Anda di halaman 1dari 25

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Profil Perusahaan


PT. Bumi Kejayan secara Administratif terletak di Kecamatan Kejayan,
Kabupaten Pasuruan, Provinsi Jawa Timur. PT. Bumi Kejayan sebegai salah satu
perusahaan swasta nasional yang bergerak di bidang pertambangan andesit yang
dalam akta pendiriannya bergerak di bidang pertambangan turut serta untuk
mengembangkan peluang usaha dalam bidang pertambangan khususnya di
Kabupaten Pasuruan dalam rangka memperluas lapangan kerja dan meningkatkan
taraf hidup masyarakat khususnya di Kecamatan Kejayan dan sekitarnya.
PT. Bumi Kejayan merupakan perusahaan afiliasi dari logistik dan transportasi
sejak tahun 1996, PT. Bumi Kejayan didirikan sejak tahun 2011 dengan aktivitas
pertambangan batu Andesit yang selanjutnya diproduksi menjadi batu split
kemudianakan dipasarkan pada daerah pasuruan dan sekitarnya.
PT. Bumi Kejayan kantornya beralamat di Jalan Bader no.01 RT 09 RW 03
Kalirejo, Bandil Pasuruan dengan NPWP 31.645.442.0-624.000 0yang
menggunakan sistem quarry baik yang terletak di desa Benerwojo maupun di
Banyuwangi. Dalam proses produksi adapun perusahaan yang berkerjasama
sebagai kostumer diantaranya PT. Beton Indograha, PT. Brantas Abipraya, CV.
Dinoyo Beton, CV. Duta Beton, PT. Focon Indonesia, PT. Granting Jaya, PT.
Hakaaston, PT. Landas Putra Cahya Perdana, PT. Merak Jaya Pratama, Jayamix,
PT. Semen Indogreen Sentosa, PT. Surya Marha Utama dan PT. Waskita Karya.
2.1.2 Perizinan
Bentuk legalitas perizinan usaha pertambangan yang dimiliki oleh PT. Bumi
Kejayan yang secara administratif terletak pada wilayah Desa Benerwejo,
Kecamatan Kejayan, Kabupaten Pasuruan, Provinsi Jawa Timur antara lain :

1. Persetujuan pemberian Wilayah Izin Usaha Pertambangan Komoditas Batuan


(Andesit) dengan luas 4,92 Ha kepada PT. Bumi Kejayan melalu surat Keputusan
Kementrian dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia, Direktorat Jendral

4
5

Mineral dan Batubara Nomor 545/151/124.2/WIUP/2024


Tabel 2.1
Identitas Peruzahaan PT. Bumi Kejayan
1 Nama Perusahaan PT. Bumi Kejayan

Desa Benerwejo, Kecamatan Kejayan,


2 Alamat Perusahaan
Kabupaten Pasuruan, Provinsi Jawa
Timur
3 Telepon -
4 NPWP Perusahaan 31.645.442.0-624.000
5 Komoditas Andesit
Desa Benerwejo
Kecamatan Kejayan
6 Lokasi Tambang Kabupaten Pasuruan
Provinsi Jawa Timur
7 Luas WIUP 4,92 Ha
(sumber : PT. Bumi Kejayan, 2024)
2.2 Lokasi Dan Kesampaian Daerah
Lokasi Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) PT. Bumi Kejayan apabila
diketahui dari One Map Minerba dan Google Map secara Administratif berada di
Desa Benerwejo, Kecamatan Kejayan, Kabupaten Pasuruan, Provinsi Jawa Timur
dengan total luas 4,92 Ha. Lokasi WIUP PT. Bumi Kejayan terletak pada
koordinat geografis yang dapat diperhatikan pada tabel 2.2.
Tabel 2.2
Titik Koordinat WIUP PT. Bumi Kejayan
Bujur Timur LINTANG SELATAN
No
(°) (') (") (°) (') (")
1 112 51 50.226 7 45 58.377
2 112 51 50.226 7 45 58.373
3 112 51 50.226 7 45 58.377
4 112 51 53.567 7 45 58.377
5 112 51 53.729 7 45 58.377
6 112 51 54.377 7 45 58.268
7 112 51 54.502 7 46 4.273
8 112 51 54.088 7 46 4.27
9 112 51 54.085 7 46 9.191
10 112 51 53.054 7 46 9.193
11 112 51 54.502 7 46 8.65
12 112 51 52.677 7 46 8.658
13 112 51 52.676 7 46 8.248
14 112 51 51.633 7 46 8.269
6

