Anda di halaman 1dari 32

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di indonesia, sumberdaya batuan merupakan salah satu modal yang
dikembangkan dan dioptimalkan untuk menunjang pengembangan suatu wilayah.
Pada pemanfaatan sumberdaya batuan ini juga harus memperhatikan konservasi
dan juga upaya untuk kelestarian fungsi ekosistemnya. Untuk mendukung
keberhasilan usaha tersebut perlu diketahui lokasi terdapatnya potensi dan kondisi
sumberdaya yang ada di suatu wilayah, sehingga dapat dibuat perencanaan yang
tepat dalam pengembangan wilayah pertambangan.
Keberadaan dan peran batu andesit dalam kehidupan manusia tidak banyak
orang yang tahu. Batu andesit merupakan salah satu bahan galian industri yang
sangat berperan dalam pembangunan negara indonesia saat ini. Batu andesit
digunakan sebagai material utama dalam pembangunan.
Maka dari itu untuk mengetahui potensi dan cadangan pada tambang batu
andesit,diperlukan pengamatan atau pemetaan geologi baik dari posisi sebaran dan
perhitungan cadangan batu andesit tersebut.
Sehubungan dengan hal di atas, maka bagi peneliti dalam ketertarikannya
pada Geologi Mineral Non-Logam untuk menjadi alasan dalam pemilihan judul
Perhitungan Cadangan Penambangan Batu Andesit PT. Duta Alam Bahagia di
Desa Maguan, Kecamatan Sambit, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur.

Skripsi

1.2 Rumusan Masalah


Agar pembahasan tidak keluar dari permasalahan, maka diperlukan adanya
perumusan dan batasan masalah yaitu :
1. Bagaimana potensi sebaran batu andesit daerah penelitian dengan luas 4 x
6 km2?
2. Berapa volume cadangan andesit di PT. Duta Alam Bahagia dengan
metode Cross Section ?
1.3 Maksud dan Tujuan Permasalahan
Maksud dari penelitian tugas akhir ini adalah :
Pemetaan geologi daerah penelitian di Desa Maguan, Kecamatan Sambit,
Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur.
Tujuan dari penelitian tugas akhir ini adalah :
1. Mengetahui potensi sebaran andesit daerah penelitian dengan luas 4 x 6
km2.
2. Mengetahui volume cadangan andesit di PT. Duta Alam Bahagia dengan
metode Cross Section.
1.3 Letak dan Kesampaian Daerah Penelitian
Daerah penelitian terletak pada Kecamatan Sambit dan Sekitarnya,
Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur dengan posisi UTM :
X : 556000 - 561500
Y : 9116000 9120000
Daerah penelitian dapat dijangkau dengan transportasi darat yang terletak
kurang lebih 202 km sebelah barat dari kota Surabaya selama 5 jam perjalanan.
Akses menuju lokasi penelitian relatif mudah, karena untuk menuju ke daerah
penelitian dapat ditempuh dengan menggunakan sepeda motor, mobil, dan bus
melalui jalur Surabaya Sidoarjo Mojokerto Nganjuk Madiun Ponorogo,

Skripsi

setelah sampai ponorogo langsung menuju arah timur pertigaan Pasar Taman Sari
kurang lebih 2 km. Akses jalan menuju lokasi penelitian dapat dilalui dengan
kendaraan, karena jalan untuk masuk ke Desa Maguan sudah beraspal tetapi juga
banyak yang rusak, dari Desa Maguan menuju Lokasi Penelitian jalannya tidak
beraspal, tetapi masih berupa makadam (Batu dan Tanah) dan juga berlumpur.

Gambar 1.1. Lokasi daerah penelitian di Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa


Timur.

1.4 Peneliti Terdahulu

Skripsi

Peneliti, Tahun, Judul

Tujuan Utama dan Metode

Hasil Penelitian

(1996),

Perhitungan cadangan dengan metode

Pada kasus daerah Boyolali, hasil

Perhitungan Cadangan bahan Galian

blok geologi sangat baik terutama untuk

perhitungan cadangan andesit adalah

Suatu

bahan

8.921.241,00 843,5196 m3 atau

Wayan
Model

Warmada
Geologi

Dengan

galian

yang

teknis

mempunyai

menggunakan Program Surfer Studi

parameter

Kasus Perhitungan Cadangan Lava

Perhitungan ini dapat dibantu dengan

Andesit Di Daerah Boyolali.

program

Surfer.

relatif

homogen.

Pemakaian

setara

dengan

22.303.102,50

2108,799 ton.

Surfer

untuk perhitungan cadangan bahan


galian cukup cepa: dan memadai.
Keakuratan hasil perhitungan dengan
Surfer tergantung pada bentuk model
Bambang Arsyiogie (2010), Studi

yang didefinisikan pada Sutter.


Metode pengumpulan data :

Pemanfaatan Batu Andesit di Bukit

Data

Kandis Kabupaten Bengkulu Tengah

penelitian lapangan, baik berupa hasil

primer

diperoleh

pengamatan

dari

Berdasarkan
hasil

hasil

penelitian

dan

pembahasan maka dapat disimpulkan


sebagai berikut:

maupun wawancara

Bukit Kandis merupakan salah satu

dengan responden yang ada di lokasi

tempat mata pencaharian masyarakat

dengan

yaitu

beberapa

pertanyaan

yang

dengan

menjadi

bertujuan untuk mendapatkan informasi

pemecah/pengumpul batu Andesit di

yangberkaitan

Bukit Kandis.

dengan

pemanfaatan

batu andesit oleh masyarakat di Bukit


Kandis.

Alat yang digunakan para penambang


batu di Bukit kandis yaitu linggis,
martil, pahat, cangkul dan pisau.
Bukit Kandis diperkirakan akan habis
65 tahun lagi menurut perhitungan
volume dan rata-rata kubikasi per hari.

Tabel 1.1. Peneliti Terdahulu

BAB 2
DASAR TEORI

1.1

Pengertian Batuan Beku

Skripsi

Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: Ignis, "api") adalah
jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan
atau

tanpa

proses kristalisasi,

batuan intrusif (plutonik)

baik

maupun

di
di

bawah
atas

permukaan
permukaan

sebagai
sebagai

batuan ekstrusif (vulkanik).


