Anda di halaman 1dari 69

LAPORAN AKHIR EKSPLORASI

Desa Tempuran Kec. Sawoo


Kabupaten Ponorogo

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Semakin pesatnya pembangunan akan memerlukan bahan baku

Andesit, hal ini akan membuka peluang untuk usaha pengembangan

usaha pertambangan Andesit. Lokasi Izin Usaha Pertambangan

Eksplorasi ini berada di Desa Tempuran, Kecamatan Sawoo tepatnya

berada di utara Kabupaten Ponorogo. Komoditas yang kami usahakan di

daerah ini merupakan bahan galian batuan komoditas andesit. Surat Izin

Usaha Pertambangan Eksplorasi andesit diterbitkan oleh Kepala Kantor

Pelayanan Perijinan Terpadu Kabupaten Ponorogo dalam bentuk Surat

Keputusan Kepala Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu Kabupaten

Ponorogo Nomor 503/006/IUP-E/405.27/2014 tanggal 8 September 2014

berlaku selama 18 (delapan belas) bulan seluas 5 (lima) Ha. Izin Usaha

Pertambangan Eksplorasi berakhir tanggal 7 Maret 2016.

Bahan galian tambang Andesit ini digunakan untuk bahan material

bangunan (konstruksi). Pemilihan lokasi berdasarkan pertimbangan

geologi merupakan daerah perbukitan dan pegunungan dengan

An. Wandi 1
LAPORAN AKHIR EKSPLORASI
Desa Tempuran Kec. Sawoo
Kabupaten Ponorogo

ketinggian 629 meter sampai 580 meter diatas permukaan air laut. Dari

aspek sosial ekonomi dengan adanya kegiatan penambangan ini nantinya

akan membuka lapangan pekerjaan dan meningkatkan perekonomian

sekitar lokasi tambang tersebut. Kecamatan Sawoo Kabupaten Ponorogo

merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Ponorogo yang

mempunyai potensi bahan tambang yang menarik untuk di usahakan atau

ditambang. Karena itu kami berminat untuk melakukan kegiatan usaha

pertambangan di Kecamatan Sawoo. Kegiatan eksplorasi mineral batuan

Andesit di Desa Tempuran Kecamatan Sawoo dalam kegiatan ini untuk

melihat potensi mineral batuan Andesit baik secara kuantitas maupun

kualitas. Pemetaan geologi akan memberikan data arah dan ketebalan

beserta luasan potensi bahan mineral batuan Andesit yang dapat

diusahakan di daerah penyelidikan ini.

Daerah penelitian secara regional dibagi menjadi lima formasi,

urutan dari tua ke muda yaitu: Formasi Dayakan, Formasi Nglanggran, Tuf

Jobolarangan, Lahar Lawu, dan Aluvium. Dari penyelidikan ini stratigrafi

daerah disusun oleh breksi andesit. Menurut Sampurno dan Samodra,

1997, Satuan breksi andesit kisaran umur Miosen Awal yang tersingkap

pada daerah penelitian. Satuan ini merupakan hasil dari piroklastik jatuhan

dan terendapkan dengan satuan batupasir sehingga hubungan

stratigrafinya adalah menjari. Lingkungan pengendapannya adalah

lingkungan darat-laut dangkal.

An. Wandi 2
LAPORAN AKHIR EKSPLORASI
Desa Tempuran Kec. Sawoo
Kabupaten Ponorogo

Dari aspek kepemilikan lahan pertambangan, maka lokasi ini

merupakan hak milik dari penambang seluas 0,305 Ha. Bukti kepemilikan

terlampir. Berdasarkan kepemilikan lahan tersebut diusulkan sebagai

wilayah iazin usaha pertambangan operasi produksi. Lokasi izin usaha

pertambangan eksplorasi ini berdasarkan kondisi eksisting tata guna

lahan merupakan kebun seluas 4,963 Ha (99,26 %) dan tanah ladang

(tegalan) seluas 0.037 Ha (0,74 %). Sedangkan untuk usulan wilayah izin

usaha pertambangan operasi produksi seluas 0,305 Ha, berdasarkan

kondisi eksisting tata guna lahan merupakan kebun seluas 0,268 Ha

(87,87 %) dan tanah ladang (tegalan) seluas 0.037 Ha (12,13 %).

1.2. Maksud dan Tujuan

Maksud dari laporan ini ditulis sebagai salah satu kewajiban bagi

pemegang Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi sesuai Surat Izin Usaha

Pertambangan Eksplorasi andesit kami diterbitkan oleh Kepala Kantor

Pelayanan Perijinan Terpadu Kabupaten Ponorogo dalam bentuk Surat

Keputusan Kepala Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu Kabupaten

Ponorogo Nomor 503/006/IUP-E/405.27/2014 tanggal 8 September 2014

berlaku selama 18 (delapan belas) bulan seluas 5 (lima) Ha. Izin Usaha

Pertambangan Eksplorasi berakhir tanggal 7 Maret 2016.

Tujuan dari laporan ini adalah untuk mengetahui secara detail

kemungkinan adanya potensi komoditas andesit yang ekonomis baik

An. Wandi 3
LAPORAN AKHIR EKSPLORASI
Desa Tempuran Kec. Sawoo
Kabupaten Ponorogo

kuantitas dan kualitasnya, sehingga akan dapat memberikan manfaat

sebesar-besarnya pada semua pihak yang terlibat khususnya peningkatan

kesejahteraan masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Ponorogo.

1.3. Lokasi Daerah Penyelidikan

Lokasi daerah penyelidikan ini secara administrasi termasuk

wilayah Desa Tempuran Kecamatan Sawoo Kabupaten Ponorogo

Provinsi Jawa Timur. Untuk menuju ke daerah penyelidikan ini dapat

ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda empat atau roda dua

dengan waktu tempuh sekitar 60 menit dari Kota Ponorogo menuju ke

timur. Lokasi daerah penyelididkan kurang lebih 10 km dari pusat ibu kota

kecamatan Sawoo Kabupaten Ponorogo ke arah timur, sedangkan dari

jalan raya Ponorogo – Trenggalek sekitar 7,3 km. Peta kesampaian ke

lokasi wilayah izin usaha pertambangan dapat dilihat pada gambar 1.1.

Daerah penelitian secara regional dibagi menjadi lima formasi,

urutan dari tua ke muda yaitu: Formasi Dayakan, Formasi Nglanggran, Tuf

Jobolarangan, Lahar Lawu, dan Aluvium. Dari penyelidikan ini stratigrafi

daerah disusun oleh breksi andesit. Menurut Sampurno dan Samodra,

1997, Satuan breksi andesit kisaran umur Miosen Awal yang tersingkap

pada daerah penelitian. Satuan ini merupakan hasil dari piroklastik jatuhan

dan terendapkan dengan satuan batupasir sehingga hubungan

An. Wandi 4
LAPORAN AKHIR EKSPLORASI
Desa Tempuran Kec. Sawoo
Kabupaten Ponorogo

stratigrafinya adalah menjari. Lingkungan pengendapannya adalah

lingkungan darat-laut dangkal.

Luas izin usaha pertambangan eksplorasi yang diberikan sebesar

5 Ha. Peta lokasi izin usaha pertambangan eksplorasi skala 1 : 10.000

dapat dilihat pada gambar 4.2. Titik koordinat izin usaha pertambangan

eksplorasi yang diberikan yaitu :

Tabel 1.1. Titik Koordinat Wilayah Izin Usaha Pertambangan


Eksplorasi

BUJUR TIMUR LINTANG SELATAN


TITIK
DERAJAT MENIT DETIK DERAJAT MENIT DETIK
1 111 38 10.8 7 59 8.1
2 111 38 12.5 7 59 8.1
3 111 38 12.5 7 59 39
4 111 38 10.8 7 59 39

Sedangkan usulan luas wilayah izin usaha pertambangan operasi

produksi sebesar 0,305 Ha. Peta lokasi usulan wilayah izin usaha

pertambangan operasi produksi skala 1 : 750 dapat dilihat pada gambar

4.2. Titik koordinat usulan wilayah izin usaha pertambangan operasi

produksi yaitu :

An. Wandi 5
LAPORAN AKHIR EKSPLORASI
Desa Tempuran Kec. Sawoo
Kabupaten Ponorogo

Tabel 1.2. Titik Koordinat Usulan Wilayah Izin Usaha


Pertambangan Operasi Produksi

BUJUR TIMUR LINTANG SELATAN


TITIK
DERAJAT MENIT DETIK DERAJAT MENIT DETIK
1 111 38 12,2 7 59 36,0
2 111 38 11,9 7 59 36,0
3 111 38 11,9 7 59 36,4
4 111 38 11,4 7 59 36,4
5 111 38 11,4 7 59 37,0
6 111 38 10,9 7 59 37,0
7 111 38 10,9 7 59 38,2
8 111 38 11,3 7 59 38,2
9 111 38 11,3 7 59 39,0
10 111 38 12,4 7 59 39,0
11 111 38 12,4 7 59 37,2
12 111 38 12,2 7 59 37,2

An. Wandi 7
LAPORAN AKHIR EKSPLORASI
Desa Tempuran Kec. Sawoo
Kabupaten Ponorogo

1.4. Keadaan Lingkungan

Wilayah izin usaha pertambangan eksplorasi Andesit termasuk

Desa Tempuran Kecamatan Sawoo berdasarkan kondisi eksisting tata

guna lahan merupakan kebun seluas 4,963 Ha (99,26 %) dan tanah

ladang (tegalan) seluas 0.037 Ha (0,74 %), lihat gambar 1.2 peta eksisting

tata guna lahan di lokasi izin usaha pertambangan eksplorasi andesit.

Direncanakan pada peningkatan izin usaha pertambangan operasi

produksi, usulan wilayah izin usaha pertambangan operasi produksi

seluas 0,305 Ha dengan kondisi eksisting tata guna lahan merupakan

kebun seluas 0,268 Ha (87,87 %) dan tanah ladang (tegalan) seluas 0.037

Ha (12,13 %).dan setelah kegiatan penambangan selesai wilayah tersebut

akan dijadikan wilayah perkebunan.

Kondisi fauna di Desa Tempuran Kecamatan Sawoo yang masuk

dalam wilayah izin usaha pertambangan eksplorasi, yaitu binatang yang

hidup di sekitar daerah kegiatan ini meliputi jenis binatang unggas dan

binatang ternak lainnya. Sedangkan kondisi flora pada daerah

penyelidikan ini cukup bervariasi dimana tanaman yang tumbuh antara

lain padi, pisang, pohon asem, pohon mangga, pepaya dan tanaman

keras yang lain seperti pohon randu.

Pada daerah ini beriklim tropis mempunyai dua musim yaitu musin

kemarau yang berlangsung dari bulan April sampai bulan Oktober,

An. Wandi 8
LAPORAN AKHIR EKSPLORASI
Desa Tempuran Kec. Sawoo
Kabupaten Ponorogo

sedangkan musim penghujan berlangsung pada bulan Nopember sampai

bulan Maret. Penduduk yang bertempat tinggal di daerah penyelidikan ini

sebagian besar bermata pencaharian di bidang pertanian dan peternakan,

pengusaha dan sebagian kecil PNS dan sebagain besar suku jawa.

