Anda di halaman 1dari 18

BAB IV

RENCANA PENAMBANGAN

4.1 SISTEM/METODE PENAMBANGAN


Berdasarkan data penyebaran bijih nikel, serta batasan kualitas nikel
(Limonit dan Saprolit) dari hasil eksplorasi area potensi sumber daya mineral
sebesar 37,855,000 MT dengan luas wilayah pemetaan seluas 199 hektar
dan cadangan yang masuk dalam wilayah potensi 30,832,500 MT, Namun
mempertimbangkan Slope Stability pada design penambangan area
terganggu lain, maka luas area bukaan tambang dan area pendukung
lainnya menjadi 247.73 Ha.
Berdasarkan bentuk dan karakteristik lapisan Nikel serta lapisan
penutupnya, sistem penambangan yang akan diterapkan adalah sistem
tambang terbuka (open Cut) dengan metode Countur Mining. Kegiatan
penambangan yang dilakukan secara umum adalah: pembersihan lahan(land
clearing), pengupasan tanah pucuk, dan penggalian Nikel.
Pada saat pembersihan lahan dan pengupasan tanah pucuk, dilakukan
penumpukan tanah pucuk di suatu tempat sementara (out pit dump) yang
tidak jauh dari pit dan aman dari kegiatan penambangan agar nantinya dapat
dimanfaatkan kembali dalam pelaksanaan reklamasi.
Penambangan dimulai dengan mengupas lapisan penutup di daerah
sepanjang singkapan Nikel mengikuti garis kontur (countur mining) pada
batas tertentu, kemudian diikuti dengan penggalian lapisan Nikel.
Teknik penggalian Nikel bertahap dari elevasi yang paling tinggi ke
elevasi yang rendah sampai kedalaman batas penambangan yang telah
ditentukan (down slope). Sedangkan arah kemajuan penambangannya akan
mengikuti sebaran sumberdaya lapisan Nikel pada setiap pit yang akan
ditambang.
Operasi penambangan terhadap Nikel yang dilakukan meliputi:
penggalian hingga batas COG yang akan diambil, pemuatan, dan
pengangkutan ke ROM stockpile. Sedangkan untuk lapisan penutup
dilakukan operasi: penggalian sesuai kedalaman tanah penutup, pemuatan
serta pengangkutan menuju ke outpit dump.

Revisi Laporan Studi Kelayakan Pertambangan Nikel PT. BCPM 4_1


Gambar 4.1 : Flow Chart Penambangan Nikel PT. Bima Cakra Perkasa
Mineralindo

Secara umum lapisan penutup (top soil dan overburden) pada


penggalian pit pertama akan dilakukan ditimbun pada out pit dump /disposal
area dan top soil area dengan Luas sekitar 4,84 Ha. Area disposal ini akan
ditempatkan ditempatkan didaerah yang relatif rendah, stabil, agak datar dan
diperkirakan tidak mengganggu area penambangan. Artinya ditempatkan
ditempat yang tidak akan ditambang atau digali.
Overburden yang dihasilkan pada penggalian pit tahun kedua hingga
tahun kesembilan akan ditempatkan pada bukaan tahun pertama hingga
kedelapan yang berdasarkan perhitungan dan perencanaan tambang sudah
memasuki tahapan mine out atau dapat pula dikatakan sistem back filling.
Adapun top soil yang dihasilkan pada bukaan pit tahun kedua masih ditimbun
di bank top soil tahun pertama namun setelah hasil back filling bukaan tahap
kedua yang dimasukkan pada bekas tambang pit pertama telah di tata untuk
direklamasi maka top soil tersebut akan dimasukkan ke lokasi pit pertama
yang akan direklamasi. Untuk kegiatan reklamasi ini akan dibahas tersendiri
dalam dokumen terpisah namun tetap mengacu pada dokumen studi
kelayakan ini.