Menurut para ahli seperti Turner dan Verhoogen (1960), F. F Groun (1947),
Takeda (1970), magma didefinisikan sebagai cairan silikat kental yang pijar
terbentuk secara alamiah, bertemperatur tinggi antara 1.500oC2.500oC dan
bersifat mobile (dapat bergerak) serta terdapat pada kerak bumi bagian bawah.
Dalam magma tersebut terdapat beberapa bahan yang larut, bersifat volatile (air,
CO2, chlorine, fluorine, iron, sulphur, dan lain-lain) yang merupakan penyebab
mobilitas magma, dan non volatile (non-gas) yang merupakan pembentuk mineral
yang lazim dijumpai dalam batuan beku.
Pada saat magma mengalami penurunan suhu akibat perjalanan ke
permukaan bumi, maka mineral-mineral akan terbentuk. Peristiwa tersebut
dikenal dengan peristiwa penghabluran. Berdasarkan penghabluran mineralmineral silikat (magma), oleh NL. Bowen disusun suatu seri yang dikenal dengan
Bowens Reaction Series. Dalam mengidentifikasi batuan beku, sangat perlu
sekali mengetahui karakteristik batuan beku yang meliputi sifat fisik dan
komposisi mineral batuan beku. Dalam membicarakan masalah sifat fisik batuan
beku tidak akan lepas dari.
2.2

Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Genetik (Tempat Terjadinya)


Penggolongan ini berdasarkan genesa atau tempat terjadinya dari batuan

beku, pembagian batuan beku ini merupakan pembagian awal sebelum dilakukan
penggolongan batuan lebih lanjut. Pembagian genetik batuan beku adalah sebagai
berikut :
1. Batuan Beku Intrusif
Batuan ini terbentuk dibawah permukaan bumi, sering juga disebut batuan
beku dalam atau batuan beku plutonik. Batuan beku intrusif mempunyai

Skripsi

karakteristik diantaranya, pendinginannya sangat lambat (dapat sampai jutaan


tahun), memungkinkan tumbuhnya kristal-kristal yang besar dan sempurna
bentuknya, menjadi tubuh batuan beku intrusif.
Tubuh batuan beku intrusif sendiri mempunyai bentuk dan ukuran yang beragam,
tergantung pada kondisi magma dan batuan di sekitarnya. Berdasarkan
kedudukannya terhadap perlapisan batuan yang diterobosnya, struktur tubuh
batuan beku intrusif terbagi menjadi dua yaitu konkordan dan diskordan.
Struktur tubuh batuan beku yang memotong lapisan batuan di sekitarnya
disebut diskordan. Yaitu:
a) Batholit, merupakan tubuh batuan beku dalam yang paling besar
dimensinya. Bentuknya tidak beraturan, memotong lapisan-lapisan batuan yang
diterobosnya. Kebanyakan batolit merupakan kumpulan massa dari sejumlah
tubuh-tubuh

intrusi

yang

berkomposisi

agak

berbeda.

Perbedaan

ini

mencerminkan bervariasinya magma pembentuk batholit. Beberapa batholit


mencapai lebih dari 1000 km panjangnya dan 250 km lebarnya. Dari penelitian
geofisika dan penelitian singkapan di lapangan didapatkan bahwa tebal batholit
antara 20-30 km. Batholite tidak terbentuk oleh magma yang menyusup dalam
rekahan, karena tidak ada rekahan yang sebesar dimensi batolit. Karena besarnya,
batholit dapat mendorong batuan yang di1atasnya. Meskipun batuan yang
diterobos dapat tertekan ke atas oleh magma yang bergerak ke atas secara
perlahan, tentunya ada proses lain yang bekerja. Magma yang naik melepaskan
fragmen-fragmen batuan yang menutupinya. Proses ini dinamakan stopping.
Blok-blok hasil stopping lebih padat dibandingkna magma yang naik, sehingga
mengendap. Saat mengendap fragmen-fragmen ini bereaksi dan sebagian terlarut
dalam magma. Tidak semua magma terlarut dan mengendap di dasar dapur
magma. Setiap frgamen batuan yang berada dalam tubuh magma yang sudah
membeku dinamakan Xenolith.
b) Stock, seperti batolit, bentuknya tidak beraturan dan dimensinya lebih
kecil dibandingkan dengan batholit, tidak lebih dari 10 km. Stock merupakan
penyerta suatu tubuh batholit atau bagian atas batholit.

Skripsi

c) Dyke, disebut juga gang, merupakan salah satu badan intrusi yang
dibandingkan dengan batholit, berdimensi kecil. Bentuknya tabular, sebagai
lembaran yang kedua sisinya sejajar, memotong struktur (perlapisan) batuan yang
diterobosnya.
d) Jenjang Vulkanik, adalah pipa gunung api di bawah kawah yang
mengalirkan magma ke kepundan. Kemudian setelah batuan yang menutupi di
sekitarnya tererosi, maka batuan beku yang bentuknya kurang lebih silindris dan
menonjol dari topografi disekitarnya.
Bentuk-bentuk yang sejajar dengan struktur batuan di sekitarnya disebut
konkordan diantaranya adalah :
a) Sill, adalah intrusi batuan beku yang konkordan atau sejajar terhadap
perlapisan batuan yang diterobosnya. Berbentuk tabular dan sisi-sisinya sejajar.
b) Lakolit, sejenis dengan sill. Yang membedakan adalah bentuk bagian
atasnya, batuan yang diterobosnya melengkung atau cembung ke atas, membentuk
kubah landai. Sedangkan, bagian bawahnya mirip dengan Sill. Akibat prosesproses geologi, baik oleh gaya endogen, maupun gaya eksogen, batuan beku dapat
tersingkap di permukaan.
c) Lopolit, bentuknya mirip dengan lakolit hanya saja bagian atas dan
bawahnya cekung ke atas.

