan tambahan : Tidak


a. wiraswasta (3) b. buruh (2) c. tidak ada (1) produktif
 Waktu dalam melakukan pekerjaan tambahan: (3- 9)
a. sepanjang tahun (3) b. setelah musim garap (2)
c. tidak tentu (1)
 Jumlah jam dalam melakukan pekerjaan tambahan :
a. tidak tentu (3) b. ≥ 7 jam (2) c. 5-6 jam (1)
 Pendapat mengenai pekerjaan memerlukan keahlian:
a. ya (3) b. kurang perlu (2) c. tidak (1)
 Pendapat tentang upah yang diterima :
a. sesuai (3) b. belum sesuai (2) c. tidak sesuai (1)
5 Taraf Dan Pola Kosumsi*
 Keluarga mengkonsumsi beras sebagai bahan 3
makanan pokok Baik
a. ya (3) b. kadang-kadang (2) c. tidak (1) (9-12) 2
 Kecukupan pendapatan keluarga per bulan untuk
konsumsi pangan dan nonpangan : 1
a. ya (3) b. kadang-kadang (2) c. tidak cukup (1) Cukup
 Keluarga menyisakan dana untuk kebutuhan (5-8)
sandang dan perumahan :
a. ya (3) b. kadang-kadang (2) c. tidak (1)
 Pendapatan perbulan dapat ditabung atau untuk Kurang
menanam modal : (3-4)
a. ya (3) b. kadang-kadang (2) c. tidak (1)
6 Perumahan dan Lingkungan*
 Status rumah tempat tinggal : 3
a. milik sendiri (3) b. menyewa (2) c.menumpang Baik
(1) (29-42) 2
 Status tanah tempat tinggal :
a. milik sendiri (3) b. menyewa(2) 1
c. menumpang (1) Cukup
 Jenis perumahan : (15-28)
a. permanen (3) b. semi permanen (2) c. tidak
perlu (1)
 Jenis atap yang digunakan : Kurang
a. genteng (3) b. seng/asbes (2) c. rubia/alang- (3-14)
alang (1)
 Jenis dinding rumah :
a. semen (3) b. papan (2) c. geribik (1)
 Jenis lantai yang digunakan :
a. semen (3) b. kayu/papan (2) c. tanah (1)
 Jenis penerangan yang digunakan :
a. listrik (3) b. patromak (2) c. lampu teplok (1)
 Bahan bakar yang digunakan :
a. gas elpiji (3) b. minyak tanah (2) c. kayu(1)
 Jenis sumber air minum dalam keluarga :
a.Pam/ledeng (3) b. sumur (2) c. sungai(1)
50

 Penggunaan air minum dalam keluarga :


a. matang (3) b. mentah (2) c. ya (1)
 Kepemilikan WC :
a. ya (3) b. belum (2) c. tidak (1)
 Jarak WC dengan sumber air :
a. > 10 m (3) b. 5-10 m (2) c. < 5 m (1)
 Jenis WC yang digunakan :
a. WC jongkok (3) b. WC cemplung (2) c. sungai
(1)
 Tempat pembuangan sampah :
a. lubang sampah (3) b. pekerjaan (2) c. sungai (1)

7 Sosial dan lain-lain*


 Akses tempat wisata : 3
a. mudah dan sering (3) b. mudah tapi tidak sering Baik
(2) c. tidak pernah (1) (11-15) 2
 Berpergian atau berwisata sejauh 100 kilometer
dalam waktu 6 bulan 1
a. Sering >2 kali (3) b. tidak sering <2 kali (2) c. Cukup
tidak pernah (1) (6-10)
 Kemampuan dalam menggunakan komputer :
a. Paham sekali (3) b. paham (2) c. Tidak Paham
(1) Kurang
 Biaya untuk hiburan dan olahraga : (3-5)
a. mudah (3) b. cukup (2) c. sulit (1)
 Penggunaan teknologi telpon seluler:
a. Smartphone (3) b. telpon seluler biasa (2)
c. Tidak mempunyai (1)
8 konsumsi atau pengeluaran rumah tangga** Baik
 Keluarga mengkonsumsi beras sebagai bahan (9-12)
makanan pokok:
a. Ya (3) b. kadang-kadang (2) c. tidak(1)
 Jenis karbohidrat selain beras: CUKUP
a. Roti/olahan (3) (5-8)
b. Gaplek dibeli (2)
c. Gaplek ditanam (1)
 kecukupan pendapatan keluarga per bulan untuk Kurang
konsumsi pangan dan non pangan : (3-5)
a. ya (3) b.kadang-kadang (2)
c. tidak cukup (1)
 Keluarga menyisakan dana untuk kebuputuhan
sandang dan perumahan :
a. ya (3) b.kadang-kadang (2) c. tidak (1)
9 Pendapatan** baik
 Apakah pendapatan usahatani dapat mencukupi (5-6)
kebutuhan keluarga:
51

a. ya (3) b. cukup (2) c. tidak (1) Cukup


 Berapakah pendapatan rumah tangga : (3-4)
a. > Rp.10.000.000
b. Rp. 5000.000 – Rp. 10.000.000 Kurang
c. < Rp. 5000.000 (1-2)
Keterangan : * = Indikator Kesejahteraan Badan Pusat Statistik 2014
** = Indikator Kesejahteraan Badan Pusat Statistik 2005
DAFTAR PUSTAKA

Aboki, E., dkk (2013). Analysis of technical, economic and allocative efficiencies
of cassavaproduction in Taraba State, Nigeria. Journal of Agriculture and
Veterinary Science. 5 (3) :19-26.
Anggraini, N., Harianto, & Anggraeni, L. (2017), Analisis Pendapatan Dan Faktor
Produksi Usahatani Ubi kayu Berdasarkan Pasar Yang Dipilih Petani
(Study Kasus Petani di Kabupaten Lampung Tengah), Jurnal of Food
System, 1 (1) pp. 12-20.

Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung.2017. Lampung Dalam Angka 2017.


Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. Lampung.
Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung.2018. Lampung Dalam Angka 2018.
Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. Lampung.
Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung.2019. Lampung Dalam Angka 2019.
Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. Lampung.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Timur.2021. Lampung Timur Dalam
Angka 2021. Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Timur.
Badan Pusat Statistik Kecamatan Pekalongan.2020. Pekalongan Dalam Angka
2020. Badan Pusat Statistik Kecamatan Pekalongan.
Badan Pusat Statistik. 2014. Indikator Kesejahteraan Rakyat. Badan Pusat
Statistik. Jakarta.

Badan Pusat Statistik. 2005. Indikator Tingkat Kesejahteraan Rakyat. Badan Pusat
Statistik. Jakarta.
Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. 2000.
Balitbangtan. 2011. Penyiapan Bibit Ubi Kayu yang Benar. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian.

Boediono. 2002. Ekonomi Makro: Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No.1

Edisi 2. Yogyakarta: BPEE.

Case, K. E. dan Fair , R. C. 2007. Prinsip-Prinsip Ekonomi. Diterjemahkan oleh


Y. A. Zaimur. Erlangga. Jakarta.
Edy. 2009. Analisis keberagaman Usaha Rumah Tangga Pertanian Lahan kering
di Kabupaten Banyumas. Purwokerto: program Sosial ekonomi. Fakultas
pertanian.Unsoed.
E Sunarti, A Khomsan, 2006. Kesejahteraan Keluarga Petani Mengapa Sulit
Diwujudkan?. Jurnal, Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Gustiyana, Fitria.2004. Analisis Pendapatan Usahatani untuk Produk Pertanian.
Salemba Empat: Jakarta.
Hariyadi, D. 2021. Dampak Perubahan Faktor Eksternal Dan Internal Terhadap
Pendapatan Rumah Tangga Petani Jagung Di Desa Purbosembodo
Kecamatan Metro Kibang Kabupaten Lampung Timur.[skripsi]. Stiper
Dharmawacana Metro: Metro
Irawan B. 2011. Analisis Pendapatan dan Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga
Petani Pada Agroekosistem Marjinal Tipe Sawah Tadah Hujan dan Lahan
Kering di Kabupaten Lampung Selatan. Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi
Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Iqbal, M. A., Lestari, D. A. H., & Soelaiman, A. (2014), Pendapatan Dan
Kesejahteraan Rumah Tangga Petani Ubi Kayu Di Kecamatan Sukadana
Kabupaten Lampung Timur, Jurnal Ilmu Ilmu Agribisnis, 2 (3).

Lanamana, W., Supardi, P. N. (2020), Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


Pendapatan dan Prospek Usahatani Ubi Kayu Varietas Lokal Nuabosi di
Desa Randotonda Kecamatan Ende Kabupaten Ende, jurnal Sosio
Agribisnis, 5 (2) : 94-103.
Mubyarto. 1989. Pengantar ekonomi pertanian. LP3ES: Jakarta.
Nasikun, (1993). Sistem Sosial Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Putra, S. dkk.(2021). Analisis Pendapatan dan Tingkat Kesejahteraan Rumah
Tangga Petani Ubi Kayu di Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten
Lampung Tengah. Jurnal Ilmu Ilmu Agribisnis. 9 (2).
Rukmana, Rahmat. 1997.Ubi kayu Budidaya dan Pasca Panen. Kanisius:
Yogyakarta.
Sukirno, Sadono. 2008. Makro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga. Jakarta :
PT. Raja
Grafindo Persada.
Sukirno, Sadono, 2002. Makro Ekonomi Modern, P.T.Rajawali Grafindo
Persada :Jakarta.
Sukirno, Sadono. 2005. Mikro Ekonomi, Teori Pengantar. Penerbit PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. Jakarta: UI-PRESS.
Soekartawi. 2002 Analisa Usahatani. Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Soekartawi 2006. Analisis Usahatani. UI Press: Jakarta.
Soediyono. 1985. Ekonomi Makro. Liberty. Yogyakarta.
Statistik Pertanian.2015
Sayogyo T. 1997. Garis Kemiskinan dan Kebutuhan Minimum Pangan. LPSB
IPB: Bogor.
Sugiarto, D, S., dkk. 2003. Tehnik Sampling. Jakarta: PT Gramedia Pusaka
Utama
Sari, K., S.dkk.(2014). Analisis Pendapatan Dan Tingkat Kesejahteraan Rumah
Tangga Petani Jagung Di Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.
JIIA. 2 (1).
Wati, Darma, E.2021. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan
dan Analisis Resiko Usahatani Bawang Merah di Kota Metro.[Skripsi].
Stiper Dharmawacana Metro: Metro.
Yoanda,R.2021.Analisis Pendapatan Dan Tingkat Kesejahteraan Petani Padi Di
Kampung Sido Binangun Kecamatan Way Seputih Kabupaten Lampung
Tengah.[skripsi]. Stiper Dharmawacana Metro: Metro.
Zakaria, Wan Abbas. 2000. Analisis Permintaan dan Penawaran Ubi Kayu di
Propinsi Lampung. [Disertasi]. Institut Pertanian Bogor: Bogor.
Zakaria, W., A. dkk. (2020). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan dan
Prospek Usahatani Ubi Kayu Varietas Lokal Nuabosi di Desa Randotonda
Kecamatan Ende Kabupaten Ende. Jurnal Agribisnis Indonesia. 8 (1) : 83-
93

Anda mungkin juga menyukai