Anda di halaman 1dari 35

BAB IV

GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGROLOGI

4.1 Geoteknik

Geoteknik merupakan salah satu dari banyak alat dalam perencanaan atau design
tambang. Data geoteknik harus digunakan secara benar dengan kewaspadaan dan
dengan asumsi serta batas-batas yang ada untuk dapat mencapai hasil seperti yang
diinginkan. Peranan geoteknik dalam perencanaan tambang adalah melakukan
pendekatan kepada kondisi massa tanah dan batuan yang kompleks menggunakan
teknik dan intrumen yang tersedia dalam rekayasa geoteknik, sehingga sifat dan
perilaku massa tanah dan batuan betul-betul dikuasai.

Secara prinsip pada kestabilan lereng terdapat 2 gaya yaitu gaya penggerak dan
gaya penahan. Gaya penahan adalah gaya yang menahan massa dari penggerak
sedangkan gaya penggerak adalah gaya yang menyebabkan massa bergerak.
Secara umum tujuan kestabilan lereng adalah sebagai berikut:

1. Untuk menentukan kondisi kestabilan suatu lereng.

2. Memperkirakan bentuk keruntuhan atau longsoran yang mungkin terjadi.

3. Menetukan tingkat keruntuhan lereng terhadap longsoran.

4. Menentukan metode perkuatan atau perbaikan lereng yang sesuai.

5. Merancang suatu lereng atau timbunan yang optimal dan memenuhi kriteria
keamanan dan kelayakan ekonomis.

Kondisi geologi daerah setempat ada banyak faktor penyebab ketidak stabilan
lereng baik dari faktor eksternal maupun faktor internal yaitu sebagai berikut:
1. Faktor Eksternal:

a. Perubahan geometri lereng (pemotongan kaki lereng, erosi, perubahan


sudut kemiringan). Semakin besar ketinggian dan kemiringan suatu
lereng maka kestabilan semakin berkurang.

1
b. Pembebanan beban (erosi dan penggalian).

c. Pembebanan (pembebanan material, penambahan tinggi).

d. Vibrasi akibat kegiatan pengeboran ataupun peledakan.

e. Penurunan permukaan air.

f. Perubahan perilaku air (hujan, tekanan, pori dan lainnya).

2. Faktor Internal:

a. Struktur batuan yang mempengaruhi kestabilan lereng adalah bidang


sesar, perlapisan dan rekahan. Struktur batuan tersebut merupakan
bidangbidang lemah (Diskontinuitas) dan sekaligus tempat menyerapnya
air sehingga batuan lebih mudah longsor.

b. Kandungan air tanah sebagai moisture tanah pada lereng akan


memberikan tambahan beban yang besar pada lereng. Selain itu kondisi
material yang jenuh dengan air tanah akan mengalami penuruan kekuatan
geser akibat adanya tekanan air di dalam material tersebut.

c. Adanya fenomena alam seperti longsor, gempa bumi, dan aktifitas


seismik lainnya.

d. Adanya struktur geologi dan bidang- bidang lemah.

e. Sifat - fisik dan sifat mekanik pada batuan.

Adapun faktor keamanan dan probabilitas kelongsoran pada lereng tambang


berdasarkan Kepmen 1827 tahun 2018 adalah sebagai berikut:

2
Tabel 4.1

Kriteria Faktor Keamanan dan Probabilitas Kelongsoran

Jenis Lereng Kriteria dapat diterima (Acceptance


Criteria)
Keparahan
Faktor Faktor Probabilitas
Longsor
Keamanan Keamanan( Longsor
(Consequenc
(FK) Statis FK) (Probability of
es of
(Min) Dinamis Failure)
Failure/CoF)
(min) (maks) PoF
(FK
1)
Lereng Rendah s.d. 1,1 Tidak Ada 25-50%
Tunggal Tinggi
Inter-ramp Rendah 1,15-1,2 1,0 25%
Menengah 1,2 1,0 20%
Tinggi 1,2-1,3 1,1 10%
Lereng Rendah 1,2-1,3 1,0 15-20%
Keseluruhan Menengah 1,3 1,05 5-10%
Tinggi 1,3-1,5 1,1 5%
Sumber: Kepmen 1827 Tahun 2018

Menurut Kepmen Pertambangan dan Energi Nomor 555k/26/M.PE/1995 Pasal


241 mengenai Tinggi Permukaan Kerja Dan Lebar Teras Kerja yakni :
1. Kemiringan, tinggi dan lebar teras harus dibuat dengan baik dan aman untuk
keselamatan para pekerja agar terhindar dari material atau benda jatuh.
2. Tinggi jenjang (bench) untuk pekerjaan yang dilakukan pada lapisan yang
mengandung pasir, tanah liat, kerikil, dan material lepas lainnya harus :
3. a. Tidak boleh lebih dari 2,5 meter apabila dilakukan secara manual;
b. Tidak boleh lebih dari 6 meter apabila dilakukan secara mekanik dan
c. Tidak boleh lebih dari 20 meter apabila dilakukan dengan menggunakan
clamshell, dragline, bucket wheel excavator atau alat sejenis kecuali
mendapat persetujuan Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang.

3
4. Tinggi jenjang untuk pekerjaan yang dilakukan pada material kompak tidak
boleh lebih dari 6 meter, apabila dilakukan secara manual.
5. Dalam hal penggalian dilakukan sepenuhnya dengan alat mekanis yang
dilengkapi dengan kabin pengaman yang kuat, maka tinggi jenjang
maksimum untuk semua jenis material kompak 15 meter, kecuali mendapat
persetujuan Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang.
6. Studi kemantapan lereng harus dibuat apabila:
a. Tinggi jenjang keseluruhan pada sistem penambangan berjenjang lebih
dari 15 meter.
b. Tinggi setiap jenjang lebih dari 15 meter.
7. Lebar lantai teras kerja sekurang-kurangnya 1,5 kali tinggi jenjang atau
disesuaikan dengan alat-alat yang digunakan sehingga dapat bekerja dengan
aman dan harus dilengkapi dengan tanggul pengaman (safety bem) pada
tebing yang terbuka dan diperiksa pada setiap gilir kerja dari kemungkinan
adanya rekanan atau tanda-tanda tekanan atau tanda-tanda kelemahan lainnya.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemantapan lereng, antara lain :


