Anda di halaman 1dari 33

DOKUMEN RENCANA PENAMBANGAN SURAT IZIN USAHA PERTAMBANGAN BATUAN

PT. AMERTHA SAKTI WIGUNA


KOMODITAS BATUAN KERIKIL BERPASIR ALAMI (SIRTU)

BAB V RENCANA PENAMBANGAN

V.1. Sistem/Metoda dan Tata Cara Penambangan


Dalam kegiatan penambangan harus mengacu pada Keputusan Menteri Energi dan
Sumberdaya Mineral Republik Indonesia Nomor 1827 K/30/MEM/2018 Tentang
Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan yang baik. Berdasarkan peraturan
ini maka peralatan dan lingkungan kerja harus memenuhi syarat dan standar
keselamatan kerja, termasuk pekerja yang harus dilengkapi perlengkapan keselamatan
kerja. Secara umum perlengkapan keselamatan dan kesehatan kerja untuk karyawan
pada operasi penambangan terdiri atas : helm (safety helm), sepatu (safety shoes), masker,
kecuali untuk karyawan yang memerlukan perlengkapan keselamatan kerja khusus.
Metode yang digunakan oleh PT. Amertha Sakti Wiguna dalam melaksanakan
penambangan adalah metode tambang terbuka (quarry). Tambang terbuka adalah
metode penambangan yang segala kegiatan penambangan dilakukan di atas permukaan
bumi / berhubungan dengan udara luar. Dalam pemilihan sistem penambangan metode
tambang terbuka dipengaruhi beberapa faktor yaitu karakteristik spasial endapan,
kondisi geologi, geoteknik, faktor konsiderasi ekonomi, faktor teknologi, dan faktor
lingkungan. Dengan mempertimbangkan kondisi tersebut di atas, maka sistem
penambangan yang akan diterapkan adalah menggunakan sistem jenjang (bench system).
Metode penambangan yang akan dilakukan disesuaikan dengan kondisi endapan
Sirtu, pola penyebaran, tingkat kemenerusan (continuity), Batuan (Sirtu) dan kondisi
topografi. Pola penyebaran Batuan (Sirtu) di lokasi adalah berupa batuan endapan hasil
dari sedimentasi sungai serayu, sehingga pola penyebarannya relatif merata disetiap
tempat dengan ketebalan yang bervariasi, sehingga penambangan yang digunakan adalah
metode tambang terbuka (Quarry/Surface Mining). Selain itu karena penambangan PT.
Amertha Sakti Wiguna berada di sungai Perencanaan design tambang akan
mengembalikan aliran morfologi sungai, mengurangi laju maeandering sungai yang
mengkikis tebing sungai, tambang terbuka pada umumnya dipengaruhi oleh tiga faktor
utama (Soderberg dan Rausch, 1968; Atkinson, 1983 dalam Hartman, 1987) yaitu :

RENCANA PENAMBANGAN | V - 1
DOKUMEN RENCANA PENAMBANGAN SURAT IZIN USAHA PERTAMBANGAN BATUAN
PT. AMERTHA SAKTI WIGUNA
KOMODITAS BATUAN KERIKIL BERPASIR ALAMI (SIRTU)

1. Faktor alamiah dan geologi


Kondisi geologi, jenis bahan galian, kondisi hidrologi, topografi dan karakteristik
bahan galian,
2. Faktor Ekonomi
Kadar bahan galian, tonase bahan galian, nisbah pengupasan, kadar rata-rata
(terendah), biaya operasi, biaya investasi, keuntungan yang diinginkan, tingkat
produksi dan kondisi pemasaran,
3. Faktor Teknologi
Peralatan, pit slope, tinggi jenjang, kemiringan jalan, batas properti dan batas pit
(Gambar 5.1).
Tabel 5.1. Data Analisis Nilai FK dan Geometri Jenjang Tambang
Tipe Koordinat Geometri Lereng Faktor
Lereng Lintang Bujur Litologi Tinggi Lebar Kemiringan Lingkungan
(m) (m) (°) Lereng
1 7° 34' 21.9168" S 110° 24' 3.6086" E Lapukan Material
endapan lereng
1 1 45
Alluvial terkompaksi
Sungai baik,
2 7° 34' 22.2542" S 110° 24' 9.6062" E
dengan tebal vegetasi yang
0,5 – 1 m dan 1 2 45 kuat
endapan
3 7° 34' 23.2654" S 110° 24' 8.6071" E 1 2 34
laharik

Bobot : 25 Kn/m³ :

Kohesi : 13,390 Kpa

Sudut : 34 °
Geser
Over all
: 22°
Slope

Gambar 5.1. Hasil Proyeksi Nilai FK Lereng 1


RENCANA PENAMBANGAN | V - 2
DOKUMEN RENCANA PENAMBANGAN SURAT IZIN USAHA PERTAMBANGAN BATUAN
PT. AMERTHA SAKTI WIGUNA
KOMODITAS BATUAN KERIKIL BERPASIR ALAMI (SIRTU)

Gambar 5.2. Hasil Proyeksi Nilai FK Lereng 2

Gambar 5.3. Hasil Proyeksi Nilai FK Lereng 3

Gambar 5.4. Hasil Proyeksi Nilai FK Lereng Keseluruhan

RENCANA PENAMBANGAN | V - 3
DOKUMEN RENCANA PENAMBANGAN SURAT IZIN USAHA PERTAMBANGAN BATUAN
PT. AMERTHA SAKTI WIGUNA
KOMODITAS BATUAN KERIKIL BERPASIR ALAMI (SIRTU)

Berdasarkan analisis hasil proyeksi nilai factor Keamanan yang didapatkan pada
lereng 1 sebesar 1,595, Lereng 2 sebesar 1,540, Lereng 3 sebesar 1,845 dan Lereng
Keseluruhan (overall Slope) sebesar 1,611 berdasarkan klasifikasi (Bowles, 1991)
termasuk dalam kategori aman. Penampang section rona akhir pertambangan
ditunjukkan oleh gambar 5.5 s.d. 5.6.

