Anda di halaman 1dari 71

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI NANAS

(Kasus : Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara)


Ditulis untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
STP-4408 Ekonomi Agroindustri
Pada Semester V

Dosen Pengampu :
Bigi Undadraja STP, M.Si

Oleh
Trishella Beliana Petrisia
19210016

SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN DHARMA WACANA


KOTA METRO - LAMPUNG
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Sebagai negara agraris, Indonesia kaya akan ragam jenis buah. Keanekaragaman

jenis ini tampak dari rasanya yang manis, asam, sepat, maupun pahit, dari

bentuknya yang bulat maupun lonjong, dari yang ukurannya yang kecil maupun

besar, dari tekstur kulit luarnya yang mulus, berlekuk, maupun berduri, bahkan

dari warnanya yang hijau, kuning, jingga, maupun merah. Walaupun Indonesia

kaya akan jenis buah, namun banyak penduduknya yang tidak peduli akan

kekayaan itu (Nazaruddin, dan Muchlisa, F, 1994).

Sumber daya pertanian di Indonesia merupakan salah satu keunggulan yang

secara sadar telah dijadikan salah satu pilar pembangunan dalam bentuk

agroindustri, baik pada orde baru, reformasi dan saat ini. Pertanian akan mampu

menjadi penyelamat bila dilihat sebagai sebuah sistem yang terkait dengan

industri dan jasa. Jika pertanian hanya berhenti sebagai aktivitas budidaya (on

farm agribusiness) nilai tambahnya kecil. Nilai tambah pertanian dapat

ditingkatkan melalui kegiatan hilir (off farm agribusiness), berupa agroindustri

dan jasa berbasis pertanian ( Mangunwidjaja dan Illah, 2005 ).

Buah nenas (Ananas comosus L. Merr.) merupakan salah satu tanaman buah yang

sudah lama dikenal luas oleh masyarakat. Tanaman ini cukup mudah untuk

dibudidayakan, dan iklim Indonesia pun ternyata sangat cocok. Tanaman nenas

tersebar di seluruh wilayah Indonesia, namun yang merupakan sentra produksi

11
utama adalah Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa barat, Jawa

Timur, Sulawesi Utara dan Kalimantan Tengah.

Buah nenas dikonsumsi oleh semua kalangan ekonomi disebabkan karena rasanya

enak dan memiliki kandungan kalori yang tinggi dan kandungan gizi yang baik

dan harganya terjangkau oleh semua lapisan masyarakat sehingga dapat dinikmati

oleh semua lapisan masyarakat (Haryanto, E dan Hendarto, B, 1996).

Nenas merupakan komoditi yang terbukti memiliki peluang pasar yang cukup

baik di dalam maupun di luar negeri. Saat ini pemasaran buah nenas tidak hanya

dalam bentuk segar tetapi juga dalam bentuk pangan olahan, misalnya nenas segar

tetapi juga dalam bentuk pangan olahan, misalnya nenas kalengan, nata de pina,

jam, dodol dan lain –lain.

Salah satu daerah penghasil nenas terbesar di Indonesia adalah Provinsi Sumatera

Utara, tepatnya di daerah Kabupaten Tapanuli Utara. Terdapat tiga daerah yang

menjadi sentra produksi nenas, Kecamatan Sipahutar, Kecamatan Pangaribuan

dan Kecamatan Garoga. Diantara ketiga sentra tersebut Kecamatan Sipahutar

memiliki produktifitas yang paling tinggi.

Nenas sudah menjadi komoditi andalan hasil pertanian penduduk Kecamatan

Sipahutar dan ciri khasnya sudah melekat bahwa Kecamatan Sipahutar adalah

penghasil nenas. Nenas dari Sipahutar ini rasanya sangat manis dengan tekstur

buah yang sangat lembut dan kandungan air yang cuckup banyak, hal tersebut

menjadi kelebihan yang dimiliki nenas asal Sipahutar. Namun yang membuat

miris adalah jika harga nenas di kota-kota besar lumayan mahal yaitu Rp.5.000-

Rp.15.000/buah tergantung besar kecilnya. Sedangkan harga nenas di Sipahutar

2
sangatlah murah yaitu berkisar Rp.1.000-Rp.5.000/ buah (petani), yang dimana

harga tersebut tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan petani selama masa

budidaya.

Rendahnya harga nenas di Sipahutar disebabkan karena para petani tidak

menjualnya secara lansung ke pasar/konsumen tetapi kepada toke

(agen/tengkulak) kemudian dari toke akan dijual kembali kepasar-pasar

tradisional. Oleh karena itu dibutuhkan alternatif lain yang dimana petani dapat

menerima keuntungan yang lebih besar.

Di Kabupaten Tapanuli Utara pada tahun 2005 berdiri pabrik pengalengan

(canning) nenas di Siborong-Borong. Pabrik ini merupakan hasil gagasan dari

para pengusaha atau investor yang melihat bahwa tinggi nya permintaan pasar

akan buah nenas sangat besar, dilandaskan dari permasalahan tersebut para

investor melihat bahwa Kabupaten Tapanuli Utara merupakan daerah yang

mempunyai potensi di bidang pertanian khususnya buah nenas, kemudian di

bangun pabrik pengkalengan nenas di Silangit yang bernama PT. Alami Agro

Industri. Pabrik ini menghasilkan buah nenas setengah jadi (nenas kaleng) dan

olahan nenas (jus nenas dan selai nenas), yang kemudian dipasarkan ke pasar

domestik dan mancanegara.

Akan tetapi pabrik yang diharapkan akan menjadi tombak bangkitnya

perekonomian di Kabupaten Tapanuli Utara ini tidak berjalan sesuai harapan,

pada tahun 2010 pabrik tersebut berhenti berproduksi. Di sebabkan sesuatu hal

yang tidak diketahui.


Tabel 1. Luas Tanaman, Produksi, dan Rata-Rata Produksi Tanaman Buah-
Buahan Menurut Jenis Tanaman Di Kabupaten Tapanuli Utara
Pada Tahun 2016.
Luas Produksi Rata-rata
Jenis tanaman tanaman (Ton) (Kw/Ha)
(Ha)
1 2 3 4
1. Alpukat 110,11 816,15 74,12
2. Mangga 156,00 1 194,00 76,54
3. Duku/Langsat 69,00 310,48 45,00
4. Jeruk Keprok 216,00 3 129,07 144,86
5. Salak 93,00 471,50 50,70
6. Durian 603,30 5 819,42 96,46
7. Jambu Air 144,00 226,91 15,76
8. Pepaya 3,07 18,09 58,93
9. Pisang 265,08 2 087,76 78,76
10. Nenas 1 947,08 34 857,17 179,02
Sumber : BPS Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016

Dari tabel 1 dapat kita lihat bahwa dari seluruh jenis tanaman buah-buahan yang

ada di Kabupaten Tapanuli Utara, nenas merupakan jenis tanaman dengan luas

tanaman yang paling tinggi yaitu sebesar 1.947,08 Ha. Dengan produksi sebesar

34.857,17 ton dan rata-rata produksi sebesar 179.02 kw/ha. Dari data diatas dapat

disimpulkan bahwa tanaman nenas merupakan komoditi unggulan dari Kabupaten

Tapanuli Utara.
Tabel 2. Luas Tanaman, Produksi, dan Rata-Rata Produksi Nenas Menurut
Kecamatan Di Kabupaten Tapanuli Utara 2016. Pahae Jae
Kecamatan Luas tanaman Produksi Rata-rata produksi
(Ha) (Ton) (Kw/Ha)

1. Parmonangan 0,21 3,81 181,43


2. Adiankoting 0,41 7,51 183,17
3. Sipoholon 1,29 22,85 177,13
4. Tarutung 1,49 26,35 176,85
5. Siatas Barita 1,03 18,33 177,96
6. Pahae Julu - - -
7. Pahae jae 0,10 2,01 201,00
8. Purbatua - - -
9. Simangumban - - -
10. Pangaribuan 49,01 878,98 179,35
11. Garoga 16,81 298,22 177,41
12. Sipahutar 1 870,98 33 496,10 179,03
13. Siborongborong 4,37 77,71 177,83
14. Pagaran 1,29 23,26 180,31
15. Muara 0,10 2,03 203,00
Tapanuli Utara 1 947,09 34 857,16 179,02
2015 1 927,80 34 477,57 178,84
2014 1 892,99 33 852,60 178,83
Sumber : BPS Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016

Tabel 2 Memperlihatkan bahwa luas tanaman nenas di Kabupaten Tapanuli Utara

pada tahun 2015 adalah sebesar 1.927,80 Ha, dan Kecamatan Sipahutar sebagai

daerah dengan jumlah luas tanaman paling tinggi yaitu 1.870,98 Ha yang bisa

dikatakan meyumbang hampir keseluruhan total luas tanaman nenas untuk

Kabupaten Tapanuli Utara. Total produksi nenas utuk Kabupaten Tapanuli Utara

adalah sebesar 34,477,57 ton pada tahun 2015. Kecamatan Sipahutar merupakan

daerah dengan total produksi paling tiggi yaitu sebesar 33.496,10 ton. Rata-rata

produksi nenas di Kecamatan Sipahutar adalah sebesar 179,35 kw/ha. Dari data

diatas dapat disimpulkan bahwa Kecamatan Sipahutar merupakan daerah

penghasil nenas terbesar di Kabupaten Tapanuli Utara.


Tabel 3. Perkembangan Penggunaan dan Ketersediaan Nenas di Indonesia,
1993-2014

Bahan Total Ketersedia-


Tahun Pakan Bibit Tercecer Makanan Pengguna- an
(000 (000 (000 (000 Ton) an (000 Konsumsi
Ton) Ton) Ton) Ton) (Kg/Kapita/
Th)
1993 0 0 46 413 459 2.20
1994 0 0 35 311 346 1.63
1995 0 0 70 631 701 3.26
1996 0 0 49 441 490 2.24
1997 0 0 38 342 380 1.71
1998 0 0 33 294 327 1.45
1999 0 0 32 284 316 1.40
2000 0 0 39 351 390 1.71
2001 0 0 49 444 493 2.13
2002 0 0 29 523 552 2.48
2003 0 0 35 640 675 2.99
2004 0 0 37 671 708 3.10
2005 0 0 48 876 924 3.99
2006 0 0 74 1,353 1,427 6.08
2007 0 0 116 2,121 2,237 9.40
2008 0 0 75 1,359 1,434 5.95
2009 0 0 81 1,477 1,558 6.38
2010 0 0 73 1,333 1,406 5.52
2011 0 0 80 1,461 1,541 6.04
2012 0 0 84 1,536 1,621 6.26
2013 0 0 90 1,639 1,731 6.59
2014*) 0 0 87 1,578 1,665 6.26
Rata-rata 0 0 59 913 972 4.04
Share (%) 0.00 0.00 6.08 93.91 100.00
Pertumbuhan. - - 7.71 10.75 10.45 9.24
(%/tahun)
Sumber : Neraca Bahan Makanan - Badan Ketahanan Pangan 2015

Di karenakan keterbatasan informasi penggunaan untuk diolah dalam industry

makanan, perhitungan NBM nenas hanya tercakup penggunaan untuk konsumsi

langsung dan tercecer. Berdasarkan penghitungan NBM nenas, penyediaan nenas

tersebut terutama digunakan untuk bahan makanan (93,91%), sedangkan 6,08%

sisanya tercecer.
Peluang bisnis buah nenas sangat prospektif untuk dikembangkan, karena sampai

saat ini permintaan masyarakat akan buah nenas tetap tinggi. Gizi yang

terkandung dalam buahnya pun cukup banyak. Dengan adanya pengolahan nenas

yang menghasilkan berbagai macam produk turunan maka diharapkan akan

meningkatkan nilai tambah dan nilai jual dari produk tersebut.

Sesuai dengan visi dan arah pembagunan daerah di dalam RPJPD Kabupaten

Tapanuli Utara tahun 2005-2025 yaitu ”Mewujudkan kemakmuran masyarakat

berbasis pertanian dan agroindustri yang didukung oleh sektor parawisata,

pertambangan dan energi”. Arah pembangunan pertaniannya adalah

meningkatkan produksi pertanian dalam arti luas untuk menunjang kegiatan

agribisnis, agroindustri, membenahi dan meningkatkan teknologi industri.

Sedangkan arah pembangunan perindustriannya adalah membuat kawasan

perindustrian yang strategis di Kabupaten Tapanuli Utara. Dari arah pembangunan

tersebut dapat kita tafsirkan bahwa arah pengembangan pertanian saat ini yang

sedang di proyeksikan oleh pemerintah Tapanuli Utara adalah pengembangan

industri berbasis bahan baku pertanain, yang diharapkan dapat meningkatkan

perekonomian masyarakat.