Pendidikan masyarakat sebagian besar tamat SD hanya sebagian kecil

mencapai tingkat Sarjana.

1.5. Waktu

Kegiatan eksplorasi ini sesuai dengan izin usaha pertambangan

eksplorasi yang di berikan yaitu selama 18 (delapan belas) bulan yang

dilaksanakan sejak tanggal 8 September 2014 sampai 7 Maret 2016.

Sebelum kegiatan eksplorasi dilakukan terlebih dahulu diadakan

sosialisasi kepada masyarakat sekitar lokasi izin dengan harapan agar

masyarakat dan pihak terkait mengetahui dan memahami akan arti

kegiatan eksplorasi bahan tambang. Jadwal pelaksanaan kegiatan izin

usaha pertambangan eksplorasi sebagai berikut :

An. Wandi 9
LAPORAN AKHIR EKSPLORASI
Desa Tempuran Kec. Sawoo
Kabupaten Ponorogo

Tabel 1.2. Jadwal dan Rincian Biaya Kegiatan IUP Eksplorasi

Sep 2014 2015 2016 RINCIAN


KEGIATAN –
Sep 2015 Okt. Nop. Des. Jan. Feb. Mar. BIAYA (Rp)
Sosialisasi 4.000.000,-
Studi Literatur 2.000.000,-
Penyelidikan Umum dan
20.000.000,-
Pemetaan
Pengambilan sampel 2.000.000,-
Uji Sampel 1.000.000,-
dan Analisa
Pembuatan laporan 2.000.000,-
Proses Peningkatan IUP OP 9.000.000,-
TOTAL BIAYA 40.000.000,-

1.6. Metoda dan Peralatan

Dalam kegiatan eksplorasi Andesit ini dilaksanakan dengan

menggunakan metoda :

- Pemetaan geologi (methode of geological mapping) adalah

melakukan penyelidikan dalam aspek geologi yaitu

pemetaan potensi Andesit dengan menelusuri beberapa

tempat yang muncul di permukaan dan pengambilan sampel.

- Data - data yang diperoleh dari pengambilan sampel

dilakukan pemetaan pada wilayah izin usaha pertambangan

eksplorasi yang diberikan. Peta-peta lihat pada lampiran.

An. Wandi 11
LAPORAN AKHIR EKSPLORASI
Desa Tempuran Kec. Sawoo
Kabupaten Ponorogo

- Dengan mengkombinasikan data kontur (ketinggian) pada

lokasi wilayah izin usaha pertambangan eksplorasi dengan

luasan dan ketebalan yang masih ekonomis ditambang,

maka akan diperoleh cadangan terbukti yang layak

ditambang baik secara teknis maupun non teknis.

- Untuk mengetahui kualitas Andesit yang ada, maka dilakukan

analisa kimia dan fisik. Sehingga diperoleh data kualitas

Andesit dari sampel.

- Untuk mengetahui rona awal kondisi air tanah di sekitar lokasi

wilayah izin usaha pertambangan diambil 1 (satu) sampel air

tanah

Dalam kegiatan eksplorasi ini digunakan peralatan-peralatan dalam

mendukung metode eksplorasi yang meliputi :

Tabael 1.3. Peralatan Yang Digunakan Kegiatan Eksplorasi

No JENIS ALAT JUMLAH KETERANGAN


1 Kompas Geologi 1 (satu) buah Sewa
2 Palu Geologi 1 (satu) buah Sewa
3 Kamera 1 (satu) set Milik Sendiri
4 Peralatan Tulis 1 (satu) set Milik Sendiri
5 Kantong Plastik Secukupnya Milik Sendiri
6 GPS 1 (satu) set Sewa
7 Komputer 1 (satu) set Sewa

An. Wandi 12
LAPORAN AKHIR EKSPLORASI
Desa Tempuran Kec. Sawoo
Kabupaten Ponorogo

1.6. Pelaksanaan Kegiatan

Dalam kegiatan eksplorasi ini menggunakan tenaga ahli geologi

1 orang dan tenaga pembantu lapangan 2 (dua) orang yang diambil dari

penduduk lokal. Pelaksanaan kegiatan efektif dilaksanakan selama 4

(empat) bulan, sisanya untuk sosialisasi dan proses peningkatan Izin

Usaha Pertambangan Operasi Produksi. Jadwal pelaksanaan kegiatan

dapat dilihat pada tabel 1.2.

An. Wandi 13
LAPORAN AKHIR EKSPLORASI
Desa Tempuran Kec. Sawoo
Kabupaten Ponorogo

BAB II
GEOLOGI

2.1. Geologi Umum

Pada Jawa Timur terdapat dua cekungan yang mempunyai

tatanan stratigrafi yang berbeda yaitu Cekungan Kendeng dan Cekungan

Rembang (Pringgoprawiro, 1980). Cekungan Kendeng terletak di sebelah

selatan dan digolongkan ke dalam jenis cekungan “back arc fold thrust

belt”, sedangkan Cekungan Rembang merupakan cekungan paparan.

Cekungan Kendeng pada umumnya mengandung kadar batuan vulkanik

yang tinggi dengan sedikit sisipan-sisipan batu karbonat dan bersifat “

flysch”. Sedimen-sedimen pada Cekungan Rembang memperlihatkan

kadar pasirnya yang tinggi disamping adanya peningkatan batuan

karbonat serta menghilangnya endapan vulkanik.

Secara geologis daerah Kabupaten Ponorogo masuk dalam

pertemuan tiga lempeng tektonik (Indo Australia, Eurasia, dan lempeng

Pasific). Namun proses terbentuknya wilayah Ponorogo terjadi karena

proses tektonik yang disebabkan oleh ke tiga lempeng yaitu Indo

Australia, Eurasia, dan lempeng Pasific. Karena daerah Jawa dilalui oleh

cincin api serta dilalui oleh lempeng Eurasia sehingga pembentukannya

An. Wandi 14
LAPORAN AKHIR EKSPLORASI
Desa Tempuran Kec. Sawoo
Kabupaten Ponorogo

dipengaruhi oleh pergerakan dari lempeng tersebut. Gerakan ini akan

menimbulkan pergeseran lempeng, yang akan membentuk lipatan atau

patahan. Dapat kita temui deretan perbukitan. Perbukitan ini terjadi

karena proses tektonik, yaitu bentukan lahan yang terjadi sebagai akibat

deformasi kulit bumi oleh proses angkatan, patahan, dan atau lipatan

(proses tektonik).

Stratigrafi secara umum membahas tentang semua jenis batuan

dalam hubungan mula jadi dan sejarah pembentukanya dalam ruang dan

waktu geologi. Urutan pembahasannya meliputi unsur-unsur stratigrafi,

yaitu pemerian litologi, penamaan satuan batuan, unsur perlapisan,

struktur sedimen, hubungan antara satuan batuan yang satu dengan yang

lain, penyebarannya secara vertikal dan lateral, dinamika pengendapan,

lingkungan pengendapan dan umur relatifnya.

Stratigrafi daerah penelitian secara regional termasuk dalam jalur

Pegunungan Selatan yang memanjang dengan arah Barat-Timur dan

hampir sejajar dengan arah memanjangnya pulau Jawa (Bemmelen,

1949) yang terlihat pada fisiografi Jawa bagian Timur (Gambar 2.1).

An. Wandi 15
LAPORAN AKHIR EKSPLORASI
Desa Tempuran Kec. Sawoo
Kabupaten Ponorogo

Gambar 2.1 Fisiografi Jawa Bagian Timur (Van Bemmelen, 1949)

Stratigrafi regional yang berhubungan dengan daerah penelitian,

penulis mengacu pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Sampurno dan

Samodra (1997). Berdasarkan urutan stratigrafi dari tua ke muda daerah

Wonogiri tersusun dari beberapa formasi, yaitu Formasi Watupatok,

Formasi Panggang, Formasi Dayakan, Formasi Semilir, Formasi

Nglanggran, Anggota Cendono Formasi Sampung, Formasi Sampung,

Formasi Wonosari. Endapan Kuarter (Gambar 2.2).

An. Wandi 16
LAPORAN AKHIR EKSPLORASI
Desa Tempuran Kec. Sawoo
Kabupaten Ponorogo

Gambar 2.2 Tabel Stratigrafi Regional Daerah Jatisrono, Peta Lembar


Ponorogo (Sampurno dan Samodra, 1997)

Geologi Umum dari wilayah Kabupaten Ponorogo Provinsi Jawa

Timur adalah sebagai berikut :

1. Geomorfologi

Kabupaten Ponorogo bagian utara mempunyai morfologi

berupa dataran rendah dengan topografi yang seragam

merupakan endapan aluvium, di bagian selatan secara tiba-tiba

berubah menjadi daerah perbukitan yang terdiri dari batuan

An. Wandi 17
LAPORAN AKHIR EKSPLORASI
Desa Tempuran Kec. Sawoo
Kabupaten Ponorogo

vulkanik muda dan batuan sedimen bersifat lempungan berumur

kuarter.

2. Stratigrafi

Stratigafi daerah penelitian secara regional dibagi

menjadi lima formasi, dengan urutan dari tua ke muda yaitu:

Formasi Dayakan, Formasi Nglanggran, Tuf Jobolarangan, Lahar

Lawu, dan Aluvium.

Formasi Dayakan

Perulangan batupasir dan batulempung setebal

beberapa puluh meter. Merupakan endapan turbidit yang berlapis

baik dan tersingkap setebal lebih dari 600 m. Sebagian batupasir

bersifat tufan dan berwarna merah hati. Batulempungnya

setempat-setempat mengandung fosil yang menunjukan umur

Oligosen-Miosen Bawah. Kumpulan Foraminifera bentos yang

dijumpai pada batulempung menunjukan lingkungan pengendapan

laut dalam. Satuan ini menjemari dengan Formasi Watupatok dan

bagian atasnya menjemari dengan Formasi Semilir dan Formasi

Ngglanggran, setempat diterobos oleh dasit.

Formasi Nglanggran

Runtunan batuan gunungapi bersusunan andesit yang

disusun oleh breksi gunungapi dan batupasir gunungapi.

Fragmen andesit di dalam breksi berukuran 40-50 cm, menyudut

An. Wandi 18
LAPORAN AKHIR EKSPLORASI
Desa Tempuran Kec. Sawoo
Kabupaten Ponorogo

tanggung hingga menyudut, pemilahan sangat buruk. Tebal

lapisan sekitar 2 m. Secara setempat breksi berubah secara

berangsur mejadi batupasir. Batupasir berwarna coklat, berukuran

sedang hingga sangat kasar dan mempunyai tebal 50-100 cm.

Setempat terdapat perselingan breksi dan batupasir. Bagian

bawah runtunan bersisipan dengan breksi batuapung atau

batupasir kerikilan. Mempunyai hubungan menjemari dengan

bagian atas Formasi Semilir. Runtunan batuan gunungapi ini

diduga berumur Miosen awal, yang tebentuk di lingkungan

darat hingga ke peralihan laut dangkal.