RENCANA PENAMBANGAN | V - 4
DOKUMEN RENCANA PENAMBANGAN SURAT IZIN USAHA PERTAMBANGAN BATUAN
PT. AMERTHA SAKTI WIGUNA
KOMODITAS BATUAN KERIKIL BERPASIR ALAMI (SIRTU)

Gambar 5.5. Potongan Memanjang dan Melintang Rona Akhir

RENCANA PENAMBANGAN | V - 5
DOKUMEN RENCANA PENAMBANGAN SURAT IZIN USAHA PERTAMBANGAN BATUAN
PT. AMERTHA SAKTI WIGUNA
KOMODITAS BATUAN KERIKIL BERPASIR ALAMI (SIRTU)

Gambar 5.6. Section Memanjang dan Melintang Rona Akhir

RENCANA PENAMBANGAN | V - 6
DOKUMEN RENCANA PENAMBANGAN SURAT IZIN USAHA PERTAMBANGAN BATUAN
PT. AMERTHA SAKTI WIGUNA
KOMODITAS BATUAN KERIKIL BERPASIR ALAMI (SIRTU)

• Rekomendasi Kemampugalian
Selain factor nilai FK untuk penentuan jenjang tambang pada Lokasi SIPB PT.
Amertha Sakti Wiguna untuk analisis kestabilan lereng juga menggunakan klasifikasi
Massa Batuan (Rock Mass Rating). Klasifikasi Massa Batuan atau Rock Mass Rating (RMR)
dibuat pertama kali oleh Bieniawski (1973). Sistem klasifikasi ini telah dimodifikasi
beberapa kali (terakhir 1989), Rock Mass Rating (RMR) ini terdiri dari 6 (enam)
parameter yaitu :
1. Kuat tekan batuan utuh (c).
2. Rock Quality Designation (RQD).
3. Jarak/Spasi bidang diskontinyu (terutama kekar).
4. Orientasi bidang diskontinyu (terutama kekar).
5. Kondisi Ketidakmenerusan
6. Air tanah
Pada Wilayah SIPB PT. Amertha Sakti Wiguna litologi yang dijumpai memiliki
karakteriktik yang cukup lemah, yaitu batuan endapan laharin yang merupakan material
sediment lepas , batuan dapat terkelupas dengan palu sedimen dengan mudah, serta
terdapat bekas pukulan sedikit Ketika dipukul dengan palu geologi, sifat tersebut
menunjukan bahwa nilai UCS batuan tergolong dalam kategori Weak (R1). Pada seluruh
titik amat geologi, tidak dijumpai struktur geologi berupa kekas, sesar, dan retakan sama
sekali, batuan memiliki kontak antar butir yang tidak kompak (memiliki hubungan antar
butir yang saling lepas) kondisi batuan tersebut memiliki kekerasan yang dengan dengan
kondisi tidak terdapatnya bidang diskontinuitas. Dengan kondisi batuan yang tidak
memiliki sesar maupun kekar, akan tetapi kondisi batuan tersebut memiliki hubungan
antar butir yang saling lepas, maka pada penilaian bidang diskontinuitas yang rendah,
kondisi bukaan, dan kekasaran yang rendah. Selanjutnya kondisi air tanah pada daerah
penelitian umumnya dalam karena merupakan daerah kaki gunung, dan warga untuk
memenuhi kebutuhan air memamfaatkan sumbermata air. Berdasarkan karakteriktik
dari masing – masing parameter tersebut diperoleh nilai RMR sebesar 23, Adapun detail
penilaian RMR seperti pada Tabel 5.2.

RENCANA PENAMBANGAN | V - 7
DOKUMEN RENCANA PENAMBANGAN SURAT IZIN USAHA PERTAMBANGAN BATUAN
PT. AMERTHA SAKTI WIGUNA
KOMODITAS BATUAN KERIKIL BERPASIR ALAMI (SIRTU)

Tabel 5.2. Rock Mass Rating (RMR)

Parameter Selang Nilai


Untuk kuat
PLI
> 10 4 – 10 2–4 1–2 tekan rendah
Kuat tekan (MPa)
perlu UCS
1 uniaksial
UCS
> 250 100 – 250 50 – 100 25 – 50 5-25 1-5 <1
(MPa)
Bobot 15 12 7 4 2 1 0
RQD ( % ) 90 – 100 75 – 90 50 – 75 25 – 50 < 25
2
Bobot 20 17 13 8 3
Jarak diskontinuiti
>2 0,6 – 2 0,2 – 0,6 0,06 – 0,2 < 0,06
3 (m)
Bobot 20 15 10 8 5
Sangat Agak Agak
Slickensided/
kasar, tdk kasar, kasar, Gouge lunak
tebal gouge
menerus, pemisahan pemisahan tebal > 5 mm,
<5mm, atau
tidak ada 1 mm, < 1 mm, atau
4 Kondisi pemisahan
pemisahan, dinding dinding pemisahan
diskontinuiti 1-5 mm,
dinding batu agak sangat >5mm,
menerus
tidak lapuk lapuk lapuk menerus
Bobot 30 25 20 10 0
Aliran/10 m
panjang
None < 10 10 – 25 25 – 125 > 125
tunnel
Air (liter/menit)
tanah Tek. Air pada
5 pada kekar/Maks 0 < 0,1 0,1 – 0,2 0,2 – 0,5 > 0,5
kekar teg utama
(KPa)
Kondisi
Kering Lembab Basah Menetes Mengalir
umum

Bobot 15 10 7 4 0

Berdasarkan klasifikasi RMR (Tabel 5.2.) menunjukan massa batuan lereng di


sepanjang lereng termasuk ke dalam massa batuan yang buruk.
Tabel 5.3. Kualitas Batuan

RMR Kelas Deskrpsi


< 20 V Batuan sangat buruk
21 – 40 IV Batuan buruk
41 – 60 III Batuan sedang
61 – 80 II Batuan baik
> 80 I Batuan sangat baik

RENCANA PENAMBANGAN | V - 8
DOKUMEN RENCANA PENAMBANGAN SURAT IZIN USAHA PERTAMBANGAN BATUAN
PT. AMERTHA SAKTI WIGUNA
KOMODITAS BATUAN KERIKIL BERPASIR ALAMI (SIRTU)

Berdasarkan tabel 5.4. bahwasannya kualitas batuan termasuk dalam kategori


buruk (poor). Oleh karena itu, jika dikaitkan dengan Klasifikasi Weaver (1975) makan
kegiatan penambangan cukup menggunakan excavator.
Tabel 5.4. Klasifikasi Weaver (1975)

RENCANA PENAMBANGAN | V - 9
DOKUMEN RENCANA PENAMBANGAN SURAT IZIN USAHA PERTAMBANGAN BATUAN
PT. AMERTHA SAKTI WIGUNA
KOMODITAS BATUAN KERIKIL BERPASIR ALAMI (SIRTU)

Uraian lebih lanjut mengenai tambang terbuka dijabarkan sebagai berikut :