2. Batuan Beku Ekstrusif


Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya
berlangsung dipermukaan bumi. Batuan beku ekstrusif ini yaitu lava yang
memiliki berbagai struktur yang memberi petunjuk mengenai proses yang terjadi
pada saat pembekuan lava tersebut. Struktur ini diantaranya:

Skripsi

a) Sheeting joint, yaitu struktur batuan beku yang terlihat sebagai lapisan.
b) Columnar joint, yaitu struktur yang memperlihatkan batuan terpisah poligonal
seperti batang pensil.
c) Pillow lava, yaitu struktur yang menyerupai bantal yang bergumpal-gumpal.
Hal ini diakibatkan proses pembekuan terjadi pada lingkungan air.
d) Vesikular, yaitu struktur yang memperlihatkan lubang-lubang pada batuan
beku. Lubang ini terbentuk akibat pelepasan gas pada saat pembekuan.
e) Amigdaloidal, yaitu struktur vesikular yang kemudian terisi oleh mineral lain
seperti kalsit, kuarsa atau zeolit.
f) Struktur aliran, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya kesejajaran mineral
pada arah tertentu akibat aliran.
2.3

Klasifikasi Batuan Berdasarkan Komposisi Kimia


Batuan beku disusun oleh senyawa-senyawa kimia yang membentuk

mineral penyusun batuan beku. Salah satu klasifikasi batuan beku dari kimia
adalah dari senyawa oksidanya, sepreti SiO2, TiO2, AlO2, Fe2O3, FeO, MnO, MgO,
CaO, Na2O, K2O, H2O+, P2O5, dari persentase setiap senyawa kimia dapat
mencerminkan beberapa lingkungan pembentukan meineral.
Analisa kimia batuan dapat dipergunakan untuk penentuan jenis magma
asal, pendugaan temperatur pembentukan magma, kedalaman magma asal, dan
banyak lagi kegunaan lainya. Dalam analisis kimia batuan beku, diasumsikan
bahwa batuan tersebut mempunyai komposisi kimia yang sama dengan magma
sebagai pembentukannya. Batuan beku yang telah mengalaimi ubahan atau
pelapukan akan mempunyai komposisi kimia yang berbeda. Karena itu batuan
yang akan dianalisa harusla batuan yang sangat segar dan belum mengalami
ubahan. Namun begitu sebagai catatanpengelompokan yang didasarkan kepada
susunan kimia batuan, jarang dilakukan. Hal ini disebabkan disamping prosesnya
lama dan mahal, karena harus dilakukan melalui analisa kimiawi.

Skripsi

Pembagian Kimia Batuan Beku (asam & basa) Berdasarkan kandungan kimia
oksida, Contohnya pada tabel berikut ini :
OKSIDA

GRANIT

DIORIT

GABRO

PERIDOTIT

SiO2

72,08

51,86

48,36

43,54

TiO2

0,37

1,50

1,32

0,81

Al2O3

13,86

16,40

16,84

3,99

Fe2O3

0,86

2,73

2,55

2,51

FeO

1,72

6,97

7,92

9,8

MnO

0,06

0,18

0,18

0,21

MgO

0,52

6,21

8,06

34,02

CaO

1,33

3,40

11,07

3,46

Na2O

3,08

3,36

2,26

0,56

K2O

0,46

1,33

0,56

0,25

H2O+

0,53

0,80

0,64

0,76

P2O5

0,18

0,35

0,24

0,05

Tabel 2.1 Pembagian Kimia Pada Batuan Beku Asam dan Basa
Komposisi kimia dari beberapa jenis batuan beku yang terdapat pada tabel
di atas, hanya batuan intrusi saja. Dari sini terlihat perbedaan presentase dari
setiap senyawa oksida, salah satu contoh ialah dari oksida SiO2 jumlah terbanyak
dimiliki oleh batuan granit dan semakin menurun ke batuan peridotit (batuan ultra
basa). Sedangkan MgO dari batuan granit (batuan asam) semakin bertambah
kandungannya kearah batuan peridotit (ultra basa).
Kandungan senyawa kimia batuan ekstrusi identik dengan batuan intrusinya,
asalkan dalam satu kelompok. Hal ini hanya berbeda tempat terbentuknya saja,
sehingga menimbulkan pula perbedaan didalam besar butir dari setiap jenis
mineral.

Skripsi

Batuan Intrusi

Batuan Ekstrusi

Granit

Riolit

Syenit

Trahkit

Diorit

Andesit

Tonalit

Dasit

Monsonit

Latit

Gabro

Basal

Tabel 2.2 Kandungan senyawa kimia batuan Intrusi dan Ekstrusi

Dasar pembagian ini biasanya adalah kandungan oksida tertentu dalam


batuan seperti kandungan silika dan kandungan mineral mafik (Thorpe & Brown,
1985).

Pembagian batuan beku menurut kandungan SiO2 (silika) pada tabel di bawah :
Nama Batuan

Kandungan Silika

Batuan Asam

Lebih besar 66 %

Batuan Menengah

52 66 %

Batuan basa

45 52 %

Batuan Ultra basa

Lebih kecil 15 %

Tabel 2.3 Kandungan silika pada batuan beku


Penamaan batuan berdasarkan kandungan mineral mafik pada tabel di bawah:
Nama Batuan

Kandungan Silika

Leucocratic

0 33 %

Skripsi

10

Mesocratic

34 66 %

Melanocratic

67 100 %

Tabel 2.4 Kandungan silika pada mineral mafik


Berdasarkan kandungan kuarsa, alkali feldspar dan feldspatoid :
A.

Batuan Felsik

: Dominan felsik mineral, biasanya berwarna


cerah.

B.

Batuan Mafik

: Dominan mineral mafik, biasanya berwarna


gelap.

C.

Batuan Ultramafik

: 90% terdiri dari mineral mafik.

Komposisi kimia dapat pula digunakan untuk mengetahui beberapa aspek


yang sangat erat hubungannya dengan terbentuknya batuan beku, seperti untuk
mengetahui jenis magma, tahapan diferensiasi selama perjalanan magma ke
permukaan dan kedalaman zona Benioff.
2.4

Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Mineralogi


Analisis batuan beku pada umumnya memakan waktu, maka sebagian besar

batuan beku didasarkan atas susunan mineral dari batuan itu. Mineral-mineral
yang biasanya dipergunakan adalah mineral kuarsa, plagioklas, potassium feldspar
dan foid untuk mineral felsik. Sedangkan untuk mafik mineral biasanya mineral
amphibol, piroksen dan olovin.
Klasifikasi yang didasarkan atas mineralogi dan tekstur akan dapat
mencrminkan sejarah pembentukan batuan dari pada atas dasar kimia. Tekstur
batuan beku menggambarkan keadaan yang mempengaruhi pembentukan batuan
itu sendiri. Seperti tekstur granular member arti akan keadaan yang serba sama,
sedangkan tekstur porfiritik memberikan arti bahwa terjadi dua generasi
pembentukan mineral. Dan tekstur afanitik menggambarkan pembekuan yang
cepat.

