Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Profil Perusahaan


PT. Bumi Kejayan secara Administratif terletak di Kecamatan Kejayan,
Kabupaten Pasuruan, Provinsi Jawa Timur. PT. Bumi Kejayan sebegai salah satu
perusahaan swasta nasional yang bergerak di bidang pertambangan andesit yang
dalam akta pendiriannya bergerak di bidang pertambangan turut serta untuk
mengembangkan peluang usaha dalam bidang pertambangan khususnya di
Kabupaten Pasuruan dalam rangka memperluas lapangan kerja dan meningkatkan
taraf hidup masyarakat khususnya di Kecamatan Kejayan dan sekitarnya.
PT. Bumi Kejayan merupakan perusahaan afiliasi dari logistik dan transportasi
sejak tahun 1996, PT. Bumi Kejayan didirikan sejak tahun 2011 dengan aktivitas
pertambangan batu Andesit yang selanjutnya diproduksi menjadi batu split
kemudianakan dipasarkan pada daerah pasuruan dan sekitarnya.
PT. Bumi Kejayan kantornya beralamat di Jalan Bader no.01 RT 09 RW 03
Kalirejo, Bandil Pasuruan dengan NPWP 31.645.442.0-624.000 0yang
menggunakan sistem quarry baik yang terletak di desa Benerwojo maupun di
Banyuwangi. Dalam proses produksi adapun perusahaan yang berkerjasama
sebagai kostumer diantaranya PT. Beton Indograha, PT. Brantas Abipraya, CV.
Dinoyo Beton, CV. Duta Beton, PT. Focon Indonesia, PT. Granting Jaya, PT.
Hakaaston, PT. Landas Putra Cahya Perdana, PT. Merak Jaya Pratama, Jayamix,
PT. Semen Indogreen Sentosa, PT. Surya Marha Utama dan PT. Waskita Karya.
2.2 Kondisi Geologi Regional
A. Fisiografi Regional
Secara detail fisiografi Jawa Timur dibagi menjadi 7 zona fisiografi ;

1. Dataran aluvial Utara Jawa


2. Perbukitan Rembang dan Madura
3. Depresi Randublatung
4. Perbukitan Kendeng
5. Dataran Tengah Jawa Timur
6. Lajur Gunungapi Kuarter
7. Pegunungan Selatan.

Berdasarkan tatanan geologi, fisiografi regional Kabupaten Pasuruan terletak di


Lajur Gunungapi Kuarter. Secara umum pembagian zona fisiografi jawa timur
dapat diperhatikan pada gambar 2.1

(sumber : van bemmelen, 1949)


Gambar 2.1
Fisiografi Pulau Jawa
Berdasarkan Peta Geologi Regional lembar malang, Darah kabupaten pasuruan
termasuk dalam lajur gunung api kuarter yang dapat diperhatikan pada gambar
2.2

(sumber : Peta Geologo Lembar Malang)

Gambar 2.2
Peta Geologi Regional
Secara garis besar regional Lajur Gunungapi Kuarter memiliki 5 formasi antara
lain:

1. Formasi Tuff Rabano (Qvtr) : Tuf pasiran, Tuf batuapung, Breksi tufan dan tuf
halus abu.
2. Formasi Batuan Gunung Api Tengger (Qvt) : Tuf pasiran, Tuf batuapung, dan
Aglomerat.

3. Formasi Batuan Gunungapi Arjuna-Welirang (Qvaw) : Breksi gunungapi, lava,


breksi tufan dan tuf
4. Batuan Gunungapi Kuarter Tengah (Qpv) : Breksi Gunungapi, tuf, lava,
aglomerat dan lahar.
5. Batuan Gunungapi Kuarter Bawah (Qp ): Breksi Gunungapi, breksi tuf, lava,
tuf dan aglomerat.

B. Stratigrafi Regional

Zona gunungapi kuarter di daerah penelitian secara regional meliputi gunung-


gunung yang berumur Kuarter seperti Gunungapi Tengger, Bromo, Arjuno-
Welirang, dan gunung-gunung lainya. Zona ini menempati bagian tengah
fisiografi Jawa Timur yang memanjang longitudinal dengan arah barat-timur. Jika
dilihat dari stratigrafi regional zona ini termasuk dalam zona gunung api tua yang
diperkirakan berumur sekitar pleistocen tua.

