Anda di halaman 1dari 13

i-ISSN: 2597-4033

Vol. 5, No. 1, Februari 2021

ANALISIS FASIES DAN LINGKUNGAN PENGENDAPAN BATUGAMPING


FORMASI BATURAJA BAGIAN ATAS DI LAPANGAN ‘R’, CEKUNGAN SUNDA
Euginia Felicia Tamba*1; Undang Mardiana1; Abdurrokhim1
1
Teknik Geologi Universitas Padjadjaran, Bandung

* Korespondensi :euginia16001@mail.unpad.ac.id

SARI
Tulisan ini membahas lithofasies Batugamping Formasi Baturaja Bagian Atas yang
merupakan salah satu reservoir produktif di Cekungan Sunda. Kajian fasies dan lingkungan
pengendapan formasi ini dimaksudkan untuk acuan awal dalam melakukan peniliain kualitas
reservoir batugamping formasi ini, yang mana sekaligus dapat digunakan untuk padanan dalam
ekplorasi lanjutan di cekungan ini untuk Formasi Baturaja.
Data yang digunakan dalam penafsiran lingkungan pengendapan Formasi Baturaja ini adalah
wireline log (19 sumur penelitian), batuan inti pada 9 sumur pelitian, data biostratigrafi pada 9
sumur penelitian dan well final report (13 sumur penelitian). Formasi Baturaja Bagian Atas dapat
dikelompokkan menjadi 4 fasies yang terendapkan pada 4 lingkungan pengendapan yang berbeda
yaitu fasies skeletal-foraminifera wackestone to mudstone yang terendapkan di lingkungan
lagoon1, skeletal-foraminifera packstone to grainstone yang terendapkan di lingkungan back reef,
coralline-red algae packstone to grainstone yang terendapkan di lingkungan reef flat dan skeletal
wackestone yang terendapkan di lingkungan lagoon2. Keempat fasies dan juga lingkungan
pengendapan ini pun memiliki persebaran yang berbeda pada lapangan penelitian yang
digambarkan pada penampang fasies lapangan penelitian dan peta lingkungan pengendapan yang
merupakan hasil akhir dari penelitian ini.
Kata kunci: Fasies dan Lingkungan Pengendapan, Distribusi Fasies, Formasi Baturaja Bagian Atas,
Cekungan Sunda.
ABSTRACT
This research discusses about the lithofacies of Upper Baturaja Formation Limestone, which
is one of the productive reservoirs in the Sunda Basin. The study of facies and the depositional
environment of this formation was conducted as an early interpretation for characterization of the
quality carbonate rock reservoir as well as a reference for continuing the next stage of
hydrocarbon exploration for Baturaja Formation.
The data supporting this depostional environment analysis of Baturaja Formation consist of
wireline log (19 research wells), core from 9 research wells, biostratigraphy data from 9 research
wells, and well final report (13 research wells). Upper Baturaja Formation can be grouped into 4

11
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol. 5, No. 1, Februari 2021: 11-23

facies which are deposited in 4 different depositional environment , which is skeletal-foraminifera


wackestone to mudstone in lagooon1 environment, skeletal-foraminifera packstone to grainstone
in back reef environment, coralline-red algae packstone to grainstone in reef flat environment and
skeletal wackestone in lagoon2 environment. These four facies and depositional environment also
have different distribution in the research area which is pictured on the facies cross section of the
research are and also on the depositional environment map as the result of this study.
Keyword : Facies and Depositonal Environment, Facies Distribution, Upper Baturaja Formation,
Sunda Basin

