Anda di halaman 1dari 7

Seminar

Nasional “Archipelago Engineering” (ALE) 2018


Ambon, 26 April 2018

KAJIAN GERAKAN TANAH MELALUI INTEGRASI MULTIDISIPLIN


(Studi Kasus: Longsor Amahusu Kecamatan Nusaniwe Ambon)

Matheus Souisa
e-mail: thos.phys@gmail.com
Jurusan Fisika Fakultas MIPA Unpatti Ambon

ABSTRAK
Telah digunakan banyak metode untuk mengkaji permasalahan gerakan tanah dari sudut pandangan pendekatan satu-
disiplin, interdisiplin maupun multidisiplin. Beberapa metode sedang dikembangkan untuk dipadukan dalam investigasi
gerakan tanah (longsoran) selama dekade terakhir ini, fokus studi diarahkan menggunakan multidisiplin dengan
pendekatan geolistrik, geoteknik dan geokimia untuk menentukan potensi gerakan tanah (longsor) Amahusu sehingga
dapat memberikan mitigasi gerakan tanah. Hasil penelitian memberikan bidang gelincir longsor Amahusu dicirikan oleh
anomali resistivitas dari struktur lapisan bawah permukaan yang rendah (< 50.0 Ω.m) hingga sedang (50.0 – 200.0
Ω.m), dan anomali ini mengindikasikan citra resistivitas jenis batuan lempung dan lempung pasiran, sedangkan anomali
geoteknik teridentifikasi adanya tanah lempung lanau dan lanau pasiran, dan berdasarkan nilai faktor keamanan lereng
(FS<1.25) dalam keadaan kritis. Sedangkan anomali geokimia pada proses pelapukan menyebabkan terjadinya
penghalusan mineral sehingga persentase fraksi ukuran butir lempung menjadi lebih besar jika dibandingkan di bagian
atas dan bawahnya maka akumulasi fraksi lempung yang ada di bagian bawah menjadi bidang gelincir yang memicu
longsor. Berdasarkan perpaduan ini, anomali-anomali saling berkorelasi dan tersebar di sekitar lokasi longsor. Oleh
karena itu, masih terdapat longsor susulan jika dipicu oleh hujan di atas normal dan masih tetap berada di sekitar lokasi
longsor, sedikit bergerak ke arah timur laut dengan jangkauan yang sedikit meluas.

Kata Kunci: Gerakan tanah, multidisiplin, geofisika, geoteknik, geokimia

PENDAHULUAN geoteknik untuk memprediksi kestabilan lereng,


Bencana gerakan tanah (longsor) sering terjadi di metode geoinformasi (citra satelit dan tumpang
wilayah perbukitan Amahusu Kecamatan susun) untuk interprestasi kerawanan longsor,
Nusaniwe Ambon. Hal ini disebabkan intensitas metode geokimia untuk mengidentifikasi
bahaya longsor dan banjir meningkat dari tahun kandungan unsur lempung, dan lain sebagainya
ke tahun lebih dari 60% (Souisa, et al., 2014). (Souisa, et al., 2018). Kebanyakan para ahli telah
Longsor Amahusu yang banyak mendatangkan mengkaji longsoran dengan pendekatan
kerugian harta benda, kerusakan lingkungan dan interdisiplin seperti telah dilakukan oleh Suhanto,
korban jiwa. Faktor penyebab terjadinya longsor et al., (2005), Grandjean (2009), Luna, et al.,
di daerah kajian adalah curah hujan dengan (2010), Dobrescu, et al., (2011), Abidin, et al.,
intensitas di atas normal yang akan meningkatkan (2012), Akinrinmade, at al., (2013), Khaki, et al.,
beban pada lereng, alih fungsi lahan membuat (2016), dan lain-lain. Namun, belum dilakukan
intruisi air menyuburkan lereng, kemiringan kombinasi data dari metode yang diusulkan
lereng yang terjal membuat lereng mudah sehingga layak untuk studi lebih lanjut, karena
bergerak, tebing yang terjal yang kurang kuat keakuratan suatu interpretasi tergantung pada
menahan erosi air, sifat tanah pelapukan yang hasil kajian multidisiplin baik dari segi kualitatif
sarang dan mudah luruh jika terkena air, adanya maupun kuantitatifnya. Beberapa penelitian sudah
kontak antara lapisan tanah yang poros dan sarang dikemukakan dan sedang dikembangkan metode
air dengan lapisan yang kedap air yang berpotensi dalam kaitannya tentang investigasi terjadinya
menjadi bidang gelincir. longsoran selama dekade terakhir ini, fokus studi
diarahkan menggunakan integrasi metode
Telah banyak metode dalam mengkaji
geolistrik, geoteknik dan analisis mineralogi
permasalahan gerakan tanah tipe longsoran dari
untuk menentukan potensi kritis longsor sehingga
pandangan berbagai pendekatan satu-disiplin,
dapat memberikan mitigasi longsor.
interdisiplin maupun multidisiplin. Metode
pendekatan single disiplin yang mengkaji
longsoran seperti metode geofisika untuk
mengidentifikasi bidang gelincir, metode