1. Penyebaran batuan
Penyebaran dan keragaman jenis batuan sangat berkaitandengan kemantapan
lereng, ini karena kekuatan, sifat fisik dan teknis suatu jenis batuan berbeda
dengan batuan lainnya. Penyamarataan jenis batuan akan mengakibatkan
kesalahan hasil analisis. Misalnya: kemiringan lereng yang terdiri dari
pasirtentu akan berbeda dengan lereng yang terdiri dari lempungatau
campurannya.
2. Struktur geologi
Struktur geologi yang mempengaruhi kemantapan lereng danperlu
diperhatikan dalam analisis adalah struktur regional danlokal. Struktur ini
mencakup sesar, kekar, bidang perlapisan, sinklin dan antiklin,
ketidakselarasan, liniasi, dll. Struktur inisangat mempengaruhi kekuatan
batuan karena umumnyamerupakan bidang lemah pada batuan tersebut, dan
merupakantempat rembesan air yang mempercepat proses pelapukan.
3. Morfologi

4
Keadaan morfologi suatu daerah akan sangat mempengaruhi kemantapan
lereng di daerah tersebut. Morfologi yang terdiri dari keadaan fisik,
karakteristik dan bentuk permukaan bumi, sangat menentukan laju erosi dan
pengendapan yang terjadi, menentukan arah aliran air permukaan maupun air
tanah dan proses pelapukan batuan.

4.1.1 Akuisisi Data


4.1.1.1 Jenis
Kajian geoteknik ini berisi analisis data pengeboran dan analisis kemantapan
lereng penambangan, rekomendasi dimensi lereng, analisis kemampugalian dan
kemampugaruan, serta rekomendasi kriteria penggalian. Jenis data yang diuji
adalah data sifat fisik, data sifat mekanik, dan data strike/dip. Data dari sifat fisik
berupa bobot isi asli dan bobot isi jenuh. Sedangkan sifat mekanik dari material
penutup seperti kohesi dan sudut gesek dalam, serta uji UCS untuk mengetahui
batas elastisitas pada batuan dan data RMR (Rock Mass Rating) untuk
mengevaluasi ketahanan massa batuan sebagian salah satu cara untuk menetukan
kemiringan lereng maksimum.

1. Data Rock Mass Rating


Dalam klasifikasi massa batuan ini terdiri atas kuat tekan uniaksial Rock
Quality Designation, spasi bidang diskontinyu, kondisi bidang diskontinyu,
dan kondisi air tanah berikut ini adalah adalah hasilnya :
Tabel 4.2
RMR Batu Pasir
No Parameter Nilai Bobot
1. UCS 4.10 Mpa 4
2. RQD 29,00% 8
3. Jarak Diskontinuitas 0.35 m 15
Kemenerusan kekar, bukaan 10
4. Kondis Diskontinuitas kekar, kekasaran kekar,
10
5. Kondisi Air Tanah Lembab
6. Orientasi Kekar Sedang -5
Sumber : Pengolahan PT. Damai Batuan Lestari
2. Data analisis kelongsoran (Strike/dip)
Data yang diperlukan dalam menentukan kelongsoran adalah data stike dip
sebanyak 20 data rekahan berikut ini adalah hasil pengukuran:

5
Tabel 4.3
Data Strike Dip
No. Data No. Data

1 N 40 E / 34 NE 11 N 96 E / 40 SE

2 N 36 E / 42 NE 12 N 98 E /52 SE

3 N 46 E / 42 NE 13 N 103 E / 42 SE

4 N 50 E / 32 NE 14 N 102 E / 48 SE

5 N 53 E / 40 NE 15 N 110 E / 69 SE

6 N 60 E / 40 NE 16 N 106 E / 32 SE

7 N 60 E / 46 NE 17 N 114 E / 30 SE

8 N 72 E / 42 NE 18 N 117 E / 30 SE

9 N 84 E / 42 NE 19 N 121 E / 38 SE

10 N 88 E / 40 NE 20 N 120 E / 53 SE

Sumber: Pengolahan PT. Damai Batuan Lestari


2. Data sifat fisik dan mekanik
Data sifat fisik berisi seperti bobot isi asli (natural density), bobot isi kering
(dry density), bobot isi (saturated density), berat jenis semu (apparent
specific gravity), berat jenis sejati (true specific gravity), kadar air asli
(natural water content) Saturated water content (absorption), derajat
kejenuhan, porositas, void ratio.
Sifat mekanik dari lapisan penutup bijih seperti kuat geser untuk mengetahui
kohesi dan sudut gesek dalam serta uji UCS untuk mengetahui batas
elastisitas pada batuan. Berikut ini adalah hasil rekapitulasi pengujian
geoteknik yang terdiri dari uji fisik dan sifat mekanik pada sampel:

N0. Material UCS Bobot Isi Bobot Isi Kohesi Sudut

(Mbpa) Asli Jenuh (C) Geser

(KN/M3) (KN/M3) Kpa Dalam

1 Pasir 4,1 22,09 24,29 29,86 29,86

2 Pasir 4,12 22,1 24,3 29,859 29,859

6
3 Pasir 4,09 22,12 24,32 29,85 29,85

4 Pasir 4,09 22,09 24,29 29,857 29,857

5 Pasir 4,1 22,12 24,32 29,87 29,87

6 Pasir 4,12 22,2 24,4 29,861 29,861

7 Pasir 4,1 22 24,2 29,858 29,858

8 Pasir 4,1 22,09 24,29 29,869 29,869

9 Pasir 4,1 22,11 24,31 29,866 29,866

10 Pasir 4,13 22,1 24,3 29,867 29,867

Total 41,05 221,02 243,02 383,47 298,617

Rata-rata 4,105 22,102 24,302 38,347 29,8617

Sumber : Pengolahan PT. Damai Batuan Lestari

Tabel 4.
Sifat Fisik dan Mekanik Soil
N0. Material UCS Bobot Isi Bobot Isi Kohesi Sudut

(Mbpa) Asli Jenuh (C) Geser

(KN/M3) (KN/M3) Kpa Dalam

1 Soil 1,01 12,04 15,68 16,04 10,92

2 Soil 1,01 12,04 15,22 16,02 10,9

3 Soil 1,01 12,04 19,13 16,06 10,9

4 Soil 1 12,02 20,98 16,04 10,91

5 Soil 1,01 12,04 17,32 16,05 10,9

6 Soil 1,01 12,03 17,41 16,01 10,9

7 Soil 1,01 12,04 15,5 16,02 10,89

8 Soil 1 12,04 13,31 16,06 10,9

9 Soil 1,01 12,2 20,34 16,05 10,9

7
10 Soil 1 12,04 22,32 16,043 10,891

Total 10,07 120,53 177,21 180,3653 160,393

Rata-rata 1,007 12,053 17,721 18,03653 16,0393

Sumber : Pengolahan PT. Damai Batuan Lestari

4.1.1.2 Jumlah
Pada pelaksanaan kegiatan lapangan telah dilakukan pengambilan sejumlah
sampel untuk diuji di laboratorium. Berikut ini adalah jumlah data yang
diperlukan dalam analisis:
1. 10 sampel uji sifat fisik dan mekanik yang masing masing adalah hasil
pengujian tiap litologi.
2. 1 hasil data pengujian RMR pada litologi pasir.
3. 20 data strike dip sebagai analisis kelongsoran.

