Anda di halaman 1dari 14

TUGAS RESUME EKSKURSI

PENGANTAR TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN


ENERGI (PTKE)

DISUSUN OLEH:
TIMUR AKBAR
(071.015.145)

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN


FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2018
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang kaya akan kekayaan alam, berupa sumber daya

alam yang melimpah, kebudayaan dari berbagai daerah, bahkan tempat dan

benda-benda bersejarah. Kali ini penulis akan menerangkan mengenai tempat

yang menyimpan benda-benda bersejarah seperti fosil-fosil, batuan, mineral, dan

sebagainya berdasarkan kunjungan edukatif ke Museum Geologi Bandung yang

dilaksanakan pada tanggal 27 Mei 2018. Dalam makalah ini penulis akan

memaparkan mengenai latar belakang Museum Geologi, Benda-benda yang ada

pada Museum Geologi seperti Fosil-fosil (Manusia, hewan, tumbuhan), Batuan

dan Mineral, Tektonisme dan vulkanisme.

B. Tujuan Penulisan

· Untuk mengetahui dan melihat benda-benda temuan prasejarah dan lain-

lain berupa replika maupun asli.

· Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ekskursi

· Untuk menambah pengetahuan mengenai benda bersejarah dan mengajak

masyarakat untuk melestarikan dan mengenal benda-benda bersejarah yang ada di

Meseum Geologi Bandung


PEMBAHASAN

Museum Geologi didirikan pada tanggal 16 Mei 1928. Museum ini

merupakan salah satu monument bersejarah yang merupakan peninggalan

nasional. Dalam museum ini, tersimpan dan dikelola materi-materi geologi yang

berlimpah, seperti fosil, batuan, mineral. Museum Geologi terbagi menjadi

beberapa ruang yang menempati lantai 1 dan 2. Pada lantai 1, terdapat ruang

orientasi berisi peta geografi Indonesia dalam bentuk relief layar lebar yang

menayangkan kegiatan geologi museum, terdapat juga ruang geologi Indonesia

yang berisi tentang system tata surya, keadaan geologi di Indonesia serta fosil-

fosil sejarah dan beragam jenis batuan dan sumber daya mineral yang ada di setiap

daerah, kemudian ada juga ruang yang menggambarkan sejarah pertumbuhan dan

perkembangan makhluk hidup.


Dalam perjalanan kali ini, setiap mahasiswa dibagi menjadi beberapa

kelompok yang terdiri dari 8 orang. Masing-masing diberikan tugas untuk

membahas bagian-bagian museum tertentu. Dalam hal ini, saya mendapat tugas

untuk membahas ruang sejarah kehidupan. Dalam ruang ini terdapat gambar-

gambar yang menghiasi dinding yang berisi tentang informasi keadaan bumi

sekitar 4,5 miliar tahun lalu dimana makhluk hidup paling primitive ditemukan.

Terdapat juga fosil reptilian bertulang belakan berukuran besar yang hidup

menguasai masa Mesozoikum yang diperagakan dalam bentuk replica fosil

Tyrannosaurus Rex Osborn.

Kehidupan awal di bumi yang dimulai sekitar 3 miliar tahun lalu

selanjutnya berkembang dan berevolusi hingga sekarang. Jejak evolusi mamalia

yang hidup pada zaman Tersier dan Kuarter di Indonesia dijelaskan melalui fosil-

fosil binatang menyusui dan hominid yang ditemukan pada lapisan tanah di

beberapa tempat di Indonesia. Kumpulan fosil tengkorak manusia purba yang

ditemukan di Indonesia (Homo Erectus P. VIII) dan beberapa tempat lainnya di

dunia terkoleksi dalam bentuk replica.


`

Dalam ruang sejarah kehidupan ini juga terdapat informasi tentang proses

pembentukan fosil, termasuk batubara dan minyak bumi.