1. Keuntungan Tambang Terbuka :
a. Ongkos penambangan / ton bijih lebih murah karena tidak memerlukan
penyanggan dan ventilasi.
b. Kondisi kerja lebih baik karena berhubungan dengan udara luar.
c. Penggunaan alat mekanis lebih leluasa sehingga produksi lebih besar.
d. Pemakaian bahan peledak lebih efisien, leluasa dan hasilnya lebih baik.
e. Perolehan tambang (mining recovery) lebih besar karena batas endapan dapat
dilihat dengan jelas.
f. Relatif lebih aman (dari bahaya longsor), sedangkan pada tambang bawah
tanah selain disebabkan longsor, juga disebabkan oleh gas – gas beracun,
kebakaran, dll.
2. Kerugian Tambang Terbuka :
a. Para pekerja langsung dipengaruhi oleh keadaan cuaca, sehingga efisiensi
kerja menurun begitu juga dengan hasilnya.
b. Kedalaman penggalian terbatas karena semakin dalam semakin banyak tanah
penutup yang harus digali.
c. Timbul masalah dalam mencari tempat pembuangan tanah penutup yang
jumlahnya cukup banyak.
d. Alat – alat mekanis letaknya tersebar.

RENCANA PENAMBANGAN | V - 10
DOKUMEN RENCANA PENAMBANGAN SURAT IZIN USAHA PERTAMBANGAN BATUAN
PT. AMERTHA SAKTI WIGUNA
KOMODITAS BATUAN KERIKIL BERPASIR ALAMI (SIRTU)

Gambar 5.7. Diagram alir penambangan PT. Amertha Sakti Wiguna


1. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan kegiatan penambangan akan dilaksanakan kegiatan yang
meliputi :
1. Penerimaan Tenaga Kerja dan Demobilisasi Alat
Penerimaan tenaga kerja dilakukan secara terbuka dengan prioritas tenaka kerja
lokal lebih diutamakan. Demobilisasi alat dilakukan dengan menggunakan trailer
dimana peralatan alat berat yang berada di luar lokasi tambang diangkut ke dalam
lokasi tambang.

RENCANA PENAMBANGAN | V - 11
DOKUMEN RENCANA PENAMBANGAN SURAT IZIN USAHA PERTAMBANGAN BATUAN
PT. AMERTHA SAKTI WIGUNA
KOMODITAS BATUAN KERIKIL BERPASIR ALAMI (SIRTU)

2. Penyiapan Lahan (Land Clearing)


Penyiapan lahan ditujukan untuk mempersipkan tempat pembangunan sarana
dan prasarana, lahan jalan tambang/hauling road, bukaan/front tambang berupa
penebangan pohon dan atau vegetasi lainnya.
3. Pembangunan Sarana dan Prasarana
Untuk area sarana dan prasarana tambang, PT. Amertha Sakti Wiguna akan
menggunakan Project area, dikarenakan luas area SIPB berada di badan sungai
semua seluas 3,22 Ha. Lokasi Project area berada di luas Sempadan Sungai
berjarak ±70 m dari tebing sungai, Adapun pembangunan ini meliputi pembuatan
site office, tempat parkir, Garasi, disposal area, drainase, stockpile,tangki BBM, dan
settling pond. Adapun luasan dan Koordinat letak area sarana dan prasarana
tambang seperti pada Tabel 5.5, peta situasi SIPB PT. Amertha Sakti Wiguna pada
Gambar 5.18.
Tabel 5.5. Luas Area Sarana dan Prasarana Tambang
Luas
Sarana Infrastruktur Satuan Koordinat infrastruktur
Frek
m² Ha
Area Penambangan 3..22 Ha Bujur Timur Lintang Selatan
Site Office Dll (Project Area) m²
kantor 100 m² 109° 20' 8.69" 7° 30' 14.56"
Mushola 25 m² 109° 20' 8.78" 7° 30' 14.86"
Garasi 112 m² 109° 20' 8.98" 7° 30' 15.15"
Area Tangki BBM 18 m² 109° 20' 8.47" 7° 30' 14.21"
Pos Jaga 5 m² 109° 20' 8.34" 7° 30' 14.11"
Sanitasi (KM,WC) 10 m² 109° 20' 8.92" 7° 30' 14.80"

Settling Pond 0.03 Ha 109° 20' 6.99" 7° 30' 14.55"


stockpile Area 0.2 Ha 109° 20' 7.04" 7° 30' 13.23"
Jalan Tambang 700 meter

RENCANA PENAMBANGAN | V - 12
DOKUMEN RENCANA PENAMBANGAN SURAT IZIN USAHA PERTAMBANGAN BATUAN
PT. AMERTHA SAKTI WIGUNA
KOMODITAS BATUAN KERIKIL BERPASIR ALAMI (SIRTU)

Gambar 5.8. Peta Siutasi SIPB Komoditas Kerikil Berpasir Alami (Sirtu) PT. Amertha Sakti Wiguna

RENCANA PENAMBANGAN | V - 13
DOKUMEN RENCANA PENAMBANGAN SURAT IZIN USAHA PERTAMBANGAN BATUAN
PT. AMERTHA SAKTI WIGUNA
KOMODITAS BATUAN KERIKIL BERPASIR ALAMI (SIRTU)

2. Tahap Operasional
Pada Tahap Operasional merupakan tahapan eksploitasi Batuan secara
sistematis dari nilai cadangan batuan kerikil berpasir alami (Sirtu), dan/atau tahap
operasi produksi, adapaun kegiatan tahap operasi produksi seperti berikut :
1. Pembongkaran/Penambangan (Loosening)
Kegiatan yang dilakukan meliputi pekerjaan pembongkaran/penambangan.
Dalam kegiatan pembongkaran batuan dilakukan dengan menggunakan
excavator.
2. Pemuatan dan Pengangkutan (Loading and Hauling)
Kegiatan pemuatan material hasil penambangan dilakukan dengan excavator,
sedangkan pengangkutan Kerikil Berpasir Alami (Sirtu)dari lokasi
penambangan ke penimbunan di stockplie dilakukan dengan dump truck.
3. Pemasaran
Setelah pekerjaan utama yang meliputi pembongkaran (loosening) pemuatan
dan pengakutan (loading dan hauling) dilakukan, maka material siap untuk
dipasarkan.
3. Tahap Purna Operasi
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan meliputi penataan kembali lahan bekas
tambang yang nantinya dapat difungsikan kembali sesuai peruntukannya. Tahapan-
tahapan purna operasi sebagai berikut :
1. Reklamasi dan Pasca Tambang
Reklamasi dan Pasca Tambang adalah pekerjaan penataan kembali lahan
bekas tambang yang nantinya dapat dipergunakan kembali sesuai dengan
peruntukannya menjadi area sungai dan serta wisata berbasis konservasi
sungai. Kegiatan reklamasi akan dilakukan dengan mengikuti kemajuan
tambang, yaitu jika telah tersedia areal yang selesai ditambang maka pada
lahan tersebut langsung dilakukan reklamasi.
2. Demobilisasi Alat
Demobilisasi alat dilakukan dengan menggunakan trailer dimana peralatan
alat berat yang berada di lokasi tambang diangkut kembali ke luar lokasi
tambang.

