Anda di halaman 1dari 8

Bulletin of Scientific Contribution, Volume 14, Nomor 1, April 2016 : 89 96

LITOFASIES ENDAPAN KUARTER DI WILAYAH DKI JAKARTA

Girlly Marchlina Listyono1, Kurnia Arfiansyah1, Nanda Natasia1, M. Kurniawan Alfadli1, Pulung A. Pranantya2
1Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran,
2Pusat Penelitian dan Pengembangan Air, Bandung

ABSTRACT
Bay of Jakarta is covered of Qartenary deposits with terrestrial deposits intercalation with marine deposits.
Interaction between those depositional environment produce deposits which have lithofacies variation.
Rapid development of Jakarta impact on impossibility in finding outcrop. This research gives changes for
detailed Quarternary deposit lithofacies study through 22 wells with depth range about 120-450 metres
and depth total 6.556,61 metres. Terrestrial deposit characterized by domination of relatively coarse
clastics and content of remaining roots, woods, plants, high content of quartz, lithic fragment, calcareous
and oxidated appearace. Marine deposit characterized by finer clastics, contain remain of shells, fosil,
coral, limestone fragments, glauconites, calcareous. The lithofacies variation of Quartenary depost from
the wells indicate lateral and vertical variation change, also on coastline shifting either by transgression
or regression.

Keywords : deposits, Jakarta, quartenary, sediment

ABSTRAK
Jakarta merupakan daerah teluk yang tersusun oleh endapan kuarter dengan karakteristik litologi yang
beragam. Sedimen penyusun endapan kuarter Jakarta dipengaruhi oleh proses sedimentasi lingkungan
pengendapan darat dan laut. Interaksi antara dua lingkungan pengendapan tersebut menghasilkan
endapan yang memiliki variasi litofasies. Dengan pesatnya pembangunan di Jakarta menjadikan
kesempatan untuk melihat singkapan sangat kecil. Penelitian ini memberikan kesempatan untuk melihat
litofasies endapan kuarter Jakarta dengan lebih jelas melalui 22 sumur bor dengan kedalaman berkisar
120 450 meter dan total tebal 6.556,61 meter. Endapan darat dicirikan oleh dominansi klastika yang
relatif kasar dan kandungan sisa akar, kayu, tumbuhan, kaya butiran kuarsa, fragmen litik, kerikilan, serta
sifat karbonatan dan kenampakan teroksidasi. Batas antara keduanya sepanjang periode Kuarter
memperlihatkan variasi secara vertikal dan lateral dan perubahan garis pantai baik transgresi maupun
regresi.

Kata Kunci : endapan, Jakarta, kuarter, sedimen

PENDAHULUAN aluvium berupa tuf halus dan tuf pasiran


Latar Belakang berselingan tuf konglomeratan; endapan
Wilayah DKI Jakarta merupakan daerah pematang pantai berupa pasir halus
dengan pembangunan lahan yang aktif sampai kasar dengan cangkang
sekaligus memiliki resiko bencana moluska; Tuf Banten berupa tuf, tuf batu
seperti longsor dan banjir. Tingginya apung dan batupasir tufan serta Formasi
aktivitas perkotaan menjadikan Serpong berupa perselingan
pemahaman mengenai kondisi Jakarta konglomerat, batupasir, batulanau dan
terutama bawah permukaannya perlu batulempung dengan sisa tanaman.
untuk dipelajari. Struktur geologi regional diiterpretasi
dari adanya patahan yang dikenali dari
Geologi Regional seismik, adanya pengangkatan dan
Dalam Peta Geologi lembar Jakarta dan penurunan fasies kuarter di berbagai
Kepulauan Seribu, Jawa (Turkandi dkk, daerah, teras terumbu di Pulau Seribu,
1992), daerah penelitian tersusun oleh kelurusan Sungai Ciliwung dan Cisadane
dari paling muda ke tua aluvium, kipas serta beberapa indikasi struktur geologi
aluvium, endapan pematang pantai, Tuf di lapangan. Berdasarkan analisis
Banten dan Formasi Serpong. Aluvium tersebut yang dicantumkan dalam
berupa lempung sampai bongkah; kipas Penelitian Geologi Kuarter Cekungan

89
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 14, Nomor 1, April 2016 : 89 96