Tuf Jobolarangan

Tersusun oleh tuf lapili dan breksi batuapung, masing-

masing mempunyai tebal rata-rata 5 m. Satuan ini tersebar di

lereng selatan dan tenggara Gunung Jobolarangan di daerah

Sarangan dan Watugarit. Sentuhannya dengan satuan yang lebih

muda yaitu endapan Lawu muda dibatasi oleh sesar

Cemorosewu. Batuan gunungapi ini dihasilkan oleh Gunung

Jobolarangan atau Lawu Tua yang diduga berumur Pliosen

Tengah - Pliosen Akhir.

Lahar Lawu

Tersusun dari fragmen andesit, basalt dan sedikit batuapung

beragam ukuran yang bercampur dengan batupasir gunungapi.

An. Wandi 19
LAPORAN AKHIR EKSPLORASI
Desa Tempuran Kec. Sawoo
Kabupaten Ponorogo

Sebarannya terutama mengisi wilayah dataran di kaki-kaki

gunungapi atau membentuk beberapa perbukitan rendah. Di

Karangtengah endapan ini mengandung fosil dalam bentuk

kepingan gigi dan vertebrata jenis Bovidae dan diperkirakan

berumur Holosen.

Aluvium

Endapan ini terdiri dari material lepas mulai dari kerakal, kerikil,

pasir, lanau, lempung merupakan endapan sungai.

3. Struktur Geologi

Pada wilayah Kabupaten Ponorogo struktur geologi yang

berkembang berupa sesar, lipatan terdiri dari antiklin dan sinklin.

Pada umumnya pola lipatan searah dengan arah jalur

pegunungan.

Daerah Kabupaten Ponorogo dilewati oleh lempeng

Eurasia, lempeng ini terus bergerak dari waktu ke waktu. Gerakan

ini akan menimbulkan pergeseran lempeng, yang akan

membentuk lipatan atau patahan. Dapat kita temui deretan

perbukitan. Perbukitan ini terjadi karena proses tektonik, yaitu

bentukan lahan yang terjadi sebagai akibat deformasi kulit bumi

oleh proses angkatan, patahan, dan atau lipatan (proses tektonik).

Dengan adanya proses ini maka terbentuklah perbukitan yang

memanjang sepanjang daerah Tempuran.

An. Wandi 20
LAPORAN AKHIR EKSPLORASI
Desa Tempuran Kec. Sawoo
Kabupaten Ponorogo

Struktur geologi regional merupakan hasil interaksi

antara kondisi geomorfologi, proses pelapukan dan litologi

penyusun.

2.2. Geologi Lokal dan Sumber Daya Mineral

Berdasarkan hasil pemetaan di daerah penyelidikan ini potensi

batuan Andesit berasal dari kegiatan volkanik. Berdasarkan hasil

pemetaan maka lokasi daerah penyelidikan tidak seluruhnya tersingkap

Andesit pada permukaan. Terdapat tanah yang ketebalannya bervariasi

dipermukaan. Hal ini disebabkan bagian permukaan telah mengalami

pelapukan yang dipengaruhi oleh tekanan dan temparatur udara

sekitarnya. Pada beberapa tempat ditemukan endapan andesit yang

permukaannya tidak ada tanah. Sedangkan disekitar daerah penyelidikan

juga mempunyai potensi endapan Andesit yang cukup luas. Gambar 2.3.

di bawah ini menunjukkan lokasi Andesit yang ditemukan Di Desa

Tempuran Kecamatan Sawoo Kabupaten Ponorogo Provinsi Jawa Timur

pada wilayah izin usaha pertambangan atas nama Wandi.

An. Wandi 21
LAPORAN AKHIR EKSPLORASI
Desa Tempuran Kec. Sawoo
Kabupaten Ponorogo

Gambar 2.1. Peta Geologi Lembar Ponorogo Jawa Timur tahun 1997
disusun oleh Sampurno dan H. Samodra (diterbitkan oleh
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung)

An. Wandi 22
LAPORAN AKHIR EKSPLORASI
Desa Tempuran Kec. Sawoo
Kabupaten Ponorogo

Gambar 2.3. Andesit yang dijumpai Di Desa Tempuran Kecamatan


Sawoo Kabupaten Ponorogo di WIUP atas nama Wandi

An. Wandi 23
LAPORAN AKHIR EKSPLORASI
Desa Tempuran Kec. Sawoo
Kabupaten Ponorogo

2.3. Penyelidikan dan Hasil Penyelidikan Terdahulu

Pada Jawa Timur terdapat dua cekungan yang mempunyai

tatanan stratigrafi yang berbeda yaitu Cekungan Kendeng dan Cekungan

Rembang (Pringgoprawiro, 1980). Cekungan Kendeng terletak di sebelah

selatan dan digolongkan ke dalam jenis cekungan “back arc fold thrust

belt”, sedangkan Cekungan Rembang merupakan cekungan paparan.

Cekungan Kendeng pada umumnya mengandung kadar batuan vulkanik

yang tinggi dengan sedikit sisipan-sisipan batu karbonat. Sedimen-

sedimen pada Cekungan Rembang memperlihatkan kadar pasirnya yang

tinggi disamping adanya peningkatan batuan karbonat serta

menghilangnya endapan vulkanik. Stratigrafi Cekungan Rembang dan

Cekungan Kendeng dapat dilihat pada gambar 2.4. di bawah ini.

Tersedianya potensi sumberdaya alam di pesisir dan laut Jawa

Timur ini, mendorong kegiatan eksploitasi yang tidak mengindahkan

kelestarian lingkungan. Kegiatan eksploitasi yang berlebihan

menyebabkan kondisi lingkungan di sebagian pesisir Jawa Timur

mengalami banyak tekanan seperti pencemaran terhadap sungai dan laut,

degradasi bakau, karang, padang dan akumulasi endapan lumpur akibat

erosi didaratan yang tidak terkendali.

An. Wandi 24
LAPORAN AKHIR EKSPLORASI
Desa Tempuran Kec. Sawoo
Kabupaten Ponorogo

Gambar 2.4. Stratigrafi Cekungan Rembang dan Cekungan Kendeng

Zona overthrust sebagai batas antara Zona Rembang dan Zona

Kendeng dapat dilihat dari hasil data seismik dari Direktorat Jenderal

Minyak dan Gas Bumi yang disusun oleh Prasetyadi pada tahun 2007,

lihat gambar 2.5.

An. Wandi 25
LAPORAN AKHIR EKSPLORASI
Desa Tempuran Kec. Sawoo
Kabupaten Ponorogo

Gambar 2.5 Penampang seismik utara-selatan yang menunjukkan


zona overthrust sebagai batas antara Zona Rembang dan
Zona Kendeng (Sumber : Prasetyadi, 2007, seismik dari
Ditjen Migas).

Geologi Jawa timur dibagi atas beberapa zona, menurut Van

Bemmelen di Jawa Timur dibagi atas 4 bagian antara lain (lihat gambar

2.6 ) :

1. Zona Pegunungan Selatan Jawa (Souththern Mountains) : batuan

pembentuknya terdiri atas siliklastik, volkaniklastik, volkanik , dan

batuan karbonat.

2. Zona Gunung Api Kuarter (Quartenary Volcanoes) : merupakan

gunung aktiv

3. Zona Kendeng (Kendeng Zone) : batuan pembentuknya terdiri atas

Sekuen dari volkanogenik dan sedimen pelagik.

An. Wandi 26
LAPORAN AKHIR EKSPLORASI
Desa Tempuran Kec. Sawoo
Kabupaten Ponorogo

4. Zona Rembang (Rembang Zone) : batuan pembentuknya terdiri

atas endapan laut dangkal , sedimen klastik , dan batuan karbonat.

Pada zona ini juga terdapat patahan yang dinamakan Rembang

High dan banyak lipatan yang berarah timur-barat.

Statigrafi daerah Jawa Timur dapat dibagi 3 zona yaitu

Pegunungan Selatan Jawa , Zona Kendeng , dan Zona Rembang. Pada

tiap – tiap zona ini stratigrafi dapat dipisahkan menjadi tiga unconformity

sistem.

Gambar 2.6. Fisiografi daerah Jawa Timur (Van Bemmelen 1949)

Empat wilayah batuan dasar Jawa bagian Timur dikenali oleh

Smyth et al. (2005), yaitu : Rembang High, Southern Mountain, Kendeng

Zone, dan Western Block, lihat gambar 2.7.

An. Wandi 27
LAPORAN AKHIR EKSPLORASI
Desa Tempuran Kec. Sawoo
Kabupaten Ponorogo

a. Rembang High: Terletak di bagian utara Jawa Timur dan

merupakan daerah yang terangkat selama Kenozoikum dan

memiliki endapan sedimen yang tipis dibandingkan dengan daerah

cekungan di selatannya. Litologi batuandasarnya dari pemboran

dilaporkan terdiri batuan metamorf, batuan bek, mirip dengan yang

terdapat di Jalur Pegunungan Meratus dan diinterpretasikan

sebagai kompleks akrasi Kapur.

b. Southern Mountain: Bukti dari penanggalan zircon menunjukkan

terdapatnya kerak kontinen di bawah busur volkanik (OAF)

Pegunungan Selatan dengan anomali gayaberat Bouguer positif

yang tinggi, dan terdapatnya zircon Pra-Kambrium.

c. Kendeng Zone: Sifat batuandasar zona ini tidak dapat dipastikan

karena tebalnya sekuen sedimen yang menutupinya. Zona

Kendeng dikenal karena anomali Bouger negatifnya yang menonjol

dan menunjukkan batuandasarnya sangat dalam, mengandung

sedimen dengan tebal 8 km sampai 11 km (de Genevraye &

Samuel, 1972, Untung & Sato, 1978). Batuan dasarnya

diperkirakan memiliki sifat transisional antara tipe komplek akresi

(Rembang High) dan kontinental (Southern Mountain).

d. Western Block: Daerah ini dibatasi oleh Sesar Progo-Muria yang

berarah TL-BD yang menandai berakhirnya secara mendadak

anomali gayaberat negatif Kendeng Depocenter dan Rembang

An. Wandi 28
LAPORAN AKHIR EKSPLORASI
Desa Tempuran Kec. Sawoo
Kabupaten Ponorogo

High. Batuandasar di sebelah barat sturktur ini, di Jawa Tengah,

merupakan komplek akresi Melange Luk-Ulo Karangsambung.

Gambar 2.7. (A) Anomali gayaberat, dan (B) Karakter batuan dasar Jawa
bagian timur (Smyth et al., 2005).

An. Wandi 29
LAPORAN AKHIR EKSPLORASI
Desa Tempuran Kec. Sawoo
Kabupaten Ponorogo

BAB III
KEGIATAN PENYELIDIKAN

Dalam kegiatan di wilayah izin usaha pertambangan eksplorasi ini

dilakukan kegiatan meliputi : persiapan, pemetaan geologi, pengukuran

topografi, penyelidikan hidrogeologi, analisis laboratorium (fisik dan kimia),

pengolahan data dan pengelolaan sampel.

Penyelidikan yang dilakukan meliputi pengumpulan data

sekunder, data primer dan analisis laboratorium. Data sekunder yang

didapatkan dari daerah prospek sebaran sumber daya mineral.

