TINJAUAN PUSTAKA
4
5
selama ± 2 jam 30 menit. Beikur rute perjalanan menuju lokasi penelitian yang
dapat diperhatikan pada tabel 3.2
Tabel 2.3
Rute Perjalanan Menuju Lokasi penelitian
Jarak Waktu
No Jalur
Tempuh Tempuh
Desa Laban Wetan – Desa Benerwejo, ± 2 Jam 30
1 ± 114
Kecamatan Kejayan, Kabupaten Menit
Km
Pasuruan (Lokasi Penelitian)
(Sumber: Data penulis, 2024)
Berikut ini merupakan gambar peta kesampaian daerah menuju lokasi penelitian
PT. Bumi Kejayan yang dapat diperhatikan pada gambar 2.2``
gambar 2.4
Secara garis besar regional Lajur Gunungapi Kuarter memiliki 5 formasi antara
lain:
1. Formasi Tuff Rabano (Qvtr) : Tuf pasiran, Tuf batuapung, Breksi tufan dan tuf
halus abu.
2. Formasi Batuan Gunung Api Tengger (Qvt) : Tuf pasiran, Tuf batuapung, dan
Aglomerat.
Tabel 2.5
Luas Kemiringgan Tanah
No Kemiringan (%) Luas (Ha) Luas (%)
1 0 – 12,5 18.819,04 12,77
2 12,5 - 500 50.384,02 34
3 500 – 1.000 21.877,17 14,84
12
Lanjutan Tabel
2.5
4 1.000 – 2.000 18.615,08 12,635
Gambar 2.6
Keterangan Formasi Batuan Geologi Regional Lembar Malang
Adapun formasi yang terdapat di peta geologi lembar malang yaitu sebagai
berikut :
1. Aluvium (Qa) terdiri dari kerakal, kerikil, pasir, lempung dan lumpur.
Alluvium merupakan material lepas hasil proses sedimentasi pada jaman kuarter
(recent), terdapat sebagai endapan sungai (endapan fluvial), dataran banjir dan
pengisi dataran aluvial. Satuan ini merupakan hasil dari endapan sungai, rawa
dan endapan pantai. Endapan pantai terlampar sepanjang pantai Selat Madura,
yang sebagian besar berupa pasir kasar – halus dan lepas, setempat banyak
tercampur pecahan cangkang moluska atau kerang- kerangan dan koral. Endapan
Aluvial Kuarter ini dijumpai dibagian utara daerah Kabupaten Pasuruan, yaitu
Kecamatan Nguling, Kecamatan Lekok dan Bangil. Umur satuan ini adalah
holosen.
2.Endapan teras (Qt) terdiri dari konglongmerat, batupasir, lempung dan tuf
pasiran. Satuan ini terletak diatas dataran banjir, di sepanjang alur sungai. Faktor
yang mempengaruhi proses pembentukan dan perkembangan teras adalah
perubahan base level of erosion dan perubahan iklim. Umur satuan ini adalah
holosen.
3. Pasir Gunungapi Tengger (Qvs) terdiri pasir gunungapi, bom gunungapi dan
batuapung. Umur satuan ini adalah holosenBatuan Gunungapi Bromo (Qvb)
terdiri dari breksi gunungapi, lava, tuf, tuf breksi dan lahar. Umur satuan ini
adalah holosen.
4. Endapan rombakan cemartiga (Qtt) terdiri dari breksi tuf, lahar dan
reruntuhan batuan gunungapi. Umur satuan ini adalah holosen.
5. Batuan gunungapi kuarter (Qv (n-p)) atas terdiri dari breksi gunungapi, lava,
tuf, breksi tufan, aglomerat dan lahar. n; Gn. Penanggungan. P; Gn. Panderman.
Umur satuan ini adalah plistosen akhir sampai holosen.
6. Tuf rabano (Qvtr) terdiri dari tuf pasiran, tuf batuapung, tuf abu tuf halus abu.
Umur satuan ini adalah plistosen akhir sampai holosen.
7. Batuan Gunungapi Tengger (Qvt) terdiri dari tuf pasiran, tuf batuapung, tuf
abu dan aglomerat. Umur satuan ini adalah plistosen akhir.