Jakarta oleh Disbang DKI dan LPKM ITB pemilahan, kebundaran), kandungan
(Moechtar, 2003), terdapat patahan CaCO3, kekerasan dan kandungan
yang berkembang di daerah Jakarta material organik, mineral dan material
yaitu Sesar Cisadane, Sesar Ciliwung dan lainnya. Jenis litologi secara fisik
Sesar Kali Bekasi. mencakup lempung, lanau, pasir,
Sejarah geologi regional daerah konglomerat dan batugamping. Secara
penelitian (Martodjodjo, 2003) genetik ditemukan juga adanya tuff, tuff
diantaranya dimulai pada awal Miosen pasiran, tuff lempungan, pasir tufan dan
Tengah. Pada kala tersebut, Jakarta lempung tufan. Warna litologi mencakup
merupakan laut dangkal dan Formasi kelabu sampai hitam, abu kehijauan, abu
Parigi yang didominasi batugamping kekuningan, cokelat kemerahan dan
terendapkan. Pada Miosen Akhir, putih. Kandungan material organik
endapan lempung-pasir terendapkan di mencakup sisa akar dan kayu
daerah penelitian yang telah menjadi (tumbuhan), cangkang kerang
daerah pantai dan transisi. Kemudian (moluska), foraminifera, fosil (tidak
pada Kala Pliosen busur magmatik teridentifikasi) dan koral. Kandungan
bergerak ke arah tengah Jawa. Lalu pada mineral mencakup kuarsa dan glaukonit.
kala Pliosen-Plistosen, daerah Jawa Barat Selain itu, ditemukan juga sifat kerikilan,
terangkat. Daerah Jakarta menjadi kaki konglomeratan atau kandungan fragmen
gunung dan material yang datang litik.
terendapkan sebagai endapan kipas Metode yang digunakan dalam penelitian
alluvium di sungai yang mengalir ke Laut ini bersifat deksriptif, yaitu dengan
Jawa. menganalisis hasil deskripsi yang
diinvertaris dari data pemboran dan
BAHAN DAN METODA PENELITIAN diolah hingga menghasilkan log
Objek yang digunakan sebagai bahan log litologi dengan simbol tertentu.
penelitian berupa karakteristik litologi Berikutnya sebanyak tiga penampang
yang diperoleh dari deskripsi 22 sumur berarah utara selatan dan tiga
bor sedalam 120 sampai 450 meter penampang berarah barat timur ditarik
(Gambar 1). Data tersebut berasal dari hingga setiap log dapat dikorelasikan
berbagai instansi yang melakukan satu sama lain. Melalui tujuh penampang
pembangunan dan diarsip- kan oleh tersebut, analisis litofasies berdasarkan
Pusat Penelitian dan Pengembangan karakteristik litologi dapat dilakukan.
Air tahun 2014. Intansi yang melakukan Hasil analisis tersebut berikutnya
pengeboran dan pendeskripsian inti bor digunakan dalam mendeskripsikan
atau cutting, serta tahun pengambilan bagaimana variasi lateral dan vertikal
data yang berlainan, menyebabkan data endapan Jakarta. Variasi endapan dapat
yang digunakan relatif umum dan digunakan dalam menginterpretasi
beragam. Tingkat kelengkapan dan proses perubahan garis pantai Jakarta
standar dalam mendefinisikan dari waktu ke waktu. Pengolahan data
karakteristik suatu litologi tidak sama menghasilkan gambaran mengenai hasil
pada masing-masing sumur bor. analisis lingkungan pengendapan setiap
Karakteristik litologi yang dapat penampang dan peta yang
digunakan dalam analisis dari data yang merekonstruksi perubahan garis pantai
ada diantaranya adalah jenis litologi, Jakarta.
warna, tekstur batuan (ukuran butir,

90
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 14, Nomor 1, April 2016 : 89 96

Gambar 1. Peta Lokasi dan Penampang Sumur Bor daerah Jakarta

HASIL DAN PEMBAHASAN pengendapan dapat dilakukan. Litofasies


Karakteristik Litofasies litofasies di daerah penelitian dibagi
Karakteristik litologi daerah penelltiian secara umum memiliki ciri endapan
dapat dikelompokkan menjadi beberapa darat, transisi dan laut.
litofasies berdasarkan pola dan Endapan darat dicirikan oleh penyusun
kesamaan litologinya. Litofasies- utama berupa klastika kasar seperti
litofaseis tersebut dapat konglomerat, pasir serta pasir
mengindikasikan kondisi pengendapan lempungan, tuff pasiran dan tuff. Litologi
tertentu sehingga analisis lingkungan penyusun endapan ini mengandung sisa