RENCANA PENAMBANGAN | V - 14
DOKUMEN RENCANA PENAMBANGAN SURAT IZIN USAHA PERTAMBANGAN BATUAN
PT. AMERTHA SAKTI WIGUNA
KOMODITAS BATUAN KERIKIL BERPASIR ALAMI (SIRTU)

3. Pemutusan Hubungan Kerja


Dengan berakhirnya kegiatan tambang maka akan terjadi pemutusan
hubungan kerja. Dalam pemutusan hubungan kerja ini, para pekerja mendapat
pesangon sebagai modal kerja, akan tetapi sebelum pemutusan kerja
dilakukan, diupayakan untuk mengoptimalkan tenaga kerja di sektor lain.
V.2. Rencana Produksi
Rencana produksi Batuan (Sirtu) yang akan dilakukan meliputi kuantitas, kualitas,
cut of grade, dan stripping ratio bahan galian. Dalam hal ini PT. Amertha Sakti Wiguna
tidak memberlakukan nilai Cut off Grade (COG) pada pengambilan Batuan (Sirtu) karena
penambangan Batuan (Sirtu) dilakukan dengan tidak mempertimbangkan kualitas kadar
Batuan (Sirtu) yang terendah.
Berdasarkan hasil eksplorasi yang dilakukan, secara fisik batuan (Sirtu) yang
merupakan hasil sedimentasi sungai serayu berupa endapan alluvial dengan material
sedimen berupa batuan Kerikil Berpasir Alami (Sirtu) dengan ukuran pasir sampai
dengan kerakal, tidak ditemukannya struktur sedimen. Batuan (Sirtu) yang akan
ditambang sebesar 64.440 m3 atau 109.548 ton, sedangkan kualitas hasil akhir yang
berupa Batuan (Sirtu).
PT. Amertha Sakti Wiguna merencanakan pembongkaran Batuan (Sirtu) dilakukan
dalam satu shift dengan masing-masing shift selama 8 jam. Dalam satu shift terdiri dari 8
jam kerja dan 1 jam waktu istirahat dan safety talk. Shift dimulai dari jam 08.00 hingga
16.00 (Tabel 5.6).
Tabel 5.6. Perhitungan Waktu Kerja Tambang
Description Plan Satuan Yearly Satuan
Calender Days days 365 days
Holiday days 62 days
Rainly day 130 days
Friday Praying (hrs/week) 1 Hrs/week Hrs 52 hrs/years
Safety Talk Schedule 30 Min/day Hrs 87 hrs/years
Ketersediaan Waktu Kerja days 174 days
Waktu Kerja Jam/hari 8 Hrs/day 1.392 hrs/years
MOHH (Machine Onhand Hours) Hrs 731 hrs
Lost Time Lost &lost hrs % 47,5 %
1. Rainly (untrollabe lost time) 296 hrs/years

RENCANA PENAMBANGAN | V - 15
DOKUMEN RENCANA PENAMBANGAN SURAT IZIN USAHA PERTAMBANGAN BATUAN
PT. AMERTHA SAKTI WIGUNA
KOMODITAS BATUAN KERIKIL BERPASIR ALAMI (SIRTU)

2. Meal and Rest (with refulling) 1 hrs/day Hrs 174 hrs/years


3. Safety Talk/Safety 0.5 Hrs/day Hrs 87 hrs/years

Waktu kerja tambang digunakan untuk memperkirakan waktu efektif kerja yang
dapat digunakan untuk melaukan estimasi penjadwalan produksi di daerah
penambangan. Jam kerja tidak dapat dilakukan sepenuhnya dikarenakan ada beberapa
hambatan – hambatan dan kegiatan rutin yang terjadi baik kegiatan sehari – hari pekerja
maupun di lapangan, baik yang dapat dihindari atau yang tidak dapat dihindari.
Waktu kerja 1 shift/hari (08.00 – 16.00) yang mana dengan asumsi 1 shift/hari
dengan durasi waktu 8 jam dan tentunya dikurangi dengan jam non efektif seperti :
istirahat dan makan, safety talk, toolbox meeting, pre start, refueling, rain,slippery, Friday
praying dll dan mempertimbangkan hari hari libur nasional seperti tahun baru dan hari
raya keagaam seperti Idul fitri, Idul adha, Natal, Paskah, Nyepi, dan Waisak, pada saat
kondisi lalu lintas ramai yang tak jarang terdapat intruksi dari pemerintah setempat
bahwa angkutan tambang dihentikan sementara.
Selain itu melihat kondisi area penambangan yang berada di sungai besar,
aktivitas penambangan akan sangat terpengaruhi oleh keadaan cuaca dimana biasanya
pada saat hari hujan biasanya debit air sungai yang berasal dari hulu akan bertambah dan
membahayakan alat dan pekerja pada saat kegiatan penambangan maka perusahaan
mengambil kebijakan bahwa pada saat hari hujan operasinal penambangan akan
dihentikan.
Untuk membuat perencaaan hari kerja perbulan dalam setahun diperlukan analisa
data hari hujan per bulan dalam 10 tahun yang kemudian akan dijumlahkan dengan hari
libur yakni hari minggu dan hari libur keagaaman untuk mengurangi jumlah hari dalam 1
tahun yaitu 365 hari.
Tabel 5.7. Analisa data hari hujan tahun 2011- 2020
Tahun
Bulan Rata
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Rata
Januari 21 16 23 22 20 17 25 25 17 16 20
Febuari 18 15 18 19 15 17 21 20 17 16 18
Maret 24 14 11 9 21 23 17 14 20 16 17
April 17 9 16 12 21 19 20 4 8 8 13
Mei 13 7 9 11 5 18 7 4 2 12 9
Juni 0 0 11 7 1 13 4 2 0 4 4

RENCANA PENAMBANGAN | V - 16
DOKUMEN RENCANA PENAMBANGAN SURAT IZIN USAHA PERTAMBANGAN BATUAN
PT. AMERTHA SAKTI WIGUNA
KOMODITAS BATUAN KERIKIL BERPASIR ALAMI (SIRTU)

