BAB IV
diunggulkan adalah kopi robusta, jenis kopi robusta yang sering dibudidayakan
Gemawang dilakukan mulai dari bulan Maret yaitu berupa pengolahan lahan
atau yang lebih dikenal dengan istilah lokal pendangiran. Tahap selanjutnya
pengendalian hama. Tahap perawatan dilakukan pada bulan Maret, Oktober dan
sebelum panen yaitu pada bulan Mei. Petani kopi robusta di Kecamatan
Gemawang pada umumnya melakukan panen raya yang dimulai bulan Mei
hingga Juni, dan berakhir pada bulan Agustus hingga September. Kecamatan
sebanyak 408,81 ton. Hasil ini membuktikan bahwa sentra komoditas kopi di
pada Tabel 1.
23
Tabel 1. Luas Lahan, Luas Lahan Sawah, Luas Lahan Bukan Sawah di Kecamatan
Gemawang Kabupaten Temanggung 2016. (Sumber: BPS Kecamatan Gemawang,
2017.)
memiliki jumlah luas lahanyang bukan bukan sawah lebih besar daripada
32,445 jiwa diantaranya 16.381 pria dan 16.604 wanita yang terbagi atas 10
Tabel 2. Banyaknya Rumah Tangga dan Penduduk Menurut Jenis Kelamin Dirinci
Per Desa di Kecamatan Gemawang 2016. (Sumber:BPSKecamatan Gemawang,
2017.)
jumlah penduduk terbanyak dengan 5.838 jiwa dengan 2.957 jiwa laki-lakidan
hal ini disebabkan oleh lahan sawah yang cukup luas untuk dimanfaatkan
No Pekerjaan Persentase
-----%----
1. Petani Tanaman Pangan 43,10
2. Petani Perkebunan 42,10
3. Petani Kehutanan 1,30
4. Industri 3,40
5. Bangunan 2,76
6. Pengangkutan & Komunikasi 1,16
7. Jasa-Jasa 4,77
8. Lain-lain 0,41
Jumlah .. 100,00
..
padi, jagung, ketela pohon, dan kacang tanah serta tanaman perkebunan meliputi
keluarga seperti anak dan istridalam kegiatan budidaya kopi robusta, seperti pada
proses pengolahan lahan atau yang lebih dikenal sebagai kegiatan pendangiran
lebih berat untuk dikerjakan, sehingga tenaga kerja wanita hanya membantu
26
dalam kegiatan ringan sepertiperawatan tanaman, hal ini sesuai dengan pendapat
Berliani (2017) yang menyatakan bahwa tenaga kerja pria umumnya dapat
yaitu proses pemupukan, penyetekan, dan pengendalian hama hingga pada proses
pasca panen karena pekerjaan tersebut bersifat relatif mudah untuk dikerjakan, hal
ini sesuai dengan pendapat Sormin (2016) yang menyatakan bahwa tenaga kerja
wanita juga berperan penting dalam budidaya tanaman kopi, yaitu dengan
kopi robusta membutuhkan waktu sebanyak 9 hingga 10 bulan per musim panen.
sosial terhadap curahan waktu kerja petani kopi robusta. Responden pada
memiliki lahan sendiri. Identitas responden untuk penelitian ini meliputi umur,
pekerjaan lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Harahap et al. (2015) yang
kerja Petani antara lain yaitu umur, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman
4.3.1. Umur
petani maka petani tersebut akan semakin membutuhkan waktu yang lama untuk
dalam usia tidak produktif. Umur petani termuda yaitu 20 tahun dan tertinggi 64
tahun dengan rata-rata umur yaitu 41 tahun. Petani kopi robusta yang berumur 15
hingga 54 tahun tergolong pada usia produktif bekerja. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Fauziyah et al. (2014) yang menyatakan bahwa
petani dikategorikan dalam usia produktif pada umur 15 hingga 54 tahun, dengan
rata rata umur responden 51 tahun. Sehingga sebagian besar petani kopi robusta di
kegiatan usahatani, sehingga curahan waktu yang diberikan cukup besar. Hal ini
28
petani berada dalam umur produktif maka efektivitas curahan jam kerja akan
meningkat dan semakin tua usianya maka efektivitas curahan jam kerja akan
semakin menurun karena kemampuan fisik yang dimiliki juga semakin menurun.