Selanjutnya, destinasi selanjutnya yaitu Stone Garden. Perjalanan dari

Museum Geologi ke Stone Garden kira kira memakan waktu perjalanan selama
1,5 jam. Stone Garden terletak di wilayah Padalarang Bandung Barat atau

kawasan perbukitan karst Citatah. Stone Garden memiliki panorama alam yang

indah dengan adanya puing-puing batu yang tersebar dan berserakan seperti

zaman prasejarah. Awalnya wilayah ini adalah wilayah laut purba yang terangkat

karena adanya gempa yang sangat dahsyat. Jenis batu yang ada di Stone Garden

ini berbeda dengan batu pada umummnya. Tekstur batuannya mirip dengam koral

yang ada di laut. Batuan ini adalah batu gamping. Kapur atau batu kapur yang

sejak zaman dulu ditambang berasal dari batu gamping. Batu gamping Citatah ini

usianya mencapai 30 juta tahun dan sebagian sudah mengalami meramorfosis

menjadi batu marmer. Selain itu, kadar CaCO3 nya pun terbilang tinggi serta

dominan terbentuk dari inti terumbu karang sehingga sangat baik bila dijadikan

bahan pembuat semen karena diwilayah kawasan karts Citatah banyak dijumpai

aktivitas penambangan batu kapur.


Taman Batu adalah situs purbakala, yang dulu termasuk kedalam kawasan

Danau Purba Bandung. Namun, pada masa neolitikum, danau purba bandung

mulali menyurut secara bertahap. Danau purba ini terbukit akibat letusan Gunung

Sunda atau sering disebut Gunung Bandung Purba. Ketika erupsi yang sangat

besar ini terjadi, membentuk danau vulkanik yang sangat besar hingga danau

purba ini menyusut secara bertahap sehingga apabila dilihat secara landscape

wilayah Bandung sekarang adalah cekungan atau sering dikenal dengan cekungan

bandung yang dibaris deretan pegunungan. Ketinggian Stone Garden ini pun

berada di ketinggian sekitar 700 Mdpl dengan didominasi batuan besar.


Batu Gamping dalam system Petroleum berguna sebagai Reservoir

Hidrokarbon. Dalam hal ini, batuan karbonat mulai menjadi perhatian khusus

sebagai reservoir hidrokarbon. Batu gamping lebih sulit dan lebi komplek sifatnya

dibandingkan dengan batu pasir. Hal ini disebabkan karena adanya berbagai

macam porositas pada batu gamping dan pada umumnya dikontrol oleh pelarutan

matriks dan semen misalnya pelarutan butiran yang mengandung aragonite seperti

koral dan moluska. Di Indonesia sendiri, telah ditemukan juga cadangan minyak

di batuan karbonat pada Formasi Baturaja, Formasi Kujung dan lapangan minyak

besar di Formasi Kais di Papua. Batuan karbonat adalah semua batuan yang terdiri

dari garam karbonat. Dalam prakteknya adalah terutama gamping (limestone) dan

delimit.
Sedimen karbonat dihasilkan dari proses organic biokimia pada

lingkungan laut bersih, hangat, shallow water. Daerah tropical dan subtropical

dapat mencerminkan kondisi tersebut. Keadaan tertentu dapat ditunjukkan sebagai

factor sedimen karbonat, misalkan karena adanya produksi sedimen yang tinggi

dan akumulasi kalsium karbonat dari cangkang organisme.

Jenis – jenis batuan karbonat dapat dibagi menjadi empat macam, yaitu:

1. Batuan karbonat yang bersifat kerangka atau sebagai suatu terumbu

Tipe gamping terumbu ini sering disebut “Boundstone” oleh Dunham,

sedangkan berdasarkan terdapatnya lumpur karbonat diantara kerangka

atau pecahan-pecahan kerangka Embrie dan Klovan membuat

klasifikasi : Framestone, Bindstone, Bafflestone, Rudstone dan

Floatstone. Terdapat beberapa klasifikasi batugamping yang dapat

digunakan, tetapi dalam industri minyak, klasifikasi Dunham (1962)

yang dimodifikasi oleh Embry dan Klovan merupakan klasifikasi yang

biasa digunakan. Klasifikasi Dunham didasarkan pada tekstur

pengendapan awal. Faktor utama dalam dalam klasifikasi ini yang

perlu diamati adalah :

a. Jika tekstur pengendapannya dapat dikenali, maka klasifikasi

Dunham dapat digunakan dengan pembagian sebagai berikut :