Untuk mendukung pengembangan agroindustri tersebut, melalui peraturan daerah

nomor 09 tahun 2016 dan peraturan Bupati Tapanuli Utara nomor 64 tahun 2016,

menunjuk Dinas Perindustrian untuk merencanakan dan mengembangkan industri

di Kabupaten Tapanuli Utara berbasis bahan baku pertanian. Tetapi dalam

melaksanakan pengembangan industri berbasis bahan baku pertanian di

Kabupaten Tapanuli Utara, terdapat kendala yaitu sampai saat ini belum ada

perencanaan secara komprehensif (melibatkan seluruh faktor penentu) agar


industri berbasis pertanian dapat berjalan dengan maksimal. Dinas Perindustrian

dipilih sebagai pihak yang dibantu didasarkan karena Dinas Perindustrian

mempunyai posisi yang strategis dimana pada tingkat Kabupaten, Dinas

Perindustrian merupakan pihak pengambil kebijakan terendah, mereka menjadi

perpanjangan tangan dari Pemerintah pusat untuk menjalankan kebijakan yang

dibuat oleh Provinsi untuk diterapkan pada tingkat Kabupaten, Kecamatan dan

desa melalui Dinas Perindustrian. Bersamaan dengan itu Dinas Perindustrian juga

menjadi wadah aspirasi masyarakat dan sebagai jembatan penghubung antara

masyarakat dengan Pemerintah pusat untuk menyampaikan aspirasi masyarakat ke

Pemerintah pusat tentang masalah-masalah yang meraka hadapi pada

pengembangan agroindustri nenas, di satu sisi masyarakat tidak mempunyai

kekuatan untuk membuat suatu kebijakan untuk mengatasi masalah-masalah yang

mereka hadapi sehingga dipilihlah Dinas Perindustrian karena mereka memiliki

kekuatan yang cukup untuk membuat suatu kebijakan berbasis pada masalah yang

dihadapi masyarakat, dengan cara membawa aspirasi-aspirasi masyarakat tadi

untuk di rumuskan di tinggkat pusat/Provinsi dan kemudian hasil kebijakan dari

pusat akan di terapkan di Kabupaten, Kecamatan dan Desa melalui Dinas

Perindustrian kepada masyarakat.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai

strategi pengembangan agroindustri nenas di Kecamatan Sipahutar.

1.2 Identifikasi Masalah.

1. Apa saja faktor-faktor penentu dalam pengembangan agroindustri nenas di

Kecamatan Sipahutar.
2. Apa alternatif strategi dalam pengembangan agroindustri nenas di

Kecamatan Sipahutar.

1.3 Tujuan Penelitian

1. Menganalisis faktor-faktor penentu dalam pengembangan agroindustri nenas

di Kecamatan Sipahutar.

2. Menganalisis alternatif strategi dalam pengembangan agroindustri nenas di

Kecamatan Sipahutar.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi petani, hasil dari penelitian ini dapat memberikan informasi tentang

strategi pegembangan agroindustri di tempat penelitian.

2. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai bahan

pertimbangan untuk mengembangkan agroindustri nenas di tempat penelitian

3. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan

informasi dalam melakukan penelitian tentang strategi pegembangan

agroindustri.

9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Strategi

Strategi adalah suatu cara atau rencana berupa konsep yang sengaja dibuat untuk

mencapai tujuan jangka panjang perusahaan. Strategi merupakan kunci dari

pencapaian keunggulan bersaing dan keberhasilan sebuah bisnis. Strategi

merupakan sarana untuk mencapai tujuan. Manfaat strategi adalah untuk

mengoptimalkan sumberdaya unggulan dalam memaksimalkan pencapaian

sasaran kinerja. Dalam konsep manajemen cara terbaik untuk mencapai tujuan,

sasaran dan kinerja adalah dengan strategi memberdayakan sumber daya secara

efektif dan efesien. Pemahaman-pemahaman yang baik mengenai konsep strategi

dan konsep-konsep lain yang berkaitan, sangat menentukan suksesnya strategi

yang disusun. Konsep-konsep tersebut adalah sebagai berikut :

a. Distinctive Competence : tindakan yang dilakukan perusahaan agar dapat

melakukan kegiatan lebih baik dibandingkan dengan pesaingnya.

b. Competitive Advantage : kegiatan spesifik yang dikembangkan oleh

perusahaan agar lebih unggul dibandingkan dengan pesaingnya (Rangkuti,

2009).

2.1.2 Pengembangan

Konsep pengembangan merupakan sebuah keharusan yang harus diaplikasikan

dalam kehidupan, Kata konsep artinya ide, rancangan atau pengertian yang

10
10
diabstrakan dari peristiwa kongkrit (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002 : 589)

sedangkan pengembangan artinya proses, cara, perbuatan mengembangkan

(Kamus Besar Bahasa Indonesia ,2002 : 538). Dengan demikian konsep

pengembangan adalah rancangan mengembangkan sesuatu baik yang sudah ada

atau belum ada dalam rangka meningkatkan kualitas lebih maju.

2.1.3 Agroindustri

Menurut Soekartawi (2005) mendefinisikan bahwa agroindustri adalah sebagai

pengolahan sumber bahan baku yang bersumber dari tanaman ataupun hewan.

Dengan demikian bahwa kegiatan atau proses agroindustri merupakan upaya

untuk meningkatkan nilai tambah produk, menghasilkan produk yang dapat

dipasarkan, dapat digunakan atau dapat dimakan, meningkatkan daya simpan,

menambah pendapatan dan keuntungan bagi produsen (petani).

Pengolahan sebagai salah satu subsistem dalam agribisnis merupakan suatu

alternatif terbaik untuk dikembangkan. Dengan kata lain, pengembangan industri

pengolahan diperlukan guna terciptanya keterkaitan antara sektor pertanian

dengan sektor industri. Industri pengolahan (agroindustri) akan mempunyai

kemampuan yang baik jika kedua sektor tersebut diatas memiliki keterkaitan yang

sangat erat baik keterkaitan kedepan (forward linkage) maupun kebelakang

(backward linkage) (Soekartawi, 1991).

Sektor pertanian sebetulnya mempunyai kaitan erat dengan sektor industri.

Karena sektor pertanian menghasilkan bahan mentah yang pada gilirannya harus

diolah oleh industri menjadi barang setengah jadi atau barang jadi dan sebaliknya

sektor industri diharapkan mampu menghasilkan sendiri berbagai macam sarana


produksi yang sangat diperlukan oleh industri pengolah pertanian, meliputi usaha

yang mengolah bahan baku menjadi komoditi yang secara ekonomi menambah

tinggi nilainya (Karmadi, 2003).

Industri pengolahan hasil pertanian memiliki daya saing yang kuat, karena

memiliki keunggulan komparatif (sumber daya alam yang dapat diperbaharui,

tenaga kerja yang banyak dan murah, serta berdaya tahan lama) dan kompetitif

(segmen pasar dan diferensiasi produk). Pengolahan hasil menjadi salah satu

bentuk kegiatan agroindustri yang utama. Usaha pengolahan hasil akan

memberikan beberapa keuntungan antara lain :

1. Mengurangi kerugian ekonomi akibat kerusakan hasil pertanian.

2. Meningkatkan nilai ekonomi hasil pertanian.

3. Memperpanjang masa ketersediaan hasil pertanian baik dalam bentuk segar

maupun dalam bentuk olahan.

4. Meningkatkan keanekaragaman produk pertanian.

5. Mempermudah penyimpanan dan pengangkutan.

Salah satu sifat khas dari hasil pertanian adalah rawan terhadap kerusakan

(perishability) apabila tidak langsung ditangani atau dipasarkan. Sehingga

konsekwensinya dalam tataniaga hasil pertanian diperlukan lembaga processing.

Salah satu tujuan dari pengolahan pertanian adalah meningkatkan kualitas.

Secara umum/teori (Sufandi, 2006) ada beberapa faktor-faktor penentu

pengembangan agroindustri yaitu :


1. Penentuan Lokasi

Upaya pengembangan agroindustri yang mempunyai daya saing tinggi yang

di dasari oleh kenyataan bahwa agroindustri itu bersifat resources based

industri, sehingga pengembangan harus didasarkan pada wilayah potensi

sumberdaya. Sehingga pemerintah diharapakan membuat peta pengembangan

agroindustri. Jika hal ini dilaksanakan maka pengembangan agroindustri tidak

hanya sekedar berkembang tetapi lebih dari itu mampu meningkatkan

perekonomian di daerah sekitarnya

2. Teknologi

Teknologi untuk agroindustri hingga saat ini boleh dikatakan sudah cukup

banyak, namun belum ada kesungguhan dari stakeholder untuk menerapkan

secara sungguh-sungguh, dimana satu skala lainya tidak terkait. Penelitian-

penelitian empiris menunjukkan bahwa sampai saat ini masyarakat boleh

dikatakan jarang atau bahkan tidak pernah mendapatkan penyuluhan

teknologi agroindustri.

3. Pemasaran

Manajemen pemasaran adalah salah satu aspek yang sangat penting dalam

segi bisnis, bahkan UKM memandang bahwa permasalahan yang paling

dominan yang tengah dihadapi selain faktor modal adalah kesulitan dalam

memasarkan produkmya.

4. Keterkaitan Sektor Penunjang Agroindustri

Agroindustri yang menggunakan bahan baku hasil pertanian tentu saja sangat

terkait dengan efisiensi pada sektor pertanian, jika sektor pertanian tidak

berjalan secara efisien, maka tentunya juga agroindustri tidak akan berjalan
efisien, faktor penting lainya adalah pengembangan infrastruktur dan industri

penunjangnya.

5. Kelembagaan Agroindustri (Kemitraan)

Konsep dasar pengembangan agroindustri adalah untuk mendapatkan nilai

tambah dari kegiatan suatu agroindustri. Kelembagaan dalam suatu

masyarakat atau organisasi merupakan faktor kunci keberhasilan serangkaian

kegiatan atau aktivitas. Oleh karena itu kelembagaan harus dikaji secara benar

agar diketahui pola kelembagaan yang sesuai untuk dikembangkan.

6. Modal

Tidak dapat dipungkiri modal memang selalu menjadi permasalahan dalam

setiap pengembangan. Modal yang terbatas mengakibatkan proses

pengembangan selalu terkendala.

7. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia merupakan penggerak pengelolaan sumber daya alam.

SDM yang dibutuhkan dalam keberhasilan Agroindustri adalah SDM yang

menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi Agroindustri yang up to date,

mahir dan terampil.

8. Peraturan Pemerintahan

Pemerintah berperan penting di dalam pengembangan agroindustri. Dengan

adanya kebijakan yang mendukung pengembangan akan membantu para

pelaku industri dalam kegiatan nya.

9. Potensi Pasar

Minat masyarakat yang sangat tinggi akan produk agroindustri membuat

prospek pengembangan agroindustri sangat terbuka ke depan nya. Bahkan


banyak pelaku agroindustri yang tidak dapat memenuhi kebutuhan pasar, di

karenakan jumlah permintaan yang sangat besar.

2.1.4 Nenas

Tanaman nenas merupakan rumput yang batangnya pendek sekali. Daunnya

berurat sejajar dan pada tepinya tumbuh duri yang menghadap ke atas (ke arah

ujung daun). Duri pada beberapa varietas nenas mulai lenyap, tetapi pada ujung

daunnya sering masih dapat dilihat. Tanaman nenas berbunga pada ujung batang

dan hanya sekali berbunga yang arah tegaknya ke atas. Nenas merupakan tanaman

monokotil, bersifat merumpun (bertunas anakan), dan pada batangnya atau

tangkai bunga sering tumbuh tunas pula (Sunarjono, dalam purmono 2008).

Tunas batang disebut sucker, sedangkan tunas tangkai buah disebut slips.

Sebenarnya bunga nenas bersifat majemuk terdiri dari lebih 200 kuntum bunga

yang tidak bertangkai, duduk tegak lurus pada tangkai buah utama yang kemudian

mengembang menjadi buah majemuk yang enak dimakan. Buah seperti ini disebut

sinkarpik atau coenocarpium. Daun kelopak dari setiap kuntum bunga, yang

dikenal sebagai mata, masih jelas meninggalkan bekas pada buah tersebut.

Bunganya adalah sempurna yang mempunyai tiga kelopak (sepalum), tiga

mahkota (petalum), enam benang sari, dan sebuah putik dengan stigma yang

bercabang tiga. Di atas buah tumbuh daun-daun pendek yang tersusun seperti

pilin, yang disebut mahkota (Sunarjono, 1998).

Nenas (Ananas commusus L.Merr) memang berpenampilan khas. Secara umum

dikenal dan jenis nenas komersial, yaitu cayene dan queen. Berikut ini deskripsi

nenas komersial serta nama lokalnya yang dikenal di Indonesia.


a. Nenas Cayane

Nenas yang satu ini banyak ditanam dalam skala besar. Oleh perusahaan

pengalengan, nenas banyak ditanam karena ukuran buahnya besar sehingga

cocok dikalengkan. Selain itu, daunya tidak melukai orang karena memang

tidak berduri. Mata pada kulit buah juga cenderung datar dan tidak kasar.

Akarnya amat dangkal dan kurang melebar. Rasanya manis agak asam. Nenas

Subang yang terkenal itu merupakan jenis cayane. Selain Subang, nenas ini

diusahakan dalam skala besar di Lampung.

b. Nenas Queen

Bila nenas cayene lebih cocok dikalengkan, nenas queen cocok disuguhkan

sebagai buah segar alias buah meja. Rasa nenas queen memang manis, segar,

dan aromanya wangi. Apabila sudah masak, kulitnya berwarna kemerahan.