belum mandiri secara ekonomi, sehingga menjadi tanggung jawab kepala keluarga
maka curahan waktu yang dibutuhkan semakin sedikit karena banyaknya anggota
Responden Petani
Jumlah Tanggungan
Jumlah Persentase
Keluarga
---orang--- ---orang--- ---%---
Tidak memilikitanggungan .3 3,06
1 23 23,46
2 53 54,10
3 16 16,32
>3 .3 3,06
Jumlah 60 ..100,00
disatu rumah dan belum bekerja yang biasanya berupa anak-anak yang masih
29
berada dalam usia sekolah dan orang tua yang tidak bekerja.Jumlah tanggungan
keluarga responden tergolong kecil karena kurang dari 3 anggota keluarga yang
masih ditanggung oleh kepala keluarga, hal ini sesuai dengan pendapat Widyawati
dan Pujiyono (2013) yang menyatakan bahwa keluarga petani pada umumnya
memiliki lebih dari 3 anggota keluarga yang menjadi tanggungan. Petani kopi
tidak berkontribusi terhadap usahatani yang dimiliki oleh kepala keluarga karena
anggota keluarga tersebut pada umumnya adalah anak yang masih dalam tahap
pendidikan, sehingga kepala keluarga harus bekerja lebih keras untuk mencari
jumlah tanggungan keluarga, jumlah kebutuhan keluarga yang harus dipenuhi juga
semakin banyak, sehingga dibutuhkan waktu yang lebih banyak untuk bekerja
digunakan untuk melakukan kegiatan bertani kopi robusta dari awal bekerja
Responden Petani
Pengalaman Bekerja
Jumlah Persentase
---tahun--- ---orang--- ---%---
>40 .4 . 4,10
31 – 40 19 19,38
21 – 30 34 34,69
11 – 20 30 30,61
1 – 10 11 11,22
Jumlah 98 .100,00
berjumlah sedikit karena kurangnya minat generasi muda untuk bekerja dalam
dari orang tua sejak kecil, sehingga petani tersebut sudah terampil dan terbiasa
lebih cepat dalam mengerjakan lahan dan dapat mencurahkan waktunya secara
lebih efektif. Hal ini sesuai dengan pendapat Edwar (2011), yang menyatakan
Responden Petani
Pendidikan Terakhir
Jumlah Persentase
---orang--- ---%---
Tidak Bersekolah 43 43,87
SD 31 31,63
SMP 13 13,26
SMA .9 9,18
S1 .2 2,06
Jumlah .98 .100,00
yang lebih tinggi. Sehingga sebagian besar petani hanya lulus SD atau tidak
maka petani akan memiliki pola pikir yang semakin baik, sehingga
usahatani yang dimiliki, dan waktu kerja yang dicurahkan akan semakin
efektif.Hal ini sesuai dengan pendapat Hanafie (2010) yang menyatakan bahwa
Tingkat pendidikan akan berpengaruh pada sikap mental dan perilaku tenaga
32
kopi walaupun tidak memiliki pendidikan yang tinggi, hal ini sesuai dengan
lahan atau sawah milik keluarga dan mereka sudah terbiasa bertani sejak kecil.
dari kegiatan bertani kopi robusta. Pekerjaan Lain Petani kopi robusta di
Responden Petani
Pekerjaan
Jumlah Persentase
---orang--- ---%---
Pertanian (Pangan, Perkebunan,
93 98,89
Peternakan)
Non-pertanian (Pegawai swasta,
5 5,11
pegawai pemerintahan)
Jumlah 98 .100,00
responden pada umumnya memilih pekerjaan lain sebagai petani komoditas lain
seperti padi atau tembakau dan merangkap menjadi peternak.Petani yang bekerja
33
di bidang non pertanian adalah petani yang merangkap menjadi perangkat desa,
sehingga waktu yang dimiliki lebih dicurahkan untuk pekerjaan tersebut. Petani di
Kecamatan Gemawang pada umumnya tidak memiliki pekerjaan lain yang tidak
berada dalam bidang pertanian dikarenakan oleh pekerjaan sebagai petani yang
satu kali MP (Musim Panen) yaitu selama 10 bulan. Hal ini sesuai dengan
kerja Petani selama satu kali musim panen menggunakan rumus: C = Ca1 + Ca2 +
Ca3 + Ca4 + Ca5 + Ca6 yang dimana C merupakan curahan waktu kerja dan Ca1
(Ca5), pasca panen (Ca6) yang diukur dalam jam/hari dengan rumus jam x
frekuensi x hari.
