*Korespondensi : marinimawaddah@gmail.com
ABSTRAK
Lapangan “X” merupakan lapangan minyak dengan fokus penelitian berada di Formasi Lower
Baturaja, Cekungan Sunda. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persebaran fasies dan
hubungannya terhadap kualitas reservoir pada Lapanga “X”. Data – data yang menunjang penelitian
ini terdiri atas data batuan inti, log sumur, sayatan tipis petrografi dan deskripsi cutting dan swc.
Berdasarkan hasil analisis di peroleh 5 asosiasi fasies yang masing – masing terendapkan pada zona
pembagian terumbu yang berbeda. Asosiasi fasies skeletal debris – planktonic foraminifera
wackestone to packstone terendapkan di zona reef front, asosiasi fasies coral packstone serta coral
– algae packstone dan algae – large foraminifera bindstone pada zona reef flat dan reef flat – reef
crest, asosiasi fasies coral – large foram mudstone to wackestone dan coral - skeletal debris
mudstone to wackestone pada zona lagoon.
Pada daerah penelitian direkomendasikan reservoir yang paling baik berada pada interval dengan
zona pembagian terumbu reef flat dan reff flat – reef crest dan pola pertumbuhan karbonat keep –
up. Oleh sebab itu, interval yang direkomendasikan diharapkan masih memiliki kandungan minyak
sisa yang relatif bagus dan menjadi acuan untuk melanjutkan eksplorasi di sumur lainnya.
Kata Kunci : Fasies - Litofasies, , Kualitas Reservoir, Formasi Lower Baturaja
ABSTRACT
The field "X" is an oil field with a research focus on the Lower Baturaja Formation, Sunda Basin.
The purpose of this research is to know the distribution of facies and their relation to reservoir
quality at Lapanga "X". The data supporting this research consist of core, well log, thin section
petrography and description of cutting and swc. Based on the analysis results obtained 5 facies
associations each of which deposited on different reef-sharing zones. Skeletal facies of debris -
planktonic foraminifera wackestone to packstone are deposited in the reef front zone, coral
packstone facies associations and coral - algae packstone and algae - large foraminifera bindstone
in reef flats and reef-flat reef crests, coral - large foram mudstone toal associations wackestone and
coral - skeletal debris mudstone to wackestone in the lagoon zone.
In the study area, reservoirs reccomemded are located at intervals reef flat and reef flat – reef crest
with keep-up carbonate growth patterns. Therefore, the recommended interval is expected to still
have relatively good remaining oil content and become a reference for continuing exploration in
other wells.
Keywords : Facies – litofacies, Reservoir Quality, Lower Baturaja Formation
1. PENDAHULUAN
Batuan karbonat adalah batuan dengan 50% yang tersusun atas partikel karbonat
kandungan material karbonat lebih dari klastik yang tersemenkan atau karbonat
519
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol.2, No.6, Desember 2018: 519-533
kristalin hasil presipitasi langsung. ±60% Timur laut Merak, sebelah timur Selat
reservoir hidrokarbon dunia berasal dari Sunda sepanjang 90 mil (145 km),
batuan karbonat sehingga batuan kabonat dengan lebar terbesarnya 50 mil (64 km).
sangat memiliki arti penting, baik untuk Bagian terdalam nya tersusun oleh
keperluan akademis maupun ekonomis. Graben Seribu dan terakumuasi sedimen
tersier dengan ketebalan mencapai lebih
Daerah penelitian termasuk ke
dari 6000 m (Gambar 1)
dalam Cekungan Sunda yang merupakan
salah satu cekungan terkecil back-arc Penelitian ini difokuskan
diantara cekungan lainnya yang berumur terhadap pembahasan batuan karbonat
tersier terletak diantara Pulau Jawa dan terutama batugamping untuk mengetahui
Sumatra pada koordinat 106° - 107 ° BT komposisi, tekstur, lingkungan
dan 4°- 6° LS. Cekungan Sunda pengendapan dan persebaran fasies pada
berbentuk triangular yang terbentang dari lapangan penelitian.
2. TINJAUAN PUSTAKA
520
Persebaran Fasies Batugamping Formasi Lower Baturaja di Lapangan "X" Cekungan Sunda dengan
Pendekatan Batuan Inti dan Elektrofasies
(Marini Mawaddah)
Selective or Not Fabric Selective Material skeletal grain terikat oleh alga
(Gambar 2). pada saat pengendapan dan biasanya
Klasifikasi batuan karbonat memiliki kenampakan laminasi
sangat penting untuk menggambarkan 4. Butiran yang telah mengalami
tekstur batuan karbonat dan diagenesis (crystalline)
521
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol.2, No.6, Desember 2018: 519-533
522
Persebaran Fasies Batugamping Formasi Lower Baturaja di Lapangan "X" Cekungan Sunda dengan
Pendekatan Batuan Inti dan Elektrofasies
(Marini Mawaddah)
523
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol.2, No.6, Desember 2018: 519-533
dibuat.