1. PENDAHULUAN Penelitian ini difokuskan terhadap


pembahasan batuan karbonat terutama
Batuan karbonat merupakan jenis batuan batugamping untuk mengetahui komposisi,
reservoir yang penting dalam dunia minyak tekstur, lingkungan pengendapan dan
dan gasbumi. Menurut Knebel dan Rodriguez persebaran fasies pada lapangan penelitian.
(1956), 40% reservoir terdapat dalam batuan
karbonat. Reservoir batugamping memiliki 2. GEOLOGI REGIONAL
karakteristik yang unik untuk dipelajari. Hal a. Fisiogafi
tersebut dikarenakan batugamping dapat Cekungan Sunda adalah salah satu
terbentuk akibat proses pertumbuhan secara cekungan sedimen yang terletak dibagian
in situ (autochtonous) maupun sebagai hasil barat Laut Jawa, timur laur Selat Sunda
deposisi material karbonat (allochthonous) dan barat laut Cekungan Jawa. Pusat
serta rentan mengalami proses diagenesis Cekungan Sunda kira-kira 100 mil sebelah
setelah deposisi sehingga menjadi tantangan utara busur vulkanik yang membentuk
tersendiri dalam eksplorasi hidrokarbon pada deretan geantiklin tak beraturan pada arah
batugamping. timur - barat sepanjang Pulau Jawa.
Cekungan Sunda merupakan salah satu
Lapangan R merupakan salah satu cekungan terkecil dari rangkaian
lapangan yang terletak di Cekungan Sunda cekungan sedimen back-arc berumur
yang menempati posisi sebagai cekungan Tertiary yang mengandung minyak di
belakang busur (backarc basin). Struktur sekitar Sumtera dan Pulau Jawa.
yang umum dijumpai di Cekungan Sunda b. Stratigrafi Regional
adalah tinggian yang dibentuk oleh struktur
perlipatan dan blok “horst”, dimana daerah Sejak Pra – Tersier pada Cekungan
deposenter akan terakumulasi oleh sedimen Sunda terjadi dua siklus pengendapan,
tersier dengan ketebalan mencapai 6.000 m yang pertama didominasi oleh genang laut
yang menjadi salah satu tempat yang dimulai pada Early Oligocene –
terakumulasinya hidrokarbon. Lapangan R Early Miocene dan dilanjutkan dengan
sendiri terletak 90km barat laut dari Jakarta fase susut laut sejak Early Miocene – Late
yang merupakan lapangan produksi minyak Miocene. Menurut Todd dan Paulonggono
bumi (Gambar 1.1). Terdapat beberapa (1971) bagian yang lebih tua dari sekuen
formasi penghasil hidrokarbon pada Cekungan Sunda terdiri atas Formasi
lapangan R, salah satunya ialah Formasi Talang akar, Formasi Baturaja, Formasi
Baturaja Bagian Atas yang merupakan Gumai dan Formasi Air Benakat. Hal ini
interval dari penelitian ini. dikarenakan ditemukan kesamaan
stratigrafi antara Cekungan Sunda dengan
12
Analisis Fasies Dan Lingkungan Pengendapan Batugamping Formasi Baturaja Bagian Aatas Di
Lapangan ‘R’, Cekungan Sunda (Euginia)