8. Batuan Gunungapi Arjuna – Welirang (Qvaw) terdiri dari breksi gunungapi,
14
lava, breksi tufan dan tuf. Batuan Gunungapi Arjuna – Welirang terbentuk dari
material vulkanik berupa pasir vulkanik dan batuan vulkanik yang berasal dari
erupsi Gunungapi Arjuno – Welirang. Sehingga memungkinkan terdapat banyak
potensi bahan mineral galian berupa pasir vulkani dan batuanvulkanik, hal ini
terindikasi oleh keberadaan singkapan pasir vulkanik (tambang pasir) yang
terdapat disekitar wilayah penelitian. Pasir vulkanik danbatuan vulkanik berasal
dari dalam gunung berapi yang disemburkan saat terjadi letusan, yang kemudian
terbawa oleh hembusan angin dan menyebar mengikuti arah angin, sehingga
berjatuhan pada wilayah tertentu dengan jarak ratusan kilometer sampai ribuan
kilometer, yang kemudian akan terjadi proses pengendapan selama kurun waktu
geologi, sehingga menjadi lapisan sedimen berupa lapisan pasir. Umur satuan ini
adalah plistosen akhir.
9. Tuf malang (Qptm) terdiri dari tuf batuapung, tuf pasiran, tuf breksi, tuf halus
dan tuf lapilli. Umur satuan ini adalah plistosen akhir.
10. Batuan gunungapi kuarter tengah (Qpv(kb, r, t, b)) terdiri dari breksi
gunungapi, tuf, lava, aglomerat dan lahar. Wilayah ini mencangkup Kecamatan
Gempol, Beji, Prigen, Pasrepan, Puspo, Tosari dan Kecamatan Lumbang. Umur
satuan ini adalah plistosen tengah sampai plistosen akhir.
11. Batuan gunungapi kuarter bawah (Qp(g, j, a) terdiri dari breksi gunungapi,
breksi tuf, lava, tuf dan aglomerat. Umur satuan ini adalah plistosen tengah.
12. Batuan Gunungapi Anjasmara Tua (Qpat) terdiri dari breksi gunungapi,
breksi tuf, tuf dan lava. Umur satuan ini adalah plistosen awal sampai plistosen
tengah.
13. Formasi Welang (Qpw) terdiri dari batupasir tufan, batupasir, lempung,
konglongmerat dan tuf. Umur satuan ini adalah plistosen akhir
14. Formasi Jombang (Qpj) terdiri dari breksi, batupasir tufan, batulempung
tufan, lempung, batugamping dan tuf. Umur satuan ini adalah plistosen tengah.
Formasi ini terendapkan pada lingkungan darat dan litoral, yang kemudian
tertindih tak selaras oleh lajur Formasi Solo – Gunungapi kuarter. Formasi ini
tersingkap di Antiklin Gunung Bang dan Antiklin Raci di selatan sungai Porong.
15. Formasi kabuh (Qpk) terdiri dari batupasir tufan, batulempung tufan,
batupasir gampingan, konglongmerat, lempung dan tuf. Umur satuan ini adalah
15
Gambar 2.7
Peta Topografi
2.4.2 Litologi
Berdasarkan studi peneliti terdahulu bahwa batuan didaerah penelitian berupa
fragmen breksi vulkanik berukuran pasir-kerikil dan dijumpai setempat-setempat
bongkah andesit yang merupakan produk endapan lahar dari aktifitas vulkanisme
kelompok G. Tengger (Bromo Tua). Ketebalan satuan endapan batuan lahar
diperkirakan lebih dari 10 meter.
Komposisi bahan galian lebih didominasi oleh material / fragmen berukuran besar
(kerakal berangkah-bongkah andesit) pada bagian permukaan, hingga mencapai
80% dari baatuan yang ada di permukaan. Semakiin kebawah komposisi fragmen
berukuran kecil. Kondisi lapisan top soil yang terdapat di lokasi penelitian sebesar
95% dari luas area yang akan ditambang dengan ketebalan 1,5 meter.