Fakultas Teknik Universitas Pattimura,


ISSN : 2620-3995 115

Seminar Nasional “Archipelago Engineering” (ALE) 2018
Ambon, 26 April 2018

KAJIAN TEORI DAN METODE


Pengertian Gerakan Tanah
Gerakan tanah (mass movement) adalah gerakan
material pembentuk lereng ke arah bawah
(downward) atau ke arah luar (outward) lereng
(Souisa, et al., 20161 setelah Varnes, 1978). Atau
dengan kata lain gerakan tanah (longosan) adalah
perpindahan masa batuan/tanah karena pengaruh
gaya berat. Menurut Sassa, et al., (2009) bahwa
longsoran sebetulnya merupakan fenomena alam
yang kompleks dalam mencari keseimbangan Gambar 1. Pengukuran resistivitas dengan
baru akibat adanya gangguan yang konfigurasi elektroda W–S (Seidel et al., 2007)
mempengaruhi dan menyebabkan terjadinya
pengurangan kuat geser serta peningkatan Survei pengambilan data terpadu dilakukan di
tegangan geser tanah. Hal inilah yang longsor Amahusu Ambon yang secara geografis
menyebabkan kerusakan dan gangguan terhadap terletak pada koordinat 03043′59.37″ −
manusia dan merupakan ancaman bagi populasi 03043′55.57″ LS dan 128008′23.12″ −
0
manusia (Bell, et al., 2012), korban jiwa dan 128 08′19.30″ BT (Gambar 2). Pada tahun 2013
kerugian harta benda yang cukup besar, kerusakan kejadian longsor Amahusu sebanyak lima titik
infrastruktur dan lingkungan (Sasa, 2013). (Souisa, et al., 20152) sehingga menghancurkan
pemukiman penduduk, korban jiwa dan merubah
Survei Geofisika ekosistem bentuk lahan.
Salah satu metode geofisika yang digunakan
untuk survei bidang longsor adalah geolistrik Survei geolistrik meliputi daerah longsor dengan
resistivitas. Survei geolistrik resistivitas bertujuan jumlah lintasan adalah 6 lintasan panjang 100 m
untuk mengetahui perbedaan resistivitas bawah berorientasi tenggara–baratlaut dengan jarak tiap
permukaan bumi dengan melakukan pengukuran lintasan 40 m. Orientasi lintasan disesuaikan
di permukaan bumi. Salah satu faktor pemicu dengan topografi longsoran dengan tujuan untuk
terjadinya longsor di wilayah kajian akibat menduga adanya potensi bidang gelincir. Akuisisi
kegagalan lereng adalah bidang gelincir, dimana data lapangan dilakukan setelah lintasan dan titik
material tanah/batuan akan bergerak diatas bidang pengamatan ditentukan di daerah penelitian untuk
tersebut mengalir mengumpul menuruni lereng pengambilan data lapangan. Hasil pengukuran
(Souisa, et al., 20151). Untuk mendeteksi bidang data resistivitas lapangan dengan konfigurasi W–S
gelincir longsor digunakan metode geolistrik dianalisis dengan menggunakan komputer untuk
resistivitas. Resistivitas yang terukur adalah menghasilkan penampang dua dimensi (2-D)
resistivitas semu (Sapulete, et al., 2012 setelah model bawah permukaan. Kemudian untuk
Dobrin, et al., 1988) seperti mengetahui sebaran nilai resistivitas sebenarnya
ΔV pada daerah survei dilakukan proses stacked
ρa = K section (Souisa, et al., 20152).
I
(1)
dengan ρa adalah resistivitas semu (Ω.m), ∆V
adalah beda potensial (volt), I adalah kuat arus
(A), dan K = π n (n + 1)a adalah faktor geometri
(m) berdasarkan konfigurasi elektroda Wenner–
Schlumberger (W–S) (Telford, et al., 2004),
dimana a adalah jarak antar elektroda (m) dan n
(=1,2,3,..) adalah lapisan tanah/batuan (Gambar
1).
Gambar 2. Peta lokasi penelitian