Lanjutan Tabel 2.2


15 112 51 51.632 7 46 7.942
16 112 51 50.632 7 46 7.967
17 112 51 50.423 7 46 7.781
18 112 51 50.422 7 46 7.79
19 112 51 50.007 7 46 7.476
20 112 51 50.044 7 46 7.478
21 112 51 47.412 7 46 8.677
22 112 51 47.336 7 46 8.761
23 112 51 46.176 7 46 6.388
24 112 51 46.155 7 46 6.41
25 112 51 45.958 7 46 5.569
26 112 51 45.954 7 46 5.577
27 112 51 46.386 7 46 5.464
28 112 51 46.387 7 46 5.465
29 112 51 47.202 7 46 5.679
30 112 51 47.206 7 46 5.658
31 112 51 47.624 7 46 5.927
32 112 51 47.629 7 46 5.918
33 112 51 48.237 7 46 6.173
34 112 51 48.241 7 46 6.156
35 112 51 48.932 7 46 6.401
36 112 51 48.941 7 46 6.381
37 112 51 49.638 7 46 6.821
38 112 51 49.515 7 46 6.808
39 112 51 49.45 7 46 3.154
40 112 51 49.441 7 46 3.151
41 112 51 49.002 7 46 2.751
42 112 51 49.004 7 46 2.757
43 112 51 48.566 7 46 2.481
44 112 51 48.569 7 46 2.493
45 112 51 48.137 7 46 2.345
46 112 51 48.131 7 46 2.364
47 112 51 48.279 7 46 1.723
48 112 51 48.271 7 46 1.716
49 112 51 48.496 7 46 1.451
50 112 51 48.477 7 46 1.45
51 112 51 48.595 7 46 1.164
52 112 51 48.586 7 46 1.16
53 112 51 48.731 7 46 0.857
54 112 51 48.73 7 46 0.856
55 112 51 48.902 7 46 0.474

Lanjutan Tabel 2.2


7

56 112 51 48.893 7 46 0.473


57 112 51 49.162 7 45 59.85
58 112 51 49.159 7 45 59.849
59 112 51 50.257 7 45 59.053
60 112 51 50.226 7 45 59.014
61 112 51 50.226 7 45 58.377
(Sumber : One Map Minerba, 2024)
Batas Administratif Desa Benerwejo adalah sebagai berikut :
1. Sebelah Utara : Desa Cobanjoyo dan Desa Rejo Salam
2. Sebelah Selatan : Desa Poh Gedang
3. Sebelah Timur : Desa Parsepan dan Desa Mangguan
4. Sebelah Barat : Desa Kedung Pengaron
Berikut ini merupakan gambar peta lokasi penelitian Wilayah Izin Usaha
Pertambangan PT. Bumi Kejayan yang dapat diperhatikan pada gambar 2.1

(sumber : Data Penulis, 2024)


Gambar 2.1
Peta Lokasi Penalitian

Untuk menuju ke lokasi penelitian yang terletak di Desa Benerwejo, Kecamatan


Kejayan, Kabupaten Pasuruan, Provinsi Jawa Timur berjarak ± 114 Km dari Desa
Laban Wetan, Kecamatan Menganti, Kabpuaten Gresik (Tampat Tinggal Penulis)
dan dapat ditempuh dengan kendaraan bermotor maupun kendaraan roda empat
8

selama ± 2 jam 30 menit. Beikur rute perjalanan menuju lokasi penelitian yang
dapat diperhatikan pada tabel 3.2

Tabel 2.3
Rute Perjalanan Menuju Lokasi penelitian
Jarak Waktu
No Jalur
Tempuh Tempuh
Desa Laban Wetan – Desa Benerwejo, ± 2 Jam 30
1 ± 114
Kecamatan Kejayan, Kabupaten Menit
Km
Pasuruan (Lokasi Penelitian)
(Sumber: Data penulis, 2024)

Berikut ini merupakan gambar peta kesampaian daerah menuju lokasi penelitian
PT. Bumi Kejayan yang dapat diperhatikan pada gambar 2.2``

(sumber : Data Penulis, 2024)


Gambar 2.2
Peta Kesampaian Daerah

2.3 Geologi Regional


A. Fisiografi Regional
9

Secara detail fisiografi Jawa Timur dibagi menjadi 7 zona fisiografi ;


1. Dataran aluvial Utara Jawa
2. Perbukitan Rembang dan Madura
3. Depresi Randublatung
4. Perbukitan Kendeng
5. Dataran Tengah Jawa Timur
6. Lajur Gunungapi Kuarter
7. Pegunungan Selatan.

Berdasarkan tatanan geologi, fisiografi regional Kabupaten Pasuruan terletak di


Lajur Gunungapi Kuarter. Secara umum pembagian zona fisiografi jawa timur
dapat diperhatikan pada gambar 2.1

(sumber : van bemmelen, 1949)


Gambar 2.3
Fisiografi Pulau Jawa

Berdasarkan Peta Geologi Regional lembar malang, Daerah kabupaten


pasuruan termasuk dalam lajur gunung api kuarter yang dapat diperhatikan pada
10

gambar 2.4

(sumber : Peta Geologi Lembar Malang)


Gambar 2.4
Peta Geologi Regional

Secara garis besar regional Lajur Gunungapi Kuarter memiliki 5 formasi antara
lain:
1. Formasi Tuff Rabano (Qvtr) : Tuf pasiran, Tuf batuapung, Breksi tufan dan tuf
halus abu.
2. Formasi Batuan Gunung Api Tengger (Qvt) : Tuf pasiran, Tuf batuapung, dan
Aglomerat.