2. Analisis Elektrofasies
524
Persebaran Fasies Batugamping Formasi Lower Baturaja di Lapangan "X" Cekungan Sunda dengan
Pendekatan Batuan Inti dan Elektrofasies
(Marini Mawaddah)
Fasies Skeletal debris – planktonic karbonat akan bersifat catch – up. Catch
foraminifera wackestone to packstone – up karbonat menandakan adanya
pendalaman dari air laut, kemudian
Fasies yang berada dibagian
pertumbuhan terumbu mengejar laju
paling bawah (paling tua) adalah Skeletal
kenaikan muka air laut, sehingga pada
Debris- Planktonic Foraminifera
akhirnya pertumbuhan terumbu sama
Wackstone to Packstone. Karakter umum
dengan kenaikan muka air laut.
litologi yang dapat di deskripsikan pada
Berdasarkan klasifikasi James dan
fasies ini yaitu batugamping berwarna
Bourque (1992) dan Luis Pomar (2004)
putih, ukuran butir halus dan secara lokal
maka fasies ini diinterpretasikan
microcrystalline, terdapat beberapa koral
termasuk ke dalam lingkungan
dan rotalid di bagian tertentu,
pembagian zona terumbu Reef Front.
foraminifera planktonic melimpah,
Coral – Packstone
kekerasan sedang, porositas berupa
intergranular dan memiliki kualitas Fasies berikutnya yaitu fasies
buruk, tidak menunjukkan adanya oil Coral Packstone yang berada diatas
show. Batugamping pada fasies ini fasies sebelumnya. Karakter umum
bersisipan dengan serpih dengan litologi yang dapat dideskripsikan yaitu
karakteristik berwarna abu – abu sampai batugamping berwarna cream hingga abu
abu – abu tua, dibeberapa tempat – abu muda ke abu – abu gelap, ukuran
berwarna coklat muda, berbentuk blocky, butir halus hingga mikrokristalin,
sangat carbonaceous, calcareous, didominasi oleh coral, serta juga
dengan kekerasan lunak hingga medium. ditemukan skeletal debris, foraminifera
besar dalam jumlah sedikit, echinoid, dan
Analisis elektrofasies pada fasies
algae. Porositas yang berkembang buruk
ini memperlihatkan kenampakan pola
- baik berupa intergranular dan vuggy,
Funnel yang diinterpretasikan
kekerasan lunak hingga sedang, oil stain
merupakan akhir dari fase progradasi
berwarna coklat, dan oil show baik.
(regresi), dimana terjadi perubahan
buildsup dari klastik menjadi karbonat, Analisis elektrofasies pada fasies
dimana material klastik diperkirakan ini memperlihatkan kenampakan pola
berasal dari Formasi Talang Akar yang cylindrical yang keseluruhan pola ini
berada dibawahnya. Pola log funnel ini ditemukan di setiap log sumur. setelah
juga menunjukka perubahan energi melewati fase akhir dari progradasi
pengendapan dari energi tingkat rendah (regresi) Formasi Lower Baturaja mulai
ke energi tingkat tinggi sehingga memasuki masa transgresi. Masa
525
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol.2, No.6, Desember 2018: 519-533
526
Persebaran Fasies Batugamping Formasi Lower Baturaja di Lapangan "X" Cekungan Sunda dengan
Pendekatan Batuan Inti dan Elektrofasies
(Marini Mawaddah)
Pembagian zona terumbu asosiasi fasies >10% sampai <10%, biota yang dijumpai
ini berada pada dua lingkungan berupa coral dengan beberapa large
berdasarkan klasifikasi klasifikasi James foraminifera, bersifat argillaceous,
and Borque (1992) dan Luis Pomar porositas buruk berupa interparticle dan
(2004) yaitu asosiasi fasies Coral – Algae tergolong dalam fabric selective
Packstone berada di reef flat sedangkan (Choquette & Pray, 1970) dan tidak
asosiasi fasies Algae – Large menunjukkan adanya oil show dan
Foraminifera Bindstone menjadi penciri umumnya berselingan dengan serpih.
di pembagian zona terumbu reef crest.
Analisis elektrofasies pada fasies
Coral – large foram mudstone to ini memperlihatkan kenampakan pola
wackestone dan Coral- - skeletal debris bell shape shape yang masih berada
mudstone to wackestone dalam masa yang sama dari sebelumnya
yaitu transgresi dengan fase retrogradasi.