Sedangkan data primer didapatkan dari penyelidikan dilapangan.

3.1. Persiapan

Peta dasar yang digunakan dalam kegiatan penyelidikan adalah

peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) dari Badan Informasi Geospasial (BIG)

yang dahulu bernama Bakosurtanal skala 1 : 25.000 dengan

menggunakan koordinat geografis (Geographic Coordinate System /GCS)

WGS 84. Sedangkan Peta Geologi yang digunakan adalah hasil kompilasi

An. Wandi 30
LAPORAN AKHIR EKSPLORASI
Desa Tempuran Kec. Sawoo
Kabupaten Ponorogo

dari peta geologi lembar Ponorogo Jawa Timur tahun 1997 disusun oleh

Sampurno dan H. Samodra skala 1 : 100.000 yang diterbitkan oleh Pusat

Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung. Dan juga digunakan

foto penginderaan jauh yang diambil dari Citra Satelit IKONOS (archive di

dalam Google Earth.

3.2. Pemetaan Geologi

Kegiatan pemetaan geologi di lapangan pada wilayah izin usaha

pertambangan ini akan diperoleh data-data seperti : pengukuran lintasan,

singkapan Andesit, dan pengambilan conto sampel, pemetaan geologi

skala 1 : 750.

Hasil pengukuran lintasan disimpan dalam alat Global Positioning

System (GPS) Type Garmin Oregon 650 (lihat gambar pada lampiran)

yang selanjutnya diolah dengan software Basecamp dan dituangkan

dalam software ArcGIS 10.1 dengan menggunakan koordinat geografis

(Geographic Coordinate System /GCS) WGS 84 dalam bentuk peta

lintasan di lokasi WIUP atas nama Wandi.

Hasil pengukuran lintasan di lapangan memberikan hasil adanya

lokasi yang andesitnya tersingkap dan ada juga lokasi yang andesitnya

tidak tersingkap yaitu tertutup oleh tanah dengan ketebalan tanah

bervariasi antara 10 cm sampai 1 meter. Lokasi yang andesitnya

tersingkap selanjutnya dilakukan deliniasi sehingga menghasilkan peta

An. Wandi 31
LAPORAN AKHIR EKSPLORASI
Desa Tempuran Kec. Sawoo
Kabupaten Ponorogo

singkapan yang dituangkan dalam software ArcGIS 10.1 dengan

menggunakan koordinat geografis (Geographic Coordinate System /GCS)

WGS 84 pada wilayah izin usaha pertambangan eksplorasi yang

diberikan.

Pengambilan conto sampel di lakukan pada lokasi wilayah izin

usaha pertambangan atas nama Wandi dengan memberikan kode

sampel dan disimpan pada plastik. Koordinat pengambilan sampel

disimpan pada alat GPS Type Garmin Oregon 650 yang selanjutnya

diolah dengan software Basecamp dan dituangkan dalam software ArcGIS

10.1 dengan menggunakan koordinat geografis (Geographic Coordinate

System /GCS) WGS 84 dalam bentuk Peta Lokasi Pengambilan conto

sampel Andesit.

Data-data tersebut dilakukan kompilasi dengan peta geologi

lembar Ponorogo Jawa Timur tahun 1997 disusun oleh Sampurno dan H.

Samodra skala 1 : 100.000 yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan

Pengembangan Geologi Bandung, sehingga akan menghasilkan peta

geologi dengan skala 1 : 5.000 pada daerah penyelidikan / penelitian.

3.3. Penyelidikan Geokimia

Penyelidikan geokimia pada lokasi wilayah izin usaha

pertambangan ini pada saat ini tidak dilakukan dengan pertimbangan jenis

komoditas tambang yang akan di produksi adalah andesit yang termasuk

An. Wandi 32
LAPORAN AKHIR EKSPLORASI
Desa Tempuran Kec. Sawoo
Kabupaten Ponorogo

jenis batuan yang terbentuknya bukan berupa urat. Sehingga dengan

data yang ada seperti : data pemetaan geologi skala 1 : 5.000, peta

deliniasi singkapan skala 1 : 750, pengukuran topografi skala 1 : 750, peta

muka air tanah skala 1 : 750, dan hasil analisa laboratorium (fisik dan

kimia) pada lokasi wilayah izin usaha pertambangan untuk jenis andesit

sudah dapat untuk menghitung cadangan terbukti dan mengetahui

kualitas andesit yang ada.

3.4. Penyelidikan Geofisika

Penyelidikan geofisika pada lokasi wilayah izin usaha

pertambangan ini pada saat ini tidak dilakukan dengan pertimbangan jenis

komoditas tambang yang akan di produksi adalah andesit yang termasuk

jenis batuan yang terbentuknya bukan berupa urat. Sehingga dengan

data yang ada seperti : data pemetaan geologi skala 1 : 5.000, peta

deliniasi singkapan skala 1 : 750, pengukuran topografi skala 1 : 750, peta

muka air tanah skala 1 : 750, dan hasil analisa laboratorium (fisik dan

kimia) pada lokasi wilayah izin usaha pertambangan untuk jenis andesit

sudah dapat untuk menghitung cadangan terbukti dan mengetahui

kualitas andesit yang ada.

An. Wandi 33
LAPORAN AKHIR EKSPLORASI
Desa Tempuran Kec. Sawoo
Kabupaten Ponorogo

3.5. Sumur Uji

Penyelidikan geofisika pada lokasi wilayah izin usaha

pertambangan ini pada saat ini tidak dilakukan dengan pertimbangan jenis

komoditas tambang yang akan di produksi adalah andesit yang termasuk

jenis batuan yang terbentuknya bukan berupa urat. Dan pada beberapa

lokasi wilayah izin usaha pertambangan ini dijumpai singkapan andesit

yang cukup tebal, sedangkan kegiatan penambangan ini direncanakan

secara manual yang penambangannya tidak sampai puluhan meter.

3.6. Penyelidikan Hidrogeologi dan Lingkungan

Pada wilayah izin usaha pertambangan eksplorasi ini untuk

mengetahui muka air tanah di lakukan korelasi data sekunder dari Peta

Hidrogeologi, Bandung skala 1 : 100.000 tahun 2004. Hal ini diperlukan

agar kegiatan penambangan tidak melebihi dari batas muka air tanah. Jika

melebihi muka air tanah tentunya akan mengganggu bidang muka air

tanah dan cenderung mengakibatkan pencemaran air tanah di sekitar

lokasi wilayah izin usaha pertambangan yang berhubungan langsung.

Sehingga lingkungan pengelolaan air tanah akan terganggu.

Dari aspek lingkungan, bahwa wilayah izin usaha pertambangan

eksplorasi ini akan dilihat dari kajian lingkungan. Sejauh mana pengaruh

dampak lingkungan akibat adanya kegiatan penambangan Andesit

An. Wandi 34
LAPORAN AKHIR EKSPLORASI
Desa Tempuran Kec. Sawoo
Kabupaten Ponorogo

tersebut. Sehingga perlunya upaya pengelolaan lingkungan dan upaya

pemantauan yang baik dan benar secara kontinyu.

3.7. Pengukuran Topografi

Pengukuran topografi menggunakan peta topografi dari Badan

Informasi Geospasial (BIG) dengan koordinat geografis (Geographic

Coordinate System /GCS) WGS 84 yang berinterval 12,5 meter.

Selanjutnya peta tersebut diolah dengan software ArcGIS 10.1 dan

dituangkan dalam bentuk peta topografi skala 1 : 750 dengan interval 1

meter di lokasi WIUP atas nama Wandi.

3.8. Analisa Laboratorium

Analisa laboratorium dilakukan terhadap contoh sampel yang

diperoleh baik dari singkapan maupun hasil sumur uji. Sampel batuan

yang diperoleh dari singkapan dan hasil sumur uji dilakukan diskripsi

masing-masing, sedangkan untuk analisa laboratorium dilakukan analisa

kimia satu sampel dan analisa fisik satu sampel. Sampel yang akan

dilakukan analisa kimia dan fisik diambil dari masing-masing sampel yang

ada lalu dicampur.

Analisa laboratorium dilakukan dengan melihat kandungan unsur-

unsur kimia dan sifat fisiknya. Untuk analisa kimia yang dianalisa adalah :

kandungan Silika Dioksida (SiO2), Alumunium Oksida (Al2O3), Besi

An. Wandi 35
LAPORAN AKHIR EKSPLORASI
Desa Tempuran Kec. Sawoo
Kabupaten Ponorogo

Oksida (Fe2O3), Titan Oksida (TiO2), Kalsium Oksida (CaO), Magnesiuam

Oksida (MgO), sedangkan untuk analisa fisik meliputi : berat jenis andesit

dan kuat tekan andesit.

Analisa laboratorium kimia dilakukan di laboratorium UPT

Laboratorium Uji Kualitas Air dan Mineral Dinas Energi dan Sumber Daya

Mineral Provinsi Jawa Timur, sedangkan analisa laboratorium fisik

dilakukan di laboratorium Jalan Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga

Provinsi Jawa Timur.

Metode analisis dan pelarutan contoh / sampel yang digunakan

dalam analisa kimia dan fisik dapat dilihat pada lampiran.

3.9. Pengolahan Data

Data-data dari penyelidikan lapangan (antara lain : penyebaran

singkapan) dan analisa laboratorium di lakukan kompilasi untuk

memperoleh layak atau tidaknya kegiatan penambangan Andesit di

lanjutkan. Data-data yang diperoleh selanjutnya diolah, sehingga

diperoleh peta penyebaran Andesit baik secara horisontal maupun

vertikal. Dari hasil pengolahan tersebut dapat diperoleh jumlah cadangan

terbukti dan kualitas Andesit di wilayah izin usaha pertambangan ini.

Dalam pengolahan data lapangan dilakukan dengan bantuan :

a. Perangkat komputer dan software seperti : MS-Excel,

basecamp garmin, dan Arcgis 10.1.

An. Wandi 36
LAPORAN AKHIR EKSPLORASI
Desa Tempuran Kec. Sawoo
Kabupaten Ponorogo

b. Laboratorium : perangkat laboratorium kimia dan fisik.

Sehingga akan diperoleh hasil yang akurat dan cepat.

Software MS-Excel digunakan untuk menghitung data-data angka

sehingga diperoleh data yang diinginkan, seperti volume cadangan

terbukti. Software basecamp garmin digunakan untuk mengolah data

lapangan yang ada di GPS Garmin Type Oregon 650 menjadi data yang

siap diolah dengan software ArcGIS 10.1. Sedangkan software ArcGIS

10.1 digunakan untuk membuat dan menyusun peta-peta tematik yang

dibutuhkan sesuai dengan skala yang diinginkan.

3.9.1. Pengolahan Data Geologi

Data yang diperoleh dari hasil penyelidikan lapangan yang

meliputi penyebaran singkapan Andesit, dan pengambilan sampel akan

disusun dalam Peta – Peta Tematik dengan menggunakan bantuan

perangkat lunak komputer.