3. Formasi Batuan Gunungapi Arjuna-Welirang (Qvaw) : Breksi gunungapi, lava,


breksi tufan dan tuf
4. Batuan Gunungapi Kuarter Tengah (Qpv) : Breksi Gunungapi, tuf, lava,
aglomerat dan lahar.
5. Batuan Gunungapi Kuarter Bawah (Qp ): Breksi Gunungapi, breksi tuf, lava,
tuf dan aglomerat.
11

2.3.1 Topografi / Batrimetri


Secara geografis wilayah Kabupaten Pasuruan terletak anatara 112o33’55” hingga
113o05’37” Bujur Timur dan antara 7o32’34” hingga 7o57’20”. Sebelah Utara
dibatasi oleh Kota Pasuruan, Selat Madura dan Kabupaten Sidoarjo, Sebelah
Selatan dibatasi oleh Kabupaten Malang, Sebelah Barat berbatasan dengan
Kabupaten Mojokerto dan Kota Batu, Serta sebelah Timur berbatasan dengan
Kabupaten Probolinggo. Kabupaten pasuruan memiliki luas 1.474,015 Km2,
Kabupaten Pasuruan terbagi manjadi 24 Kecamatan, 24 kelurahan dan 341 Desa.

Sebagian besar wilayah Kabupaten Pasuruan terdiri dari daerah pegunungan


berbukit dan daerah dataran rendah yang mempunyai ketinggian bervariasi
antara 25 – 100 M diatas permukaan laut. Kelandaian dataran miring ke utara.
Secara umum topografi Kabupaten Pasuruan dapat dibedakan menjadi 3 (tiga)
daerah, yakni :
Tabel 2.4
Elevasi Ketinggian Tanah Kabupaten Pasuruan

No Ketinggian (Mdpl) Luas (Ha) Luas (%)

1 < 500 99.532,50 67

2 500 - 1000 23.764,50 16

3 > 1000 25.058,25 17


(sumber : BPS Kabupaten Pasuruan)

Ketinggain disuatu tempat mempunyai pengaruh terhadap suhu udara, oleh


sebab itu ketinggian merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam
pengunaan lahan, Kabupaten Pasuruan memilik 5 tingkat kemiringan lahan
yang dapat di perhatikan pada tabel 2.5.

Tabel 2.5
Luas Kemiringgan Tanah
No Kemiringan (%) Luas (Ha) Luas (%)
1 0 – 12,5 18.819,04 12,77
2 12,5 - 500 50.384,02 34
3 500 – 1.000 21.877,17 14,84
12

Lanjutan Tabel
2.5
4 1.000 – 2.000 18.615,08 12,635

5 > 2.000 7.920,77 5,37


(sumber : BPS Kabupaten Pasuruan)

Berdasarkan 3 klasifikasi elevasi ketinggian Tanah Kabupaten Pausuran dapat


diperhatikan pada gambar 2.5.

(sumber : Peta Administrasi Kabupaten Pasuruan)


Gambar 2.5
Peta Administrasi Kabupaten Pasuruan
2.3.2 Litologi

Litologi di Kabupaten Pasuruan tersusun sesuai batuan penyusun berdasarkan


Peta Geologi Regional Lembar Malang stratigrafi regional di sekitar daerah
penyelidikan terdiri atas beberapa formasi.

(Sumber : Peta Geologi Lembar Malang)


13

Gambar 2.6
Keterangan Formasi Batuan Geologi Regional Lembar Malang
Adapun formasi yang terdapat di peta geologi lembar malang yaitu sebagai
berikut :
1. Aluvium (Qa) terdiri dari kerakal, kerikil, pasir, lempung dan lumpur.
Alluvium merupakan material lepas hasil proses sedimentasi pada jaman kuarter
(recent), terdapat sebagai endapan sungai (endapan fluvial), dataran banjir dan
pengisi dataran aluvial. Satuan ini merupakan hasil dari endapan sungai, rawa
dan endapan pantai. Endapan pantai terlampar sepanjang pantai Selat Madura,
yang sebagian besar berupa pasir kasar – halus dan lepas, setempat banyak
tercampur pecahan cangkang moluska atau kerang- kerangan dan koral. Endapan
Aluvial Kuarter ini dijumpai dibagian utara daerah Kabupaten Pasuruan, yaitu
Kecamatan Nguling, Kecamatan Lekok dan Bangil. Umur satuan ini adalah
holosen.
2.Endapan teras (Qt) terdiri dari konglongmerat, batupasir, lempung dan tuf
pasiran. Satuan ini terletak diatas dataran banjir, di sepanjang alur sungai. Faktor
yang mempengaruhi proses pembentukan dan perkembangan teras adalah
perubahan base level of erosion dan perubahan iklim. Umur satuan ini adalah
holosen.

3. Pasir Gunungapi Tengger (Qvs) terdiri pasir gunungapi, bom gunungapi dan
batuapung. Umur satuan ini adalah holosenBatuan Gunungapi Bromo (Qvb)
terdiri dari breksi gunungapi, lava, tuf, tuf breksi dan lahar. Umur satuan ini
adalah holosen.
4. Endapan rombakan cemartiga (Qtt) terdiri dari breksi tuf, lahar dan
reruntuhan batuan gunungapi. Umur satuan ini adalah holosen.
5. Batuan gunungapi kuarter (Qv (n-p)) atas terdiri dari breksi gunungapi, lava,
tuf, breksi tufan, aglomerat dan lahar. n; Gn. Penanggungan. P; Gn. Panderman.
Umur satuan ini adalah plistosen akhir sampai holosen.
6. Tuf rabano (Qvtr) terdiri dari tuf pasiran, tuf batuapung, tuf abu tuf halus abu.
Umur satuan ini adalah plistosen akhir sampai holosen.
7. Batuan Gunungapi Tengger (Qvt) terdiri dari tuf pasiran, tuf batuapung, tuf
abu dan aglomerat. Umur satuan ini adalah plistosen akhir.
8. Batuan Gunungapi Arjuna – Welirang (Qvaw) terdiri dari breksi gunungapi,
14