10 bulan per musim panen dan terbagi mulai dari pengolahan tanaman yang
dilakukan 2 hingga 3 kali yaitu pada bulan Oktober dan Maret. Proses pemupukan
tanaman kopi robusta dilakukan dengan pemberian pupuk organik atau anorganik,
dan dilakukan dua kali dalam setahun yaitu pada sebelum dan sesudah panen yaitu
pada bulan Mei dan Agustus. Pengedalian hama dan penyakit dilakukan dengan
Panen dilakukan dengan memetik buah yang sudah matang pada tanaman
panen, kegiatan ini dilakukan sebanyak 4 hingga 5 kali selama bulan Juni hingga
hingga penyimpanan dan diolah dengan digoreng atau menjadi bubuk kopi,
kegiatan ini dilakukan sebanyak 1 kali pada bulan Juni hingga Agustus karena
Tabel 10. Alokasi Curahan Waktu Kerja Petani Kopi Robusta per 1 Kali Musim
Panen (10 Bulan).
Berdasarkan Tabel 10, dapat diketahui bahwa total curahan waktu kerja sebesar
841 jam per musim panen, rata-rata 2,763 jam/hari, dengan rata-rata jumlah
semua kegiatan budidaya kopi robusta dibantu oleh istri dan anggota keluarga
lainnya, kecuali pada kegiatan panen dimana petani pada umumnya menyewa
tenaga kerja sewa yang biasanya berupa tenaga kerja wanita untuk memudahkan
dan mempercepat proses panen. Hal ini disebabkan oleh tingkat keterampilan
petani wanita yang lebih tinggi dari petani pria, sehingga pemilik lahan cenderung
memilih lebih banyak tenaga kerja petani wanita dibandingkan dengan petani pria.
Hal ini sesuai dengan pendapat Berliani (2017) yang menyatakan bahwa petani
wanita pada umumnya lebih cekatan dan terampil dalam melakukan kegiatan
memakan waktu dalam budidaya kopi robusta dikarenakan oleh kegiatan tersebut
berupa kegiatan yang bersifat berat seperti pembuatan rorak atau pembuatan
lubang untuk menjadi sarana penyimpanan pupuk organik atau sebagai saluran got
lahan yang berupa pembersihan lahan dan pembuatan rorak membutuhkan waktu
sisa gulma yang ada setelah musim panen sebelumnya. Hal ini dilakukan agar
tanaman kopi terhindar dari berbagai macam penyakit dan juga agar dapat
cangkul dan sabit.Pengolahan lahan memerlukan curahan waktu kerja 254 jam
untuk satu kali musim panen. Hal ini sesuai dengan pendapat Mulyoutami et al.