Cekungan Sumatera Selatan. Namun pada stream dengan perbandingan sand-shale


akhir pertengahan Miocene, dijumpai yang tinggi
kesamaan stratigrafi dengan Cekungan  Anggota Gita
Jawa Barat Laut sehingga digunakan Anggota Gita terendapkan secara selaras
nama Formasi Parigi dan Formasi di atas Anggota Zelda, dan variasi
Cisubuh. Dibawah ini akan dijelaskan litologi diendapkan dengan energi
secara singkat formasi – formasi yang rendah berupa batupasir channel dan
terdapat di Cekungan Sunda berdasarkan batulempung dengan fasies rawa dan
Stratigrafi dari tua ke muda (Gambar 2.1): overbank. Selain itu ditemukan volkanik
pada bagian atas formasi serta menjelang
Formasi Banuwati
akhir dari Anggota Gita yaitu ditandai
Pada Early – Oligocene ditandai dengan
dengan kehadiran batubara yang tebal
terendapkannya Formasi Banuwati yang
dan pengaruh transgresi mulai dirasakan.
merupakan endapan pertama dengan
Formasi Baturaja
variasi litologi berupa konglomerat,
Formasi Baturaja terendapkan secara
batupasir kipas alluvium dan shale
selaras diatas Formasi Talang Akar pada
lacustrine (Bushnell dan Temansja, 1986)
Early-Miocene. Formasi Baturaja
dan memiliki hubungan yang tidak selaras
merupakan produk dari fase transgresi
dengan batuan dasar (basement) berumur
yang menenggelamkan daerah lower delta
Pra-Tersier.
plain, yang menyebabkan berkembangnya
Formasi Talang Akar
batugamping fasies laut dangkal baik
Formasi Talang Akar terendapkan diatas
berupa batugamping paparan pada bagian
Formasi Banuwati dan berumur Late
bawah atau batugamping terumbu
Oligocene yang terdiri dari variasi litologi
bioclastic di bagian atas.
berupa konglomerat, batupasir kuarsa, dan
Formasi Gumai
serpih coklat yang di dominasi oleh
Formasi Gumai terendapkan secara
lingkungan pengendapan fluviatile. Selain
selaras diatas Formasi baturaja dan
fluviatile, lingkungan pengendapan lain
berumur Early – Miocene. Formasi ini
yang terdapat pada Formasi Talang Akar
dicirikan oleh kehadiran shale berwarna
adalah lingkungan lacustrine dan paludal
abu – abu yang merupakan produk dari
yang terbatas persebarannya yaitu hanya
fase transgresi marine maksimum. Pada
ditemukan di daerah deposenter. Formasi
umumnya, variasi litologi yang terdapat
Talang Akar secara stratigrafi terendapkan
pada Formasi Gumai terdiri atas
secara selaras diatas Formasi Banuwati
batulempung, shale, batugamping, dan
dan tidak selaras di atas basement. Adanya
perselingan batulempung, batulanau dan
sisipan batubara pada bagian atas formasi
batupasir.
ini mencerminkan fasies rawa payau. Pada
Formasi Air Benakat
umumnya Formasi Talang Akar dapat
Formasi Air Benakat juga terendapkan
dibedakan menjadi dua bagian,
secara selaras diatas Formasi . Gumai dan
diantaranya :
brumur Late Early Miocene – Middle
 Anggota Zelda Miocene. Variasi litologi dari Formasi Air
Anggota Zelda berumur lebih tua, dan Benakat ini terdiri atas batupasir dari
terdiri atas variasi litologi berupa Anggota Krisna, batulempung, dan
perselingan batupasir, batulempung, batugamping. Litologi batupasir yang
batulanau, dan batubara. Batupasir yang mendominasi di bagian bawah dan
terendapkan pada lingkungan fluviatile berubah menjadi batulempung dengan
ini didominasi oleh endapan braided-
13
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol. 5, No. 1, Februari 2021: 11-23

sisipan batugamping ke arah atas yang di a. Analisis Fasies dan Elektrofasies


kenal dengan Formasi Parigi. Data batuan inti (conventional core),
Formasi Cisubuh core photo imager dan data
Formasi Cisubuh umumnya terendapkan biostratigraphy digunakan dalam analisis
secara selaras di atas Formasi Air Benakat ini. Hasil dari analisis ini berupa kondisi
dan ketidakselarasan di beberapa tempat tekstur batuan (Gambar3.1) dan
dan berumur Late Miocene – Early keterdapatan dan kelimpahan organisme
Pliocene. Variasi litologi terdiri atas pada batuan yang menjadi karakteristik
batulempung, batupasir, dan batugamping tiap litologi yang. Setiap litofasies
pada lower member, serta volkanik, dan dibedakan berdasarkan besar butir dan
batubara pada upper member. kelimpahan biota. Sehingga, setiap tekstur
dengan karakteristik besar butir dan
kelimpahan biota akan digolongkan
menjadi litofasies. Berdasarkan litofasies
yang teridentifikasi di daerah penelitian,
litofasies ini pun dikelompokkan menjadi
satu berdasarkan kesamaan karakteristik
litofasiesnya.
Analisis elektrofasies dilakukan pada
19 sumur didaerah penelitian. Dalam
analisis log sumur, penulis melakukan
interpretasi elektrofasies serta korelasi
antar sumur berdasarkan waktu dan
litologi berdasarkan kesamaan pola log
gamma ray berdasarkan waktu dan
litologi. Hasil analisa elektrofasies
kemudian diaplikasikan ke sumur lainnya
sehingga fasies pada sumur lain dapat
diketahui.
b. Korelasi Antar Sumur Penelitian
Gambar 2.1 Penampang Kolom Stratigrafi Korelasi antar sumur dilakukan dengan
Cekungan Sunda (Wight, 1986) menggunakan prinsip sikuen stratigrafi.
Korelasi dilakukan terhadap waktu
3. METODE dengan mengkorelasikan sumur
Objek dalam penelitian ini adalah menggunakan flooding surface sehinga
reservoir batuan karbonat yang terdapat pada didapatkan garis-garis parasikuen yang
Lapangan “R”, Formasi Baturaja Bagian menghubungkan titik yang memiliki
Atas. Pada penelitian ini, data yang waktu pengendapan yang sama.
digunakan meliputi 19 log sumur penelitian, c. Analisis Lingkugan Pengendapan
data conventional core dan core photo pada 9 Suatu fasies dapat mencerminkan suatu
sumur penelitian, biostartigraphy report, dan mekanisme pengendapan tertentu atau
well final report. Metode yang digunakan berbagai mekanisme yang bekerja
dalam penelitian ini dilakukan dengan serentak pada saat yang bersamaan. Setiap
melakukan pengolahan data kualitatif dan kumpulan litofasies atau yang sering
kantitatif dengan bantuan perangkat lunak disebut dengan asosiasi fasies dapat
pendukung diantaranya sebagai berikut: mencirikan suatu lingkungan