Revisi Laporan Studi Kelayakan Pertambangan Nikel PT. BCPM 4_2


Gambar 4.2: Peta Lay Out Rencana Penambangan Nikel PT. Bima Cakra
Perkasa Mineralindo

4.2 TAHAPAN KEGIATAN PENAMBANGAN

Cadangan bijih nikel di wilayah IUP PT. Bima Cakra Perkasa Mineralindo
akan ditambang dengan sistem tambang terbuka dengan tahapan :
1. Tahap pertama pembersihan lahan (land clearing) yang menggunakan
bulldozer secara sistematis,dimana material hasil land clearing ini akan
dikumpulkan dipinggir pit penambangan.
2. Tahap kedua pengupasan tanah penutup ( top soil dan overburden),
yaitu top soil yang umumnya berada hingga kedalaman 1 meter akan
digali dan diangkut ke bank top soil yang lokasinya berdekatan dengan
disposal area sedangkan overburden adalah bagian lapisan tanah
penutup yang berada di bawah top soil atau antara top soil hingga
lapisan nikel yang akan ditambang. Lapisan tanah penutup ini akan

Revisi Laporan Studi Kelayakan Pertambangan Nikel PT. BCPM 4_3


akan digali/dibongkar dan dimuat dengan menggunakan alat excavator
PC 300 dan diangkut menggunakan alat dumptruck 10 roda dengan
kapasitas 17 – 20 m3. Lokasi penempatan tanah penutup akan
ditempatkan di dekat bukaan pit tahun pertama dan lokasi ini tidak
direncanakan akan ditambang.
3. Tahap ketiga penambangan bijih nikeluntuk mengambil bijih nikel
kadarsesuai COG yang di tetapkan oleh perusahaan. Bijih nikel tersebut
akandigali/muat memakai excavatordan diangkut memakai dumptruck
ke Run Of Minedan sebagian langsung diangkut ke Stockpiledi lokasi
pelabuhan melalui jalan hauling sejauh 8 km.
4. Tahapan keempat adalah pengisian kembali pit bekas penambangan
yang sudah mine out. Wilayah yang direncanakan akan ditambang oleh
PT. Bima Cakra Perkasa Mineralindo adalah perbukitan bergelombang
dan pegunungan dengan ketinggian mencapai angka 800 m dpl. Pada
wilayah ini akan dilakukan pengupasan tanah penutup maksimal ±5
meter dan bijih nikel yang akan ditambang pada kedalaman maksimal
±12 meter maka hasil akhir lokasi setelah ditambang akan menghasilkan
lubang dengan kedalaman maksimal ± 17 meter. Lubang bekas
tambang ini setelah dinyatakan mine out akan dijadikan disposal area /
waste dump untuk menempatkan overburden pada saat membuka pit
berikutnya. Pengisian kembali ini diistilahkan juga sebagai back filling.
Setelah lubang bukaan terisi dan diratakan maka lahan ini siap ditata
untuk kemudian dilakukan reklamasi (penatagunaan lahan dan
revegetasi).

Gambar 4.3 : Tahapan Kegiatan Penambangan PT. Bima Cakra


Perkasa Mineralindo

Revisi Laporan Studi Kelayakan Pertambangan Nikel PT. BCPM 4_4


4.3 RENCANA PRODUKSI

Dari total cadangan terbukti yang diperoleh dari hasil eksplorasi yaitu
sebesar 37,855,000 Ton, berdasarkan kemampuan produksi yang dimiliki
maka cadangan yang akan ditambang adalah sebesar 30,832,500 MT
dengan Overburden sebesar 34,064,630 BCM dan top soil 2,746.94 BCM
dengan rata-rata Stripping Ratio 1.11. Hasil pertimbangan teknis dan
permintaan pasar untuk kebutuhan pasokan pabrik pengolahan maka
ditentukan COG (Cut of Grade) sebesar 1,3% Ni yang akan diambil dari
lokasi tambang sebagai kadar terendah yang dianggap layak secara
ekonomis, kemudian hasil perhitungan nilai rata-rata perolehan kadar Nikel
dan Besi dari sequence tambang yang direncanakan rata-rata perolehan
kadar untuk Nikel 1,7% dan Besi (Fe) sebesar 32,98%.

Tabel 4.1 : Rencana Produksi Penambangan PT. BCPM

4.4 PERALATAN TAMBANG


Peralatan Tambang terbagi atas peraalatan Utama dan peralatan
pendukung, dimana peralatan utama yaitu peralatan mekanis yang disiapkan
untuk aktivitas penambangan baik untuk Overburden Removal atau Ore
getting.Sedangkan peralatan pendukung merupakan peralatan yang

Revisi Laporan Studi Kelayakan Pertambangan Nikel PT. BCPM 4_5


dibutuhkan secara langsung maupun tidak langsung dalam kegiatan
penambangan.

4.4.1 Alat Utama


 Bulldozer:
Dipergunakan untuk pengupasan tanah penutup / pembersihan
lahan, bantuan untuk mendekatkan/mengumpan dalam pemuatan
bijih ditempat-tempat yang tidak terjangkau dumptruck dan untuk
penataan lahan bekas tambang yang akan direklamasi.
Jenis : D 8R, D 7R; Bucket kapasitas 2,5 m3

 Excavator
Jenis : Komatsu PC 300, kapasitas bucket 1.8 m3
Keperluan: - Untuk membongkar/ menggali tanah penutup dan bijih
nikel
- Memuat tanah penutup, memuat bijih nikel ke
dumptruck, pada tempat-tempat dengan situasi
harus estafet antara excavator
pembongkar/penggali dan excavator pemuat.
 Dump truck.
Jenis : Hino FM 260-JD / Volvo FL 10 atau jenis lainnya.
Kapasitas angkut 17 m3 atau 25 Ton s/d 30 Ton.

Ringkasan perhitungan keperluan alat-alat berat dalam kegiatan penggalian


dan pengangkutan tanah penutup serta penggalian, pemuatan dan
pengangkutan bijih nikel adalah sebagai berikut :

PERHITUNGAN PRODUKSI ALAT MUAT OVER BURDEN


Excavator Merk : Komatsu PC 300
Bucket Capacity (q1) : 1,8 m3
Bucket Faktor (k) : 0,85
Avaibility (Av) : 0,9
Efisiensi Kerja (El) : 85
Prod./Cycle (q) = q1 x k : 1,53 m3
Efisiensi (E) = Av x El : 0,782
Cycle Time (Cm) : 0,4 min

Revisi Laporan Studi Kelayakan Pertambangan Nikel PT. BCPM 4_6


Swell Faktor (SF) : 0,94
Jam Operasi Perbulan : 192 jam / bln
Jam Opersi Perhari 8 jam/hari
Produktifitas (Q) : ton / jam
Kemampuan Produksi Alat : q x (60/Cm) x E
= 179,469 m3/jam
= 1435,752 m3/hari
Atau
: 179,5 m3/jam x 192 jam/bln
= 34458,0 m3/bulan
Kebutuhan alat = 1,15 UNIT
= 2 UNIT

PERHITUNGAN PRODUKSI ALAT ANGKUT OVER BURDEN

Kapasitas Bak : 17 m3
Bak Faktor ( CF ) : 0,95
Kapasitas Terangkut( C ) : 16,15 m3
: Avaibility (Av) : 0,9
Jumlah Tuang Excavator ( n ) : 10 kali
Cycle Time Excavator ( CTL ) : 0,4 min
Jarak Pengangkutan ( D ) : 8.790 meter
Kecepatan Truck Isi ( V1 ) : 500 M / min
Kecepatan Ttuck Kosong ( V2 ) : 500 M / min
Waktu Disposal area ( T1 ) : 0,3 min
Waktu Ambil Posisi ( T2 ) : 0,4 min
Efisiensi Kerja ( El ) : 85
Density : 1,5 ton / bcm
Swell Faktor ( SF ) : 0,94
Efisiensi (E) = Av x El : 0,782
Total Jam Efektif : 15360 jam / bln
Haurly Produktivity ( HP ) m / jam

Haurly Produktivity = C x 60 x E
(n x CTL) + D / V1 + D / V2) + T1 + T2
757,758 : 6,7
113,098209 m3/jam
113,098209 m3/jam jam/bln
x 192
21714,85612 m3/bln

Kebutuhan alat = 10,86 UNIT


= 11 UNIT

Faktor Keserasian atau Match Faktor Untuk OVER BURDEN

Revisi Laporan Studi Kelayakan Pertambangan Nikel PT. BCPM 4_7


Hubungan kerja antara dua alat atau lebih dikatakan serasi apabila produksi alat yang
melayani sama dengan produksi alat yang dilayani. Untuk mengetahui keserasian alat
dalam bekerja antara alat muat dan alat angkut maka digunakan rumus pendekatan
faktor keserasian ( Match Factor) sebagai berikiut :

MF : nHxtL
nLxtH
Keterangan ;
MF < 1, maka terjadi alat muat akan sering menunggu
MF = 1 maka alat muat dan alat angkut akan serasi
MF > 1, maka terjadi alat angkut akan sering menunggu
Faktor keserasian ( Match Factor) yang normal mempunyai tolenransi nilai pendekatan
adalah 0.6 batas minimum dan 1.7 batas maximum

Alat muat excavator Komatsu PC 300


dump truk merk Hino Kapasitas 17 m3
Keterangan ;
M F = Faktor Keserasian Alat
n H = Jumlah alat angkut : 11 Unit
n L = Jumlah alat muat Back Hoe : 2 Unit
t H = Total Waktu edar alat angkut : 6,70 Menit
t L = Total waktu edar alat muat : 4,00 Menit

Match Faktor = nHxtL


nLxtH
11 x 4
= 2 x 6,7
=0.551931761
Berdasarkan hasil perhitungan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa antara alat
angkut dan alat muat dalam melakukan kegiatan adalah Selaras

Tabel 4.2 : Jumlah Peralatan Utama dan Peralatan Pendukung PT. Bima
Cakra Perkasa Mineralindo

TAHUN
DESKRIPSI TYPE
1 2 3 s/d 13
PENGUPASAN OVERBURDEN

Alat Dorong Bulldozer


2 2 3
Alat Bongkar PC 300 2 3 3
Alat Muat PC 300 2 3 11
Alat Angkut ( Tambang ke Waste
dump) Dumptruck 11 81 104

Revisi Laporan Studi Kelayakan Pertambangan Nikel PT. BCPM 4_8


PENAMBANGAN NIKEL

Alat Muat Excavator PC 300 2 8 8


Alat Angkut (Tambang ke stockfile
8 32 32
dan jetty) Dumptruck
ALAT STOCKPILE

Alat Muat Loader 1 1 1

ALAT SUPPORTING

OPERASIONAL TAMBANG
Mobil operasional 4 WD Hilux 2 3 5
Motor Grader Cat 16 H 1 1 1
Compactor / Vibrator Cat CS-533 1 1 1
Fuel Truck 1 1 1
Water Truck Dyna 1 1 1
Lighthing Tower IR 5 5 5
WORKSHOP
Machine Las 2 2 2
Compressor 2 2 2
Peralatan perbengkelan (Set) 4 4 4
Water Pump 3 3 3
Genset 300Kva Caterpillar 2 2 2

PERALATAN SURVEY
Alat survey dan Mapping (Set) 2 2 2
TOTAL PERALATAN 50 153 186

4.4.2. Alat – Alat Penunjang.

Peralatan penunjang tambang diantaranya adalah alat-alat yang membantu


baik untuk kegiatan penambangan secara langsung maupun peralatan
penunjang lainnya yang diperlukan untuk operasional karyawan dan operasi
Kantor. Untuk alat penunjang yang sifatnya diperbantukan dalam operasi
penambangan diantaranya :
 Kendaraan Tangki dan tangki stok BBM
 Kendaraan Pengawas/petugas operasi Tambang (4WD)
 Alat perata jalan (grader)
 Compactor
 Tangki Air
 Peralatan penerangan operasi Tambang
 Pompa pengendali air tambang

Revisi Laporan Studi Kelayakan Pertambangan Nikel PT. BCPM 4_9


Untuk selengkapnya keperluan alat bantu dan instrumen lainnya akan sudah
termuat pada tabel di atas dan dilampirkan pada bagian lampiran dokumen.

4.5 JADWAL RENCANA PRODUKSI DAN UMUR TAMBANG


4.5.1 Rencana Produksi dan Umur Tambang
Berdasarkan hasil eksplorasi, cadangan tersedia yang akan ditambang
adalah 30.832.500 Ton. Dengan asumsi faktor hilang atau penyusutan pada
saat penggalian, pemuatan dan pengangkutan sebesar 10 % maka recovery
penambangan ditargetkan sebesar 90 %.
Cadangan yang ada direncanakan akan ditambang selama 13 tahun
menyesuaikan dengan umur IUP Operasi Produksi atau penambangan
produksi sebesar 500,000 Ton di tahun 1 dan produksi masing-masing
sebesar 2,500,000 Ton untuk tahun 2 sampai tahun 13. Sementara untuk OB
yang harus diangkat direncanakan sebesar 475,445 M3 ditahun pertama dan
2,375,755 M3 pada tahun kedua dan sekitar 3,072,448 M3 untuk tahun ketiga
hingga akhir Umur IUP yaitu 13 tahun, seperti diuraikan pada tabel berikut.

Tabel 4.3 : Rencana Produksi Bijih Nikel dan Penggalian Tanah Penutup
PT. Bima Cakra Perkasa Mineralindo

BUKAAN ORE (MT) OB (M3) TOP SOIL (M3) LUAS (Ha)


TAHUN 1 500,000 475,445 45.22 3.23
TAHUN 2 2,500,000 2,375,755 225.96 16.14
TAHUN 3 2,500,000 3,072,448 223.58 15.97
TAHUN 4 2,500,000 2,967,682 225.82 16.13
TAHUN 5 2,500,000 2,975,040 226.38 16.17
TAHUN 6 2,500,000 3,348,185 225.96 16.14
TAHUN 7 2,500,000 3,572,442 223.30 15.95
TAHUN 8 2,500,000 3,592,602 224.56 16.04
TAHUN 9 2,500,000 3,626,198 226.66 16.19
TAHUN 10 2,500,000 2,550,215 223.72 15.98
TAHUN 11 2,500,000 2,577,345 226.10 16.15
TAHUN 12 2,500,000 1,450,121 222.46 15.89
TAHUN 13 2,500,000 1,481,151 227.22 16.23
TOTAL = 30,500,000 34,064,629 2,746.94 196.21

Revisi Laporan Studi Kelayakan Pertambangan Nikel PT. BCPM 4 _ 10


4.5.2 Rencana Kemajuan Tambang
1. Geometri Bukaan Tambang

 Geometri Individual Slope

Komponen utama dalam suatu tambang terbuka adalah yang

disebut dengan “bench” (lihat Gambar 4,6).

Gambar 4.6:Bagian-Bagian Dari “Bench” (Hustrulid.W. & Kuchta.M.)

Pertimbangan-pertimbangan yang akan dipakai dalam

menentukan geometri jenjang (w=lebar, l=panjang, dan h=tinggi) :

 Sasaran produksi harian  sasaran produksi tahunan.

 Harus mampu menampung alat-alat/peralatan yang dipakai

untuk bekerja (working bench).

 Masih sesuai dengan ultimate pit slope

Pembuatan jenjang pertama kali biasanya dilakukan dengan cara

membuat suatu bukaan (biasanya berbentuk empat persegi

panjang).

Revisi Laporan Studi Kelayakan Pertambangan Nikel PT. BCPM 4 _ 11


 Lebar Bench

Dimensi jenjang dilakukan agar mengetahui lebar dari masing-

masing dari alat yang dipergunakan pada penambangan, serta

panjang dan tinggi. Pada perhitungan dimensi jenjang ini, kami

membuat menurut “HeadQuarter Departement Of ARMY (USA)”

Wmin = Y + Wt + Ls + G + Wb

Dimana :
W min = Lebar Bench Minimum, meter
Y = Lebar Bench Yang dibor, meter
Wt = Lebar dari Alat Angkut, meter
Ls = Panjang Backhoe (Tanpa Boom), meter
G = “Floor Cutting Radius” dari Backhoe, meter
Wb = lebar material hasil penggalian (dianggap sama
dengan ½ Meter)

Wmin = Y + Wt + Ls + G + Wb
= 2 m + 2.85 m + 5.40 m + 5 m + 0.50 m
= 15.75 m

 Tinggi Bench Untuk Sudut 450

Tinggi bench dapat dihitung dengan menggunakan rumus Taylor


yaitu:

4c
Hc =
 Sin 2 

Dimana :
Hc = Ketinggian kritis (meter)
C = kohesive Shearing Strength (0,25 kg/cm2)
α = Sudut kemiringan lereng ( 0)
γ = Berat Isi Material (1,6 gr/cm3)

Maka tinggi tiap bench adalah :

Revisi Laporan Studi Kelayakan Pertambangan Nikel PT. BCPM 4 _ 12


4 x 250
Hc =
1,6 Sin 2 (450 )

1000
=
1,6 x 0,999

= 625,625 cm
= 6,25 meter
= 6 meter (dibulatkan)

 Timbunan Tanah Penutup


Tanah penutup tersebut di digali kemudian ditimbun di disposal area
area yang jaraknya tidak terlalu jauh sehingga akan mudah
dikembalikan atau didistribusikan kepada area bekas tambang.
Dimensi tanah timbun maupun timbunan raw material laterit nikel
adalah sebagai berikut :

- Tinggi jenjang single slope 5 m


- Lebar jenjang single slope 10 m
- Sudut lereng single slope 45o
- Sudut lereng total slope 30o
- Tinggi tanah timbunan 10 m

Berikut ini Hasil Desain dan rencana kemajuan Tambang setiap Blok
Prospek PT. Bima Cakra Perkasa Mineralindo :

Revisi Laporan Studi Kelayakan Pertambangan Nikel PT. BCPM 4 _ 13


2. Rencana Pengendalian Air Tambang
Pengendalian air yang masuk ke pit dapat dilakukan dengan
beberapa cara. Salah satunya adalah dengan cara mencegah
air masuk ke dalam pit dengan cara pembuatan saluran terbuka
di sekeliling pit. Cara lain adalah mengumpulkan atau
mengalirkan air yang masuk ke pit menuju sumuran (sump) dan
kemudian dikeluarkan dengan cara pemompaan. Dalam desain
pengendalian air tambang, PT. Bima Cakra Perkasa
Mineralindoakan menghitung kebutuhan dimensi minimal
saluran terbuka, dimensi sumuran, dimensi kolam
pengendapan lumpur, dan kebutuhan pompa.
a. Saluran Terbuka
Saluran terbuka yang akan dibuat berbentuk trapesium
dengan kemiringan 600 (gambar 4.34).

Gambar 4.34 :Penampang Saluran Terbuka

Rekomendasi dimensi saluran terbuka:


 Kedalaman saluran(d) : 1 meter
 Lebar dasar saluran (b) : 1,2 meter
 Lebar atas saluran (t) : 2,5 meter
 Kemiringan dinding saluran : 600.

Revisi Laporan Studi Kelayakan Pertambangan Nikel PT. BCPM 4 _ 14


b. Sumuran dalam Pit (Sump)

Sump merupakan tempat pengumpulan air sementara di


dalam pit. Letak sump akan berubah, sesuai dengan
kemajuan tambang. Pada prinsipnya sumuran diletakkan
pada lantai tambang (floor) yang paling rendah, jauh dari
aktivitas penggalian nikel, jenjang disekitarnya tidak mudah
longsor, dekat dengan kolam pengendapan, mudah untuk
dibersihkan.

c. Pompa
Salah satu komponen penting dalam membuat rancangan
penyaliran air tambang adalah memilih dan menentukan
jumlah pompa. Karena, keberhasilan mengatasi air
tambang selain tergantung pada ketepatan perhitungan
jumlah air tambang, dimensi dan letak rancangan saluran
penyaliran, juga kapasitas dan jumlah pompa yang dipakai.
Kapasitas dan jumlah pompa umumnya ditentukan
berdasarkan debit pompa, kemampuan mengatasi head
(total head), daya dan harga. Spesifikasi pompa dipilih agar
dapat mengatasi debit air yang masuk ke sump rata-rata
sebesar 909 m3/jam. Sehingga akan dipilih pompa Multiflo
MfVC 240 yang berkapasitas 900 m3/jam, dan mampu
mengatasi head > 65 meter.
Jumlah pompa yang dibutuhkan pada kegiatan
penambangan di daerah rencana bukaan Blok OEA
sebanyak 1 Unit pompa setiap Tahun, karena debit sedikit
lebih besar dari kapasitas pompa, maka disiapkan 1 Unit
pompa cadangan.

Revisi Laporan Studi Kelayakan Pertambangan Nikel PT. BCPM 4 _ 15


d. Rancangan Kolam Pengendapan Lumpur (Settling
Pond)
Air hasil pemompaan dari dalam tambang masih bercampur
dengan partikel halus (lumpur).oleh karenanya sebagai
bentuk tanggung jawab perusahaan dalam menjaga
kualitas air permukaan, maka air tambang tersebut akan
dialirkan ke kolam pengendapan lumpur sebelum masuk ke
perairan umum (sungai).
Dalam merancang kolam pengendapan terdapat beberapa
faktor yang harus dipertimbangkan, antara lain ukuran dan
bentuk butiran padatan, kecepatan aliran, persen padatan,
dsb. Hal ini perlu dilakukan agar kolam pengendapan hasil
rancangan dapat digunakan secara optimal.
Bentuk kolam pengendapan umumnya hanya digambarkan
secara sederhana, berupa kolam berbentuk empat persegi
panjang.Padahal, sebenarnya bentuk kolam pengendapan
bermacam-macam tergantung dari kondisi lapangan dan
keperluannya.
Kolam pengendapan yang dibuat agar dapat berfungsi lebih
efektif, harus memenuhi beberapa persyaratan teknis,
seperti :

a. Sebaiknya bentuk kolam pengendapan dibuat


berkelok-kelok (zig-zag, lihat Gambar 4.24) agar
kecepatan aliran lumpur relatif rendah, sehingga
partikel padatan cepat mengendap.
b. Geometri kolam pengendapan harus disesuaikan
dengan ukuran Back hoe yang biasanya dipakai untuk
melakukan perawatan kolam pengendapan, seperti
mengeruk lumpur dalam kolam, memperbaiki tanggul
kolam, dsb.

Revisi Laporan Studi Kelayakan Pertambangan Nikel PT. BCPM 4 _ 16


Gambar 4.24 : Bentuk Rencana Kolam Pengendapan

Ket: A: Zona Masukan B: Zona Pengendapan


C: Zona Keluaran

A B I C

I a I a I

Mengingat daerah penambangan relatif dekat Sungai, maka


disamping dimensi kolam pengendapan, perlu perhatian dan lebih
hati-hati dalam menentukan lokasi kolam pengendapan.Hal ini
perlu dilakukan agar kolam pengendapan aman (tidak kebanjiran)
dan dapat berfungsi secara optimal terutama pada musim
penghujan. Untuk rencana kolam pengendapan akan dibuat
seluas 200 m2 dengan kedalaman antara 5 – 6 meter.

3. Arah Kemajuan Tambang


Secara umum, arah kemajuan penambangan adalah dari daerah
singkapan ke arah tegak lurus penyebaran lateral lapisan Nikel sampai
lereng akhir penambangan, kemudian bergerak maju ke daerah
penambangan tahun berikutnya mengikuti penyebaran lapisan Nikel.
Pola kerja alat adalah menggali sepanjang singkapan hingga batas
penambangan setiap tahun dimulai dari daerah sekitar singkapan
lapisan Nikel, kemudian kembali lagi. Pola tersebut dilakukan terus

Revisi Laporan Studi Kelayakan Pertambangan Nikel PT. BCPM 4 _ 17


menerus hingga batas lereng akhir yang telah ditentukan.Peta arah
kemajuan tambang silahkan lihat gambar 4.9 hingga gambar 4.18.
Adapun luasan bukaan tiap tahun, dapat dilihat pada tabel 4.4.berikut
ini :

Tabel 4.4: Data Sequence Tambang PT. BCPM

4.8 RENCANA PENANGANAN/PERLAKUAN SISA CADANGAN PADA


PASCA TAMBANG.

PT. Bima Cakra Perkasa Mineralindo saat ini merencanakan


penambangan menggunakan sistem tambang terbuka dengan rasio
pengupasan atau Stripping Ratio rata-rata 1,11. Sisa cadangan nikel yang
tak terambil dan diluar kelayakan perhitungan secara teknis dan ekonomis
untuk ditambang, maka sisa cadangan ini akan di data dan ditinggalkan,
namun apabila suatu saat berdasarkan perkembangan teknologi dan
peningkatan harga jual yang menyebabkan nilai cadangan tersebut
memenuhi kelayakan teknis dan ekonomis sehingga cadangannya /
sumberdayanya menjadifeasiblemaka dapat ditambang lagi.

Revisi Laporan Studi Kelayakan Pertambangan Nikel PT. BCPM 4 _ 18

Anda mungkin juga menyukai