yang ada agar dapat mencapai produksi yang tinggi. Kegiatan pemupukan
Kegiatan ini dilakukan 2 kali dalam satu tahun, yaitu pada awal dan akhir musim
penghujan. Pupuk yang digunakan adalah pupuk kimia seperti urea, TSP, KCL,
Dolomite dengan takaran 5 ons. Pupuk yang digunakan oleh petani kopi robusta
Gemawang dengan menggunakan kartu tani. Hal ini disebabkan oleh tanaman
37
berupa kegiatan perbanyakan bahan tanaman. Proses ini juga terdiri dari
kurang mahir dalam melakukan kegiatan penyetekan. Hal ini sesuai dengan
merupakan cara perbanyakan tanaman kopi yang umum dilakukan dengan tujuan
memanfaatkan dua sifat unggul dari bibit batang bawah tahan terhadap hama
nematoda parasit akar, dan sifat unggul dari batang atas yaitu mempunyai
yang dianggap mengganggu pertumbuhan tanaman, dan dilakukan dua kali dalam
setahun yaitu pada sebelum dan sesudah panen.Kegiatan ini dibagi menjadi 3
tahap yang berupa pemangkasan pada bentuk yang berguna untuk mencegah agar
tanaman kopi tidak tumbuh terlalu tinggi serta dilakukan pada tahun pertama
yang berguna untuk menumbuhkan cabang yang bersifat produktif, dan dilakukan
pada awal musim penghujan. Tahap yang terakhir adalah pemangkasan rejuvenasi
yang berguna untuk tanamn yang sudah tua agar dapat mengembalikan
insektisida yang sesuai dengan hama yang ada, dan dilakukan pada saat musim
tidak terlalu memperhatikan proses ini karena pada umumnya hama yang
per musim panen. Hama yang menyerang tanaman kopi robusta adalah seperti
jamur upas, hama penggerek, nematoda, dan semut. Jamur upas dan hama
robusta lebih sering untuk mencabut danmembakar ranting yang terserang oleh
Hal ini harus dilakukan secara cepat karena dapat menyebar ke tanaman
lain dan berpotensi mengurangi produksi. Hama semut dapat dicegah dengan
menggunakan semprot insektisida atau hanya dengan memakai penutup mata dan
caping karena pada umumnya tidak terlalu bersifat menggangu produksi, namun
dapat mempersulit proses panen. Pada umumnya, kegiatan ini dilakukan oleh
39
petani pria dikarenakan dalam pengendalian hama dan penyakit petani pria lebih
ini sesuai dengan pendapat Rahardjo (2017) yang menyatakan bahwa kegiatan
pengendalian hama bertujuan untuk mencegah kopi dari serangan OPT seperti
Kegiatan panen dibagi menjadi tiga tahap, yang pertama adalah tahap awal
dimana petani memetik atau memotong tanaman yang terpapar oleh penyakit dan
terserang hama, tahap ini dilakukan pada awal musim panen yaitu juni. Tahap
selanjutnya adalah panen raya dimana tanaman kopi dipanen saat buahnya terlihat
60% hingga 80% memerah dikarenakan kekhawatiran petani akan adanya pihak-
pihak yang mengambil panen petani kopi robusta. Tahap ketiga adalah tahap
untuk mengambil sisa-sisa tanaman yang sudah terlambat masak atau tanaman
yang dianggap kurang baik sehingga tidak dipilih pada proses sebelumnya.
tenaga kerja untuk tahap panen raya karena kurangnya tenaga kerja yang dimiliki
berdasarkan jumlah panen harian yang telah ditentukan. Varietas kopi robusta
yang umum dipanen di Kecamatan Gemawang adalah varietas Sri Ayu, varietas
ini dipilih karena memiliki naungan yang banyak. Kegiatan panen dilakukan
setiap 9 hingga 10 hari sekali selama dua bulan, yaitu pada bulan Juli hingga
bulan Agustus. Curahan waktu kerja pada kegiatan panenadalah 222 jam per satu
kali musim panen(7-8 jam per hari). Petani kopi robusta di Kecamatan Gemawang
pada umumnya menyewa tenaga kerja petani wanita untuk membantu pada proses
40
panen, hal ini disebabkan oleh tenaga kerja wanita yang dinilai lebih ulet dan
cermat dalam memetik dan memilih buah dibanding petani pria. Hal ini sesuai
dengan cara memetik buah pada usia 2,5 hingga 3 tahun dengan kematangan yang
dan memisahkan buah yang cacat, atau yang lebih dikenal sebagai tahap sortasi.