14
Analisis Fasies Dan Lingkungan Pengendapan Batugamping Formasi Baturaja Bagian Aatas Di
Lapangan ‘R’, Cekungan Sunda (Euginia)

pengendapan atau zona pembagian Secara umum, tekstur bersifat mud


terumbu tertentu. Berdasarkan analisis ini, supported dan mengandung miliolids.
peta lingkungan pengendapan pun dibuat
untuk memperlihatkan arsitektur fasies Analisis elektrofasies pada fasies ini
yang menyusun lapangan ‘R’, model memperlihatkan kenampakan pola
persebaran fasies batuan karbonat, dan penumpukkan karbonat funnel shape. Pola
evolusi lingkungan pengendapan batuan funnel merupakan pola paling bawah atau
karbonat lapangan ‘R’ seiring waktu. paling tua dari pola penumpukan pada
lapangan penelitian. Pola funnel ini
diinterpretasikan merupakan akhir dari
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
fase progradasi (regresi), dimana terjadi
a. Fasies dan Elektrofasies Sumur pada
perubahan build up dari klastik yang lebih
Lapangan R
Analisis kualitatif yang dilakukan halus menjadi karbonat, dimana material
berdasarkan pengamatan deskripsi data klastik diperkirakan berasal dari Formasi
batuan inti, litofasies (Gambar4.1) dan Lower Baturaja yang terkena fase
elektrofasies (Gambar4.2) pada setiap sumur retrograsi dimana karbonat dari Formasi
di lapangan penelitian Formasi Baturaja Lower Baturaja mati karena tidak dapat
Bagian Atas, diperoleh 4 fasies yaitu tumbuh mengimbangi kenaikan air laut
Skeletal-Foraminifera Wackestone to yang pesat atau sering disebut dengan
Mudstone, Skeletal-Foraminifera Packstone give-up carbonates. Pola funnel ini juga
to Grainstone, Coralline-Red Algae menandakan proses Catch – up karbonat
Packstone to Grainstone dan Skeletal dimana adanya pendalaman dari air laut,
Wackestone. Masing-masing fasies ini kemudian pertumbuhan terumbu
memiliki karakteristik yang berbeda satu mengejar laju kenaikan muka air laut,
sama lain, baik dari kandungan matriks dan sehingga pertumbuhan terumbu sama
komponen maupun dari keterdapatan fosil dengan kenaikan muka air laut.
yang ada didalamnya. Berdasarkan klasifikasi James and Borque
(1992) dan Luis Pomar (2004), fasies
 Fasies Skeletal-Foraminifera
Skeletal-Foraminifera Wackestone to
Wackestone to Mudstone
Mudstone ini termasuk kedalam
Fasies skeletal - foraminifera
lingkungan lagoon.
wackestone to mudstone didominasi oleh
litofasies skeletal - foraminifera  Fasies Skeletal-Foraminifera
wackestone dan mudstone serta terdapat Packstone to Grainstone
juga litofasies skeletal-foraminifera Fasies skeletal-foraminifera packstone
packstone dalam jumlah yang sedikit. to grainstone didominasi oleh litofasies
Fasies skeletal-foraminifera wackestone skeletal-foraminifera packstone dan
to mudstone ini banyak dijumpai hampir skeletal-foraminifera grainstone dan
di semua sumur penelitian tepatnya di terdapat sedikit fasies skeletal-
bagian bawah dengan kenampakan foraminifera wackestone serta coralline-
berwarna coklat terang hingga coklat red algae packstone. Fasies skeletal-
gelap, berukuran butir halus, foraminifera packstone to grainstone
kekerasannya keras, didominasi oleh banyak dijumpai tidak pada semua sumur
matrix dengan butiran bervariasi >10% penelitian, hanya pada sumur R F-01 dan
sampai <10%, mengandung fosil berupa R-11 yang terletak pada bagian timur dari
foraminifera dan pecahan fosil lainnya. daerah penelitian. Fasies ini memiliki
kenampakan berwarna abu terang hingga