Sayang, ukuranya kalah besar dari nenas cayane. Selain itu, durinya kasar dan

menembus ke daging buah sehingga cara megupasnya sering banyak

membuang daging buah (Nazaruddin dan fauziah, 1994).

Panen dilakukan saat buah sudah tua, tidak perlu hingga buah masak benar. Buah

yang terlalu masak gampang rusak di penyimpanan. Ciri buah tua ialah „matanya‟

lebih bulat, datar dan besar, serta tidak terlalu tajam lagi. Selain itu, mahkotanya

sudah lebih mebuka dengan dasar buah yang berubah kekuningan. Buah dipanen

dengan disertakan sebagian tangkai batangnya. Ini penting agar buah tidak cepat

busuk. Bila pangkal terbuka, buah mudah terserang mikroorganisme perusak

(Nazaruddin dan Fauziah, 1994).

Pengembangan hortikultura dalam perspektif paradigma baru tidak hanya terfokus

pada upaya peningkatan produksi komoditas saja, tetapi terkait juga dengan isu-
isu strategis dalam pembangunan yang lebih luas lagi. Pengembangan hortikultura

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari upaya: 1).Pelestarian lingkungan,

penciptaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan, 2).Menarik investasi

skala menengah kecil dengan luasan usaha 1 – 5 Ha dan investasi Rp 1 – 25

milyar di pedesaan, 3).Pengendalian inflasi stabilisasi harga komoditas strategis

(cabe merah dan bawang), 4).Pelestarian dan pengembangan identitas nasional

(anggrek, jamu, dll), 5).Peningkatan ketahanan pangan melalui penyediaan

karbohidrat alternatif, dan 6).Menunjang pengembangan sektor pariwisata

(Direktorat Jenderal Hortikultura, 2008).

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sitematis untuk

merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang

memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara

bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threats)

(Rangkuti, 2009).

A. Analisis Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam perusahaan untuk

mengembangkan suatu produk yang dihasilkan dan dapat dikontrol oleh

perusahaan tersebut (Ragkuti, 1997).


- Kekuatan (Strenght)

Setiap perusahaan perlu menilai kekuatan dan kelemahan di bandingkan para

pesaingnya. Penilaian tersebut dapat di dasarkan pada faktor-faktor seperti

teknologi, sumberdaya finansial, kemampuan kemanufakturan, kekuatan

pemasaran dan basis pelanggan yang dimiliki.

- Kelemahan (Weakness)

Merupakan keadaan perusahaan dalam menghadapi pesaing mempunyai

keterbatasan dan kekurangan serta kemampuan menguasai pasar, sumberdaya,

serta keahlian. Jika orang berbicara tentang kelemahan yang terdapat di dalam

tubuh satu satuan bisnis, yang dimaksud ialah keterbatasan atau kekurangan

dalam hal keterampilan dan kemampuan yang menjadi penghalang serius bagi

penampillan kinerja organisasi yang memuaskan. Dalam praktek, berbagai

keterbatasan dan kekurangan kemampuan tersebut bisa dilihat pada sarana dan

prasana yang dimiliki atau yang tidak dimiliki, kemampuan manajerial yang

rendah, ketrampilan pemasaran yang tidak sesuai dengan tuntutan pasar,

produk yang tidak atau kurang diminta oleh para pengguna atau tingkat

perolehan keuntungan yang kurang.

B. Analisis Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar perusahaan yang tidak

dapat di kontrol oleh perusahaan.

- Peluang (Opportunites)

Setiap perusahaan memiliki sumberdaya yang membedakan dirinya dari

perusahaan lain. Peluang dan terobosan atau keunggulan bersaing tertentu dan

beberapa peluang membutuhkan sejumlah besar modal untuk dapat


dimanfaatkan. Di sisi lain, perusahaan-perusahaan baru bermunculan. Peluang

pengembangan agroindustri adalah suatu daerah yang dimana terdapat banyak

konsumen sehingga perusahaan dapat beroperasi secara meguntungkan.

- Ancaman (Threats)

Ancaman adalah tantangan yang diperlihatkan atau diragukan oleh suatu

kecenderungan atau suatu perkembangan yang tidak menguntungkan dalam

lingkungan yang akan menyebabkan kemerosotan kedudukan perusahaan.

Faktor ancaman merupakan faktor-faktor lingkungan yang tidak

menguntungkan dalam kegiatan pengembangan agroindustri, yang tidak di

atasi akan menggangu kegiatan pengembangan (Kotler dalam Ardi 2017).

Analisis SWOT dapat digunakan secara deskriptif dan secara kuantitatif.

Penggunaan SWOT secara deskriptif yaitu hanya menjelaskan bagaimana

pengembangan suatu organisasi tanpa menjelaskan strategi faktor-faktor internal

dan eksternalnya. Sedangkan penggunaan analisis SWOT secara kuantitatif yaitu

menjelaskan dengan terperinci faktor-faktor internal dan eksternalnya dengan

menggunakan bobot dan bagaimana strategi pengembangan tersebut bermanfaat

bagi usaha atau organisasi (Toguria, 2013).

Proses penyusunan rencana strategis memulai tiga tahap yaitu :

1. Tahap pengumpulan data

2. Tahap analisis

3. Tahap pengambilan keputusan

Tahap pengampulan data ini pada dasarnya tidak hanya sekedar kegiatan

pengumpulan data, tetapi juga suatu kegiatan pengklasifikasian dan pra analisis.
Data dibedakan menjadi dua yaitu data eksternal dan data internal yang diperoleh

dari dalam dan luar perusahaan, model yang dapat digunakan dalam tahap ini

yaitu :

1. Matriks faktor strategi internal

2. Matriks faktor strategi eksternal

3. Matriks posisi

Hasil analisis pada tabel matriks faktor strategi internal dan faktor eksternal

dipetakan pada matriks posisi dengan cara sebagai berikut:

a. Sumbu horizontal (x) menunjukkan kekuatan dan kelemahan, sedangkan sumbu

vertikal (y) menunjukkan peluang dan ancaman.

b. Posisi perusahaan ditentukan dengan hasil sebagai berikut:

1. Jika peluang lebih besar daripada ancaman maka nilai y > 0 dan sebaliknya

kalau ancaman lebih besar daripada peluang maka nilainya y < 0.

2. Jika kekuatan lebih besar daripada kelemahan maka nilai x > 0 dan

sebaliknya kalau kelemahan lebih besar daripada kekuatan maka nilainya

x < 0.
Gambar 1. Matriks Posisi Analisis SWOT

Kuadran I

a. Merupakan posisi yang menguntungkan untuk dikembangkan.

b. Perusahaan mempunyai peluang dan kekuatan sehingga ia dapat

memanfaatkan peluang secara maksimal.

c. Seyogyanya menerapkan strategi yang mendukung kebijakan pertumbuhan

yang agresif.

Kuadran II

a. Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan mempunyai

keunggulan sumber daya.

b. Perusahaan-perusahaan dalam posisi seperti ini menggunakan kekuatannya

untuk memanfaatkan peluang jangka panjang.

c. Dilakukan dengan penggunaan diversifikasi produk atau pasar.


Kuadran III

a. Posisi dapat dikembangkan.

b. Perusahaan menghadapi peluang besar tetapi sumber dayanya lemah, karena

itu dapat memanfaatkan peluang tersebut secara optimal fokus strategi

perusahaan pada posisi seperti inilah meminimalkan kendala-kendala internal

perusahaan.

Kuadran IV

a. Merupakan kondisi yang serba tidak menguntungkan dan tidak dapat

dikembangkan.

b. Perusahaan menghadapi berbagai ancaman eksternal sementara sumber daya

yang dimiliki mempunyai banyak kelemahan.

c. Strategi yang diambil adalah penciutan dan likuidasi.

Matriks SWOT dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis

yaitu:

Tabel 4. Matriks Analisis SWOT


Kekuatan (strengths) Kelemahan (weakness)
Peluang (Opportunities)
Strategi S-O Strategi W-O
Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan meminimalkan
untuk memanfaatkan kelemahan untuk
Peluang memanfaatkan peluang
Ancaman (Threats)
Strategi S-T Strategi W-T
Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan meminimalkan
untuk mengatasi kelemahan dan
Ancaman menghindari ancaman
Sumber : Rangkuti, Analsisi SWOT, 1997
1. Strategi SO yaitu strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan,

yaitu dengan memanfaatkan seluruh untuk merebut dan memanfaatkan

peluang sebesar-besarnya.

2. Strategi ST yaitu strategi ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan

yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman.

3. Strategi WO yaitu strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang

yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

4. Strategi WT yaitu strategi ini didasarkan pada kegiatan meminimalkan

kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.


2.3 Penelitian terdahulu.

Tabel 5. Penelitian Terdahulu


No NAMA TAHUN JUDUL IDENTIFIKASI HASIL
MASALAH
1 Maria 2008 Strategi pengembangan 1.Bagaimanakah Strategi
Giovani agroindustri nenas karakteristik pengembangan
Barutu berbasis kelompok tani di kelompoktani dan agroindustri keripik
Desa Kualu Nenas, agroindustri yang nenas akan lebih baik
Kecamatan Tambang, berada di Desa Kualu jika dikembangkan
Kabupaten Kampar Nenas, Kecamatan lagi, dengan
Tambang, Kabupaten membuat produk
Kampar. turunanya
2.Apa sajakah yang
menjadi kekuatan,
kelemahan, peluang,
dan ancaman
pada pengembangan
agroindustri berbasis
kelompoktani di Desa
Kualu Nenas,
Kecamatan Tambang,
Kabupaten Kampar.
3.Bagaimanakah
strategi
pengembangan
agroindustri berbasis
kelompoktani di Desa
Kualu Nenas,
Kecamatan Tambang,
Kabupaten Kampar.
2 Cici Aulia 2016 Strategi pengembangan 1.faktor-faktor Strategi yang paling
Permata agroindustri strobery di apa saja yang menjadi tepat dalam upaya
Bunda Desa Alam Endah, kekuatan, pengembangan
Kecamatan Rancabali, kelemahan, peluang agroindustri stroberi
Kabupaten Bandung dan ancaman bagi Kharisma adalah
agroindustri stroberi strategi S-O
“Kharisma” Desa (Strengths-
Alam Opportunities)yaitu
Endah, Kecamatan dengan meningkatkan
Rancabali, Kabupaten volume penjualan
Bandung. melalui optimalisasi
2.Bagaimana strategi potensi pasar wisata
yang paling dan pengembangan
tepat dalam upaya produk.
pengembangan
agroindustri
stroberi “Kharisma”
Desa Alam Endah,
Kecamatan Rancabali,
Kabupaten Bandung?
3 Ghea 2017 Strategi pengembangan 1.Menganalisis Strategi
Hapsari agroindustri sari apel kekuatan, kelemahan, pengembangan
Anggraini, lestari di Koperasi peluang, agroindustri sari apel
Nuhfil Lestari Makmur, Desa dan ancaman yang lestari adalah Strategi
Hanani, Wonomulyo, Kecamatan dihadapi Agroindustri SO, meningkatkan
Wisnu Ari Poncokusumo, Sari Apel “Lestari” di kualitas, kuantitas, dan
Gutama Kabupaten Malang Koperasi Lestari kontiunitas produk
Makmur saat dengan menggunakan
ini, dan teknologi yang tepat
2.Merumuskan guna, strategi
strategi meningkatkan
pengembangan yang kemampuan
tepat sebagai upaya manajerial pengelola
untuk dalam menjalankan
pengembangan usaha dengan
Agroindustri Sari dukungan pemerintah
Apel “Lestari” daerah setempat.
produksi Koperasi
Lestari Makmur.
2.4 Kerangka Pemikiran

Agroindustri nenas merupakan suatu kegiatan pengolahan yang menggunakan

nenas sebagai bahan baku utamanya dengan penggunaan teknologi tertentu untuk

menghasilkan berbagai produk olahan dan meningkatkan nilai tambah ekonomis.

Nenas merupakan komoditi yang dapat dimakan lansung dalam bentuk segar,

namun karena harga jual nenas yang tidak pernah stabil atau menjadi rendah nilai

jualnya dipasaran, sehingga penjualan buah nenas tidak sebanding dengan biaya

budidaya. Maka timbullah strategi dalam melakukan pengolahan buah nenas

menjadi dalam bentuk turunan yang beraneka ragam.

Di daerah penelitian industri pengolahan nenas pernah ada, dan semua bahan baku

diperoleh dari petani nenas di sekitar lingkungan industri, yang tersedia dalam

jumlah yang banyak, akan tetapi industri tersebut hanya bertahan sebentar saja

dan tutup disebabkan oleh beberapa faktor.

Usaha pengolahan nenas bertujuan untuk meningkatkan daya tahan dan daya

simpan yang lama sehingga meningkatkan nilai jual dari hasil olahan nenas.

Berbagai hasil olahan nenas antara lain dodol nenas, keripik nenas, sirup nenas,

selai nenas, nata de pina.

Industri pengolahan nenas juga akan membuka lapangan pekerjaan baru bagi

angkatan kerja yang hidup di sekitar area lokasi pengolahan nenas untuk

memperoleh mata pencaharian baru yang lebih menjamin untuk kelansungan

hidupnya.