Kegiatan pasca panen memiliki rata-rata curahan waktu kerja sebanyak 119 jam
selama 7 jam per hari. Buah dijemur dibawah terik matahari kurang lebih satu
hingga dua minggu dikarenakan cuaca yang kurang menentu, pada tahap ini buah
yang dikeringkan juga dibalik agar proses pengeringan dapat lebih merata dan
cepat.
penggiling, lalu biji kopi di sortasi ulang agar dapat terpisahkan dari kulit dan
buah yang kurang baik setelah dijemur. Proses selanjutnya adalah penyimpanan
biji kopi didalam karung yang berguna agar aroma kopi tetap terjaga. Tahap
selanjutnya adalah proses pengolahan secara lanjut dengan menyangrai biji kopi
yang umumnya dilakukan secara manual karena tidak semua petani memiliki
mesin roaster. Beberapa petani juga melakukan proses penggilingan kopi agar
menjadi kopi bubuk yang dibantu dengan mesin. Proses ini bertujuan untuk
menambah nilai jual kopi sehingga petani mendapatkan untung yang lebih
banyak. Hal ini sesuai dengan pendapat Syakir, (2010) yang menyatakan bahwa
pengolahan umumnya dibedakan menjadi dua yaitu dengan proses basah yaitu
41
penyimpanan dan semi basah yaitu penjemuran 1-2 hari dengan kadar air ± 40 %,
pengupasan kulit cangkang, penjemuran biji hingga kadar air mencapai nilai 11-
hubungan antara variabel dependen, yaitu curahan waktu kerja dengan variabel
atau tidak dengan cara melihat nilai signifikansi P value, jika nilai > 0,05 maka
yang telat dilakukan, didapatkan hasil nilai p value sebesar 0,09 yang dimana nilai
tersebut > 0,05 dan dapat disimpulkan data berdistribusi normal (Lampiran. 4).
Hal ini sesuai dengan pendapat Santoso, (2010) yang menyatakan bahwauji
berdistribusi normal atau tidak. Jika angka signifikansi >0,05, maka data
42
berdistribusi normal. Sedangkan jika angka signifikansi < 0,05, maka data tidak
berdistribusi normal.
2
4.5.2. Uji Koefisien Determinasi (R )
2
R sebesar 0,352 (Lampiran. 5).
Inflation Factor (VIF). Uji multikolienaritas dapat dilihat dari Tabel 10.
Variabel VIF
Umur 1,042
Jumlah Tanggungan Keluarga 1,030
Pengalaman Bekerja 1,021
Tingkat Pendidikan 1,058
Pekerjaan Lain 1,031
Berdasarkan Tabel 10, maka dapat diketahui nilai VIF pada semua variabel
independen kurang dari 10 yang artinya data tidak terjadi korelasi atau
dilihat dari nilai Variace Inflation Factor (VIF). Jika nilai VIF < 10, maka tidak
ada gejala multikolinearitas dan jika nilai VIF > 0,10 maka tidak ada gejala
multikolinearitas.
43
heteroskedastitas dapat diketahui dari pola titik-titik atau Scatter Plot, jika Scatter
dikarenakan pola residual pada Scatter Plot terlihat beraturan dan tidak acak
(Lampiran. 7).
yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada
Run Test. Run Test digunakan untuk mengetahui apakah residual terjadi secara
random atau tidak dengan melihat nilai Asymp. Sig. (2-tailed) pada tabel
Berdasarkan data yang telah diuji, hasil menunjukkan nilai 0,053 yang berarti
lebih dari 0,05 hipotesis nol diterima sehingga disimpulkan bahwa data tidak
keluarga (X2), pengalaman bekerja (X3), tingkat pendidikan (X4), dan pekerjaan
lain (X5) berpengaruh terhadap curahan waktu kerja wanita (Y). Hasil analisis
Y= 1523,672-72,588X1-130,499X2-15,815X3-44,866X4-18,623X5 + e
Keterangan :
Y = Curahan Waktu Kerja Petani (jam / 1 kali musim panen)
b1.. b5 = Koefisien regresi (intercept)
X1 = Umur (tahun) (Skor)
X2 = Jumlah Tanggungan Keluarga (Skor)
X3 = Pengalaman Bekerja (tahun) (Skor)
X4 = Tingkat Pendidikan (Skor)
X5 = Pekerjaan Lain (Skor)
e = Koefisien error
45
konstan, maka variabel nilai curahan waktu kerja memberi pengaruh yang sebesar
1523,672 satuan.
