Anda di halaman 1dari 12

FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


MATA KULIAH MINERAL INDUSTRI



Adnan Iswandi (D611 11 263)

BATU GAMPING

I. Pendahuluan
Batugamping merupakan batuan karbonat yang sangat umum pemanfaatannya
dalam dunia industri. Di Indonesia sendiri, telah ditemukan banyak cadangan bahan
galian batugamping, salah satunya ialah pada Formasi Tonasa.
Sedimen karbonat dihasilkan dari proses organik biokimia pada lingkungan
laut bersih, hangat, shallow water. Daerah tropikal dan subtropikal dapat
mencerminkan kondisi tersebut. Keadaan tertentu dapat ditunjukan sebagai faktor
sedimen karbonat, misalkan karena adanya produksi sedimen yang tinggi dan
akumulasi kalsium karbonat dari cangkang organisme. Faktor-faktor yang
mempengaruhi sedimen karbonat adalah :
1. Garis lintang dan iklim
Karbonat yang terbentuk pada air hangat neritik (0 200 m) terakumulasi pada garis
lintang 30
0
utara dan selatan equator. Biasanya terbentuk dari pecahan organisme
seperti koral, dengan pertumbuhan terbaik pada kedalaman kurang dari 30 m.
Sedimen planktonik terbentuk pada kedalaman yang lebih dalam dengan garis
lintang 40
0
utara dan selatan. Endapan pada air dingin neritik terletak pada garis
lintang 20
0
40
0
, terbentuk dari bryozoa, moluska dan foraminifera. Iklim dapat
mengontrol rata-rata evaporasi atau hujan, mempengaruhi komposisi air laut dekat
batas kontinental dan restricted basin.

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
MATA KULIAH MINERAL INDUSTRI



Adnan Iswandi (D611 11 263)

2. Penetrasi cahaya
Penetrasi cahaya berkurang seiring dengan bertambahnya kedalaman air, tingginya
garis lintang dan berkurangnya kejernihan air. Karbonat tumbuh pada zona shallow
neritik , diatas 10 20 m dari permukaan laut. Batas terendah penetrasi cahaya
berkisar antara 100 150 m yang merupakan batas zona euphotic, zona dimana
fotosintetik organisme terjadi.
3. Salinitas
Keanekaragaman dan kelimpahan organisme laut terdapat pada salinitas normal
marine yaitu 30 40 ppt (normal air laut sekitar 32 36 ppt).


II. Jenis-Jenis Batuan Karbonat
Pada umumnya batuan karbonat dapat dibagi menjadi empat macam, yaitu:
1. Batuan karbonat yang bersifat kerangka atau sebagai suatu terumbu (reef)
2. Batuan karbonat yang bersifat klastik
3. Batuan karbonat yang bersifat afanitik atau batugamping halus
4. Batuan karbonat yang bersifat dolomit dan kristalin

Dari keempat batuan karbonat tersebut, semuanya dapat bertindak sebagai
batuan reservoir. Batugamping sebagai reservoir akan dibahas lebih lanjut.



FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
MATA KULIAH MINERAL INDUSTRI



Adnan Iswandi (D611 11 263)