lava, breksi tufan dan tuf. Batuan Gunungapi Arjuna – Welirang terbentuk dari
material vulkanik berupa pasir vulkanik dan batuan vulkanik yang berasal dari
erupsi Gunungapi Arjuno – Welirang. Sehingga memungkinkan terdapat banyak
potensi bahan mineral galian berupa pasir vulkani dan batuanvulkanik, hal ini
terindikasi oleh keberadaan singkapan pasir vulkanik (tambang pasir) yang
terdapat disekitar wilayah penelitian. Pasir vulkanik danbatuan vulkanik berasal
dari dalam gunung berapi yang disemburkan saat terjadi letusan, yang kemudian
terbawa oleh hembusan angin dan menyebar mengikuti arah angin, sehingga
berjatuhan pada wilayah tertentu dengan jarak ratusan kilometer sampai ribuan
kilometer, yang kemudian akan terjadi proses pengendapan selama kurun waktu
geologi, sehingga menjadi lapisan sedimen berupa lapisan pasir. Umur satuan ini
adalah plistosen akhir.
9. Tuf malang (Qptm) terdiri dari tuf batuapung, tuf pasiran, tuf breksi, tuf halus
dan tuf lapilli. Umur satuan ini adalah plistosen akhir.
10. Batuan gunungapi kuarter tengah (Qpv(kb, r, t, b)) terdiri dari breksi
gunungapi, tuf, lava, aglomerat dan lahar. Wilayah ini mencangkup Kecamatan
Gempol, Beji, Prigen, Pasrepan, Puspo, Tosari dan Kecamatan Lumbang. Umur
satuan ini adalah plistosen tengah sampai plistosen akhir.
11. Batuan gunungapi kuarter bawah (Qp(g, j, a) terdiri dari breksi gunungapi,
breksi tuf, lava, tuf dan aglomerat. Umur satuan ini adalah plistosen tengah.

12. Batuan Gunungapi Anjasmara Tua (Qpat) terdiri dari breksi gunungapi,
breksi tuf, tuf dan lava. Umur satuan ini adalah plistosen awal sampai plistosen
tengah.
13. Formasi Welang (Qpw) terdiri dari batupasir tufan, batupasir, lempung,
konglongmerat dan tuf. Umur satuan ini adalah plistosen akhir
14. Formasi Jombang (Qpj) terdiri dari breksi, batupasir tufan, batulempung
tufan, lempung, batugamping dan tuf. Umur satuan ini adalah plistosen tengah.
Formasi ini terendapkan pada lingkungan darat dan litoral, yang kemudian
tertindih tak selaras oleh lajur Formasi Solo – Gunungapi kuarter. Formasi ini
tersingkap di Antiklin Gunung Bang dan Antiklin Raci di selatan sungai Porong.
15. Formasi kabuh (Qpk) terdiri dari batupasir tufan, batulempung tufan,
batupasir gampingan, konglongmerat, lempung dan tuf. Umur satuan ini adalah
15

plistosen awal sampai plistosen tengah tersingkap di Antiklin Pulungan, dan


Antiklin Gunung Bang serta Antiklin Raci di selatan sungai Porong.
2.3.3 Struktur Geologi Regional
Struktur yang dijumpai pada peta geologi regional lembar malang adalah lipatan,
sesar normal, kekar dan kelurusan. Lipatan dengan arah sumbu barat laut –
tenggara yang melalui Formasi Batuan Gunung Api Tengger (Qvt). Sesar normal
umumnya berarah barat daya – timur laut Dan tenggara – barat laut. Kekar
terdapat pada batuan beku, batuan gunung api dan batuan sedimen dengan arah
tidak teratur dan intensitas yang tidak sama.
2.4 Geologi Lokal
2.4.1 Topografi / Barimetri
Secara astronomis desa benerwejo terletak pada koordinat 107 0 38’ 36,67 BT –
1070 40’ 28” BT dan 060 59’ 54,2” LS – 070 020 41,88” LS. Berdasarkan topografi
desa jelangkong memiliki luas 871 Ha. Keadaan topografi pada lokasi penelitian
berada pada elevasi yang bervariasi. Elevasi teendah berada pada 124 Mdpl dan
Elevasi tertinggi berada pada elevasi 136 Mdpl. Berikut ini merupakan peta
topografi wilayah izin usaha pertambangan PT. Bumi Kejan yang bisa
diperhatikan pada gambar 2.7.

(sumber : Data Penulis 2024)


16

Gambar 2.7
Peta Topografi
2.4.2 Litologi
Berdasarkan studi peneliti terdahulu bahwa batuan didaerah penelitian berupa
fragmen breksi vulkanik berukuran pasir-kerikil dan dijumpai setempat-setempat
bongkah andesit yang merupakan produk endapan lahar dari aktifitas vulkanisme
kelompok G. Tengger (Bromo Tua). Ketebalan satuan endapan batuan lahar
diperkirakan lebih dari 10 meter.
Komposisi bahan galian lebih didominasi oleh material / fragmen berukuran besar
(kerakal berangkah-bongkah andesit) pada bagian permukaan, hingga mencapai
80% dari baatuan yang ada di permukaan. Semakiin kebawah komposisi fragmen
berukuran kecil. Kondisi lapisan top soil yang terdapat di lokasi penelitian sebesar
95% dari luas area yang akan ditambang dengan ketebalan 1,5 meter.

