BAB I
PENDAHULUAN
Tabel 1.1. Luas Lahan di Kabupaten Kayong Utara Tahun 2015 (hektar)
Penggunaan Lahan
Total Luas
Kecamatan Pertanian Bukan
Sawah Lahan
Bukan sawah Pertanian
Pulau Maya 8.400 100.164 1.326 109.890
Sukadana 5.816 31.594 57.510 94.920
Simpang Hilir 6.941 53.280 81.949 142.170
Teluk Batang 3.398 8.000 26.170 37.568
Seponti 6.520 4.898 26.124 37.542
Total 31.075 197.936 193.079 422.090
Sumber: BPS Kabupaten Kayong Utara, 2016
paling banyak adalah sektor pertanian, perkebunan, kehutanan dan peternakan yaitu
sebesar 85,26 persen.
Berdasarkan Tabel 1.1. terlihat bahwa lahan pertanian di Kabupaten Kayong
Utara cukup luas yaitu 229.011 hektar atau 54 persen dari total luas lahan secara
keseluruhan. Hal ini tentunya menjadi peluang yang cukup baik untuk
pengembangan sektor pertanian di Kabupaten Kayong Utara. Namun pada
kenyataannya lahan tersebut belum bisa dimaksimalkan penggunaannya. Hal ini
ditunjukkan dengan masih banyaknya lahan yang tidak terpakai. Berdasarkan data
statistik tahun 2015 dari total luas lahan sawah, sebanyak 10.645 hektar tidak
ditanami apapun. Luas lahan pertanian yang menghasilkan masih tergolong kecil
apabila dibandingkan dengan luas lahan yang tersedia. Data produksi komoditas
pertanian di Kabupaten Kayong Utara selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.2.
berikut:
Tabel 1.2. Luas Panen, Rata-rata Produksi dan Produksi Tanaman Pangan
di Kabupaten Kayong Utara Tahun 2015
Rata-rata
Luas Panen Produksi
Jenis Tanaman Produksi
(Ha) (Ton)
(Kw/Ha)
1. Padi 19.290 25,19 48.595
2. Jagung 20 25,17 48.306
3. Ubi Kayu 143 152,36 2.179
4. Ubi Jalar 52 72,47 377
5. Kacang tanah 22 9,86 22
6. Kacang Kedelai 5 10,00 5
7. Kacang Hijau - - -
Tabel 1.3. Luas Panen, Rata-rata Produksi dan Produksi Tanaman Pangan
di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2015
Rata-rata
Luas Panen Produksi
Jenis Tanaman Produksi
(Ha) (Ton)
(Kw/Ha)
1. Padi 433.944 29,40 1.275.707
2. Jagung 31.851 32,57 103.742
3. Ubi Kayu 10.609 163,49 173.448
4. Ubi Jalar 1.673 88,84 14.863
5. Kacang tanah 841 11 945
6. Kacang Kedelai 1.647 16,01 2.637
7. Kacang Hijau 1.462 7,54 1.102
bervariasi dari tahun 2012 sampai 2015. Perbandingan produksi tanaman pangan di
Kecamatan Seponti dengan kecamatan lainnya dapat dilihat pada tabel 1.5.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Komoditas tanaman pangan apakah yang menjadi komoditas unggulan di
Kecamatan Seponti Kabupaten Kayong Utara ?
2. Alternatif strategi apakah yang dapat diterapkan untuk pengembangan
komoditas unggulan di Kecamatan Seponti Kabupaten Kayong Utara ?
3. Strategi terbaik mana yang dapat diterapkan untuk pengembangan
komoditas unggulan di Kecamatan Seponti Kabupaten Kayong Utara ?
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengidentifikasi komoditas tanaman pangan yang menjadi
komoditas unggulan di Kecamatan Seponti Kabupaten Kayong Utara
2. Untuk merumuskan alternatif strategi pengembangan komoditas unggulan
yang dapat diterapkan di Kecamatan Seponti Kabupaten Kayong Utara
3. Untuk memilih strategi terbaik pengembangan komoditas unggulan di
Kecamatan Seponti Kabupaten Kayong Utara
7
BAB II
KERANGKA PEMIKIRAN
modal dan teknologi yang tinggi pula. Pada tahap ini produk pertanian seluruhnya
ditujukan untuk melayani keperluan pasar komersial.