Fakultas Teknik Universitas Pattimura,


ISSN : 2620-3995 116

Seminar Nasional “Archipelago Engineering” (ALE) 2018
Ambon, 26 April 2018

Pengujian Laboratorium Geoteknik ketebalan dan kedalaman dari lapisan batuan


Penerapan metode geoteknik dalam penelitian ini sliding, dan lapisan bedrock juga bervariasi yang
hanya untuk menyelidiki pengujian sifat fisik merupakan akibat dari proses pelapukan batuan
tanah yang dilakukan melalui analisis data bor dan proses erosi pada permukaan. Fitur profil
dangkal. Pengeboran dangkal dilakukan dengan Gambar 3, mengindikasikan persebaran bidang
hand bor, karena lokasi longsoran sangat terjal longsor berdasarkan citra resisitivitas yang
dan berhutan padat, secara teknis sulit untuk menunjukkan bahwa bedrock atau batuan induk
pengambilan bor dalam. Sampel tanah yang tersebar di seluruh lintasan di daerah penelitian.
digunakan untuk semua pengujian dalam Lapisan bagian paling bawah dari penampang
penelitian ini adalah tanah terganggu (disturbed resistivitas yang tersusun atas bongkahan atau
sample), dan diambil saat musim kemarau hingga blok dari batuan induk betindak sebagai bidang
kedalaman 3 m. Pengujian sampel tanah gelincir. Nilai resistivitas lebih dari 50 Ω.m
dilakukan di laboratorium untuk menentukan sifat dinterpretasikan sebagai material longsor,
tanah dan Atterberg limits, uji geser langsung. sedangkan resistivitas kurang dari 30 Ω.m
Sifat fisik tanah yang dimaksud antara lain berat diinterpretasikan sebagai bidang gelincir. Hal ini
spesifik, kadar air, konsistensi, dan porositas. diinterpretasikan demikian karena geologi lokasi
Analisis Mineralogi Tanah telitian tersusun dari batuan tuf dan breksi
gunungapi yang telah lapuk.
Analisis geokimia tanah menggunakan metode
XRD (X-Ray Diffraction) untuk menentukan
komposisi unsur suatu material berupa kadar
mineral, persentase dan tingkat kristalinitas
mineral dari sampel, sehingga dapat dijadikan
untuk mengetahui akumulasi fraksi lempung
yang ada di bagian bawah permukaan menjadi
bidang gelincir yang memicu kejadian longsoran.
Beberapa penelitian sebelumnya (Poppe et al.,
2001; Harris et al., 2008; Yuliyanti et al., 2013)
telah mempelajari mengenai karakter difraksi
sinar X pada mineral tunggal yang dapat
memberikan panduan mengenai sifat dasar pola
difraksi sinar X untuk masing-masing jenis
mineral lempung. Gambar 3. Profil sebaran zona sliding pada
lintasan longsor Amahusu
HASIL DAN PEMBAHASAN
Posisi bidang gelincir di bawah permukaan
Interpretasi Survei Geolistrik Resistivitas
mengalami longsor karena lapisan batuan atas
Interpretasi data dilakukan dengan mengkaji nilai cenderung keras dan jenuh air, namun dapat pula
resistivitas sebenarnya yang didapat dari mengalami longsor karena lapisan batuan bagian
pengolahan data dan dibandingkan dengan nilai sliding melongsorkan material yang terdapat di
resistivitas pada tiap batuan, kemudian atasnya.
dikorelasikan dengan singkapan litologi dan data Oleh sebab itu, material overburden yang ikut
bor. Berdasarkan profil sebaran bidang longsor terlongsorkan disebut material longsor dengan
daerah penelitian terdiri atas lapisan penutup memiliki nilai resistivitas relatif lebih tinggi dari
(overburden) dengan resistivitas > 200 Ω.m, pada lapisan sliding yang diprediksi banyak
lapisan sliding berupa lempung berpasir halus mengandung batuan lempung berpasir yang
dengan resistivitas 5 – 50 Ω.m dan lempung mengakibatkan menurunnya nilai resistivitas
berpasir kasar dengan resistivitas 50 - 200 Ω.m, medium.
dan lapisan yang sangat keras (bedrock) dengan Secara umum, fitur profil bagian timur laut
resistivitas > 200 Ω.m. Lapisan-lapisan ini memiliki nilai resistivitas yang sedang, karena
menunjukkan anomali resistivitas dari rendah bagian ini tersusun atas batuan lempung berpasir.
hingga sedang sehingga memberikan pola sebaran Sedangkan pada arah horizontal sebaran
bidang gelincir tidak merata. Begitu juga dengan longsoran mengikuti arah kemiringan lereng

