Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PERENCANAAN PERTAMBANGAN K3

OLEH

Ezframein Bili Lende (1806100042)

Alberthus Maromon (1806100072)

Fransiskus A.P. Sese (1806100057)

Irvan Azaria Lona (1806100041)

Yohanes M.V. Iksan (1806100035)

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG 2020

i
Daftar Isi

ii
KATA PENGANTAR

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Batubara menurut The International Hand Book of Coal Petrography (1963) adalah
batuan sedimen yang mudah terbakar, terbentuk dari sisa-sisa tanaman dalam variasi
tingkat pengawetan, diikat oleh proses kompaksi dan terkubur dalam cekungan-cekungan
pada kedalaman yang bervariasi, dari dangkal sampai dalam. Adapun pengertian lain
ialah bahan bakar hidrokarbon padat yang terbentuk dari tumbuh-tumbuhan dalam
lingkungan bebas oksigen dan terkena pengaruh temperatur serta tekanan yang
berlangsung sangat lama (Achmad Prijono,dkk, 2000).
Pengertian pertambangan menurut Undang-Undang Nomor 4 tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam
rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi
penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi penambangan, pengolahan
dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan tambang. Setelah lebih dari
satu dasawarsa setengah pertumbuhan sektor pertambangan batubara, Indonesia
merupakan produsen batubara keempat di dunia serta pengekspor batubara termal terbesar
dunia. Pada tahun 2015, Indonesia memproduksi hampir 469,3 juta ton (Mt) batubara
yang mana 99,4 persen merupakan batubara sub-bitumen/termal (steaming coal).
Pertambangan dan eksplorasi batubara merupakan alokasi tata guna lahan industri bersih
terbesar di Indonesia. Pada peta 1 terlampir di bawah diambil dari data spasial Pemerintah
Indonesia yang menunjukkan bahwa cadangan batubara terdapat di lima pulau terbesar.
Konsensi batubara telah diberikan di 23 dari 33 provinsi Indonesia, tetapi cadangan-
cadangan terbesar terletak di Provinsi Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan dan
Kalimantan Timur.
Data spasial pemerintah Indonesia menunjukkan bahwa konsesi pertambangan
batubara mencakup hampir 10 persen dari seluruh negara, atau sedikit di bawah 17,5 juta
hektar; 9,8 hektar di Kalimantan (wilayah Indonesia di Kalimantan); 4,3 juta hektar di
Sumatera; dan 3,1 juta hektar di Papua/Papua Barat. Sekitar 20 persen dari kosensi
tersebut sedang ditambang (3,4 juta hektar) atau dibangun (0,24 juta hektar), sementara
78 persen (13,6 juta hektar) sedang dieksplorasi.

iv
Gambar 1.1 Kosensi Batubara di Indonesia Pada Tahun 2003
Sumber : Buku Hungry Coal

Tabel 1.1 Kosensi Batubara di Indonesia Dalam


Satuan Hektar Sumber : Buku Hungry Coal

1.2 Manfaat dan Tujuan,

v
1. Manfaat
a. Pembuatan laporan ini agar memperluas ilmu pengetahuan dan wawasan
mengenai proses perencanaan dalam perusahan pertambangan Dan Rencana
Angaran Biaya

2. Tujuan
a. Mengetaui perencanaan proyek penambangan batubara PT Koetaindo.
b. Mengetaui Rencana Angaran Biaya proyek.

vi
BAB II
PEMBAHASAN

Letak Geografis

PT. Koetaindo dengan SK perusahaan nomor 540/2745/IUP-ER/MB-


PBAT/XI/2010 dengan lokasi tambang terletak pada Desa Benua Puhun, Teratak dan
Rantau Hempang Kecamatan Muara Kaman Kabupaten Kutai Kartanegara yang
terletak di provinsi Kalimantan Timur. Memiliki koordinat 116 48 44.02 0 15 43.14
LS, 116 50 23.17 0 15 43.14 LS, 116 50 23.17 0 12 31. 14 LS, 116 48 44.02 0 12
31.14 LS. Berikut ini merupakan gambar letak geografis lokasi IUP yang merujuk
peta ESDM.