91
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 14, Nomor 1, April 2016 : 89 96

tumbuhan seperti sisa akar, juga Endapan laut menyusun awal


fragmen litik dan kerikil. Endapan pengendapan setiap penampang dengan
darat setempat diketahui bersifat tidak adanya dominasi klastika halus serta
karbonatan dan telah teroksidasi. keterdapatan organisme laut. Tebal
Endapan transisi merupakan peralihan endapan ini dapat mencapai 225 meter.
antara endapan darat dan endapan laut. Berikutnya ciri litofasies menunjukkan
Endapan ini mengandung sisa fosil perubahan jenis dan ukuran butir litologi
maupun tumbuhan sebagai interaksi menjadi lebih kasar serta mengandung
antara sedimen asal darat dan laut. sisa organisme darat. Endapan ini
Warna litologinya relatif gelap seperti diinterpretasi sebagai penyusun endapan
abu-abua, cokelat dan hitam. Di darat dengan tebal mencapai 125 meter.
beberapa lokasi ditemukan juga sifat Endapan darat memiliki kecenderungan
karbonatan. menebal di selatan.
Endapan laut disusun oleh terutama Litofasies selanjutnya mengalami
klastika berbutir halus seperti lempung, perubahan menjadi lebih halus dan
lempung pasiram, tuff dan tuff mengandung koral serta bersifat
lempungan dengan sisipan-sisipan pasir. karbonatan. Litofasies ini
Litologinya mengandung foraminifera, diinterpretasikan sebagai penyusun
moluska, fragmen gamping, sisa endapan laut. Endapan laut ini lebih tipis
cangkang, fosil dan mineral glaukonit. dari endapan laut sebelumnya yakni
Setempat diketahui memiliki sifat mencapai 80 meter saja. Endapan laut ini
karbonatan. juga memiliki kecenderungan menebal di
Perbedaan karakteristik endapan darat, utara.
transisi dan laut beserta contoh log Lalu litofasies yang menindih endapan
litologi masing-masing endapan dapat laut sebelumnya menunjukkan ciri yang
dilihat pada Tabel 1. kaya akan klastika kasar seperti
konglomerat dan pasir serta kandungan
Variasi Lateral Dan Vertikal material organik khas darat. Litofasies ini
Perubahan litofasies digunakan sebagai pun diinterpretasi sebagai endapan
batas masing-masing endapan. Dengan darat. Tebal endapan ini mencapai 65
memperhatikan ciri-ciri endapan darat, meter. Secara lateral, endapan darat ini
transisi dan laut di setiap log, perubahan relatif menebal ke selatan.
litofasies secara lateral maupun vertikal Pada bagian utara daerah penelitian,
dapat ditelusuri. terdapat perubahan litofasies yang
Kondisi perubahan litofasies masing- menunjukkan karakteristik endapan laut.
masing penampang secara umum Endapan ini memiliki tebal yang
menunjukkan pola yang sama dari posisi mencapai 70 meter dan menebal ke
litologi yang relatif tua ke paling muda. utara.

92
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 14, Nomor 1, April 2016 : 89 96

Tabel 1. Perbedaan karakteristik endapan darat, transisi dan laut beserta


contoh log litologi masing-masing endapan
Endapan Darat Endapan Transisi Endapan Laut
Litologi dominanklastika Dominan klastika halus
Peralihan antara litologi
kasar (konglomerat, (lempung, lempung
penyusun endapan darat
pasir, pasir lempungan, pasiran, tuff, tuff
dan endapan laut
tuff pasiran, tuff) lempungan
Mengandung
Mengandung sisa
foraminifera, moluska,
tumbuhan, akar, Mengandung sisa fosil
fragmen gamping, sisa
kerikilan dan fragmen maupun sisa tumbuhan
cangkang, fosil,
litik
glaukonit
Umumnya berwarna relatif
Non-karbonatan,
gelap (abu, cokelat, hitam), Karbonatan
teroksidasi
Karbonatan

Adanya beberapa kali perubahan penyusun endapan transisi ini berkisar


litofasies mengindikasikan beberapa 2 25 meter.
kali perubahan lingkungan
pengendapan. Peralihan antara Perubahan Garis Pantai
endapan penyusun lingkungan Variasi lateral dan vertikal yang
pengendapan darat dan laut dianalisis dari perubahan litofasies
diinterpretasikan termasuk endapan kemudian digunakan dalam
transisi. Batas dan tebal endapan merekonstrusi perubahan lingkungan
transisi ditentukan dengan pengendapan di Jakarta. Rekonstruksi
memperhatikan pola litofasies yang tersebut juga dapat menggambarkan
berbeda dengan litofasies di atas dan perkiraan perubahan posisi garis
di bawahnya. Litofasies tersebut pantai.
memiliki ketebalan yang beragam Pada awal pengendapan, seluruh
secara lateral. Kisaran tebal litofasies daerah Jakarta merupakan lingkungan