Fakultas Teknik Universitas Pattimura,


ISSN : 2620-3995 117

Seminar Nasional “Archipelago Engineering” (ALE) 2018
Ambon, 26 April 2018

searah dengan bidang gelincir yaitu mengarah ke inilah yang memudahkan terjadinya longsor
barat daya menuju daerah aliran sungai dan rumah apalagi dipicu dengan curah hujan di atas normal.
penduduk selanjutnya mengalir mengendap di Dengan demikian, daerah penelitian diduga
pesisir pantai Teluk Ambon. dalam keadaan kritis dan berpotensi untuk
terjadinya longsor susulan jika di picu oleh faktor
Analisis Geoteknik
alam dan non-alam yang menyertainya. Keadaan
Analisis geoteknik dilakukan berdasarkan uji
ini juga dapat diperkirakan berlaku pada wilayah-
indeks tanah dengan tujuan untuk
wilayah lainnya di Pulau Ambon yang memiliki
mengidentifikasi dan menentukan karakteristik
karakteristi batuan dan kelerengan yang sama.
material, atau untuk mengklasifikasikan tanah
berdasarkan distribusi ukuran butirannya. Hasil Analisis Mineralogi Tanah (Geokimia)
pengujian sifat fisik tanah/batuan menunjukkan Uji sampel menggunakan analisis XRD untuk
bahwa tanah dikategori lempung dengan presen mengidentifikasi mineral yang sulit diidentifikasi
fraksi lempung 0.002 mm (2 µm) berkisar antara dengan mikroskop terutama mineral jenis
25.55 – 42.98 % dan kadar air tanah berkisar lempung tanah hasil pelapukan gunungapi
antara 9.21 – 30.56 %. Hasil uji indeks properti Ambonite. Pola-pola spektrum yang tampak pada
disajikan pada Tabel 1. Tabel 1, menunjukkan Gambar 4, menunjukkan kristalisasi mineral
bahwa tanah mempunyai karakteristik lempung dengan ukuran puncak tertentu, dan mineral
cadas dan lempung berpasir. Dalam parameter sampel masih dalam fase kristal. Hal ini ditandai
indeks ukuran butiran menunjukkan bahwa di dengan adanya puncak difraksi yang tajam. Hasil
lokasi telitian dijumpai tanah padat hasil difraktogram menunjukkan bahwa sampel ini
peninggalan longsoran. Karena tanah permukaan umumnya mengandung Anorthite dan Quartz.
(overburden) atau tanah yang tidak padat telah Penyebaran kenampakan spektrum pada sampel
terkikis dan terbawa oleh material longsor. Amahusu diduga produk transformasi Quartz
dengan prosentase kelimpahan rataan sebesar
Tabel 1. Indeks properti tanah
19.07% dan mineral Anorthite sebesar 27.19%.
Sample No. TBAmh-2 TBAmh-3
Beberapa prosentase mineral lain yang
Depth, (m) 3 3
Average water content, (%) 24.03 8.65
kemunculan dalam jumlah kecil yakni Pigionite,
Wet density, (ton/m3) 1.88 1.70 Vermiculite dan Magnetite. Diduga kandungan
Dry density, (ton/m3) 1.52 1.56 mineral tersebut sebagian kecil di bawah oleh
Specific gravity, (Gs) 2.74 2.68 aliran longsor dan sebagian besar tersingkap
Void ratio, e 0.81 0.71 dipermukaan lereng bekas longsor dan di bawah
Porosity, n 0,45 0.42 kedalaman tertentu sebagai batupasir atau
Kohesi, (kN/m2) 13.55 12.22 bedrock.
Sudut geser dalam, φ (0) 30.70 37.30
Quartz