Oleh karena itu, di perlukan penentuan alternatif strategi dalam pengembangan

usaha dengan menggunakan analisis SWOT, dimana didalam analisis SWOT


tersebut dapat diidentifikasi faktor internal, yaitu kekuatan (strengths) dan

kelemahan (weakness) dan faktor eksternal, yaitu peluang (opportunities) dan

ancaman (threats) dalam usaha industri pengolahan nenas.

Setelah dilakukan analisis faktor SWOT dalam usaha tersebut, maka kita dapat

menentukan strategi pengembangan apa yang cocok dan bisa diterapkan untuk

mengembangkan usaha industri pengolahan nenas di tempat penelitian.


Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut :

AGROINDUSTRI NENAS

INTERNAL FAKTOR- FAKTOR EKSTERNAL


SWOT

KEKUATAN KELEMAHAN PELUANG ANCAMAN

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI


NENAS

Keterangan : Ada
: hubungan

GAMBAR 2. Kerangka Pemikiran Strategi Pengembangan Agroindustri


Nenas di Kecamatan Sipahutar Kabupaten Tapanuli Utara
2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori maka dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut :

1. Ada beberapa faktor penentu dalam pengembangan agroindustri nenas di

Kecamatan Sipahutar

2. Terdapat beberapa alternatif strategi dalam pengembangan agroindustri nenas

di Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara.


BAB IV
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK
SAMPEL

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian

4.1.1 Luas dan Letak Geografis

Penelitian dilakukan di Kecamatan Sipahutar Kabupaten Tapanuli Utara dengan

luas wilayah sebesar 408,22 . Kecamatan Sipahutar memiliki 25 desa yaitu

Onan Runggu I, Sipahutar III, Siabal-Abal I, Siabal-Abal II, Aek Nauli I, Aek

Nauli II, Aek Nauli III, Sabungan Nihuta V, Siabal-Abal III, Sipahutar II,

Sipahutar I, Onan Runggu III, Onan Runggu II, Onan Runggu IV, Sabungan

Nihuta I, Sabungan Nihuta II, Sabungan Nihuta III, Sabungan Nihuta IV, Tapian

Nauli I, Tapian Nauli II, Tapian Nauli III, Siabal-Abal IV, Aeknauli IV, Siabal-

Abal VI, Siabal-Abal V. Jarak kantor camat ke kantor Bupati Kabupaten Tapanuli

Utara adalah 26 Km.

Secara administrasi Kecamatan Sipahutar memiliki batas wilayah sebagai

berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Siborong-borong

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Pangaribuan

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Tarutung

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir

Jumlah curah hujan di Kecamatan Sipahutar pada tahun 2017 yaitu sebesar 1167

mm/tahun dengan rata-rata sebesar 97,25 mm/tahun, jumlah hari hujan sebesar

158 dengan rata-rata sebesar 13,17 hari.

42
42
Universitas Sumatera Utara
Tabel 11. Banyaknya Curah Hujan Dan Hari Hujan di Kecamatan
Sipahutar Per Bulan, 2017
Bulan Hari Hujan Curah Hujan
Januari 9 16
Februari 11 29
Maret 17 134
April 21 350
Mei 15 194
Juni 6 71
Juli 7 46
Agustus 5 34
September 3 47
Oktober 16 38
November 25 127
Desember 23 81
Jumlah 158 1167
Rata-Rata 13,17 97,25
Sumber : Badan Pusat Statistik (Kecamatan Sipahutar dalam angka 2017)

4.1.2 Keadaan Penduduk

Penduduk Kecamatan Sipahutar pada tahun 2016 berjumlah 25,976 jiwa dengan

tingkat kepadatan penduduk Kecamatan Sipahutar adalah sebesar 64 jiwa/Km.

Besarnya luas, jumlah penduduk dan kepadatan penduduk dirinci menurut

desa/kelurahan tahun 2016 dapat dilihat pada tabel berikut :


Tabel 12. Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk di Kecamatan
Sipahutar Menurut Desa Tahun 2016 (Orang)

Desa Luas ) Jumlah Kepadatan


penduduk penduduk
(Jiwa) (jiwa/ )
Onan runggu I 30,50 1.434 47
Siaphuatar I 11,50 790 69
Siabal-abal I 17,91 1.323 74
Siabal-abal II 12,82 1.491 116
Aek nauli II 4,32 645 149
Aek nauli III 6,65 1.046 157
Aek nauli I 10,40 1.050 101
Sabungan nihuta V 27,47 788 29
Siabal-abal III 14,00 1.608 115
Sipahutar II 6,00 718 120
Sipahutar I 11,00 1.255 114
Onan runggu III 30,50 1.813 59
Onan runggu II 30,50 1.461 48
Oana runggu IV 6.50 568 87
Sabungan nihuta I 7,00 1.122 160
Sabungan nihuta II 17,00 1.405 83
Sabungan nihuta III 16,00 491 31
Sabungan nihuta IV 39,60 997 25
Tapian nauli II 20,50 1,128 55
Tapian nauli III 44,25 463 10
Tapian nauli I 10,50 882 84
Siabal-abal IV 7,50 668 89
Aek nauli IV 6,03 1.162 193
Siabal-abal VI 12,59 879 70
Siabal-abal V 7,18 789 110
Jumlah 498,22 25.976 64
Sumber : Badan Pusat Statistik (Kecamatan Sipahutar dalam angka 2017)

Jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dari jumlah penduduk perempuan.

Jumlah penduduk laki-laki sebesar 13.011 jiwa, sedamhkan jumlah penduduk

perempuan sebesar 12.965 jiwa. Pada tabel berikut dapat dilihat jumlah penduduk

menurut kelompok umur dan jenis kelamin pada tahun 2016 :


Tabel 13. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di
Kecamatan Sipahutar Tahun 2016 (orang)
Kelompok umur Laki-laki Perempuan Jumlah
(Jiwa) (Jiwa) (Jiwa)
0-4 1.825 1.702 3.527
5-9 1.786 1.733 3.519
10-14 1.570 1.399 2.969
15-19 1.166 879 2.045
20-24 691 412 1.103
25-29 709 693 1.402
30-34 867 817 1.684
35-39 789 751 1.540
40-44 673 704 1.377
45-49 647 720 1.367
50-54 614 688 1.302
55-59 619 675 1.294
60-64 475 634 1.109
65-69 249 384 633
70-74 165 322 487
75+ 166 452 618
Jumlah 13.011 12.965 25.976
Sumber : Badan Pusat Statistik (Kecamatan Sipahutar dalam angka 2017)

4.1.3 Fasilitas Pendidikan

Berikut jumlah sarana pendidikan di Kecamatan Sipahutar :

Tabel 14. Jumlah Fasilitas Penidikan di Kecamatan Sipahutar


No Sarana Pendidikan Unit
1. SD 39
2. SMP 6
3. SMA 1
4. SMK 2
Sumber : BPS Kabupaten Tapanuli Utara (Sipahutar dalam angka 2017)

Tabel . menunjukkan bahwa terdapat 39 sekolah dasar negeri, 5 unit sekolah

menengah pertama negeri, 1 unit sekolah menengah pertama swasta, 1 unit

sekolah menengah atas negeri dan 2 unit sekolah menengah kejuruan swasta.

4.2 Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian terbagi atas 4 komponen yang terdiri dari petani

nenas, SKPD, konsumen dan tengkulak. Jumlah responden yang diambil untuk
petani nenas adalah sebesar 24 orang, SKPD 2 orang, konsumen 5 orang dan

tengkulak 1 orang.

4.2.1 Karakteristik Petani Nenas

Dari hasil wawancara dengan petani nenas maka didapat karakteristik sebagai

berikut :

Tabel 15. Data Karakteristik Petani Nenas


No Uraian Rentang (Tahun) Rataan(Tahun)
1 Umur 25-65 48
2 Tingkat Pendidikan 6-12 12
3 Pengalaman 4-32 19
Sumber :Data diolah dari lampiran 1

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa rata-rata umur petani nenas adalah

sebesar 48 tahun. Hal ini menumjukkan petani nenas di Kecamatan Sipahutar

masih tergolong usia produktif (25-65) tahun yaitu masih potensial dalam

melakukan kegiatan usahanya.

Pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal dari tingkat sekolah dasar

(SD) sampai sarjana. Rata-rata pendidikan petani adalah 12 tahun yaitu setingkat

dengan sekolah menengah atas (SMA/SMK), dengan tingkat pendidikan yang

paling rendah adalah sekolah menengah atas dan yang paling tinggi adalah

sekolah menengah atas. Pemilik usahatani nenas sudah cukup lama dalam

menjalankan usahanya, dengan rata-rata selama 19 tahun.

4.2.2 Karakteristik Tokoh Masyarakat

Dari hasil wawancara dengan Konsumen Produk Olahan nenas maka didapat

karatetristik konsumen sebagai berikut :


Tabel 16. Karakteristik Responden Tokoh Masyarakat
No Uraian Rentang (Tahun) Rataan (Tahun)
1 Umur 58-66 62
2 Pendidikan 6-12 12
Sumber : Data diolah dari lampiran 1

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa rata-rata umur konsumen adalah 62

tahun. Dengan rentang umur 58-66. Pendidikan yang dimaksut adalah pendidikan

formal dari tinggkat sekolah dasar (SD) sampai sekolah menengah atas (SMA).

Rata-rata pendidikan adalah 12 tahun yaitu setingkat dengan sekolah menengah

atas (SMA), dengan tingkat pendidikan yang paling rendah adalah SMA.

4.2.3 Karakteristik SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah)

Dari hasil wawancara dengan SKPD di dinas peindustrian dan pertanian maka

didapat karakteristik SKPD sebagai berikut :

Tabel 17. Karakteristik Responden SKPD


No Umur Pekerjaan Pendidikan
1 50 Pegawai dinas perindustrian S1
2 43 Pegawai dinas kupertanian S2
Sumber : Data diolah dari lampiran 1

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa SKPD yang menjadi responden

merupakan pegawai dinas perindustrian dan pegawai dinas pertanain. Tingkat

pendidikan nya paling tinggi adalah S2 dan yang paling rendah adalah S1.

4.2.4 Karakteristik Tengkulak

Responden dalam penelitian ini adalah tengkulak nenas, yang pernah menyuplai

bahan baku nenas ke pabrik pengolahan nenas di Kota Bandung, yang berusia 29

tahun dengan pendidikan terakhir SMA.

47
Universitas Sumatera Utara
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Pembuktian Hipotesis 1, Terdapat Beberapa Faktor Yang Menjadi


Kekuatan, Kelemahan, Peluang Serta Ancaman Dalam Mengembangkan
Agroindustri Nenas.

5.1.1 Deskripsi Faktor Internal

a. Dukungan Pemerintah

Dukungan pemerintah adalah hal mutlak dalam kegiatan perencanaan

pengembangan, tanpa ada campur tangan dari pemerintah akan sulit untuk

melakukan kegiatan pengembangan. Sesuai dengan visi dan misi pembangunan di

dalam RPJM Kabupaten Tapanuli Utara tertulis bahwa pemerintah memfokuskan

pengembangan pertanian lebih ke arah agroindustri dengan cara meningkatkan

ketersedian teknologi agroindustri dan dengan memaksimalkan kebijakan-

kebijakan yang dibuat oleh pemerintah (RENSTRA) untuk pengembangan

agroindustri nenas, sehingga ditunjuk Dinas Perindustrian Kabupaten Tapanuli

Utara untuk menangani rencana pengembangan tersebut.

Dukungan pemerintah menjadi kekuatan karena dari hasil wawancara dengan

pihak SKPD yaitu Dinas Perindustrian didapat hasil beberapa hal yang dapat di

fasilitasi pemerintah untuk membantu Pengembangan agroindustri nenas di

Kecamatan Sipahutar berupa bantuan modal melalui kerjasama dengan perbank-

kan, teknologi, pemasaran, prasana dan sarana.

48
48
b. Ketersediaan lembaga pelatihan

Lembaga pelatihan merupakan lembaga yang bertujuan untuk melakukan

pelatihan dengan tujuan untuk meningkatkan skill pengusaha dalam kegiatan

pengembangan agroindustri nenas. Kegiatan pelatihan dilakukan oleh pemerintah

Kabupaten Tapanuli Utara, dimana dalam kegiatan pelatihan pengusaha

dibimbing oleh tenaga profesional yang di fasilitasi oleh pemerintah setempat.

Kerjasama yang dilakukan antara Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara dengan

BLK dirasa masih kurang cukup untuk meningkatkan kemampuan para pelaku

usaha industri, oleh karena itu dukungan pemerintah untuk menyediakan lebih

banyak lagi lembaga pelatihan sangat diharapakan. Pelatihan yang instens yang

dilakukan akan menambah ketrampilan dan kreatifitas daripada pelaku usaha

industri nenas di tempat penelitian, yang kebanyakan skala usaha nya adalah

home industry.

c. Ketersediaan Tenaga Kerja Terampil

Tenaga kerja terampil merupakan orang-orang yang mempunyai wawasan atau

pengalaman pernah bekerja di bidang agroindustri nenas. Ketersedian tenaga kerja

terampil yang terbatas ini sebenarnya dapat diatasi dengan cara memanfaatkan

sumber daya manusia lokal di tempat penelitian, yang kemudian dapat dilakukan

pelatihan untuk meningkatkan kemampuan, ketrampilan dan meningkatkan

kreatifitas mereka. Kebutuhan akan tenaga kerja sebenarnya tidak dibutuhkan

dalam jumlah yang besar, karena fokus daripada pengembangan agroindustri ini

adalah agroindustri dalam skala kecil mikro dan menengah (home industry).