2.1.4. Strategi
Setiap perubahan yang terjadi pada sektor basis akan menimbulkan efek ganda
(multiplier effect). Bertambah banyaknya kegiatan basis dalam suatu wilayah akan
menambah arus pendapatan kedalam wilayah yang bersangkutan, yang selanjutnya
menambah permintaan terhadap barang atau jasa di dalam wilayah tersebut.
Sebaliknya, berkurangnya aktivitas basis akan mengakibatkan berkurangnya
pendapatan yang mengalir kedalam suatu wilayah, sehingga menyebabkan
turunnya permintaan produk dari aktivitas non basis (Adisasmita, 2005).
Untuk menganalisis basis ekonomi suatu wilayah, salah satu teknik yang lazim
digunakan adalah kuosien lokasi (location quotient, LQ). Analisis LQ digunakan
untuk mengetahui seberapa besar tingkat spesialisasi sektor-sektor basis atau
unggulan (leading factor). Dalam teknik LQ, berbagai peubah (faktor) dapat
digunakan sebagai indikator pertumbuhan wilayah, misalnya kesempatan kerja
(tenaga kerja) dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) suatu wilayah
(Adisasmita, 2005).
Menurut Widodo (2006) dengan analisis Location Quotient (LQ) dapat
ditentukan kapasitas ekspor perekonomian daerah dan derajat kemandirian suatu
sektor. Dalam analisis LQ, kegiatan ekonomi suatu daerah dibagi menjadi 2
golongan, yaitu:
i. Kegiatan sektor yang melayani pasar di daerah itui sendir maupun di luar
daerah yang bersangkutan. Industri seperti ini dinamakn industri basis.
ii. Kegiatan sektor yang melayani pasar di daerah tersebut, jenis ini dinamakan
industri non basis atau industri lokal
Analisis LQ merupakan suatu alat yang dapat digunakan dengan mudah, cepat
dan tepat. Karena kesederhanaannya teknik LQ dapat dihitung berulang kali dengan
menggunakan peubah acuan dan periode waktu. Perhitungan LQ dapat dilakukan
untuk membandingkan indikator ditingkat provinsi dengan ditingkat nasional.
Analisis LQ dimaksudkan untuk mengidentifikasi dan merumuskan komposisi dan
pergeseran sektor-sektor basis suatu wilayah dengan menggunakan PDRB sebagai
indikator pertumbuhan wilayah. Formulasi matematisnya yaitu (Adisasmita, 2005):
15
1 /
LQ = 1 /
Dimana:
dalam menentukan seberapa jauh daya saing industri daerah (lokal) dengan
perekonomian yang dijadikan referensi (Widodo, 2006).
Menurut Tarigan (2012) Analisis Shift-Share juga membandingkan perbedaan
laju pertumbuhan berbagai sektor di daerah dengan ilayah nasional. Akan tetapi
metode ini lebih tajam dibandingkan dengan metode LQ. Metode LQ tidak
memberikan penjelasan atas faktor penyebab perubahan sedangkan metode shift
share memperinci penyebab perubahan atas beberapa variabel. Analisis ini
menggunakan pengisolasian beberapa faktor yang menyebabkan perubahan
struktur industri suatu daerah dalam pertumbuhannya dari satu kurun waktu ke
kurun waktu berikutnya.
Penelitian dan
No tahun Judul Alat analisis Hasil
penelitian
1 Agustianita Strategi Pengembangan Metode analisis Hasil penelitian menunjukkan skor bobot total matriks IFE (Internal Factor Evaluation)
Damayanti Usaha Ugadi pada yang digunakan sebesar 3.218 dan matriks EFE (External Factor Evaluation) sebesar 2.652. yang
(2013) Kelompok Tani Mina adalah Analisis menunjukkan bahwa Kelompok Tani Mina Bakti berada pada posisi tumbuh dan
Bakti Desa Pasir Doton, EFE, IFE, membangun. Strategi yang diprioritaskan untuk diterapkan oleh Kelompok Tani Mina
Kec. Cidahu, Kab. SWOT, dan bakti adalah memperluas lahan untuk ugadi pada lahan persawahan milik anggota dan
Sukabumi QSPM bekerjasama dengan ketua kelompok untuk pengadaan modal benih dan pakan udang galah
dengan TAS (Total Attractiveness Score) tertinggi yakni sebesar 5.824.