15
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol. 5, No. 1, Februari 2021: 11-23

coklat, berukuran butir halus hingga kenampakan berwarna coklat terang


sedang serta fragmental dibeberapa bagian, hingga coklat gelap dan juga berwarna abu
mengandung mud, fossiliferous. Secara terang hingga abu kecoklatan, berukuran
umum, tekstur bersifat grain supported butir halus hingga kasar, kekerasan keras
dengan komposisi berupa pecahan skeletal dan fossiliferous. Secara umum, tekstur
dari echinoderm dan red algae serta fasies ini bersifat grain supported dengan
terdapat foraminifera besar. komposisi berupa coral fragment,
foraminifera besar, echinoid, red algae
Analisis elektrofasies pada fasies ini dan juga pecahan fosil lainnya.
memperlihatkan kenampakan pola Analisis elektrofasies pada fasies ini
penumpukkan karbonat cylindrical shape. memperlihatkan kenampakan pola
Pola cylindrical ini menunjukkan energi penumpukkan karbonat cylindrical shape.
pengendapan yang cenderung sama dari Pola cylindrical ini menunjukkan energi
tiap waktu serta litologi tebal yang bersifat pengendapan yang cenderung sama dari
non-radioaktif. Setelah melewati fase tiap waktu serta litologi tebal yang bersifat
akhir dari progradasi (regresi) Formasi non-radioaktif. Setelah melewati fase
Baturaja Bagian Atas mulai memasuki akhir dari progradasi (regresi) Formasi
masa transgresi. Pada fase ini lah karbonat Baturaja Bagian Atas mulai memasuki
tumbuh sesuai dengan baik, dimana masa transgresi. Pada fase ini lah karbonat
asosiasi fasies batuan karbonat yang di tumbuh sesuai dengan baik, dimana
temukan akan relatif seragam akibat pola asosiasi fasies batuan karbonat yang di
cylindrical ini memiliki energi temukan akan relatif seragam akibat pola
pengendapan yang cenderung sama dari cylindrical ini memiliki energi
tiap waktu. Berdasarkan klasifikasi James pengendapan yang cenderung sama dari
and Borque (1992) dan Luis Pomar (2004) tiap waktu. Berdasarkan klasifikasi James
pada sumur R F-01 dan R-11 dengan and Borque (1992) dan Luis Pomar (2004),
fasies berupa Skeletal-Foraminifera fasies Coralline-Red Algae Packstone to
Packstone to Grainstone ini termasuk Grainstone ini termasuk kedalam
kedalam lingkungan back reef. lingkungan reef flat.
 Fasies Coralline-Red Algae Packstone  Fasies Skeletal Wackestone
to Grainstone Fasies skeletal wackestone didominasi
Fasies coralline-red algae packstone to oleh litofasies skeletal wackestone, selain
grainstone didominasi oleh litofasies itu terdapat juga litofasies skeletal-
coralline-red algae packstone dan foraminifera wackestone, mudstone,
coralline-red algae grainstone. Terdapat skeletal-foraminifera packstone dan
litofasies – litofasies lain seperti coralline- skeletal packstone dalam jumlah yang
skeletal packstone, coralline-skeletal sedikit. Fasies skeletal wackestone
grainstone, coralline rudstone, coralline dijumpai hanya pada beberapa sumur
floatstone, coralline-skeletal floatstone, penelitian. Fasies ini memiliki
bafflestone, skeletal-foraminifera kenampakan berwarna coklat terang
grainstone dan skeletal-foraminifera hingga coklat gelap, berukuran butir halus,
packstone dan sedikit skeletal- didominasi oleh matrix dengan butiran
foraminifera wackestone. Fasies didominasi >10%. Secara umum, tekstur
coralline-red algae packstone to bersifat mud supported dan mengandung
grainstone banyak dijumpai pada sumur- miliolids.
sumur penelitian. Fasies ini memiliki