4.1.1.3 Sebaran Data


Data yang diambil untuk pengujian berada di dalam IUP dengan posisi yang
tersebar di beberapa titik yang disajikan pada tabel berikut ini:

Tabel 4.6
Koordinat Sampel Uji

No Kode Test Koordinat

Pit BUJUR TIMUR (BT) LINTANG SELATAN (LS)


(°) (') (") (°) (') (")
1. S-1 108 39 5,021 6 57 2,250
2. S-2 108 39 5,011 6 57 4,640
3. S-3 108 39 9,710 6 57 3,647
4. S-4 108 39 16,327 6 57 2,847
5. S-5 108 39 20,146 6 57 1,070
6. S-6 108 39 18,048 6 56 58,369
7. S-7 108 39 17,637 6 56 56,042
8. S-8 108 39 4,695 6 56 55,668
Sumber : Data Hasil Penelitian PT. Damai Batuan Lestari

8
Gambar 4.1
Peta Sebaran Sampel

4.1.2 Analisis Geoteknik

4.1.2.1 Kemampugalian dan Kemampugaruan

Analisis kemampugaruan batuan yang dapat menentukan cara efektif


pembongkaran batuan yang sesuai di wilayah penyebaran batuan tersebut.
Namun, proses penggaruan tidak dapat dilakukan sepenuhnya pada semua batuan
dikarenakan sifat batuan yang memilki kekerasan yang berbeda. Berdasarkan
KEPMEN ESDM Nomor 1827/K/30/MEM/2018 tentang Pedoman Pelaksanaan
Kaidah Teknik Pertambangan yang Baik, maka dalam hal mementukan metode
pemerian batuan mempertimbangkan paling kurang:

1. Metode gali bebas (free digging) untuk batuan yang memiliki nilai Uniaxial
Compressive Strength (UCS) kurang dari 1,5 MPa dengan Geological
Strength Index (GSI) kurang dari 50 (lima puluh) atau kecepatan seismik
massa batuan kurang dari 450 (empat ratus lima puluh) m/s.

9
2. Metode garu (ripping) untuk batuan yang memiliki nilai UCS 1,5 - 40 MPa
dengan GSI 50 - 70 atau kecepatan seismik massa batuan antara 450 – 1650
m/s.

Batuan yang berada di lokasi IUP PT. Damai Batuan Lestari merupakan batuan
lunak dan memiliki nilai UCS antara 3,3 – 13,2 Mpa. Pada lokasi ini, memiliki
nilai UCS kurang lebih 4 Mpa.

Tabel 4.7
Besaran Parameter UCS (Kirsten, 1982 dengan modifikasi)
Kekerasan Identifikasi UCS (Mpa)
Batuan sangat Batuan hancur sama sekali dengan pukulan 1,7
pelan menggunakan palu geologi, dapat 1,7 – 3,3
lunak
dikupas dengan pisau, terlalu keras untuk
dipecah dengan tangan
Batu lunak Dapat digores dan dikupas dengan pisau, 3,3- 6,6
pecahan berukuran 1 – 3 mm ketika 6,6 – 13,2
dipukul pelan dengan palu
Batu keras Tidak dapat digores dan dikupas dengan 13,2 – 26,4
pisau, sampel setangan dapat dipecah
dengan sekali pukul menggunakan palu
geologi
Batu sangat keras Sampel setangan dipecah dengan pukulan 26,4 – 53,0
lebih sari satu kali menggunakan palu 53,0 – 106,0
Batu sama sekali Sampel setangan memerlukan banyak 106,0 – 212,0
keras pukulan untuk dipecah 212,0

Dari beberapa penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa batuan di lokasi
penelitian merupakan batuan lunak dan kemampugaruan batuan di lokasi ini
adalah mampu dilakukan penggaruan (ripping), dimana kegiatan penambangan
dapat dilakukan dengan menggunakan bantuan alat berat berupa excavator.

Tabel 4.8

10
Klasifikasi Kemampugaruan-Galian Berdasarkan Unconfined Compression
Strength (Franklin dkk, 1971 dengan modifikasi)
UCS (Mpa) Kategori Kemampugalian
<2 Penggalian langsung (direct loading)
2 – 10 Penggaruan (ripping)
10 – 20 Penggaruan dan pemotongan (ripping and cutting)
20 – 30 Peledakan sedang (medium blasting)
>30 Peledakan berat (heavy blasting)

4.1.2.2 Kestabilan Lereng

Analisis kestabilan lereng dilakukan untuk menentukan faktor aman dari bidang
longsor yang potensial, yaitu dengan menghitung besarnya kekuatan geser untuk
mempertahankan kestabilan lereng dan menghitung kekuatan geser yang
menyebabkan kelongsoran kemudian keduanya dibandingkan. Kestabilan lereng
juga tergantung pada gaya penggerak dan gaya penahan yang bekerja pada bidang
gelincir tersebut. Perbandingan antara gaya-gaya penahan terhadap gaya-gaya
yang menggerakkan tanah inilah yang disebut dengan Faktor Keamanan (FK)
lereng penambangan. Secara sistematis faktor keamanan suatu lereng dapat
dikategorikan dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Jika nilai faktor keamanan lereng < 1 maka lereng tersebut tidak aman.

2. Jika nilai faktor keamanan lereng = 1 maka lereng tersebut labil.

3. Jika nilai faktor keamanan lereng > 1 maka lereng tersebut aman.

Untuk menganalisis kestabilan lereng yang aman, perlu dilakukan permodelan


desain lereng tambang guna mengetahui nilai faktor keamanan (FK)
menggunakan software Slide v6.0, dimana menggunakan metode Bishop
Simplified serta menggunakan kriteria keruntuhan Mohr Coloumb dalam analisa
dengan memasukan data define material.