93
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 14, Nomor 1, April 2016 : 89 96

laut. Kemudian dari bagian barat mendukung keterbentukan endapan


hingga timur terjadi regresi yang laut dan darat yang bervariasi ke arah
menyebabkan garis pantai bergeser ke utara dan selatan. Sedangkan untuk
arah utara dan menyediakan variasi secara lateral diperkirakan
akomodasi bagi material pembentuk dipengaruhi oleh sesar-sesar mendatar
endapan darat untuk mengendap. Lalu yang berkembang seperti Sesar
proses transgresi terjadi sehingga Cisadane, Sesar Ciliwung dan Sesar
lingkungan pengendapan berubah Kali Bekasi dengan arah relatif utara
menjadi laut di bagian utara dan selatan.
transisi di bagian timur. Transgresi ini
menyebabkan garis pantai bergeser ke KESIMPULAN
arah darat (selatan) dan material 1. Litofasies daerah Jakarta dapat
pembentuk endapan laut terendapkan dibagi menjadi litofasies penyusun
di daerah penelitian. endapan darat, transisi dan laut
Peristiwa berikutnya ialah regresi yang 2. Endapan darat relatif menebal
menyebabkan garis pantai kembali ke selatan dengan tebal 5 100
bergeser ke utara. Daerah penelitian meter; Endapan transisi relatif
menjadi lingkungan darat dan sedimen menebal ke segala arah dengan
terendapkan membentuk endapan kisaran tebal 2 25 meter; dan
darat. Selanjutnya air laut kembali endapan laut relatif menebal ke
naik dan terjadi transgrasi. Garis utara dengan kisaran tebal 7 225
pantai bergeser ke selatan dan daerah meter.
penelitian terisi oleh material 3. Garis pantai Jakarta dari waktu ke
penyusun endapan laut. waktu mengalami perubahan
Setelah itu, kondisi muka air laut akibat lebih dari dua siklus regresi-
sampai saat ini mengalami regresi. transgresi
Regresi menyebabkan garis pantai 4. Faktor pengontrol perubahan
bergeser ke arah utara sampai muka air laut dan variasi lateral
membentuk posisi garis pantai Jakarta dan vertikal litofasies Jakarta
saat ini. adalah perubahan muka air laut
oleh karena pergeseran batuan
Faktor Pengontrol dasar dan arah pasokan sedimen.
Peristiwa transgresi dan regresi
mempengaruhi perubahan litologi UCAPAN TERIMA KASIH
yang terendapkan di daerah penelitian. Penulis mengucapkan terima kasih
Faktor lainnya juga ikut berperan kepada pihak Pusat Penelitian dan
dalam pengendapan endapan kuarter Pengembangan Air yang bersedia
Jakarta sehingga menghasilkan memberikan data sebagai bahan
endapan yang memiliki variasi secara penelitian ini. Penulis juga
lateral dan vertikal. mengucapkan terima kasih kepada
Faktor yang mengontrol dapat Bapak Abdurrokhim, Ibu Emi Sukiyah
dikaitkan dengan kondisi daerah dan Bapak Pulung Arya Pranantya
penelitian yang diperoleh dari studi yang telah membimbing selama
literatur maupun penelitian terdahulu. penelitian.
Perubahan muka air laut dapat
dipengaruhi oleh pergerakan naik- DAFTAR PUSTAKA
turun batuan dasar, peristiwa naik- Moechtar, H. 2003. Siklus Sekuen
turunnya eustasi serta proses Stratigrafi Cekungan Kuarter
kompaksi sedimen yang telah Jakarta. Bandung: Puslitbang
terendapkan sebelumnya. Pada daerah Geologi dan IAGI Pusat.
penelitian, pergeseran pada batuan Moechtar, H dan S. Poedjoprajitno.
dasar dikenali dari adanya patahan di 2003. Runtunan Tataan Stratigrafi
kedalaman lebih dari 800 meter sebagai Indikator Periode
berarah Timur Laut Barat Daya Penurunan. Bandung: Puslitbang
(Moechtar, 2003). Sedimen yang Geologi dan IAGI Pusat.
terpasok dari selatan ke utara selama Martodjodjo, S. 2003. Evolusi
kuarter (Martodjodjo, 2003) juga Cekungan Bogor Jawa Barat. Tesis

94
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 14, Nomor 1, April 2016 : 89 96

Doktor, Pasca Sarjana ITB


Bandung.
Nichols, Gary. 1999. Sedimentology
and Stratigraphy. Blackwell Science
Ltd.
Turkandi, T; dkk. 1992. Peta Geologi
Lembar Jakarta dan Kepulauan
Seribu, Jawa skala 1:100.000.
Bandung : Dit. P3G, Dit. Geologi dan
Sumberdaya Mineral.

95
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 14, Nomor 1, April 2016 : 89 96

96

Anda mungkin juga menyukai