3.9.2. Pengolahan Data Geofisika

Pengolahan data geofisika tidak dilakukan dilakukan dengan

pertimbangan jenis komoditas tambang yang akan di produksi adalah

andesit yang termasuk jenis batuan yang terbentuknya bukan berupa

urat.

An. Wandi 37
LAPORAN AKHIR EKSPLORASI
Desa Tempuran Kec. Sawoo
Kabupaten Ponorogo

BAB IV
HASIL PENYELIDIKAN

Hasil penyelidikan andesit di wilayah izin usaha pertambangan

eksplorasi ini diperoleh hasil sebagai berikut : peta geologi dan peta

tematik lainnya, analisa laboratorium kimia dan fisika, endapan andesit,

dan cadangan terbukti dari andesit.

4.1. Geologi

Penyusunan stratigrafi daerah penelitian didasarkan atas konsep

litostratigrafi yang dikembangkan dalam Sandi Stratigrafi Indonesia (SSI)

(Martodjojo, 1973). Penamaan dan pengelompokan satuan batuan

mengikuti kaidah penamaan satuan litostratigrafi tidak resmi yang

bersendikan ciri litologi, meliputi kombinasi jenis batuan, sifat fisik batuan,

kandungan fosil, keseragaman gejala atau genesa, dan kenampakan khas

pada tubuh batuan di lapangan yang dapat dipetakan pada skala 1 :

5.000.

Satuan litostratigrafi daerah penelitian didasarkan pada

pengamatan fisik litologi di lapangan, urutan stratigrafi daerah penelitian

An. Wandi 38
LAPORAN AKHIR EKSPLORASI
Desa Tempuran Kec. Sawoo
Kabupaten Ponorogo

disusun secara sistematis berdasarkan data lapangan. Berdasarkan

pengamatan langsung di lapangan, daerah penelitian tersusun satuan

batuan dari yang tertua ke yang termuda yaitu:

Satuan batupasir Dayakan

Satuan batuan ini termasuk ke dalam Formasi Dayakan. Satuan ini

didominasi oleh batupasir dan juga batulempung hitam. Satuan ini

merupakan satuan batuan tertua yang tersingkap di daerah penelitian.

Dinamakan satuan batupasir karena batuan penyusun yang dominan

berupa batupasir yang mempunyai ciri, secara megaskopis berwarna

kuning putih hingga kecoklatan, berlapis, bentuk butir membulat tanggung

hingga membulat, sortasi baik dan kemas tertutup, matriks pasir kasar-

pasir halus, komposisi silika, dengan tebal perlapisan 8-30 cm.

Gambar 4.1. Singkapan batupasir pada satuan batupasir dengan


sisipan batulempung.

An. Wandi 39
LAPORAN AKHIR EKSPLORASI
Desa Tempuran Kec. Sawoo
Kabupaten Ponorogo

Satuan ini secara keseluruhan disusun oleh batupasir yang

berwarna putih hingga kecoklatan. Menurut Sampurno dan Samodra,

1997, Satuan batupasir kisaran umur Miosen awal yang tersingkap pada

daerah penelitian. Tidak ditemukan adanya fosil pada satuan batuan ini.

Satuan breksi andesit Nglanggran

Satuan ini termasuk ke dalam Formasi Nglanggran, yang tersingkap di

daerah penelitian dan didominasi breksi andesit. Penamaan satuan breksi

andesit dikarenakan batuan penyusun yang dominan berupa breksi

andesit, mempunyai ciri secara megaskopis berwarna coklat kehitaman,

bersifat massif ada juga yang autoklastik, berbutir bongkah-pasir halus,

menyudut-membulat, sortasi buruk, kemas terbuka, fragmen andesit,

matrik pasir, semen oksida besi/silika (Gambar 3.4).

Gambar 4.2 Singkapan breksi andesit pada satuan breksi andesit

Satuan ini secara keseluruhan disusun oleh breksi andesit.

Menurut Sampurno dan Samodra, 1997, Satuan breksi andesit kisaran

An. Wandi 40
LAPORAN AKHIR EKSPLORASI
Desa Tempuran Kec. Sawoo
Kabupaten Ponorogo

umur Miosen Awal yang tersingkap pada daerah penelitian. Satuan ini

merupakan hasil dari piroklastik jatuhan dan terenapakan dengan satuan

batupasir sehingga hubungan stratigrafinya adalah menjari. Lingkungan

pengendapannya adalah lingkungan darat-laut dangkal. Tidak ditemukan

adanya fosil pada satuan batuan ini.

Satuan metabreksi polimik Jobolarangan

Satuan ini termasuk ke dalam Formasi tuf Jobolarangan, yang

tersingkap di daerah penelitian. Satuan ini dinamakan satuan metabreksi

polimik karena tersusun oleh masa matriks yang lebih banyak dari pada

fragmen. Fragmen pada satuan ini terdiri dari dasit, andesit dan pumice.

Gambar 4.3 Satuan metabreksi polimik.

An. Wandi 41
LAPORAN AKHIR EKSPLORASI
Desa Tempuran Kec. Sawoo
Kabupaten Ponorogo

Menurut Sampurno dan Samodra, 1997, metabreksi polimik

Jobolarangan mempunyai kisaran umur Plistosen Tengah-Plistosen Akhir

yang tersingkap pada daerah penelitian. Satuan ini merupakan produk

gunungapi yang dihasilkan dari Gunung Jobolarangan (Lawu Tua). Tidak

ditemukan fosil pada satuan batuan ini. Lingkungan pengendapannya

adalah lingkungan darat.

Satuan breksi polimik Lawu

Satuan ini termasuk dalam Satuan lahar Lawu, yang tersingkap di daerah

penelitian. Satuan ini dinamakan satuan breksi polimik Lawu karena

satuan ini didominasi oleh breksi polimik, yang kadang berlapis dengan

batupasir.

Menurut Sampurno dan Samodra (1997), breksi polimik Lawu mempunyai

kisaran umur Plistosen akhir - Holosen yang tersingkap pada daerah

penelitian. Satuan breksi polimik Lawu merupakan produk gunungapi yang

dihasilkan dari Gunung Lawu. Tidak ditemukan adanya fosil pada satuan

ini. Lingkungan pengendapannya adalah lingkungan darat.

An. Wandi 42
LAPORAN AKHIR EKSPLORASI
Desa Tempuran Kec. Sawoo
Kabupaten Ponorogo

Gambar 4.4 Satuan breksi polimik.

Endapan campuran

Endapan campuran yang tersingkap di daerah penelitian. Satuan ini

tersusun atas material lepas, dari hasil hasil rombakan dari batuan yang

lebih tua dengan ukuran lempung-bongkah..

Gambar 4.5. Satuan endapan campuran.

An. Wandi 43
LAPORAN AKHIR EKSPLORASI
Desa Tempuran Kec. Sawoo
Kabupaten Ponorogo

Menurut Sampurno dan Samodra, 1997, endapan campuran mempunyai

kisaran umur Holosen yang tersingkap pada daerah penelitian. Satuan

endapan campuran merupakan endapan yang dihasilkan dari endapan

sungai/fluvial, dan vulkanik. Lingkungan pengendapannya adalah

lingkungan darat.

Dari kegiatan pemetaan geologi di lapangan dihasilkan beberapa

peta tematik pendukung, sebagai berikut :

4.1.1. Peta Lokasi IUP Eksplorasi Skala 1 : 10.000 dan Peta Usulan
IUP Operasi Produksi Skala 1 : 750

Lokasi kegiatan izin usaha pertambangan eksplorasi sesuai Surat

Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi andesit diterbitkan oleh Kepala

Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu Kabupaten Ponorogo dalam bentuk

Surat Keputusan Kepala Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu Kabupaten

Ponorogo Nomor 503/006/IUP-E/405.27/2014 tanggal 8 September 2014

berlaku selama 18 (delapan belas) bulan seluas 5 (lima) Ha. Izin Usaha

Pertambangan Eksplorasi berakhir tanggal 7 Maret 2016, terletak pada

koordinat sebagai berikut :

BUJUR TIMUR LINTANG SELATAN


TITIK
DERAJAT MENIT DETIK DERAJAT MENIT DETIK
1 111 38 10.8 7 59 8.1
2 111 38 12.5 7 59 8.1
3 111 38 12.5 7 59 39
4 111 38 10.8 7 59 39

An. Wandi 44
LAPORAN AKHIR EKSPLORASI
Desa Tempuran Kec. Sawoo
Kabupaten Ponorogo

Lokasi daerah penyelidikan ini secara administrasi termasuk

wilayah Desa Tempuran Kecamatan Sawoo Kabupaten Ponorogo

Provinsi Jawa Timur. Lokasi daerah penyelididkan kurang lebih 10 km

dari pusat ibu kota kecamatan Sawoo Kabupaten Ponorogo ke arah timur,

sedangkan dari jalan raya Ponorogo – Trenggalek sekitar 7,3 km. Peta

Lokasi IUP Eksplorasi dengan skala 1 : 10.000 dapat dilihat di gambar 4.6.

Sedangkan usulan luas wilayah izin usaha pertambangan operasi

produksi sebesar 0,305 Ha. Peta lokasi usulan wilayah izin usaha

pertambangan operasi produksi skala 1 : 750 dapat dilihat pada gambar

4.7. Titik koordinat usulan wilayah izin usaha pertambangan operasi

produksi yaitu :

Tabel 1.1. Titik Koordinat Usulan Wilayah Izin Usaha


Pertambangan Operasi Produksi

BUJUR TIMUR LINTANG SELATAN


TITIK
DERAJAT MENIT DETIK DERAJAT MENIT DETIK
1 111 38 12,2 7 59 36,0
2 111 38 11,9 7 59 36,0
3 111 38 11,9 7 59 36,4
4 111 38 11,4 7 59 36,4
5 111 38 11,4 7 59 37,0
6 111 38 10,9 7 59 37,0
7 111 38 10,9 7 59 38,2
8 111 38 11,3 7 59 38,2
9 111 38 11,3 7 59 39,0
10 111 38 12,4 7 59 39,0
11 111 38 12,4 7 59 37,2
12 111 38 12,2 7 59 37,2

An. Wandi 45
LAPORAN AKHIR EKSPLORASI
Desa Tempuran Kec. Sawoo
Kabupaten Ponorogo

4.1.2. Peta Pengambilan Sampel Skala 1 : 750

Dalam pelaksanaan pengambilan sampel secara sistematis di

wilayah izin usaha pertambangan dilakukan pada singkapan.

Pengambilan sampel dilakukan pada daerah yang terdapat singkapan

Andesit. Pengambilan sampel Andesit di wilayah izin usaha pertambangan

eksplorasi diambil sebanyak 8 (delapan) sampel.

Pengambilan sampel pada titik-titik tersebut diharapkan dapat

mewakili ketelitian dalam perhitungan cadangan terbukti Andesit di lokasi

izin yang diberikan. Peta pengambilan sampel di wilayah izin usaha

pertambangan eksplorasi dengan skala 1 : 750 dapat dilihat di gambar

4.8.

4.1.3. Peta Jalur Lintasan Skala 1 : 750

Jalur lintasan yang dilakukan dalam kegiatan penyelidikan di

wilayah izin usaha pertambangan atas nama Wandi di petakan dalam peta

jalur lintasan dengan skala 1 : 750.