49
5.1.2 Deskripsi Faktor Eksternal

a. Lembaga Keuangan

Lembaga keuangan merupakan lembaga yang berguna untuk memberikan bantuan

modal bagi para pelaku agroindustri nenas yang kekurangan modal untuk

mengembangkan usahanya. Karena minimya bantuan permodalan dari pemerintah

sehingga mengharuskana para pelaku agroindustri yang kebanyakan skala usaha

nya adalah home industry harus mencari bantuan permodalan sendiri.

Di Kecamatan Sipahutar sendiri lembaga keuangan sudah cukup banyak, seperti

Bank, koperasi dan lembaga peminjaman lainya nya. Dengan adanya lembaga

keuangan ini maka sangat membantu untuk memberikan bantuan permodalan,

karena seperti kita ketahui masalah permodalan selalu menjadi masalah klasik

dalam kegiatam pengembangan, pengembangan sering kali terkendala disebabkan

modal yang terbatas, dan juga modal sangat dibutuhkan untuk meningkatkan skala

usaha industri yang akan di kembangkan. Apalagi di tempat penelitian skala usaha

agroindustri nenas masih dalam skala mikro-menengah, yang pastinya modal yang

dimiliki para pelaku usaha pasti terbatas untuk melakukan pengembangan usaha

nya.

b. Permintaan Pasar

Permintaan produk olahan nenas yang cukup tinggi dipasaran merupakan peluang

untuk mengembangakan agroindustri nenas. Peluang dari segi permintaan timbul

karena dinamika pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi, sosial budaya

dan arus globalisasi. Penduduk yang bertambah, pertumbuhan perkotaan,

industrialisasi, peningkatan pendapatan, peningkatan kecerdasan atau pendidikan


dan lain-lain, merupakan perubahan lingkungan strategis dari sisi permintaan

yang kalau diantisipasi dan diapresiasi secara tepat akan menjadi peluang dalam

usaha agroindustri nenas yang menjanjikan nilai tambah.

Seperti dapat di lihat belakangan ini dengan semakin banyaknya produk olahan

berbahan baku nenas yang tersedia dipasaran yaitu keripik nenas, dodol nenas,

selai nenas, nenas kalengan yang beredar di daerah penelitian dan masih banyak

lagi, hal ini dipicu karena tinggi nya permintan konsumen akan produk olahan

nenas saat ini.

c. Selera masyarakat

Selera masyarakat yang selalu berubah-ubah mengikuti perkembangan zaman atau

trend yang ada di masyarakat mengharuskan pelaku agroindustri harus jeli melihat

peluang dan lebih inovatif dan kreatif dalam membuat produk nya. Produk yang

mempunyai bentuk, rasa, kemasan dan ciri khas tertentu akan menarik masyarakat

untuk membeli produk yang kita buat. Selera masyarakat erat kaitannya dengan

kriteria-kriteria yang diiginkan oleh masyarakat dari produk nenas, hal ini menjadi

sangat penting karena pengusaha dapat mengetahui bagaimana selera masyarakat

terhadap produk olahannya dan dapat memperbaiki dan meyempurnakan produk

olahannya sesuai dengan permintaan masyarakat, produk yang akan

dikembangkan dalam perencanaan ini dapat berupa dodol nenas, nenas kalengan,

selai nenas, jus nenas di karenakan skala usaha usaha agroindustri yang terdapat

di tempat penelitian adalah skala usaha rakyat atau home industry.


d. Ketersediaan bahan baku

Ketersedian bahan baku merupakan hal yang penting didalam perencanaan

pengembangan agroindustri nenas, karena pada intinya kegiatan agroindustri

merupakan kegiatan mengolah bahan baku pertanian menjadi berbagai produk

olahan yang diminati masyarakat.

Kecamatan Sipahutar sendiri dikenal sebagai daerah penghasil nenas terbesar di

Kabupaten Tapanuli Utara, walaupun demikian masih banyak daerah-daerah

penghasil nenas di luar Kabupaten Tapanuli Utara seperti Pekanbaru, Lampung

dan Subang. Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku terkait dengan perencanaan

pengembangan agroindustri nenas, nenas di Kecamatan Sipahutar sendiri lebih

dari cukup dan tersedia sepanjang waktu sehingga tidak perlu mendatangkan

bahan baku dari luar daerah. Jumlah bahan baku yang tersedia sebesar 34.857

ton/tahun dan jumlah yang dibutuhkan jika dilihat dari industri sebelum nya

adalah sebesar 10.365 ton..

e. Produksi nenas

Kecamatan Sipahutar dikenal sebagai daerah penghasil nenas terbesar di

Kabupaten Tapanuli Utara, tanaman nenas merupakan tanaman kebanggaan

Kecamatan Sipahutar dan sudah dikenal dengan kualitas nya yang baik. Pada

tahun 2017 luas tanaman nenas di Kecamatan Sipahutar mencapai 1.947 Ha

dengan produksi sebesar 34.857 Ton/tahun. Produksi nenas di Kecamatan

Sipahutar cenderung selalu meningkat hal ini dikarenakan hampir semua petani di

Kecamatan Sipahutar memiliki lahan nenas baik dalam skala kecil maupun besar,

dan panen buah nenas dapat dilakukan empat kali dalam satu bulan, dalam hal ini
produksi nenas adalah faktor diluar kendali daripada Dinas Perindustrian, dan

ketersedian akan bahan baku merupakan tanggung jawab daripada Dinas

Pertanian.

f. Kualitas bahan baku

Nenas asal Kecamatan Sipahutar terkenal dengan rasa nya yang manis, ukuran

buah nya yang besar, air nya yang banyak, aroma yang harum dan tahan lama.

Dengan kualitas yang demikian nenas asal Sipahutar sangat cocok untuk dijadikan

sebagai bahan baku untuk agroindustri nenas, untuk dijadikan berbagai produk

olahan seperti nenas kaleng, nata de coco, dodol nenas, keripik nenas dan lain-

lain. Kualiatas bahan baku yang baik ini merupakan peluang yang sangat bagus

untuk mendukung perencanaan pengembangan agroindustri nenas, yang jika kita

manfaatkan dengan baik akan menghasilkan keuntungan yang besar. Bahkan

nenas asal Sipahutar pernah dikirim sampai ke Jawa Barat untuk dijadikan sebagai

bahan baku agroindustri nenas dan juga pernah dipakai oleh pabrik pengalengan

nenas yang pernah berdiri di Desa Silangit.

g. Pengalaman budidaya nenas

Sering sekali aspek budidaya selalu dilupakan dalam pengembangan agroindustri,

padahal pada intinya agroindustri merupakan kegiatan mengolah bahan baku

pertanian yang pada akhirnya bertujuan untuk menghasilkan berbagai produk

olahan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan petani nenas yang menyatakan bahwa

pertanian nenas sudah lama di usahakan dan telah menjadi sumber mata

pencaharian keluarga sejak beberapa generasi di atas mereka. Pengetahuan bertani


nenas juga sudah banyak mereka ketahui karena sejak kecil mereka sudah di ikut-

sertakan bertani nenas di ladang. Begitu juga dengan keturunan mereka sejak kecil

sudah di ajak keladang membantu bertani nenas, misalnya saja untuk memanen

buah nenas yang sudah matang. Pengalaman ber-usahatani responden nenas antara

rentang 3 - >25 tahun, pengalaman budidaya nenas dapat menjadi salah satu

peluang dalam Perencanaan pengembangan agroindustri nenas di Kecamatan

Sipahutar, karena dengan pengalaman budidaya yang tinggi maka kebutuhan akan

bahan baku akan dapat terpenuhi dengan baik.

h. Kesesuaian lahan

Kesesuaian lahan merupakan tingkat kecocokan suatu bidang lahan untuk suatu

penggunaan tertentu. Berdasarkan hasil penelitian, lahan di Kecamatan Sipahutar

sangat cocok untuk ditanami berbagai jenis tanaman pertanian, salah satu

komoditas andalan dari Kecamatan Sipahutar adalah tanaman nenas, nenas

Sipahutar sudah dikenal oleh khalayak ramai bahkan sudah di kirim ke berbagai

daerah di Indonesia. Lahan pertanian di Kecamatan Sipahutar sangat subur

sehingga tidak diperlukan perlakuan khusus utntuk menanan nenas, sehingga

petani sangat diuntungkan dalam hal ini, karena dapat menghemat biaya produksi.

Di Kabupaten Tapanuli Utara sendiri terdapat tiga daerah penghasil nenas terbesar

yang menjadi sentra produksi tanaman nenas yaitu Kecamatan Sipahutar,

Pangaribuan dan Siborong-borong, akan tetapi nenas asal Sipahutar memiliki

kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan daerah lainya di Kabupaten

Tapanuli Utara, hal ini disebabkan Karena letak Kecamatan Sipahutar yang dekat

dengan gunung berapi yaitu Dolok Martimbang.


i. Alih Fungsi Lahan

Alih fungsi lahan merupakan pergantian suatu fungsi lahan menjadi fungsi lain.

Berdasarkan hasil penelitian alih fungsi lahan yang terjadi di Kecamatan

Sipahutar masih sangat sedikit, sehingga tidak perlu dikhawatirkan akan

menggangu proses perencanaan pengembangan agroindustri nenas terkait dengan

kebutuhan ketersedian bahan baku nenas.

Tetapi alih fungsi lahan tidak dapat dianggap sebagai hal sepele karena pada saat

ini di Kecamatan Sipahutar petani nenas sedang mengalami kendala, yang dimana

tanaman nenas terserang penyakit yang dimulai pada daun nenas yang mengalami

kekuningan yang berlanjut pada matinya tanaman nenas, hingga sampai saat ini

belum ditemukan penyebabnya dan solusi untuk mengatasinya. Jika hal ini terus

berlanjut maka tidak menutup kemungkinan petani nenas akan melakukan alih

fungsi lahan, yang akan berakibat turunya produksi dari nenas.

j. Lingkup Pemasaran

Pemasaran merupakan kegiatan untuk mempromosikan, menetapkan harga dan

mendistribusikan barang/jasa kepada pembeli. Semakin luas cakupan pemasaran

maka semakin dikenal produk yang kita buat. Pada kegiatan ini dukungan

pemerintah sangat dibutuhkan untuk memasarkan produk agroindustri, dari hasil

penelitian didapat hasil bahwa dibutuhkan bantuan dari pemerintah setempat

untuk memasarkan produk agroindustri yang akan dihasilkan. Walaupun masih

sebatas perencanaan pengembangan, pemasaran memegang peranan penting untuk

mendukung proses pengembangan, adapun lingkup pemasaran yang diharapakan

adalah mencapai skala nasional. Keterbatasan lingkup pemasaran ini disebakan


karena tugas pemasaran merupakan tanggung jawab daripada pihak Dinas

Perdagangan, dan diluar kendali daripada Dinas Perindustrian.

k. Ketersediaan tenaga kerja profesional

Tenaga kerja profesional merupakan orang-orang yang ahli dalam bidang

agroindustri nenas dimana mereka memiliki pemahaman, pengalaman,

kemampuan dalam agroindustri nenas. Tenaga kerja difalisitasi oleh pemerintah

guna pengembangan agroindustri nenas di Kecamatan Sipahutar melalui pelatihan

secara rutin. Jumlah ketersedian tenaga kerja profesional yang sedikit ini dapat

ditingkatkan dengan cara melakukan pelatihan kepada tenaga kerja untuk

diberikan pelatihan untuk menambah wawasan, ketrampilan, kemampuan dan

kreatifitas daripada tenaga kerja. Kebutuhan akan tenaga kerja profesional

sebenarnya jumlah yang dibutuhkan tidak terlalu banyak sekali, karena

pengembangan agroindustri di tempat penelitian adalah dalam skala usaha mikro,

kecil dan menengah.

l. Pengalaman Agroindustri Nenas

Pengalaman agroindustri nenas yang dimaksut adalah untuk melihat berapa lama

pengalaman sampel atau pelaku usaha dalam bidang agroindustri nenas. faktor

pengalaman ini mencakup pengalaman secara lansung menjalankan agroindustri

tersebut maupun pengetahuan agroindustri secara umum.


5.1.3 Skoring Faktor Internal dan Faktor Eksternal

Skoring adalah proses identifikasi antara faktor internal dan faktor eksternal

(kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman). Skor

tersebut menentukan apakah faktor tersebut tergolong ke dalam faktor internal

sebagai kekuatan atau kelemahan dan faktor internal sebagai peluang dan

ancaman.