a. Batuan karbonat yang bersifat kerangka atau sebagai suatu terumbu (reef)
Tipe batuan ini paling banyak didapatkan dalam batuan karbonat Tersier di
Indonesia. Tipe ini sering membentuk tebing terjal pada singkapan, masif tak
berlapis atau perlapisan buruk yang hanya kelihatan dari jauh.
Tipe gamping terumbu ini sering disebut Boundstone oleh Dunham, sedangkan
berdasarkan terdapatnya lumpur karbonat diantara kerangka atau pecahan-pecahan
kerangka Embrie dan Klovan membuat klasifikasi : Framestone, Bindstone,
Bafflestone, Rudstone dan Floatstone.
Terdapat beberapa klasifikasi batugamping yang dapat digunakan, tetapi
dalam industri minyak, klasifikasi Dunham (1962) yang dimodifikasi oleh Embry
dan Klovanmerupakan klasifikasi yang biasa digunakan. Klasifikasi Dunham
didasarkan pada tekstur pengendapan awal. Faktor utama dalam dalam klasifikasi ini
yang perlu diamati adalah :
Jika tekstur pengendapannya tidak dapat dikenali, maka klasifikasi Dunham tidak
dapat digunakan, batuan harus dideskripsi berdasarkan ciri fisik atau diagenesis
Jika tekstur pengendapannya dapat dikenali, maka klasifikasi Dunham dapat
digunakan dengan pembagian sebagai berikut :
butiran kurang dari 10% dari seluruh batuan maka disebut mudstone. Mudstone
terdapat dalam lingkungan carbonate platform dan cekungan. Calcareous
mudstone berasal dari hancurnya calcareous alga hijau, pemisahan partikel-
partikel skelatal besar, dan kemungkinan penyerapan inorganik dari air laut.
Mudstone pada lingkungan cekungan dan slope berasal dari winnowed platform
muds (periplatform ooze) atau berasal dari cangkang-cangkang nannoplankton
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
MATA KULIAH MINERAL INDUSTRI



Adnan Iswandi (D611 11 263)

coccoliths (nannofosil ooze). Mudstone berakumulasi pada lingkungan energi
rendah.
butiran lebih dari 10% dengan tetap didominasi oleh lumpur disebut wackestone,
sedangkan bila butiran tidak didukung lumpur tetapi dengan matriks
disebutpackstone. Wackestone dan packstone diendapkan pada lingkungan energi
transisi dimana arus tidak dapat memindahkan seluruh lumpur dari area tersebut
dan tidak dapat memisahkannya dari butiran pasir. Area tersebut juga merupakan
lingkungan energi rendah seperti pada mudstone hanya saja lebih dekat pada
tempat dimana butiran-butiran pasir diendapkan, atau persentasi butiran-butiran
pasir lebih tinggi diproduksi pada tempat pengendapan tersebut.
Batuan seluruhnya berupa butiran disebut grainstone. Grainstone terbentuk dari
butiran skeletal dan non skeletal; bioclast, ooids dan peloids. Umumnya
terbentuk pada lingkungan energi tinggi seperti beaches, shoals atau nearby
reefs.
Jika butiran diikat pada waktu pengendapan oleh binding, baffling
dan aktivitasframebuilding pada terumbu-pembangunan organisme disebut
boundstone.
Floatstone dan rudstone, ditambahkan pada klasifikasi Dunham untuk
menggambarkan terumbu yang kasar-diperoleh dari endapan skeletal. Muddy
floatstone adalah butiran skeletal dalam matriks lumpur; sandy
floatstone mengandung matriks calcareous sand. Rudstone mungkin bersih,
tanpa matriks, atau dengan pasir atau matrik lumpur antara tekstur yang didukung
butiran.
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
MATA KULIAH MINERAL INDUSTRI



Adnan Iswandi (D611 11 263)

Framestone dan bafflestone terbentuk oleh pembangun terumbu skleletal robulus,
seperti corals, stone red algae, bryozoa. Bindstone biasa sebagai komponen
pada reef flat. Stromatolite alga merupakan bentuk tipe dari tekstur bindstone.
Batugamping terumbu adalah jenis sedimen biologi, yang merupakan suatu
susunan dari rangka-rangka organisma yang terdiri atas Algae, Koral, Moluska dan
Foraminifera.
Ditinjau dari segi ekologinya, organisme pembentuk terumbu dapat
berkembang dengan baik dan mempunyai penyebaran pada daerah neritik yang
dangkal dengan kedalaman maksimum 60m. Selain itu organisma pembangun
terumbu memerlukan pula syarat untuk kelancaran hidupnya, yaitu sebagai berikut :
1. Sirkulasi air yang baik, berguna untuk membawa makanan dan pergantian
oksigen.
2. Air laut yang bersih dan tidak dikotori sedimen, karena hal ini akan memudahkan
masuknya sinar matahari untuk dapat diterima oleh organisma.
3. Salinitas yang normal, berkisar antara 27-38 perseribu.
4. Temperatur air yang agak hangat, antara 20-30
0
C.
b. Batuan karbonat yang bersifat klastik
Tipe klastik ini dapat dibagi lagi menjadi :
a. Bioklastik
b. Interklast/fragmenter
c. Chemiklastik
Gamping Tipe Bioklastik
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
MATA KULIAH MINERAL INDUSTRI