100 Sampel L-2 (Amahusu)


Anorthite (d), Laumonite

Saturated degree, (%) 81.37 32.61 81

Liquit limit, (%) 30.12 36.55 64


Rel.int, (%)

Quartz, Anorthite (d), Laumonite


Biotite

Plastic limit, (%) 17.19 17.12


Quartz, Biotite, Vermiculite

49
Quartz, Vermiculite

Biotite, Anorthite

Plastisity index, (%) 12.13 19.43


Anorthite (d)

36
Vermiculite. Magnetite

Anorthite (d)
(d)

Vermiculite

Vermiculite
Vermiculite
Anorthite (d)

25
Faktor aman lereng (FK) 1.10 1.25
Anorthite (d)

Magnetite
Vermiculite

Anorthite (d)

Quartz
Laumontite

Vermiculite
Quartz

Quartz
Laumontite

Quartz

Quartz

16

Lempung Lempung
Type of soil 9

cadas pasir cadas 4


121 5 10 20 30 40 50 60 65
Two-theta, (o)
Anorthite (d)

Faktor aman lereng menggambarkan bagaimana 100


Sampel L-3 (Amahusu)

kondisi tanah yang ada dalam suatu wilayah yang 81

rentan terhadap bahaya longsor. Berdasarkan 64


Rel.int, (%)

Anorthite (d)

hasil uji geser langsung dapat digunakan untuk


49
Anorthite (d), Quartz, Biotite
Biotite

Quartz, Vermiculite

Quartz, Vermiculite
Anorthite (d)

36
Anorthite (d)

Quartz, Biotite

menentukan parameter stabilitas lereng tiap


Anorthite (d), Quartz

Anorthite (d), Magnetite


Vermiculite, Biotite
Anorthite (d)
Anorthite (d)
Vermiculite

Anorthite (d)

Vermiculite
Pigionite

25
Anorthite (d)
Pigionite, Biotite
Anorthite (d)

Pigionite

Vermiculite

sampel tanah di lokasi telitian seperti pada Tabel


Vermiculite
Vermiculite

Vermiculite
Anorthite (d)
Quartz

Pigionite
Magnetite
Biotite

16
Biotite

1. Hasil analisis faktor keamanan lereng 9

menunjukkan bahwa semakin besar kemiringan 4


5 10 20 30 40 50 60 65

geometri lereng maka semakin rendah nilai Two-theta, (o)

faktor aman lereng, atau suatu lereng yang Gambar 4. Difraktogram mineral lempung
berbahaya jika nilai faktor amannya rendah. Hal sampel longsor Amahusu