Skripsi

11

Dalam klasifikasi batuan beku yang dibuat oleh Russel B. Travis, tekstur
batuan beku yang didasarkan pada ukuran butir mineralnya dapat dibagi menjadi:
a) Batuan Dalam
Batuan Dalam bertekstur faneritik yang berarti mineral-mineral yang
menyusun batuan tersebut dapat dilihat tanpa bantuan alat pembesar.
b) Batuan Gang
Batuan Gang bertekstur porfiritik dengan massa dasar faneritik.
c) Batuan Lelehan
Batuan Lelehan bertekstur afanitik, dimana individu mineralnya tidak dapat
dibedakan atau tidak dapat dilihat dengan mata biasa.
Menurut Heinrich (1956) batuan beku dapat diklasifikasikan menjadi
beberapa keluarga atau kelompok yaitu :

keluarga granit riolit: bersifat felsik, mineral utama kuarsa, alkali


felsparnya melebihi plagioklas.

keluarga granodiorit qz latit: felsik, mineral utama kuarsa, Na Plagioklas


dalam komposisi yang berimbang atau lebih banyak dari K Felspar

keluarga syenit trakhit: felsik hingga intermediet, kuarsa atau foid tidak
dominant tapi hadir, K-Felspar dominant dan melebihi Na-Plagioklas,
kadang plagioklas juga tidak hadir

keluarga monzonit latit: felsik hingga intermediet, kuarsa atau foid hadir
dalam jumlah kecil, Na-Plagioklas seimbang atau melebihi K-Felspar

keluarga syenit fonolit foid: felsik, mineral utama felspatoid, K-Felspar


melebihi plagioklas

keluarga tonalit dasit: felsik hingga intermediet, mineral utama kuarsa


dan plagioklas (asam) sedikit/tidak ada K-Felspar

keluarga diorite andesit: intermediet, sedikit kuarsa, sedikit K-Felspar,


plagioklas melimpah

keluarga gabbro basalt: intermediet-mafik, mineral utama plagioklas


(Ca), sedikit Qz dan K-felspar

Skripsi

12

keluarga gabbro basalt foid: intermediet hingga mafik, mineral utama


felspatoid (nefelin, leusit, dkk), plagioklas (Ca) bisa melimpah ataupun
tidak hadir

keluarga peridotit: ultramafik, dominan mineral mafik (ol,px,hbl),


plagioklas (Ca) sangat sedikit atau absen.

2.5

Warna Batuan
Warna

batuan

berkaitan

erat

dengan

komposisi

mineral

penyusunnya.mineral penyusun batuan tersebut sangat dipengaruhi oleh


komposisi magma asalnya sehingga dari warna dapat diketahui jenis magma
pembentuknya, kecuali untuk batuan yang mempunyai tekstur gelasan. Batuan
beku yang berwarna cerah umumnya adalah batuan beku asam yang tersusun atas
mineral-mineral felsik,misalnya kuarsa, potash feldsfar dan muskovit. Batuan
beku yang berwarna gelap sampai hitam umumnya batuan beku intermediet
dimana jumlah mineral felsik dan mafiknya hampir sama banyak. Batuan beku
yang berwarna hitam kehijauan umumnya adalah batuan beku basa dengan
mineral penyusun dominan adalah mineral-mineral mafik.
2.6

Struktur Batuan
Struktur adalah kenampakan hubungan antara bagian-bagian batuan yang

berbeda.pengertian struktur pada batuan beku biasanya mengacu pada pengamatan


dalam skala besar atau singkapan dilapangan.pada batuan beku struktur yang
sering ditemukan adalah:
1. Masif : Bila batuan pejal,tanpa retakan ataupun lubang-lubang gas
2. Jointing : Bila batuan tampak seperti mempunyai retakan-retakan. Kenapakan
ini akan mudah diamati pada singkapan di lapangan.

Skripsi

13

3. Vesikular : Dicirikan dengan adanya lubang-lubang gas,sturktur ini dibagi lagi


menjadi 3 yaitu:
Skoriaan : Bila lubang-lubang gas tidak saling berhubungan.
Pumisan : Bila lubang-lubang gas saling berhubungan.
Aliran : Bila ada kenampakan aliran dari kristal-kristal maupun
lubang gas.
4. Amigdaloidal : Bila lubang-lubang gas terisi oleh mineral-mineral sekunder.
2.7 Tekstur Batuan Beku
Pengertian tekstur batuan mengacu pada kenampakan butir-butir mineral
yang ada di dalamnya, yang meliputi tingkat kristalisasi, ukuran butir, bentuk
butir, granularitas, dan hubungan antar butir (fabric). Jika warna batuan
berhubungan erat dengan komposisi kimia dan mineralogi, maka tekstur
berhubungan dengan sejarah pembentukan dan keterdapatannya. Tekstur
merupakan hasil dari rangkaian proses sebelum, dan sesudah kristalisasi.
Pengamatan tekstur meliputi :
1) Tingkat kristalisasi
Tingkat kristalisasi batuan beku dibagi menjadi :
~ Holokristalin : jika mineral-mineral dalam batuan semua berbentuk kristalkristal.
~ Hipokristalin : sebagian berbentuk kristal dan sebagian lagi berupa mineral
gelas.
~ Holohialin : jika seluruhnya terdiri dari gelas.
2) Ukuran kristal
Ukuran kristal adalah sifat tekstural yang paling mudah dikenali.ukuran kristal
dapat menunjukan tingkat kristalisasi pada batuan.
Skripsi

14

Granularitas : pada batuan beku non fragmental tingkat granularitas dapat dibagi
menjadi beberapa macam yaitu:
a) Equigranularitas
disebut equigranularitas apabila memiliki ukuran kristal yang seragam. Tekstur ini
dibagi menjadi 2 :
~ Fenerik Granular : bila ukuran kristal masih bisa dibedakan dengan mata
telanjang.
~ Afinitik : apabila ukuran kristal tidak dapat dibedakan dengan mata telanjang
atau ukuran kristalnya sangat halus.
b) Inequigranular
Apabila ukuran kristal tidak seragam, Tekstur ini dapat dibagi lagi menjadi :
~ Faneroporfiritik : bila kristal yang besar dikelilingi oleh kristal-kristal yang kecil
dan dapat dikenali dengan mata telanjang.
~ Porfiroafinitik : bila fenokris dikelilingi oleh masa dasar yang tidak dapat
dikenali dengan mata telanjang.
c) Gelasan (glassy) : Batuan beku dikatakan memilimki tekstur gelasan apabila
semuanya tersusun atas gelas.
Bentuk Butir
a) Euhedral : bentuk kristal dari butiran mineral mempunyai bidang kristal yang
sempurna.
b) Subhedral : bentuk kristal dari butiran mineral dibatasi oleh sebagian bidang
kristal yang sempurna.
c) Anhedral : berbentuk kristal dari butiran mineral dibatasi oleh bidang kristal
yang tidak sempurna.