Adnan Iswandi (D611 11 263)

Tipe gamping ini terdiri seluruhnya dari cangkang-cangkang atau fragmen-
fragmen kerangka organisme. Biasanya dicirikan bahwa fragmen/cangkang pernah
lepas, terutama jika ditransport.
Lingkungan Pengendapan
Lingkungan pengendapannya terdiri dari :
1. Sering merupakan laut yang beragitasi shoal, bagian-bagian dangkal dekat pantai
(litoral) terutama jika bertekstur grainstone-packstone dengan partikel-partikel
terabrasi.
2. Dapat pula dibagian-bagian teduh dekat suatu reef, dilagoon, difore reef; merupakan
lembaran-lembaran dari reef yang dipecah-pecah gelombang kebagian air tenang,
terutama jika bertektur packstone ataupun wackstone, dengan butiran yang terabrasi.
Di fore reef biasanya merupakan breksi-talus runtuhan dari reef, terdiri dari pecahan-
pecahan cangkang koral.
3. Sering pula neritik; misalnya jika terdiri dari organisme benthos, tanpa adanya abrasi,
misalnya gamping foraminifera besar yang membentuk bank atau biostrome
Termasuk kedalam tipe bioklastik adalah gamping pelagis : terutamater diri
dari globigerina dan textularia yang menghujani dasar laut dan sering membentuk
kapur/chalk.
Terdapatnya gamping bioklastik; sering membentuk biostrome atau bank
tetapi dapat pula sebagai bioherm.
Gamping Klastik Tipe Fragmenter (Bioklastik Maupun Chemical)
Jenis ini sering pula disebut dendrital limestone (Pettijohn, 1957, p. 401)
namun istilah ini tak dianjurkan untuk dipakai. Tipe klastik fragmenter terdiri dari
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
MATA KULIAH MINERAL INDUSTRI



Adnan Iswandi (D611 11 263)

fragmen-fragmen yang asalnya tak jelas, dan dapat merupakan campuran. Istilah
yang sering dipakai: calcarenite (<2 mm) dan calcirudite (> 2 mm) juga Grainy
Limestone, Granular Limestone.
Cara terdapatnya jenis gamping ini adalah berlapis baik sering menyerupai
batupasir dan dengan struktur sedimen silang siur, gelebur-gelombang dan
sebagainya.
Gamping Tipe Peralihan
Peralihan ke gamping bioklastik adalah biasa, sehingga menimbulkan
persoalan klasifikasi. Sebaiknya didiskripsi yang baik. Juga peralihan/pencampuran
oolite/pellet sering terjadi. Klasifikasi Dunham(1961) dipergunakan dalam diagran
klasifikasi ini.
Tipe lain adalah Interklast : hasil perombakan/ erosi lapisan yang baru
diendapkan. Biasanya berbutir kasar, sehingga sering merupakan breksi atau
konglomerat.
Lingkungan Pengendapan
Gamping jenis ini pada umumnya, terutama yang bertekstur grainstone,
diendapkan secara mekanis oleh arus laut. Konsep rezim aliran berlaku pula untuk
tipe batuan ini, dan semua sturktur sedimen termasuk urutan-urutan turbidit dapat
diharapkan. Misalnya : dibagian luar suatu shelf (platform) dimana banyak arus.
Contoh : Bagian bayangan angin dari terumbu pulau Seribu (Umbgrovw 1929)
terdiri dari klastik rombakan dari terumbu. Jika butir-butir rombakan ini banyak
mengandung matrix (packstone), maka sering dibagian yang terlindung dari arus
gelombang (backreef), beralih pada tipe gelombang aphanitic (wackstone).
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
MATA KULIAH MINERAL INDUSTRI



Adnan Iswandi (D611 11 263)