(sumber : Peta Geologi Lembar Malang)


Gambar 2.8
Kolom Stratigrafi Daerah Penyelidikan

Litologi pada lokasi penyelidikan berdasarkan pengeboran dapat dilihat pada gambar 2.9

(sumber : Data Penlulis 2024 )


17

Gambar 2.9
Litologi Pengeboran sumbu X pada daerah penyelidikan

(sumber : Data Penlulis 2024 )


Gambar 2.10
Litologi Pengeboran sumbu Y pada daerah penyelidikan
2.4.3 Struktur Geologi
Struktur geologi yang dijumpai di konsesi adalah hanya berupa kekar-kekar
minor, dan tidak terlalu berpengaruh terhadap proses pertambangan. Berdasarkan
pada peta geologi lembar malang bahwa sebelah Tenggara Wilayah Izin Usaha
Pertambagan PT. Bumi Kejayan trdapat kelurusan geologi yang dapat
diperhatikan pada gambar 2.11.

(sumber : Data Penulis, 2024)


Gambar 2.11
Peta Geologi Lokal
18

2.5 Air Permukaan dan Air Tanah


Di lokasi sebelah Tenggara lokasi penambangan dijumpai sungai dan di beberapa
tempat dijumpai alur liat (gullies) yang hanya berair pada saat penghujan, tingkat
erosi permukaan/limpahan (run off) mencapai kecil sampai sedang. Menurut
penelitian terdahulu pada daaerah Kecamatan Kejayan Kabupaten Pasuruan pada
sumur gali milik penduduk memiliki kedalaman sumur rata-rata ± 60 m,
sedangkan untuk persawahan hingga menebus kedalaman ± 100 m, terdapat
beberapa sumur di area sekitar lokasi, sumur ini merupakan sumur untuk mengairi
sawah.
2.6 Flora dan Fauna
Flora yang terdapat di Desa Benerwejo Kecamatan Kejayan Kabupaten Pasuruan
didominasi oleh flora khas daerah perkebunan yang didominasi oleh hutan pohon
jati, sengon dan pohon mahoni. Untuk tanaman pertanian umunya seperti padi,
jagung, kacang tanah, ketehla pohon dan kedelai
2.7 Sosial, Budaya, ekonomi
Mata pencaharian penduduk Desa Benerwejo Kecamatan Kejayan Kabupaten
Pasuruan Provinsi Jawa Timur sebagai petani dan buruh tani, pedagang serta
wiraswasta. Penghasilan penduduk di daerah tersebut sangat kecil dan tidak tetap
setiap hari, karena kegiatan pertanian hanya berupa tegalan sehingga kegiatannya
hanya memerlukan sedikit aktifitas dan dalam waktu singkat. Dengan adanya
kegiatan penambangan tersebut akan dapat membuka lapangan pekerjaan bagi
penduduk setempat.
2.8 Iklim
Secara umum di Desa Benerwejo Kecamatan Kejayan Kabupaten Pasuruan
sekitarnya mempunyai iklim tropis dengan musim penghujan dan kemarau secara
bergantian. Curah hujan rata-rata antara 252.99 mm/tahun. Tabel curah hujan
dapat dilihat pada table 2.6.

Tabel 2.6
Diagram Hari Hujan rata-rata Tahun 2019-2023
DATA CURAH HUJAN TOTAL BULANAN (mm)
BULAN
TAHUN
19

2019 2020 2021 2022 2023


Jan 419.2 529.6 419.2 748 23.5
Feb 878.6 611.7 878.6 681.9 14

Lanjutan Tabel 2.6


Mar 592.9 530.4 529.2 685.5 18.7
Apr 389.2 763.3 389.2 222.3 15.5
Mei 434.7 132.5 434.7 154.7 12.4
Jun 15.9 0 15.9 285 4.4
Jul 0 7.6 0 119.8 1
Ags 72.7 6.6 72.7 199 3
Sep 0 1 0 44.4 1.3
Okt 238.6 6 238.6 182.4 14.1
Nop 274.2 114.4 274.2 442.8 16.6
Des 634.2 369.2 634.2 366.1 14.1
(sumber : Bps Kabupaten Pasuruan, 2024)

2.9 Genesa Andesit


Batuan beku merupakan suatu jenis batuan yang proses pembentukannya berasal
dari magma yang terjadi penurunan suhu dengan melewati proses kritalisasi baik
di bawah permukaan sebagai batuan instrusif ataupun di atas permukaan sebagai
batuan ekstrutif. Penggolongan batuan beku berdasarkan lokasi terbentuknya.
Batuan beku menurut genesanya bisa terbagi atas dua macam yaitu batuan beku
intrusif dan batuan beku ekstrusif. Batuan ekstrusif tersusun dari seluruh material
yang dimuntahkan ke permukaan baik di darat ataupun di bawah permukaan laut.
Material tersebut mendingin sangat cepat menyerupai bentuk solid atau padatan,
debu adapun juga yang berbentuk larutan panas dan kental yang dinamai dengan
istilah lava. Batuan beku menurut genesanya dapat di bagi menjadi:

1. Batuan beku vulkanik yatu batuan yang melewati proses vulkanisme. Batuan
beku vulkanik terbagi menjadi batuan beku batuan beku vulkanik ekstrusif atau
bisa disebut juga dengan batuan beku fragmental dan batuan beku vulkanik efusif,
batuan beku vulkanik intrusif.
2. Batuan beku plutonik yatu batuan yang telah melewati proses dari pembekuan
magma di dalam kerak bumi, batuan beku plutonik memiliki bentuk kristal yang
berbutir kasar (fanerik).
20

3. Batuan beku hipabisal yaitu hasil dari intrusi minor, mempunyai bentuk kristal
berukuran sedang (campuran antara halus dan kasar).