16
Analisis Fasies Dan Lingkungan Pengendapan Batugamping Formasi Baturaja Bagian Aatas Di
Lapangan ‘R’, Cekungan Sunda (Euginia)

Analisis elektrofasies pada fasies ini t1 ini, 75% dari lapangan R merupakan
memperlihatkan kenampakan pola lagoon. Pada saat ini, daerah penelitian
penumpukkan karbonat bell shape. Fase didominasi oleh fasies skeletal-
dengan pola bell shape ini disebut juga foraminifera wackestone to mudstone.
dengan fase give-up carbonate dimana Pada umumnya, material dengan fasies
batugamping yang terbentuk, diakibatkan ini mengandung banyak material halus
oleh kondisi air laut mengalami seperti mud dan mengandung miliolids
pendalaman, tetapi laju pertumbuan yang merupakan organisme penciri
batugamping tidak mampu mngimbangi lingkungan pengendapan lagoon.
laku kenaikan muka air laut, sehingga Persebaran fasies lagoon1 ini tersebar
batugamping tidak akan tumbuh, tidak disemua sumur pada lapangan R,
kemudian tenggelam dan mati. dimana pada bagian barat dari lapangan
Berdasarkan klasifikasi James and Borque penelitian, fasies ini tidak ditemukan
(1992) dan Luis Pomar (2004), fasies dan semakin ke arah timur, fasies ini
Skeletal Wackestone ini termasuk kedalam semakin menipis. Hal ini terjadi
lingkungan lagoon. disebabkan karena adanya perbedaan
b. Korelasi Antar Sumur Penelitian topography antara bagian barat dan
Persebaran fasies dapat diperoleh dari timur Lapangan R. Pola elektrofasies
hasil korelasi suatu interval yang memiliki pada interval ini ialah pola funnel,
kesamaan fasies litologi dari sumur - sumur dimana pola ini diinterpretasikan
daerah penelitian sehingga mendapat merupakan akhir dari fase progradasi
susunan litostratigrafi pada Lapangan R. (regresi), dimana terjadi perubahan
Korelasi dilakukan dengan mengkalibrasikan build up dari klastik yang lebih halus
log sumur yang memiliki data lengkap menjadi karbonat sehingga fasies
terhadap sumur – sumur lain yang memiliki lagoon1 ini terendapkan. Berikut
data tidak lengkap menggunakan hasil ilustrasi persebaran fasies pengendapan
analisis elektrofasies yang ada. Untuk lebih lagoon1, diantaranya:
memahami sebaran dari asosiasi fasies
lapangan secara vertikal dan horizontal,
maka dilakukan korelasi antar sumur - sumur
yang ada pada lapangan penelitian yang
dapat dilihat pada penampang Gambar 4.3
c. Lingkungan Pengendapan Lapangan R
Lingkungan pengendapan adalah tempat
mengendapnya material sedimen beserta
kondisi fisik, kimia, dan biologi yang
mencirikan terjadinya mekanisme
pengendapan tertentu (Gould, 1972; dalam
Boggs,1987). Berdasarkan pengamatan yang
telah dilakukan, fasies – fasies yang terdapat
pada lapangan penelitian, terendapkan pada 4
lingkungan pengendapan yang berbeda pula
diantaranya: Gambar 4.4 Peta Lingkungan Pengendapan
 Lingkungan Pengendapan Lagoon1 Lagoon1 pada Lapangan R
Fasies lagoon1 merupakan fasies
pertama yang terendapkan. Pada waktu