Gamping Tipe Chemiclastic atau Klastik Non Fragmenter
Tipe gamping ini jarang didapatkan di Indonesia, tetapi batuan ini merupakan
reservoir minyak yang penting. Pengendapan dapat diamati di Kepulauan Bahama
dan Great Salt Lake (USA).
Tipe batuan ini sering bergradasi ke tipe bioklastik dan tipe klastik fragmenter,
malah campuran dari ketiga unsur sering terdapat bersama-sama.
Lingkungan Pengendapan dan Proses Pembentukkan
Agassiz (1896), oolit adalah pengendapan eolian, sedangkan penulis-penulis
lain menyatakan sebagai marine. Masalah lain adalah apakah oolit diendapkan secara
fisika-kimiawi (Vaughn, 1914), colloid gelatin atau atas bantuan ganggang
cyanophycea (Rothpletz, 1892 dan wethered 1895). Menurut Bradley 1929, Bucher
1918, Eardly 1938, berdasarkan pengamatan di Great Salt Lake dan Green River
Formasi, oolite dibentuk dalan air yag diombang-ambing (diagitasi) secara
kuat/keras, dekat garis pantai, terlihat sering berasosiasi dengan struktur lapisaan
silang-siur (cross bedding).
Illings (1954) menyatakan bahwa oolit terjadi di laut dangkal yang
supersaturated akan kalsium karbonat, dan dimana terjadi aliran-aliran marine
yang cukup kuat.
Eardly (1938) menyatakan bahwa karbonat diendapkan dipermukaan air
sebagai kristal kecil (< 2 micron) yang kurang larut daripada butir-butir yang lebih
besar. Setidaknya jatuh didasar laut dan waktu yang sama sejumlah molekul yang
sama keluar dari larutan mengendap pada butir yang lebih besar. Butir ini tumbuh
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
MATA KULIAH MINERAL INDUSTRI



Adnan Iswandi (D611 11 263)

secara oolitis, karena akresi dan juga corrosion menjadi bundar, sewaktu
diombang-ambing oleh arus.
c. Batuan karbonat yang bersifat afanitik atau batugamping halus
Gamping jenis ini terdiri dari butir-butir < 0,005 mm, tidak dapat diketahui
apakah terdiri dari fragmen-fragmen halus (pecahan-pecahan gamping) atau kristal-
kristal halus.
Cara Pembentukkan
Cara pembentukkannya yaitu :
1. Dari penggerusan gamping yang telah ada, pengancuran terumbu oleh gelombang
(micro-granuler-clastics).
2. Dari pengendapan langsung secara kimiawi dari air laut yang telah kelewat jenuh
akan CaC0
3
, sebagai jarum-jarum aragonit.
3. Dari pengendapan dengan bantuan ganggang hijau (chlorophycea) sebagai jarum-
jarum aragonit.
Lingkungan Pembentukkan
Lingkungan pembentukkannya yaitu :
1. Diendapkan didaerah dangkal yang terlindung lagoon dibelakang terumbu.
2. Penguapan yang kuat, temperatur tinggi/tropis/subtropis
3. Dengan bantuan ganggang.
Biasanya kaya akan zat organik dan diacak-acak oleh binatang, sehingga tidak
memperlihatkan perlapisan.


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
MATA KULIAH MINERAL INDUSTRI



Adnan Iswandi (D611 11 263)