Fasies terakhir yaitu Coral -
Umumnya, batugamping yang terbentuk
Skeletal Debris Mudstone to Wackestone
pada fase ini bersifat give – up carbonate,
karakter litologi yaitu batugamping
yang diakibatkan oleh kondisi air laut
berwarna abu – abu muda sampai abu –
mengalami pendalaman, tetapi laju
abu gelap, didominasi oleh butiran yang
pertumbuan batugamping tidak mampu
mengandung matrix dengan butiran
mngimbangi laku kenaikan muka air laut,
>10% dan biota terdiri dari coral
sehingga batugamping tidak akan
(bryozoan) serta juga ditemukan algae,
tumbuh, kemudian tenggelam dan mati.
large foraminifera, dalam jumlah sedikit,
Asosiasi fasies yang berkembang yaitu
serta dibeberapa tempat bersifat
Coral – Large Foram Mudstone to
argillaceous, porositas yang berkembang
Wackestone dan Coral- - Skeletal Debris
berupa fabric selective (Choquette &
Mudstone to Wackestone, dengan
Pray, 1970) yang terdiri atas
pembagian zona terumbu pada
interparticle, intercrystalline, dan small
lingkungan yang berbeda – beda dan
vuggy porosity, serta pada umumnya
secara berurutan yaitu di inner lagoon
tidak memperlihatkan adanya oil show.
(diitandai oleh kehadiran miliolid) dan
Sedangkan yang mendominasi adalah
backreef berdasarkan klasifikasi James
Coral – Large Foram Mudstone to
and Borque (1992) dan Luis Pomar
Wackestone dengan karakter litologi
(2004).
yaitu batugamping berwarna abu – abu
muda sampai abu – abu gelap, didominasi
oleh matrix dengan butiran bervariasi
527
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol.2, No.6, Desember 2018: 519-533
5. KESIMPULAN
dapat menjelaskan bagaiman sejarah
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat
pembentukan disetiap fasies dalam hal
disimpulkan bahwa fasies yang diperoleh
ini, pola cylindrical dan serrated
dari deskipsi batuan inti dan analisis
memiliki pertumbuhan karbonat yang
elektrofasies pada Lapangan X Formasi
dianggap paling baik yaitu catch up
Lower Baturaja terdiri atas 5 fasies yaitu
carbonate serta memiliki ketebalan yang
Skeletal debris – planktonic foraminifera
lebin tebal dibandingkan fasies dengan
wackestone to packstone, Coral –
pola funnel dan bell shape.. Untuk
Packstone, Coral – algae packstone dan
memperkuat hasil analisis mengenai
Algae – large foraminifera bindstone,
fasies yang dianggap paling baik maka
Coral – large foram mudstone to
dari itu di lakukan perhitungan E-lan
wackestone dan Coral – skeletal debris
porositas disetiap interval fasies dan
mudstone to wackestone dengan
diperoleh nilai porositas paling besar
lingkungan pembagian zona terumbu
yaitu 19,55% pada fasies Coral –
secara berurutan yaitu Reef Front, Reef
Packstone dengan pola cylindrical dan
Flat, Reef Flat – Reef Crest, Backreef –
18,66% pada fasies Coral – algae
Inner Lagoon. Hasil analisis elektrofasies
packstone dan Algae – large foraminifera
yang teridentifikasi berupa pola funnel,
bindstone dengan pola serrated.
cylindrical, serrated, dan bell shape
UCAPAN TERIMAKASIH
utama dan Bapak Yuyun Yuniardi, ST.,
Bersamaan dengan selesainya karya
MT. selaku pembimbing teknis tugas
ilmiah ini, penulis mengucapkan terima
akhir yang telah memberikan pengarahan
kasih kepada Bapak Ir. Undang
serta membantu selama pengerjaan
Mardiana, M.Si selaku pembimbing
artikel ilmiah ini
to Depositional Textures,
DAFTAR PUSTAKA AAPG Memoir 1
Embry A.F. and Klovan J.E. 1971. A Late
Choquette and Pray, 1970. Geologic Devonian Reef Tract on North
Nomenclature and – Eastern Bannks Island,
Classification of Porosity in Bulletin of Canadian Petroleum
Sedimentary Carbonates, Tulsa Geology Vo. 19
: AAPG Buletin Harsono, A. 1997. Evaluasi Formasi dan
Dunham, Robert J. 1962, Classification Aplikasi Log : Schlumberger
of Carbonate Rocks According Oilfield Services, Jakarta
528
Persebaran Fasies Batugamping Formasi Lower Baturaja di Lapangan "X" Cekungan Sunda dengan
Pendekatan Batuan Inti dan Elektrofasies
(Marini Mawaddah)
529
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol.2, No.6, Desember 2018: 519-533
LAMPIRAN
Gambar 2. Klasifikasi Pori Pada Batuan Karbonat (Choquette & Pray 1970)
530
Persebaran Fasies Batugamping Formasi Lower Baturaja di Lapangan "X" Cekungan Sunda dengan
Pendekatan Batuan Inti dan Elektrofasies
(Marini Mawaddah)
Gambar 3. Klasifikasi Batuan Karbonat Dunham (1962) dan Embry & Klovan (1971)
Bell
Serrated
Cylindrical
Funnel
531
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol.2, No.6, Desember 2018: 519-533
Mudstone to
Wackestone
Coral – Algae
Packstone dan
Algae – Large
Foraminifera
Bindstone
532
Persebaran Fasies Batugamping Formasi Lower Baturaja di Lapangan "X" Cekungan Sunda dengan
Pendekatan Batuan Inti dan Elektrofasies
(Marini Mawaddah)
533