Gambar 1.2 Letak Geografis Lokasi Penambangan Batubara


PT. Koetaindo Sumber : Peta ESDM

1
Ketercapaian Lokasi
Adapun jarak tempuh menuju lokasi penambangan dari Palembang menuju
Kutai Kertanegara 2.732 km menggunakan jalur udara sehingga ketercapaian waktu
ditempuh dalam waktu 4 jam 45 menit. Berikut merupakan gambar ketercapaian
lokasi

Gambar 1.3 Ketercapaian Lokasi


Sumber: Google Maps

A . RANCANGAN PROYEK PENAMBANGAN

Metode penambangan batubara terbuka (strip mining) menjadi metode yang dipilih.
Untuk itu berikut rancangan proyek penambangan :
• Kegiatan eksplorasi, kegiatan ini dilakukan agar mengetahui karakteristik dan
elastisitas batuan, keadaan geografis lahan dan seberapa tebal lapisan batubara. Terdiri dari
tahapan sebagai berikut:
a. Survei Tinjau, melakukan pemetaan geologi regional, pemotretran udara, citra satelit,
dan metode survey tidak langsung untuk mengidentifikasi anomial atau prospektif untuk
diselidiki lebih lanjut. Berdasarkan Peta Geologi Regional Lembar Longiram menunjukkan
bahwa batuan yang tersingkap di daerah muara kaman termasuk dalam formasi Pulubalang
(Tmpb) terdiri dari perselingan Greywacke dari batupasir kuarsa dengan sisipan
batugamping, batu lempung, batubara dan tuf dasit. Endapan Aluvium (Qa) terdiri dari
lumpur, lempung, pasir setempat. Berikut gambar 1.6 merupakan peta geologi Kecamatan
Muara Kaman.

2
Gambar 1.6 Peta Geologi Desa Benua Puhun
Ditunjukkan pula pada peta administrasi bahwa pada daerah petakan seam batubara
keterdapatan sungai besar yang menjadi salah satu faktor sifat dinamis dalam tahap
ekplorasi, serta adanya akses jalan dapat memudahkan eksplorasionis menuju seam batubara
dengan waktu yang tidak terlalu lama dan kondisi jalan yang tidak terlalu sulit jika
berkendaraan. Disisi lain kondisi lahan pada petakan ini bila dilihat pada peta penggunaan
lahan (Gambar 1.8) penggunaan lahan sebagian merupakan lahan lainnya (lahan yang
prospek dibuat area penambangan) sehingga tidak terlalu mengganggu keberlangsungan
hidup masyarakat. Namun daerah hutan pada sepanjang aliran sungai dapat di waspai karena
habitat hewan langka dan hewan buas bertempat tinggal.

Gambar 1.7 dan Gambar 1.8 Peta Administrasi Desa Benua Puhun dan Peta Penggunaaan
Lahan Desa Benua Puhun
b. Prospeksi umum, yaitu penyempitan daerah yang berpotensi sumberdaya batuabara,
misalnya pembuatan parit, pemasangan plang atas nama perusahaan PT. Koetaindo

3
c. Eksplorasi awal, yaitu delinasi awal suatu endapan yang terindentifikasi biasanya
dituangkan dalam metode perhitungan cadangan batubara berdasarkan analisis break event
stripping ratio (BESR) merujuk keputusan Dirjen Minerba No. 579.K/32/DJB/2015 tentang
biaya produksi untuk penentuan harga dasar batubara.

Gambar 1.9 Eksplorasi Awal


d. Eksplorasi rinci, untuk mendelinasi endapan secara tiga dimensi dengan pembuatan
cropline batubara dan pembuatan penampang untuk menentukan SR.

Gambar 1.10 Eksplorasi Rinci Sayatan A-A’

• Kegiatan Penambangan
Pada kegiatan ini tahap awal yakni lapisan penutup yang banyak mengandung tanah
dengan unsur hara yang tinggi (top soil) diambil dan dipindahkan dengan penanganan oleh

4
teknik lingkungan dan hayati. Lapisan tanah penutup bahan endapan batubara (overburden)
diangkat menggunakan alat buldozer dan excavator. Setelah itu dilakukan pembuatan lahan
tambang dengan menggunakan cara blasting dan pengeboran yang dilakukan oleh pekerja
teknik pertambangan. Konstruksi fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan dalam lahan
pertambangan tersebut dirancang oleh teknik sipil. Setelah semua persiapan terlaksana,
proses penambangan dilakukan dalam kurun waktu tertentu sesuai dengan jumlah endapan
batubara yang terdapat dalam lahan pertambangan PT. Koetaindo. Dalam proses
penambangan, pengadaan air dirundingkan dengan bagian teknik pengairan.

