KATA PENGANTAR
Melalui laporan ini, CKP berencana untuk melakukan penyusunan dokumen Rencana
Pascatambang terhadap area terganggu dari aktivitas pertambangan yang telah
dilakukan yang dituangkan dalam 1 (satu) laporan yaitu Dokumen Pascatambang
periode Tahun 2025-2029. Penyusunan laporan ini merujuk kepada Keputusan Menteri
ESDM No. 1827 K/30/MEM/2018 Lampiran IV Matriks 3 dan 3.1.
Dokumen ini akan digunakan sebagai acuan CKP dalam melaksanakan program
pascatambang, karenanya tim penyusun sangat mengharapkan masukan, tanggapan,
koreksi, dan saran untuk bisa meningkatkan informasi sesuai dengan peraturan dan
perundang-undangan yang berlaku.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penyelesaian Dokumen Rencana Pascatambang ini.
Nitin Patni
Direktur
I
RENCANA PASCATAMBANG 2025-2029
PT CIKONDANG KANCANA PRIMA
INTISARI
II
RENCANA PASCATAMBANG 2025-2029
PT CIKONDANG KANCANA PRIMA
III
RENCANA PASCATAMBANG 2025-2029
PT CIKONDANG KANCANA PRIMA
BATANG TUBUH
BAB I.
BAB ini merupakan bab pendahuluan yang berisi tentang hal-hal yang melatar
belakangi kewajiban penyusunan dokumen ini, selain itu beberapa informasi seperti:
tujuan, dasar hukum, ruang lingkup pembahasan, status perizinan, dan lain
sebagainya tertera pada bab ini.
BAB II.
BAB II merupakan bab yang menceritakan tentang kondisi wilayah secara umum, yang
didalamnya tersaji informasi, pencapaian lokasi, kordinat, sarana dan prsaranan yang
tersedia, status dan peruntukan lahan, informasi rona awal seperti: topografi dan
morfoogi, kondisi air permukaan serta kegiatan lainnya di sekitar lokasi
penambanagan.
BAB III.
BAB III merupakan bab yang menceritakan proses penambangan. Di dalamnya tersaji
beberapa hal yang langsung berkaitan dengan kegiatan tambang antara lain: kondisi
cadangan awal, bagaimana sistem dan metode penambangan yang dilakukan,
tahapan penambangan, termasuk juga rencana produksi, bagaimana proses
pengolahan yang dilakukan, dilengkapi dengan informasi jumlah dan jenis alat yang
digunakan dalam setiap tahap.
BAB IV.
Bab ini mencertiakan tentang rencana rona lingkungan akhir setelah penambangan.
Didalamnya dijelaskan peruntukan lahan Pascatambang, bagaimana perkiraan
topografi danmorfologi pada konfisi Pascatambang.
BAB V
Bab V menarasikan konsultasi dan konsensus terhadap para pemangku kepentingan
(stake holder). Bentuk benefit yang diperoleh masyarakat melalui program PPM / CSR
dijelaskan pada bab ini. Selain itu juga disinggung tentang alternatif tataguna lahan
Pascatambang.
BAB VI
Bab ini merupakan bab yang paling substantif dari laporan ini. Berisi tentang program
apa saja yang akan dilakukan pada era Pascatambang. Luasan areal yang direklamasi
IV
RENCANA PASCATAMBANG 2025-2029
PT CIKONDANG KANCANA PRIMA
per tahun akan diceritakan dalam bab ini. Selain itu, upaya pemeliharaan lahan
Pascatambang juga bagian yang tidak terpisahkan dalam bab ini.
BAB VII
Bab VII ini bercerita tentang bagaimana upaya pemantauan yang dilakukan atas
program- program yang sudah dilaksanakan yang mencakup dua hal penting yaitu
pemantauan lingkungan fisik dan kualitas air permukaan.
BAB VIII
Seluruh program-program yang ada agar dapat terlaksana dengan baik dan sistematis,
harus dikelola dalam sebuah manajemen yang baik, perangkat-perangkat yang terkait
dalam upaya pelaksanaan program ini dibuat organisasinya. Sistem dan tatakelola
organisasi dalampelaksanaanya dijelaskan pada bab ini.
BAB IX
Setelah program yang ada dieksekusi dan dilakukan pemantauan, maka dibutuhkan
indikator keberhasilannya, hal ini dilakukan agar dapat menilai keberhasilan program
yang terlaksana. Pada Bab ini akan diceritakan keberhasilan program-program yng
dilaksanakan sebelumnya. Didalamnya disajikan standard keberhasilan pada beberapa
lokasi seperti lokasi penambangan, pengolahan, dan fasilitas lainnya.
BAB X.
Program-program yang akan dilaksanakan tentu sangat berkorelasi dengan biaya. Bab
ini berisi tentang kisaran biaya yang dibutuhkan selama pelaksanaan penutupan
tambang, baik biaya langsung maupun biaya tidak langsung, yang keduanya akan
dikumulatifkan menjadi total biaya yang dibutuhkan.
V
RENCANA PASCATAMBANG 2025-2029
PT CIKONDANG KANCANA PRIMA
DAFTAR ISI
VI
RENCANA PASCATAMBANG 2025-2029
PT CIKONDANG KANCANA PRIMA
VII
RENCANA PASCATAMBANG 2025-2029
PT CIKONDANG KANCANA PRIMA
DAFTAR TABEL
VIII
RENCANA PASCATAMBANG 2025-2029
PT CIKONDANG KANCANA PRIMA
Tabel 6- 10 Rencana reklamasi lahan bekas fasilitas penunjang milik CKP .............. 16
Tabel 6- 11 Area terkontaminasi yang perlu diremediasi ........................................... 18
Tabel 6- 12 Program pemeliharaan tanaman ............................................................ 24
Tabel 6- 13 Program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat .................... 28
Tabel 7- 1 Parameter Kualitas Air serta Metode/Alat yang Digunakan ........................ 4
Tabel 7- 2 Metode pengumpulan dan analisis data kualitas udara dan kebisingan ... 10
Tabel 7- 3 Baku mutu kualitas udara ambien (berdasarkan PP No. 41 Tahun 1999). 10
Tabel 7- 4 Parameter dan Metode Analisis Kualitas Udara........................................ 11
Tabel 7- 5 Tingkat kebisingan penggunaan lahan / kesehatan lingkungan ................ 11
Tabel 7- 6 Parameter dan Metode Analisis Kualitas Tanah ....................................... 12
Tabel 7- 7 Tolok ukur dan metode pemantauan aspek sosial ekonomi pascatambang
................................................................................................................................. 14
Tabel 7- 8 Matrik rencana pemantauan lingkungan pascatambang........................... 15
Tabel 8- 1 Jumlah tenaga kerja pada masa pascatambang......................................... 2
Tabel 8- 2 Jadwal Pelaksanaan Program Pascatambang 2025 sd 2029 ..................... 6
Tabel 9- 1 Kriteria keberhasilan program pascatambang CKP..................................... 2
Tabel 10- 1 Rekapitulasi biaya langsung kegiatan pascatambang ............................ 5
Tabel 10- 2 Biaya tidak langsung kegiatan pascatambang .......................................... 6
Tabel 10- 3 Rekapitulasi rencana biaya pascatambang (x 1000 Rp) ......................... 11
IX
RENCANA PASCATAMBANG 2025-2029
PT CIKONDANG KANCANA PRIMA
DAFTAR GAMBAR
X
RENCANA PASCATAMBANG 2025-2029
PT CIKONDANG KANCANA PRIMA
DAFTAR LAMPIRAN
XI
RENCANA PASCATAMBANG 2025-2029
PT CIKONDANG KANCANA PRIMA
BAB I PENDAHULUAN
Mengacu kepada Kepmen Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor
1827 K/30/MEM/2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Kaidah Pertambangan
Yang Baik, perusahaan diwajibkan menyampaikan dokumen Rencana
Pascatambang atau revisinya jika terjadi berubahan atas dokumen-dokumen
tersebut. Perubahan dokumen Rencana Pascatambang ini disusun berdasarkan
format sesuai Permen ESDM No. 1827 K/30/MEM/2018 dan PP 78 tahun
2010. Substansi penyusunan revisi Dokumen Rencana Pascatambang ini
menekankan pada aspek-aspek seperti jadwal pelaksanaan, kondisi kualitas
lingkungan, perkembangan tata ruang, penduduk dan aktivitas sosial ekonomi
masyarakat setempat.
Adapun susunan Dewan Komisaris dan Direksi CKP berdasarkan Risalah Rapat
CKP yang dituangkan dalam Akta No. 12, tanggal 21 Oktober 2015, dibuat di
hadapan Sri Rahayu, SH, Notaris di Kota Bekasi, Penerimaan Pemberitahuan
dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. AHU-
AH.01.03-0973792, tanggal 21 Oktober 2015, adalah sebagai berikut:
a. Nama Perusahaan : PT Cikondang Kancana Prima
b. Penanggung Jawab : Nitin Patni
c. Jabatan : Direktur
d. Alamat Perusahaan
Kantor Pusat : Graha Irama, 16th Floor, Jl. H.R. Rasuna Said,
Blok X-1, Kav 1-2, Jakarta Selatan – 12950
Telp : (021) 526-1555
Fax : (021) 526-1507
Guna mengantisipasi berbagai masalah sosial dan lingkungan hidup yang terjadi
pada waktu tambang telah tutup, maka pemerintah telah membuat
kebijaksanaan tentang Pascatambang, antara lain termuat dalam Undang-
undang nomor 3 Tahun 2020, tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.
Dalam Undang-undang tersebut, pasal yang mengatur tentang penutupan
tambang yaitu pasal 96, pasal 97, pasal 100 dan pasal 101. Ketentuan lebih
detail mengenai pascatambang diatur dalam peraturan Pemerintah nomor 78
Tahun 2010, tentang Reklamasi dan Pascatambang, kemudian pada tahun
2014 telah diterbitkan Peraturan Menteri ESDM Nomor 26 Tahun 2018 tentang
Pelaksanaan Reklamasi dan Pascatambang pada Kegiatan Usaha
Pertambangan Mineral dan Batubara, yang mengatur dan memberi pedoman
secara rinci tentang pascatambang.
Berikut ini beberapa peraturan perundangan yang diacu oleh CKP di dalam
pelaksanaan penyusunan Dokumen Rencana Pascatambang.
a) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2020 Tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara. Menjadi acuan dalam kewajiban
rehabilitasi dan reklamasi di kawasan hutan.
b) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi
Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
c) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan.
d) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan
Ruang. Menjadi acuan dalam menetapkan kondisi lingkungan setelah
pascatambang.
e) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan. Menjadi acuan pada waktu pemberhentian tenaga kerj.
f) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya
Air. Menjadi acuan dalam perlindungan dan pelestarian sumber daya air.
g) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan
Terbatas. Menjadi acuan tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan dari
perusahaan.
h) Peraturan Pemerintah No. 78 tahun 2010 tentang Reklamasi dan Pascatambang.
i) Peraturan Pemerintah nomor 76 Tahun 2008, tentang rehabilitasi dan reklamasi
hutan.
j) Peraturan Pemerintah nomor 41 Tahun 2009 tentang kualitas udara ambien dan
kebisingan.
IUP OP CKP telah Clear & Clean (C&C) berdasarkan pengumuman C&C tahap
ke IX bulan Juli 2013 nomor urut 147 Dirjen Minerba. Dalam rangka persiapan
penambangan yang akan dilakukan di wilayah IUP- nya, CKP juga telah
memperoleh beberapa izin terkait, yaitu :
a) Kualitas air permukaan, air tanah, dan tanah serta udara sesuai baku mutu
lingkungan;
c) Keanekaragaman hayati;
Secara geografis, wilayah IUP-OP CKP terletak pada koordinat geografis paling
selatan adalah 7o 2’ 8,8” LS, paling utara 6 o 58’ 54,8” LS, paling timur 107 o 6’
24,8” BT dan paling barat 107 o 4’ 13,6” BT. Batas koordinat dan peta wilayah
IUP-OP CKP seperti Tabel 2.1 dan Gambar 2.1.
Lokasi IUP-OP CKP terletak sekitar 125 km di sebelah tenggara Jakarta, berada
di ketinggian sekitar 940 m di atas permukaan laut, pada daerah yang
mempunyai kelerengan sedang - terjal, dan mempunyai ketebalan soil sekitar 9
m. Sebagian besar daerah tertutup oleh perkebunan teh Gunung Rosa.
Lokasi penambangan emas Cikondang dapat dicapai melalui jalur darat dengan
menggunakan kendaraan roda empat dari Jakarta. Perjalanan dari Jakarta
menuju Cikondang sepanjang 137 km dapat ditempuh selama 4 jam, melalui
Puncak Bogor.
sebagian besar daripada hutan. Pada saat ini tidak terdapat lagi hutan primer di
sekitar wilayah proyek dan bahkan hutan sekunder juga telah banyak mengalami
perubahan.
Kecamatan Sukanagara; w.
Kecamatan Sukaresmi; x.
Kecamatan Takokak; y.
Kecamatan Tanggeung.
Kawasan Yang Memberikan a. Kecamatan Cipanas; b. 19.503
Perlindungan Terhadap Kawasan Kecamatan Pacet; c. Kecamatan
Bawahannya Sukaresmi; d. Kecamatan
Cugenang; e. Kecamatan
Cikalongkulon; f. Kecamatan
Gekbrong; g. Kecamatan
Warungkondang; h. Kecamatan
Campakamulya; i. Kecamatan
Sukanagara; j. Kecamatan
Pagelaran; k. Kecamatan
Tanggeung; l. Kecamatan Cibinong;
m. Kecamatan Cikadu;
n. Kecamatan Pasirkuda; o.
Kecamatan Naringgul; p.
Kecamatan Cidaun.
Kawasan Perlindungan Setempat a. Waduk Cirata berada di
Kecamatan Mande, Kecamatan
Cikalongkulon, Kecamatan
Ciranjang dan Kecamatan
Haurwangi; b. Waduk Cibuni
berada di Kecamatan Kadupandak;
c. Waduk Cimaskara berada di
KecamatanCibinong; d. rencana
Waduk Cisokan berada di
Kecamatan Cibeber dan
Kecamatan Campaka; e. Situ
Leuwisoro, Situ Galuga, Situ Eceng,
Situ Citambur, Situ Tamiang Rawa
Beber, Rawa Kalong, Rawa Getok,
Rawa Gede I, dan Rawa Benteur
berada di Kecamatan Pagelaran; f.
Situ Sukamanah, Situ Patat, Rawa
Gede II, dan Rawa Hideung berada
di Kecamatan Tanggeung; g. Situ
Hideung dan Situ Tangkil beradadi
Kecamatan Cibinong.
Area Budidaya
Hutan Produksi Terbatas a. Kecamatan Cipanas; b. 21.198
Kecamatan Sukaresmi; c.
Kecamatan Cibeber; d.
Kecamatan Cikalongkulon; e.
Kecamatan Bojongpicung; f.
Kecamatan Ciranjang; g.
Kecamatan Campaka; h.
Kecamatan Takokak; i. Kecamatan
Sukanagara; j.Kecamatan
Pagelaran; k. Kecamatan Cibinong;
l.
Kecamatan Cijati; m. Kecamatan
Cikadu; n. Kecamatan Kadupandak;
o. Kecamatan Leles; p. Kecamatan
Naringgul;
q. Kecamatan Pasirkuda; r.
Kecamatan Sindangbarang; s.
Kecamatan Agrabinta
Pertanian a. Kecamatan Pacet; b. Kecamatan 21.502
Cipanas; c. Kecamatan Cugenang;
d. Kecamatan Sukaresmi; e.
Kecamatan Cikalongkulon; f.
Kecamatan Mande; g. Kecamatan
Sukaluyu; h. Kecamatan
Haurwangi; i. Kecamatan Ciranjang;
j. Kecamatan Gekbrong; k.