Tabel 4.9
Define Material
Jenis Material Kohesi (kN/m2) Sudut Geser Berat Jenis

11
Dalam ( ) (kN/m3)
Top soil 39,347 24,055 22,8
Batu Pasir 30,5 29,7 15,5
Sumber: Pengolahan Data PT. Damai Batuan Lestari

Tabel 4.10
Statistik Material
Jenis Properti Distribusi Mean Std. Rel. Rel.
Material Deviasi Min Max

Soil Kohesi Normal 39,9 3,2 3,2 5,6

Soil Sudut Geser Normal 30 1,1 2,1 1,1


Dalam

Soil Berat Jenis Normal 22,8 1 1,6 1,8

Pasir Batu Kohesi Normal 39,9 0,9 1,7 1

Pasir Batu Sudut Geser Normal 30 0,7 1 1,2


Dalam

Pasir Batu Berat Jenis Normal 15,5 0,1 0,1 0,1

Sumber: Pengolahan Data PT. Damai Batuan Lestari

Adapun hasil analisis perhitungan nilai faktor keamanan (FK) dengan variasi nilai
sudut kemiringan lereng menggunakan software Slide v6.0 adalah sebagai berikut:

Tabel 4.10
Hasil Analisa Faktor Keamanan Lereng Overall Menggunakan Slide v6.0
Tinggi (m) Kemiringan Lebar (m) Faktor Keterangan

( ) Keamanan

(FK) dengan

Beban
9,5 30 4 1,079 Aman
9,5 35 4 0,828 Tidak aman
9,5 45 4 0,763 Tidak aman
Sumber: Pengolahan Data PT. Damai Batuan Lestari

12
Gambar 4.3
Hasil Analisis FK pada Lereng Tinggi 9,5 m sudut lereng 30˚ dengan Beban
Excavator PC 200-8*8

13
Gambar 4.4

Hasil Analisis FK pada Lereng tinggi 9,5 m


kemiringan lereng 35˚ dengan Beban
Excavator PC 200-8*8

14
Gambar 4.5

Hasil Analisis FK pada Lereng tinggi 9,5 m


kemiringan lereng 45˚ dengan Beban
Excavator PC 200-8*8

Dalam menentukan kestabilan dari suatu lereng perlu adanya pengkajian terhadap
karakteristik dari suatu batuan. Berikut ini adalah metode yang digunakan yaitu
klasifikasi massa batuan berdasarkan pembobotan RMR oleh Bieniawski 1984,
menentukan tipe longsoran dengan metode stereografis serta menetukan nilai
faktor keamanan menggunakan metode Bishop dan probabilitas kelongsoran
menggunakan metode Mohr-Coloumb.
1. Rock Mass Rating (RMR)
Sistem RMR adalah suatu metode empiris untuk menentukan pembobotan dari
suatu massa batuan, yang digunakan untuk mengevaluasi ketahanan massa
batuan sebagai salah satu cara untuk menentukan kemiringan lereng
maksimum yang bisa diaplikasikan untuk hal pembuatan terowongan

15
(Bieniawski, 1973). Parameter yang digunakan dalam klasifikasi massa batuan
menggunakan pembobotan RMR yaitu:
a. Kuat tekan uniaksial
b. Rock Quality Designation

c. Jarak diskontinuitas

d. Kondisi bidang diskontinyu

e. Kondisi air tanah

Berikut merupakan hasil pembobotan massa batuan berdasarkan RMR:

Tabel 4.11
Hasil Rekapitulasi Klasifikasi Massa Batuan Pasir
No Parameter Nilai Bobot
1. UCS 4.10 Mpa 4
2. RQD 29,00% 8
3. Jarak Diskontinuitas 0.35 m 15
4. Kondisi Diskontinuitas Kemenerusan kekar, 10
bukaan kekar,
kekerasan kekar
5. Kondisi Air Tanah Lembab 10
Bobot 47

Sumber: Pengolahan Data PT. Damai Batuan Lestari

Tabel 4.12
Hasil Klasifikasi RMR
KELAS MASSA BATUAN RMR (BIENIAWSKI, 1989)
Bobot 100-81 80-61 60-41 40-21 <21
Kelas I II III IV V
Deskripsi Sangat Baik Sedang Lemah Sangat
baik Lemah
Sumber: Pengolahan Data PT. Damai Batuan Lestari

2. Analisis Tipe Longsoran

16
Data yang diperlukan dalam menentukan kelongsoran adalah data stike dip
sebanyak 20 data rekahan berikut ini adalah hasil pengukuran:
Tabel 4.13
Data Strike Dip
No Data No Data
1 N 40 E / 34 NE 11 N 96 E / 40 SE
2 N 36 E / 42 NE 12 N 98 E /52 SE
3 N 46 E / 42 NE 13 N 103 E / 42 SE
4 N 50 E / 32 NE 14 N 102 E / 48 SE
5 N 53 E / 40 NE 15 N 110 E / 69 SE
6 N 60 E / 40 NE 16 N 106 E / 32 SE
7 N 60 E / 46 NE 17 N 114 E / 30 SE
8 N 72 E / 42 NE 18 N 117 E / 30 SE
9 N 84 E / 42 NE 19 N 121 E / 38 SE
10 N 88 E / 40 NE 20 N 120 E / 53 SE
Sumber: Hasil Pengolahan Data PT. Damai Batuan Lestari
Berdasarkan analisa kinematik menggunakan proyeksi software Dips 7.0
kemungkinan terjadi sebuah longsoran baji dikarenakan memenuhi syarat yaitu
dimana suatu kemiringan garis potong harus lebih kecil dari sudut kemiringan.
Kemiringan garis potong adalah 39˚ itu lebih kecil dari 45˚ maka dari itu dengan
proyeksi stereografis ini berpotensi terjadinya longsoran baji. Berdasarkan data
diatas, didapatkan longsoran baji seperti pada gambar dibawah ini:

Gambar 4.5

17
Hasil Analisa Kinematik menggunakan
Software Dips 7.0

4.1.3 Rekomendasi Geoteknik


4.1.3.1 Rekomendasi Penggalian dan Penggaruan
Penambangan sirtu yang akan dilakukan direkomendasikan dilakukan dengan
menggunakan sistem penambangan terbuka dengan metode quarry. Berdasarkan
hasil penelitian yang telah dilakukan, bahwa material di PT. Damai Batuan Lestari
memliliki karakteristik batuan lunak sehingga kemampugaruan batuan adalah
penggaruan (ripping). Proses penggaruan dilakukan dengan excavator dan
diangkut menggunakan dumptruck.

Untuk tanah pucuk yang terdapat diatas lapisan sirtu akan digali dan kemudian
disimpan tempat yang telah disediakan. Tempat penyimpanan tanah pucuk berada
di satu tempat yang sama, dimana tempat tersebut berada pada lokasi yang dekat
dengan jalan utama.