Batuan andesit termasuk satu dari batuan beku Ekstrusif atau kadang berupa
batuan beku hipabisal. Batuan beku vulkanik ekstrusif tersusun dari semua
material yang dimuntahkan ke permukaan baik di darat maupun di laut. Material
ini mendingin sangat cepat, ada yang berbentuk debu atau larutan kental dan
panas, padatan, yang disebut dengan istilah lava. Batuan beku ekstrusif tersebut
biasanya bersifat ringan serta berwarna abu-abu gelap. Dalam kondisi iklim
tertentu, batuan andesit kebanyakan berwarna coklat oleh karena itu untuk
mengidentifikasinya harus dilakukan analisa yang lebih detail. Batuan andesit
mengandung banyak mineral plagioklas feldspar yang kaya akan kandungan
biotit, piroksen, dan amphibole.

Andesit merupakan batuan kerak benua yang kebanyakan berada di atas zona
subduksi. Batuan andesit pada dasarnya terbentuk setelah pelelehan atau
pencairan lempeng samudera setelah tersubduksi. Pelelehan pada zona tersebut
disebabkan oleh subduksi yang proses terjadinya berasal dari sumber magma yang
mengalami penaikan ke permukaan kemudian membentuk batuan andesit.

Batuan andesit dapat terbentuk jauh dari ruang lingkup zona subduksi, sebagai
contoh, batuan ini dapat terbentuk pada "oceanic hotspots" dan "ocean ridges"
yang diperoleh dari pelelehan sebagian batuan basaltik. Andesit juga dapat pula
terbentuk saat terjadi letusan pada struktur didalam lempeng benua, sumber
magma terjadi pelelehan di dalam kerak bumi atau bercampur dengan magma.
Dapat disimpulkan bahwa, banyak lingkungan lain yang dapat membentuk
andesit.

2.9 Eksplorasi
Eksplorasi adalah suatu kegiatan untuk mencari dan mengetahui endapan mineral
berharga. Tahapan eksplorasi umumnya dilaksanakan meliputi empat tahap yaitu
survei tinjau, prospeksi, eksplorasi pendahuluan, dan eksplorasi rinci. Tujuan
penyelidikan geologi ini yaitu untuk mengetahui ukuran, bentuk, keterdapatan,
sebaran, kualitas serta kuantitas endapan sebagai dasar apakah kemungkinan
dilakukan investasi. Langkah dalam penyelidikan geologi ini melibatkan
21

penentuan tingkat kepercayaan geologi dan jenis sumberdaya yang dihasilkan.


2.10 Tahapan Eksplorasi
Dalam dunia pertambangan, ada fase yang dikenal dengan fase eksplorasi. Tahap
atau fase eksplorasi adalah pekerjaan memahami dan memperoleh ukuran, bentuk,
lokasi, rata-rata dan jumlah sumberdaya tambang. Dengan menggunakan metode
estimasi sumberdaya eksplorasi yang tepat adalah langkah terakhir dalam
menentukan apakah suatu endapan layak untuk ditambang.

Tahapan eksplorasi berdasarkan penggolongan sumberdaya dan cadangan


dilakukan melalui empat tahapan yaitu:

1. Survei Tinjau
Tahap eksplorasi terdiri dari identifikasi wilayah potensi mineral dalam skala
regional terutama berdasarkan hasil survei geologi regional, termasuk pemetaan
geologi regional, foto udara, metode tidak langsung dan uji lapangan pendahuluan
untuk menarik kesimpulan tentang dasar ekstrapolasi. Tujuan survei tinjau adalah
untuk mengidentifikasi area yang berpotensi anomali atau termineralisasi untuk
penyelidikan lebih lanjut. Hanya perkiraan jumlah atau kuantitas yang harus
dibuat. Apabila datanya lengkap atau ada kemiripan dengan endapan lain.

2. Prospeksi
Fase eksplorasi dengan memperkecil area yang memiliki potensi mineralisasi.
Teknik yang dipakai dalam hal ini yaitu pemetaan geologi untuk mengenali
lapisan batuan yang tersingkap dan metode tidak langsung seperti studi geokimia
dan geofisika. Kegiatan penggalian, pengeboran dan pengambilan sampel terbatas
juga dapat dilakukan selama prospeksi. Tujuan prospeksi yaitu untuk menentukan
cebakan mineral mana yang akan menjadi target pada tahap eksplorasi berikutnya.