Teknik Blasting
Excavator

Buldoze r

Gambar 1.11 Kegiatan Penambangan


• Kegiatan Pengangkutan
Pada kegiatan ini, telah disiapkan alat-alat pengangkat (seperti dump truck), alat
penampungan hasil tambang serta akses alat-alat pengangkut menuju tempat penampungan
seperti jalan, fasilitas lain yang ditangani oleh ahli teknik sipil dan teknik mesin.

Gambar 1.12 Kegiatan Pengangkutan

• Kegiatan Pengolahan

5
Dalam pengolahan batubara digunakan metode pengolahan batuan galian secara fisika
yaitu dengan memberi perlakuan seperti peremukan, penggerusan, pencucian, pengeringan,
serta pembakaran suhu rendah. Dalam hal ini ditangani oleh disiplin ilmu teknik metalurgi.

Pencucian Batubara Pengeringan Batubara Pembakaran Batubara

Gambar 1.13 Kegiatan Pengolahan


• Penutupan Lahan
Proses penutupan tambang dilakukan setelah proses penambangan telah selesai.
Lubang bekas penambangan ditimbun kembali dengan tanah yang sebelumnya ditimbun di
sekitar lahan pertambangan. Alat-alat berat yang digunakan, kontruksi penambangan, dan
fasilitas lainnya dipindahkan dari lahan pertambangan yang selanjutnya akan dilakukan
proses reklamasi.
• Kegiatan Reklamasi
Sebagai upaya menjaga kelestarian alam yang bekerja sama dengan ahli teknik
lingkungan, ahli biologi yakni dengan penyebaran dan penyemaian lahan reklamasi dengan
bibit tanaman yang dicampur fertilizer serta zat aditif lain guna meningkatkan kualitas tanah
sehinggga tanaman mendapat lingkungan yang abik.

Gambar 1.14 Kegiatan Reklamasi

B. Rencana Angaran Biaya


Rencana Anggaran Biaya (RAB) merupakan perkiraan atau estimasi
suatu rencana biaya yang berfungsi sebagai acuan dasar pelaksanaan proyek, mulai

6
dari pemilihan kontraktor yang sesuai, pembelian barang, pembayaran jasa dan
seterusnya sebagai pedoman dalam pengeluaran biaya.
Dalam usaha pertambangan batubara estimasi biaya pertambangan harus
sudah dilakukan sejak tahap konsepsi proyek. Dengan demikian perkiraan biaya
proyek dapat dilakukan dengan baik sehingga menghasilkan estimasi biaya yang
akurat. Artinya estimasi biaya tidak terlalu tinggi yang menyebabkan tidak mampu
bersaing dengan perusahaan lain dalam tahap tender, atau tidak terlalu rendah yang
meski dapat memenangkan tender namun ujungnya mengalami kesulitan pendanaan
karena diangarkan kurang. Perkiraan biaya digunakan untuk menyusun angaran dan
menjadi dasar untuk mengevaluasi performance proyek. Evaluasi dilakukan dengan
membandingkan tingkat pengeluaran aktual dengan tingkat pengeluaran yang
dianggarkan.. Dengan demikian tanpa estimasi yang baik, maka akan menyulitkan
evaluasi yang efektif dan efisien.
Memperkirakan biaya proyek relatif sulit dibanding memperkirakan biaya untuk
kegiatan yang sudah rutin dilakukan. Perkiraan biaya untuk kegiatan rutin dapat dibuat
dengan sekedar menambah y% dari anggaran tahun lalu. Tidak demikian dengan perkiraan
biaya pekerjaan proyek. Estimasi biaya untuk pekerjaan yang sifatnya renovasi atau adaptasi
bisa didasarkan pada pekerjaan serupa yang pernah dilakukan, akan tatapi untuk pekerjaan
yang bersifat pengembangan dan belum pernah ada pekerjaan serupa di masa lalu, maka
estimasi benar-benar menjadi suatu pekerjaan yang kritikal.
PT. KOETAINDO merupakan PT yang mempunyai IUP dengan luas
area 1816 ha dengan SK Perusahaan 540/2745/IUP-ER/MB-PBAT/XI//2010, yang
terletak di desa Benua Puhun, Kabupaten Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur.
Tahapan kegiatan yang berlangsung di PT. KOETAINDO ini berupa kegiatan
eksplorasi dan operasi produksi.