Skripsi

15

Sifat Batuan Beku dibagi menjadi 3 antara lain :


1. Asam (Felsik)
Batuan beku yang berwarna cerah umumnya adalah batuan beku asam yang
tersusun atas mineral-mineral felsik.
2. Intermediet
Batuan beku yang berwarna gelap sampai hitam umumnya batuan beku
intermediet diman jumlah mineral felsik dan mafiknya hampir sama banyak.
3. Basa (Mafik)
Batuan beku yang berwarna hitam kehijauan umumnya adalah batuan beku
basa dengan mineral penyusun dominan adalah mineral-mineral mafik.
4. Ultrabasa (Ultramafik )
Batuan beku yang berwarna kehijauan dan berwarna hitam pekat dimna
tersusun oleh mineral mineral mafic seperti olivin.
1.8

Komposisi Mineral
Berdasarkan mineral penyusunnya batuan beku dapat dibedakan menjadi 4

yaitu:
a) Kelompok Granit Riolit Berasal dari magma yang bersifat asam, terutama
tersusun oleh mineral-mineral kuarsa ortoklas, plaglioklas Na, kadang terdapat
hornblende, biotit, muskovit dalam jumlah yang kecil.
b) Kelompok

Diorit

Andesit

Berasal

dari

magma

yang

bersifat

intermediet,terutama tersusun atas mineral-mineral plaglioklas, Hornblande,


piroksen dan kuarsa biotit,orthoklas dalam jumlah kecil.
c) Kelompok Gabro Basalt Tersusun dari magma yang bersifat basa dan terdiri
dari mineral-mineral olivine, plaglioklas Ca, piroksen dan hornblende.
d) Kelompok Ultra Basa Tersusun oleh olivin dan piroksen.mineral lain yang
mungkin adalah plagliokals Ca dalam jumlah kecil.
1.9

Jenis Jenis Batu Andesit

Skripsi

16

Batu Andesit merupakan salah satu jenis batuan beku yang dihasilkan dari
produk gunung berapi. Batuan jenis Andesit ini pada umumnya bisa dibagi
menjadi dua jenis batuan berdasarkan dari tempat asal terbentuknya.
Batuan jenis Andesit yang pertama adalah andesit berupa batuan beku yang
proses membeku atau terbentuknya berada di dalam tanah (Batu Andesit
Porfiritik).
Batuan dari jenis andesit yang kedua adalah andesit yang proses
pembekuannya terjadi di permukaan tanah atau yang sering disebut dengan lava
(Batu Andesit Afanitik).
Andesit juga termasuk dengan jenis batuan beku lava dimana juga
mempunyai struktur batuan struktur tiang atau columnar Advertisement jointing.
Andesit adalah batuan beku permukaan. Batuan lelehan dari diorit,
mineralnya berbutir halus, komposisi mineralnya sama dengan diorit, warnanya
kelabu. Gunung api di Indonesia umumnya menghasilkan batuan andesit dalam
bentuk lava maupun piroklastika. Batuan andesit yang banyak mengandung
hornblenda disebut andesit hornblenda, sedangkan yang banyak mengandung
piroksin disebut andesit piroksin. Batuan ini banyak digunakan untuk pengeras
jalan, pondasi, bendungan, konstruksi beton, dan lain-lain. Adapun yang
berstruktur lembaran banyak digunakan sebagai batu tempel.

1.10

Perhitungan Cadangan

Pengertian Sumber Daya Dan Cadangan Berdasarkan SNI :


Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI), Amandemen I SNI13-4726-1998,
yang dimaksud dengan :
1. Sumber Daya Mineral (Mineral Resource) adalah endapan mineral yang
diharapkan dapat dimanfaatkan secara nyata. Sumber daya mineral dengan
keyakinan geologi tertentu dapat dapat berubah menjadi cadangan setelah
Skripsi

17

dilakukan pengkajian kelayakan tambang dan memenuhi kriteria layak


tambang.
2. Cadangan (Reserve) adalah endapan mineral yang telah diketahui ukuran,
bentuk, sebaran, kuantitas dan kualitasnya, dan yang secara ekonomis,
teknis, hukum, lingkungan dan sosial dapat ditambang pada saat
perhitungan dilakukan.
Klasifikasi Sumber Daya Mineral :
1. Sumber Daya Mineral Hipotetik (Hypothetical Mineral Resource) adalah
sumber daya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan
perkiraan pada tahap Survey Tinjau (Reconnaissance).
2. Sumber Daya Mineral Tereka (Inferred Mineral Resource); adalah sumber
daya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan hasil
tahap Prospeksi (Prospecting).
3. Sumber Daya Mineral Terunjuk (Indicated Mineral Resource); adalah
sumber daya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan
hasil tahap Eksplorasi Umum (General Exploration).
4. Sumber Daya Mineral Terukur (Measured Mineral Resource); adalah
sumber daya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan
hasil tahap Eksplorasi Rinci (Detailed Exploration).
Klasifikasi Cadangan:
1. Cadangan Terkira (Probable Reserve)adalah sumber daya mineral terunjuk dan
sebagian sumber daya mineral terukur yang tingkat keyakinan geologi-nya masih
lebih rendah, yang berdasarkan Studi Kelayakan Tambang (Mine Feasibility
Study) semua faktor yang terkait telah terpenuhi, sehingga penambangan dapat
dilakukan secara ekonomik.
2. Cadangan Terbukti (Proved Reserve)adalah sumber daya mineral terukur yang
berdasarka Studi Kelayakan Tambang semua faktor yang terkait telah terpenuhi,
sehingga penambangan dapat dilakukan secara ekonomik.
2.11 Metode Perhitungan