4.1.3.2 Rekomendasi Geometri dan Dimensi Lereng


Sistem penambangan menggunakan sistem tambang terbuka dengan metode
quarry dimana metoda penambangan yang dipakai untuk menggali batuan.
Tambang terbuka merupakan kegiatan usaha penggalian yang seluruh aktivitas
kerjanya berhubungan langsung dengan udara bebas yang letaknya tepat di
permukaan tanah. Analisis geoteknik dilakukan untuk mendapatkan tinggi jenjang
dan kemiringan jenjang dengan kemantapan minimum atau FK (faktor keamanan)
minimum untuk mengatasi masalah kelongsoran. Berikut adalah analisis faktor
kemantapan lereng dengan menggunakan kriteria Mohr Coulomb dan metode
Bishop yang mana dalam metode ini memerlukan data – data yaitu: Data uji kuat
tekan batuan, Data sifat fisik dan mekanik batuan, selanjutnya data – data ini akan
di lakukan analisa dengan menggunakan software slide 7.0 dan mendapatkan
kondisi lereng yang aman untuk direkomendasi.

1. Lereng Tunggal Pertama

a. Tinggi lereng: 9,5 m

b. Kemiringan lereng: 30°

c. Faktor keamanan (FK): 1,079

18
d. beban Excavator: 24,78 Ton

2. Lereng Tunggal Kedua

a. Tinggi lereng: 9,5 m

b. Kemiringan lereng: 35°

c. Faktor keamanan (FK): 0,828

d. beban Excavator: 24,78 Ton

3. 2. Lereng Tunggal Ketiga

a. Tinggi lereng: 9,5 m

b. Kemiringan lereng: 45°

c. Faktor keamanan (FK): 0,763

d. beban Excavator: 24,78 Ton

4.1.3.3 Rekomendasi Pemantauan Geoteknik


Pemantauan ketidakstabilan lereng umumnya digunakan untuk memantau
pergerakan massa batuan. Parameter pergerakan yang dipantau antara lain besar
dan arah pergerakan, serta laju dan percepatan pergerakan. Kegiatan pemantauan
ini dilakukan 1 (satu) bulan sekali. Kegiatan pemantauan dilakukan secara
langsung untuk mengetahui pergerakan suatu titik atau area tertentu pada lokasi
dengan menggunakan alat pemantauan berupa theodolite. Hasil dari data-data
pemantauan yang diperoleh dari kegiatan pemantaun kemudian dimodelkan dan
dianalisis. Hasil dari interpretasi yang diperoleh berupa arah dan laju pergeseran
lereng, potensi luas atau besar longsoran yang terjadi, serta perkiraan kapan
longsoran tersebut akan terjadi.

4.2 Hidrologi dan Hidrogeologi


4.2.1 Hidrologi
Hidrologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang pergerakan, distribusi, dan
kualitas air di bumi. Siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah
berhenti dari atmosfir ke bumi dan kembali ke atmosfir melalui proses
kondensasi, presipitasi, evaporasi dan transpirasi. Pemanasan air samudera oleh
sinar matahari merupakan kunci proses siklus hidrologi tersebut dapat berjalan
secara kontinu. Air mengalami evaporasi, kemudian jatuh sebagai presipitasi

19
dalam bentuk air hujan, salju, hujan batu, hujan es dan salju (sleet), hujan gerimis
atau kabut. Air tanah dan air permukaan merupakan sumber air yang mempunyai
ketergantungan satu sama lain, air tanah adalah sumber persediaan air yang sangat
penting; terutama di daerah-daerah dimana musim kemarau atau kekeringan yang
panjang menyebabkan berhentinya aliran sungai. Banyak sungai dipermukaan
tanah yang sebagian besar alirannya berasal dari sumber air tanah, sebaliknya juga
aliran sungai yang merupakan sumber utama imbuhan air tanah. Secara umum
terdapat 2 sumber air tanah yang dijelaskan sebagai berikut:

1. Air hujan yang meresap kedalam tanah melalui pori-pori atau retakan dalam
formasi batuan dan akhirnya mengalir mencapai permukaan air tanah.
2. Air dari aliran air permukaan diatas tanah seperti danau, sungai, reservoir dan
lain sebaginya yang meresap melalui pori-pori tanah masuk kedalam lajur
jenuh.
Pada perjalanan menuju bumi beberapa presipitasi dapat ber-evaporasi kembali ke
atas atau langsung jatuh yang kemudian di-intersepsi oleh tanaman sebelum
mencapai tanah. Secara ringkas dapat dijelaskan bahwa siklus hidrologi terus
bergerak secara kontinu sebagai berikut:
1. Presipitasi

Presipitasi adalah peristiwa jatuhnya cairan dari atmosfer ke permukaan


bumi, dapat berupa hujan air, hujan es maupun salju; presipitasi adalah faktor
utama yang mengendalikan berlangsungnya daur hidrologi dalam suatu
wilayah DAS. Keberlanjutan proses ekologi, geografi dan tata guna lahan
dalam suatu wilayah DAS ditentukan oleh berlangsungnya proses hidrologi.
Sekaligus juga sebagai pembatas bagi usaha pengelolaan sumber daya air
permukaan dan sumber daya air tanah. Ada beberapa faktor yang
berpengaruh terhadap presipitasi:
a. Terdapat uap air di atmosfer

b. Faktor meteorologi (suhu, kelembaban, awan)

c. Lokasi/tempat sehubungan dengan sistem sirkulasi secara umum

d. Terdapat rintangan alam (pegunungan, dan lain sebagainya)

2. Evaporasi/evapotranspirasi

20
Evaporasi/evapotranspirasi adalah peristiwa berubahnya air menjadi uap yang
bergerak dari permukaan tanah, air dan tumbuhan ke udara. Air yang ada di
laut, di daratan, di sungai, di tanaman, dsb. Kemudian akan menguap ke
angkasa (atmosfer) dan kemudian akan menjadi awan. Pada keadaan jenuh
uap air (awan) itu akan menjadi bintik-bintik air yang selanjutnya akan turun
(precipitation) dalam bentuk hujan, salju, es. Ketika air dipanaskan oleh sinar
matahari, permukaan molekul-molekul air memiliki cukup energi untuk
melepaskan ikatan molekul air tersebut dan kemudian terlepas dan
mengembang sebagai uap air yang tidak terlihat di atmosfir. Sekitar 95.000
milyar kubik air menguap ke angkasa setiap tahunnya, hampir 80.000 milyar
kubik menguapnya dari lautan. Hanya 15.000 milyar kubik berasal dari
daratan, danau, sungai, dan lahan yang basah, dan yang paling penting juga
berasal dari tranpirasi oleh daun tanaman yang hidup. Proses semuanya itu
disebut Evapotranspirasi.