Jalur lintasan di wilayah izin usaha pertambangan ini melewati

lokasi singkapan andesit dan juga ada yang melewati pada lokasi dimana

andesit tidak tersingkap, karena tertutup oleh tanah penutup dengan

ketebalan bervariasi 10 cm sampai ada yang 1,5 meter. Peta jalur lintasan

di wilayah izin usaha pertambangan eksplorasi dengan skala 1 : 750 dapat

dilihat di gambar 4.9.

An. Wandi 48
LAPORAN AKHIR EKSPLORASI
Desa Tempuran Kec. Sawoo
Kabupaten Ponorogo

4.1.4. Peta Singkapan Skala 1 : 750

Dalam pelaksanaan kegiatan penyelidikan di lapangan dilakukan

juga pemetaan singkapan Andesit di wilayah izain usaha pertambangan

untuk mengetahui sejauh mana penyebaran horisontal Andesit di lokasi

izin tersebut. Hasil penyelidikan dilapangan menunjukkan singkapan

Andesit yang ada di beberapa wilayah izin usaha pertambangan

eksplorasi. Pada beberapa titik singkapan Andesit tidak muncul, karena

tertutup oleh tanah yang merupakan hasil pelapukan lanjut dari andesit.

Tebal lapisan penutup (tanah) bervariasi dari 10 cm sampai 1,5 meter.

Peta singkapan di wilayah izin usaha pertambangan eksplorasi dengan

skala 1 : 750 dapat dilihat di gambar 4.10.

4.1.5. Peta Tata Guna Lahan Skala 1 : 750

Di wilayah izin usaha pertambangan eksplorasi ini peruntukan

eksisting tata guna lahan merupakan kebun seluas 4,963 Ha (99,26 %)

dan tanah ladang (tegalan) seluas 0.037 Ha (0,74 %). Sedangkan untuk

usulan wilayah izin usaha pertambangan operasi produksi seluas 0,305

Ha, berdasarkan kondisi eksisting tata guna lahan merupakan kebun

seluas 0,268 Ha (87,87 %) dan tanah ladang (tegalan) seluas 0.037 Ha

(12,13 %). Saat ini lokasi tersebut masih merupakan wilayah perbukitan

dengan ketinggian paling tinggi 629 meter di atas permukaan air laut dan

terendah 604,4 meter di atas permukaan air laut. Oleh karena itu setelah

kegiatan penambangan selesai wilayah tersebut akan difungsikan sebagai

An. Wandi 51
LAPORAN AKHIR EKSPLORASI
Desa Tempuran Kec. Sawoo
Kabupaten Ponorogo

wilayah perkebunan. Peta Ekisting Tata Guna Lahan di wilayah izin

usaha pertambangan eksplorasi dengan skala 1 : 750 dapat dilihat di

gambar 4.11, sedangkan peta rencana tata ruang skala 1 : 750 di wilayah

izin usaha pertambangan ini dapat dilihat pada gambar 4.12.

4.1.6. Peta Topografi Skala 1 : 750

Di wilayah izin usaha pertambangan eksplorasi ini merupakan

wilayah perbukitan dengan ketinggian paling tinggi 629 meter di atas

permukaan air laut dan terendah 604,4 meter di atas permukaan air laut.

Garis kontur secara umum berarah timur – barat. Peta topografi skala 1 :

750 dengan interval kontur 1 meter dapat dilihat pada gambar 4.13.

4.1.7. Peta Muka Air Tanah Skala 1 : 750

Berdasarkan data sekunder kompilasi peta hidrogeologi Bandung

skala 1 : 100.00 tahun 2004, maka muka air tanah di wilayah izin usaha

pertambangan ini terletak pada ketinggian 540 meter di atas permukaan

air laut sampai 590 meter di atas permukaan air laut. Sehingga kegiatan

penambangan sampai kedalaman 600 meter di atas permukaan air laut

tidak mengganggu muka air tanah tersebut. Peta Muka Air Tanah skala 1 :

750 dapat dilihat pada gambar 4.14.

Sistem akuifer yang terdapat pada daerah penelitian termasuk

sistem akuifer pegunungan vulkanik kuarter yang dikontrol oleh endapan

vulkanik berupa perselingan lava, breksi vulkanik dan tuf pasiran dengan

karakteristik sistem alirannya berupa aliran rembesan, aliran melalui

An. Wandi 52
LAPORAN AKHIR EKSPLORASI
Desa Tempuran Kec. Sawoo
Kabupaten Ponorogo

celah / sekat lava dan breksi vulkanik serta rekahan-rekahan batuan.

Tingkat produktifitasnya kecil setempat berarti, setempat akuifer produktif

hingga produktif sedang dengan penyebaran luas.

Kualitas air tanah di daerah penelitian secara umum memiliki kualitas

cukup hingga baik dengan kriteria fisik yaitu tidak berbau, tidak berwarna, tidak

berasa dan nilai Salinitas, Daya Hantar Listrik (DHL), serta Total Dissolve

Solute (TDS) menunjukkan nilai yang berada dalam kisaran normal

(sesuai dengan standar Departemen Kesehatan).

An. Wandi 53
LAPORAN AKHIR EKSPLORASI
Desa Tempuran Kec. Sawoo
Kabupaten Ponorogo

4.1.8. Peta Cadangan Terbukti Skala 1 : 750

Berdasarkan hasil analisa kelayakan penambangan (kompilasi

wilayah izin usaha pertambangan eksplorasi dan data dilapangan terkait

kondisi eksisting tata guna lahan dan rencana tata ruang), maka

direncanakan kegiatan penambangan di wilayah izin usaha pertambangan

eksplorasi seluas 5 (lima) Ha akan diciutkan menjadi wilayah izin usaha

pertambangan operasi produksi seluas 0,305 Ha (penciutan sebesar

4,695 Ha). Titik koordinat wilayah izin usaha pertambangan operasi

produksi yang diusulkan yaitu :

BUJUR TIMUR LINTANG SELATAN


TITIK
DERAJAT MENIT DETIK DERAJAT MENIT DETIK
1 111 38 12,2 7 59 36,0
2 111 38 11,9 7 59 36,0
3 111 38 11,9 7 59 36,4
4 111 38 11,4 7 59 36,4
5 111 38 11,4 7 59 37,0
6 111 38 10,9 7 59 37,0
7 111 38 10,9 7 59 38,2
8 111 38 11,3 7 59 38,2
9 111 38 11,3 7 59 39,0
10 111 38 12,4 7 59 39,0
11 111 38 12,4 7 59 37,2
12 111 38 12,2 7 59 37,2

Sehingga dari hasil penciutan tersebut peta cadangan terbukti menyebar

merata baik vertikal maupun horisontal, hanya pada beberapa titik

terdapat tanah penutup dengan ketebalan bervariasi antara 10 cm sampai

1,5 meter. Peta Cadangan Terbukti skala 1 : 750 di wilayah izin usaha

An. Wandi 59
LAPORAN AKHIR EKSPLORASI
Desa Tempuran Kec. Sawoo
Kabupaten Ponorogo

pertambangan operasi produksi yang akan diajukan dapat dilihat di

gambar 4.15.

4.2. Analisa laboratorium

Berdasarkan hasil analisa laboratorium kimia yang dilakukan di

laboratorium UPT Laboratorium Uji Kualitas Air dan Mineral Dinas Energi

dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Timur untuk sampel Andesit Di

Desa Tempuran Kecamatan Sawoo atas nama Wandi sebagai berikut :

HASIL
NO PARAMETER SATUAN METODE
ANALISA
1 Silika Dioksida-SiO2 % Gravimetri 51,17
2 Aluminium Oksida-Al2O3 % Gravimetri 14,11
3 Besi Oksida-Fe2O3 % Kolorimetri 15,68
4 Titan Oksida-TiO2 % Titrimetri 0,30
5 Kalsium Oksida-CaO % Titrimetri 6,04
6 Magnesium Oksida-MgO % Gravimetri 12,70

Sedangkan analisa laboratorium fisik dilakukan di laboratorium

Jalan Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Provinsi Jawa Timur dengan

hasil sebagai berikut :

NO JENIS PENGUJIAN SATUAN ACUAN METODE HASIL


UJI
1 Berat Jenis Andesit - SNI 03-1970-2008 3,56
2 Kuat Tekan MPi ASTM C-117 4,70

Hasil detail dari analisa laboratorium fisik sampel andesit dapat

dilihat pada lampiran.

An. Wandi 60
LAPORAN AKHIR EKSPLORASI
Desa Tempuran Kec. Sawoo
Kabupaten Ponorogo

4.5. Cadangan Terbukti

Cadangan terbukti dihitung dengan menggunakan pendekatan

teknis, yaitu memperhitungkan ketebalan yang dapat diambil

berdasarkan pada batas dan rencana bentuk akhir tambang. Dasar

perhitungan cadangan terbukti untuk menghitung volume Andesit yang

ada di wilayah izin usaha pertambangan ini digunakan dengan persamaan

V = Axh

Vefek = V x (100% - 10 %)

Dimana :

Vefek = Volume efektif yang akan ditambang, m3.

V = Volume yang mengandung Andesit, dalam satuan m3.

A = Luas yang mengandung Andesit, dalam satuan m2.

h = Ketebalan rata-rata yang mengandung Andesit, dalam

satuan m.

Perhitungan luasan dan volume cadangan tambang andesit

dengan menggunakan pendekatan metode penampang. Metode ini

menggunakan prinsip bahwa volume suatu benda dapat dihitung dengan

mengukur luasan dari beberapa penampang dikalikan dengan ketinggian

rata-rata penampang, dengan rumus perhitungan volume sebagai berikut :

V = VO-AA’ + VAA’-BB’ + VBB’-CC’

An. Wandi 62
LAPORAN AKHIR EKSPLORASI
Desa Tempuran Kec. Sawoo
Kabupaten Ponorogo

VO-AA’ = AO-AA’ x ((h1 + h2)/2)

Dimana :

V = Volume yang mengandung Andesit, dalam satuan m3.

VO-AA’ = Volume antara penampang O-AA’

AO-AA’ = Luas antara penampang O-AA’

hl = Ketinggian penampang atas

h2 = Ketinggian penampang bawah

Dalam perhitungan dengan metode penampang dihitung dengan asumsi

sebagai berikut :

1. Metode penambangan yang digunakan adalah metode tamping

terbuka (open pit minning).

2. Tambang dibuat dengan bentuk teras-teras yang terdiri dari

beberapa jenjang dengan interval ketinggian (elevasi) tertentu

(yaitu 6 meter) dan lebar lantai jenjang adalah 3 dan 6 meter.

3. Sebaran bahan tambang Andesit terdapat pada keseluruhan

lokasi WIUP.

4. Batasan horizontal penambangan adalah mengikuti Batas

WIUP.

5. Batasan vertikal penambangan bervariasi, batas terendah

sampai kedalaman 604,4 meter diatas permukaan air laut.