Gambar.1 Peta Administrasi Desa Puhun, Kab Kutai Kertanegara


Revolusi industri membuat dunia pertambangan batubara berkembang.
Hadirnya beberapa alat berat sebagai penunjang operasional tambang tentunya sangat

7
dibutuhkan oleh setiap pertambangan batubara dalam meningkatkan produksi.
Dengan teknologi ini, para penambang bisa memusatkan perhatian untuk
memindahkan sebagian besar material secepat dan seaman mungkin. Untuk
meningkatkan hasil produksi tentunya PT KOET AINDO juga akan menggunakan
beberapa alat berat, dan berikut ini perhitungan anggaran biaya kebutuhan alat berat
(Tabel 1)

Tabel : Kebutuhan alat berat dan anggaran biaya

Selain membuat RAB alat berat, juga dibuat anggaran biaya upah tenaga kerja
dihitung berdasarkan upah tahunan rata-rata selama 1 bulan. Upah Tahunan belum
temasuk cuti tahunan, bonus dan insentif lainya. Besarnya biaya cuti tahunan, bonus
dan insentif lainya dihitung dalam biaya jaminan sosial. Besarnya upah tenaga kerja
diberikan dapat dilihat pada tabel dibawah ini (Tabel 2)

8
Tabel 2 : Perkiraan upah tenaga kerja
Anggara Biaya yang dikeluarkan saat operasi produksi batubara meliputi biaya pada
saat pra produksi, produksi, prosesing dan biaya konpensasi. Dimana biaya keluar yang
paling besar saat proses kompensasi dimana biaya terbesarnya keluar untuk royalty kepada
pemerintah (SKABB) sesuai dengan SK DIRJEN PT KOETAINDO.

Biaya produksi dibedakan menjadi biaya produksi langsuug dan biaya


produksi tidak langsung. Biaya produksi langsung dibedakan menjadi biaya
penanganan tanah penutup, biaya penanganan batubara dan biaya land clearing. Biaya
ini dihitung berdasarkan biaya operasi alat-alat tambang yang terlibat langsung pada
ketiga kegiatan tersebut. Biaya produksi tidak langsung terdiri dari biaya-biaya
operasi peralatan pendukung stockpile, kendaraan, dan tenaga kerja pendukung yang
terlibat didalam proyek.

9
Besarnya biaya penambangan bergantung Stripping Ratio dan Jumlah
penerimaan dipengaruhi oleh Kualitas dan harga batubara dipasaran. Pada PT
KOETAINDO tidak diketahui besaran Stripping Rationya

KESIMPULAN

Dapat disimpulkan bahwa proses perencanaan penambangan proyek batubara dari


eksplorasi hingga penutupan lahan tambang dan reklamasi haruslah menggunakan metode,
teknologi yang tepat agar tidak terjadi kerugian yang tidak terduga serta perlunya kerja sama
antar disiplin ilmu, memperhatikan lingkungan sehingga dapat meminimalisir risiko
penambangan dan hasil produksi batubara bisa dioptimalisasi.

DAFTAR PUSTAKA

Fajri, Reza Subhan.”PERENCANAAN TAMBANG BATUBARA”.https://id.scribd.com.

Jurnal Hungry Coal.”PERTAMBANGAN BATUBARA DAN DAMPAKNYA


TERHADAP KETAHANAN PANGAN DI INDONESIA”. Jaringan
Advokasi Tambang.
Soebakty, A.D.”SURVEY ENDAPAN GAMBUT DI DAERAH MUARA KAMAN DAN
SEKITARNYA”. Psdg.bgl.esdm.go.id

10

Anda mungkin juga menyukai