3. Infiltrasi/perkolasi

Fenomena meresapnya air kedalam ke dalam tanah - Air bergerak ke dalam


tanah melalui celah-celah dan pori-pori tanah dan batuan menuju muka air
tanah. Air dapat bergerak akibat aksi kapiler atau air dapat bergerak secara
vertikal atau horizontal dibawah permukaan tanah hingga air tersebut
memasuki kembali sistem air permukaan. Kecepatan infiltrasi cenderung
menurun secara eksponensial (Horton, 1933) pada saat hujan meningkat
yaiyu apabila curah hujan melebihi kapasitas infiltrasinya. Kecepatan
infiltrasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : Jenis tanaman, Kondisi
permukaan atanah, Suhu, Intensitas hujan, Kualitas air, Volume simpanan
bawah tanah, Kelembaban tanah dan udara yang terdapat dalam tanah, Sifat-
sifat fisik tanah/struktur tanah.

4. Larian Air Permukaan (surface run off) diatas permukaan tanah dekat dengan
aliran utama dan danau; makin landai lahan dan makin sedikit pori-pori tanah,
maka aliran permukaan semakin besar. Air permukaan, baik yang mengalir
maupun yang tergenang (danau, waduk, rawa), dan sebagian air bawah
permukaan akan terkumpul dan mengalir membentuk sungai dan berakhir ke

21
laut. Air hujan yang jatuh kebumi akan sampai ke saluran/sungai melalui
jalurnya masing-masing (Ward & Trimble, 2004): a. Larian permukaan bebas
(surface run off)

b. Aliran antara (interflow/subsurface run off)

c. Aliran air tanah (groundwater flow)

Proses perjalanan air di daratan itu terjadi dalam komponen-komponen siklus


hidrologi yang membentuk sisten Daerah Aliran Sungai (DAS). Jumlah air di
bumi secara keseluruhan relatif tetap, yang berubah adalah wujud dan
tempatnya. Aliran permukaan tanah dapat dilihat biasanya pada daerah urban.
Sungai-sungai bergabung satu sama lain dan membentuk sungai utama yang
membawa seluruh air permukaan disekitar daerah aliran sungai menuju laut.

Kajian hidrologi sangat penting dilakukan dalam melakukan analisa air pada
permukaan tambang PT. Damai Batuan Lestari dan merencanakan serta
merancang sistem penyaliran tambang, karena sangat berkaitan dengan aktivitas
air yang nantinya akan masuk ke dalam area tambang.

1. Daerah Tangkapan Hujan (DTH)


Daerah tangkapan hujan adalah permukaan yang pada saat terjadi hujan,
permukaan akan mengalirkan air ke tempat yang lebih rendah sampai
pada titik pengairan. Dimana daerah tangkapan hujan ini dapat ditentukan
berdasarkan topografi dan arah aliran air. Pada tambang PT. Damai
Batuan Lestari dapat dilihat pada gambar.

22
Gambar 4.6
Peta Daerah Tangkapan Hujan
Setelah menentukan daerah tangkapan hujan, kemudian mengukur luas
daerah tangkapan hujan tersebut pada peta kontur, dengan cara menarik
hubungan dari titik titik yang paling tinggi di sekitar tambang
membentuk polygon tertutup, dengan melihat kemungkinan arah
mengalir air. Luas dihitung dengan menggunakan bantuan software
ArcGIS 10.5.

2. Arah Aliran
Daerah tambang PT. Damai Batuan Lestari memliki topografi
bergelombang. Oleh karena itu, arah aliran pada daerah tersebut tidak
sama meskipun pada lokasi yang sangat berdekatan.

23
Gambar 4.7
Peta Arah Aliran Sungai
4.2.2 Hidrogeologi
Hidrogeologi terdiri dari dua kata yang terkait dengan bidang ilmu yang luas,
yaitu hidrologi dan geologi. Hidrologi merupakan bagian dari Hidrogeologi yang
mempelajari tentang penyebaran dan pergerakan air tanah dalam tanah dan batuan
di kerak bumi (umumnya dalam akuifer). Geologi adalah ilmu yang mempelajari
tentang bumi, dari permukaan hingga kebagian intinya. Dengan demikian
hidrogeologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang hubungan antara
materialmeterial penyusun bumi dengan proses-proses air atau ilmu yang
mempelajari keterdapatan, penyebaran, dan pergerakan air yang ada dibawah
permukaan bumi dengan penekanan kaitannya terhadap kondisi geologi.

4.2.3 Analisis Hidrologi dan Hidrogeologi


4.2.3.1 Hidrologi
Adapun kajian hidrologi meliputi:

1. Curah hujan
Dalam kegiatan analisis hidrologi dan hidrogeologi, PT. Damai Batuan
Lestari menggunakan data berupa data sekunder yaitu curah hujan.

24
Dimana data ini diperoleh dari Badan Pusat Statistika yang letak
pengukuran curah hujannya berada di Kuningan. Jumlah data curah hujan
yang digunakan untuk analisis sebanyak 11 tahun yaitu dari tahun 2012
sampai dengan tahun 2022.

Tabel 4.14
Data Curah Hujan Kabupaten Kuningan Tahun 2012 – 2022

Tahun
Bulan 201 201 201 201 201 201 201 202 202 202
2014
2 3 5 6 7 8 9 0 1 2
Januari 9,32 - 256 - 258 258 - 245 405 516 324
Februar
9,16 - 206 - 264 217 - 441 462 647 349
i
231,
Maret 6,84 - - 333 280 - 297 399 496 431
1
10,3
April - 271 - 243 232 - 367 361 239 428
9
72,1 74,
Mei 1,03 - 58 - 194 - 125 192 241
9 3
49,7 79,9 56,0 41,3
Juni 0,39 - - - 0 71 105
0 3 9 0
74,7 62,1 6,8
Juli 0 - - 41,8 - 0 62,6 165
2 9 0
86,6 62,3 55, 22,
Agustus 0 - - 0,74 - 0 20
6 8 6 3
Septem 74,0 38,3 64, 37,
0 - - 146 - 0 48
ber 2 7 7 3
26,3 38,2 52,
Oktober 2,19 - - 251 - 0 237 360
2 2 7
Novem 81,6 68,3
5,71 - - 197 214 - 498 601 374
ber 2 0
Desemb 14,4 265,
- - 277 195 - 383 496 404 223
er 5 62
Sumber : BPS Kabupaten Kuningan