Tabel 18. Skoring Faktor Internal dan Faktor Eksternal


Faktor-faktor strategi Skor rata-rata Distribusi skor (%)
1 2 3 4
Faktor internal
1. Dukungan pemerintah 2.9 0 19 72 9
2. Ketersediaan lembaga pelatihan 2 0 100 0 0
3. Ketersediaan tenaga kerja 1.9 0 12 66 22
terampil

Faktor eksternal
1. Lembaga keuangan 3.3 0 0 62 38
2. Permintaan pasar 2.9 6 12 53 29
3. Selera masyarakat 3.3 0 6 56 38
4. Ketersediaan bahan baku 3.5 0 6 32 62
5. Pengalaman agroindustri nenas 1.5 0 0 50 50
6. Produktifitas nenas 3.0 3 9 66 22
7. Kualitas bahan baku 3.5 0 0 47 53
8. Pengalaman budidaya nenas 3.1 9 9 38 44
9. Alih fungsi lahan 3.6 0 0 28 72
10. Kesesuaian lahan 3.7 0 0 28 72
11. Lingkup pemasaran 3.2 0 6 62 32
12. Ketersediaan tenaga kerja 1.5 44 56 0 0
profesional
Sumber : Data diolah dari lampiran 8

Berdasarkan pada tabel pada faktor strategis internal agroindustri nenas dukungan

pemerintah merupakan faktor yang memiliki nilai rata-rata skor paling tinggi yaitu

2,9. Sementara untuk faktor Ketersediaan lembaga pelatihan 1,7 dan Ketersediaan

tenaga kerja terampil 1,9.


Untuk faktor 1 menjadi kekuatan disebabkan karena pada dinas perindustrian

Kabupaten Tapanuli Utara dukungan yang memungkinkan dapat diberikan dalam

perencanaan pengembangan agroindustri nenas di kecamatan sipahutar berupa

bantuan pemasaran, bantuan teknologi agroindustri nenas, dan bantuan perijinan

dan bantuan pemasaran. Sesuai dengan visi dan misi pembangunan pertanian

dalam RPJP dan RPJM, pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara pada saat ini fokus

untuk pembangunan pertanian adalah ke sektor agroindustri, hal ini disebabkan

untuk mendongkrak munculnya industri-industri baru, dengan cara mempermudah

segala hal perijinan yang berkaitan dengan agroindustri dan memberikan bantuan

teknologi agroindustri yang dibutuhkan.

Untuk faktor 2, pihak Dinas Perindustrian selaku institusi yang menaungi proses

pengembangan industri di Kabupaten Tapanuli Utara, lembaga pelatihan

merupakan lembaga yang bertugas untuk meningkatkan kemampuan dari para

pekerja/pelaku usaha yang masih kurang terampil di bidang agroindustri, dengan

adanya lembaga pelatihan di Kabupaten Tapanuli Utara yaitu BLK (Balai Latihan

Kerja) akan sangat membantu untuk meningkatkan kemampuan dari SDM yang

masih rendah.

Minimnya tenaga kerja terampil di Kecamatan Sipahutar disebabkan karena masih

sangat sedikit industri yang ada disana, sehingga para penduduk hanya berfokus

pada sektor pertanian saja, begitu juga dengan tenaga kerja profesional atau ahli

yang sudah mempunyai pengalaman bekerja dalam agroindustri nenas, jumlah nya

masih sangat sedikit walaupun di Desa Silangit pernah berdiri agroindustri nenas

yang para pekerja yang digunakan rata-rata menggunakan penduduk sekitar, akan
tetapi setelah industri tersebut tutup kebanyakan dari para pekerja industri nenas

tersebut memilih untuk pergi bekerja ke kota lain.

Pada faktor strategis eksternal, kesesuaian lahan merupakan faktor yang memiliki

rata-rata skor paling tinggi 3,7. Kesesuain lahan sangat berpengaruh terhadap

ketersedian bahan baku terkait dengan perencanaan pengembangan agroindustri

nenas, di Kabupaten Tapanuli Utara terdapat tiga daerah sentra produksi nenas,

Kecamatan Sipahutar, Pangaribuan dan Siborong-borong akan tetapi nenas

dengan kualitas paling baik adalah nenas dari Kecamatan Sipahutar hal ini di

karenakan lahan pertanian di Kecamatan Sipahutar sangat sesuai untuk ditanami

tanaman nenas sehingga dapat menghasilkan nenas dengan kualitas terbaik.

Sedangkan pengalaman agroindustri nenas merupakan faktor yang memiliki rata-

rata skor paling rendah yaitu 1,5. Rendahnya pengalaman responden berkerja

dalam agroindustri nenas disebabkan masih sangat rendahnya industri yang ada di

tempat penelitian, hal ini disebabkan penduduk di Kecamatan Sipahutar yang

kebanyakan bekerja sebagai petani, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari

mereka megandalkan penjualan hasil pertaniannya.

Setelah mengetahui skor rata-rata masing-masing faktor baik faktor internal

maupun faktor eksternal, kemudian megindetifikasi faktor-faktor internal yang

termasuk kelemahan ataupun kekuatan. Faktor internal yang memiliki skor rata-

rata 3-4 termasuk ke dalam kekuatan dan faktor yang memikiki skor rata-rata 1-2

termasuk kelemahan. Faktor-faktor eksternal yang memiliki skor rata-rata 3-4

termasuk dalam peluang dan faktor yang memiliki skor rata-rata 1-2 termasuk

dalam faktor ancaman.


Tabel 19. Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman Strategi
Pengembangan Agroindustri Nenas.
Faktor strategis Parameter Keterangan
Faktor strategis internal 1. Dukungan pemerintah 1. Mengukur dukungan atau
 Kekuatan bantuan pemerintah melalui
Dinas Perindustrian untuk
perencanaan pengembangan
agroindustri nenas di
Kecamatan Sipahutar berupa
pemasaran, peralatan, prasana
dan perijinan.

 Kelemahan 1. Ketersedian lembaga 1. Mendata jumlah lembaga


pelatihan pelatihan yang terdapat di
Kabupaten Tapanuli Utara.
2. Ketersedian tenaga kerja 2. Mendata jumlah tenaga kerja
terampil terampil terkait agroindustri
nenas di Kecamatan Sipahutar.

Faktor strategis eksternal 1. Lembaga Keuangan 1. Mendata jumlah lembaga


 Peluang keuangan sebagai lembaga yang
membantu permodalan.
2. Permintaaan pasar 2. Melihat kestabilan pasar terkait
produk agroindustri nenas yang
ada saat ini.
3. Selera masyarakat 3. Menilai tingkat selera
masyarakat melalui 5 kriteria,
yaitu tekstur, aroma, rasa, warna
dan kemasan.
4. Ketersedian bahan baku 4. Menilai ketersedian bahan baku
nenas yang tersedia di
Kecamatan Sipahutar terkait
dengan perencanaan
pengembangan agroindustri
nenas.
5. Produksi Nenas 5. Mendata produksi petani nenas
di Kecamatan Sipahutar.
6. Kualitas bahan baku 6. Melihat kualitas bahan baku
yang tersedia untuk diolah
menjadi produk agroindustri
nenas.
7. Pengalaman budidaya 7. Menilai tingkat pengalaman
nenas petani berbudidaya nenas,
terkait dengan ketersedian bahan
baku untuk perencanaan
pengembangan agroindustri
nenas di Kecamatan Sipahutar.
8. Alih fungsi lahan 8. Mengukur seberapa besar alih
fungsi lahan nenas di
Kecamatan Sipahutar, terkait
dengan ketersedian bahan baku
agroindustri nenas.
9. Kesesuaian lahan 9. Melihat kesesuain/kecocokan
lahan nenas untuk budidaya
nenas, untuk memenuhi bahan
baku agroindustri nenas.
10. Lingkup pemasaran 10. Mengukur luas cakupan
bantuan pemasaran produk
olahan nenas, apabila nantinya
agroindustri nenas di
kembangkan.

 Ancaman 1. Pengalaman agroindustri 1. Menilai tingkat pengalaman


nenas yang dimiliki oleh narasumber
mengenai agroindustri
khususnya agroindustri nenas.
2. Ketersedian tenaga kerja 2. Mendata jumlah tenaga kerja
profesional profesional terkait rencana
pengembangan agroindustri
nenas yang terdapat dalam
Dinas Perindustrian Kabupaten
Tapanuli Utara.

Sumber : Hasil analisis deskripsi di lokasi penelitian

5.2 Hasil Analisis Identifikasi Masalah 2, Ada Beberapa Strategi


Perencanaan Pengembangan Agroindustri Nenas.
5.2.1 Pembobotan Faktor Internal Dan Faktor Eksternal

Pembobotan dilakukan dengan menggunakan teknik komparasi berpasangan

dengan nilai banding 1, 2 dan 3. Setelah diperoleh nilai tiap faktor dari seluruh

responden, kemudian dicari rata-rata perbandingan seluruh responden dengan

mencari nilai rata-rata geometris dengan menggunakan rumus geometris dan

kemudian nilai rata-rata tersebut dinormalisasikan untuk mendapatkan nilai dari

masing-masing faktor strategis. Nilai ini mejadi bobot tiap faktor, pembobotan

faktor internal disajikan dalam tabel 18.


Tabel 20. Pembobotan Faktor Internal (IFAS)
No Uraian Bobot
1. Dukungan pemerintah 0.40
2. Ketersediaan lembaga pelatihan 0.33
3. Ketersediaan tenaga kerja terampil 0.27
Total 1.00
Sumber : Data lampiran 16

Faktor dukungan pemerintah memiliki nilai bobot yang paling besar yaitu 0,40.

Faktor yang memiliki bobot paling kecil adalah ketersedian tenaga kerja terampil

sebesar 0,27. Hal ini merupakan kondisi dimana ketersedian tenaga kerja terampil

menjadi salah satu kendala dalam pengembangan agroindustri nenas. Alasanya

ialah Ketersedian tenaga kerja terampil yang masih kurang memadai (kurang

tersedia) di tempat penelitian, oleh karena itu diharapkan masalah ini dapat dicari

solusinya, karena tenaga kerja terampil sangat dibutuhkan dalam pengembangan

agroindustri nenas tersebut, agar pengembangan yang dilakukan dapat berjalan

dengan maksimal. Hal ini dapat diatasi dengan cara memanfaatkan SDM lokal

yang tersedia dalam jumlah yang banyak agar diberikan pelatihan untuk

meningkatkan ketrampilan mereka.

Strategi pengembangan agroindustri nenas juga dipengaruhi oleh faktor-faktor

eksternal. Pembobotan eksternal disajikan pada tabel 19.


Tabel 21. Pembobotan Faktor Eksternal (EFAS)
No Uraian Bobot
1. Lembaga keuangan 0.06
2. Permintaan pasar 0.08
3. Selera masyarakat 0.08
4. Ketersediaan bahan baku 0.11
5. Pengalaman agroindustri nenas 0.08
6. Produktifitas nenas 0.10
7. Kualitas bahan baku 0.10
8. Pengalaman budidaya nenas 0.10
9. Alih fungsi lahan 0.03
10. Kesesuaian lahan 0.10
11. Lingkup pemasaran 0.09
12. Ketersediaan tenaga kerja profesional 0.07
Total 1.00
Sumber : Data lampiran 17

Ketersedian bahan baku merupakan faktor yang memiliki bobot yang paling besar

yakni 0,11. Hal penting yang dibutuhkan saat mengembangkan sebuah usaha

agroindustri ialah bahan baku.

Kemudian faktor yang memiliki bobot paling kecil adalah alih fungsi lahan

dengan bobot 0,03. Responden mengangap bahwa alih fungsi lahan tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap rencana pengembangan agroindustri

nenas, hal dikarenakan masih sangat minim alih fungsi lahan yang terjadi di

tempat penelitian, Kecamatan Sipahutar merupakan daerah yang mayoritas

masyarakat nya bekerja sebagai petani, khususnya sebagai petani nenas, oleh

karena itu untuk melakukan alih fungsi lahan meraka akan berpikir dua kali, jika

petani melakukan alih fugsi lahan maka petani akan kehilangan mata pencaharian,

yang megandalkan sektor pertanian untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.


5.2.2 Penentuan Strategi Pengembangan Agroindustri Nenas Berdasarkan
Analsisi SWOT

Tahap selanjutnya adalah evaluasi strategi pengembangan agroindustri nenas di

Kecamatan Sipahutar. Evalusasi strategi faktor internal dan eksternal dilakukan

dengan membuat tabel matriks evaluasi faktor strategis internal dan faktor

strategis eksternal. Adapun langkah yang dilakukan dalam evaluasi faktor internal

dan eksternal adalah membuat pembobotan, skoring, dan mencari skor yang

terbobot (bobot x skor). Besarnya bobot diperoleh melalui kombinasi

berpasangan. Sedangkan besar skor ditentukan peneliti berdasarkan parameter

yang ditetapkan, parameter tersebut ditetapkan berdasarkan data yang diperoleh

melalui hasi wawancara. Pada tahap penentuan skoring, skor menunjukkan

kekuatan dan kelemahan. Setelah itu dilakukan perhitungan skor dengan

melakukan perkalian bobot dan skor. Perkalian bobot dan skor faktor internal

pengembangan agroindustri nenas di Kecamatan Sipahutar disajikan dalam tabel

21.