Kecamatan Warungkondang; l.
Kecamatan Cilaku; m. Kecamatan
Cibeber; n. Kecamatan Campaka;
o. Kecamatan Campakamulya; p.
Kecamatan Sukanagara; q.
Kecamatan Takokak; r. Kecamatan
Pagelaran; s. Kecamatan
Tanggeung; t. Kecamatan Cibinong;
47 u. Kecamatan Kadupandak; v.
Kecamatan Leles; w. Kecamatan
Agrabinta; x. Kecamatan
Sindangbarang.
Kecamatan Tanggeung; g.
Kecamatan Pagelaran; h.
Kecamatan Kadupandak; i.
Kecamatan Cijati; j. Kecamatan
Agrabinta; k. Kecamatan
Sindangbarang; l. Kecamatan
Cidaun; m. Kecamatan Naringgul.
Gambar 2- 3 Peta Rencana tata ruang wilayah kabupaten Cianjur tahun 2011-2031
II - 9
BAB II. PROFIL WILAYAH
RENCANA PASCATAMBANG 2025-2029
PT CIKONDANG KANCANA PRIMA
Tanah di daerah survei digolongkan menjadi tanah yang terbentuk pada kondisi
basah di dataran rendah, dan kering di dataran tinggi. Tanah yang terbentuk
pada kondisi kering didapatkan dari material vulkanik termasuk di antaranya
tufadacite, vulkanik tua, epiklastik, piroklastik, andesit, dan breksia andesit.
Tanah yang terbentuk dalam kondisi basah berasal dari sediment aluvial dan
koluvial. Lahan di dataran tinggi terdiri dari 2 typic hapludults dan podsolir haplic
dan di dataran rendah didominasi typic endoaquepts dan typic epiaquepts atau
Glesol.
Secara umum, lapisan humus (topsoil) mempunyai rongga (porous) yang lebih
besar daripada lapisan tanah di bawahnya. Permeabilitas tanah di daerah studi
dikategorikan rendah sampai sedang. Pada beberapa lokasi perladangan di
lapisan atas termasuk lambat, dikarenakan adanya pemadatan atau kurangnya
konservasi.
Kondisi stabilitas agregat tanah di lapisan atas relatif baik. Kondisi tanah berkisar
antara stabil dan sangat stabil.
Parameter contoh kualitas udara ambient dalam studi ini meliputi debu/partikel,
sulfur dioksida (SO2), nitrogen dioksida (NO2), karbon monoksida (CO), Debu
(Total Suspended Particulates). Baku mutu kualitas udara ambient mengacu
pada Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara.
Nitrogen dioksida (NO2). Hasil pengukuran NO2 selama 24 jam di enam lokasi
pada saat musim hujan dan musin kemarau menunjukkan bahwa konsentrasi
NO2 masih jauh dibawah baku mutu yaitu 400 µg/Nm³. Pada musim hujan,
konsentrasi NO2 berkisar antara 0,15 µg/Nm³ hingga 0,57 µg/Nm³ dan pada
musim kemarau berkisar antara 0,004 µg/Nm³ hingga 0,1 µg/Nm³. Hasil
pengukuran mengindikasikan bahwa kecenderungan penurunan konsentrasi
NO2 pada saat survei musim kemarau lebih rendah dibandingkan dengan survei
musim hujan untuk keseluruhan lokasi pengukuran. Sumber utama emisi NO2
berasal dari bahan bakar mesin jenis bensin.
Pengelolaan air yang dilakukan selama operasional berhasil menjaga kualitas air
yang keluar dari lokasi tambang sehingga memenuhi baku mutu air limbah.
Analisis laboratorium dari contoh air permukaan selanjutnya dibandingkan
dengan baku mutu air kelas I (untuk air minum dan kegiatan lain) yang terdapat
pada Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air
dan Pengendalian Pencemaran Air. Ringkasan hasil analisa laboratorium
(AMDAL Pertambangan Emas Cibaliung, 2004) diuraikan berikut ini.
Dari hasil analisa hidrologi, di sekitar tapak proyek terdapat beberapa sungai-
sungai kecil seperti Sungai Nagrak, Sungai Nagri, Sungai Tugu Sungai Cibitung
yang bermuara di sungai besar Sungai Cikondang. Pada umumnya, arah aliran
air permukaan di sekitar tapak proyek mengalir menuju Utara. Berdasarkan hasil
analisa sampel dan perhitungan indeks pencemaran, kualitas air di Sungai
Cikondang telah sendiri telah mengalami pencemaran berat dengan nilai PI
sebesar 10,73 (baku mutu PP. 82 Tahun 2001) serta pencemaran sedang
dengan nilai PI sebesar 9,02 (baku mutu Kepmen LH. No 202 Tahun 2004).
Sampel
No Parameter Li S. Cikondang
Ci Ci/Li
1 Residu Terlarut 1000 107 5,63
2 Residu Tersuspensi 400 24 2,86
3 Keasaman (pH) 7 3,1 0,54
4 Oksigen Terlarut (DO) 3 3 0,15
5 BOD 6 1,92 0,27
6 Nitrit (NO2-N) 0,06 0,004 0,14
7 Tembaga (Cu) 0,02 15,88 15,4991
8 Kadmium (Cd) 0,01 0,017 2,152
9 Seng (Zn) 0,05 99,75 17,500
10 Timbal (Pb) 0,05 1,35 8,15682
11 Arsen (As) 0,03 0,0893 3,369
12 Air Raksa (Hg) 0,002 1,08 14,662
Ci/Li rata2 5,91
Ci/Li Maksimum 17,50
Nilai PI 13,06
Tabel 2- 6 Perhitungan Indeks PI dengan Baku Mutu Kepmen LH No. 202 Tahun
2004
Sampel
No Parameter Li S. Cikondang
Ci Ci/Li
1 Residu Tersuspensi 400 24 0,06
2 Keasaman (pH) 6-9 5,5 0,00
3 Oksigen Terlarut (DO) 3 3 0,15
4 Tembaga (Cu) 2 15,88 5,4991
5 Kadmium (Cd) 0,1 0,017 0,17
6 Seng (Zn) 5 99,75 7,49971
7 Timbal (Pb) 1 1,34 1,34
8 Arsen (As) 0,5 0,0893 0,18
9 Nikel (Ni) 0,5 0,03 0,06
10 Krom Total 1 0,023 0,02
11 Air Raksa (Hg) 0,005 1,08 12,6723
Ci/Li rata2 2,75
Ci/Li Maksimum 12,67
Nilai PI 9,15
Sungai - sungai di sekitar areal pertambangan berupa sungai – sungai kecil, dan
bermuara ke Sungai Cikondang. Debit air permukaan pada sungai - sungai yang
terdapat di areal pertambangan adalah berfluktuasi dan tergantung pada kondisi
musim. Hasil kajian air limpasan pada lokasi rencana kegiatan disajikan pada
Tabel 2.7.
CKP sebelumnya telah menguji kualitas air yang berada di bekas tambang
bawah tanah. Hasil pengujian tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.9.
Disamping itu, telah dilakukan pula pengujian terhadap kualitas air permukaan.
Pengujian kualitas air permukaan dilakukan dengan menganalisa air sungai di
sekitar daerah rencana tambang.
BAKU
STASIUN
PARAMETER SATUAN MUTU **)
1 2 3 4 5 6 7 KLS III
Sulfat (SO4) mg/L 29,5 22,25 17,5 210 27 25,25 48 (-)
Fosfat (PO4-P) mg/L 0,124 0,094 0,103 0,161 0,113 0,108 0,145 1
Klorida (Cl) mg/L 3,97 7,44 4,96 6,95 3,97 2,48 4,96 (-)
Minyak Lemak mg/L <0,1 <0,1 <0,1 <0,1 <0,1 <0,1 <0,1 1
Surfaktan mg/L <0,006 0,026 <0,006 0,055 0,037 <0,006 0,031 0,2
Sulfida (H2S) mg/L Tt tt tt tt tt tt tt 0,002
Tembaga (Cu) mg/L 0,052* 0,056* 0,075* 1,797* 0,084* 0,035* 0,254* 0,02
Kadmium (Cd) mg/L <0,0001 <0,0001 <0,0001 0,0834 <0,0001 <0,0001 0,017* 0,01
Seng (Zn) mg/L 0,062* 0,099* 0,313* 45,08* 0,497* 0,152* 7,725* 0,05
Besi (Fe) mg/L 0,222 0,143 0,328 1,622 0,241 0,156 0,106 (-)
Timbal (Pb) mg/L <0,01 <0,01 <0,01 0,158* 0,059* <0,01 <0,01 0,03
Arsen (As) mg/L 0,0044 0,0045 0,0084 0,669 0,0473 0,0035 0,089 1
Nikel (Ni) mg/L 0,01 0,01 <0,01 0,05 0,01 <0,01 0,03 (-)
Krom Total mg/L <0,001 <0,001 0,001 0,005 <0,001 0,004 0,023 (-)
Air Raksa (Hg) ppb <0,09 0,18* 0,54* 1,98* 1,26* 0,45* 1,08* 0,002
Tabel 2- 11 Perhitungan nilai indeks pencemaran air permukaan berdasarkan baku mutu PP 82 Tahun 2001
Sampel
No. Parameter Li 1 2 3 4 5 6 7
Ci Ci/Li Ci Ci/Li Ci Ci/Li Ci Ci/Li Ci Ci/Li Ci Ci/Li Ci Ci/Li
1 Residu Terlarut 1000 19 0,02 39 0,04 24 0,02 208 0,21 41 0,04 27 1,42 107 0,11
2 Residu Tersuspensi 400 8,4 0,02 6,3 0,02 12,4 0,03 28 0,07 4,1 0,01 3,3 0,39 24 0,06
3 Keasaman (pH) 7 5,73 0,82 5,75 0,82 5,03 0,72 4,45 0,64 5,5 0,79 6,03 1,05 5,5 0,79
4 Oksigen Terlarut (DO) 3 4,4 0,26 4,1 0,72 4,5 1,14 3,5 0,16 3 1,00 3,1 0,15 3 1,00
5 BOD 6 7,68 1,10 7,29 1,04 4,99 0,71 3,84 0,55 10,74 1,79 2,69 0,38 1,92 0,32
6 Nitrit (NO2-N) 0,06 0,029 0,48 0,128 2,13 0,033 0,55 0 0,00 0,04 0,67 0 0,00 0,004 0,07
7 Tembaga (Cu) 0,02 0,052 2,60 0,056 2,80 0,075 3,75 1,797 10,7676 0,084 4,20 0,035 0,67 0,254 12,70
8 Kadmium (Cd) 0,01 0,0001 0,01 0,0001 0,01 0,0001 0,01 0,0834 8,34 0,0001 0,01 0,0001 1,00 0,017 1,70
9 Seng (Zn) 0,05 0,062 1,467 0,099 2,483 0,313 4,983 45,08 15,775 0,497 5,987 0,152 3,414 7,725 11,945
10 Timbal (Pb) 0,05 0,01 0,20 0,01 0,20 0,01 0,20 0,158 3,16 0,059 1,18 0,01 1,00 0,01 0,20
11 Arsen (As) 0,03 0,00 0,15 0,0045 0,15 0,0084 0,28 0,669 7,7415 0,0473 1,58 0,0035 0,80 0,0893 3,369
12 Air Raksa (Hg) 0,002 0,09 9,266 0,18 10,771 0,54 13,157 1,98 15,978 1,26 14,997 0,45 12,761 1,08 14,662
Ci/Li rata2 1,37 1,77 2,13 5,28 2,69 1,92 3,91
Ci/Li maksimum 9,27 10,77 13,16 15,98 15,00 12,76 14,66
Nilai PI 6,62 7,72 9,42 11,90 10,77 9,12 10,73
Sumber :ANDAL 2010 Evaluasi terhadap Nilai PI :
Keterangan: 0 ≤ PI ≤ 1,0 = m em enuhi baku mutu/kondisi
Lokasi Pengambilan sampel: baik 1,0 ≤ PI ≤ 5,0 = cemar ringan 5,0 ≤ PI
St.1 = Sungai Nagrak ≤ 10 = cemar sedang
St.2 = Sungai Nagri PI > 10 = cemar berat
St.3 = Sungai Tugu
St.4 = Sungai Tugu sesudah Tapak Proyek
St.5 = Sungai Tugu sebelum Tapak Proyek
St.6 = Sungai Cibitung
St.7 = Sungai Cikondang
Tabel 2- 12 Perhitungan nilai indeks pencemaran air permukaan berdasarkan baku mutu Kepmen LH No. 202 Tahun 2004
Sampel
No. Parameter Li 1 2 3 4 5 6 7
Ci Ci/Li Ci Ci/Li Ci Ci/Li Ci Ci/Li Ci Ci/Li Ci Ci/Li Ci Ci/Li
1Residu Tersuspensi 400 8,4 0,02 6,3 0,02 12,4 0,03 28 0,07 4,1 0,01 3,3 0,39 24 0,06
2Keasaman (pH) 6-9 5,73 0,00 5,75 0,00 5,03 0,00 4,45 0,00 5,5 0,00 6,03 1,05 5,5 0,00
3Tembaga (Cu) 2 0,052 0,03 0,056 0,03 0,075 0,04 1,797 0,90 0,084 0,04 0,035 0,67 0,254 0,13
4Kadmium (Cd) 0,1 0,0001 0,00 0,0001 0,00 0,0001 0,00 0,0834 0,83 0,0001 0,00 0,0001 1,00 0,017 0,17
5Seng (Zn) 5 0,062 0,01 0,099 0,02 0,313 0,06 45,08 9,02 0,497 0,10 0,152 2,45 7,725 1,55
7Timbal (Pb) 1 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,158 0,16 0,059 0,06 0,01 1,00 0,01 0,01
8Arsen (As) 0,5 0,0044 0,01 0,0045 0,01 0,0084 0,02 0,669 1,34 0,0473 0,09 0,0035 0,80 0,0893 0,18
9Nikel (Ni) 0,5 0,01 0,02 0,01 0,02 0,01 0,02 0,05 0,10 0,01 0,02 0,01 1,00 0,03 0,06
10Krom Total 1 0,001 0,00 0,001 0,00 0,001 0,00 0,005 0,01 0,001 0,00 0,004 4,00 0,023 0,02
11Air Raksa (Hg) 0,005 0,09 7,27636 0,18 8,78151 0,54 11,1671 1,98 13,9885 1,26 13,007 0,45 10,77121 1,08 12,6723
Ci/Li rata2 0,74 0,89 1,13 2,64 1,33 2,31 1,48
Ci/Li maksimum 7,28 8,78 11,17 13,99 13,01 10,77 12,67
Nilai PI 5,17 6,24 7,94 10,07 9,25 7,79 9,02
Sumber : ANDAL, 2010 Evaluasi terhadap Nilai PI :
Keterangan: 0 ≤ PI ≤ 1,0 = m em enuhi baku mutu/kondisi
Lokasi Pengambilan sampel: baik 1,0 ≤ PI ≤ 5,0 = cem ar ringan 5,0 ≤ PI ≤
St.1 = Sungai Nagrak 10 = cemar sedang
St.2 = Sungai Nagri PI > 10 = cemar berat
St.3 = Sungai Tugu
St.4 = Sungai Tugu sesudah Tapak Proyek
St.5 = Sungai Tugu sebelum Tapak Proyek
St.6 = Sungai Cibitung
St.7 = Sungai Cikondang
Pada (tiga) sungai dilakukan analisis terhadap sampel sedimen, meliputi Sungai
Nagrak, Sungai Nagri dan Sungai Tugu. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
sejauh mana pencemaran logam berat akibat adanya penambangan rakyat yang
telah dilakukan sampai saat ini. Hasil analisis sedimen tersebut dapat dilihat pada
Tabel 2.13.