25
Tabel 4.15
Data HariHujan Kabupaten Kuningan Tahun 2012 – 2022

Bulan Tahun

201 201 201 201 201 201 201 201 202 202 202
2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2
Januari 14 - 18 - 11 12 - 23 24 31 21
Februari 17 - 14 - 11 9 - 22 25 22 23
Maret 10 - 16 - 13 13 - 26 24 26 22
April 9 - 17 - 10 13 - 20 22 9 22
Mei 3 - 7 - 11 4 - 6 14 4 18
Juni 2 - 6 - 5 4 - 0 7 8 17
Juli 0 - 5 - 3 3 - 0 5 4 11
Agustus 0 - 4 - 5 1 - 0 9 5 2
Septemb
0 - 18 - 8 3 - 0 4 8 6
er
Oktober 6 - 3 - 13 4 - 0 15 7 19
Novemb
9 - 10 - 10 8 - 5 23 20 21
er
Desemb
20 - 18 - 13 11 - 16 27 26 23
er

Sumber : BPS Kabupaten Kuningan


Berdasarkan data curah hujan dan hari hujan Kabupaten Kuningan pada tabel 4.14
dan tabel 4.15 dapat diketahui curah hujan bulanan, curah hujan maksimum dan
jumlah hari hujan. Data-data tersebut digunakan untuk analisis curah hujan yang
terjadi dalam waktu 10 tahun terakhir pada tahun 2011 sampai 2020 diolah untuk
mendapatkan nilai curah hujan rencana serta nilai intensitas hujan maksimum.
Hasil Perhitungan curah hujan rencana dengan menggunakan metode Gumbel
dapat dilihat pada tabel 4.16.

26
Tabel 4.16
Perhitungan Curah Hujan Rencana

Tahun M
Bula RATA -
20 20 201 20 20 20 20 20 20 20 20 A
n RATA
12 13 4 15 16 17 18 19 20 21 22 X
Janua 9,3 25 25 24 40 51 32 51
- 256 - -
ri 2 8 8 5 5 6 4 323.1 6
Febru 9,1 26 21 44 46 64 34 64
- 206 - -
ari 6 4 7 1 2 7 9 369.4 7
Mare 6,8 231 33 28 29 39 49 43 49
- - -
t 4 ,1 3 0 7 9 6 1 372.7 6
10, 24 23 36 36 23 42 42
April - 271 - -
39 3 2 7 1 9 8 305.9 8
72
1,0 19 12 19 74 24
Mei - 58 - ,1 - 24
3 4 5 2 ,3 1
9 162.0 1
79 56 41
0,3 49, 10
Juni - - ,9 ,0 - 0 ,3 71 10
9 70 5
3 9 0 58.7 5
62
74, 41 62 6, 16
Juli 0 - - ,1 - 0 16
72 ,8 ,6 80 5
9 55.0 5
62
Agus 86, 0, 55 22
0 - - ,3 - 0 20
tus 66 74 ,6 ,3
8 6.7 20
38
Septe 74, 14 64 37
0 - - ,3 - 0 48 14
mber 02 6 ,7 ,3
7 48.5 6
38
Okto 2,1 26, 25 23 52 36
- - ,2 - 0 36
ber 9 32 1 7 ,7 0
2 212.0 0
68
Nove 5,7 81, 19 21 49 60 37
- - - ,3 60
mber 1 62 7 4 8 1 4
0 376.8 1
Dese 14, 265 27 19 38 49 40 22 49
- - -
mber 45 ,62 7 5 3 6 4 3 329.7 6
Sumber: Data Pengolaham PT. Damai Batuan Lestari

4.2.3.2 Intensitas Hujan


Intensitas curah hujan diperlukan untuk menentukan besarnya debit air. Derajat
curah hujan dinyatakan oleh jumlah hujan per satuan waktu tertentu yang disebut
dengan intensitas curah hujan. Adapun data perhitungan intensitas curah hujan
dapat dilihat Dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

27
Keterangan:

I = Intensitas (mm/jam)

R24 = Curah Hujan maksimum (mm)

t = Lama waktu hujan ( jam )

Diketahui R24 = 647 mm

t = 1,45 jam

I= (
647 24
24 1 , 45 )
2/3

¿ 175 , 08 mm/ jam

4.2.3.3 Debit Air Limpasan


Debit air limpasan adalah besarannya air yang mencapai sungai tanpa mencapai
permukaan air tanah. Untuk mengetahui debit air limpasan dibutuhkan koefisien
limpasan. koefisien limpasan dapat dilihat pada tabel:

Tabel 4.17
Koefisien Limpasan Pada berbagai Kondisi

No. Kemiringan Kegunaan Lahan Nilai C


Persawahan, rawa-rawa 0,2
1 Datar, < 3 % Hutan Perkebunan 0,3
Pemukiman dan Taman 0,4
Hutan dan kebun 0,4
Menengah 3%- Pemukiman dan Taman 0,5
2
5% Vegetasi 0,6
Tanpa Tumbuhan , daerah Penimbunan 0,7
Hutan dan perkebunan 0,6
3 Curam > 15%
Perumahan 0,7

28
Vegetasi 0,8
Tanpa Tumbuhan dan daerah penimbunan 0,9
Sumber: Data Penelitian

Dengan diketahuinya koefisien limpasan maka debit air limpasan dapat diketahui
dengan menggunakan rumus:

Q = 0,278 x I x A x C

Keterangan:

Q: Debit air limpasan (m3 /detik)

I: Intensitas curah hujan (m/detik)

C: Koefisien limpasan

A: Luas (m2)

Debit air limpasan dan debit air hujan di tambang PT. Damai Batuan Lestari
dilihat pada perhitungan berikut ini:

Intensitas hujan (I) = 175,08 mm/jam

= 175,08/1000 = 0,17508 m/jam

Nilai Koefisien Limpasan = 0,4

Luas DTH 1 = 60800 m2

Maka

Q = 0,278 x 0,17508 m/jam x 60800 m2 x 0,4

= 1183,70 m3/jam

= 0,328 m3/detik

Luas DTH 2 = 8400 m2

Q = 0,278 x 0,17508 m/jam x 8400 m2 x 0,4

= 163,53 m3/jam

29
= 0,0454 m3/detik

Dari perhitungan di atas didapatkan total debit air limpasan sebesar 1347,23
m3/jam lalu dikalikan dengan lama maksimal hujan (1,45 jam) dalam sehari, maka
didapatkan total debit air limpasan sebesar 1953,48 m3/hari.

4.2.3.4 Debit Air Hujan


Debit air hujan merupakan Air hujan yang langsung masuk pada area
penambangan disini adalah perkiraan jumlah air hujan setiap tahun yang masuk ke
dalam pit. Dimana jumlahnya di sesuaikan dengan luas masing-masing kemajuan
tambang setiap tahun yang telah ditentukan Untuk menghitung debit air hujan,
perlu diketahui terlebih dahulu luas area dari pit bottom, serta besarnya nilai
intensitas hujan maksimum di daerah tersebut nilai intensitas hujan maksimum
adalah sebesar 175,8 mm/jam.