Juli 0 0 9 7 0 10 3 0 0 1 3
Agustus 0 0 0 0 0 5 0 1 0 1 1
September 0 0 1 0 0 16 3 1 0 4 3
Oktober 6 7 6 1 0 21 12 0 1 11 7
November 22 23 20 19 13 26 23 8 7 13 17
Desember 14 24 20 21 21 16 16 17 15 15 18
Total 135 115 144 128 117 201 151 96 87 117 130

Tabel 5.8. Jumlah Day off kerja


Jumlah Hari
Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3
Bulan Minggu Hari Hujan Minggu/ Hari Hujan Minggu/ Hari Hujan
/Libur Libur Libur
Nas Nas Nas
Januari 5 20 5 20 5 20

Febuari 4 18 4 18 4 18

Maret 7 17 8 17 8 17

April 6 13 5 13 5 13

Mei 5 9 5 9 7 9

Juni 6 4 6 4 4 4

Juli 4 3 4 3 4 3

Agustus 5 1 6 1 6 1

September 5 3 4 3 4 3

Oktober 4 7 4 7 4 7

November 4 17 5 17 5 17

Desember 7 18 5 18 5 18
Jumlah 62 130 61 130 61 130
Total 192 191 191

Tabel 5.9. Proyeksi Hari efektif Kerja Tahun 1 – 3


Jumlah Hari
Bulan
Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3
Januari 6 6 6
Febuari 7 6 6
Maret 7 6 6
April 11 12 12
Mei 17 17 15
Juni 20 20 22
Juli 25 24 24

RENCANA PENAMBANGAN | V - 17
DOKUMEN RENCANA PENAMBANGAN SURAT IZIN USAHA PERTAMBANGAN BATUAN
PT. AMERTHA SAKTI WIGUNA
KOMODITAS BATUAN KERIKIL BERPASIR ALAMI (SIRTU)

Agustus 25 24 24
September 22 23 23
Oktober 20 20 20
November 9 8 8
Desember 6 8 8
Jumlah 174 174 174

Rencana produksi PT. Amertha Sakti Wiguna untuk menentukan umur tambang
didasarkan dari jumlah hari dan efektif kerja namun PT. Amertha Sakti Wiguna juga
memperhatikan jumlah cadangan yang terambil berdasarkan desain tambang. Adapun
rencana produksi berdasarkan hari kerja dan berdasarkan desain tambang seperti
dibawah :
a. Jumlah Cadangan
Setelah dilakukannya penelitian maka didapatkan cadangan tertambang sebesar
64.440 m3 atau 109.548 ton.
Tabel 5.10.Rencana Produksi Batuan (Sirtu) Berdasarkan Desain Tambang

Tahun Top Soil Sirtu


2024 0 21,480
2025 0 21,510
2026 0 21,450
Total 0 64,440
b. Rencana Produksi
Rencana produksi rata rata PT. Amertha Sakti Wiguna rata rata sebesar 72 m3
atau 121,72 ton perhari, 1.790 m3/bulan atau 3.043 ton sehingga dalam satu tahun
kapasitas produksi sebesar 21.480 m3/tahun atau 36.516 ton/tahun.
c. Umur Tambang
Umur tambang batuan (Sirtu) PT. Amertha Sakti Wiguna adalah :
= (64.440 m3: 104.112 m3 / tahun)
= 3 tahun.

V.3. Sekuen Penambangan dan Penimbunan


Sekuen penambangan atau Tahapan penambangan merupakan bentuk-
bentuk penambangan (mineable geometris) yang menunjukan bagaimana
suatu quarry akan ditambang dari titik awal masuk hingga bentuk akhir
quarry. Pentahapan penambangan disebut juga dengan nama sequence,
RENCANA PENAMBANGAN | V - 18
DOKUMEN RENCANA PENAMBANGAN SURAT IZIN USAHA PERTAMBANGAN BATUAN
PT. AMERTHA SAKTI WIGUNA
KOMODITAS BATUAN KERIKIL BERPASIR ALAMI (SIRTU)

pushback, phase, slice dan stage. Tujuan dari pentahapan penambangan adalah
untuk menyederhanakan seluruh volume yang ada dalam quarry kedalam
unit-unit quarry penambangan yang lebih kecil, sehingga memudahkan
penanganannya. Dalam merancang tahapan penambangan, parameter waktu
harus diperhitungkan, karena waktu merupakan parameter yang sangat
berpengaruh dalam suatu penjadwalan tambang (mine scheduling) untuk
dapat mengoptimalkan target produksi (Waterman Sulistyana B, 2010).
Tahapan-tahapan penambangan yang dirancang dengan baik akan
memberikan akses kesemua daerah kerja dan menyediakan ruang kerja yang
cukup untuk kegiatan peralatan kerja tambang secara effisien. Hal tersebut
dilakukan untuk memperhitungkan jumlah material yang terlibat dan
kemungkinan akses jalan angkut keseluruh permukaan kerja.
Rancangan sekuen penambangan mengacu pada model pit limit yang
telah dirancang. Target produksi rata – rata yang direncanakan untuk lokasi
ini adalah 21.480 m3 / tahun.
Berdasarkan rencana target produksi tersebut dan umur tambang selama 3
tahun, sekuen penambangan sirtu dibagi menjadi 3 sekuen penambangan.
• Tahun ke-1
Pada tahun ke 1 dilakukan penambangan dimulai dari elevasi 12 mdpl dengan
kedalam 2 meter secara menerus ke seluruh area penambangan tahun 1 hingga
elevasi terbawah 9 mdpl, ketinggian lereng maksimal terbentuk 2 m, target
produksi sirtu 21.480 m3 atau 36.516 ton. Luas bukaan tambang Tambang Tahun
1 8.719 m2. Penambangan tahun pertama tidak terdapat top soil maupun
overburden.
• Tahun ke-2
Pada Tahun ke 2 dilakukan penambangan di sungai dari elevesi 12 mdpl hingga
mencapai dasar sungai pada elevasi 9 mdpl, dari dasar dilakukan penambangan
dengan kedalaman 2 meter menerus ke seluruh area penambangan tahun kedua
seluas 12.789 m2 , ketinggian lereng maksimal terbentuk 2 m, target produksi sirtu
21.560 m3 atau 36.567 ton. Penambangan tahun pertama tidak terdapat top soil
maupun overburden.