Keterangan :
St.1 = Sungai Nagrak St.2 = Sungai Nagri St.3 = Sungai Tugu
*) Baku Mutu berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 Tahun 2001Tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran air
Berdasarkan hasil analisa tersebut dapat diketahui bahwa logam berat akibat
penambangan dan pengolahan emas yang dilakukan oleh rakyat, telah
mengalami pengendapan dan terakumulasi sebagai sedimen pada badan sungai.
(Referensi Dokumen Studi Analisi Dampak Lingkungan tahun 2010 halaman
II.19- II27)
Pola aliran air tanah di daerah rencana tambang dapat diketahui dengan
melakukan pemodelan terhadap kondisi muka air tanah di tapak proyek
Pemodelan tersebut dilakukan dengan software Modflow 3.1. Hasil pemodelan
yang berupa Peta Aliran Air Tanah dapat dilihat pada Gambar 2.8.
Disamping itu, telah dilakukan pengujian terhadap kualitas air tanah di daerah
penelitian yang telah disajikan pada Tabel 2.15.
Hasil perhitungan nilai indeks pencemaran pada air tanah di daerah rencana
tambang telah disajikan pada Tabel 2.16. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut
dapat diketahui bahwa pada umumnya kualitas air tanah selain di pemukiman
sekitar tapak proyek mengalami pencemaran ringan dengan nilai PI berkisar
antara 2,0 sampai 2,59. Di sisi lain, kualitas air tanah di rencana kegiatan telah
tercemar sedang dengan nilai PI sebesar 7,9. Pencemaran pada air tanah
tersebut disebabkan karena rencana tapak proyek merupakan bekas tambang
bawah tanah yang mana terdapat material sulfida yang telah mengalami oksidasi
akibat reaksinya dengan air dan udara, sehingga membentuk air asam tambang.
1. Biologi akuatik
A. Plankton
Plankton adalah suatu organisme yang melayang dan terbawa arus air.
Secara umum plankton dikelompokkan menjadi 2 golongan utama, yaitu
fitoplankton yang bersifat autotropik (hidup sebagai produsen) serta
zooplankton (hidup sebagai konsumen). Distribusi, komposisi dan
keanekaragaman jenis plankton sangat dipengaruhi oleh keadaan
lingkungan perairan. Material yang masuk pada perairan akibat kegiatan di
daratan akan mempengaruhi kehidupan plankton dan akan mendominansi
dari suatu perairan. Hal ini dapat mengakibatkan keanekaragaman jenis
plankton menjadi rendah. Kualitas lingkungan dari suatu perairan dapat
diketahui melalui perhitungan indeks diversitas (keanekaragaman jenis).
B. Benthos
C. Nekton (ikan)
2. Biologi terrestrial
A. Flora
Jenis vegetasi di daerah rencana tambang sebagian besar merupakan
tanaman budidaya yaitu perkebuan teh (Camellia sinensis) yang
merupakan milik perusahaan perkebunan dan kebun teh (Tea sinensis) milik
rakyat yang bercampur dengan tanaman jeungjing (Parasianthes falcataria).
Disamping tanaman tersebut terdapat juga tanaman kopi (Cofea Arabica),
alpukat (Persea Americana), mangga (Mangifera indica), sirsak (Annona
Americana), cabe rawit (Capsicum frutescens), dan kelapa (Cocos nicifera).
Lokasi
No Nama lokal Nama ilmiah Kegunaan
1 2 3 4 5 6
25 Kersen Muntingia calabora x Buah-buahan
26 Mangga Mangifera indica x x x x x Buah-buahan
27 Durian Durio zibethinus x x x x x x Buah-buahan
28 Kawung Arenga pinnata x x x x x Industri
29 Cengkeh Eugenia aromatica x x x x Obat
30 Alpukat Persea americana x x Buah-buahan
31 Peuteuy Parkia speciosa x x x x x Penyedap
32 Muncang Aleuritas moluccana x x Penyedap
33 Rambutan Nephelium lappaceum x x x x Buah-buahan
34 Jengkol Pitecelobium dulce x Penyedap
35 Hamerang Ficus fulva x Industri
minyak
36 Kina Cinchona pubeschens Obat
37 Kibeusi Dracaena fragrans x x x x Hias
38 Kopi Cofea Arabica x x x x x Penyedap
39 Jambu air Syzygium aqueum x x x x x Buah-buahan
40 Limus Mangifera odorata x x x x x x Buah-buahan
41 Wera Hibiscus rosasinensis x x x Hias
42 Kelapa Cocos nucifera x x x x x Industri
43 Hanjuang Cordyline fruticosa x x x x Hias
44 Mahoni Swiethania mahagoni x x x x x Industri
45 Suren Toona sureni x x x x Industri
46 Sampeu Manihot esculenta x x x x x x Pangan
47 Padi Oryza sativa x x x x Pangan
48 Danas Ananas comosus x x x x Buah-buahan
49 Labu Sechium edulis x x x x x Sayur
50 Bawang daun Allium fistulosum x x Sayur
51 Leunca Solanum nigrum x x x Sayur
52 Pepaya Carica papaya x x x x Buah-buahan
53 Lame Alstonia scholaris x Industri
54 Katuk Sauropus androginus x x x Sayur
55 Jeruk bali Citrus grandis x x x Buah-buahan
56 Randu Ceiba pentandra x x Industri
57 Cabe merah Capsicum annum x x x x Penyedap
58 Tomat Lycopersicon lycopersicum x x x Sayur
59 Taleus Colocasia sp. x x x x Pangan
60 Jabon Anthocephalus cadamba x x x Industri
61 Jagung Zea mays x x Pangan
62 Genjer Limnocharis flava x Sayur
63 Kangkung Ipomoea aquatica x x Sayur
64 Waregu Raphis excels x x x Hias
65 Kaliki/jarak Ricinus communis x Industri
66 Laja Alpinia galanga x x x x Penyedap
67 Ros Rosa hybrid x Hias
68 Tebu Saccharum offcinarum x x x Industri
69 Cemara kipas Thuja occidentalis x Hias
Lokasi
No Nama lokal Nama ilmiah Kegunaan
1 2 3 4 5 6
70 Kiara/beringin Ficus sp. x Hias
71 Kopo Syzygium pycnanthum x Industri
72 Campoleh Medehuca cuneata x x
73 Peuteuy cina Leucaena leucephala x Sayur
74 Jeruk Citrus sinensis x x x x x x Buah-buahan
75 Kucubung Datura metel x Hias
76 Cengek Capsicum frutescen x x x x x Penyedap
77 Kapol Amomum cardamomum x Obat
78 Ubi jalar Ipomoea batatas x x x x Pangan
79 Kedondong Spandias pinnata x x x x x Buah-buahan
80 Kapas Gossipiu barbadensis x x Industri
81 Hiris Cajanus cajan x Sayur
82 Ganyong Canna edulis x Pangan
83 Berenuk Cresentia eujete x x Hias
84 Kacang Arachis hypogaea x Sayur
85 Lidah buaya Aloe vera. x x x Hias
86 Kelor Moringa oleifera x x Obat
87 Teureup Artocarpus elasticus x Industri
88 Salak Salacca edulis x x x x Buah-buahan
89 Tisuk Hibiscus macrophyllus x x Industri
90 Karet Ficus elastic x Hias
munding
91 Bidara Zizypus sp. x Pelindung
92 Kol Brassica olaracea x Sayur
93 Sente Alocsia macrorrhiza x x Hias
94 Babadotan Ageratum conyzoides x x x x Gulma
95 Jambu bol Syzygium malaccense x x x Buah-buahan
96 Ki piit Maesa latifolia x x x x Industri
97 Kisireum Eugenia cymosa x Industri
98 Sereh Cymbopogon citratus x x x x Penyedap
99 Surawung Ocimum basilicum x Sayur
100 Jati Tectona grandis x x x Industri
101 Lamtoro GungLeucaena Leucephala x Industri
102 Patah tulang Pedilanthus sp. x Hias
103 Saninten Castonopsis argentea Industri
104 Ilat Cyperus sp. x x x Gulma
105 Paku rane Selaginella sp. x Gulma
106 Rotan Calamus sp. x Industri
107 Rumput gajah Pennisetrum purpureum x Industri
108 Jaat Psophocarpus tetragonolobus x Sayur
109 Kecapi Sandoricum koetjape x x Buah-buahan
110 Jambe Areca catechu x x Obat
111 Sirsak Annona muricata x x x x Buah-buahan
112 Coklat Theobroma cacao x Industri
Jumlah Jenis 56 47 54 50 49 48
B. Fauna
Jenis-jenis satwa liar yang terdapat di wilayah berdasarkan studin AMDAL
2014 meliputi mamalia, burung, reptil, dan amphibia.
Mammalia
Dari hasil wawancara dan jejak serta pengamatan langsung, jenis mammalia
yang terdapat di sekitar penambangan ini antara lain dapat dilihat pada
Tabel 2.19.
Aves (burung)
Jenis burung yang ditemukan pada enam lokasi studi sebanyak 27 jenis,
dimana jumlah jenis ditiap lokasi antara 17 - 20 jenis. Perbedaan jumlah
jenis yang teridentifikasi ditiap lokasi dikarenakan mobilitas burung yang
cukup tinggi dan faktor waktu. Jenis burung-burung yang dilindungi di enam
Lokasi
No Nama Ilmiah Nama Lokal
1 2 3 4 5 6
22 Pycnonotus aurigaster Kutilang 5 6 3 3 3 2
23 Pycnonotus goiavier Cercuk 3 1 2 2 2 1
24 Spilornis cheela Elang ular 1 1
25 Streptopelea chinensis Tekukur 1 3 1 1 3 1
26 Prinia familiaris Ciblek
27 Zosterops palpebrosus Kacamata 3 3 2 1 1
Jumlah 38 38 37 30 33 33
Jumlah jenis 19 18 19 20 17 17
I D Shannon 2,78 2,65 2,83 2,90 2,66 2,61
Evennes 0,94 0,91 0,96 0,96 0,94 0,92
(Referensi Dokumen Studi Analisi Dampak Lingkungan tahun 2010 halaman II.36- II43)
A. Kependudukan
Secara keseluruhan Kecamatan Campaka mempunyai luas wilayah 142,87 km2
dan terdiri dari 11 desa. Kondisi demografis desa-desa di sekitar lokas rencana
tambang terutama dilihat dari struktur kependudukan, proses kependudukan, serta
ketenagakerjaan tahun2012 terangkum pada tabel-tabel berikut.
Berdasarkan tabel di atas dapat dibaca bahwa total penduduk yang tinggal di
Kecamatan Campaka tahun 2012 adalah 66.694 jiwa dengan rata-rata kepadatan
penduduk perkilometer persegi adalah 466 jiwa. Kondisi di desa-desa sekitar
lokasi rencana tambang dibandingkan dengan kondisi di Kecamatan Campaka
umumnya mempunyai tingkat kepadatan penduduk lebih rendah, kecuali Desa
Cimenteng dengan tingkat kepadatan 549 jiwa/km2. Untuk kepadatan perrumah
tangga di Kecamatan Campaka adalah 3,25 jiwa atau hampir sama dengan rata-
rata kepadatan per rumah di desa-desa sekitar lokasi rencana tambang (3,24
jiwa).
B. Tingkat pendidikan
Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan adalah struktur penduduk
menurut jenjang pendidikan yang ditamatkan. Gambaran demografi penduduk di
sekitar lokasi rencana tambang menurut tingkat pendidikan yang ditamatkan
kondisi tahun 2012 adalah sebagai berikut.
Kondisi yang sama juga terjadi di desa-desa sekitar lokasi rencana tambang
dimana struktur yang ada adalah mayoritas penduduk berpendidikan setingkat SD,
kemudian diikuti dengan penduduk dengan status tamat SLTP/SLTA serta yang
berpendidikan Akademi / Perguruan Tinggi prosentasenya masih relatif kecil
(0,31% – 0,50%).
Dari beberapa tabel di atas terlihat bahwa mata pencaharian penduduk yang
tinggal di Kecamatan Campaka cukup beragam. Mulai dari pegawai negeri
(PNS/TNI) maupun yang bekerja di swasta sebagai karyawan / buruh, sampai
dengan yang berprofesi sebagai wirausaha diberbagai bidang (pertambangan,
angkutan, industri rumah tangga, konstruksi), disamping banyak juga yang
menekuni usaha di bidang pertanian.
D. Ekonomi
Persentase penduduk yang mempunyai penghasilan per bulan dibawah Rp.
1.000.000,- (Satu Juta Rupiah) cukup besar (56%). Dengan nominal itu berarti
masih cukup banyak penduduk di sekitar lokasi tapak proyek yang mempunyai
penghasilan di bawah UMK Kab. Cianjur tahun 2014. (Rp. 1.500.000,-).
E. Sosial budaya
Masyarakat Cianjur sebagai bagian Propinsi Jawa Barat / Pasundan adalah
pendukung kebudayaan Sunda. Dalam berkomunikasi mereka menggunakan
bahasa Sunda-Priangan yang lebih “murni” dan “halus” dibandingkan dengan
bahasa Sunda non-Priangan, seperti orang: Banten, Karawang, Bogor, dan
Cirebon. Selain faktor sejarah dari pengaruh budaya Mataram-Islam, juga ada
kemungkinan bahwa iklim-iklim dan lingkungan alam memberikan pengaruh
kepada aspek-aspek tertentu dari bahasa (Harsojo, 1999:308).
Kedua faktor itu (bahasa dan kebudayaan) yang kemudian menjadi jatidiri orang
Sunda. Tumbuh dan berkembangnya kebudayaan Sunda itu sendiri, termasuk
budaya masyarakat Cianjur, tidak lepas dari adanya kontak-kontak dengan
kebudayaan lain. Ini bermakna bahwa masyarakat Sunda terbuka dan mudah
sekali menerima (menyerap) unsur-unsur budaya lain, kemudian menjadikannya
sebagai bagian dari budayanya.
Aktivitas sistem religi (agama dan kepercayaan) yang paling nampak dalam
kehidupan sehari-hari adalah pelaksanaan upacara. Salah satu upacara yang
menonjol adalah apa yang disebut sebagai slamatan. Upacara slamatan
merupakan suatu upacara terpenting bagi masyarakat Sunda pada umumnya dan
khususnya masyarakat Cianjur, terutama yang ada di pedesaan. Slamatan itu
sendiri biasanya dilakukan pada hari Kamis malam (malam Jumat). Upacara ini
biasanya dipimpin oleh modin seorang guru ngaji. Upacara yang diikuti oleh para
tetangga ini diawali dengan mengucapkan surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan
surat yang sama.
Sisingaan adalah kesenian khas sunda yang menampilkan 2–4 boneka singa yang
diusung oleh para pemainnya sambil menari. Sisingaan sering digunakan dalam
acara tertentu, seperti pada acara khitanan.
Wayang golek adalah boneka kayu yang dimainkan berdasarkan karakter tertentu
dalam suatu cerita perwayangan. Wayang dimainkan oleh seorang dalang yang
menguasai berbagai karakter maupun suara tokoh yang dimainkan. Jaipongan
adalah pengembangan dan akar dari tarian klasik. Tarian Ketuk Tilu, sesuai
dengan namanya Tarian ketuk tilu berasal dari nama sebuah instrumen atau alat
musik tradisional yang disebut ketuk sejumlah 3 buah.
Alat musik khas sunda yaitu angklung, rampak kendang, suling, kecapi, goong,
calung. Angklung adalah instrumen musik yang terbuat dari bambu yang unik dan
enak didengar. Sedang rampak kendang adalah beberapa kendang (instrumen
musik tradisionalsunda) yang dimainkan bersama – sama secara serentak.