17
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol. 5, No. 1, Februari 2021: 11-23

 Lingkungan Pengendapan Back Reef


dan Reef Flat
Setelah terendapkannya fasies lagoon1,
terendapkanlah 2 fasies yang berbeda,
yaitu fasies skeletal-foraminifera
packstone to grainstone dan coralline-
red algae packstone to grainstone.
Pada waktu t2 ini, lingkungan
pengendapan berubah dari fasies
lagoon menjadi back reef pada bagian
timur hingga tenggara lapangan R dan
reef flat pada bagian timur laut hingga
barat daya lapangan R, hal ini dapat
dibuktikan dengan perubahan litofasies Gambar 4.5 Peta Lingkungan Pengendapan
dari batuan yang ada dan perubahan Back reef dan Reef Flat pada Lapangan R
pola penumpukkan elektrofasies
menjadi cylindrical. Berdasarkan  Lingkungan Pengendapan Lagoon2
analisis tersebut, fase ini Fasies terakhir yang terendapkan pada
diinterpretasikan sebagai fase agradasi lapangan R ialah fasies skeletal
atau keep-up carbonates. Pada waktu wackestone. Pada umumnya, material
ini kenaikan muka air laut dan dengan fasies ini mengandung banyak
pertumbuhan terumbu seimbang, material halus seperti mud dan
ditandai dengan adanya keseragaman mengandung miliolids yang merupakan
organisme yang tumbuh pada bagian organisme penciri lingkungan lagoon.
timur laut hingga barat daya lapangan Persebaran fasies ini berada di bagian
penelitian. Perbedaan lingkungan tenggara dari lapangan R. Pola
pengendapan yang terjadi pada penumpukan karbonat pada fasies ini
lapangan R ini dikarenakan topography ialah pola bell yang diinterpretasikan
yang berbeda, sehingga kolom air pada sebagai fase give-up carbonate dimana
bagian lingkugan reef flat dan back reef pertumbuhan karbonat tidak dapat
ini pun berbeda yang menyebabkan mengimbangi kenaikan muka air laut
terendapkannya dua fasies yang yang mengakibatkan karbonat tidak
berbeda pula. Berikut ilustrasi lagi dapat tumbuh.
persebaran fasies pengendapan reef flat
dan back reef, diantaranya:

18
Analisis Fasies Dan Lingkungan Pengendapan Batugamping Formasi Baturaja Bagian Aatas Di
Lapangan ‘R’, Cekungan Sunda (Euginia)