RENCANA PENAMBANGAN | V - 19
DOKUMEN RENCANA PENAMBANGAN SURAT IZIN USAHA PERTAMBANGAN BATUAN
PT. AMERTHA SAKTI WIGUNA
KOMODITAS BATUAN KERIKIL BERPASIR ALAMI (SIRTU)

• Tahun ke -3
Pada Tahun ke 3 dilakukan penambangan di sungai dari elevesi 12 mdpl hingga
mencapai dasar sungai pada elevasi 9 mdpl, dari dasar dilakukan penambangan
dengan kedalaman 2 meter menerus ke seluruh area penambangan tahun kedua
seluas 11.209 m2 , ketinggian lereng maksimal terbentuk 2 m, target produksi sirtu
21.450 m3 atau 32.207 ton. Penambangan tahun pertama tidak terdapat top soil
maupun overburden.
Tabel. 5.11 Sekuen Penambangan Batuan (Sirtu) Pertahun PT. Amertha Sakti Wiguna

Jumlah
Akumulasi D
Tanah Jml Batuan Req Level
Thn Luas Luas Bukaan Luas Bukaan Kedalama
Bukaan Tambang Tambang Penutup (m³) (mdpl)
n (m)
Tanah (m²) Baru (m²) Baru (m²) (m³)

13- 9 (bench 2m
2024 8,719 8,719 8,719 - 21,480
1) (bench 1),

12 - 9 (bench 3 m
2025 20,998 12,279 20,998 - 21,510
1), (bench 1)

3m
2026 32,207 11,209 32,207 - 21,450 12 -9 (bench 1)
(bench 1)
Total 32,207 - 64,440 - 13-9 mdpl

Awal penambangan dilakukan dengan cara Open Pit dan selanjutnya penambangan
akan dilanjutkan ke Pit - Pit lain dengan arah urutan - urutan penambangan sesuai target.
Adapun rencana sekuen penambangan seperti pada Gambar 5.9 sd Gambar 5.11

RENCANA PENAMBANGAN | V - 20
DOKUMEN RENCANA PENAMBANGAN SURAT IZIN USAHA PERTAMBANGAN BATUAN
PT. AMERTHA SAKTI WIGUNA
KOMODITAS BATUAN KERIKIL BERPASIR ALAMI (SIRTU)

Gambar 5.9. Desain Tambang Tahun 1


RENCANA PENAMBANGAN | V - 21
DOKUMEN RENCANA PENAMBANGAN SURAT IZIN USAHA PERTAMBANGAN BATUAN
PT. AMERTHA SAKTI WIGUNA
KOMODITAS BATUAN KERIKIL BERPASIR ALAMI (SIRTU)

Gambar 5.10. Desain Tambang Tahun 2


RENCANA PENAMBANGAN | V - 22
DOKUMEN RENCANA PENAMBANGAN SURAT IZIN USAHA PERTAMBANGAN BATUAN
PT. AMERTHA SAKTI WIGUNA
KOMODITAS BATUAN KERIKIL BERPASIR ALAMI (SIRTU)

Gambar 5.11. Desain Tambang Tahun 3


RENCANA PENAMBANGAN | V - 23
DOKUMEN RENCANA PENAMBANGAN SURAT IZIN USAHA PERTAMBANGAN BATUAN
PT. AMERTHA SAKTI WIGUNA
KOMODITAS BATUAN KERIKIL BERPASIR ALAMI (SIRTU)

V.4. Rencana Pengangkutan Material


Untuk mendukung tercapainya target produksi pertambangan batuan Sirtu,
maka dibutuhkan sistem dan sarana transportasi yang memadai. Kapasitas
peralatan disesuaikan dengan jumlah, dan karakteristik material yang akan
diangkut. Pemilihan peralatan utama dan pendukung direncanakan dengan tepat.
Oleh karena itu kajian transportasi dari lokasi pertambangan batuan (Sirtu) hingga
ke konsumen menjadi aspek penting.
Jalur pengangkutan dari lokasi pertambangan batuan (Sirtu) ke stockpile
menggunakan jalan haul atau jalan tambang. Sementara jalan untuk ke konsumen
menggunakan jalan haul atau jalan tambang dilanjutkan melewati jalan desa, dan
jalan utama provinsi ruas Banyumas - Banjarnegara. Jalan haul atau jalan tambang
dibangun dengan ukuran lebar 10 m dengan rincian 6 m body jalan, 1 m untuk
masing-masing drainase bagian kanan dan kiri, dan 1 m untuk masing-masing safety
berms sedangkan pada jalan tikungan body jalan menjadi 9 meter dengan masing –
masing drainase 1 meter dan safety berms 1 meter bagian kanan dan kiri. Pada
tanjakan jalan hauling maksimal mempunyai derajat kemiringan 100. Jalan tersebut
merupakan jalan yang dibuat dengan cara penimbunan, dan pengerasan. Dimensi
jalan angkut dapat dilihat pada Gambar 5.12
.

Gambar 5.12 Dimensi Lebar Jalan Tambang

Pengangkutan bahan galian Batuan (Sirtu) dari lokasi tambang ke lokasi


penimbunan di Stockpile menggunakan dump truck. Jarak antara lokasi
penambangan ke stockpile milik PT. Amertha Sakti Wiguna sejauh 450 m, dan
panjang jalan tambang/ haul road keselurahan untuk kegiatan penambangan PT.

RENCANA PENAMBANGAN | V - 24
DOKUMEN RENCANA PENAMBANGAN SURAT IZIN USAHA PERTAMBANGAN BATUAN
PT. AMERTHA SAKTI WIGUNA
KOMODITAS BATUAN KERIKIL BERPASIR ALAMI (SIRTU)

Amertha Sakti Wiguna sepanjang 700 m. sehingga cycle time yang diperlukan dump
truck adalah 3 kali pengangkutan per jam.
Sistem pengangkutan dari lokasi pertambangan ke Konsumen dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
a. Alat angkut yang digunakan adalah dumptruck dengan kapasitas angkut
10 ton atau 5 m3 dengan menggunakan alat muat excavator dengan
kapasitas bucket 0.9 m3.
b. Jalur pengangkutan melalui jalan haul atau jalan tambang sepanjang 700
m.
c. Kemudian dari jalan Haul road melewati jalan Desa Somakaton sejauh ±
700 meter kemudian ke jalan desa somakaton ke jalan utama ke jalur
provinsi ruas Banyumas – Banjarnegara sejauh ±2 km.
Namun PT. Amertha Sakti Wiguna mengutamakan tidak menimbul material
Batuan (Sirtu) pada stockpile namun lebih mengutamakan pengangkutan langsung
untuk dilakukan penjulan ke konsumen.
Dengan Asumsi produksi pertahun terbanyak 64.440 m3 atau 109.548 ton.
dengan hari kerja 25 hari dalam 1 bulan dan 8 jam kerja maka peningkatan volume
kendaraan sebanyak 15 dump truck dalam satu hari kerja.