Luas kompleks "bangunan" kurang lebih 900 m², terletak pada ketinggian 885 m
dpl, dan areal situs ini sekitar 3 ha, menjadikannya sebagai kompleks punden
berundak terbesar di Asia Tenggara.
Sampai saat ini Gunung Padang merupakan salah satu peninggalan arkeologi
yang diselubungi banyak misteri. Misteri yang timbul menyiratkan banyak hal yang
berbau mistis, mitos, klenik, legenda, dongeng, dan sejenisnya. Mengenai asal-
usul nama Gunung Padang banyak yang mengatakan bahwa dahulu di tempat ini
akan didirikan istana Raja Siliwangi. Cerita yang berkembang istana harus selesai
dibangun dalam satu hari satu malam, tetapi sampai matahari terbit dan ayam
berkokok istana belum juga selesai, maka tempat ini lalu diberi nama padang atau
siang, maksudnya kesiangan.
Salah satu susunan batu di Teras 5 Gunung Padang oleh masyarakat setempat
disebut Tempat Semedi atau Singgasana Prabu Siliwangi. Bagi yang percaya,
tempat ini digunakan untuk menenangkan diri, duduk dan berdoa kepada Yang
Kuasa agar berbagai permohonan dapat dikabulkan. Menurut masyarakat
setempat, tempat ini dipercaya dapat menaikkan pangkat, jabatan, kekuasaan,
dan kedudukan seseorang. (Referensi Dokumen Studi Analisi Dampak
Lingkungan tahun 2010 halaman II.55- II64).
F. Kesehatan
Derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain faktor
keturunan, perilaku, lingkungan, dan pelayanan kesehatan. Selain itu faktor lain
seperti ekonomi, pendidikan, dan lingkungan sosial juga mempengaruhi derajat
kesehatan secara tidak langsung. Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat
melalui angka morbiditas, mortalitas, status gizi, pelayanan kesehatan, dan data
sanitasi lingkungan
Tabel 2- 27 Jumlah pengguna air minum berdasarkan sumber air tahun 2012
Pada areal sekitar lokasi rencana penambangan emas bawah tanah CKP,
terdapat beberapa kegiatan lain yang di antara adalah sebagai berikut:
A. Kegiatan perkebunan teh Gunung Rosa Jaya milik PT. Sinar Sosro
B. Pemukiman penduduk yaitu Desa Karyamukti, Desa Wangunjaya dan Desa
Sukadana.).
C. Adanya situs Gunung Padang yang ditetapkan sebagai Kawasan Strategis
Nasional (KSN) dijadikat tempat wisata cagar budaya, dimana sarana jalan
yang menuju ke situs Gunung Padang juga akan digunakan sebagai sarana
jalan dan pengangkutan ke lokasi tambang.
(Referensi Dokumen Studi Analisi Dampak Lingkungan tahun 2010 halaman II.72- II74)
Data eksplorasi dan analisis yang dikumpulkan selama periode Century 1988-
1992 dari eksplorasi penjelajahan terperinci dilaksanakan hingga ke standar yang
memadai sehingga Sumber daya dan cadangan bijih tersebut dapat ditetapkan
setelah dilakukannya pengesahan pengeboran dan pengambilan sampel bawah
tanah menurutpersyaratan JORC yang berlaku saat ini.
Paramount telah memperoleh laporan triwulanan dari arsip ASX yang disimpan
oleh Century untuk jangka waktu yang berakhir pada bulan Desember 1991
hingga Desember 1992. Arsip ini mengandung rincian Sumber Daya Mineral dan
Cadangan Bijih yang diumumkan oleh Century kepada ASX dan informasi yang
ditunjukkan di bawah ini telah diambil secara langsung dari sumber ini. Angka-
angka ini didasarkan pada pengambilan sampel sistematis yang dilakukan
selama pembangunan fasilitas bawah tanah dan dari persimpangan lubang bor.
Lokasi blok sumber daya dan jejak lubang pengeboran digambarkan pada bagian
memanjang dalam Gambar 7 dan 8. Beberapa dari lubang bor ini dibuat dari
drive pembangunan fasilitas bawah tanah dan akses decline. Paramount memiliki
rencana dan laporan laboratorium mengenai uji coba pengambilan sampel
saluran drive pembangunan fasilitas bawah tanah untuk mengkonfirmasi hasil-
hasilnya.
Laporan Triwulanan Century untuk jangka waktu yang berakhir tanggal 31 Maret
1992 berisi rincian Sumber Daya Mineral seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 2
di bawah ini.
Laporan triwulanan untuk jangka waktu yang berakhir tanggal 30 Juni 1992
memberikan konversi Sumber Daya Mineral menjadi Cadangan Bijih setelah
diterimanya hasil uji coba baru selama jangka waktu dari pengambilan sampel
difasilitasi bawah tanah sistematis dan cadangan yang digariskan sebagai berikut
Data ini juga menunjukkan ketebalan rata-rata sebenarnya, yaitu 2,26 m. Tingkat
pengambilan lapisan rata-rata untuk lubang ini adalah 80%. Analisis semua data
uji coba saluran bawah tanah yang melebihi emas 1 gpt (1.381 sampel)
menghasilkan kualitas rata-rata sebagai berikut:
Kualitas emas (Au) dan seng (Zn) dirangkum secara grafis oleh Century dalam
Dokumen Cakupan mereka (catatan kaki no. 5) untuk berbagai jenis sampel
sebagai berikut.
Pada tahun 1992, dengan menggunakan prakiraan Cadangan Bijih ini, NPV yang
optimal menghasilkan rancangan tambang untuk memproduksi 30-35.000 ons
“Setara Emas” (berdasarkan logam yang dapat diambil dan dijual) dari produksi
tahunan sebanyak 100.000 ton per tahun bijih ROM dengan kualitas Emas > 11
gpt dan Seng 3,09% - ini adalah scenario proyek ini.
Data tersebut memberikan prakiraan konservatif (harap catat bahwa tidak ada
nilai yang dihitung dalam angka-angka yang dikeluarkan oleh Century untuk
perak, tembaga dan timah, yang mana semuanya sebenarnya dapat ditambang)
Sumber Daya Tersimpulkan sebanyak:
Sumber daya yang diberi angka dipercaya bersifat koservatif dan didasari oleh
konsep keberlanjutan yang sesuai dengan kode pelaporan JORC AusIMM.
Tantangan menjumlah risiko yang dapat diterima dengan cara menentukan
sumber daya yang memadai sebelum membuat komitmen umum ditemui pada
semua cadangan lapisan termineralisasi yang tersebar di mana-mana. Pekerjaan
telah dilakukan secara memadai di Gunung Rosa untuk mengindikasikan
keberadaan cadangan ekonomis dan hal ini akan dikonfirmasi lebih lanjut pada
saat tingkat tambang yang lebih rendah telah habis dan semua sampel telah
diambil – diperkirakan selesai pada kuartal ke-3 tahun 2013 – yang memerlukan
Rencana Tambang yang direvisi dengan kecepatan penambangan di atas
sebesar 100.000 ton per tahun ROM.
Tambang akan menggunakan teknik ‘cut and fill’ untuk menambang urat di
daerah tambang. Stoping akan dilakukan dengan dengan alat bor kecil and
beberapa alatberat lainnya seperti truk kapasitas 10 ton dan mesih LHD.
Bahan limbah akan digunakan untuk “back-filling” dan penggunaan tailing akan
dilihat pada tahap selanjutnya.
3.2.2. Tahapan Kegiatan Penambangan
Tambang saat ini dibuka dalam 4 tingkat dengan 2 shaft. Hal ini diharapkan
sebagian besar bijih yang akan dibuang, akan terbagi menjadi 4 tingkat operasi.
3.2.3. Rencana Produksi
Rencana penambangan (Kasus Dasar) untuk dua tahun pertama proses produksi
pada awalnya didasari oleh data sumber daya geologis Century. Interpretasi set
data tersebut disederhanakan untuk memungkinkan stoping teoretis seluas 30 x
40 meter untuk penjadwalan. Berat emas yang dikandung dalam perhitungan
sumber daya yang dilarutkan dan rencana tambangnya adalah serupa, dan
menunjukkan tidak adanya bias dalam penjadwalan tambang.
Pemantekan atap setinggi 2,1 m pada decline saat ini masih berlangsung, dan
terkadang hingga 20 cm atapnya dipantek ke bebatuan akibat spalling “shot-
crete” yang awalnya dimasukkan dalam jaring kawat dan ditelantarkan selama 15
tahun. Dengan mempertimbangkan kegiatan seismik yang umum terjadi di
wilayah ini (misalnya gempa berkekuatan 5,3 Skala Richter yang terjadi 40 km
jauhnya pada bulan November 2012) dalam kategori seismik Zona 4 dan fakta
bahwa fasilitas bawah tanahnya masih utuh hingga saat ini, maka dapat
dikatakan bahwa bebatuan induknya cukup kompeten. Pemantekan atap akan
dilanjutkan sekali lagi dengan pola yang terputus-putus yaitu 4 lalu 5 split set
Ingersoll-Rand melalui jaring baja yang terbuat dari batang baja 4,5 mm yang
ditenun dan dilas pada petak sebesar 100mm. Shot- crete akan diaplikasikan
setelah proses pemantekan seperlunya.
Lantai decline tersebut harus diratakan ulang dan pintu masuk turunan utama
terbuka menuju pintu masuk portal yang lebih umum dengan shot-creting facia
dll. Selain itu, saluran pembuangan air hujan akan dirancang untuk pintu masuk
tambang guna mengurangi debit air hujan saat ini.
Akses ke badan bijih dari decline adalah melalui drive yang dilalui jalan kaki
dengan lebar 2,2 m dan tinggi 2,5 m pada gradien 1 persen dan cross cut
berukuran serupa. Pekerjaan sebelumnya menunjukkan bahwa kru yang terdiri
dari dua orang dapat mencapai kemajuan sebesar 1,7 m sehari hanya dengan
mengebor satu setengah muka per harinya. Perhitungan tambahan telah dibuat
untuk dukungan penuh dalam pembangunan semua footwall menggunakan
metode pemantekan atap. Dalam studi kelayakan pendahuluannya, tujuh metode
stoping bijih telah diselidiki oleh Century dan overhand cut stoping dengan
penimbunan ulang menggunakan batu, atau disebut sebagai “cut-and-fill”, dipilih
untuk limbah pembangunan. Metode ini memiliki kelebihan dalam meminimalisir
pembuangan limbah di permukaan serta mengurangi kebutuhan akan ventilasi
dan pendinginan bawah tanah. Pengangkutan direncanakan akan dilakukan
menggunakan dua unit mesin Muat-Angkut-Buang dan dua truk low profile untuk
membawa bijih ke permukaan. Untuk kedalaman melebihi tingkat 6,
kemungkinan penggunaan lubang tambang utama untuk pengangkutan bijih
akan dire- evaluasi.
Jenis tambang ini berhasil dijalankan pada proyek Way Linggo milik Kingsrose
Mining di bawah arahan Konsultan Pertambangan Bill Phillips. Proyek Way
Linggo cukup serupa dalam hal lebar, kedalaman, garisan dan kualitas cadangan
mineral. Skala ini oleh karena itu dapat dibandingkan dengan biaya
penambangan dan pemrosesan bijih pada tingkat produksi 35 koz per tahun
menggunakan jasa buruh setempat dengan ongkos produksi <USD 200/ton11.
Pembuatan model internal oleh Paramount saat ini dilakukan melalui
pemeriksaan bawah tanah dan pembuangan air dengan asumsi biaya produksi
sebesar $225 per ton sebelum dewatering dan pemeriksaan bawah tanah.
Empat kru yang masing-masingnya terdiri dari dua orang diharapkan untuk
mengebor dua ronde per shift per kru di stope drive dan naikan. Penopang juga
telah dibangun di wilayah stoping.
Tuntutan produksi bijih adalah 300 ton per hari dari stope yang dilengkapi
dengan bijih dari kru pembangunan. Kru stoping yang terdiri dari tiga orang, yaitu
dua orang pengebor dan satu asisten, akan dapat memecahkan 50 ton bijih per
hari. Biayanya dihitung berdasarkan asumsi tiga ronde dan ditopang dengan
kayu dari bagian atas timbunan. Lubangnya cukup dangkal, yaitu 1,2 m, untuk
meminimalisir pelarutan dan dapat dibuat dengan bentuk “paruh atas” atau dibor
secara horizontal tergantung dari lebar stope, dll. Praktik peledakan dilakukan
setiap arah. Dengan asumsi bahwa tiga tingkatan akan beroperasi pada suatu
waktu, dan bahwa turunan memerlukan 8 meter kubik tambahan udara segar
per detiknya, dan 32 meter kubik udara segar per detik akan diperlukan untuk
ventilasi bagian muka. Tiga kipas angin aksial dua tahap berdiameter satu meter
yang dipasang secara vertikal telah dirancang untuk membuang 60 meter kubik
udara per detiknya dari saluran udara utama. Sistem seperti ini memungkinkan
hilangnya 40% udara segar antara jalan keluar dan muka.
Udara segar diambil dari turunan dan lubang utama lalu dikeluarkan dari sudut
terjauh masing-masing tingkat. Udara tersebut lalu akan ditarik ke atas stope di
depan blok produksi ke tingkat yang lebih tinggi untuk kemudian dikembalikan ke
saluran pengembalian udara utama dan lubang ventilasi yang terletak di sebelah
pabrik. Dinding ventilasi dibangun pada titik tarikan crosscut untuk memastikan
bahwa udara segar didorong ke titik terjauh masing-masing tingkat.
Semua muka pengembangan akan dibuang kembali ke turunan di mana air akan
dipompa ke permukaan menggunakan sump dan dua pompa rendam listrik Flygt
55kW 2102.
Pompa pada awalnya akan dipasang di tingkat 3 dan kemudian di tingkat 4
seiring dengan bertambah dalamnya tambang.
Rencana penambangan asli yang diaudit dan disetujui pada tahun 1992 oleh
Insinyur Penambangan Roger Pooley12 dari Kinhill, Jakarta, untuk memproduksi
100.000 ton bijih ROM per tahun didasari oleh rancangan berikut:
Hasil ini sesuai dengan pengujian metalurgis yang dahulu pernah dilakukan oleh
Century.
Konsentrat-konsentrat ini akan disaring dan dikemas ke dalam satu ton karung
untuk diangkut dan diekspor ke tempat pemurnian tol di wilayah Asia/Australia.
Konsentrat timah/tembaga akan dapat menambang 9% emas lebih banyak dari
ROM, dan karena proses pemurniannya tidak dilakukan di Indonesia, maka hasil
tambang akan terkena pajak ekspor hingga 20%, dan potensi penambangan
emas dari konsentrat ini, meskipun belum ditegaskan oleh Syarat-Syarat
Indikatif, diperkirakan akan sebesar 50-95%. Oleh karena itu, perhitungan
menggunakan asumsi konservatif 50% emas yang setara dengan perolehan
Berdasarkan hasil review cadangan oleh konsultan GMT pada tahun 2016,
potensi cadangan emas di salah satu ore zone, yaitu Cap Palu-Cisudi-Cibitung
yaitu sebesar 785.107 ton ore, dengan kadar rata-rata 8,18 gram/ton Au, 21
gram/ton Ag, 0,42% Cu, 0,55% Pb dan 2,11% Zn. Rincian perhitungan cadangan
tersebut seperti pada Tabel 4.1 dan Gambar 4.1.
Cadangan bijih emas sejumlah tersebut diatas akan ditambang oleh PT CKP,
dengan tingkat produksi maksimum 100 000 ton per tahun, mulai tahun 2017,
dengan rincian jumlah roduksi per tahunnya seperti pada Tabel 4.2.
Setelah berakhirnya tambang (tahun ke-9), maka sisa cadangan bijih emas adalah
sebesar 3.728 ton. Disamping itu CKP berkeyakinan masih terdapat potensi
sumberdaya dan cadangan, untuk kelanjutan operasi tambang, namun untuk saat
ini belum dapat dihitung karena data eksplorasinya masih minim.