Litologi pada lokasi penyelidikan berdasarkan pengeboran dapat dilihat pada gambar 2.9
Gambar 2.9
Litologi Pengeboran sumbu X pada daerah penyelidikan
Tabel 2.6
Diagram Hari Hujan rata-rata Tahun 2019-2023
DATA CURAH HUJAN TOTAL BULANAN (mm)
BULAN
TAHUN
19
1. Batuan beku vulkanik yatu batuan yang melewati proses vulkanisme. Batuan
beku vulkanik terbagi menjadi batuan beku batuan beku vulkanik ekstrusif atau
bisa disebut juga dengan batuan beku fragmental dan batuan beku vulkanik efusif,
batuan beku vulkanik intrusif.
2. Batuan beku plutonik yatu batuan yang telah melewati proses dari pembekuan
magma di dalam kerak bumi, batuan beku plutonik memiliki bentuk kristal yang
berbutir kasar (fanerik).
20
3. Batuan beku hipabisal yaitu hasil dari intrusi minor, mempunyai bentuk kristal
berukuran sedang (campuran antara halus dan kasar).
Batuan andesit termasuk satu dari batuan beku Ekstrusif atau kadang berupa
batuan beku hipabisal. Batuan beku vulkanik ekstrusif tersusun dari semua
material yang dimuntahkan ke permukaan baik di darat maupun di laut. Material
ini mendingin sangat cepat, ada yang berbentuk debu atau larutan kental dan
panas, padatan, yang disebut dengan istilah lava. Batuan beku ekstrusif tersebut
biasanya bersifat ringan serta berwarna abu-abu gelap. Dalam kondisi iklim
tertentu, batuan andesit kebanyakan berwarna coklat oleh karena itu untuk
mengidentifikasinya harus dilakukan analisa yang lebih detail. Batuan andesit
mengandung banyak mineral plagioklas feldspar yang kaya akan kandungan
biotit, piroksen, dan amphibole.
Andesit merupakan batuan kerak benua yang kebanyakan berada di atas zona
subduksi. Batuan andesit pada dasarnya terbentuk setelah pelelehan atau
pencairan lempeng samudera setelah tersubduksi. Pelelehan pada zona tersebut
disebabkan oleh subduksi yang proses terjadinya berasal dari sumber magma yang
mengalami penaikan ke permukaan kemudian membentuk batuan andesit.
Batuan andesit dapat terbentuk jauh dari ruang lingkup zona subduksi, sebagai
contoh, batuan ini dapat terbentuk pada "oceanic hotspots" dan "ocean ridges"
yang diperoleh dari pelelehan sebagian batuan basaltik. Andesit juga dapat pula
terbentuk saat terjadi letusan pada struktur didalam lempeng benua, sumber
magma terjadi pelelehan di dalam kerak bumi atau bercampur dengan magma.
Dapat disimpulkan bahwa, banyak lingkungan lain yang dapat membentuk
andesit.
2.9 Eksplorasi
Eksplorasi adalah suatu kegiatan untuk mencari dan mengetahui endapan mineral
berharga. Tahapan eksplorasi umumnya dilaksanakan meliputi empat tahap yaitu
survei tinjau, prospeksi, eksplorasi pendahuluan, dan eksplorasi rinci. Tujuan
penyelidikan geologi ini yaitu untuk mengetahui ukuran, bentuk, keterdapatan,
sebaran, kualitas serta kuantitas endapan sebagai dasar apakah kemungkinan
dilakukan investasi. Langkah dalam penyelidikan geologi ini melibatkan
21
1. Survei Tinjau
Tahap eksplorasi terdiri dari identifikasi wilayah potensi mineral dalam skala
regional terutama berdasarkan hasil survei geologi regional, termasuk pemetaan
geologi regional, foto udara, metode tidak langsung dan uji lapangan pendahuluan
untuk menarik kesimpulan tentang dasar ekstrapolasi. Tujuan survei tinjau adalah
untuk mengidentifikasi area yang berpotensi anomali atau termineralisasi untuk
penyelidikan lebih lanjut. Hanya perkiraan jumlah atau kuantitas yang harus
dibuat. Apabila datanya lengkap atau ada kemiripan dengan endapan lain.
2. Prospeksi
Fase eksplorasi dengan memperkecil area yang memiliki potensi mineralisasi.