V.5. Peralatan Penambangan


V.5.1 Jenis dan Spesifikasi Alat
Peralatan utama yang akan digunakan pada kegiatan penambangan
disesuaikan dengan karakteristik material yang akan ditambang. Dalam hal ini
material yang ditambangan oleh PT. Amertha Sakti Wiguna adalah Batuan (Sirtu).
Untuk menunjang kegiatan penambangan di lokasi IUP PT. Amertha Sakti Wiguna,
diperlukan beberapa peralatan utama penambangan dan peralatan pendukung.
Peralatan utama penambangan yang akan digunakan terbagi menjadi ;

RENCANA PENAMBANGAN | V - 25
DOKUMEN RENCANA PENAMBANGAN SURAT IZIN USAHA PERTAMBANGAN BATUAN
PT. AMERTHA SAKTI WIGUNA
KOMODITAS BATUAN KERIKIL BERPASIR ALAMI (SIRTU)

Tabel 5.12. Jumlah Peralatan Penambangan


No Uraian Jenis Merek Kapasitas
Peralatan Utama
1 Alat Penggali dan Pemuatan Excavator Komatsu PC- 200 0.9 m³
A
2 Alat Bantu Bongkar
3 Alat Pengangkutan Dump Truck 5 m³
Peralatan Pendukung
1 Cangkul,Sekop, dan Linggis
B
2 Alat Pertukangan
3 Alat Perbengkelan

A. Alat Penggalian Dan Pemuatan


Alat gali dan muat yang digunakan adalah excavator setara Komatsu PC –
200-8 dengan kapasitas bucket sebesar 0.8 m3. Pada operasi penambangan
excavator digunakan sebagai penggalian dan pemuatan material lemah seperti
tanah penutup pada lokasi timbunan atau langsung ke alat angkut. Karena
material relatif lunak, material dapat digali dan dimuat ke alat angkut atau lokasi
timbunan sementara. Adapaun gambaran excavator setara Komatsu PC- 200-8
seperti pada Gambar 5.13.

Gambar 5.13. Ilustrasi alat excavator Komatsu PC- 200- 8

RENCANA PENAMBANGAN | V - 26
DOKUMEN RENCANA PENAMBANGAN SURAT IZIN USAHA PERTAMBANGAN BATUAN
PT. AMERTHA SAKTI WIGUNA
KOMODITAS BATUAN KERIKIL BERPASIR ALAMI (SIRTU)

Tabel 5.13 Spesifikasi Komatsu PC 200 -8

B. Alat Pengangkutan
Alat angkut yang akan digunakan adalah dump truck dengan kapasitas 5
m3 . Dump truck digunakan sebagai alat angkut baik dari front tambang ke
stockpile maupun ke konsumen langusung. Adapun gambaran Dump Truck
seperti pada Gambar 5.14

Gambar 5.14. Ilustrasi Dump Truck Kapasitas 5 m3

RENCANA PENAMBANGAN | V - 27
DOKUMEN RENCANA PENAMBANGAN SURAT IZIN USAHA PERTAMBANGAN BATUAN
PT. AMERTHA SAKTI WIGUNA
KOMODITAS BATUAN KERIKIL BERPASIR ALAMI (SIRTU)

C. Alat Pendukung
Selain peralatan utama terdiri dari alat gali, muat, dan amhkut, juga
diperlukan peralatan pendukung seperti cangkul, sekop, linggis, peralatan
pertukangan dan perbengkelan untuk mendukung tenaga manual.

V.5.2. Jumlah Alat


Untuk menentukan kesiapan alat dapt dihitung dengan memperhatikan segi
mekanik (Mechanical Avilability), Fisik (Physical Availability), maupun
penggunaannya (Use Availability).
Jumlah kebutuhan peralatan utama terdiri dari excavator backhoe
sebanayak 6 unit yang akan disewa dan dump truck 3 sebanyak 3 unit yang dimiliki
sendiri oleh PT. Amertha Sakti Wiguna, sisa kebutuhan dump truck berdasrakan
produksi berasal dari milik konsomen. Rincian kebutuhan peraltan dalam lima
tahun pertama dapat diliat pada tabel berikut .
Tabel.5.14 Jumlah kebutuhan alat utama dan pendukung penambangan selama 3 tahun.
Tahun
No Uraian Kapasitas
2023 2024 2025
Peralatan Utama
A
1 Alat Penggali dan Pemuatan 0.8 m³ 6 6 6
Peralatan Pendukung
1 Cangkul,Sekop, dan Linggis 5 5 5
B
2 Alat Pertukangan 5 5 5
3 Alat Perbengkelan 2 set 2 set 2 set
V.5.3. Unjuk Kerja Alat dan Produktivitas Alat
V.5.3.1 Produktivitas Excavator
Tujuan ekonomis dan non – ekonomis dari kegiatan penambangan ini harus
memperhitungkan tingkat produktivitas dari penggunaan alat, terutama yang
berhubungan langsung dengan kegiatan penambangan. Parameter yang digunakan
dalam penentuan produktivitas alat excavator terdiri dari Swell Factor, Bucket fill
factor, Faktor efisiensi kerja (Fa) , Faktor konservasi Galian (Fv).
1. Swell Factor
Pengembangan (swell) pada tanah atau batuan terjadi ketika material
tersebut dilakukan penggalian atau diledakkan dari tempat aslinya. Kegiatan
tersebut menghasilkan ruang atau pori yang menyebabkan meningkatnya

RENCANA PENAMBANGAN | V - 28
DOKUMEN RENCANA PENAMBANGAN SURAT IZIN USAHA PERTAMBANGAN BATUAN
PT. AMERTHA SAKTI WIGUNA
KOMODITAS BATUAN KERIKIL BERPASIR ALAMI (SIRTU)

volume dari keadaan asli (bank) di lapangan, menjadi material dalam kondisi
lepas (loose). Swell factor merupakan persentase volume material dalam
keadaan asli dengan volume material tersebut dalam keadaan lepas dengan
rumus sebagai berikut
Swell Factor = 𝑊𝑙 / 𝑊𝑠
Keterangan:
Wl : Massa jenis material loose, ton/m3
Ws : Massa jenis materian insitu, ton/m3
Selain itu untuk mencari swell factor juga dapat dengan melihat pada tabel
5.15
Tabel 5.15 Faktor Perubahan Volume Material

2. Bucket Fill Factor


Menurut Rumfelt (1972), bucket fill factor atau yang didalam bukunya disebut
dipper fill factor, dipengaruhi oleh cara penggalian dan jenis material yang
dilakukan penggalian. Bucket fill factor biasanya dinyatakan dalam
persentase. Pada kondisi tertentu material yang dilakukan penggalian dapat
munjung (heap) dengan baik dan menghasilkan nilai bucket fill factor