Tabel 4- 1 Hasil perhitungan sumber daya dan cadangan dengan standar JORC
JORC Resource Estimate: Gunung Rosa, 5th September 2016
Category Kadar (g/t Au) Volume (m3) Tonnes (t) Au (g/t) Ag (g/t) Cu (%) Pb (%) Zn (%)
Depleted 4.00 - 5.00 26,340 68,107 4.47 38 0.22 0.61 1.58
5.00 - 6.00 21,686 56,388 5.49 37 0.22 0.48 1.36
6.00 - 7.00 15,249 39,859 6.47 43 0.23 0.52 1.52
7.00 - 8.00 9,553 25,463 7.46 48 0.27 0.61 1.91
8.00 - 9.00 6,087 16,857 8.47 57 0.30 0.83 2.63
9.00 - 10.00 4,191 11,675 9.49 47 0.33 0.75 2.67
+10.00 13,585 38,852 15.09 47 0.41 0.86 2.92
Sub Total Depleted 96,691 257,201 7.39 42 0.27 0.63 1.87
Indicated 4.00 - 5.00 33,773 91,651 4.507 16 0.30 0.67 2.02
5.00 - 6.00 28,565 78,590 5.486 18 0.39 0.60 2.23
6.00 - 7.00 24,969 69,429 6.503 20 0.45 0.53 2.15
7.00 - 8.00 20,898 58,105 7.486 22 0.51 0.47 2.14
8.00 - 9.00 15,642 43,173 8.474 25 0.54 0.70 2.72
9.00 - 10.00 12,834 35,056 9.489 25 0.57 0.59 2.84
+10.00 43,768 120,739 16.808 35 0.58 0.33 1.47
Sub Total Indicated 180,449 496,743 8.98 23 0.47 0.53 2.07
Inferred 4.00 - 5.00 31,438 77,651 4.528 14 0.24 0.83 1.99
5.00 - 6.00 23,771 66,933 5.474 15 0.27 0.62 2.25
6.00 - 7.00 18,896 52,788 6.497 17 0.34 0.51 2.44
7.00 - 8.00 11,385 31,693 7.421 18 0.43 0.58 3.00
8.00 - 9.00 7,142 19,647 8.519 19 0.49 0.71 3.29
9.00 - 10.00 4,451 12,136 9.423 17 0.40 0.28 1.61
+10.00 10,151 27,516 14.095 22 0.54 0.14 0.55
Sub Total Inferred 107,234 288,364 6.82 16 0.34 0.59 2.18
Grand Total (All Ore) 4.00 384,374 1,042,308 7.99 26 0.38 0.57 2.05
Grand Total Ind+Inf 4.00 287,683 785,107 8.18 21 0.42 0.55 2.11
Peruntukan lahan pada masa pascatambang diperkirakan juga masih sama, yaitu
sebagian untuk perkebunan, pertambangan dan pemukiman penduduk.
Mengingat metode tambang yang diterapkan adalah tambang underground, maka
perubahan peruntukan lahan permukaan relatif kecil / terbatas. Setelah seluruh
fasilitas pendukung di permukaan dibangun, maka tidak akan atau sedikit sekali
tambahan penggunaan lahan untuk kegiatan tambang.
Pada akhir tambang peruntukan lahan wilayah IUP-OP CKP seperti Tabel 4.3.
4.3. Morfologi
Perubahan morfologi yang sedikit terjadi pada lahan untuk fasilitas pengolahan,
karena adanya perataan lahan waktu pembangunan bangunan fasilitas tambang.
Jadi secara umum tidak ada perubahan morfologi yang mengganggu kondisi
lingkungan.
Kualitas air
Resiko gangguan kualitas air merupakan salah satu resiko terbesar dalam
operasi pertambangan emas, baik akibat kemungkinan terjadinya air asam
tambang, akibat oksidasi mineral mineral sulfida, mapun akibat penggunakaan
bahan kimia (sianida) yang akan dipakai dalam proses pengolahan bijih emas.
Hasil analisa kualitas air sungai yang dilakukan pada tahun 2013, atau sebelum
kegiatan penambangan dimulai, menunjukkan kualitas air sungai tidak memenuhi
baku mutu, dengan nilai pH <5, dan kandungan beberapa logam di atas baku
mutu, seperti pada Tabel 4.4. Sedangkan kondisi kualitas air bekas tambang
berdasarkan analisis yang dilakukan pada tahun 2013 juga menunjukkan berapa
parameter air berada di atas baku mutu yang diperbolehkan (PP 82 Tahun 2001),
seperti parameter pH, Fe, turbiditas, Zn, lead, Cu, Mg, Mn, dan TDS. Kondisi ini
terjadi sebagai akibat kegiatan penambangan tahun 90-an dan kegiatan
penambang tanpa ijin akhir-akhir ini.
**) Baku Mutu berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 Tahun 2001 Tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran air (Kelas III)
pascatambang. Kebisingan juga terjadi pada jalan yang masih digunakan untuk
kegiatan demobilisasi peralatan. Kondisi ini hanya berlangsung sementara, dan
diperkirakan pada pascatambang tingkat kebisingan akan pulih seperti kondisi
rona awal.
Tabel 4- 6 Rona lingkungan akhir lahan tambang dan kondisi biota pada saat
akhir tambang
Bekas lahan Pelaksanaan reklamasi & Prakiraan kondisi flora Prakiraan kondisi fauna
terganggu revegetasi pada akhir tambang pada akhir tambang
jenis benthos yang ada seperti pada saat kondisi rona awal. Indeks
keanekaragaman Simpson jenis benthos pada kondisi rona awal berdasarkan
studi AMDAL 2014 yang telah dilakukan di sekitar lokasi rencana penambangan
bijih emas CKP berkisar antara 0,00 – 1,682. .
C. Nekton (ikan)
Pada saat akhir tambang nanti, diperkirakan kondisi kualitas perairan di sekitar
lokasi pertambangan bijih emas CKP sebagai habitat dari nekton/ikan tidak
berubah seperti pada saat kondisi rona awal, sehingga beberapa jenis ikan masih
dapat dijumpai seperti pada saat kondisi rona awal.
Hal ini terutama disebabkan adanya pemutusan hubungan kerja (PHK) dan
berkurangnya penyerapan barang/bahan-bahan dan jasa lokal sekitar tambang.
PHK ini tidak hanya terjadi pada karyawan yang berasal dari masyarakat sekitar
tambang tetapi juga sebagian besar dari karyawan lainnya yang memang tidak lagi
dipergunakan untuk kegiatan lanjutannya yaitu pascatambang dan
pemantauannya.
Dampak negatif dari sosial, ekonomi masyarakat tersebut akan diminimalisir oleh
CKP, dengan merencanakan melakukan serangkaian program selama masa
pascatambang, yang dapat memicu tumbuhnya alternatif lapangan pekerjaan bagi
masyarakat sekitar tambang.
KEPENTINGAN
Konsultasi publik telah dilakukan oleh PT Cikondang Kancana Prima (CKP) dengan
pemangku kepentingan (stakeholder) terdiri dari unsur masyarakat dan pemerintah yang
berada di sekitar area pertambangan yang diperkirakan terkena dampak penting dengan
adanya kegiatan pertambangan CKP. Adapun yang hadir pada konsultasi publik ini yaitu
Sekretaris Daerah Kabupaten Cianjur, Dinas ESDM Provinsi Jawa Barat, Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Cianjur, Dinas Tanaman Pangan Holtikultural Perkebunan
dan Tanaman Pangan Kabupaten Cianjur, Dinas PUTR Kabupaten Cianjur,
DISBUDPAR Kabupaten Cianjur, KESBANGPOL Kabupaten Cianjur, Inspektur
Tambang Jawa Barat, Akademisi Politeknik Energi dan Pertambangan Bandung, Camat
Campaka, Kepala Desa Wangun beserta jajaran dan warganya, Kepala Desa
Cimenteng beserta jajaran dan warganya, Kepala Desa Karyamukti beserta jajaran
dan warganya. Proses konsultasi dilakukan dengan cara diskusi terbuka antara pihak
PT Cikondang Kancana Prima dengan para pemangku kepentingan, selain kegiatan
diskusi dilakukan juga survei dari peserta dengan mengisi kuisioner yang akan
menampung keinginan peserta mengenai bentuk lahan, sarana, pekerja, dan
lingkungan sosial ketika kegiatan pascatambang nantinya. Pemaparan mengenai
dokumen rencana pascatambang juga disampaikan kepada pemangku kepentingan
untuk memberi informasi mengenai pentingnya konsultasi publik yang dilakukan dalam
hal memenuhi dokumen rencana pascatambang.
Diskusi merupakan salah satu cara yang dilakukan CKP untuk berkonsultasi
dengan pemangku kepentingan. Tujuan dari diskusi ini selain untuk pemenuhan
dokumen rencana pascatambang juga upaya untuk melibatkan peran serta
pemangku kepentingan secara aktif. Pemangku kepentingan dapat memberikan
secara langsung pendapat, saran, tanggapan, dan pandangan terkait rencana
pascatambang yangnantinya akan dilakukan oleh CKP.
Adapun hasil diskusi yang dilakukan oleh CKP dengan pemangku kepentingan,
sebagaima tertuang dalam berita acara Konsultasi Publik ;
No. Masukan dan Pertanyaan dari Pemangku Tanggapan Dari PT Cikondang Kancana
Kepentingan Prima
Pemaparan sudah disampaikan dengan baik PT CKP mengapresiasi apa yang telah
oleh pihak PT CKP. Kegiatan pascatambang disampaikan oleh Bapak Rohman. PT CKP
yang sudah dipaparkan merupakan kegiatan dikelilingi oleh sektor pariwisata seperti
yang baik bagi kesejahteraan masyarakat. gunung padang dan curug cikodang.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata yang Metode tambang yang digunakan oleh PT
diwakili oleh bapak Rohman sangat sepakat CKP yaitu tambang bawah tanah sehingga
dengan program pascatambang yang sudah bisa dihubungkan dengan sektor wisata
dipaparkan dan diharapkan pelaksanaanya yaitu menjadi museum seperti yang ada di
nanti dapat terpenuhi sesuai dengan dokumen PT Bukit Asam dan PT Antam Pongkor.
pascatambang. Sektor wisata bisa menjadi Perlunya dilakukan diskusi lebih lanjut
sektor perhatian bagi PT CKP untuk program antara PT CKP dengan dinas pariwisata
pascatambang untuk teknis pelaksanaannya nanti setelah
kegiatan pascatambang.
No. Masukan dan Pertanyaan dari Pemangku Tanggapan Dari PT Cikondang Kancana
Kepentingan Prima
Menteri pertanian mendorong untuk kegiatan Peralihan lahan bekas tambang menjadi
peralihan lahan bekas tambang menjadi lahan area pertanian merupakan hal yang baik
pertanian. Pada kegiatan konsultasi publik ini untuk diterapkan di area pertambangan PT
apakah ada ketentuan berapa tahun sebelum CKP ketika pelaksanaan pascatambang
dilakukannya IUP PT CKP. nanti. Kegiatan konsultasi publik ini
dilakukan PT CKP untuk melengkapi
dokumen rencana pascatambang
Saptajie
Agung Pribadi:
No. Masukan dan Pertanyaan dari Pemangku Tanggapan Dari PT Cikondang Kancana
Kepentingan Prima
Pihak Camat Kecamatan Cempaka merasa Keinginan yang disampaikan oleh pihak
bangga dengan hadirnya PT CKP. Untuk saat Kecamatan Cempaka merupakan program
ini kurangnya adanya pihak yang mengayomi yang akan dilaksanakan oleh PT CKP,
tiga desa yang ada di Kecamatan Cempaka. namun untuk saat ini titik-titik kegiatan
Dari tiga desa tersebut permasalahan yang tersebut belum bisa disampaikan. Pada
dihadapi masih sama yaitu kekurangan air perusahaan sebelumnya sudah dilakukan
No. Masukan dan Pertanyaan dari Pemangku Tanggapan Dari PT Cikondang Kancana
Kepentingan Prima
besih. Keinginan dari tiga desa yaitu dan akan dilanjutkan ketika kegiatan
dilakukannya reboisasi dari tanah yang kosong pascatambang sehingga masyarakat
untuk ditanam tanaman seperti buah-buahan nantinya memiki pemikiran berkelanjutan.
dan sayur-sayuran, sehingga tiga desa
tersebut sibuk dengan mengurus tanaman
tersebut. Selain penanaman sayuran dan
buah-buahan juga bisa dilakukan penanaman
rumput bagi pakan ternak. Pihak kecamatan
menginingkan dengan dipenuhinya kegiatan
tersebut dapat membentuk desa yang
memberi bukan meminta dan menjadi
kemakmuran desa.
Bagaimana dengan IUP produksi dan PT CKP akan mengejar secepatnya untuk
eksplorasi PT CKP. Kesejahteraan masyarakat kegiatan produksi namun tidak melupakan
dinilai masih kurang dikarenakan banyaknya persyaratan yang dibutuhkan. Pihak PT
pengangguran sehingga masyarakat butuh CKP berharap tidak lama lagi akan
kepastian kapan PT CKP akan melakukan dilakukan kegiatan produksi setelah sudah
kegiatan produksi. terpenuhinya kegiatan penambangan
No. Masukan dan Pertanyaan dari Pemangku Tanggapan Dari PT Cikondang Kancana
Kepentingan Prima
f. Perusahaan harus
mensosialisasikan secara terus
menerus bahwa tambang tidak
merugikan lingkungan apabila
menerapkan good mining practice
dan juga perlunya pengecekan
administratif
No. Masukan dan Pertanyaan dari Pemangku Tanggapan Dari PT Cikondang Kancana
Kepentingan Prima
Dikarenakan area tambang ini sudah 12 tahun Keinginan akan ditampung dan
dengan berpindah-pindah perusahaan, yang dipertimbangkan
diinginkan saat ini yaitu bantuan seperti air
besih, perkebunan tanaman buah-buahan,
sarana pendidikan, dan peternakan. Keinginan
tersebut diharapkan dilaksanakan saat ini
bukan ketika pascatambang yang masih 2-3
tahun lagi.
No. Masukan dan Pertanyaan dari Pemangku Tanggapan Dari PT Cikondang Kancana
Kepentingan Prima
Himbauan bagi PT CKP untuk mendaftarkan Perizinan yang diberikan oleh pemerintah
diri terkait perizinan sistem OSS. Untuk hal-hal pusat sudah dipenuhi namun untuk
teknis lainnya PT CKP bisa datang ke kantor perizinan daerah nantinya akan di cek
PUPR berkaitan dengan perizinan. kembali. Apabila ada perizinan daerah
nantinya PT CKP akan menaatinya
Diskusi yang dilakukan berjalan dengan baik dan dua arah antara pihak CKP
dengan pemangku kepentingan. Pendapat serta masukan dari pemangku
kepentingan di terima dengan baik oleh pihak CKP. Keinginan dari para
pemangku kepentingan ketika kegiatan pasca tambang dapat dikategorikan
sebagai berikut yaitu: sektor sosial budaya dan pariwisata, pemberdayaan
masyarakat, kesejahteraan masyarakat, perekonomian masyarakat, dan
lingkungan. Berikut adalah dokumentasi kegiatan diskusi yang dilakukan pada
Gambar 5.1 di bawah ini.
kepentingan. Selain diberikan pilihan, pada formulir juga diberikan kolom untuk
masukan lainnya yang diinginkan oleh pemangku kepentingan. Berikut di bawah
ini adalah hasil dari survei pendapat pemangku kepentingan.