2 Gede Yuda Penentuan Komoditas Metode analisis Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan komoditas basis dan rasio pertumbuhan,
Paramartha Unggulan Pertanian yang digunakan komoditas unggulan di Kabupaten Buleleng adalah komoditas jagung. Komoditas
(2016) Berdasarkan Nilai adalah Location unggulan tanaman sayuran Kabupaten Buleleng tahun 2010 sampai 2015 adalah bawang
Produksi di Kabupaten Quotient (LQ) dan putih dan cabai, karena merupakan komoditas prima. Komoditas bawang merah, tomat,
Buleleng Tipologi Klassen buncis dan kangkung merupakan komoditas yang berkembang walaupun belum menjadi
komoditas basis, yang termasuk dalam komoditas potensial adalah kubis, sedangkan yang
termasuk komoditas terbelakang adalah sawi dan kacang panjang.
3 Alwi Syahab, Analisis Pengembangan Analisis Location Hasil analisis adalah komoditi unggulan dengan LQ > 1 berdasarkan luas panen adalah
Budi Setiawan, Komoditi Unggulan Quotient (LQ) dan jagung, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar. Sedangkan berdasarkan nilai tambah adalah
Syafrial (2013) Tanaman Pangan di Shift-Share padi, kedelai dan ubi kayu. Sementara komoditi unggulan SSA bernilai positif (+)
Kabupaten Sumbawa Analysis (SSA) berdasarkan luas panen adalah padi, jagung, kacang hijau dan berdasarkan nilai tambah
adalah padi, jagung, kedelai, ubi kayu, dan ubi jalar. Komoditi unggulan terpilih (LQ > 1
dan shift share positif) terdapat 3 komoditi yaitu berdasarkan luas panen dan nilai produksi
adalah komoditi padi, jagung dan ubi kayu.
19
4 Arif Syaifudin Strategi Pengembangan Metode analisis Berdasarkan hasil penelitian diketahui pengembangan komoditas padi terdapat di Kecamatan
(2013) Sektor Pertanian Sub yang digunakan Kecamatan Sukolilo, Kecamatan Kayen, Kecamatan Pati, Kecamatan Gabus, dan Kecamatan
Sektor Tanaman Pangan adalah analisis Margorejo. Komoditas tanaman jagung Kecamatan Sukolilo dan Kecamatan Kayen. Komoditas
Dalam Upaya Location tanamn kedelai Kecamatan kayen, Kecamatan Pati, dan Kecamatan Gabus. Komoditas tanaman
Peningkatan PDRB Quotient, Shift kacang tanah Kecamatan Margorejo dan Kecamatan Gembong. Komoditas tanaman kacang hijau
Kecamatan Pati, Kecamatan Gabus, dan Kecamatan Margorejo. Komoditas tanaman ubi kayu
Kabupaten Pati Share Esteban
Kecamatan Gembong dan Kecamatan Margoyoso. Komoditas tanaman ubi jalar Kecamatan
Marquillas, Winong, Kecamatan Pucakwangi, Kecamatan Jaken, Kecamatan Jakenan, dan Kecamatan
Skalogram, Wedarijaksa.
Tipologi Klassen
dan Overlay
5 Yenni Analisis Strategi Analisis yang
Hasil analisis terhadap factor-faktor strategis internal dan eksternal digunakan matriks
Dudiagunoviani, Pengembangan digunakan yaitu
SWOT sehingga diperoleh alternatif startegi. Berdasarkan hasil matriks QSPM diperoleh
(2009) Usahatani Beras Organik EFE, IFE, SWOT
bahwa strategi memperluas jaringan pasar dengan nilai TAS sebesar 7,377 sebagai strategi
Kelompok Tani dan QSPM. prioritas. Ini berarti kelompok tani ini harus lebih agresif lagi melihat pasar yang tersedia
Cibeureum Jempol (Studi sehingga produk yang dihasilkan dapat masuk dan berkembang pada pasar tersebut.