Skripsi

18

Perhitungan Cadangan Bijih


Metode - metode konvensional yang biasa digunakan dalam perhitungan cadangan
adalah:
1. Metoda Triangular
2. Metoda Daerah Pengaruh (Area of Influence)
3. Metoda Penampang (Cross Section)
4. Metoda Isoline.
Parameter-parameter yang penting antara lain adalah:
1. Kadar Bijih (Grade)
2. Ketebalan dan Luas (Thickness and Area)
3. Porositas dan Kandungan Air (Porosity and Moisture/ Water Content)
4. Berat jenis (Density).
A. Metode Perhitungan Cadangan (Menurut Jean Bernard Chaussir and Jean
Morer, 1987)
Ada dua metode yang di pakai untuk perhitungan cadangan yaitu metode
yang sederhana dan merupakan perhitungan cadangan tereka (probable reserve)
yaitu :
1. Rumus Luas Rata-Rata ( Mean Area )
V

= L ( S1 + S2 ) / 2

S1, S2 = Luas Penampang Endapan

Skripsi

= Jarak Antara Penampang

= Volume Cadangan

19

Rumus luas rata-rata untuk endapan yang mempunyai penampang yang


uniform.
2. Kerucut Terpancung :
V
= L/3 ( S1 + S2 +S1.S2
S1, S2 = Luas Penampang Area
L
= Jarak Antara S1 dan S2
V
= Volume Cadangan

B. Metode Perhitungan Cadangan Penambangan Andesit


Jadi dua metode yang digunakan pada perhitungan cadangan batu andesit di
PT. DUTA ALAM BAHAGIA ini adalah metode Penampang dan metode GIS 3D
TIN :
1. Metode Cross Section :
Dalam pembuatannya, luas area yang akan dihitung diberi garis
sayatan tegak lurus dengan memakai Software ArcView 3.2. Dimana
perhitungan volumenya di mulai dari menghitung beda tinggi permukaan
(titik terendah dengan titik tertinggi) dengan peta topografi untuk
menghitung panjang, tebal, dan lebar dengan rumus balok. Dimana dalam
perhitungannya diasumsikan seperti balok dari tiap garis penampangnya.
2. Metode GIS 3D TIN :
Cadangan dihitung dengan menggunakan pendekatan teknis, yaitu
memperhitungkan ketebalan batu dan memperhatikan beda tinggi (kontur)
yang dapat diambil berdasarkan pada batas dan rencana bentuk akhir
tambang. Perhitungan potensi cadangan dilakukan dengan cara volumetrik
menggunakan peta dasar peta topografi (Peta RBI skala 1 : 25.000) dan
hasil pengukuran penyebaran bahan galian di lapangan.

Skripsi

20

Analisa perhitungan dilakukan dengan bantuan software GIS


Arcview extension 3D dengan metode TIN (Triangular Irregular
Network) dari peta kontur ketinggian yang ada, yang telah dilakukan
pengeplotan pada tahap sebelumnya. Metode perhitungan cadangan
disesuaikan dengan peta topografi yang ada. Perhitungan cadangan dengan
software ini pada prinsipnya sama dengan prinsip perhitungan cadangan
yang memakai metode kerucut terpancung untuk masing-masing segmen
tipe kontur.
BAB 3
GEOLOGI REGIONAL
3.1 Fisiografi Regional
Van Bemmelen (1949) secara detail membagi fisiografi Jawa Timur menjadi
7 zona fisiografi, yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Alluvial plains of Northern Java (Dataran aluvial Utara Jawa)


Rembang-Madura Anticlinorium (Perbukitan Rembang dan Madura)
Lajur Randublatung
Lajur Kendeng
Dataran Tengah Jawa Timur
Gunungapi Tengah / Gunungapi Kuarter
Pegunungan Selatan

Skripsi

21

Gambar 3.1 Peta Zona Fisiografis Regional Jawa Timur menurut Van Bemmelen
(1949).

3.2 Geomorfologi Regional


Secara fisiografi daerah termasuk dalam peta Lembar Madiun bagian
selatan yang mirip dengan geologi regional Lembar Tulungaung. Pada bagian
selatan Lembar Madiun, termasuk di dalam lajur Pegunungan Selatan jawa timur
dan bagian wilayah tengah masuk Zona Gunungapi Kuarter dan bagian utaranya
termasuk di dalam rangkaian Pegunungan Kendeng.
Pola morfologi di daerah ini dikendalikan baik oleh litologi maupun oleh
struktur geologinya. Berdasarkan pada ketinggian timbulan dan bentuk bukitnya
daerah ini dapat dipisahkan menjadi empat satuan morfologi yaitu: kerucut
gunung api, perbukitan bertimbulan tajam, perbukitan menggelombang dan
pendataran rendah. Saatuan morfologi yang pertama dapoat dibagi menjadi tiga

Skripsi

22

sub satuan, yaitu sub satuan: Jading-Patuk Banteng, Gajah Mungkur, dan
Agrokalangan.
Morfologi Kerucut Gunungapi terdapat di bagian tengah lembar. Satuan
ini dibentuk oleh Pegunungan Wilis, yang berupa batuan gunungapi. Morfologi ini
mudah sekali dikenali, baik pada petaa tropografi maupun di lapangan. Pola aliran
sungainya memencar, mengalir ke segala arah. Beberapa puncak gunung yang
tingginya melebihi 2000 m antara lain Gunung Argokalangan dan Gunung
Argotawang. Sub satuan Jading-Patuk Banteng terletak dibagian barat kerucut
yang letaknya terpisah dari keseluruhan morfologi kerucut gunungapi.
Batas satuan ini di utara adalah aliran K. Klepon, alur sungai yang
mengalir ke utara terpotong oleh sub satuan Argokalangan. Di sepanjang K.
Kesugihan banyak alur sungai yang ke selatan terpotong oleh sub satuan yang
sama. Sub satuan Gajahmungkur terdapat di bagian timur. Di utara berbatasan
dengan sub satuan Argokalangan dengan K. Kuncir sebagai batasnya. Hal itu
terlihat dengan adanya beberapa sungai yang asalnya mengalir ke utara, tiba-tiba
membelok mengikuti K. Kuncir. Di barat, batasnya diduga berupa sesar yang
membentuk tebing terjal berarah baratlaut-tenggara, mulai dari barat G.
Mlokoseketip sampai barat G. Glagah Ombo. ke selatan batas keduanya agak
kabur, tetapi dengan melihat perbedaan kerpatan aliran sungainya, batasnya dapat
diperkirakan.
Sungai-sungai di Sub-satuan Argokalangan lebih rapat, dan mengalir
sejajar, yang berasal dari arah puncak Pegunungan Wilis. Sedangakan di sub
satuan Gajahmungkur lebih mendekati ke memencar, dan berasal dari G. Glagah
Ombo, G.Gajahmungkur dan G. Argoklono. Sub satuan Argokalangan tersebar
mulai dari bagian puncak pegunungan, menjulur ke utara, ketenggara dan sedikit
ke barat sampai daerah pedataran.
Satuan perbukitan bertimbulan tajam, tedapat di bagian selatan lembar.
Satuan ini terbentuk oleh bermacam-macam batuan. Beberapa struktur sesar turut
mengendalikan bentukan morfologinya. Pola aliran sungainya tidak teratur, dan