b1 = -72,588 artinya apabila variabel umur (X1) naik satu satuan, variabel curahan
waktu kerja akan turun (Y) sebesar 72,588 satuan dengan asumsi variabel bebas
b2 = -130,499 artinya apabila variabel pendidikan terakhir (X2) naik satu satuan,
variabel curahan waktu kerja akan turun (Y) sebesar 130,499 satuan dengan
asumsi variabel bebas lain konstan (X1, X2, X3, X4, X5 = 0).
b3 = -15,815 artinya apabila variabel jumlah tanggungan (X3) naik satu satuan,
variabel curahan waktu kerja akan turun (Y) sebesar 15,815 satuan dengan asumsi
b4 = -44,866 artinya apabila variabel penerimaan terakhir (X5) naik satu satuan,
variabel curahan waktu kerja akan turun (Y) sebesar 44,866 satuan dengan asumsi
b5 = -18,623artinya apabila variabel luas lahan (X5) naik satu satuan, variabel
curahan waktu kerja akan turun (Y) sebesar 18,623 satuan dengan asumsi variabel
4.5.7. Uji F
Uji F yaitu uji yang digunakan untuk melihat apakah variabel independen
(X) berpengaruh secara serempak terhadap variabel dependen (Y) dan diketahui
dengan cara melihat nilai signifikansi. Berdasarkan uji F yang telah dilakukan
didapatkan hasil signifikansi F sebesar 0,00 yang berarti nilai tersebut < 0,05 dan
keluarga (X2), pengalaman bekerja (X3), tingkat pendidikan (X4), dan pekerjaan
4.5.8. Uji t
dependen (Y) jika nilai signifikansi <0,05(Lampiran. 5). Hal ini dapat dilihat dari
tersebut <0,05 dengan nilai koefisien variabel sebesar -72,588 satuan dan dapat
petani (Y). Hal ini disebabkan oleh jika petani berada dalam umur yang produktif,
yang dihasilkan lebih kuat dan waktu yang dibutuhkan untuk bekerja di lahan
lebih cepat dibandingkan petani yang kurang produktif, sehingga curahan waktu
47
kerja. Hal ini sesuai dengan pendapatNovita (2012) yang menyatakan bahwa
semakin muda petani biasanya akan semakin semangat untuk bekerja dan begitu
juga sebaliknya.
berarti nilai tersebut <0,05 dengan nilai koefisian variabel sebesar -130,499
terhadap curahan waktu kerja petani (Y). Hal ini dikarenakan kepala keluarga
yang pada umumnya memiliki jumlah tanggungan yang tinggi, sehingga anggota
semakin sedikit dan curahan waktu kerja semakin menurun. Hal ini sesuai dengan
yang tinggi pada suatu rumah tangga tanpa diikuti dengan peningkatan dari segi
bekerja.
48
berarti nilai tersebut >0,05 dengan nilai koefisien variabel sebesar -15,815 dan
berarti nilai tersebut <0,05 dengan nilai koefisien variabel sebesar -44,866X4dan
tersebut lebih gampang untuk menerima teknologi baru atau melakukan pekerjaan
sesuai prosedur.Hal ini sesuai dengan pendapat Hanafie (2010) yang menyatakan
bahwa tingkat pendidikan akan berpengaruh pada sikap mental dan perilaku
Pengaruh pekerjaan lain petani terhadap curahan waktu kerja Petani kopi
berarti nilai tersebut >0,05 dengan nilai koefisien variabel sebesar -18,623 X5dan
curahan waktu kerja Petani (Y).Hal ini disebabkan oleh petani di Kecamatan
rangkaian dalam pertanian yang terintegrasi, sehingga bertani kopi robusta bukan
satu-satunya kegiatan yang dilakukan oleh petani dalam satu tahun, tetapi petani
pekerjaan tersebut telah memiliki jadwal yang teratur dan tidak mengganggu
waktu yang seharusnya digunakan untuk budidaya tanaman kopi.Hal ini sesuai
kerja menyebabkan kurangnya minat petani dalam menambah pekerjaan lain yang
dimiliki.