III. Terumbu Karbonat sebagai batuan resevoir
Terumbu ( reef ) dapat menjadi batuan reservoir yang sangat penting. Pada
umumnya terumbu terdiri dari suatu kerangka, coral, ganggang, dan sebagainya yang
tumbuh dalam laut yang bersih, berenergi gelombang tinggi, dan mengalami banyak
pembersihan sehingga rongga-rongga antaranya khususnya menjadi sangat bersih.
Dalam hal ini porositas yang didapatkan terutama dalam kerangka yang berbentuk
rongga-rongga bekas binatang hidup yang tersemenkan dengan sparry calcite
sehingga porositasnya diperkecil.
Bentuk reservoir terumbu
Pada umumnya dapat dibedakan menjadi 2 macam reservoir terumbu, yaitu:
Terumbu yang bersifat fringing atau merupakan suatu bentuk yang memanjang di
lepas pantai.
Terumbu yang bersifat terisoler di sana-sini, yang sering disebut sebagai suatu
pinnacle atau patch reef atau secara tepat dikatakan sebagai bioherm, yang
muncul di sana-sini sebagai bentuk kecil secara tidak teratur.
Terumbu yang berbentuk linier, atau sebagai penghalang ( barrier ) biasanya
berbentuk mamanjang sering kali cukup besar serta memperlihatkan suatu asimetri
dan biasanya terdapat pada pinggiran suatu cekungan.
Terumbu tiang
Lapangan yang bersifat terumbu tiang ( pinnacle ) ditemukan di Libya yaitu
lapangan Idris dalam cekungan Sirte yang didapatkan dari suatu terumbu berumur
paleosen.
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
MATA KULIAH MINERAL INDUSTRI



Adnan Iswandi (D611 11 263)

Contoh yang baik untuk terumbu tiang sebagai reservoir ialah yang didapatkan
baru-baru ini di Irian Jaya, yaitu lapangan minyak Kasim dan Jaya. Lapangan Kasim-
Jaya merupakan suatu akumulasi dalam kulminasi terumbu yang tumbuh di atas
suatu kompleks terumbu yang merupakan suatu landasan. Bentuk terumbu Kasim-
Jaya itu terdiri daripada batuan karbonat berenergi tinggi yang panjangnya 7 km dan
lebarnya 2.5-3.5 km dan mempunyai ketinggian atau relief vertikal 760 m di atas
landasan tempat terumbu itu tumbuh.
Contoh lain daripada batuan reservoir ini ialah di dalam Formasi Baturaja di
laut Jawa sebelah Barat yaitu lapangan minyak kitty yang menghasilkan minyaknya
dari terumbu batugamping.
Gamping klastik
Gamping klastik sering juga merupakan reservoir yang sangat baik, terutama
dalam asosiasinya dengan oolit, dan sering disebut sebagai kalkarenit.
Jadi jelas, bahwa batuan reservoir yang terdapat di dalam oolit itu merupakan
pengendapan berenergi tinggi dan didapatkan dalam jalur sepanjang pantai dengan
arus gelombang kuat. Porositas yang didapatkan biasanya ialah jenis porositas
intergranular, yang kadang-kadang diperbesar oleh adanya pelarutan. Batuan
reservoir oolit terdapat misalnya di cekungan Illinnois ( Amerika Serikat ), dimana
terdapat oolit dalam gamping yang berumur karbonat. Lapisan oolit ini disebut
McClosky sand. Batuan ini terdiri daripada oolit yang kadang-kadang bersifat
dolomit. Contoh yang paling penting adalah di Saudi Arabia yaitu dari Formasi Arab
berumur jura muda, terutama dari anggota D.

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
MATA KULIAH MINERAL INDUSTRI



Adnan Iswandi (D611 11 263)

Dolomit
Dolomit merupakan batuan reservoir yang jauh lebih penting dari jenis batuan
karbonat lainnya. Harus di ingat pula, bahwa kebanyakan dari batuan karbonat
seperti oolit ataupun terumbu sedikit banyak pula telah ikut didolomitasikan. Cara
terjadinya dolomit ini tidak begitu jelas, tetapi pada umumnya dolomit ini bersifat
sekunder atau sedikit banyak terbentuk setelah proses sedimentasi. Salah satu teori
yang menyebutkan pembentukan porositas pada dolomit yaitu porositas timbul
karena dolomitisasi batuan gamping sehingga molekul kalsit diganti dengan molekul
dolomit, dan karena molekul dolomit lebih kecil daripada molekul kalsit maka
hasilnya akan merupakan pengecilan volume sehingga tidak timbulah rongga-
rongga.dolomit biasanya mempunyai porositas yang baik berbentuk sukrosit yaitu
berbentuk menyerupai gula pasir. Rupa-rupanya dolomit ini terbentuk karena
pembentukan kristal dolomit yang bersifat euhedron dan tumbuh secara tidak teratur
di antara kalsit.

Anda mungkin juga menyukai