Skripsi

23

hak ini mungkin disebabkan oleh perbedaan batuan dan banyaknya kekar yang
berkembang. Puncak tertingginya mencapai 727 m (G. Bayangkaki), yang
ditempati oleh breksi gunungapi.
3.3 Stratigrafi Regional
Menurut U.Hartono, Baharuddin Dan (And) K. Brata, 1992, tatanan
stratigrafi lembar Madiun bagian selatan ini mirip dengan tatanan stratigrafi
lembar Tulungagung yaitu yang meliputi:
a. Endapan Permukaan
(1) Aluvium
Endapan ini merupakan hasil aktifitas endapan sungai, pantai dan rawa,
yang disusun oleh kerakal, kerikil, pasir, lanau, lempung dan lumpur.
Dijumpai

di

Kecamatan-Kecamatan

Besuki,

Bandung,

Pakel,

Campurdarat, Rejotangan, Ngunut, Sumbergempol, Boyolangu, Gondang,


Kauman, Tulungagung, Kedungwaru, Ngantru, dan Karangrejo.

b. Batuan Sedimen
(2) Satuan Breksi / Formasi Arjosari (Toma).
Berupa runtuhan endapan turbidit, yang ke arah mendatar berangsur
berubah menjadi batuan gunung api. Umur satuan ini adalah Oligosen
Akhir-Miosen Awal, tersingkap di Kecamatan-Kecamatan Gondang dan
Kauman.
(3) Satuan Batugamping / Formasi Campurdarat (Tmcl).
Disusun oleh batu gamping hablur yang bersisipan dengan batu lempung
berkarbon. Formasi ini berumur Miosen Awal-Awal Miosen Tengah.
Tersebar di kecamatan-kecamatan Bandung, besuki, Campurdarat dan
Tanggunggunung.

Skripsi

24

(4) Satuan Batulempung / Formasi Nampol ( Tmn).


Tersusun oleh perulangan batulempung, batupasir dan tuf yang bersisipan
konglomerat dan breksi. Umur satuan ini adalah miosen awal. Secara
setempat-setempat dijumpai di Kecamatan-Kecamatan Bandung, Besuki,
Tanggunggunung, Kalidawir, dan Pucanglaban.
(5) Satuan Batugamping Terumbu / Formasi Wonosari (Tmwl).
Litologi tersusun oleh batugamping terumbu, batugamping berlapis,
batugamping berkepingan, batugamping pasiran kasar, batugamping tufan
dan napal. Satuan ini berumur Miosen Tengah_miosen Akhir dan dapat di
jumpai di Kecamatan Pucanglaban dan Kalidawir.
c. Batuan Gunung Api
(6) Satuan

Gunung

Api

Tua

Formasi

Mandalika

(Tomn).

Batuan penyusun berupa breksi gunung api, lava, tuf, batupasir dan
batulanau. Umur satuan ini adalah oligo miosen. Tersingkap di
Kecamatan-Kecamatan Besuki, Bandung, Tanggunggunung, Campurdarat,
Boyolangu, Kalidawir, dan Pagerwojo.
(7) Satuan Breksi Gunungapi / Formasi Wuni (Tmw).
Tersusun oleh breksi gunung api, tuf, batupasir, dan batulanau yang
umumnya tufan, bersisipan batugamping. Berumur miosen. Tersingkap
setempat-setempat di Kecamatan Pucanglaban.
(8) Satuan Gunung Api Muda / Batuan Gunung api.
Litologi penyusun batuan berupa lava, breksi piroklastik, lapili, tuf,
endapan lahar dan lumpur gunung api. Satuan ini berumur plistosen
d. Batuan Terobosan
(9) Satuan Andesit (An)
Litologi berwarna kelabu kehitaman, tekstur porfiritik, berkomposisi
andesin, kuarsa, ortoklas, biotit, mineral bijih, dan tertanam dalam masa

Skripsi

25

dasar mikrolit dan kaca gunungapi. Satuan ini dijumpai di Kecamatan


Besuki pada Gunung Tanggul yang nampak menjulang tinggi.
Gambaran tatanan stratigrafi lembar Madiun dapat dilihat pada gambar
berikut ini :

Gambar 3.2 Peta Geologi Regional daerah penelitian

Skripsi

26

Gambar 3.3 Satuan batuan di daerah penelitian

Gambar 3.4 Kolom stratigrafi Lembar Madiun


BAB 4
METODELOGI PENELITIAN

4.1 Metode Penelitian


Metode yang digunakan saat penelitian ini adalah dengan metode
penelitian geologi permukaan (surface mapping),melakukan pengamatan langsung
pada singkapan saat di lapangan. Data yang diambil berupa data litologi,
morfologi, stratigrafi,dan geologi lingkungan melalui pengamatan pada singkapan
dan juga dilakukan pengukuran dan pencatatan.