Tabel 22. Matriks Evaluasi Faktor Strategis Internal (IFAS)


Faktor-faktor strategis internal Bobot Skor Bobot x
skor
Kekuatan
1. Dukungan pemerintah 0.40 2.9 1.16
Kelemahan
1. Ketersediaan lembaga pelatihan 0.33 2 0.66
2. Ketersediaan tenaga kerja 0.27 1.9 0.51
terampil
Total 1.00 8.8 2.23
Sumber : Data lampiran 18

Pada tahap penentuan skoring, skoring diberikan kepada faktor eksternal untuk

menentukan mana faktor yang menunjukkan peluang dan ancaman. Setelah itu

dilakukan perhitungan hasil skor dengan melakukan perkalian bobot dan skor.
Perkalian bobot dan skor faktor strategi pengembangan agroindustri nenas

disajiakan dalam tabel 22.

Tabel 23. Matriks Evalusasi Faktor Strategis Eksternal (EFAS)


Faktor-faktor strategis internal Bobot Skor Bobot x
skor
Peluang
1. Lembaga keuangan 0.06 3.3 0.19
2. Permintaan pasar 0.08 2.9 0.23
3. Selera masyarakat 0.08 3.3 0.26
4. Ketersediaan bahan baku 0.11 3.5 0.38
5. Produktifitas nenas 0.10 3.0 0.30
6. Kualitas bahan baku 0.10 3.5 0.35
7. Pengalaman budidaya nenas 0.10 3.1 0.31
8. Alih fungsi lahan 0.03 3.6 0.10
9. Kesesuaian lahan 0.10 3.7 0.37
10. Lingkup pemasaran 0.09 3.2 0.28
Ancaman
1. Pengalaman tentang agroindustri 0.08 1.5 0.12
nenas
2. Ketersediaan tenaga kerja 0.07 1.5 0.10
profesional
Total 1.00 36.1 2.99
Sumber : Data lampiran 19
Tabel 24. Gabungan Matriks Evaluasi Faktor Strategis Internal dan
Eksternal Pengembangan Agroindustri Nenas.
Faktor faktor strategis Bobot Skor Bobot x skor
Faktor faktor strategis internal
Kekuatan
1. Dukungan pemerintah 0.40 2.9 1.16
Total Skor Kekuatan 0.40 1.16
Kelemahan
1. Ketersediaan lembaga pelatihan 0.33 2 0.66
2. Ketersediaan tenaga kerja terampil 0.27 1.9 0.51
Total Skor Kelemahan 0.60 1.17
Selisih (Kekuatan-Kelemahan) -0.01
Faktor-faktor strategi eksternal
Peluang
1. Lembaga keuangan 0.06 3.3 0.19
2. Permintaan pasar 0.08 2.9 0.23
3. Selera masyarakat 0.08 3.3 0.26
4. Ketersediaan bahan baku 0.11 3.5 0.38
5. Produktifitas nenas 0.10 3.0 0.30
6. Kualitas bahan baku 0.10 3.5 0.35
7. Pengalaman budidaya nenas 0.10 3.1 0.31
8. Alih fungsi lahan 0.03 3.6 0.10
9. Kesesuaian lahan 0.10 3.7 0.37
10. Lingkup pemasaran 0.09 3.2 0.28
Total Skor Peluang 0.85 2.77
Ancaman
1. Pengalaman tentang agroindustri 0.08 1.5 0.13
Nenas
2. Ketersediaan tenaga kerja 0.07 1.5 0.10
Profesional
Total Skor Ancaman 0.15 0.23
Selisih (Peluang-Ancaman ) 2.54
Sumber : Data lampiran 18 dan 19

Dari tabel 23 menunjukkan bahwa selisih faktor strategis internal (kekuatan-

kelemahan) sebesar -0.01, ini artinya pengaruh kelemahan lebih besar terhadap

pengaruh kekuatan pada pengembangan agroindutri nenas di Kecamatan

Sipahutar. Hal ini berarti kelemahan internal berupa ketersedian lembaga

pelatihan dan ketersedian tenaga kerja terampil menjadi faktor yang lebih

dominan daripada faktor kekuatan.


Selisih antara faktor eksternal (peluang-ancaman) sebesar 2.54, ini artinya

pengaruh peluang lebih besar dibandingkan dengan pengaruh ancaman pada

pengembangan agroindustri nenas di Kecamatan Sipahutar. Hal ini berarti faktor

peluang eksternal yang berupa lembaga keuangan, permintaan pasar, selera

masyarakat, ketersedian bahan baku, produktifitas nenas, kualitas bahan baku,

pengalaman budidaya nenas, alih fungsi lahan, kesesuaian lahan dan lingkup

pemasaran mampu meminimalkan ancaman eksternal yang menghambat dalam

pengembangan agroindustri nenas di Kecamatan Sipahutar.

Setelah itu mencari posisi strategi pengembangan agroindustri nenas di

Kecamatan Sipahutar dengan menggunakan matriks posisi. Posisi strategi

pengembangan ditunjukan oleh titik kordinat (x,y). Nilai x diperoleh dari selisih

faktor internal (kekuatan-kelemahan) dan nilai y diperoleh dari selisih faktor

eksternal (peluang-ancaman). Berdasarkan tabel 15 diperoleh nilai x < 0 yaitu

-0,01 dan y > 0 yaitu 2,54. Posisi koordinat x dan y dapat dilihat pada diagram

cartesius pada gambar 4.


O (Y+) Kuadran I
3 Strategi Agresif
y = 2,54
2,5
Kuadran III
Strategi Turn Around 2

1,5

0,5
WX S
(-) X (+)
x = -0,01

1,510,5

Kuadran IV Kuadran II
Strategi Defensif Strategi Diversifikasi

Y (-) T

Gambar 4. Matrisk Posisi SWOT

Pada gambar 4 menunjukkan posisi strategi pengembangan agroindustri nenas di

Kecamatan Sipahutar berada pada kuadran III yang berarti posisi strategi

pengembangan agroindustri nenas berada pada posisi mendukung strategi Turn

Around, dimana mempunyai peluang besar dan juga kelemahan yang besar, maka

strategi yang dapat diterapkan adalah memaksimalkan peluang eksternal untuk

meminimalkan kelemahan internal atau sebaliknya meminimalkan kelemahan

internal dan mengoptimalkan peluang eksternal.

Strategi pengembangan agroindustri nenas di Kecamatan Sipahutar berada pada

kuadran III artinya Dinas Peindustrian Kabupaten Tapanuli Utara menghadapi


peluang yang besar tetapi sumber dayanya lemah, karena itu dapat memanfaatkan

peluang tersebut secara optimal, fokus strategi Dinas Perindustrian Kabupaten

Tapanuli Utara pada posisi seperti ini adalah meminimalkan kendala-kendala

internal. Kendala-kendala internal yang dihadapi yaitu kelemahan : ketersedian

lembaga pelatihan dan ketersedian tenaga kerja terampil. Adapun peluang yang

dimiliki adalah : ketersedian bahan baku, kesesuaian lahan, kualitas bahan baku,

pengalaman budidaya nenas dan produktifitas nenas. Faktor-faktor tersebut

merupakan kendala internal kelemahan dan peluang eksternal yang dominan yang

akan menentukan pembentukan strategi pengembangan agroindustri nenas.

5.2.3 Penentuan Alternatif Strategi Pengembangan Agroindustri Nenas

Tahapan akhir adalah penentuan alternatif strategi pengembangan agroindustri

nenas di Kecamatan Sipahutar dapat dilihat berdasarkan analisis SWOT yaitu

dibuat berdasarkan faktor-faktor strategi, baik internal (kekuatan-kelemahan)

maupun eksternal (peluang-ancaman). Berdasarakan matriks posisi analisis

SWOT pada gambar 4, maka dapat ditentukan alternatif strategi yang disusun atas

4 (empat) strategi utama, yaitu Strengts-Opportunities (SO), Weakness-

Opportunities (WO), Strenghts-Threats (ST), dan Weakness-Threats (WT).

Penentuan alternatif strategi pengembangan agroindustri nenas di Kecamatan

Sipahutar disajikan dalam tabel 24.


Tabel 25. Penentuan Aletrnatif Strategi Pengembangan Agroindustri Nenas
Di Kecamatan Sipahutar
Kekuatan (Strenght) Kelemahan (Weaknees)
IFAS 1. Dukungan pemerintah 1. Ketersediam lembaga
pelatihan
2. Ketersedian tenaga
EFAS kerja terampil
Peluang (Opportunity) Strategi SO Strategi WO
1. Lembaga keuangan 1. Melakukan kerja sama 1. Meningkatkan jumlah
2. Permintaan pasar dengan lembaga lembaga pelatihan
3. Selera masyarakat perbankan dan lembaga untuk meningkatkan
4. Ketersedian bahan keuangan melalui fasilitas mutu/kualitas dari
baku pemerintah Kabupaten produk agroindustri
5. Produktifitas nenas untuk meningkatkan yang akan dihasilkan
6. Kualitas bahan baku permodalan untuk W1-O4
7. Pengalaman budidaya meningkatkan skala usaha ,O5,O6,O7,09)
nenas (S1-O1). 2. Memanfaatkan
8. Alih fungsi lahan 2. Mengoptimalkan ketersedian tenaga
9. Kesesuaian lahan dukungan pemerintah kerja lokal untuk
10 Lingkup untuk melakukan diberikan pelatihan
pemasaran pemasaran agar untuk menambah ilmu,
masyarakat semakin cepat kemampuan dan
mengenal produk olahan kreatifitas mereka
nenas (S1-O2,O3,O10). dalam mengolah nenas
3. Menerapkan kebijakan (W2-O3,O4,O5,O6)
pemerintah, terkait dengan
rencana pengembangan
industri berbasis sentra
produksi dan industri
kecil menengah dengan
memanfaatkan bahwa
Kecamatan Sipahutar
merupakan daerah sentra
produksi tanaman nenas,
yang sesuai untuk
dikembangkan industri
kecil menengah berbasis
bahan baku nenas (S1-
O4,O5,O6,O7,O8,O9)
Ancaman (Threats) Strategi ST Strategi WT
1. Pengalaman 1. Melakukan kegiatan 1. Meningkatkan jumlah
agroindustri nenas pelatihan/sosialisasi untuk lembaga pelatihan
rendah. meningkatkan untuk meningkatkan
2. Ketersedian pengetahuan dan keahlian,ketrampilan,
tenaga kerja kemampuan tentang kreatifitas dan
profesional agroindustri nenas pada kapasitas pelaku usaha
pelaku usaha agroindustri dan tenaga kerjs
nenas (S1-T1). agroindustri
2. Melakukan investasi agroindustri nenas
berupa peralatan produksi (W2-T1,T2).
untuk mendorong
peningkatan kapasitas
produksi dan mengurangi
ketergantungan terhadap
tenaga kerja manusia. (S1-
T2).
Sumber : Hasil analis SWOT

5.2.4 Evaluasi Strategi Pengembangan Agroindustri

Nenas Strategi SO (Strenght-opportunity)

Adapun strategi yang dilakukan untuk mengembangkan agroindustri nenas di

Kecamatan Sipahutar dengan melihat kekuatan dan peluang adalah sebagai

berikut :

1. Melakukan kerja sama dengan lembaga perbankan dan lembaga keuangan

melalui fasilitas pemerintah Kabupaten untuk meningkatkan permodalan

(S1,O1).

2. Memanfaatkan dukungan pemerintah untuk melakukan pemasaran agar

masyarakat semakin cepat mengenal produk olahan nenas (S1,O2,O3)

3. Menerapkan kebijakan pemerintah, terkait dengan rencana pengembangan

industri berbasis sentra produksi dan industri kecil menengah dengan

memanfaatkan bahwa Kecamatan Sipahutar merupakan daerah sentra

produksi tanaman nenas, yang sesuai untuk dikembangkan industri kecil

menengah berbasis bahan baku nenas (S1-O4,O5,O6,O7,O8,O9)

Strategi di atas diperlakukan dengan mengoptimalkan beberapa kekuatan dan

dengan memaksimalkan peluang yang sebesar-besarnya agar tujuan untuk

mengembangkan agroindustri nenas dapat tercapai dengan cara memaksimalkan

kerjasama antara lembaga keuangan dan pelaku usaha, melakukan pemasaran


produk-produk agroindustri yang dihasilkan dan menerapkan kebijakan tentang

pengembangan industri di Kabupaten Tapanuli Utara.

Strategi WO (Weakness-Opportunity)

1. Meningkatkan jumlah lembaga pelatihan untuk meningkatkan mutu/kualitas

dari produk agroindustri yang akan dihasilkan (W1-O2,O5,O6,O7,09)

2. Memanfaatkan ketersedian tenaga kerja lokal untuk diberikan pelatihan untuk

menambah ilmu, kemampuan dan kreatifitas mereka dalam mengolah nenas

(W2-O3,O4,O5,O6)

Strategi diatas perlu dilakukan untuk mendukung rencana pengembangan

agroindustri nenas di Kecamatan Sipahutar, untuk mendukung ketersedian bahan

baku nenas dan untuk meningkatkan kemampuan/kreatifitas daripada pelaku

usaha agroindustri nenas.