Berikut merupakan perhitungan debit air hujan yang langsung masuk pada area
penambangan sesuai dengan luas kemajuan tambang setiap tahun:

Q= I x A

Keterangan:

Q= Debit Air Hujan (m3/detik)

I = Intensitas Hujan (m/jam)

A= Luas Area (m2)


Maka:

Q = 175,8 mm/jam x 117.149 m2

= 0,17508 m/jam x 117.149 m2

= 4289,46 m3/jam

= 1.19152 m3/Detik

Dari perhitungan di atas didapatkan total debit air limpasan sebesar 4289,46
m3/jam lalu dikalikan dengan lama maksimal hujan (1,45 jam) dalam sehari, maka
didapatkan total debit air limpasan sebesar 6219,71 m3/hari.

30
4.2.4 Rekomendasi Hidrologi - Hidrogeologi
Jenis batuan di lokasi ini merupakan batuan yang terutama tersusun dari batu pasir
biasanya mengizinkan perkolasi air dan memiliki pori untuk menyimpan air dalam
jumlah besaar sehingga menjadikannya sebagai akuifer yang baik. Namun untuk
mengantisipasi jika terdapat masukan air dalam volume besar atau jika batuan
telah jenuh air, maka perusahaan akan menggunakan metode penyaliran yaitu
mine dewatering dengan membuat paritan untuk mengalirkan air ke kolam
pengendapan serta memompa air yang berada pada kolam pengendapan dialirkan
keluar area penambangan. Dimana dimensi parit kolam pengendapan serta pompa
disesuaikan dengan besar debit air yang harus dialirkan dan di tampung.

4.2.4.1 Rekomendasi Penyaliran Tambang Pada Quary


Saluran penyaliran pada PT. Damai Batuan Lestari menggunakan sistem saluran
penyaliran yaitu paritan. Saluran ini berfungsi untuk menampung dan mengalirkan
air ke kolam pengendapan, selain itu saluran puritan yang ada pada Perusahaan
juga bertujuan agar air limpaan tidak masuk ked ala area kerja penambangan dan
tidak mengganggu kegiatan penambangan maupun produksi. Bentuk saluran
puritan pada area penelitian berbentuk trapesium. Adapun data yang diambil
dalam perhitungan saluran paritan antara lain: lebar permukaan saluran, lebar
dasar saluran, dan kedalaman saluran. Perhitungan kapasitas pengaliran
menggunakan rumus manning.

1m
m
1m

 =64o
0,5 m

Gambar 4.8
Model Paritan

Perhitungan debit saluran terbuka:

31
1. Saluran
Diketahui dimensi saluran I adalah sebagai berikut
a. Kedalaman saluran (h) =1m
b. Lebar bagian atas (B) =1m
c. Lebar bagian bawah (b) = 0,5 m
d. Sudut kemiringan dinding(α) = 64o
e. z = 0,42
f. Gradient (S) = 0,020
g. Koefisien dinding saluran = 0,03
Maka perhitungan debit saluran terbuka adalah berikut ini
A = [ b + z x h] x h
= [ 0,5 + 0,42 x 1] x 1
= 0,92 m2
P = (2 x h x +b
= (2 x 1 x + 0,5
= (2 x 1,08) + 0,5
= 2,66 m
Q = (1/n) x (A/p)2/3 x S1/2xA
= 0,020
= 33,33 x 0,49 x 0,14 x 0,92
= 2,13 m3/detik

Tabel 4.18
Tabel Spesifikasi Paritan

Keterangan Ukuran
4.2.4. 2
Lebar permukaan atas saluran (B) 1m
Lebar dasar saluran (b) 0,5 m
Tinggi saluran (h) 1m
Gradien/kemiringan (S) 0,020
Koefisien dinding saluran (n) 0,03 (kerikil)
Sudut (°) 64°
Kapasitas Saluran Terbuka (Q) 2,13 m3/detik
Kolam Pengendapan
Kolam pengendapan berfungsi untuk mengendapkan partikel sedimen atau lumpur
sebelu nantinya dialirkan menuju Sungai yang berada di sebelah utara lokasi

32
tambang. Kolam pengendapan akan dibuat secara bertahap dengan mengikuti
kemajuan tambang. Dimana dimensi kolam pengendapan berdasarkan debit total
air limpasan dari daerah tangkapan hujan dan air hujan yang langsung pada area
penambangan dimana debit air limpasan dari daerah tangkapan hujan yaitu
sebesar 1953,49 m3/hari serta debit air hujan yang langsing masuk pada area
penambangan yaitu sebesar 6219,71 m3/hari. Kolam pengendapan harus memiliki
kapasitas lebih besar dibandingkan dengan debit limpasan dan debit air hujan
yang masuk pada area penambangan yang akan masuk ke kolam sehingga dapat
menampung air sesuai dengan kapasitas debitnya. Adapun kolam pengendapan
PT. Damai Batuan Lestari akan dibuat 1 kolam berbentuk segi empat dengan
dimensi sebagai berikut:

Tabel 4.19
Tabel Spesifikasi Kolam Pengendapan
No Dimensi Ukuran
1. Lebar kolam 20 meter
2. Kedalaman kolam 8 meter
3. Panjang 55 meter
4. Jumlah kolam 1
5. Luas kolam pengendapan 1100 m2
6. Kapasitas kolam 8.800 m3
Catatan: Debit limpasan dan air hujan yang langsung yaitu sebesar 8173,2 m3/hari

33
Gambar 4.9
Model Kolam Pengendapan Lumpur
4.2.4.3 Rekomendasi Pemantauan Penyaliran Tambang
Kegiatan pemantauan dan pengendalian didasarkan pada Kepmen ESDM nomor
1827K/30/MEM/2018 pada penyaliran tambang dengan melakukan pengerukan
saluran penyaliran dan kolam pengendapan menggunakan excavator atau alat
manual, jika dikemudian hari sedimentasi sudah tinggi. Air yang telah tertampung
di kolam pengendapan akan dialirkan ke sungai ketika air sudah tidak
mengandung lumpur. Selain itu dilakukan pemantauan fisik kolam pengendapan
dan kualitas air. Teknik pemantauan fisik adalah pengukuran terhadap rekahan
yang ada pada dinding kolam, sedangkan untuk kualitas air adalah dengan cara
pengambilan contoh air sehingga dapat dilakukan analisa laboratorium untuk
mengetahui tingkat kualitas air.

34
35

Anda mungkin juga menyukai