Berdasarkan asumsi dan pendekatan metode perhitungan tersebut

maka dapat dihitung volume cadangan terbukti bahan andesit pada

An. Wandi 63
LAPORAN AKHIR EKSPLORASI
Desa Tempuran Kec. Sawoo
Kabupaten Ponorogo

rencana lokasi tambang andesit di Desa Sembalong, Kecamatan

Sawoo sebagai berikut :

 Luas WIUP Operasi Produksi yang diusulkan = 5,0 Ha.

 Pada WIUP kondisi eksisting, Elevasi tertinggi adalah pada

level + 629 m.dpl dan terendah adalah pada level + 606 m.dpl.

 Pada WIUP kondisi desain rencana tambang, Elevasi

tertinggi adalah tetap pada level + 78 m.dpl dan terendah

adalah tetap pada level +604,4 m.dpl. (penggalian

direncanakan didalam batas sempadan tambang berjarak

± 3 meter dari Batas WIUP, sehingga tidak merubah elevasi

tepi galian tambang).

 Base level untuk lantai / Batas bawah tambang terendah

adalah + 604,4 m.dpl dan semakin ke selatan, timur dan

barat dibuat lumpsum (gently) naik secara berjenjang

(dengan dasar lantai masing-masing jenjang adalah pada

level +66 m.dpl), kemiringan lantai tambang maksimum 2°.

Sudut lereng antara 40 sd 60°.

Sedangkan metode perhitungan yang digunakan metoda

penampang, yaitu :

1. Menentukan blok / penampang yang akan dihitung luasnya.

Dalam perhitungn ini di bagi menjadi 3 blok utama, yaitu :

An. Wandi 64
LAPORAN AKHIR EKSPLORASI
Desa Tempuran Kec. Sawoo
Kabupaten Ponorogo

a. Blok I dibagi menjadi : Blok A, Blok B, Blok C, Blok

D, Blok E, Blok F, Blok G, Blok H, Blok I, Blok J,

Blok K, Blok L, dan Blok M).

b. Blok II dibagi menjadi : Blok N, Blok O, Blok P, Blok

Q, Blok R, Blok S, Blok T, dan Blok U)

c. Blok III dibagi menjadi : Blok V, Blok W, Blok X dan

Blok Y.

2. Menghitung ketinggian rata-rata dalam setiap blok /

penampang. Ketinggian rata-rata yaitu merupakan jumlah

ketinggian tertinggi dengan ketinggian terendah dan

selanjutnya hasil penjumlahan tersebut di bagi dua.

3. Menentukan batas ketinggian terendah yang akan

ditambang.

4. Menghitung ketebalan yang akan ditambang yaitu selisih

antara ketinggian rata-rata dalam blok / penampang dengan

batas ketinggian terendah yang akan ditambang.

5. Menghitung volume blok / penampang yaitu perkalian antara

luas blok / penampang dengan ketebalan yang akan

ditambang.

6. Menghitung volume total yaitu penjumlahan dari setiap

volume blok / penampang.

An. Wandi 65
LAPORAN AKHIR EKSPLORASI
Desa Tempuran Kec. Sawoo
Kabupaten Ponorogo

Batas penambangan ekonomis akan dilakukan bervariasi, dimana

kedalaman terendah 604,4 meter di atas pearmukaan air laut. Serta

dengan hasil pemetaan geologi, dan analisa yang dilaksanakan pada

wilayah izin usaha pertambangan ini akan diperoleh cadangan terbukti

sebagai berikut :

Perhitungan Cadangan Terbukti Andesit

BLOK KETINGGIAN KETINGGIAN LUAS VOLUME


TERENDAH TEBAL YANG
RATA-RATA YG DITAMBANG
UTAMA SUB m2 m3
(m) DITAMBANG (m)
(m)

A 605,2 600 5,2 14,572 76

B 607 600 7 43,189 302

C 609 600 9 41,566 374

D 607,65 600 7,65 4,172 32

E 609 608 1 49,283 49

F 611 610 1 120,130 120


I
G 613 610 3 125,230 376

H 611 610 1 68,247 68

I 613 612 1 67,036 67

J 615 612 3 154,984 465

K 617 615 2 112,771 226

L 619 615 4 87,691 351

M 620,65 615 5,65 55,669 315

An. Wandi 66
LAPORAN AKHIR EKSPLORASI
Desa Tempuran Kec. Sawoo
Kabupaten Ponorogo

N 613,1 613 0,1 86,989 9

O 615 613 2 93,306 187

P 617 615 2 158,434 317

Q 619 617 2 227,541 455


II
R 621 618 3 269,846 810

S 623 621 2 298,921 598

T 625 623 2 296,402 593

U 626,25 623 3,25 69,412 226

V 623,75 622 1,75 77,365 135

W 625 622 3 180,190 541


III
X 627 625 2 497,806 996

Y 628,5 625 3,5 126,971 444

Uraian :

1. Volume total pada blok I sebesar :

= Vol A + Vol B + Vol C + Vol D + Vol E + Vol F + Vol G + Vol

H + Vol I + Vol J + Vol K + Vol L + Vol M

= 76 + 302 + 374 + 32 + 49 + 120 + 376 + 68 + 67 + 465 +

226 + 351 + 315

= 2.820 m3

2. Volume total pada blok II sebesar :

= Vol N + Vol P + Vol Q + Vol R + Vol S + Vol T + Vol U

An. Wandi 67
LAPORAN AKHIR EKSPLORASI
Desa Tempuran Kec. Sawoo
Kabupaten Ponorogo

= 9 + 187 + 317 + 455 + 810 + 598 + 593 + 226

= 3.193 m3

3. Volume total pada blok III sebesar :

= Vol V + Vol W + Vol X + Vol Y

= 135 + 541 + 996 + 444

= 2.116 m3

4. Uraian perhitungan per blok A sampai blok Y dapat dilihat pada

lampiran.

5. Sehingga total volume cadangan terbukti sebesar

= volume Blok I + volume Blok II + volume III

= 2.820 m3 + 3.193 m3 + 2.116 m3

= 8.129 m3

6. Volume efektif yang ditambang :

= (100 % - 10 %) x total volume cadangan terbukti

= 90 % x 8.129 m3

= 7.316 m3

7. Penambangan andesit dilakukan dengan alat manual antara lain

seperti linggis, bethel, paji, bodem, cangkul, gancu dan cikrak.

Pengambilan andesit dapat melayani untuk pembelian ditempat

(umum) ataupun sistem kontrak / order yaitu pengiriman sampai

ke lokasi pembeli. Produksi andesit pada lokasi tambang tersebut

diperkirakan adalah maksimal sebanyak ± 1 rit/hari (kapasitas 1

An. Wandi 68
LAPORAN AKHIR EKSPLORASI
Desa Tempuran Kec. Sawoo
Kabupaten Ponorogo

meter kubik). Dengan asumsi bahwa per-rit truk pengangkut

andesit dapat memuat sebanyak ± 1 m3, waktu kerja 30 hari per

bulan atau 360 hari per tahun, serta jumlah volume efektif andesit

yang dapat ditambang adalah sebanyak 7.316 m3 maka dapat

dilakukan perhitungan sebagai berikut :

 Kapasitas produksi (KP) = 1 rit/hari, atau = 1 m3/hari setara

dengan 30 m3/bulan atau setara dengan 360 m3/tahun.

 Umur tambang, dengan tanpa memperhitungkan faktor

lainnya, dan dengan asumsi waktu kerja efektif adalah

360 hari per-tahun, maka umur tambangnya (dalam tahun)

adalah :

Umur tambang = 7.316 m3


360 m3/tahun

= 20,32 tahun dibulatkan

≈ 20 tahun 3 bulan

 Untuk persiapan penambangan dan kegiatan reklamasi

pasta tambang diperkirakan membutuhkan alokasi waktu

± 3 bulan. Berdasarkan perhitungan produksi batunya

maka kegiatan tambang direncanakan akan selesai

dalam waktu 20 tahun 6 bulan, dimana dalam jangka

waktu tersebut direncanakan tahapan kegiatan

penambangan sebagai berikut :

An. Wandi 69
LAPORAN AKHIR EKSPLORASI
Desa Tempuran Kec. Sawoo
Kabupaten Ponorogo

Tahun 1
Triwulan-1 Pembuatan patok / Batas WIUP, Persiapan lahan
Triwulan-2 Produksi Blok-A
Triwulan-3 Produksi Blok-B
Triwulan-4 Produksi Blok-B
Tahun 2
Triwulan-1 Produksi Blok-C
Triwulan-2 Produksi Blok-C
Triwulan-3 Produksi Blok-C
Triwulan-4 Produksi Blok-D
Tahun 3
Triwulan-1 Produksi Blok-E
Triwulan-2 Produksi Blok-F
Triwulan-3 Produksi Blok-G
Triwulan-4 Produksi Blok-H
Tahun 4
Triwulan-1 Produksi Blok-I
Triwulan-2 Produksi Blok-J
Triwulan-3 Produksi Blok-J
Triwulan-4 Produksi Blok-J
Tahun 5
Triwulan-1 Produksi Blok-K
Triwulan-2 Produksi Blok-L
Triwulan-3 Produksi Blok-L
Triwulan-4 Produksi Blok-M
Tahun 6
Triwulan-1 Produksi Blok-N
Triwulan-2 Produksi Blok-O
Triwulan-3 Produksi Blok-P
Triwulan-4 Produksi Blok-P
Tahun 7
Triwulan-1 Produksi Blok-Q
Triwulan-2 Produksi Blok-Q
Triwulan-3 Produksi Blok-Q
Triwulan-4 Produksi Blok-Q
Tahun 8
Triwulan-1 Produksi Blok-R
Triwulan-2 Produksi Blok-R
Triwulan-3 Produksi Blok-R
Triwulan-4 Produksi Blok-R
Tahun 9
Triwulan-1 Produksi Blok-S
Triwulan-2 Produksi Blok-S

An. Wandi 70
LAPORAN AKHIR EKSPLORASI
Desa Tempuran Kec. Sawoo
Kabupaten Ponorogo

Triwulan-3 Produksi Blok-S


Triwulan-4 Produksi Blok-S
Tahun 10
Triwulan-1 Produksi Blok-T
Triwulan-2 Produksi Blok-T
Triwulan-3 Produksi Blok-T
Triwulan-4 Produksi Blok-U
Tahun 11
Triwulan-1 Produksi Blok-V
Triwulan-2 Produksi Blok-V
Triwulan-3 Produksi Blok-W
Triwulan-4 Produksi Blok-W
Tahun 12
Triwulan-1 Produksi Blok-W
Triwulan-2 Produksi Blok-W
Triwulan-3 Produksi Blok-W
Triwulan-4 Produksi Blok-X
Tahun 13
Triwulan-1 Produksi Blok-X
Triwulan-2 Produksi Blok-X
Triwulan-3 Produksi Blok-X
Triwulan-4 Produksi Blok-X
Tahun 14
Triwulan-1 Produksi Blok-X
Triwulan-2 Produksi Blok-X
Triwulan-3 Produksi Blok-X
Triwulan-4 Produksi Blok-X
Tahun 15
Triwulan-1 Produksi Blok-Y
Triwulan-2 Produksi Blok-Y
Triwulan-3 Produksi Blok-Y
Triwulan-4 Produksi Blok-Y
Tahun 16
Reklamasi dan Pasca tambang WIUP