Berdasarkan hasil survei pada Gambar 5.3 tanaman yang lebih banyak
diinginkan oleh para pemangku kepentingan yang nantinya akan ditanam di lahan
revegetasi pascatambang PT CKP yaitu jenis tanaman buah – buahan. Buah
durian merupakan jenis tanaman buah yang dominan di pilih oleh pemangku
kepentingan pada formulir survei. Masukan lain yang perlu dipertimbangkan dari
pemangku kepentingan mengenai jenis tanaman revegetasi pascatambang yaitu
mengenai jenis tanaman pangan dan tanaman endemik lingkungan sekitar yang
bisa dimanfaatkan oleh masyarakat, selain itu waktu tumbuh dari tanaman pun
perlu diperhatikan agar kegiatan revegetasi pascatambang dapat berjalan
dengan cepat. Pilihan jenis tanaman kayu yang juga dipilih oleh pemangku
kepentingan sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk pemukiman atau
kebutuhan lainnya.
Lahan pascatambang selain bisa dijadikan sebagai lahan revegetasi juga bisa
dimanfaatkan sebagai sarana untuk rekreasi dan pendidikan. Hasil survei pada
Gambar 5.4 di atas menunjukan bahwa keinginan para pemangku kepentingan
mengenai bentuk lain lahan pascatambang sama-sama kuat baik dijadikan lahan
rekreasi maupun pendidikan. Penggunaan lahan pascatambang bisa
dikolaborasikan sebagai sarana rekreasi dan pendidikan seperti dijadikan
museum tambang bawah. Dengan hadirnya lahan pascatambang sebagai sarana
rekreasi dan pendidikan dapat bermanfaat untuk kemajuan perekonomian
masyarakat sekitar dan menambah pengetahuan mengenai tambang bawah
tanah.
Tujuan yang akan dicapai dari program penutupan tambang CKP secara garis besar
adalah menjaga dan meminimalisasi dampak negatif jangka pendek dan jangka panjang
akibat ditutupnya tambang, memulihkan ekosistem agar dapat tumbuh dan berkembang
mandiri untuk kesejahteraan rakyat, sesuai dengan kondisi daerah dan kemauan
masyarakat lokal. Adapun sasaran dari program yang ingin dicapai adalah terciptanya
kestabilan/keamanan daerah bekas tambang, terkendalinya kualitas lingkungan,
peningkatan atau paling tidak pulihnya fungsi lahan, terciptanya kemenurusan
perekonomian daerah sekitar tambang. Tidak munculnya gejolak sosial masyarakat
serta terciptanya pembangunan berkelanjutan.
Program pascatambang CKP tidak terlepas dari program pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup yang dilakukan pada saat masa operasi produksi berjalan, dan
kegiatan yang dilakukan pada masa pascatambang merupakan kelanjutan dari program
rehabilitasi tersebut.
Adapun beberapa prinsip dasar yang digunakan oleh CKP dalam penyusunan program
pascatambang ini diantaranya adalah:
1. Mengikuti peraturan perundangan yang berlaku, baik berkaitan dengan baku
mutu,tata ruang maupun masalah ketenagakerjaan.
2. Mencakup semua aspek yang terkena dampak, meliputi: pengamanan lubang
tambang bawah tanah yang telah selesai ditambang, penataan dan revegetasi
seluruh lahan permukaan yang terganggu, penanganan bekas fasilitas tambang,
penanganan aspek biologi, tanah, air, sosial dan ekonomi.
3. Mempertimbangan kewajaran biaya pascatambang, sehingga tidak
menyebabkan usaha tambang menjadi tidak ekonomis.
4. Memperhatikan masukan dan harapan pemangku kepentingan.
5. Mempertimbangkan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan.
6. Selaras dengan kriteria lingkungan, baik fisik maupun non-fisik yang telah
ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Program pascatambang yang akan dilakukan oleh CKP dapat dikelompokan menjadi
menjadi 5 jenis kegiatan, yaitu :
1. Reklamasi pada lahan bekas tapak tambang dan lahan bekas fasilitas penunjang
antara lain mencakup :
a. Mengamankan / menjaga kestabilan daerah bekas tambang underground
terhadap bahaya ambrukan, amblesan dan munculnya air asam tambang,
dengan cara pengisian bekas lubang tambang bawah tanah dan pengelolaan
airyang keluar darai dalam tambang.
b. Reklamasi di bekas tapak tambang, termasuk antara lain: Reklamasi lahan
bekas timbunan ore dan waste rock, jalan proyek, settling pond, lahan sekitar
portal.
c. Pembongkaran Fasilitas tambang dan fasilitas penunjang dan reklamasi
lahan bekas fasilitas penunjang, antara lain: demobilisasi peralatan tambang
underground; pembongkaran dan reklmasi lahan: workshop, gudang handak,
bangunan tempat genset dan transmisi listrik untuk operasi tambang;
penanganan/pengamanan sisa BBM, bahan kimia dan fasilitas
penyimpanannya.
2. Pembongkaran fasilitas pengolahan emas dan reklamasi lahan bekas fasilitas
pengolahan, termasuk fasilitas pengelolaan tailing pengolahan
3. Melanjutkan program pengembangan sosial, budaya dan ekonomi sampai pada
masa transisi
4. Pemeliharaan & Perawatan
a. Kestabilan daerah bekas tambang underground
b. Tanaman hasil revegetasi
c. Kestabilan/ keamanan social ekonomi masyarakat sekitar tambang
5. Pemantauan
6.1. Reklamasi Pada Sisa Bekas Tambang dan Lahan Di Luar Bekas Tambang
Adapun program pasca tambang yang harus dilakukan, yaitu (1) pembongkaran /
pemanfaatan fasilitas pertambangan, serah terima beberapa fasilitas ke Pemda
dan pemanfaatan aset yang masih dapat digunakan, (2) reklamasi lahan bekas
Reklamasi pascatambang
Luas
Lahan Terganggu Tahun Tahun Tahun Tahun
(Ha)
ke 1 ke 2 ke 3 ke 4
12) TPS limbah B3 0,50
13) Pos security 0,01
14) Sarana pembibitan / nursery 0,15
Keterangan :
Pembongkaran dan penataan lahan
Revegetasi
Pemeliharaan Pemantauan
Revegetasi
Sebelum dilakukan revegetasi, terlebih dahulu dilakukan persiapan lahan agar
pertumbuhan tanaman semakin subur, salah satu kegiatan penyiapan lahan
adalah penggaruan. Kegiatan ini ditujukan untuk menggemburkan tanah,
meningkatkan infiltrasi air ke tanah, mengurangi laju erosi dan mempertahankan
benih dan pupuk yang akan disebar tidak hanyut terbawa air hujan.
Jenis tanaman yang pertama kali ditanam adalah tanaman penutup (cover crop),
yang bertujuan untuk mengurangi laju erosi tanah, menstabilkan permukaan
tanah dari energi kinetis air hujan, membantu memperbaiki sifat fisik dan kimia
tanah, menambat nitrogen dari udara serta, merangsang kehidupan organisme
tanah yang berperan penting dalam siklus hara.
Setelah penanaman cover crop, kemudian dilakukan penanaman tanaman pioner
dan tanaman buah. yaitu tanaman local dan tanaman budidaya yang mudah dan
tahan hidup didaerah itu dan selama ini ditanam oleh masyarakat sekitar
tambang, sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat kemudian hari.
Penanaman cover crop dan tanaman keras ini juga dimaksudkan untuk
menyediakan habitat bagi binatang-binatang dan membua keanekaragaman
penutupan lahan. Tanaman keras ditanam dengan jarak spasi 4 m x 4 m,
sehingga jumlah bibit yang dibutuhkan dalam areal seluas 1 Ha adalah 625 bibit.
Pola penanaman tanaman pioner untuk daerah yang akan direvegetasi seperti
terlihat pada gambar di bawah ini.
Bibit yang akan ditanam diseleksi dahulu di pembibitan, hanya bibit dengan
kualitas yang bagus yang bisa ditanam untuk menjamin kesuksesan tumbuhnya.
Bibit yang baik adalah bibit dengan tinggi lebih dari 40 cm, bentuk batang dan
percabangan baik, sehat, hijau dan segar serta bebas dari hama dan penyakit.
Jenis-jenis tanaman pionir dan cover crop yang dapat tumbuh dengan baik pada
lahan reklamasi seperti Tabel 6.2 dan 6.3.
Reklamasi
No. Penggunaan Lahan
(Ha)
1 Portal 1 Shaft (cross cut) 0.00
2 Portal 2 Decline 0.00
3 Sediment Pond 0.063
4 Tailing Dam (Tailing Storage Facility) 2.30
Total Area Tambang 2.363
Reklamasi(Ha)
No. Penggunaan Lahan
Reklamasi
No. Penggunaan Lahan
(Ha)
1 Lahan terganggu di area TSF 2.3
2 Jalan Pipa menuju TSF 0.15
Total Area 2.45
Reklamasi
No. Penggunaan Lahan
(Ha)
1 Jalan Tambang 0.42
Total Area 0.42
Reklamasi
No. Penggunaan Lahan
(Ha)
1 Rawa 0.45
Total Area 0.45
Luas lahan bekas fasilitas pengolahan dan pemurnian tersebut sekitar1,30 Ha,
sehingga dengan rencana jarak tanam 4 m x 4 m, dibutuhkan bibit tanaman
sebanyak 813 bibit.
Dari total area seluruh lahan bekas fasilitas penunjang yang akan dibongkar
seluas 1,04 Ha, maka akan diperlukan bibit tanaman sebagai berikut:
Cover crop = 20 Kg
Tanaman industri (sengon, trembesi) = 650 bibit
Tanaman buah-buahan = 95 bibit
Kopi, coklat = 65 Bibit.
Tembok Tembok
Luar Dalam
Lebar=5,00 m
Tinggi = 5,00m
Tebal = 1,50 m
Gambar 6- 5 Penutupan Bekas Penambangan PT. CKP
5.00 M Cor
Beton Permukaan
5.00 m
Gambar 6- 6 Penutupan Bekas Tunnel
3.00 m Isi
Material Batu
Pecah
Pada bagian luar portal juga dipasang pagar dengan jeruji besi dan diberi tanda
peringatan bahaya. Sedangkan untuk mulut lubang-lubang eksplorasi yang tidak
dikembangkan untuk menjadi lubang-lubang eksploitasi juga harus diberi
peringatan yang sama lubang masuk tambang. Konstruksi penutup lubang tambang
dapat dilihatpada Gambar diatas.
Aset dapat diakui jika semua sumber ekonomi dapat diukur dengan monetisasi,
baik rupiah, dolar, atau mata uang lainnya. Dengan adanya aset yang dimiliki
perusahaan, bisnis dapat terus beroperasi dengan lancar. Aset bukan hanya
dalam bentuk uang tunai, tanah, bangunan, peralatan, ataupun perlengkapan
juga dapat berupa sumber daya manusia seperti karyawan dan pelanggan.
Asset PT. CKP adalah asset yang saat ini aktif atau tidak aktif dapat berupa
asset bergerak dan tidak bergerak yang akan dioptimalkan saat pascatambang
untuk memberikan benefit bagi CSD. Asset tersebut akan dimanfaatkan (dapat
dijual atau difungsikan untuk hal lain) asset yang akan dikelola oleh pihak ke tiga
dan dikelolasesuai dengan peraturan yang berlaku.
b. Fasilitas lain yang sudah dimanfaatkan untuk fasilitas umum dan sosial;
6.2. Pemeliharaan
6.2.1. Pemeliharaan dan Perawatan Tapak Bekas Tambang
Pada daerah bekas tapak tambang, pemeliharaan dan perawatan yang penting
dan akan dilakukan oleh CKP antara lain:
Memelihara dan menjaga kestabilan lereng dan mencegahterjadinya erosi
Menata kembali permukaan lahan apabila terjadi amblesan.
Pemeliharaan fungsi pengelolaan penanganan air asam tambang
Menjaga sistem penyaliran akan tetap berfungsi untu mengendalikan
air limpasan ke sediment trap
Melakukan pemeliharaan fungsi sediment trap, antara lain dengan secara rutin
melakukan pengerukan sedimen dalam kolam.
Pemantauan dan upaya peningkatan tingkat kesuburan tanah
Pemeliharaan tanaman hasil revegetasi
Pada tanaman yang sudah mulai tumbuh dan berkembang setelah kegiatan
revegetasi, akan dilakukan pemeliharan dan perawatan secara berkala, sehingga
tingkat keberhasilan pertumbuhan tanaman tersebut dapat terpenuhi. Adapun
tujuan pemeliharaan tanaman yang akan dilakukan adalah:
1. Mencapai persentase jadi tanaman di atas 80%.
2. Mencapai pertumbuhan tegakan optimal yang berkelanjutan.
3. Terciptanya tegakan yang sehat.
B. Pemupukan lanjutan
Pemupukan lanjutan diberikan dalam paritan yang dibuat sekeliling pohon
mengikuti proyeksi tajuk, paritan dibuat dengan ukuran kurang lebih 8 cm
dalam dan 10 cm lebar, pupuk dicampur seperti pada prosedur penanaman
kemudian disebarkan merata pada sekeliling paritan dengan dosis yang
sama denganpenanaman dan ditutup tanah kembali.
C. Penyulaman
Penyulaman tanaman bertujuan untuk mempertahankan populasi tanaman
dalam suatu luasan sesuai dengan rencana. Semua tanaman yang mati
diganti dengan yang baru, jika tanaman mati setelah lebih dari 3 bulan maka
harus dilakukan pemupukan ulang. Seluruh tumbuhan dalam radius
penyulaman dibersihkan dahulu (jari-jari 1 m).
D. Pemulsaan
Pemulsaan dilakukan setelah tanaman berumur 1,5 tahun lebih, tujuan
pemulsaan adalah untuk merangsang kehidupan organisme tanah yang
berperan penting dalam siklus hara tanah,mempercepat pengembalian nutrisi
organik ke tanah dari biomasa tumbuhan di sekitarnya, disamping juga untuk
menjaga kelembaban tanah dan menekan laju pertumbuhan gulma disekitar
pangkal pohon. Pemulsaan dilakukan bersamaan dengan penyiangan,
biomasa hasil penyiangan terutama dari tumbuhan legume disebarkan di
sekitar pangkal pohon dengan ketebalan minimal 15 cm, mulsa ini seiring
dengan waktu akan terdekomposisi secara alami dan melepaskan nutrisi ke
dalam tanah yang akan dimanfaatkan oleh tanaman.
E. Penanggulangan hama dan penyakit
Secara umum tujuan penanggulangan hama dan penyakit tanaman adalah
untuk mencapai tegakan yang sehat dengan pola pertumbuhan yang
progresif.
MUTASI
Karyawan yang telah mencapai usia retiremend pada saat tambang ditutup maka
akan pensiun sesuai dengan peraturan perusahaan, sedangkaryawan yang masih
produktif akan dimutasi ke unit lain, dan karyawan yang outsourcing akan diatur
menurut peraturan yang berlaku sementara.
Berakhirnya kegiatan pertambangan akan menimbulkan dampak penting
terhadap ketenagakerjaan karena terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK).
Terhentinya sumber-sumber penghasilan akan menurunkan tingkat
kesejahteraan penduduk untuk sekitar tambang.
Sebagian karyawan tenaga kerja lokal akan diberhentikan oleh perusahaan pada
akhir kegiatan pertambangan akan mengikuti sesuai dengan prosedur dan
ketentuan yang berlaku yang disepakati bersama oleh kedua belah pihak.
Kebijaksanaan yang ditempuh oleh CKP pada saat pascatambang adalah:
1) Pemberian pesangon kepada karyawan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
2) Melaksanakan program pelatihan kerja bagi pekerja untuk memberikan
keterampilan baru agar mendapat bekal jika harus alih kerja atau alih usaha.
3) Mengutamakan masyarakat setempat untuk bekerja dalam kegiatan
reklamasi/rehabilitasi lahan sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan.