4.2

Tahap Tahap Penelitian


4.2.1. Tahap Persiapan

Skripsi

27

Sebelum melakukan penelitian ke lapangan, langkah paling


awalnya yaitu menentukan penentuan lokasi penelitian, setelah itu
didiskusikan dengan dosen pembimbing.
Setelah menentukan lokasi penelitian, selanjutnya yaitu studi
literatur mengenai dasar-dasar metode pemetaan geologi permukaan,
studi literatur geologi regional serta fisiografi regional, dan juga studi
literatur mengenai Perhitungan Cadangan. Studi literatur sangatlah
penting dalam persiapan sebelum pemetaan geologi.
Persiapan ini ditempuh agar penulis dapat mengetahui gambaran
mengenai karakteristik litologi, geomorfologi, stratigrafi, struktur, dan
hal - hal lain yang dapat mendukung pemetaan geologi.Sehingga ketika
melakukan penelitian, sudah memiliki dasar dasar gambaran mengenai
keadaan geologi yang berkembang di daerah penelitian. Untuk hal-hal
mendasar seperti penentuan jalur lokasi pengamatan dapat diputuskan
secara cepat, tepat, dan menghemat waktu.

4.2.2. Tahap Penelitian dan Pengambilan Data Lapangan


Pada tahapan penelitian lapangan, penulis mencatat data data
lapangan berupa deskripsi megaskopis lithologi pada setiap lokasi
pengamatan (LP), pengukuran ketebalan litologi, pengambilan foto
singkapan, foto litologi, pengamatan morfologi (disertai foto morfologi),
dan pengukuran data struktur geologi (kekar).
Setelah itu memasukkan lokasi pengamatan (LP), kedudukan,
dan struktur geologi pada peta melalui koordinat yang diambil dari GPS.
Kemudian melakukan pengambilan sampel batuan, selanjutnya memilih
sampel untuk analisis laboratorium.
4.2.3. Tahap Analisis Data dan Penyusunan Tugas Akhir

Skripsi

28

Tahap analisis data dan penyusunan tugas akhir, meliputi :


1) Analisa Morfologi
Tahapan
ini

dilakukan

untuk

mengetahui

pengelompokan geomorfologi yang merupakan kaki gunung


pada lokasi penelitian, dimana pada kaki gunung ini
mempunyai lereng yang cukup terjal.
2) Analisis Penampang Stratigrafi
Dengan membuat penampang stratigrafi,menjadi lebih
mudah dalam

menentukan ketebalan dari setiap satuan

batuan yang telah di identifikasi, umur batuan, dan urut


urutan pengendapan.
3) Analisis Petrografi
Untuk mengetahui nama setiap sampel batuan yang
didapatkan di lapangan, diharapkan dapat membantu dalam
menentukan bagaimana batuan reservoar yang baik dilihat
dari tekstur, struktur, dan komposisi mineral secara
mikroskopis. Penamaan mikroskopis tersebut didasarkan
Williams (1954) untuk batuan beku.
4) Analisis Struktur Geologi
Tujuan dari analisis struktur adalah untuk memahami
tektonik serta menemukan struktur geologi di daerah
penelitian.
5) Analisis Perhitungan Cadangan
Setelah mengetahui kemiringan lereng dan di
dapatkan data ketebalan batu andesit di lapangan dengan cara
menghitung beda tinggi dari elevasi konturnya, kemudian
baru dibuat peta sayatan agar dapat menghitung volume
cadangan dari tambang andesit tersebut. Dengan memakai
metode sederhana yaitu metode penampang dan merupakan
metode perhitungan tereka adalah cadangan suatu bahan
galian
Skripsi

yang

perhitungannya
29

didasarkan

atas

tinjauan

lapangan dengan tingkat keyakinan cadangan (20-30)% dari


total cadangan yang ada. Dimana perhitungan di mulai dari
permukaan air laut ( titik terendah ) dengan peta sayatan yaitu
dengan menghitung panjang, tebal, dan lebar dengan rumus
Balok yang seperti Mean Area dari tiap sayatan pada andesit.
6) Penyusunan Laporan
Tahapan akhir dari penelitian, dimana hasil data-data
yang

telah

diperoleh

kemudian

di

analisis

dan

di

interpretasikan dalam tugas akhir. Dengan demikian penulis


dapat membuat peta lintasan, peta pola aliran, peta
geomorfologi, peta geologi dan peta cadangan andesit di
daerah penelitian.
4.3.

Peralatan yang Digunakan


Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)

Peta Topografi : peta dasar untuk pemetaan geologi


Kompas Geologi : untuk menentukan arah dan mengukur kekar
Palu Geologi : untuk mengambil sampel batuan di lapangan.
GPS :untuk mengeplot posisi/titik koordinat di peta.
HP :untuk memotretbatu dan lingkungan di lapangan.
PlastikSampel : tempat menyimpan sampelbatuan.
Tas Lapangan : untuk membawa makanan dan minuman dan

perlengkapan lainnya.
8) Meteran : untuk mengukur ketebalan singkapan.
9) Buku, Pensil, Bulpoin, Penghapus, dan Clip Board

Skripsi

30

TAHAP
PERSIAPAN

STUDI
PUSTAKA

Penentuan Lokasi Penelitan


Perizinan
Pembuatan Proposal
Peralatan Pemetaan

Studi literatur Fisiografi dan Geologi Regional


Peta Geologi Regional Lembar Madiun

Pengamatan Geomorfologi
PENGAMBILAN
DATA DAN
PENELITIAN DI
LAPANGAN

Bentang Alam
Pola Pengaliran

Pengamatan Stratigraf
-

Deskripsi megaskopis setiap litologi


Mengukur ketebalan Andesit dengan
menggunakan Beda Tinggi

Pengamatan Struktur Geologi


- Pengukuran Kekar Gerus
- Interpretasi peta geologi
Analisis Data

ANALISIS
DATA DAN
PENULISAN
Skripsi LAPORAN

Petrografi
Struktur Geologi
Perhitungan cadangan dengan metode Cross
Section
Perhitungan cadangan dengan metode GIS 3D
TIN (ArcView 3.3)
31

Studio
-

PRESENTASI
KOLOKIUM
DAN SIDANG
TUGAS AKHIR

Peta Lintasan
Peta Pola Pengaliran
Peta Geomorfologi
Peta Geologi
Peta Cadangan Andesit

Tabel 4.1. Bagan Alir Penelitian


4.4 Jadwal Rencana Kegiatan
Kegiatan
Pembuatan Proposal
Perizinan
Studi Literatur
Kerja Lapangan
Analisa Data dan Sampel
Pembuatan Laporan dan

Maret 16

April 16

Mei 16

Bimbingan
Presentasi dan Evaluasi
Tabel 4.2. Jadwal Rencana Kegiatan

Skripsi

32

Juni 16

Anda mungkin juga menyukai