- Butiran kurang dari 10% dari seluruh batuan maka disebut

mudstone
- Butiran lebih dari 10% dengan tetap didominasi oleh lumpur

disebut wackestone

- Batuan seluruhnya berupa butiran disebut grainstone

- Jika butiran diikat pada waktu pengendapan oleh binding,

baffling dan framebuilding disebut boundstone

- Floatstone dan rudstone

- Framestone dan bafflestone

b. Jika tekstur pengendapannya tidak dapat dikenali, maka klasifikasi

Dunham tidak dapat digunakan, batuan harus dideskripsi

berdasarkan ciri fisik atau diagenesis

2. Batuan karbonat yang bersifat klastik

Tipe klastik ini dapat dibagi menjadi

a. Interklast/fragmenter

b. Bioklastik

c. Chemiklastik

3. Batuan karbonat yang bersifat afanitik atau batu gamping halus

Gamping jenis ini terdiri dari butir-butir < 0,005 mm, tidak dapat

diketahui apakah terdiri dari fragmen-fragmen halus (pecahan-pecahan

gamping) atau Kristal-kristal halus.

pembentukkan yaitu:

a. Dari pengendapan langsung secara kimiawi dari air laut yang telah

kelewat jenuh akan CaCO3 sebagai jarum-jarum aragonit

b. Dari penggerusan gamping yang telah ada, pengancuran terumbu

oleh gelombang
4. Batuan karbonat yang bersifat dolomit dan kristalin

Dari keempat batuan karbonat tersebut, semuanya dapat bertindak sebagai

batuan reservoir.

Terumbu ( reef ) dapat menjadi batuan reservoir yang sangat

penting. Pada umumnya terumbu terdiri dari suatu kerangka, coral,

ganggang, dan sebagainya yang tumbuh dalam laut yang bersih, berenergi

gelombang tinggi, dan mengalami banyak pembersihan sehingga rongga-

rongga antaranya khususnya menjadi sangat bersih. Dalam hal ini

porositas yang didapatkan terutama dalam kerangka yang berbentuk

rongga-rongga bekas binatang hidup yang tersemenkan dengan sparry

calcite sehingga porositasnya diperkecil.

a. Bentuk Reservoir Terumbu

Pada umumnya dapat dibedakan menjadi 2 macam terumbu, yaitu

yang bersifat fringing yang merupakan bentuk yang memanjang di

lepas pantai dan terumbu yang sering disebut sebagai suatau pinnacle

yang muncul sana sini sebagai bentuk kecil secara tidak teratur

b. Terumbu Tiang

Contoh yang baik untuk terumbu tiang sebagai reservoir adalah

lapangan minyak Kasim-Jaya dan contoh lain dari batuan reservoir ini

ialah di dalam Formasi Baturaja yaitu lapangan minyak kitty yang

menghasilkan minyaknya dari terumbu batu gamping


c. Gamping Klastik

Gamping klastik sering juga merupakan reservoir yang sangat baik,

terutama dalam asosiasinya dengan oolit, dan sering disebut sebagai

kalkarenit. Jadi jelas, bahwa batuan reservoir yang terdapat di dalam

oolit itu merupakan pengendapan berenergi tinggi dan didapatkan

dalam jalur sepanjang pantai dengan arus gelombang kuat. Porositas

yang didapatkan biasanya ialah jenis porositas intergranular, yang

kadang-kadang diperbesar oleh adanya pelarutan. Batuan reservoir

oolit terdapat misalnya di cekungan Illinnois ( Amerika Serikat ),

dimana terdapat oolit dalam gamping yang berumur karbonat. Lapisan

oolit ini disebut McClosky sand. Batuan ini terdiri daripada oolit yang

kadang-kadang bersifat dolomit.

d. Dolomit

Dolomit merupakan batuan reservoir yang jauh lebih penting dari jenis

batuan karbonat lainnya. Harus di ingat pula, bahwa kebanyakan dari

batuan karbonat seperti oolit ataupun terumbu sedikit banyak pula

telah ikut didolomitasikan. Cara terjadinya dolomit ini tidak begitu

jelas, tetapi pada umumnya dolomit ini bersifat sekunder atau sedikit

banyak terbentuk setelah proses sedimentasi. biasanya mempunyai

porositas yang baik berbentuk sukrosit yaitu berbentuk menyerupai

gula pasir. Rupa-rupanya dolomit ini terbentuk karena pembentukan

kristal dolomit yang bersifat euhedron dan tumbuh secara tidak teratur

diantara kalsit.

Anda mungkin juga menyukai