3. Eksplorasi Umum
Fase eksplorasi adalah penggambaran awal dari cebakan mineral yang ditemui.
Teknik yang dipakai dalam eksplorasi umum meliputi survei geologi,
pengambilan sampel skala besar, penggalian parit dan pengeboran untuk
memberikan perkiraan awal kuantitas dan kualitas cebakan mineral. Interpolasi
dapat dilaksanakan sampai batas tertentu berdasarkan metode penelitian tidak
langsung. Tujuan eksplorasi umum yaitu untuk mengetahui karakteristik geologis
22

suatu bahan galian berdasarkan data sebaran dan ukuran, bentuk, sebaran, jumlah
dan kualitas sebelumnya. Tingkat akurasi harus dipakai untuk mendapatkan
apakah studi kelayakan dan eksplorasi rinci dibutuhkan.

4. Eksplorasi Rinci
Fase eksplorasi dimana kemunculan mineral yang diketahui didefinisikan secara
rinci dalam tiga dimensi dengan mengambil sampel pada batuan yang tersingkap,
parit, lubang bor, shafts dan terowongan. Interval sampling sedemikian dekat
sehingga ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas dan kualitas serta karakteristik dari
endapan mineral lainnya dapat ditentukan dengan sangat akurat. Tes penanganan
sampel massal mungkin diperlukan.
2.11 Sumberdaya dan Cadangan
Sumberdaya mineral merupakan kumpulan mineral yang bernilai ekonomis di
dalam kerak bumi dengan kualitas, ukuran dan kuantitas tertentu yang secara
wajar diperkirakan dapat dieksploitasi secara ekonomi. Sumberdaya ini dapat
ditingkatkan menjadi cadangan jika telah dilaksanakan studi kelayakan dan
dibuktikan layak.

Cadangan mineral merupakan komponen dari sumberdaya mineral terukur


maupun terunjuk yang ukuran, distribusi kualitas dan kuantitasnya telah diketahui,
pada saat studi kelayakan dapat dinyatakan untuk ditambang secara ekonomis.
Cadangan mineral dibedakan menurut meningkatnya tingkat kepercayaan
terhadap cadangan mineral terkira dan cadangan mineral terbukti.
2.12 Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan
Berdasarkan Standar Nasional Indonesia Nomor 4726 Tahun 2019 tentang
Pedoman Pelaporan Hasil Eksplorasi, Sumber Daya, dan Cadangan Mineral (SNI
4726:2019), Terdapat tiga klasifikasi sumber daya, yaitu:

1.Sumberdaya Mineral Tereka


Sumberdaya mineral tereka merupakan bagian dari jumlah perkiraan sumberdaya
mineral termasuk berat, densitas, bentuk, ukuran, kimiawi, dan kadar mineral
yang hanya dapat diestimasi dengan keyakinan rendah. Poin-poin yang dapat
dibuktikan dengan data pendukung dan kepercayaan geologis yang rendah tidak
cukup untuk menunjukkan kesinambungan endapan dan kandungan mineral.
23

2.Sumberdaya Mineral Tertunjuk


Sumberdaya mineral terunjuk merupakan bagian dari sumberdaya mineral yang
berat, densitas, bentuk, sifat fisik, dan kadar mineralnya dapat diperkirakan
dengan tingkat keyakinan yang wajar. Ini didasarkan pada hasil eksplorasi dan
pengambilan sampel serta keterangan pengambilan sampel yang diperoleh dengan
teknik yang pas dari area cebakan bijih misalnya batuan yang tersingkap, parit uji,
lubang uji, terowongan uji, lubang bor. Area pengumpulan data yang jaraknya
tidak tepat untuk memastikan kesinambungan geologis tetapi secara spasial cukup
untuk memastikan kesinambungannya.

3.Sumberdaya Mineral Terukur


Sumberdaya mineral terukur adalah bagian dari sumberdaya yang berat, densitas,
bentuk, sifat fisik, dan kadar dari kandungan mineralnya dapat diperkirakan
dengan keyakinan tinggi. Ini didasarkan pada hasil eksplorasi yang terperinci dan
membuktikan serta keterangan pengambilan sampel dan pengujian yang
didapatkan dengan teknik yang sesuai dari lokasi cebakan mineral misalnya pada
batuan yang tersingkap, parit uji, lubang uji, terowongan uji, dan lubang bor.
Letak informasi dalam kategori ini secara spasial cukup dekat untuk memberikan
kesinambungan geologis dan kadarnya.

Sedangkan untuk kelas cadangan (reserve) berdasarkan klasifikasi terbagi menjadi


dua yaitu:

1.Cadangan Terkira
Cadangan mineral terkira adalah komponen dari sumberdaya mineral tertunjuk
yang mempunyai nilai ekonomis untuk diekstraksi, dan dalam keadaan tertentu
juga merupakan bagian sumberdaya mineral terukur. Ini termasuk pengenceran
dan kehilangan material yang dapat terjadi saat material ditambang. Penilaian dan
studi yang akurat harus dibuat dan mencakup pertimbangan dan memodifikasi
asumsi faktor penambangan, metalurgi, ekonomi, komersial, hukum, lingkungan,
sosial dan pemerintahan. Pada saat pelaporan, tinjauan ini memperlihatkan bahwa
yang telah diekstraksi sudah dapat dibenarkan dan logis.

2.Cadangan Terbukti
Cadangan mineral terbukti adalah komponen dari sumberdaya terukur yang
24

mempunyai nilai ekonomi untuk diekstraksi. Ini termasuk pengenceran dan


kehilangan material yang dapat terjadi saat ditambang. Penilaian dan studi yang
akurat harus dibuat dan mencakup pertimbangan dan modifikasi asumsi faktor
penambangan, metalurgi, ekonomi, komersial, hukum, lingkungan, sosial dan
pemerintahan. Pada saat pelaporan, tinjauan ini memperlihatkan bahwa yang telah
diekstraksi sudah dapat dibenarkan dan logis.