Gambar 4.6 Peta Lingkungan Pengendapan UCAPAN TERIMA KASIH


Lagoon2 pada Lapangan R
Bersamaan dengan selesainya karya ilmiah
ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih
5. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis core dan kepada Bapak Ir. Undang Mardiana M.Si.
kandungan fosil serta analisis elektrofasies selaku dosen pembimbing utama dan Bapak
pada sumur penelitian di lapangan R, Abdurrokhim ST., M.T, PhD selaku dosen
terdapat 4 fasies yang terendapkan di pembimbing pendamping atas saran serta
lingkungan pengendapan yang berbeda yaitu bimbingan berharga yang telah diberikan
fasies skeletal-foraminifera wackestone to dalam persiapan, penelitian, hingga
mudstone, fasies skeletal-foraminifera penyelesaian pengerjaan artikel ini.
packstone to grainstone, fasies coralline-red DAFTAR PUSTAKA
algae packstone to grainstone dan fasies
skeletal wackestone. Pada data log sumur, Baker Hughes. 2002. Atlas of Log Responses.
fasies – fasies ini dicirikan dengan 3 pola Baker Hughes Incorporated.
penumpukan karbonat yaitu fasies skeletal- Boggs, Sam. 2006. Principles of
foraminifera wackestone to mudstone yang Sedimentology and Stratigraphy. New
terendapkan pertama pada lapangan R Jersey : Pearson Prentice Hall.
dicirikan dengan kurva gamma ray
berbentuk funnel, fasies skeletal- Dunham, Robert J. 1962. Classification of
foraminifera packstone to grainstone dan Carbonate Rocks According to
fasies coralline-red algae packstone to Depositional Textures. AAPG Memoir 1
grainstone dicirikan dengan kurva gamma
Embry A. F. and Klovan J.E. 1971. A Late
ray bentuk cylindrical dan yang terakhir
Devonian Reef Tract on North-eastern
ialah fasies skeletal wackestone yang
Banks Island. Bulletin of Canadian
dicirikan dengan kurva gamma ray
Petroleum Geology vol. 19
berbentuk bell.
Keempat fasies tersebut pun diendapkan Flugel, E. 2004. Microfacies of Carbonate
pada lingkungan pengendapan yang berbeda Rocks: Analysis, Interpretation and
dengan sebaran yang berbeda pula. Fasies Application. Berlin, Heidelberg, New
skeletal-foraminifera wackestone to York: Springer-Verlag.
mudstone terendapkan pada lingkungan
lagoon1yang tersebar pada bagian utara James, N. P., Bourque, P. A. 1992. Reefs and
hingga selatan serta pada bagian timur mounds. In Walker, R. G., James, N.P.
lapangan R, walau pada bagian timur (eds.): Facies models. Response to sea
menipis. Fasies skeletal-foraminifera level change, h. 323-348, Ottawa (Geol.
packstone to grainstone terendapkan pada Ass. Canada).
lingkungan back reef yang tersebar pada Kendall. 2003. Carbonate and Relatives
bagian timur hingga tenggara dari Lapangan Change in Sea Level. Mar. Geol. 44.
R. Fasies coralline-red algae packstone to
grainstone terendapkan pada lingkungan Komisi Sandi Stratigrafi Indonesia. 1996.
reef flat yang tersebar pada bagian timur laut Sandi Stratigrafi Indonesia. Ikatan Ahli
hingga selatan dari Lapangan R. Fasies Geologi Indonesia, 14 h.
skeletal wackestone terendapkan pada Schlanger, W. 2005. Carbonate
lingkunga lagoon2 yang tersebar pada Sedimentology and Sequence
bagian barat laut dari Lapangan R.

19
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol. 5, No. 1, Februari 2021: 11-23

Stratigraphy. USA: SEPM (Society for


Sedimentary Geology).
Todd, D. F. dan A. Pulunggono. 1971. The
Sunda Basinal Area. Houston: AAPG
Lecture.
Tucker, Maurice, et al. 1990. Carbonate
Sedimentology. Oxford : Blackwell
Science Ltd.
Wight, A. 1986. Stratigraphy, Structure and
Depositional Systems of The Sunda Basin.
Jakarta: IIAPCO Inc., A Diamond
Shamrock International Petroleum
Company.
Wight, A., Sudarmono dan Imron A. 1986.
Stratigraphic Response to Structural
Evolution in A Tensional Back-Arc
Setting and Its Exploratory Significance,
Sunda Basin, West Java Sea. Jakarta:
Proceedings Indonesian Petroleum
Association (IPA) 15th Annual
Convention, h. 79-100.

20
Analisis Fasies Dan Lingkungan Pengendapan Batugamping Formasi Baturaja Bagian Aatas Di
Lapangan ‘R’, Cekungan Sunda (Euginia)

LAMPIRAN

Gambar 1.1 Fisiografi Cekungan Sunda (Wight, 1986)

Gambar 2.1 Klasifikasi Batuan Karbonat (Dunham, 1962) dan (Embry & Klovan,1971)

21
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol. 5, No. 1, Februari 2021: 11-23

Gambar 4.1 Deskripsi Fasies menggunakan Data Batuan

22
Analisis Fasies Dan Lingkungan Pengendapan Batugamping Formasi Baturaja Bagian Aatas Di
Lapangan ‘R’, Cekungan Sunda (Euginia)

Gambar 4.2 Elektrofasies pada Sumur Penelitian Lapangan R

Gambar 4.3 Penampang Persebaran Fasies Pengendapan Lapangan R

23

Anda mungkin juga menyukai