C. Struktur Geologi Regional

Struktur geologi regional pada Lembar Malang yakni berupa sesar, lipatan lemah,
gawir, kelurusan, kawah, dan barangko. Sesar terjadi pada batuan gunungapi
Kuarter, terdiri dari beberapa sesar geser dan sesar bongkah dengan berbagai arah.
Sesar bongkah dengan arah barat daya-timur laut terjadi pada batuan gunungapi.
Gendis dan memotong gawir terjal, diperkirakan terjadi pada akhir pleistocen
tengah. Sesar geser terjadi pada timur laut.
2.3 Ganesa Andesit
Batuan beku merupakan suatu jenis batuan yang proses pembentukannya berasal
dari magma yang terjadi penurunan suhu dengan melewati proses kritalisasi baik
di bawah permukaan sebagai batuan instrusif ataupun di atas permukaan sebagai
batuan ekstrutif. Penggolongan batuan beku berdasarkan lokasi terbentuknya.
Batuan beku menurut genesanya bisa terbagi atas dua macam yaitu batuan beku
intrusif dan batuan beku ekstrusif. Batuan ekstrusif tersusun dari seluruh material
yang dimuntahkan ke permukaan baik di darat ataupun di bawah permukaan laut.
Material tersebut mendingin sangat cepat menyerupai bentuk solid atau padatan,
debu adapun juga yang berbentuk larutan panas dan kental yang dinamai dengan
istilah lava. Batuan beku menurut genesanya dapat di bagi menjadi:

1. Batuan beku vulkanik yatu batuan yang melewati proses vulkanisme. Batuan
beku vulkanik terbagi menjadi batuan beku batuan beku vulkanik ekstrusif atau
bisa disebut juga dengan batuan beku fragmental dan batuan beku vulkanik efusif,
batuan beku vulkanik intrusif.
2. Batuan beku plutonik yatu batuan yang telah melewati proses dari pembekuan
magma di dalam kerak bumi, batuan beku plutonik memiliki bentuk kristal yang
berbutir kasar (fanerik).
3. Batuan beku hipabisal yaitu hasil dari intrusi minor, mempunyai bentuk kristal
berukuran sedang (campuran antara halus dan kasar).

Batuan andesit termasuk satu dari batuan beku Ekstrusif atau kadang berupa
batuan beku hipabisal. Batuan beku vulkanik ekstrusif tersusun dari semua
material yang dimuntahkan ke permukaan baik di darat maupun di laut. Material
ini mendingin sangat cepat, ada yang berbentuk debu atau larutan kental dan
panas, padatan, yang disebut dengan istilah lava. Batuan beku ekstrusif tersebut
biasanya bersifat ringan serta berwarna abu-abu gelap. Dalam kondisi iklim
tertentu, batuan andesit kebanyakan berwarna coklat oleh karena itu untuk
mengidentifikasinya harus dilakukan analisa yang lebih detail. Batuan andesit
mengandung banyak mineral plagioklas feldspar yang kaya akan kandungan
biotit, piroksen, dan amphibole.
Andesit merupakan batuan kerak benua yang kebanyakan berada di atas zona
subduksi. Batuan andesit pada dasarnya terbentuk setelah pelelehan atau
pencairan lempeng samudera setelah tersubduksi. Pelelehan pada zona tersebut
disebabkan oleh subduksi yang proses terjadinya berasal dari sumber magma yang
mengalami penaikan ke permukaan kemudian membentuk batuan andesit.

Batuan andesit dapat terbentuk jauh dari ruang lingkup zona subduksi, sebagai
contoh, batuan ini dapat terbentuk pada "oceanic hotspots" dan "ocean ridges"
yang diperoleh dari pelelehan sebagian batuan basaltik. Andesit juga dapat pula
terbentuk saat terjadi letusan pada struktur didalam lempeng benua, sumber
magma terjadi pelelehan di dalam kerak bumi atau bercampur dengan magma.
Dapat disimpulkan bahwa, banyak lingkungan lain yang dapat membentuk
andesit.]