Bidang 5: Infrastruktur
1. Perbaikan, perawatan dan pemeliharaan, gedung,
Meningkatnya
bangunan, akses perkebunan, Jembatan dan
Meningkatkan sarana ketersediaan fasilitas
bangunan lainnya di Desa Karyamukti.
fasilitas umum bagi umum yang baik di
2. Perbaikan dan pemeliharaan jalan desa, baik jalan
masyarakat. Desa
utama maupun jalan alternatif.
Karyamukti
3. Membuat Jaringan Internet di kantor Desa Karyamukti
Program pemantauan dan perawatan lingkungan akan dilaksanakan pada saat kegiatan
operasi penambangan dan pengolahan telah berakhir. Tujuannya adalah untuk
memantau keberhasilan program pascatambang yang dilakukan oleh CKP selama 3
tahun guna memastikan kondisi lingkungan di sekitar area pertambangan dalam kondisi
aman, stabil dan tidak tercemar, sehingga tidak ada kerusakan lingkungan lebih lanjut
akibat kegiatan penambangan.
Kunjungan berkala dari ahli lingkungan profesional (dari Departemen Lingkungan dan
K3) akan dilakukan untuk memantau dan menganalisis kondisi kestabilan fisik, air
permukaan dan air tanah, flora dan fauna, udara dan kebisingan, dan kondisi sosial-
ekonomi masyarakat sekitar area pertambangan. Ahli lingkungan tersebut akan
melaksanakan pengambilan sampel, menjawab permasalahan-permasalahan yang
akan muncul dan akan menganalisis serta melaporkan pencapaian yang diperoleh
dalam bidang lingkungan.
Ahli lingkungan tersebut juga akan berkoordinasi dan ikut terlibat dalam pekerjaan dan
penelitian lain yang berkaitan dengan pemantauan lingkungan. Hal ini penting dilakukan
untuk menganalisis kondisi tapak bekas tambang, fasilitas pabrik pengolahan dan
fasilitas penunjang, dan analisis pencapaian keberhasilan program lindungan
lingkungan yang telah dilakukan oleh CKP.
Upaya-upaya yang akan dilakukan oleh CKP pada masa pascatambang dalam
rangka pengelolaan kualitas air di kolam pengendapan adalah sebagai berikut:
- Menaburkan kapur tohor apabila air yang ada bersifat asam
- Pengerukan dasar kolam untuk mengurangi endapan sedimen sehingga
kapasitas pengendapan dapat terjaga, dan material sedimen tersebut tidak
masuk ke badan perairan umum
Setelah air sudah layak dialirkan ke badan perairan umum dan sesuai standar
baku mutu yang telah ditetapkan, maka air yang berasal dari kolam
pengendapan tersebut akan dialirkan menuju sungai-sungai yang ada di sekitar
wilayah pertambangan,
Parameter akan dipilih untuk memberikan informasi dampak operasi terhadap
kualitas air, termasuk logam terlarut. Metode pemantauan melalui pengambilan
contoh mengacu kepada Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang Pengambilan
Contoh Air dan dilakukan secara berkala (tiga bulan sekali). Parameter air
permukaan yang akan dipantau dan diuji antara lain: warna, kekeruhan (TSS),
bau, rasa, TDS (Total Dissolved Solid), TSS (Total Suspended Solid), BOD
(Biogenic Oxigen Demand), COD, DO dan pH.
Disamping itu, beberapa parameter kimiawi juga perlu dipantau dan diuji
konsentrasi kimianya, meliputi; magnesium (Mg), Tembaga (Cu), Seng (Zn),
Timbal (Pb), kalium (K), natrium (Na), besi (Fe), mangan (Mn), sulfat (SO4), dan
khlorida (Cl).
Kegiatan pemantauan kualitas air permukaan (kolam, sungai dan danau) di
sekitar lokasi pertambangan akan dilakukan setiap 3 bulan sekali selama masa
pascatambang. Untuk kualitas air permukaan, acuan/standar baku mutu yang
digunakan sesuai dengan ketentuan yang ada dalam PP No. 82 tahun 2001
Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (Kelas I-IV)
dan atau penggantinya yang berlaku untuk air sungai dan danau.
pemantauan.
d. Membuat peta dan foto perkembangan suksesi alami pada plot pemantauan
permanen.
Kegiatan pengukuran kadar mutu udara dilakukan dengan dust level indicator,
dengan tetap memperhatikan acuan baku mutu udara ambien sesuai dengan
Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran
Udara. Parameter udara yang dipantau adalah SO2, NO2, PM10, Pb, CO dan debu
(TSP), yang mengacu pada standar baku mutu pada PP 41 tahun 1999. Alat yang
akan dipergunakan dalam pemantauan kualitas udara adalah high volume meter.
Pemantauan kadar debu dilakukan dengan memasang alat pemantau kadar debu
(dust collector) pada tempat-tempat yang diperkirakan mengandung kadar debu
tinggi. Sedangkan pemantauan kebisingan dengan alat sound level meter, yang
mengacu pada ambang batas yang ditentukan menurut KepMen LH No. 48 Tahun
1996 tentang Baku Mutu Tingkat Kebisingan.
Lokasi pemantauan kualitas udara, debu dan kebisingan terletak pada lokasi
pembongkaran fasilitas tambang dan pengolahan serta sekitar fasilitas penunjang
yang akan dibongkar, dan desa-desa sekitar lokasi pertambangan, Pemantauan
udara dilakukan setiap 3 bulan sekali, sampai dengan kegiatan pascatambang
berakhir. Hasil pemantauan dan analisa parameter udara, debu dan tingkat
kebisingan pada masa pascatambang tetap akan dilaporkan perusahaan kepada
lembaga yang berwenang.
Metode pengumpulan data, analisis kualitas serta baku mutu yang digunakan
sebagai acuan seperti terlihat pada Tabel 7.2, 7.3 dan 7.4.
Tabel 7- 2 Metode pengumpulan dan analisis data kualitas udara dan kebisingan
Metode Pengumpulan
No Parameter
Data
Metode Analisis Data
Time of
Parameter Standard Quality
measurement
HC (Hydrocarbon) 3 Hour 160 µg/ Nm3
PM10 (Particle <10 µm) 24 Hour 150 µg/ Nm3
24 Hour 65 µg/ Nm3
PM 2.5 *
1 Hour 15 µg/ Nm3
TSP 24 Hour 230 µg/ Nm3
(Dust) 1 Hour 90 µg/ Nm3
24 Hours 2 µg/ Nm3
Pb (Lead)
1 Hour 1 µg/ Nm3
10 Ton/ Km2/month
(Residential Area)
Dust fall 30 Days
20 Ton/Km2/ Month
(Industry)
Parameter dan metode analisis udara yang digunakan disajikan pada Tabel 7.4.
Frekuensi pemantauan kualitas udara dilakukan 2 kali dalam setahun. Tabel 7.4.
Tabel 7- 7 Tolok ukur dan metode pemantauan aspek sosial ekonomi pascatambang
Metode Metode Waktu dan
No Aspek Tolok Ukur Lokasi Pemantauan Kriteria Keberhasilan
Pengambilan Data Analisis Data Frekuensi
Kepadatan penduduk
Kepadatan Tabulasi dan Kantor Desa/Kecamatan; 1 kali setiap
1 Demografi Pencatatan langsung dengan parameter jumlah
Penduduk perhitungan langsung Biro Pusat Statistik tahun
jiwa/km2 (sesuai AMDAL)
Tingkat Pencatatan melalui Pendapatan perkapita
Tabulasi dan Kantor Desa/Kecamatan; 1 kali setiap
Pendapatan survei acak & indepth penduduk/tahun (dalam
perhitungan langsung Biro Pusat Statistik tahun
penduduk interview juta rupiah)
2 Pendapatan
Pencatatan melalui Ragam usaha yang
Kesempatan Tabulasi dan Kantor Desa/Kecamatan; 1 kali setiap
survei acak & indepth dikelola dan dimiliki oleh
usaha lokal perhitungan langsung Biro Pusat Statistik tahun
interview masyarakat
Kepesertaan Pencatatan melalui Persentase anak
Tabulasi dan Kantor Desa/Kecamatan; 1 kali setiap
pendidikan wajib survei acak & indepth bersekolah pada usia wajib
perhitungan langsung Biro Pusat Statistik tahun
belajar interview belajar 100%
3 Pendidikan Jumlah mahasiswa
Pencatatan melalui
Kepesertaan Tabulasi dan Kantor Desa/Kecamatan; 1 kali setiap melanjutkan kuliah pada
survei acak & indepth
pendidikan tinggi perhitungan langsung Biro Pusat Statistik tahun tingkat sarjana,
interview
pascasarjana dan doktoral
Ketersediaan fasilitas
Fasilitas Tabulasi dan Kantor Desa/Kecamatan; 1 kali setiap kesehatan di tiap
Pencatatan langsung
kesehatan perhitungan langsung Biro Pusat Statistik tahun kecamatan di wilayah
Kesehatan pemberdayaan
4
Masyarakat
Kasus klinis & Pencatatan melalui
Tabulasi dan Kantor Desa/Kecamatan; 1 kali setiap Penurunan angka
penyakit survei acak & indepth
perhitungan langsung Biro Pusat Statistik tahun kematian ibu dan anak
mematikan interview
Sebaran saran dan
prasarana dasar berupa
Sarana dan Tabulasi dan Desa/Kecamatan; Biro Pusat 1 kali setiap
5 Infrastruktur Pencatatan langsung listrik, air bersih, sekolah
prasarana publik perhitungan langsung Statistik tahun
dan puskesmas di area
pemberdayaan
VII - 14
BAB VII. PEMANTAUAN LINGKUNGAN PASCATAMBANG
RENCANA PASCATAMBANG
PT CIKONDANG KANCANA PRIMA
3 Perubahan Pascatambang Perubahan kualitas air sungai Metode sampling : SNI 6989.57:2008. Sungai sekitar tapak Dilakukan dengan CKP selaku BLHD Kab. BLHD Kab.
kualitas air untuk kategori kelas II sesuai Metode uji : Uji kualitas air disesuaikan dengan proyek, khususnya frekwensi 2 bulan pemrakarsa Cianjur, Dinas Cianjur, dan
permukaan dengan PP No. 82 tahun 2001 ketentuan SNI yang berlaku lokasi pengambilan air sekali Pengairan Kab. Dinas
yang meliputi: temperatur, pH, baku PDAM Cianjur Cianjur, dan Pengelolaan
residu terlarut, residu tersuspensi, Analisis data : Perhitungan matematis status mutu Dinas Sumber Daya
BOD, COD, DO, NO3, Cu, Fe, air menggunakan metode pollution indeks Pengelolaan Alam dan
Mn, Sulfat dan Cd Sumber Daya Pertambangan
Serta sesuai Keputusan Menteri Alam dan (PSDA&P)
Negara Lingkungan Hidup Nomor Pertambangan Kabupaten
202 Tahun 2004 tentang Baku (PSDA&P) Cianjur
Mutu Air Limbah Bagi Usaha Kabupaten
Dan/Atau Kegiatan Cianjur
Pertambangan Emas dan
Tembaga
4 Perubahan Sikap Rasionalisasi tenaga Intensitas tingkat keresahan Observasi lapangan dilengkapi dengan wawancara Desa-desa di Minimal 2 kali CKP selaku BLHD Kab. Instansi
dan Persepsi kerja operasi masyarakat yang ditunjukkan terstruktur kepada masyarakat terkena dampak. sekitar lokasi sebelum dan pemrakarsa Cianjur, Camat Penerima
Masyarakat dengan sikap dan perilaku negatif Data-data yang telah terkumpul kemudian dianalisis tapak proyek sesudah kegiatan Campaka, Kades Laporan yaitu
(demo, protes sosial, dengan menggunakan analisis frekuensi. rasionalisasi 3 Desa. BLHD Kab.
meningkatnya aduan tenaga kerja Cianjur.
masyarakat).
VII - 15
BAB VII. PEMANTAUAN LINGKUNGAN PASCATAMBANG
RENCANA PASCATAMBANG
PT CIKONDANG KANCANA PRIMA
Dampak Lingkungan yang Dipantau Bentuk Pemantauan Lingkungan Hidup Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup
No Jenis Dampak Lokasi Waktu & Penerima
yang Timbul Sumber Dampak Indikator/Parameter Metode Pengumpulan & Analisis Data Pantau Frekuensi Pelaksana Pengawas Laporan
5 Penurunan Rasionalisasi tenaga Masyarakat yang mengalami Observasi lapangan; di Desa-desa Minimal 2 kali CKP selaku BLHD Kab. BLHD Kab.
Kesempatan kerja operasi PHK/rasionalisasitenaga
kerja Menghitung jumlah tenaga kerja lokal yang bekerja sekitar lokasi sebelum dan pemrakarsa Cianjur dan Cianjur dan
Kerja operasi tetap dapat bekerja pada tahap operasi dengan pertambahan tapak proyektempat setelah pelepasan Dinas Dinas
sesuai keahlian masing masing jumlahpengangguran yang ada. tinggal para pekerja TK Sosial,Tenaga Sosial,Tenaga
selepas kegiatan pelepasan yang terkena Kerja dan Kerja dan
tenaga kerja operasi. dampak kegiatan Transmigrasi Transmigrasi
pelepasan / Kab. Cianjur. Kab. Cianjur
rasionalisasi / PHK.
6 Penurunan Pascatambang Berkurangnya peluang membuka Pengamatan langsung; Warga -desa sekitar Minimal 2 kali CKP selaku BLHD Kab. BLHD Kab.
peluang berusaha usaha disektor informal adanya Inventarisasi usaha sektor informal lokasi tapak proyek sebelum dan pemrakarsa Cianjur dan Cianjur dan
berakhirnya kegiatan khususnya yang setelah Dinas Dinas
penambangan PT. CKP Membandingkan hasil pengamatan langsung terkait selama operasional penutupan Perindustrian Perindustrian
jumlah usaha sektor informal yang ada setelah CKP membuka tambang. dan dan
kegiatan penutupan tambang dengan jumlah usaha usaha. Perdagangan Perdagangan
sektor informal yang ada sebelum aktivitas operasi. Kab. Cianjur. Kab. Cianjur
7 Penurunan Pascatambang Penurunan pendapatan Pengamatan langsung; Warga -desa sekitar Minimal 2 kali CKP selaku BLHD Kab. BLHD Kab.