Teknik yang dipakai dalam hal ini yaitu pemetaan geologi untuk mengenali
lapisan batuan yang tersingkap dan metode tidak langsung seperti studi geokimia
dan geofisika. Kegiatan penggalian, pengeboran dan pengambilan sampel terbatas
juga dapat dilakukan selama prospeksi. Tujuan prospeksi yaitu untuk menentukan
cebakan mineral mana yang akan menjadi target pada tahap eksplorasi berikutnya.
3. Eksplorasi Umum
Fase eksplorasi adalah penggambaran awal dari cebakan mineral yang ditemui.
Teknik yang dipakai dalam eksplorasi umum meliputi survei geologi,
pengambilan sampel skala besar, penggalian parit dan pengeboran untuk
memberikan perkiraan awal kuantitas dan kualitas cebakan mineral. Interpolasi
dapat dilaksanakan sampai batas tertentu berdasarkan metode penelitian tidak
langsung. Tujuan eksplorasi umum yaitu untuk mengetahui karakteristik geologis
22
suatu bahan galian berdasarkan data sebaran dan ukuran, bentuk, sebaran, jumlah
dan kualitas sebelumnya. Tingkat akurasi harus dipakai untuk mendapatkan
apakah studi kelayakan dan eksplorasi rinci dibutuhkan.
4. Eksplorasi Rinci
Fase eksplorasi dimana kemunculan mineral yang diketahui didefinisikan secara
rinci dalam tiga dimensi dengan mengambil sampel pada batuan yang tersingkap,
parit, lubang bor, shafts dan terowongan. Interval sampling sedemikian dekat
sehingga ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas dan kualitas serta karakteristik dari
endapan mineral lainnya dapat ditentukan dengan sangat akurat. Tes penanganan
sampel massal mungkin diperlukan.
2.11 Sumberdaya dan Cadangan
Sumberdaya mineral merupakan kumpulan mineral yang bernilai ekonomis di
dalam kerak bumi dengan kualitas, ukuran dan kuantitas tertentu yang secara
wajar diperkirakan dapat dieksploitasi secara ekonomi. Sumberdaya ini dapat
ditingkatkan menjadi cadangan jika telah dilaksanakan studi kelayakan dan
dibuktikan layak.
1.Cadangan Terkira
Cadangan mineral terkira adalah komponen dari sumberdaya mineral tertunjuk
yang mempunyai nilai ekonomis untuk diekstraksi, dan dalam keadaan tertentu
juga merupakan bagian sumberdaya mineral terukur. Ini termasuk pengenceran
dan kehilangan material yang dapat terjadi saat material ditambang. Penilaian dan
studi yang akurat harus dibuat dan mencakup pertimbangan dan memodifikasi
asumsi faktor penambangan, metalurgi, ekonomi, komersial, hukum, lingkungan,
sosial dan pemerintahan. Pada saat pelaporan, tinjauan ini memperlihatkan bahwa
yang telah diekstraksi sudah dapat dibenarkan dan logis.
2.Cadangan Terbukti
Cadangan mineral terbukti adalah komponen dari sumberdaya terukur yang
24
Prinsip dari metode ini yaitu membuat penampang melintang yang dipakai untuk
25
menghitung sirtu. Setelah menghitung luas, volume dihitung sesuai dengan rumus
perhitungan, perhitungan dapat dilakukan dengan memakai satu penampang, dua
penampang atau rangkaian banyak penampang dengan jarak antar penampang
sama panjang.
b. Ketebalan/kedalaman
Penerapan pedoman perubahan bertahap ketebalan antara dua penampang
memiliki satu nilai yang diperoleh dengan menginterpolasikan dua nilai ketebalan
penampang.
c. Volume sumberdaya
Volume sumberdaya adalah representasi sumberdaya tiga dimensi. Selisih yang
terjadi dalam satu dimensi dan dalam dua dimensi akan menjadi selisih
kumulatif dalam perhitungan tiga dimensi.
Gambar 2.13
26
S 1+ S 2 S 2+ S 3 Sn+ Sn
V = L 1+ L 2+… ln
2 2 2
…………………………………………
Sedangkan luas yang dihitung adalah rata-rata luas volume antara kedua buah
penampang dengan kondisi S1 <; 0,5 S2, maka perhitungan dilakukan dengan
rumus sebagai berikut:
28