Strategi ST (Strengt-Threats)

Adapun strategi yang dapat dilakukan untuk mengembangkan agroindustri nenas

di Kecamatan Sipahutar dengan melihat kekuatan dan anaman yang dimiliki

adalah sebagai berikut :

1. Melakukan kegiatan pelatihan/sosialisasi untuk meningkatkan pengetahuan

dan kemampuan tentang agroindustri nenas (S1,T1).

2. Melakukan investasi berupa peralatan produksi untuk mendorong

peningkatan kapasitas produksi dan ketergantungan terhadap tenaga kerja

manusia (S1,T2).
Strategi diatas diperlukan untuk meningkatkan kemampuan, kreatifitas dan juga

pengalaman daripada tenaga kerja agroindustri nenas, agar kegiatan agroindustri

nenas berjalan dengan maksimal dan dengan secara bersamaan melakukan

peningkatan teknologi untuk mengurangi penggunaan tenaga kerja yang kurang

terampil.

Strategi WT (Weakness-Threats)

Adapun strategi yang dapat dilakukan untuk mengembangkan agroindustri nenas

di Kecamatan Sipahutar dengan melihat kelemahan dan ancaman yang dimiliki

asalan sebagai berikut :

1. Meningkatkan jumlah lembaga pelatihan untuk meningkatkan keahlian,

ketrampilan, kreatifitas dan kapasitas pelaku usaha dan tenaga kerjs

agroindustri agroindustri nenas (W2,T1)

Strategi ini digunakan untuk meningkatkan jumlah lembaga pelatihan untuk

peningkatkan ketrampilan dan kapasitas tenaga kerja agroindustri nenas dan

menyediakan tenaga kerja profesional agar para pelaku usaha mendapatkan

pengalamam/pengetahuan untuk meningkatkan pemahaman mengenai

agroindustri nenas.

Berdasarkan rencana strategis Dinas Perindustrian Kabupaten Tapanuli Utara

tahun 2013-2018 (RENSTRA), strategi Dinas Perindustrian yang disusun dalam

rangka mencapai tujuan guna mewujudkan Visi dan Misi Dinas Perindustrian

Kabupaten Tapanuli Utara adalah Strategi meningkatkan kapasitas IPTEK sistem

produksi, mengembangkan industri kecil menengah, meningkatkan kemampuan

teknologi, penataan struktur industri, pengembangan sentra-sentra industri


potensial , pengembangan ekonomi kreatif dan teknopolis, peningkatan desain

inovasi produk, meningkatkan manajemen produksi, penetapan sentra industri

pangan olahan lokal berbasis produk unggulan, mengembangkan industri

pengolahan berbasis pangan (pertanian), meningkatkan pemasaran produk industri

dan meningkatkan industri kreatif yang bernilai tambah.


Tabel 26. Perbandingan strategi dari hasil analisis SWOT dengan rencana
strategis (Renstra) Dinas Perindustrian Kabupaten Tapanuli
Utara Tahun 2013-208

Renstra Dinas Perindustrian Hasil Penelitian


Kabupaten Tapanuli Utara
tahun 2013-2018
1. Strategi meningkatkan kapasitas 1. Melakukan kerja sama dengan lembaga perbankan dan
IPTEK sistem produksi. lembaga keuangan melalui fasilitas pemerintah Kabupaten
2. Mengembangkan industri kecil untuk meningkatkan permodalan.
menengah. 2. Memanfaatkan dukungan pemerintah untuk melakukan
3. Meningkatkan kemampuan pemasaran agar masyarakat semakin cepat mengenal produk
teknologi. olahan nenas.
4. Pengembangan sentra-sentra 3. Menerapkan kebijakan pemerintah, terkait dengan rencana
industri potensial dan penataan pengembangan industri berbasis sentra produksi dan
struktur industri. industri kecil menengah dengan memanfaatkan bahwa
5. Pengembangan ekonomi kreatif Kecamatan Sipahutar merupakan daerah sentra produksi
dan teknopolis. tanaman nenas, yang sesuai untuk dikembangkan industri
6. Peningkatan desain inovasi produk. kecil menengah berbasis bahan baku nenas.
7. Meningkatkan manajemen 4. Memanfaatkan ketersedian tenaga kerja lokal untuk
produksi. diberikan pelatihan untuk menambah ilmu, kemampuan dan
8. Penetapan sentra industri pangan kreatifitas mereka dalam mengolah nenas
olahan lokal berbasis produk 5. Meningkatkan jumlah lembaga pelatihan untuk
unggulan. meningkatkan mutu/kualitas dari produk agroindustri yang
9. Mengembangan industri akan dihasilkan
pengolahan berbasis pangan dan 6. Melakukan kegiatan pelatihan/sosialisasi untuk
meningkatkan industri kreatif yang meningkatkan pengetahuan dan kemampuan tentang
bernilai tambah. agroindustri nenas
10. Meningkatkan pemasaran produk 7. Melakukan investasi berupa peralatan produksi untuk
industri. mendorong peningkatan kapasitas produksi dan
11.Pemberian bantuan teknologi ketergantungan terhadap tenaga kerja manusia.
industri kepada pelaku industri 8. Meningkatkan jumlah lembaga pelatihan untuk
dodol nenas. peningkatkan pengalaman dan kapasitas tenaga kerja
12. Bantuan pemasaran produk agroindustri nenas.
olahan dodol nenas.
13. Melakukan pelatihan kepada para
pelaku industri dodol nenas

Setelah disandingkan antara rencana starategis (RENSTRA) Dinas

Perindustrian Kabupaten Tapanuli Utara dengan hasil analisis SWOT yang

dilakukan didapatkan hasil bahwa terdapat empat buah strategi yang sama

dengan hasil RENSTRA yaitu, memanfaatkan dukungan pemerintah untuk


melakukan pemasaran agar masyarakat semakin cepat mengenal produk

olahan nenas, menerapkan kebijakan pemerintah, terkait dengan rencana

pengembangan industri berbasis sentra produksi dan industri kecil menengah

dengan memanfaatkan bahwa Kecamatan Sipahutar merupakan daerah sentra

produksi tanaman nenas, yang sesuai untuk dikembangkan industri kecil

menengah berbasis bahan baku nenas, melakukan kegiatan

pelatihan/sosialisasi untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan

tentang agroindustri nenas, melakukan investasi berupa peralatan produksi

untuk mendorong peningkatan kapasitas produksi dan ketergantungan

terhadap tenaga kerja manusia. Hasil ini tidak kauh berbeda dengan rencana

strategis Dinas Perindustrian dimana strategi tersebut dapat dipergunakan

untuk membantu Dinas Perindustrian dalam mengembangkan industri nenas di

Kecamatan Spiahutar, karena belum adanya perencanaan secara komprehensif

(melibatkan segala faktor penentu) agar agroindustri nenas di Kecamatan

Sipahutar dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Kemudian

disarankan kepada pihak SKPD yaitu Dinas Perindustrian Kabupaten Tapanuli

Utara untuk alternatif strategi hasil penelitian yang tidak mencakup di dalam

RENSTRA dapat dijadikan menjadi sebuah program untuk mendukung

pengembangan agroindustri nenas di Kecamatan Sipahutar.


BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan agroindustri nenas di

Kecamatan Sipahutar meliputi kekuatan yaitu : dukungan pemerintah.

Kelemahan yaitu : ketersedian lembaga pelatihan, ketersedian tenaga kerja

terampil. Peluang yaitu : lembaga keuangan, permintaan pasar, selera

masyarakat, ketersedian bahan baku, produktifitas bahan baku, kualitas bahan

baku, pengalaman budidaya nenas, alih fungsi lahan, kesesuain lahan, kondisi

lingkungan pengembangan agroindustri nenas dan lingkup pemasaran.

Ancaman yaitu : pengalaman agroindustri nenas dan ketersedian tenaga kerja

professional.

2. Strategi pengembangan agroindustri nenas di daerah penelitian berada pada

daerah kuadran III. Hal ini berarti bahwa pengembangan agroindustri nenas

pada kondisi posisi mendukung strategi Turn Around. Strategi ini dipergunakan

untuk meningkatkan jumlah lembaga pelatihan untuk meningkatkan

mutu/kualitas dari produk agroindustri yang akan dihasilkan dan

memanfaatkan ketersedian tenaga kerja lokal untuk diberikan pelatihan untuk

menambah ilmu, kemampuan dan kreatifitas mereka dalam mengolah nenas.

Serta mengembangkan industri kecil menengah berbasih bahan baku pertanian.

6.2 Saran

1. Kepada Pelaku Usaha Agroindustri

Pengembangan agroindustri nenas di Kecamatan Sipahutar sangat berpeluang

besar untuk dikembangkan lebih jauh lagi, jika dilihat dari hasil penelitian

77
77
menunjukkan terdapat beberapa kekuatan-kelemahan dan peluang-ancaman

dan juga di hasilkan beberapa alternatif strategi yang dapat membantu

pengembangan agroindustri nenas di Kecamatan Sipahutar.

2. Kepada Pemerintah

a) Diharapkan pemerintah (Dinas Perindustrian) dapat menetapkan sentra

industri potensial yang akan dikembangkan, karena mengacu kepada renstra

Dinas Perindustrian, dimana salah satu rencana strategis Dinas Perindustrian

Kabupaten Tapanuli Utara yaitu : penetapan sentra industri pangan olahan

lokal berbasis produk unggulan, di Kabupaten Tapanuli Utara terdapat

beberapa sentra industri potensial, agar arah pengembangan industri yang

ada di Kabupaten tapanuli Utara dapat lebih ter-arah.

b) Menyediakan lembaga penyedia tenaga kerja dan tenaga kerja profesional

untuk mendukung pengembangan agroindustri nenas, karena minimnya

tenaga kerja terampil maupun profesional di tempat penelitian.

c) Begitu juga dengan lembaga pelatihan yang sangat dibutuhkan untuk

meningkatkan kapasitas tenaga kerja agroindustri nenas, bantuan pemasaran

produk olahan nenas supaya lebih cepat dikenal masyarakat dan mencari

investor yang bersedia untuk menanamkan modalnya untuk

mengembangkan agroindustri nenas di Kecamatan Sipahutar.

d) Mengembangkan industri kecil menengah mengacu kepada RENSTRA

Dinas Perindustrian Kabupaten Tapanuli Utara.

78
3. Kepada Peneliti Selanjutnya

Diharapkan peneliti selanjutnya untuk mengkaji aspek penyusunan dan tindak

lanjut program dalam strategi pengembangan agroindustri nenas ataupun

berbasis komoditi lainya.


DAFTAR PUSTAKA

Anggraini , Nuhfil, Wisynu.2017. Strategi Pengembangan Agroindustri Sari Apel


“Lestari”
(Studi Kasus di Koperasi Lestari Makmur, Desa Wonomulyo, Kecamata
Poncokusumo, Kabupaten Malang). Fakultas Pertanian, Jurusan Sosial
Ekonomi Pertanian, Universitas Brawijaya. Malang

Ardi, M.2017.Strategi Pengembangan Pemasaran Agroindustri Dodol Rasa


Buah.Skripsi.Universitas Sumatera Utara.Medan

Badan Pusat Statistik. 2017. Kabupaten Tapanuli Utara Dalam Angka 2017.BPS
Kabupaten Tapanuli Utara.

Badan Pusat Statistik. 2017. Kecamatan Sipahutar Dalam Angka 2017.BPS


Kabupaten Tapanuli Utara.

Badan Ketahanan Pangan.2015.Neraca Bahan Makanan.Badan Ketahanan Pangan


Nasional Indonesia.

Barutu G,M.2008.Strategi Pengembangan Agroindustri Nenas Berbasis Kelompok


Tani di Desa Kualu Nenas, Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar.

Bunda C, A, P.2016. Strategi Pengembangan Agroindustri Stroberi. Fakultas


Pertanian Universitas Galuh Ciamis.Ciamis

Haryanto,E Dan Hendarto,B. 1996. Nanas. Penerbit Swadaya : Jakarta

Karmadi. 2003. Analisa Efisiensi Dan Produktivitas Home Industri Lendre (Studi
Kasus Desa Padangan Kecamatan Padangan Kabupaaten Bojonegoro).
Universitas Muhammadiyah Malang, Malang

Mangunwidjaja,D. Dan Illah S. 2005. Pengantar Teknologi Pertanian. Penebar


Swadaya, Jakarta.

Nazzarudin Dan Muchlisah.1994.Buah Komersial.Jakarta:Penebar Swadaya.

Rangkuti, F.2009. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama
Rangkuti, F.1997.Analisis SWOT : Tehnik Membedah Kasus Dan Bisnis. Jakarta:
Erlangga.

Sunarjono, H. H., 1998. Prospek Berkebun Buah. Cetakan Ke-2. Penebar


Swadaya. 127 Hal.

Soekartawi, 1991. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Raja Grafindo


Persada,Jakarta.

Soekartawi, 2005.Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Jakarta, Rajawali Press.

Sufandi.2006.Strategi Pengembangan Agroindustri Pedesaan di Kabupaten


Bengkalis.Sekolah Pasca Sarjana Institus Pertanian Bogor.

Toguria, N. R. 2014. Strategi Pengembangan Komoditas Kopi Mandailing.


Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan
82
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai