Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH AKUNTANSI MANAJEMEN

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI


BATUBARA

DISUSUN OLEH :

MAHASISWA MAGISTER MANAJEMEN – ANGKATAN 55

TITO SETIO ARIOWIBOWO 1262100001


(titosetioariowibowo@gmail.com)
ERFIANI SEPTIA WARDANI 1262100024
(nonaerfi@gmail.com)
OKKY WAHYUDHA NUR SUSANTO 1262100003
(okkywahyudhaid@gmail.com)

JUNI, 2022

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA

I-
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................ i


DAFTAR TABEL .................................................................................................... iii
ABSTRAK ............................................................................................................... iv

BAB I – PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................................ I-1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................... I-1
1.3. Tujuan ............................................................................................................. I-1
1.4. Manfaat Penelitian .......................................................................................... I-1

BAB II – TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Harga Pokok Produksi .................................................................................... II-1
2.2. Unsur-Unsur Harga Pokok Produksi ............................................................... II-1
2.2.1. Biaya Bahan Baku Langsung .............................................................. II-2
2.2.2. Biaya Tenaga Kerja ............................................................................. II-2
2.2.3. Biaya Tidak Langsung / Overhead Manufaktur .................................. II-2
2.3. Perhitungan Harga Pokok Produksi ................................................................ II-3
2.3.1. Metode Full Costing ............................................................................ II-3
2.3.1.1. Kelebihan Metode Full Costing .......................................... II-4
2.3.2. Metode Variabel Costing ................................................................... II-4
2.3.3. Perbedaan Pokok Antara Metode Full Costing dan Variabel
Costing ................................................................................................ II-4

BAB III – METODE PENELITIAN


3.1. Rancangan Penelitian ...................................................................................... III-1
3.1.1. Pendekatan .......................................................................................... III-1
3.1.2. Jenis Penelitian .................................................................................... III-1
3.2. Subjek Penelitian ............................................................................................. III-1
3.2.1. Populasi ............................................................................................... III-1

i
3.2.2. Sampel ................................................................................................. III-2
3.3. Sumber Data .................................................................................................... III-2
3.4. Teknik Pengambilan sampel ........................................................................... III-2
3.5. Teknik Pengumpulan Data .............................................................................. III-3

BAB IV – PEMBAHASAN
4.1. Harga Pokok Produksi Menggunakan Metode Full Costing .......................... IV-1
4.2. Unsur-Unsur Biaya .......................................................................................... IV-1
4.2.1. Biaya Produksi Sampai Mulut Tambang / Mine Mouth ..................... IV-1
4.2.2. Biaya Produksi FOB Barge / Tongkang .............................................. IV-2
4.2.3. Biaya Produksi FOB Vessel ................................................................ IV-2

BAB V – SIMPULAN
5.1. Simpulan ......................................................................................................... V-1

DAFTAR PUSTAKA

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Parameter Penentuan Harga Pokok Produksi Batubara Per-Ton ............ IV-4

iii
ABSTRAK

Harga pokok produksi adalah daftar biaya produksi yang harus dikeluarkan
perusahaan pada periode tertentu. Di dalamnya terkait dengan biaya pengadaan bahan
baku, alat produksi, bahan pendukung produksi dan lain sebagainya. Jika harga pokok ini
sudah ketemu, pihak perusahaan akan lebih mudah untuk menentukan harga produk.
Paling tidak, harga produk yang akan dijual sudah diperhitungkan secara cermat antara
laba dan rugi yang bakal muncul dari penjualan yang dilakukan. Tujuan dari penelitian
ini adalah mendapatkan hasil harga pokok produksi (HPP) batubara pada umumnya tanpa
melihat latar belakang dari suatu perusahaan. Sedangkan metode penelitian yang
digunakan adalah metode kuantitatif, dimana secara khusus untuk menentukan harga
pokok produksi batubara adalah menggunakan perhitungan full coshting. Implementasi
dari metode tersebut yaitu dalam perhitungannya dibagi menjadi 3 (tiga) perhitungan,
yaitu biaya produksi sampai mulut tambang (mine mouth), sampai FOB Tongkang /
Barge, dan sampai FOB Vessel. Sehingga dapat diketahui harga pokok produksi batubara,
yaitu harga pokok produksi batubara hanya sampai ke mulut tambang adalah 53,52
USD/Ton. Sedangkan harga pokok produksi batubara sampai ke FOB Barge / Tongkang
adalah 58,66 USD/Ton, dan harga pokok produksi batubara sampai ke FOB Vessel adalah
66,15 USD/Ton.

Kata Kunci : Harga Pokok Produksi, Batubara, Full Coshting.

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Keberhasilan suatu negara dalam mencapai tujuan dan cita-cita, sangat didukung
oleh potensi-potensi yang ada di dalam negara itu sendiri antara lain sumber daya alam
dan sumber daya manusia. Salah satu sumber daya alam khususnya energi yang
ditemukan di Indonesia adalah batubara, potensi batubara di Indonesia tersebar luas di
beberapa tempat, terutama di pulau Sumatera dan Kalimantan.
Batubara merupakan salah satu bahan galian yang strategis dan salah satu bahan
energi nasional yang mempuyai peran yang besar dalam pembangunan nasional. Dengan
semakin meningkatnya kebutuhan batubara, baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun
ekspor serta semakin meluasnya manfaat pengunaannya, maka perusahaan-perusahaan
yang memproduksi batubara terus meningkatkan kemampuan produksinya dengan cara
meng-optimalkan kegiatan penambangan batubara.
Sebelum melaksanakan kegiatan penambangan, perlu dibuat suatu rencana
anggaran biaya penambangan. Tujuannya agar dapat memberikan gambaran biaya yang
akan dikeluarkan oleh perusahaan untuk kegiatan penambangan. Salah satu biaya
kegiatan penambangan yang harus direncanakan adalah harga pokok produksi (HPP)
batubara.
Harga pokok produksi adalah daftar biaya produksi yang harus dikeluarkan
perusahaan pada periode tertentu. Di dalamnya terkait dengan biaya pengadaan bahan
baku, alat produksi, bahan pendukung produksi dan lain sebagainya. Jika harga pokok ini
sudah ketemu, pihak perusahaan akan lebih mudah untuk menentukan harga produk.
Paling tidak, harga produk yang akan dijual sudah diperhitungkan secara cermat antara
laba dan rugi yang bakal muncul dari penjualan yang dilakukan.
Menurut Susilowati (2009), harga pokok produksi adalah seluruh pembiayaan yang
dibebankan pada produk dan jasa yang dapat diukur dalam bentuk uang yang akan
diserahkan.

I-1
Lain lagi menurut Supriyono (2013), yang menyatakan kalau harga pokok produksi
merupakan jumlah uang yang akan dibayarkan dalam rangka untuk memiliki produk atau
jasa yang diperlukan perusahaan sebagai sarana untuk menghasilkan keuntungan.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk membahas dan meneliti
kegiatan operasi produksi dengan topik “Penentuan Harga Pokok Produksi
Batubara”.

1.2. RUMUSAN MASALAH


Melihat dari inti latar belakang tersebut, dapat dirumuskan masalah dari
pembahasan ini, diantarnya :
1. Memperhitungkan harga pokok produksi (HPP) batubara pada umumnya.
2. Memperhitungkan keuntungan dari harga pokok produksi batubara dengan
mempertimbangkan jumlah produksi batubara dan jarak angkut pengiriman batubara.

1.3. TUJUAN
Atas latar belakang dan rumusan masalah tersebut, dapat ditentukan tujuannya,
diantaranya :
1. Mendapatkan hasil harga pokok produksi (HPP) batubara pada umumnya tanpa
melihat latar belakang dari suatu perusahaan.
2. Mendapatkan hasil keuntungan dari harga pokok produksi batubara dengan
mempertimbangkan jumlah produksi batubara dan jarak angkut pengiriman batubara.

1.4. MANFAT PENELITIAN


Atas tujuan dari penentuan harga pokok produksi penambangan batubara tersebut,
maka dapat ditentukan manfat penelitiannya, diantaranya :
1. Bagi Perusahaan
a. Dapat merumuskan kelayakan suatu penambangan batubara terhadap kegiatan
operasionalnya.
b. Dapat menentukan biaya investasi untuk kegiatan penambangan batubara.

I-2
2. Bagi Peneliti
a. Peneliti dapat meng-aplikasikan ilmu yang didapat ke dalam bentuk penelitian dan
meningkatkan kemampuan peneliti dalam menganalisis suatu permasalahan serta
menambah wawasan peneliti khususnya di bidang teknik pertambangan.
b. Peneliti dapat memahami dan merumuskan harga pokok produksi batubara.

I-3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. HARGA POKOK PRODUKSI


Harga pokok produksi adalah daftar biaya produksi yang harus dikeluarkan
perusahaan pada periode tertentu. Di dalamnya terkait dengan biaya pengadaan bahan
baku, alat produksi, bahan pendukung produksi dan lain sebagainya.
Jika harga pokok ini sudah ketemu, pihak perusahaan akan lebih mudah untuk
menentukan harga produk. Paling tidak, harga produk yang akan dijual sudah
diperhitungkan secara cermat antara laba dan rugi yang bakal muncul dari penjualan yang
dilakukan.
Menurut Susilowati (2009), harga pokok produksi adalah seluruh pembiayaan yang
dibebankan pada produk dan jasa yang dapat diukur dalam bentuk uang yang akan
diserahkan.
Menurut Supriyono (2013), yang menyatakan kalau harga pokok produksi
merupakan jumlah uang yang akan dibayarkan dalam rangka untuk memiliki produk atau
jasa yang diperlukan perusahaan sebagai sarana untuk menghasilkan keuntungan.
Jika membaca dari pengertian di atas, bisa ditarik kesimpulan kalau definisi harga
pokok produksi ialah akumulasi dari biaya yang akan dikeluarkan oleh perusahaan dalam
rangka menghasilkan produk atau jasa yang akan dijual.

2.2. UNSUR-UNSUR HARGA POKOK PRODUKSI


Unsur-unsur yang harus diperhitungkan dalam penentuan harga pokok produk ada
tiga. Yaitu biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung dan yang terakhir
adalah biaya overhead pabrik atau perusahaan.
Harga pokok produksi merupakan salah satu perhitungan utama untuk menentukan
total harga pokok penjualan untuk perusahaan manufaktur.
Salah satu metode akuntansi standar untuk menghitung harga pokok yang akurat
adalah penggunaan 3 unsur dalam menentukan harga pokok produk. Ada tiga unsur biaya
utama, diantaranya :

II-1
a. Bahan langsung yang digunakan.
b. Tenaga kerja langsung.
c. Biaya tidak langsung.

2.2.1. BIAYA BAHAN BAKU LANGSUNG


Sangat penting untuk perhitungan harga pokok produk dan mereka mengandalkan
sistem manajemen bahan baku untuk memiliki titik awal yang akurat. Adalah sebagai
berikut :
a. Menghitung bahan baku
b. Biaya bahan baku yang dibeli.
c. Total bahan baku yang ada di akhir periode.
d. Mengakhiri persediaan bahan baku.

2.2.2. BIAYA TENAGA KERJA


Hal ini yang paling mudah dilacak. Praktik akuntansi standar dan catatan
penggajian memastikan bahwa ini adalah penghitungan yang mudah diperoleh. Namun,
ini harus mencakup tidak hanya upah langsung yang dibayarkan tetapi biaya manfaat
yang terkait dengan tenaga kerja yang terlibat dalam produksi.

2.2.3. BIAYA TIDAK LANGSUNG / OVERHEAD MANUFAKTUR


Ini bisa menjadi informasi yang paling menantang untuk dikumpulkan. Biaya
paralel dengan biaya langsung meliputi:
a. Bahan tidak langsung : dari perlengkapan kantor hingga bagian perbaikan untuk
peralatan pabrik.
b. Tenaga kerja tidak langsung : sumber daya manusia, akuntansi, pembelian, personil
pemeliharaan fasilitas, dan manajemen.
Biaya overhead lainnya termasuk:
a. Depresiasi bangunan pabrik.
b. Depresiasi peralatan pabrik.
c. Asuransi dan pajak pada setiap bangunan pabrik

II-2
2.3. PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI
2.3.1. METODE FULL COSTING
Full costing adalah metode penentuan harga pokok produk dengan memasukkan
seluruh komponen biaya produksi sebagai unsur harga pokok, yang meliputi biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead variabel dan biaya overhead tetap. Di
dalam metode full costing, biaya overhead yang bersifat variabel maupun tetap
dibebankan kepada produk yang dihasilkan atas dasar tarif yang ditentukan di muka pada
kapasitas norma atau atas dasar biaya overhead sesungguhnya. Oleh karena itu biaya
overhead tetap akan melekat pada harga pokok persediaan produk selesai yang belum
dijual, dan baru dianggap sebagai biaya (elemen harga pokok penjualan) apabila produk
selesai tersebut tidak dijual. Menurut metode Full costing, karena produk yang dihasilkan
ternyata menyerap jasa overhead tetap walaupun tidak secara langsung, maka wajar
apabila biaya tadi dimasukkan sebagai komponen pembentuk produk tersebut.
Perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode full costing
sebagai Berikut :
Harga = Biaya Bahan Baku + Biaya Tenaga Kerja + Biaya Overhead Tetap
Untuk mendapatkan HPP per ton maka :
HPP Per-ton batubara = HPP/Jumlah produksi
Biaya overhead tetap dibebankan kepada produk yang diproduksi atas dasar biaya
tarif yang ditentukan di muka pada kapasitas normal atau atas dasar biaya overhead tetap.
Biaya overhead akan melekat pada harga pokok persediaan produk dalam proses dan
persediaan produk jadi yang belum laku dijual. Biaya overhead tetap akan dianggap
sebagai biaya jika produk jadi telah laku dijual. Pada metode full costing ada pemisahan
antara biaya produksi dengan period cost. Biaya produksi adalah biaya yang dapat di-
identifikasikan dengan produk yang dihasilkan.
Periode cost adalah biaya-biaya yang tidak ada hubungannya dengan produksi dan
dibebankan sebagai biaya dalam periode terjadinya. Biaya yang termasuk dalam period
cost pada metode full costing adalah biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum
(baik yang tetap maupun variabel).

II-3
2.3.1.1. KELEBIHAN METODE FULL COSTING
a. Biaya overhead baik yang variabel maupun tetap, dibebankan kepada produk atas
dasar tarif yang ditentukan di muka pada kapasitas normal atau atas dasar biaya
overhead yang sesungguhnya.
b. Selisih biaya overhead akan timbul apabila biaya overhead yang dibebankan berbeda
dengan biaya overhead yang sesungguhnya terjadi. Pembebanan biaya overhead
lebih (overapplied factoryoverhead), terjadi jika jumlah biaya overhead yang
dibebankan lebih besar dari biaya Overhead yang sesungguhnya terjadi. Pembebanan
biaya overhead kurang (underapplied factoryoverhead), terjadi jika jumlah biaya
overhead yang dibebankan lebih kecil dari biaya overhead yang sesungguhnya
terjadi.
c. Jika semua produk yang diolah dalam periode tersebut belum laku dijual, maka
pembebanan biaya overhead lebih atau kurang tersebut digunakan untuk mengurangi
atau menambah harga pokok yang masih dalam persediaan (baik produk dalam
proses maupun produk jadi).
d. Metode ini akan menunda pembebanan biaya overhead tetap sebagai biaya diluar
pabrik sampai saat produk yang bersangkutan dijual.

2.3.2. METODE VARIABEL COSTING


Variable costing adalah metode penentuan harga pokok yang hanya memasukkan
komponen biaya produksi yang bersifat variabel sebagai unsur harga pokok, yang
meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead variabel.
Variable costing beranggapan bahwa overhead tetap tidak secara langsung membentuk
produk, maka tidak relevan kalau dimasukkan sebagai komponen harga pokok. Sebaiknya
overhead tetap dimasukkan dalam kelompok period cost (biaya periode).

2.3.3. PERBEDAAN POKOK ANTARA METODE FULL COSTING DAN


VARIABEL COSTING
Sebetulnya terletak pada perlakuan biaya tetap produksi tidak langsung. Dalam
metode full costing dimasukkan unsur biaya produksi karena masih berhubungan dengan
pembuatan produk berdasar tarif (budget), sehingga apabila produksi sesungguhnya
berbeda dengan tarifnya maka akan timbul kekurangan atau kelebihan pembebanan.

II-4
Tetapi pada variable costing memperlakukan biaya produksi tidak langsung tetap bukan
sebagai unsur harga pokok produksi, tetapi lebih tepat dimasukkan sebagai biaya
periodik, yaitu dengan membebankan seluruhnya ke periode dimana biaya tersebut
dikeluarkan sehingga dalam variabel costing tidak terdapat pembebanan lebih atau
kurang.
Adapun unsur biaya dalam metode full costing terdiri dari biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung dan biaya overhead baik yang sifatnya tetap maupun variabel.
Sedangkan unsur biaya dalam metode variabel costing terdiri dari biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead yang sifatnya variabel saja dan tidak
termasuk biaya overhead tetap.
Akibat perbedaan tersebut mengakibatkan timbulnya perbedaan lain yaitu :
a. Dalam metode full costing, perhitungan harga pokok produksi dan penyajian laporan
laba rugi didasarkan pendekatan fungsi. Sehingga apa yang disebut sebagai biaya
produksi adalah seluruh biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi, baik
langsung maupun tidak langsung, tetap maupun variabel. Dalam metode variable
costing, menggunakan pendekatan tingkah laku, artinya perhitungan harga pokok
dan penyajian dalam laba rugi didasarkan atas tingkah laku biaya. Biaya produksi
dibebani biaya variabel saja, dan biaya tetap dianggap bukan biaya produksi.
b. Dalam metode full costing, biaya periode diartikan sebagai biaya yang tidak
berhubungan dengan biaya produksi, dan biaya ini dikeluarkan dalam rangka
mempertahankan kapasitas yang diharapkan akan dicapai perusahaan, dengan kata
lain biaya periode adalah biaya operasi. Dalam metode variable costing, yang
dimaksud dengan biaya periode adalah biaya yang setiap periode harus tetap
dikeluarkan atau dibebankan tanpa dipengaruhi perubahan kapasitas kegiatan.
Dengan kata lain biaya periode adalah biaya tetap, baik produksi maupun operasi.
c. Menurut metode full costing, biaya overhead tetap diperhitungkan dalam harga
pokok, sedangkan dalam variabel costing biaya tersebut diperlakukan sebagai biaya
periodik. Oleh karena itu saat produk atau jasa yang bersangkutan terjual, biaya
tersebut masih melekat pada persediaan produk atau jasa. Sedangkan dalam variabel
costing, biaya tersebut langsung diakui sebagai biaya pada saat terjadinya.
d. Jika biaya overhead dibebankan kepada produk atau jasa berdasarkan tarif yang
ditentukan dimuka dan jumlahnya berbeda dengan biaya overhead yang

II-5
sesungguhnya maka selisihnya dapat berupa pembebanan overhead berlebihan
(overaplied factory overhead). Menurut metode full costing, selisih tersebut dapat
diperlakukan sebagai penambah atau pengurang harga pokok yang belum laku dijual
(harga pokok persediaan).
e. Dalam metode full costing, perhitungan laba rugi menggunakan istilah laba kotor
(gross profit), yaitu kelebihan penjualan atas harga pokok penjualan. Dalam variable
costing, menggunakan istilah marjin kontribusi (contribution margin), yaitu
kelebihan penjualan dari biaya-biaya variabel.
Beberapa hal yang perlu diperhatikn dari perbedaan laba rugi dalam metode full
costing dengan metode variable costing adalah sebagai berikut :
a. Dalam metode full costing, dapat terjadi penundaan sebagian biaya overhead tetap
pada periode berjalan ke periode berikutnya bila tidak semua produk pada periode
yang sama.
b. Dalam metode Variable costing seluruh biaya tetap overhead telah diperlakukan
sebagai beban pada periode berjalan, sehingga tidak terdapat bagian biaya overhead
pada tahun berjalan yang dibebankan kepada tahun berikutnya.
c. Jumlah persediaan akhir dalam metode variable costing lebih rendah dibanding
metode full costing. Alasannya adalah dalam Variable costing hanya biaya produksi
variabel yang dapat diperhitungkan sebagai biaya produksi.
Laporan laba rugi full costing tidak membedakan antara biaya tetap dan biaya
variabel, sehingga tidak cukup memadai untuk analisis hubungan biaya volume dan laba
dalam rangka perencanaan dan pengendalian.

II-6
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. RANCANGAN PENELITIAN


3.1.1. PENDEKATAN PENELITIAN
Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif.
Metode penelitian kuantitatif digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel
tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random,
pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif
atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

3.1.2. JENIS PENELITIAN


Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data kuantitatif.
Data kuantitatif merupakan data dalam bentuk angka atau data kualitatif yang
diangkakan. Sumber data yang digunakan pada penelitian ini adalah sumber data
sekunder. Sumber data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh secara
tidak langsung melalui media perantara. Data sekunder pada umumnya berupa bukti,
catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip yang telah dipublikasikan
dan tidak dipublikasikan.
Data penelitian ini berupa laporan keuangan audit pada perusahaan sektor
pertambangan batubara. Selain itu peneliti juga menggunakan data sekunder lain berupa
buku, jurnal, dan penelitian yang tidak dipublikasikan, dan situs internet yang berkaitan
dengan tema penelitian ini. Alasan peneliti menggunakan data sekunder adalah data
sekunder lebih mudah diperoleh, serta data dapat dipercaya keabsahannya karena
menggunakan laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik.

3.2. SUBJEK PENELITIAN


3.2.1. POPULASI
Populasi penelitian adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek / subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan ditarik kesimpulan. Dalam melakukan penelitian, pada umumnya peneliti

III-1
membatasi populasi dengan tujuan agar populasi penelitian bersifat homogen, sehingga
tingkat kesulitan penelitian dapat diminalisir.
Penelitian ini menggunakan populasi dari perusahaan pertambangan batubara
dimana salah satu peneliti bekerja pada perusahaan tersebut.

3.2.2. SAMPEL
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut. Penentuan kriteria sampel diperlukan untuk menghindari timbulnya mis-
spesifikasi dalam penentuan sampel penelitian yang selanjutnya akan berpengaruh
terhadap hasil penelitian.
Adapun sampel penelitian ini adalah perusahaan pertambangan batubara dimana
salah satu peneliti bekerja pada perusahaan tersebut.

3.3. SUMBER DATA


Data penelitian ini diambil dari laporan rencana kerja dan anggaran biaya (RKAB)
dan laporan keuangan perusahaan dari perusahaan pertambangan batubara dimana salah
satu peneliti bekerja pada perusahaan tersebut.

3.4. TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL


Pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode
purposive sampling. Purposive sampling merupakan teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu. Peneliti memilih sampel berdasarkan penilaian atas karakteristik
anggota sampel dengan tujuan diperolehnya data yang sesuai dengan maksud penelitian.
Dengan kata lain sampel yang dihubungkan disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu
yang diterapkan berdasarkan tujuan penelitian. Adapun kriteria dari sampel yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan pertambangan batubara dimana salah
satu peneliti bekerja pada perusahaan tersebut.

III-2
3.5. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Teknik yang digunakan untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian
ini adalah :

1. Studi pustaka dengan melakukan kajian pada sumber bacaan dan berbagai penelitian
terdahulu seperti jurnal-jurnal penelitian yang berkaitan dengan masalah tau variabel
yang diteliti yang akan digunakan sebagai pedoman teori. Data tersebut diperlukan
untuk analisis terhadap permasalahan dan pencatatan teori-teori yang telah dipelajari
pada peristiwa yang telah terjadi.

2. Pengumpulan data dengan teknik dokumentasi, dengan mengumpulkan data berupa


data sekunder seperti laporan keuangan perusahaan dan diseleksi untuk nantinya
diolah dalam penelitian.

III-3
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. HARGA POKOK PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE FULL


COSTING
Untuk mendapatkan biaya produksi, terlebih dahulu harus diketahui apa saja biaya
yang dibutuhkan untuk kegiatan produksi. Menurut objek pengeluarannya, secara garis
besar biaya produksi dibagi menjadi :
1. Biaya Produksi Sampai Di Areal Mulut Tambang / Mine Mouth
Biaya produksi yang dikeluarkan sampai ke mulut tambang atau sampai ke tempat
penimbunan, dan dikenal dengan istilah Run of Mine. Dan tidak melalui pengiriman jalur
pengangkutan (hauling road).

2. Biaya Produksi Sampai Di Kapal Tongkang (FOB Barge / Tongkang)


FOB Tongkang didefinisikan sebagai syarat penyerahan barang dimana penjual
(seller) menyerahkan barang ke pembeli hingga barang telah ditempatkan di atas kapal
(on board) di pelabuhan dekat tambang, atau dikenal istilah Jetty.

3. Biaya Produksi Sampai Di Kapal Pengangkutan Induk (FOB Vessel)


FOB Vessel didefinisikan sebagai syarat penyerahan barang dimana penjual (seller)
menyerahkan barang ke pembeli hingga barang telah ditempatkan di atas kapal (on board)
di pelabuhan pemuatan yang ditunjuk oleh si pembeli atau mengadakan barang yang
diantarkan. Resiko Penjual akan berakhir ketika barang telah berada di atas kapal.
Penjual telah memenuhi kewajibannya untuk mengantar barang kepada pembeli pada saat
barang telah berada diatas kapal di pelabuhan pemuatan yang telah ditentukan oleh si
pembeli. Penjual bertanggungjawab dalam mengurus izin ekspor barang dan pengurusan
prosedur kepabeanan ekspor.

4.2. UNSUR-UNSUR BIAYA


4.2.1. BIAYA PRODUKSI SAMPAI MULUT TAMBANG / MINE MOUTH
Biaya produksi sampai ke mulut tambang meliputi :
1. OB Stripping, merupakan biaya yang dikeluarkan untuk proses penggalian dan
penimbunan batuan penutup / overburden.

IV-1
2. Coal Getting, merupakan biaya yang dikeluarkan untuk proses penggalian batubara
3. Rehabilitation / Reclamation, merupakan biaya yang dikeluarkan untuk pelaksanaan
reklamasi bekas tambang yang selesai digali.
4. Land Acquisition, merupakan biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan pembebasan
lahan, atau ganti rugi tanam tumbuh tanaman milik penduduk sekitar.
5. Forest Permit (IPPKH), merupakan biaya yang dikeluarkan untuk biaya penerimaan
negara bukan pajak (PNBP) atas izin pinjam pakai kawasan hutan jika areal
pertambangan masuk pada areal pemanfaatan hutan.
6. Mining Contribution (Iuran Tetap), merupakan biaya yang dikeluarkan untuk atas
izin usaha pertambangan.
7. Corporate Social Responsibility, merupakan biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan
sosial di areal pertambangan yang dapat bermanfaat bagi penduduk setempat.
8. General Administration (Site Only), merupakan biaya yang dikeluarkan untuk
kegiatan operasional adminstrasi.
9. Property Tax (PBB), merupakan biaya wajib yang dikeluarkan untuk pajak bumi.
10. HSE (Health, Safety, & Environment), merupakan biaya yang dikeluarkan untuk
kegiatan kesehatan, keselamatan, dan lingkungan di sekitar areal pertambangan.
11. Royalty FOB Mulut Tambang, 13.5% Sale Price, merupakan biaya yang
dikeluarkan atas royalti dari aktivitas penjualan batubara.

4.2.2. BIAYA PRODUKSI FOB BARGE / TONGKANG


Biaya produksi sampai ke FOB Barge / Tongkang meliputi :
1. ROM Stockpile Drying & Management, merupakan biaya yang dikeluarkan untuk
kegiatan penanganan batubara di stockpile / tempat penimbunan sementara.
2. Coal Hauling (ROM to Jetty), merupakan biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan
pengangkutan batubara dari tempat penampungan sementara menuju ke pelabuhan
tambang.
3. Port Charges (Barge Loading), merupakan biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan
pemuatan batubara ke kapal tongkang.
4. Port Charges (Stockpile Management), merupakan biaya yang dikeluarkan untuk
kegiatan operasional dermaga.

IV-2
4.2.3. BIAYA PRODUKSI FOB VESSEL
Biaya produksi sampai ke FOB Vessel meliputi :
1. Barge Transport to Anchorage (Taboneo), merupakan biaya yang dikeluarkan
untuk kegiatan pengangkutan dari pelabuhan tambang menuju ke laut untuk di
estafetkan ke kapal tongkat induk.
2. Costs at Anchorage, merupakan biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan operasional
di kapal tongkang induk.
3. Surveyor, merupakan biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan analisa kandungan
batubara agar mendapat keterangan atau sertipikasi layak jual.

IV-3
Tabel 4.1. Parameter Penentuan Harga Pokok Produksi Batubara Per-Ton.
COST $ (PER-UNIT)
PARAMETER PER-UNIT VOLUME MINE FOB FOB UNITS
MOUTH BARGE VESSEL
OB Stripping 2,75 2,45 SR 6,75 6,75 6,75 $/BCM OB Stripped
Coal Getting 1,00 1 MT Coal 1,00 1,00 1,00 $/MT Raw Coal Sold
Rehabilitation / Reclamation 0,04 1 MT Coal 0,04 0,04 0,04 $/MT Raw Coal Sold
Land Acquisition 0,36 1 MT Coal 0,36 0,36 0,36 $/MT Raw Coal Sold
Forest Permit (IPPKH) 0,58 1 MT Coal 0,58 0,58 0,58 $/MT Raw Coal Sold
Mining Contribution (Iuran Tetap) 0,03 1 MT Coal 0,03 0,03 0,03 $/MT Raw Coal Sold
Corporate Social Responsibility 0,03 1 MT Coal - - - $/MT Raw Coal Sold
General Administration (Site Only) 0,16 1 MT Coal 0,16 0,16 0,16 $/MT Raw Coal Sold
Property Tax (PBB) 0,007 1 MT Coal 0,007 0,007 0,007 $/MT Raw Coal Sold
HSE 0,04 1 MT Coal 0,04 0,04 0,04 $/MT Raw Coal Sold
Royalty FOB Mulut Tambang, 13.5% Sale Price 7,23 1 MT Coal 7,23 - - $/MT Raw Coal Sold
Production Cost 16,19 $/MT Raw Coal Sold
Coal Price 53,52 $/MT Raw Coal Sold
Profit 37,33 $/MT Raw Coal Sold
% Profit from Coal Price 69,75 %

ROM Stockpile Drying & Management 0,20 1 MT Coal 0,20 0,20 $/MT Raw Coal Sold
Coal Hauling (ROM to Jetty), Distance 26,5 Km 0,16 26,5 Km 4,24 4,24 $/MT Raw Coal Sold
Port Charges (Barge Loading) 0,50 1 MT Coal 0,50 0,50 $/MT Raw Coal Sold
Port Charges (Stockpile Management) 0,20 1 MT Coal 0,20 0,20 $/MT Raw Coal Sold
Government Royalty, 13.5% FOB Sale Price 7,92 1 MT Coal 7,92 - $/MT Raw Coal Sold
Production Cost 22,03 $/MT Raw Coal Sold
Coal Price 58,66 $/MT Raw Coal Sold
Profit 36,63 $/MT Raw Coal Sold
% Profit from Coal Price 62,45 %

IV-4
Barge Transport to Anchorage (Taboneo), Distance 205 Nm / 380 Km 0,028 205 Nm 5,74 $/MT Raw Coal Sold
Costs at Anchorage 1,00 1 MT Coal 1,00 $/MT Raw Coal Sold
Surveyor 0,75 1 MT Coal 0,75 $/MT Raw Coal Sold
Government Royalty, 13.5% FOB Sale Price 8,93 1 MT Coal 8,93 $/MT Raw Coal Sold
Production Cost 30,53 $/MT Raw Coal Sold
Coal Price 66,15 $/MT Raw Coal Sold
Profit 35,62 $/MT Raw Coal Sold
BESR 15,41
% Profit from Coal Price 53,85 %

Hasil dari perhitungan tersebut dapat disampaikan sebagai berikut :


1. Untuk menentukan harga pokok produksi batubara dapat dilakukan menjadi 3 tahapan, dikarenakan tidak semua pembeli menginginkan
pembelian melalui transpotasi penuh. Terkadang ada pembeli hanya menginginkan hanya sampai FOB Barge / Tongkang, karena pembeli
akan mencampurkan (blending) batubara penjual dengan batubara lainnya.
2. Harga satuan kegiatan tersebut adalah biaya estimasi per-satuan ton batubara, yang ber-acuan pada jumlah produksi batubara dan jarak
tempuh pengangkutan batubara dari mulut tambang ke dermaga, dana dari dermaga ke pelabuhan laut.
3. Harga pokok produksi batubara hanya sampai ke mulut tambang adalah 53,52 USD/Ton. Sedangkan harga pokok produksi batubara
sampai ke FOB Barge / Tongkang adalah 58,66 USD/Ton, dan harga pokok produksi batubara sampai ke FOB Vessel adalah 66,15
USD/Ton.

IV-5
BAB V
SIMPULAN

5.1. SIMPULAN
Bahwa dalam penentuan harga pokok batubara secara umum dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Dalam menentukan harga pokok produksi batubara terbagi menjadi 3 (tiga) biaya
produksi, diantaranya biaya produksi sampai mulut tambang (mine mouth), sampai
FOB Tongkang / Barge, dan sampai FOB Vessel.
2. Harga pokok produksi batubara dipengaruhi oleh 3 (tiga) hal, diantaranya jumlah
batubara yang akan diproduksi selama 1 (satu) tahun, rasio pengupasan (stripping
ratio) antara batuan penutup dengan batubaranya, dan jarak angkut batubara itu akan
dijual kepada pembeli.
3. Harga pokok produksi batubara hanya sampai ke mulut tambang adalah 53,52
USD/Ton. Sedangkan harga pokok produksi batubara sampai ke FOB Barge /
Tongkang adalah 58,66 USD/Ton, dan harga pokok produksi batubara sampai ke
FOB Vessel adalah 66,15 USD/Ton.
4. Jika harga pokok produksi batubara telah diketahui, tentu akan dapat mengetahui
pula besaran laba / rugi dari setiap penjualan batubara per-tonnya. Selain itu juga
dapat ditentukan persentasi profit yang dihasilkan atas penjualan batubara tersebut.

V-1
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Formula Marker Harga Potakan Batubara.


http://repit.files.wordpress.com
Jony Kasfarov. Februari 2013.Estimasi Biaya Operasional Penambangan Batubara.
Jurnal Teknik Pertambangan.
Jopie Yusuf. 2013. Pengertian biaya operasional dalam kegiatan penambangan.
https//media.neliti.com.
Kepmen, ESDM. Harga mineral logam acuan dan harga batuara acuan untuk bulan
Januari-September Tahun 2021.
Moh Nazir. 2015. Pengolongan penelitian terapan berdasarkan pengolongan menurut
tujuan. http//elib.ac.id.
Rahmi Fadila. December 2016. Aplikasi Berbasis Web Untuk Perhitungan Biaya
produksi Emas Murni.Proceeding of Applied Science.
Riko Ervil,dkk, 2013. Buku Panduan Penulisan dan Ujian Skripsi, Sekolah Tinggi
Teknologi Industri (STTIND) Padang. 2013.
Sugria Suryadi. Maret 2017. Analisa Perhitungan Biaya Pengupasan Overburden Pada
Alat Bulldozer. Dinte.

Anda mungkin juga menyukai