2.4 Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan


Berdasarkan Standar Nasional Indonesia Nomor 4726 Tahun 2019 tentang
Pedoman Pelaporan Hasil Eksplorasi, Sumber Daya, dan Cadangan Mineral
(SNI 4726:2019), Terdapat tiga klasifikasi sumber daya, yaitu:

1.Sumberdaya Mineral Tereka


Sumberdaya mineral tereka merupakan bagian dari jumlah perkiraan
sumberdaya mineral termasuk berat, densitas, bentuk, ukuran, kimiawi, dan
kadar mineral yang hanya dapat diestimasi dengan keyakinan rendah. Poin-
poin yang dapat dibuktikan dengan data pendukung dan kepercayaan geologis
yang rendah tidak cukup untuk menunjukkan kesinambungan endapan dan
kandungan mineral.

2.Sumberdaya Mineral Tertunjuk


Sumberdaya mineral terunjuk merupakan bagian dari sumberdaya mineral yang
berat, densitas, bentuk, sifat fisik, dan kadar mineralnya dapat diperkirakan
dengan tingkat keyakinan yang wajar. Ini didasarkan pada hasil eksplorasi dan
pengambilan sampel serta keterangan pengambilan sampel yang diperoleh
dengan teknik yang pas dari area cebakan bijih misalnya batuan yang
tersingkap, parit uji, lubang uji, terowongan uji, lubang bor. Area pengumpulan
data yang jaraknya tidak tepat untuk memastikan kesinambungan geologis
tetapi secara spasial cukup untuk memastikan kesinambungannya.

3.Sumberdaya Mineral Terukur


Sumberdaya mineral terukur adalah bagian dari sumberdaya yang berat,
densitas, bentuk, sifat fisik, dan kadar dari kandungan mineralnya dapat
diperkirakan dengan keyakinan tinggi. Ini didasarkan pada hasil eksplorasi
yang terperinci dan membuktikan serta keterangan pengambilan sampel dan
pengujian yang didapatkan dengan teknik yang sesuai dari lokasi cebakan
mineral misalnya pada batuan yang tersingkap, parit uji, lubang uji,
terowongan uji, dan lubang bor. Letak informasi dalam kategori ini secara
spasial cukup dekat untuk memberikan kesinambungan geologis dan kadarnya.

Sedangkan untuk kelas cadangan (reserve) berdasarkan klasifikasi terbagi


menjadi dua yaitu:

1.Cadangan Terkira
Cadangan mineral terkira adalah komponen dari sumberdaya mineral tertunjuk
yang mempunyai nilai ekonomis untuk diekstraksi, dan dalam keadaan tertentu
juga merupakan bagian sumberdaya mineral terukur. Ini termasuk pengenceran
dan kehilangan material yang dapat terjadi saat material ditambang. Penilaian
dan studi yang akurat harus dibuat dan mencakup pertimbangan dan
memodifikasi asumsi faktor penambangan, metalurgi, ekonomi, komersial,
hukum, lingkungan, sosial dan pemerintahan. Pada saat pelaporan, tinjauan ini
memperlihatkan bahwa yang telah diekstraksi sudah dapat dibenarkan dan
logis.

2.Cadangan Terbukti
Cadangan mineral terbukti adalah komponen dari sumberdaya terukur yang
mempunyai nilai ekonomi untuk diekstraksi. Ini termasuk pengenceran dan
kehilangan material yang dapat terjadi saat ditambang. Penilaian dan studi yang
akurat harus dibuat dan mencakup pertimbangan dan modifikasi asumsi faktor
penambangan, metalurgi, ekonomi, komersial, hukum, lingkungan, sosial dan
pemerintahan. Pada saat pelaporan, tinjauan ini memperlihatkan bahwa yang
telah diekstraksi sudah dapat dibenarkan dan logis.
(Sumber: Standar Nasional Indonesia 4726, 2019)
Gambar 2.3
Hubungan umum target eksplorasi, sumberdaya mineral dan cadangan
mineral (Sumber: SNI 4726, 2019)

2.5 Metode Cross Section


Metode cross section atau penampang merupakan metode perhitungan
sumberdaya mineral yang langkah utamanya adalah membagi endapan ke dalam
blok-blok dengan membuat penampang geologi pada interval tertentu yang
jaraknya sama atau berbeda bergantung pada keadaan geologi dan kebutuhan
penambangan.

Metode penampang vertikal memberikan gambaran mengenai kondisi endapan,


bijih, tanah penutup dan penampang vertikal. Perhitungan permukaan setiap
elemen dilakukan berdasarkan bagian demi bagian pada penampang. Perhitungan
volume sumberdaya mineral menggunakan rumus yang sesuai.