Pendapatan masyarakat sebagai akibat adanya Membandingkan pendapatan yang diterima lokasi tapak proyek sebelum dan pemrakarsa Cianjur dan Cianjur dan
Masyarakat operasi penutupan tambang dan masyarakat perbulan perbandingan antara setelah khususnya yang setelah Dinas Dinas
rangkaiannya termasuk kegiatan kegiatan penutupan tambang dengan jumlah selama operasional penutupan Perindustrian Perindustrian
pelepasan tenaga kerja operasi. pendapatan sebelum aktivitas operasi. CKP membuka usaha tambang. dan dan
serta yang yang Perdagangan Perdagangan
bekerja sebagai Kab. Cianjur. Kab. Cianjur
karyawan CKP
Rasionalisasi tenaga Penurunan
pendapatan Pengamatan langsung; Warga -desa sekitar Minimal 2 kali CKP selaku BLHD Kab. BLHD Kab.
kerja operasi masyarakat sebagai akibat Membandingkan pendapatan yang diterima lokasi tapak proyek sebelum dan pemrakarsa Cianjur dan Cianjur dan
adanya pelepasan tenaga kerja masyarakat perbulan perbandingan antara setelah khususnya yang setelah pelepasan Dinas Dinas
operasi. kegiatan rasionalisasi / pelepasan tenaga kerja operasi selama operasional TK Perindustrian dan Perindustrian
dengan pendapatan sebelum aktivitas operasi. CKP bekerja sebagai Perdagangan dan
karyawan. Kab. Cianjur, Perdagangan
dan Dinas Kab. Cianjur, dan
Sosial, Tenaga Dinas Sosial,
Kerja dan Tenaga Kerja
Transmigrasi dan Transmigrasi
Kab. Cianjur. Kab. Cianjur
8 Gangguan Demobilisasi Baku mutu kualitas udara dan Pengukuran kualitas udara dan kebisingan sesuai Tapak proyek dan 1 kali selama CKP selaku Badan Badan
Kesehatan pralatan dan material kebisingan pemantauan Geo-Fisik-Kimia daerah sekitar desa proses pemrakarsa Lingkungan Lingkungan
Insidensi gangguan kesehatan Laporan kegiatan promosi kesehatan pada daerah Karyamukti yang demobilisasi Hidup Daerah Hidup Daerah
terkait penurunan kualitas udara setempat berada dekat dengan peralatan material Daerah Kabupaten
tapak proyek Kabupaten Cianjur, Dinas
dan peningkatan kebisingan Bekerjasama dengan Puskesmas Pembantu dan Cianjur Kesehatan
Puskesmas setempat untuk pengumpulan data Kabupaten
gangguan kesehatan akibat penurunan kualitas Cianjur
udara dan peningkatan kebisingan
VII - 16
BAB VII. PEMANTAUAN LINGKUNGAN PASCATAMBANG
RENCANA PASCATAMBANG
PT CIKONDANG KANCANA PRIMA
Masa produksi tambang emas PT Cikondang Kancana Prima (CKP) pada tahap pertama
ini diperkirakan akan selesai pada tahun 2025. Kegiatan dilanjutkan dengan
melaksanakan program pascatambang, yang intinya melakukan pembongkaran dan
demobilisasi peralatan dan rehabilitasi kondisi lingkungan hidup daerah tambang. Untuk
melaksanakan kegiatan atau program pascatambang tersebut, CKP akan membentuk
organisasi yang bertugas merencanakan, melaksanakan dan memantau setiap kegiatan
pascatambang sampai selesainya program dan tercapaikan target rehabilitasi tersebut.
8.1. Organisasi
Sesuai dengan lingkup tugas tersebut di atas, maka organisasi pascatambang
CKP akan dibuat susunan organisasi yang dapat mencakup ruang lingkup tugas
pokok yaitu: perencanaan, pengelolaan/operasional, pengawasan serta tugas non
teknis/administratif. Organisasi pascatambang CKP tetap dipimpin oleh seorang
Site Manager (Kepala Teknik Tambang), yang akan membawahi 3 (tiga) divisi
organisasi yaitu Divisi Lingkungan-Rehabilitasi, Divisi Umum dan Divisi
Pengembangan Masyarakat-Hubungan Pemerintah.
1. Divisi Lingkungan dan Rehabilitasi
Bertanggung jawab terhadap lingkup pekerjaan antara lain :
a) Penyusunan detail rencana kerja pengelolaan-pemantauan lingkungan
pascatambang sesuai acuan dokumen rencana pascatambang
b) Rehabilitasi lahan bekas tambang
c) Pemeliharaan dan perawatan
d) Pemantauan beberapa lokasi yang terkena dampak
2. Divisi Umum
Bertanggung jawab terhadap lingkup pekerjaan, antara lain :
Tenaga Keja
No Jabatan
Lokal Luar Daerah
1 Site Manager (KTT) 1
2 Ka.Div Lingkungan, K3 1
3 Ka. Div Umum 1
Ka.Div Pengembangan Masyarakat dan Hub.
4 1
Pemerintahan
5 Supevisor Lingkungan
6 Supervisor K3 1
7 Supervisi Inrastruktur 1
8 Kordinator CD 1
9 Koordinator Hub Pemerintah 1
10 Staff 36 8
Jumlah 40 12
SITE MANAGER
KTT
Divisi Pengembangan
Divisi Lingkungan, Masyarakat dan
Divisi Umum Hubungan Pemerintah
Rehabilitasi dan K3
Staff pembongkaran
Staf reklamasi Staf lingkungan
Staff demobilisasi
Detail rencana dan jadwal pascatambang selanjutnya akan disampaikan pada saat
sebelum mulai dilakukannya kegiatan pascatambang minimal 1 (satu) tahun
sebelumnya. Jadwal pelaksanaan kegiatan pascatambang selanjutnya
ditunjukkan pada Tabel 8.2.
Program pascatambang adalah suatu upaya untuk memperbaiki atau menata lahan
yang terganggu akibat kegiatan pertambangan dan memperbaiki kondisi lingkungan,
termasuk penanganan aspek sosial, budaya, dan ekonomi daerah sekitar tambang,
setelah selesainya kegiatan pertambangan.
Topografi telah dserasi dengan daerah sekitarnya, lahan stabil, tidak terjadi resiko bahaya longsor dan erosi.
Lahan telah dan direklamasi menjadi tanaman industri dan perkebunan, dengan indeks keanekaragaman
mendekati kondisi rona awal
Reklamasi lahan bekas tambang (pit, disposal area) Kualitas air permukaan sekitar daerah bekas tambang memenuhi baku mutu sesuai PP 82 Tahun 2001tentang
pengelolaan kualitas air dan penanggulangan air.
Kolam telah dobongkar, ditimbun, dilakukan penataan lahan, ditimbun lapisan soil dan telah direvegetasi. Indeks
keanekagaraman jenis fauna akuatik mendekati rona awal.
Lahan telah ditimbun, ditata permukannya dan aliran airnya, serasi dengan daerah sekitarnya, Daerah stabil, tidak
terjadi longsor dan erosi.
Lahan telah dan direklamasi menjadi tanaman industri dan perkebunan, dengan indeks keanekaragaman
Reklamasi lahan bekas kolam pengendap, tailing dan dan wetland area mendekati kondisi rona awal
Kualitas air permukaan sekitar daerah bekas jalan tambang tetap memenuhi baku mutu sesuai PP 82 Tahun2001
tentang pengelolaan kualitas air dan penanggulangan air.
Indeks keanekagaraman jenis fauna akuatik mendekati rona awal.
Tanah yang kena kontaminasi minyak, bahan kimia, bahan berbahaya beracun telah dilakukan remediasi
Reklamasi lahan bekas fasilitas pengolahan (ha)
Lahan bekas fasilitas pengolahan telah reklamasi menjadi lahan untuk keperluan Industri
Sisa bahan kimia, bahan B-3 telah diamankan dan diangkut keluar daerah tambang, Tanah yang kena
kontaminasi minyak, bahan kimia, bahan berbahaya beracun telah dilakukan remediasi. Tanah telah mencapai
Pemulihan (remediasi) tanah yang terkontaminasi bahan kimia, minyak dan B3 tingkat kesuburan.
Kualitas air permukaan sekitar daerah bekas tambang memenuhi baku mutu sesuai PP 82 Tahun 2001 tentang
pengelolaan kualitas air dan penanggulangan air.
C. Fasilitas Penunjang
Reklamasi lahan bekas landfill Terjadi kestabilan lahan, Kualitas air
Semua fasilitas/ bangunan, transmisi listrik yang tidak terpakai lagi, yang direncanakan dibongkar telah dibongkar,
material beton atau batu telah dibongkar/ dihancurkan dan ditimbun di area land fill atau ditutup dengan soil
Pembongkaran dan reklamasi lahan sisa bangunan, transmisi listrik, pipa, pelabuhan (udara dan air) danfasilitas setebal 30m. Struktur dari besi, peralatan dan mesin yang masih bisa dimanfaatkan telah diangkut atau
lainnya dimanfaatkan keluar area tambang.
Pada saat pelaksanaan pembongkaran tetap terjaga keselamatan dan kesehatan kerja, serta dikelola kualitas
udara dan kebisingan sesuai ketentuan
Bangunan, tangki telah dibongkar, dan telah dipindahkan keluar daerah tambang. Tanah yang terkena tumpahan
Pembongkaran peralatan, mesin, tangki BBM dan pelumas BBM, pelumas, diremediasi, dan ditutup dengan tanah bersih. Lahan telah direklamasi menjadi hutan sekunder.
Dengan didominasi tanaman species local.
Penanganan sisa BBM, pelumas serta bahan kimia Telah dipindahkan atau dimanfaatkan ditempat lain
Tanah yang kena kontaminasi minyak, bahan kimia, bahan berbahaya beracun telah dilakukan remediasi Lahan
Pemulihan (remediasi) tanah yang terkontaminasi bahan kimia, minyak dan B3
bekas fasilitas pengolahan telah reklamasi menjadi lahan untuk keperluan Industri
Kestabilan social tidak terganggu, atau tidak muncul kejolak social setelah tambang tutup. Perekonomian daeah
D. Sosial dan Ekonomi tetap berjalan baik, tumbuh alternatif lapangan kerja/ system perekonomian baru, tidak terjadi gangguan
kesehatan akibat kondisi lahan/ lingkungan setelah pascatambang.
Tanaman asli dan atau tanaman budidaya hasil reklamasi, berkembang dengan baik, kesuburan tanahkembali
E. Pemeliharaan dan Perawatan
seperti semula, habitat fauna telah terjadi.
Lokasi, jenis pemantauan dan Jadwal pemantauan dilakukan sesuai rencana, seperti direncanakan dalam bab
VIII. Pemantauan
Hasil pemantauan dilakukan tindak lanjut, untuk dapat tercapainya kriteria keberhasilan seluruh kegiatanpasca
F. Pemantauan
tambang
Kualitas air, tanah, udara, kebisingan memenuhi baku mutu. dengan indeks keanekaragaman flora dan
fauna mendekati kondisi rona awal
Biaya pelaksanaan kegiatan pascatambang meliputi biaya langsung dan biaya tidak
langsung. Biaya langsung terdiri dari biaya-biaya untuk pekerjaan-pekerjaan:
1. Pembongkaran tapak bekas tambang, fasilitas penunjang dan fasilitas pengolahan
yang sudah tidak digunakan, kecuali ditentukan lain;
2. Reklamasi tapak bekas fasilitas tambang dan fasilitas penunjang;
3. Penanganan bahan berbahaya dan beracun (B3) dan limbah B3;
4. Pemeliharaan dan perawatan;
5. Pemantauan lingkungan;
6. Pengembangan sosial budaya dan ekonomi; serta
7. Biaya-biaya pekerjaan lainnya yang berhubungan dengan kegiatan pascatambang.
Sedangkan biaya tidak langsung adalah biaya yang akan dikeluarkan untuk:
1. Biaya mobilisasi dan demobilisasi alat;
2. Biaya perencanaan pascatambang;
3. Biaya administrasi dan keuntungan kontraktor; dan
4. Biaya supervisi.
Biaya tidak langsung dihitung dengan menggunakan standar acuan grafik hubungan
antara biaya langsung dan biaya tidak langsung yang dimodifikasi dari “Englemen’s
Heavy Construction Cost File”.
mempertimbangkan nilai inflasi yang akan terjadi sampai dengan pascatambang, maka
dapat disimpulkan bahwa biaya pascatambang CKP adalah sebesar Rp 10.863.882.800
Corporate Social Responsibility (CSR) diharapkan akan selesai pada tahun 2025.
Mulai tahun 2026 sampai tahun 2029, CKP akan mengembangkan program
pembangunan kapasitas masyarakat sehingga masyarakat dapat menjalankan
usaha ekonomi dan sosial secara mandiri. .
13. Penutupan dan penonaktifan tambang akan dilaksanakan di bawah pimpinan KTT,
didukung oleh divisi Lingkungan, Rehabilitasi dan K3, Divisi Umum dan Divisi
Pengembangan Masyarakat dan Hubungan Pemerintah Pelaksanaan reklamasi
dan pascatambang akan dilaksanakan oleh kontraktor dengan jumlah sekitar 40
tenaga kerja lokal.
14. Pelaksanaan pascatambang dan penonaktifan tambang akan dimulai pada awal
tahun 2026 dan akan terus dilaksanakan hingga jangka waktu 2 tahun ke depan,
diikuti dengan 2 tahun masa perawatan, pemantauan, dan pengawasan.
15. Pemantauan lingkungan pada saat tahap operasi akan terus dilakukan sampai
akhir program pascatambang atau sampai Pemerintah telah mengakui dan
menerima pengembalian wilayah IUP.
16. Biaya bongkar muat tanah per unit diasumsikan sebesar Rp 30.000 per m3 untuk
jarak bongkar muat 1,5 km.
17. Biaya reklamasi dan revegetasi untuk wilayah penambangan aktif diasumsikan
sekitar Rp. 750.000.000 / hektar termasuk persiapan lahan, penanganan tanah
pucuk, pembelian biji benih, penaburan benih tanaman hidro, penyuburan, dan
penanaman pohon.
18. Biaya Analisis Lingkungan diasumsikan sebesar Rp. 150.000.000 per lokasi tapak
yang meliputi identifikasi awal area yang berpotensi tercemar bahan berbahaya dan
beracun.
Pabrik pengolahan dan fasilitas penunjangnya akan dibongkar oleh CKP. Biaya
penonaktifan, pembongkaran dan reklamasi lahan bekas pabrik pengolahan
diperkirakan sekitar Rp. 2.500.000.000.
10.1.3. Biaya Pada Fasilitas Pendukung
Parameter lingkungan yang akan dilakukan pemantauan oleh CKP pada saat
kegiatan pascatambang meliputi aspek sebagai berikut:
a. Kestabilan fisik (lubang tambang underground, urugan-urugan pada pada
kontruksi jalan, dan lain sebagainya)
b. Kualitas air tanah dan air permukaan
c. Flora dan fauna daratan dan perairan, dan
d. Sosial ekonomi dan budaya
Kegiatan pemantauan meliputi pengambilan sampel air tanah dan air permukaan,
analisa laboratorium, pemantauan sosial-ekonomi, tunjangan bagi penyelidikan
geoteknik, tenaga kerja dan pengawasan. Pemantauan kualitas air diperkirakan
akan dilakukan dalam periode tiga bulanan untuk membuat basis data yang kuat
untuk melakukan analisa kecenderungan.
Biaya lain yang terkait adalah biaya untuk pembersihan dan pemindahan
peralatan tambang dan mesin-mesin pabrik sebesar Rp. 200.000.000.
Biaya tidak langsung meliputi biaya-biaya untuk mobilisasi dan demobilisasi alat,
perencanaan pascatambang, administrasi dan keuntungan kontraktor serta biaya
supervisi yang dihitung berdasarkan persentase dari total biaya langsung
menggunakan grafik hubungan biaya langsung dan tidak langsung yang
dimodifikasi dari ”Elengemen’s Heavy Construction Cost File”.
10.2.1. Biaya Pemantauan
Untuk pemantauan program pascatambang CKP mengalokasikan dana sebesar
2,5% dari total Biaya Langsung yaitu sebesar Rp 210.000.000.
Nilai rencana biaya pascatambang CKP (biaya langsung dan biaya tidak langsung)
yang dihitung berdasarkan nilai pada tahun 2023 adalah sebesar Rp.
10.340.000.000. Dengan mempertimbangkan adanya faktor eskalasi sebesar 5%
per tahun, maka jumlah rencana biaya pascatambang (biaya langsung dan biaya
tidak langsung) menjadi sebesar Rp. 11.399.850.000, sebagaimana ditunjukkan
pada Tabel 10.3.
Lampiran
i
RENCANA PASCATAMBANG 2025-2029
PT CIKONDANG KANCANA PRIMA
ii
RENCANA PASCATAMBANG 2025-2029
PT CIKONDANG KANCANA PRIMA
iii
RENCANA PASCATAMBANG 2025-2029
PT CIKONDANG KANCANA PRIMA
iv
RENCANA PASCATAMBANG 2025-2029
PT CIKONDANG KANCANA PRIMA