An. Wandi 71
LAPORAN AKHIR EKSPLORASI
Desa Tempuran Kec. Sawoo
Kabupaten Ponorogo

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Hasil kegiatan pada wilayah izin usaha pertambangan eksplorasi

di Desa Tempuran Kecamatan Sawoo Kabupaten Ponorogo seluas 5,0

(lima) Ha adalah sebagai berikut :

1. Hasil kualitas Andesit berdasarkan :

a. analisa kimia :

HASIL
NO PARAMETER SATUAN METODE
ANALISA
1 Silika Dioksida-SiO2 % Gravimetri 51,17
2 Aluminium Oksida-Al2O3 % Gravimetri 14,11
3 Besi Oksida-Fe2O3 % Kolorimetri 15,68
4 Titan Oksida-TiO2 % Titrimetri 0,30
5 Kalsium Oksida-CaO % Titrimetri 6,04
6 Magnesium Oksida-MgO % Gravimetri 12,70

b. analisa Fisik

NO JENIS PENGUJIAN SATUAN ACUAN METODE HASIL


UJI
1 Berat Jenis Andesit - SNI 03-1970-2008 3,56
2 Kuat Tekan MPi ASTM C-117 4,70

An. Wandi 72
LAPORAN AKHIR EKSPLORASI
Desa Tempuran Kec. Sawoo
Kabupaten Ponorogo

2. Cadangan terbukti andesit di lokasi penyelidikan sebesar 8.129 m3,

dengan perhitungan sebagai berikut :

Sedangkan volume efektif yang ditambang :

= (100 % - 10 %) x total volume cadangan terbukti

= 90 % x 8.129 m3

= 7.316 m3

3. Umur tambang = 7.316 m3


360 m3/tahun

= 20,32 tahun dibulatkan ≈ 20 tahun 3 bulan

4. Secara teknis dapat dilaksanakan kegiatan penambangan

Andesit dari luas WIUP Eksplorasi sebesar 5 Ha menjadi WIUP

Operasi produksi seluas0,305 Ha (akan diusulkan dalam wilayah

izin usaha pertambangan operasi produksi) dengan titik koordinat

sebagai berikut :

BUJUR TIMUR LINTANG SELATAN


TITIK
DERAJAT MENIT DETIK DERAJAT MENIT DETIK
1 111 38 12,2 7 59 36,0
2 111 38 11,9 7 59 36,0
3 111 38 11,9 7 59 36,4
4 111 38 11,4 7 59 36,4
5 111 38 11,4 7 59 37,0
6 111 38 10,9 7 59 37,0
7 111 38 10,9 7 59 38,2
8 111 38 11,3 7 59 38,2
9 111 38 11,3 7 59 39,0
10 111 38 12,4 7 59 39,0
11 111 38 12,4 7 59 37,2
12 111 38 12,2 7 59 37,2

An. Wandi 73
LAPORAN AKHIR EKSPLORASI
Desa Tempuran Kec. Sawoo
Kabupaten Ponorogo

5.2. Saran

Dalam melakukan kegiatan penambangan agar selalu

memperhatikan masalah pencemaran lingkungan dengan melakukan

pelaksanaan pengelolaan lingkungan dan pemantauan lingkungan yang

baik dan benar.

An. Wandi 74
LAPORAN AKHIR EKSPLORASI
Desa Tempuran Kec. Sawoo
Kabupaten Ponorogo

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standardisasi Nasional,1998, Klasifikasi Sumberdaya Mineral


dan Cadangan, SNI 13-4726-1998, Jakarta.

Badan Standardisasi Nasional,1998, Penyusunan Peta Geologi, SNI 13-


4691-1998, Jakarta.

Badan Standardisasi Nasional, 2001, Tata Cara Umum Penyusunan


Laporan Eksplorasi Bahan Galian, SNI 13-6606-2001, Jakarta.

Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral, 2000, SK No. 1452


K/10/Mem/2000 Tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan
Tugas Pemerintahan Di Bidang Inventarisasi Sumber Daya
Mineral Dan Energi.

Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral, 2000, SK No. 1453


K/29/Mem/2000 Tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan
Tugas Pemerintahan Di Bidang Pertambangan Umum.

Tushadi Madiadipoera, Ir. Dkk., 1990, Bahan Galian Di Indonesia,


Special Publication Of The Directorate Of Mineral Resources
Indonesia, Direktorat Sumberdaya Mineral Bandung.

Sampurno dan H. Samodra, 1997, Peta Geologi Lembar Ponorogo,


Jawa Timur, Puslitbang Geologi, Bandung.

An. Wandi 75
LAPORAN AKHIR EKSPLORASI
Desa Tempuran Kec. Sawoo
Kabupaten Ponorogo

KATA PENGANTAR

Rasa syukur kita panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa,

sehingga Laporan Akhir Eksplorasi sebagai salah satu kewajiban selaku

pemegang Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi Andesit di Desa

Tempuran Kecamatan Sawoo Kabupaten Ponorogo dapat diselesaikan.

Kami berharap semoga laporan ini bermanfaat sesuai dengan

tujuan untuk mengetahui potensi andesit di Desa Tempuran Kecamatan

Sawoo Kabupaten Ponorogo baik kualitas maupun penyebaran secara

kuantitas untuk mendapatkan cadangan terbukti yang ekonomis.

Ponorogo, Januari 2016

Penyusun,

WANDI

An. Wandi 76
ii
LAPORAN AKHIR EKSPLORASI
Desa Tempuran Kec. Sawoo
Kabupaten Ponorogo

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………...…….………… ii

DAFTAR ISI ……………………………………………...…….................. iii

DAFTAR GAMBAR ……………………………………...……................. v

DAFTAR TABEL ………………………………………...…….................. vii

BAB I. PENDAHULUAN ................................................................ 1


1.1. Latar Belakang .......................................................... 1
1.2. Maksud dan Tujuan .................................................... 3
1.3. Lokasi Daerah Penyelidikan ........................................ 4
1.4. Keadaan Lingkungan ................................................... 8
1.5. Waktu ........................................................................ 9
1.6. Metoda dan Peralatan ................................................. 11
1.7. Pelaksana Kegiatan...................................................... 13

BAB II. GEOLOGI ........................................................................... 14


2.1. Geologi Umum ............................................................ 14
2.2. Geologi Lokal dan Sumber Daya Mineral ..................... 21
2.3. Penyelidik dan Hasil Penyelidikan Terdahulu ............... 24

BAB III. KEGIATAN PENYELIDIKAN .............................................. 30


3.1. Persiapan …………………………………………………. 30
3.2. Pemetaan Geologi...................................................... 31
3.3. Penyelidikan Geokimia ............................................. 32
3.4. Penyelidikan Geofisika .............................................. 33
3.5. Sumur Uji ............................................................... 34
3.6. Penyelidikan Hidrogeologi dan Lingkungan ............... 34
3.7. Pengukuran Topografi .............................................. 35
3.8. Analisa Laboratorium .................................................. 35
3.9. Pengolahan Data ………………………………………….. 36

BAB IV. HASIL PENYELIDIKAN ....................................................... 38


4.1. Geologi ....................................................................... 38
4.2. Analisa Laboratorium .................. ............................... 60
4.3. Cadangan Terbukti .. ............................ ...................... 62

An. Wandi 77
iii
LAPORAN AKHIR EKSPLORASI
Desa Tempuran Kec. Sawoo
Kabupaten Ponorogo

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................. 72


5.1. Kesimpulan.................. ............................................... 72
5.2. Saran................................... ....................................... 74

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 75

LAMPIRAN-LAMPIRAN
A. Gambar Morfologi
B. Gambar Singkapan
C. Metoda Uji Analisa Laboratorium Kimia
D. Peta-Peta
E. Hasil Laboratorium Air Bersih
F. Hasil Analisa Laboratorium Kimia dan Fisika
G. Dokumen WIUP dan IUP Eksplorasi

An. Wandi 78
iv
LAPORAN AKHIR EKSPLORASI
Desa Tempuran Kec. Sawoo
Kabupaten Ponorogo

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Peta Kesampaian Ke Lokasi Skala 1 : 10.000 4


Gambar 1.2. Peta Eksisting Tata Guna Lahan Skala 1 : 750. 8
Gambar 2.1. Fisiografi Jawa Bagian Timur …………………. 16
Gambar 2.2a. Tabel Stratigrafi Peta Lembar Ponorogo …… 17
Gambar 2.2b. Peta Geologi Lembar Ponorogo …………..…. 22
Gambar 2.3. Andesit yang dijumpai Di WIUP ……………… 23
Gambar 2.4. Stratigrafi Cekungan Rembang dan Kendeng 25
Gambar 2.5. Penampang seismik batas Zona Rembang … 26
Dan Zona Kendeng
Gambar 2.6. Fisiografi Daerah Jawa Timur ……………….. 27
Gambar 2.7. Anomali Gaya Berat dan Karakter ………….. 29
Batuan Dasar Jawa Bagian Timur
Gambar 4.1. Singkapan batupasir pada satuan batupasir .. 39
Gambar 4.2. Singkapan breksi andesit ……………………… 40
Gambar 4.3. Satuan metabreksi polimik …………………….. 41
Gambar 4.4. Satuan breksi polimik …………………………… 43
Gambar 4.5. Satuan endapan campuran …………….……… 43
Gambar 4.6. Peta Lokasi IUP Eksplorasi Skala 1 : 10.000 46
Gambar 4.7. Peta Lokasi Usuan WIUP OP Skala 1 : 750 …. 47
Gambar 4.8. Peta Pengambilan sampel Skala 1 : 750 ….... 49
Gambar 4.9. Peta Jalur Lintasan Skala 1 : 750 …..……….. 50
Gambar 4.10. Peta Singkapan di WIPU Skala 1 : 750 ….…. 54

An. Wandi 79v


LAPORAN AKHIR EKSPLORASI
Desa Tempuran Kec. Sawoo
Kabupaten Ponorogo

Gambar 4.11. Peta Eksisting Tata Guna Lahan ………….. 55


Skala 1 : 750
Gambar 4.12. Peta Rencana Tata Ruang Skala 1 : 755 ..…. 56
Gambar 4.13. Peta Topografi Skala 1 : 750 ….………..……. 57
Gambar 4.14. Peta Muka Air Tanah Skala 1 : 750 ………….. 58
Gambar 4.15. Peta Cadangan Terbukti Skala 1 : 750 ….….. 61

An. Wandi 80
vi
LAPORAN AKHIR EKSPLORASI
Desa Tempuran Kec. Sawoo
Kabupaten Ponorogo

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Titik Koordinat WIUP ……………………………… 5


Tabel 1.2. Titik Koordinat Usulan WIUP Operasi Produksi .. 7
Tabel 1.3. Jadwal dan Rincian Biaya Kegiatan Eksplorasi 11
Tabel 1.4. Peralatan Yang Digunakan Kegiatan Eksplorasi 12

An. Wandi 81
vii

Anda mungkin juga menyukai