Prinsip dari metode ini yaitu membuat penampang melintang yang dipakai untuk
menghitung sirtu. Setelah menghitung luas, volume dihitung sesuai dengan rumus
perhitungan, perhitungan dapat dilakukan dengan memakai satu penampang, dua
penampang atau rangkaian banyak penampang dengan jarak antar penampang
sama panjang.

Pengaruh penerapan pedoman ini dalam perhitungan sumberdaya mineral


meliputi:
a. Penarikan garis batas sumberdaya
penarikan garis batas sumberdaya dengan mengimplementasikan pedoman
perubahan bertahap, langsung ke titik sampel terluar, sehingga titik sampel
berada pada batas sumberdaya. membatasi area pengaruh pada metode
penampang dengan pedoman perubahan bertahap.

b. Ketebalan/kedalaman
Penerapan pedoman perubahan bertahap ketebalan antara dua penampang
memiliki satu nilai yang diperoleh dengan menginterpolasikan dua nilai
ketebalan penampang.

c. Volume sumberdaya
Volume sumberdaya adalah representasi sumberdaya tiga dimensi. Selisih yang
terjadi dalam satu dimensi dan dalam dua dimensi akan menjadi selisih
kumulatif dalam perhitungan tiga dimensi.

(Sumber: Haryo, 2016)

Gambar 2.4
Metode Cross Section (Sumber: Haryo, 2016)
2.5.1 Metode Cross Section Dengan Pedoman Perubahan Bertahap
Panduan ini adalah yang dipakai untuk menentukan batas zona pengaruh saat
menentukan luas penampang dengan menyambungkan ataupun
menghubungkan titik-titik terluar dari setiap bagian penampang, seperti yang
tercantum pada gambar 2.5. Pedoman ini dapat diterapkan pada metode
penampang (cross section) karena dalam perhitungan lebar area yang
dipengaruhi oleh penampang tidak selalu diambil dengan dimensi tetap.

(Sumber: Isaaks dkk, 1989)


Gambar 2.5
Metode Cross Section dengan Pedoman Perubahan Bertahap

2.5.2Perhitungan Volume
Estimasi jumlah sumberdaya sirtu di lokasi penelitian menggunakan metode
cross section dengan pedoman perubahan bertahap. Perhitungan volume
dengan pedoman perubahan bertahap menggunakan persamaan luas rata-rata
(mean area). Persamaan ini dipakai ketika ada dua bagian S1 dan S2 yang
relatif sama atau lebih besar dari 0,5 hingga mendekati 1. Begitupun sebaliknya
ketika ada dua bagian S1 dan S2 yang nilai perbandingannya kurang dari 0,5
maka menggunakan persamaan rumus Frustum.

Persamaan mean area adalah sebagai berikut:


(Sumber: Abdul Rauf “Teknik Eksplorasi”)
Gambar 2.6
Rumus Mean Area (Sumber: Abdul Rauf “Teknik Eksplorasi”)
S1+S2
V= L1………………………………………………………………………………..
2
Keterangan:

V = Volume

L1, L2, L3, ……………………………, Ln = Jarak antar sayatan (m)

S1, S2, S3, ……………………………, Ln = Luas tiap penampang (m²)

Estimasi bisa dikerjakan dengan memakai rumus di atas karena perhitungan


jumlah endapan mineral diperkirakan per blok. Jenis perhitungan ini juga dapat
dikerjakan dengan memakai rumus di bawah ini jika memiliki jarak yang sama :

S 1+ S 2 S 2+ S 3 Sn+ Sn
V = L 1+ L 2+… ln
2 2 2
…………………………………………

V = ((S1 + S2) + (S2 + S3) + (Sn + Sn)…………………………………………………………….)L/2

Maka :

V = ((S1 + 2S2 + 3S3 + …………+2Sn + Sn)L/2……………………………………………………

Sedangkan luas yang dihitung adalah rata-rata luas volume antara kedua buah
penampang dengan kondisi S1 <; 0,5 S2, maka perhitungan dilakukan dengan
rumus sebagai berikut:
𝑉 = (𝑆1 + 2𝑆2 + √𝑠1 + 𝑠2 L/3…………………………………………………..

Anda mungkin juga menyukai