(Sumber: Standar Nasional Indonesia 4726, 2019)


Gambar 2.12
Hubungan umum target eksplorasi, sumberdaya mineral dan cadangan
mineral (Sumber: SNI 4726, 2019)

2.13 Metode Cross Section


Metode cross section atau penampang merupakan metode perhitungan
sumberdaya mineral yang langkah utamanya adalah membagi endapan ke dalam
blok-blok dengan membuat penampang geologi pada interval tertentu yang
jaraknya sama atau berbeda bergantung pada keadaan geologi dan kebutuhan
penambangan.

Metode penampang vertikal memberikan gambaran mengenai kondisi endapan,


bijih, tanah penutup dan penampang vertikal. Perhitungan permukaan setiap
elemen dilakukan berdasarkan bagian demi bagian pada penampang. Perhitungan
volume sumberdaya mineral menggunakan rumus yang sesuai.

Prinsip dari metode ini yaitu membuat penampang melintang yang dipakai untuk
25

menghitung sirtu. Setelah menghitung luas, volume dihitung sesuai dengan rumus
perhitungan, perhitungan dapat dilakukan dengan memakai satu penampang, dua
penampang atau rangkaian banyak penampang dengan jarak antar penampang
sama panjang.

Pengaruh penerapan pedoman ini dalam perhitungan sumberdaya mineral


meliputi:

a. Penarikan garis batas sumberdaya


penarikan garis batas sumberdaya dengan mengimplementasikan pedoman
perubahan bertahap, langsung ke titik sampel terluar, sehingga titik sampel berada
pada batas sumberdaya. membatasi area pengaruh pada metode penampang
dengan pedoman perubahan bertahap.

b. Ketebalan/kedalaman
Penerapan pedoman perubahan bertahap ketebalan antara dua penampang
memiliki satu nilai yang diperoleh dengan menginterpolasikan dua nilai ketebalan
penampang.

c. Volume sumberdaya
Volume sumberdaya adalah representasi sumberdaya tiga dimensi. Selisih yang
terjadi dalam satu dimensi dan dalam dua dimensi akan menjadi selisih
kumulatif dalam perhitungan tiga dimensi.

(Sumber: Haryo, 2016)

Gambar 2.13
26

Metode Cross Section (Sumber: Haryo, 2016)

2.14 Metode Cross Section Dengan Pedoman Perubahan Bertahap


Panduan ini adalah yang dipakai untuk menentukan batas zona pengaruh saat
menentukan luas penampang dengan menyambungkan ataupun menghubungkan
titik-titik terluar dari setiap bagian penampang, seperti yang tercantum pada
gambar 2.5. Pedoman ini dapat diterapkan pada metode penampang (cross
section) karena dalam perhitungan lebar area yang dipengaruhi oleh penampang
tidak selalu diambil dengan dimensi tetap.

(Sumber: Isaaks dkk, 1989)


Gambar 2.14
Metode Cross Section dengan Pedoman Perubahan Bertahap

2.15 Perhitungan Volume


Estimasi jumlah sumberdaya sirtu di lokasi penelitian menggunakan metode cross
section dengan pedoman perubahan bertahap. Perhitungan volume dengan
pedoman perubahan bertahap menggunakan persamaan luas rata-rata (mean area).
Persamaan ini dipakai ketika ada dua bagian S1 dan S2 yang relatif sama atau
lebih besar dari 0,5 hingga mendekati 1. Begitupun sebaliknya ketika ada dua
bagian S1 dan S2 yang nilai perbandingannya kurang dari 0,5 maka menggunakan
persamaan rumus Frustum.
27

Persamaan mean area adalah sebagai berikut:

(Sumber: Abdul Rauf “Teknik Eksplorasi”)


Gambar 2.15
Rumus Mean Area (Sumber: Abdul Rauf “Teknik Eksplorasi”)
S1+S2
V= L1………………………………………………………………………………..
2
Keterangan:
V = Volume
L1, L2, L3, ……………………………, Ln = Jarak antar sayatan (m)

S1, S2, S3, ……………………………, Ln = Luas tiap penampang (m²)


Estimasi bisa dikerjakan dengan memakai rumus di atas karena perhitungan
jumlah endapan mineral diperkirakan per blok. Jenis perhitungan ini juga dapat
dikerjakan dengan memakai rumus di bawah ini jika memiliki jarak yang sama :

S 1+ S 2 S 2+ S 3 Sn+ Sn
V = L 1+ L 2+… ln
2 2 2
…………………………………………

V = ((S1 + S2) + (S2 + S3) + (Sn + Sn)………………………………………….)L/2


Maka :
V = ((S1 + 2S2 + 3S3 + …………+2Sn + Sn)L/2……………………………………………………

Sedangkan luas yang dihitung adalah rata-rata luas volume antara kedua buah
penampang dengan kondisi S1 <; 0,5 S2, maka perhitungan dilakukan dengan
rumus sebagai berikut:
28

𝑉 = (𝑆1 + 2𝑆2 + √𝑠1 + 𝑠2 L/3…………………………………………………..

Anda mungkin juga menyukai