RENCANA PENAMBANGAN | V - 29
DOKUMEN RENCANA PENAMBANGAN SURAT IZIN USAHA PERTAMBANGAN BATUAN
PT. AMERTHA SAKTI WIGUNA
KOMODITAS BATUAN KERIKIL BERPASIR ALAMI (SIRTU)

melebihi 100%. Nilai bucket fill factor dihitung dengan persamaan sebagai
berikut:
BFF = 𝑉𝑏/𝑉𝑑 𝑥 100%
Keterangan:
BFF : Bucket Fill Factor, %
Vb : Volume nyata alat muat, m3
Vd : Volume baku, m3
Penambangan yang dilakukan PT. Amertha Sakti Wiguna berlokasi di sungai
dan area penambangannya adalah dasar sungai serayu yang mana kondisi
bahan galian sirtu mengalami pengendapan dan sebagian mengeras di dasar
sungai sehingga pada proses pemuatan direncanakan nilai Vb yang rendah
yakni 0,5 m. Maka berdasarkan rumus diatas dapat dihitung nilai Bucket Fill
Factor adalah
BFF = 0,5 m3 /0.8 m3 x 100%
BFF = 62,5 %
3. Produktivitas excavator untuk pembongkaran dan pemuatan sirtu dapat di
ketahui sebagai berikut :
• Ukuran Bucket : 0.8 m3
• Cycle time : 60 detik
• Fill Factor Bucket : 0.625
• Swell Faktor : 1,11
• Target Produksi : 72 BCM/hari x 1.11 = 79.48 LCM/hari
• EU : 66 %
• MA : 96 %
Maka dapat dihitung :
a. Produktivitas excavator/jam = (3600/CT x (bucket capacity X BFF) x EU
= 19,8 LCM/Jam
b. Produktivitas Excavator/hari = 19,8 LCM/jam x 6,2 jam/hari
= 122,76 LCM/hari
c. Jumlah Excavator yang bekerja di lapangan = Target Produksi / Produksi exc
= 79.48 LCM/hari / 122,76 LCM

RENCANA PENAMBANGAN | V - 30
DOKUMEN RENCANA PENAMBANGAN SURAT IZIN USAHA PERTAMBANGAN BATUAN
PT. AMERTHA SAKTI WIGUNA
KOMODITAS BATUAN KERIKIL BERPASIR ALAMI (SIRTU)

= 0,65 Atau 1 excavator


d. Jumlah excavator yang harus disediakan = exca kerja : MA
= 1 : 0.96
= 1.04 atau 1 excavator
e. Jumlah Cadangan Exca = exca yang disediakan – exca yang bekerja
=2–1
= 1 excavator

V.5.3.2 Unjuk Kerja Peralatan


Unjuk kerja pelaralatan meliputi ketersediaan fisik atau Physical availability
(PA) ketersediaan mekanik atau mecahnical availability (MA), utulization
availability (UA) effective utilization (EU) dan Pencapaain Produktivitas, adapaun
perhitungan unjuk kerja peralatan pada lokasi penambangan IUP PT. Amertha Sakti
Wiguna dihitung berdasarkan hari kerja bulanan, dengan Asumsi data Sebagai
berikut ;
1. Kesediaan Mekanis (Mechanical Availibility) Adalah perhitungan yang
menunjukkan kesediaan alat dalam melakukan pekerjaan dengan
memperhatikan kehilangan waktu yang digunakan untuk memperbaiki mesin,
perawatan dan alasan mekanis lainnya. Jika kesediaan mekanis kecil maka
kondisi mekanis alat kurang baik, jam perbaikan tinggi sehingga hanya
digunakan sebagai cadangan.
MA = W/(W+R)×100%
Keterangan :
MA : Kesediaan Mekanis (Mechanical Availibility)
W : Jumlah jam alat kerja
R : Jumlah jam alat rusak
2. Kesediaan Fisik (Physical Availibility) merupakan catatan menegnai keadaan
fisik dari alat yang diperlukan dalam beroperasi. Faktor ini meliputi adanya
pengaruh dari segala waktu akibat permasalahan yang ada.
PA= W+S/(W+R+S)×100%
Keterangan :
PA : Kesediaan Fisik (Physical Availibility)

RENCANA PENAMBANGAN | V - 31
DOKUMEN RENCANA PENAMBANGAN SURAT IZIN USAHA PERTAMBANGAN BATUAN
PT. AMERTHA SAKTI WIGUNA
KOMODITAS BATUAN KERIKIL BERPASIR ALAMI (SIRTU)

W : Jumlah jam alat kerja


S : Jumlah jam alat Standby
R : Jumlah jam alat rusak
3. Kesediaan Pemakaian (Use of Availability) merupakan jumlah presentase waktu
yang dipergunakan suatu alat untuk beroperasi pada saat alat tersebut
dipergunakan. Dengan kata lain nilai ini menunjukan seberapa efektif suatu alat
yang sedang tidak rusak dapat dimanfaatkan.
UA= W/(W+S)×100%
Keterangan :
UA : Kesediaan Pemakaian (Use of Availability)
W : Jumlah jam alat kerja
S : Jumlah jam alat Standby
4. Penggunaan Efektif (Effective Utilization) menunjukan berapa persen dari
seluruh waktu kerja yang tersedia dapat dimanfaatkan untuk kerja produktif
EU= W/(W+S+R)×100%
Keterangan :
EU : Penggunaan Efektif (Effective Utilization)
W : Jumlah jam alat kerja
S : Jumlah jam alat Standby
R : Jumlah jam alat rusak
Tabel 5.16 Nilai WRS Tahun 1
W 1.392
R 52.2
hours
S 661
T 2.105
Tahun 1
MA 96
PA 98
%
UA 68
EU 66

RENCANA PENAMBANGAN | V - 32
DOKUMEN RENCANA PENAMBANGAN SURAT IZIN USAHA PERTAMBANGAN BATUAN
PT. AMERTHA SAKTI WIGUNA
KOMODITAS BATUAN KERIKIL BERPASIR ALAMI (SIRTU)

Tabel 5.17. Nilai WRS Tahun 2


W 1.392
R 52.2
hours
S 661
T 2.105
Tahun 2
MA 96
PA 98
%
UA 68
EU 66

Tabel 5.18. Nilai WRS Tahun 3


W 1.392
R 52.2
hours
S 661
T 2.105
Tahun 3
MA 96
PA 98
%
UA 68
EU 66

RENCANA PENAMBANGAN | V - 33

Anda mungkin juga menyukai