Kasus: Kelurahan
Mulyaharja, Kecamatan
Bogor Selatan, Kota
Bogor)
6 Dini Kurnia Strategi Pengembangan Analisis Tipologi Hasil penelitian menunjukkan klasifikasi komoditi pertanian berdasarkan analisis Tipologi
Wardhani Komoditi Pertanian di Klassen, SWOT, Klassen terdiri dari empat klasifikasi komoditi tersebut kemudian ditentukan strategi
(2011) Kecamatan Baureno dan QSPM masing-masing komoditi. Strategi terbaik yang dihasilkan yaitu: untuk komoditi pisang
Kabupaten Bojonegoro adalah melakukan peningkatan manajemen usahatani dan agroindustri berbahan baku
(Pendekatan Tipologi pisang, untuk komoditas padi adalah penggunaan varietas padi yang tahan genangan air,
Klassen, SWOT, QSPM untuk komoditas jagung adalah pengoptimalan manajemen usahatani jagung, dan untuk
(Quantitative Strategic komoditas sapi adalah pengantisipasian persaingan dengan sapi impor melalui peningkatan
Planning Matrix)) kualitas ternak sapi.
20
Dari beberapa sektor yang ada di Kecamatan Seponti, didalam penelitian ini
difokuskan pada sektor pertanian yaitu subsektor tanaman pangan yang mempunyai
keunggulan komparatif. Dalam rangka membangun perekonomian daerah melalui
sektor pertanian, maka pemerintah daerah harus menentukan komoditi-komoditi
yang perlu dikembangkan. Komoditi yang memiliki keunggulan dan prospek yang
baik harus dikembangkan sehingga diharapkan dapat mendorong komoditi-
komoditi lain untuk berkembang. Kecamatan Seponti diharapkan mampu
menetapkan strategi pembangunan bagi daerahnya sesuai dengan potensi
21
Pembangunan Ekonomi
Komoditas Unggulan
Analisis SWOT
QSPM
BAB III
METODE PENELITIAN
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan secara langsung oleh peneliti
dari para responden dan bukan berasal dari pengumpulan data sebelumnya. Dalam
penelitian ini pengumpulan data primer dilakukan dengan melakukan wawancara
dan kuisioner terhadap stakeholder yang berkompeten, serta melakukan observasi
secara langsung di lapangan. Sedangkan data sekunder merupakan data yang sudah
tersedia dan dapat digunakan. Data sekunder dalam penelitian ini bersumber dari
studi literatur yang berhubungan dengan topik penelitian, seperti jurnal, skripsi,
artikel ilmiah, data Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Pertanian dan Peternakan,
kantor Kecamatan Seponti, Kantor Desa, perpustakaan, internet dan sumber data
lain yang berhubungan dengan topik penelitian.
mana yang merupakan sektor basis (basic sektor) dan sektor mana yang bukan
sektor basis (non basic sektor).
1 /
LQ = 1 /
Keterangan:
LQ = Nilai Location Quotient
V1R = Produktivitas tanaman pangan komoditi i Kecamatan Seponti
dari 1 hingga 4. Nilai 1 = tidak memiliki daya tarik, 2 = daya tariknya rendah,
3 = daya tariknya sedang, dan 4 = daya tariknya tinggi.
e. Hitung total nilai daya tarik (Total Attractiveness ScoresTAS), dengan cara
mengalikan bobot dengan nilai daya tarik (AS).
f. Hitung jumlah total nilai daya tarik (TAS). Alternatif strategi yang memiliki
nilai total terbesar merupakan strategi yang diprioritaskan
Alternatif strategi
Faktor-faktor utama Bobot Strategi I Strategi II Strategi III
AS TAS AS TAS AS TAS
Kekuatan
a. ........
b. ........
Kelemahan
a. .........
b. .........
Peluang
a. .........
b. .........
Ancaman
a. .........
b. .........
Sumber: David, 2009
Keterangan:
DAFTAR PUSTAKA