Fakultas Teknik Universitas Pattimura,


ISSN : 2620-3995 118

Seminar Nasional “Archipelago Engineering” (ALE) 2018
Ambon, 26 April 2018

Integrasi Multidisiplin Longsor Amahusu 20152), dan sistem hidrologi pada lereng.
Sulit untuk membedakan dengan hanya survei Begitupun dengan faktor non-alami disebabkan
geolistrik untuk memutuskan apakah lereng oleh penggunaan lahan seperti deforisitasi lahan
memiliki kondisi normal atau kritis, karena zona hutan yang tidak terkontrol dan penanaman jenis
resistivitas rendah selalu menjadi zona yang pohon tahunan kurang terpola dengan tidak
bermasalah. Akibatnya studi menyangkut bidang mempunyai sistem perakaran dalam, dan
gelincir atau stabilitas lereng dilakukan dengan pemotongan tebing atau lereng untuk pemukiman
memadukan hasil interpretasi analisis data dengan secara tidak teratur, dan bahkan pemotongan
pendekatan geolistrik diperlukan adanya data badan tebing yang dijadikan sebagai material
geoteknik berupa data bor dan data geokimia. timbunan tidak sesuai dengan standar.
Data geoteknik dan geokimia digunakan sebagai
data pengikat dari hasil pengolahan data lapangan
yang berupa nilai tahanan jenis setiap lapisan
batuan. Analisis geoteknik diinterpretasi batuan
pada lokasi telitian didominasi oleh lempung
berpasir bercampur kerikil. Berdasarkan analisis
ini tidak terdapat perbedaan jenis tanah di bawah
permukaan pada daerah penelitian berupa nilai
tahanan jenis lapisan batuan dan data bor maupun
data kimia mengidentifikasi dengan baik adanya
material lempung berpasir dan lempung pasir
berkerikil (Gambar 5). Proses geokimia yang
terjadi di sepanjang bidang longsor telah Gambar 5. Peta korelasi terpadu bidang longsor
melemahkan kekuatan geser tanah melalui proses Amahusu
translokasi mineral tanah dari permukaan ke Langkah-langkah yang dilakukan untuk prevensi
dalam bidang longsor. Mineral tanah yang terjadinya longsor susulan pada tebing/lereng
dominan dan berada lebih dari 3 m dari dasar dengan sudut kemiringan > 450 dalam kondisi
bidang longsor adalah Quartz (SiO2). Pada bidang saturasi tinggi, maka perlu dilakukan terasering
longsor diduga terjadi anomali SiO2 yang atau pelandaian dengan memotong tebing agar
mengecil ke arah lebih dalam, dan terjadi pula tebing tidak lagi curam) sehingga bisa
anomali ukuran butir lempung dan anomali bahan mengecilkan nilai stres geser maksimum vertikal
organik. Hal ini terjadi karena adanya pada tebing/lereng dan meminimalisir
perpindahan unsur, material dan proses pelapukan kemungkinan terjadinya runtuhan. Hal ini perlu
oleh air yang melewati lapisan gelincir. Oleh juga dikombinasikan dengan model tol air yang
karena terletak di atas bedrock dengan kelerengan pemanfaatannya lebih efektif dan terintegrasi,
yang terjal dan didominasi oleh material ukuran dapat ikutkan dengan pendekatan bioengineering
lempung berpasir bercampur kerikil, maka dan geoforestry seperti menggunakan vegetasi
tanah/batuan bawah permukaan tempat kejadian berakar tunggang dan rumput-rumputan keras
longsor masih berada dalam keadaan kritis. Jika yang bisa menembus lapisan kedap air untuk
dipadukan dengan faktor aman (Fk) dimana pada membantu memperkuat lapisan permukaan tanah
kondisi kering, muka air tanah sejajar batas bawah sehingga kekuatan geser tanah ditingkatkan oleh
zona bedrock dan posisi muka air tanah sejajar kolom akar.
permukaan tanah maka batas bidang longsor
berada pada lapisan lapuk (zona sliding) dengan KESIMPULAN
Fk < 1.25 (Tabel 1) tidak stabil atau berpotensi Bidang gelincir longsor Amahusu dicirikan oleh
longsor. Dengan demikian, kejadian longsoran di anomali resistivitas dari struktur lapisan bawah
lokasi penelitian terjadi karena dipengaruhi oleh
permukaan yang rendah (< 50.0 Ω.m) hingga
faktor alam seperti berada disekitar jalur patahan
sedang (50.0 – 200.0 Ω.m) dan anomali ini
dan retakan batuan yang merupakan kondisi
memberikan citra resistivitas jenis batuan
lereng dengan tingkat kemiringan melebihi 40%,
lempung dan lempung pasiran, sedangkan
pelapukan batuan gunungapi Ambon, kondisi
anomali geoteknik batuan berdasarkan physical
curah hujan yang cukup tinggi lebih dari 200
properties memprediksi adanya tanah lempung
mm/hari dengan durasi yang lama (Souisa et al.,

Fakultas Teknik Universitas Pattimura,


ISSN : 2620-3995 119

Seminar Nasional “Archipelago Engineering” (ALE) 2018
Ambon, 26 April 2018

berpasir dan lempung pasir berkerikil, sedangkan Dobrescu, C., Calarasu, E. and M. Stoica. 2011.
engineering properties memberikan nilai faktor Landslides Analysis Using Geological,
aman lereng dalam keadaan kritis (FS<1.25). Dari Geotechnical, Geophysical Data From
anomali geokimia pada proses pelapukan Experimental Measurment In Prahova
menyebabkan terjadinya penghalusan mineral Country. Urbanism, Arhitechtura, Contructii,
sehingga persentase fraksi ukuran butir lempung 2(4), p55–62.
menjadi lebih besar dibandingkan di bagian atas Dobrin, M.B. and C.H. Savit. 1988. Introduction
dan bawahnya sehingga dengan akumulasi fraksi to Geophysical Prospecting, fourth edition.
lempung yang ada di bagian bawah menjadi McGraw-Hill Book Company, New York,
bidang gelincir yang memicu kejadian longsor. 185–186p.
Berdasarkan perpaduan ini, anomali-anomali Fell, R., Hungr, O., Leroueil, S. Riemer, W.,
saling berkorelasi dan tersebar di sekitar sebaran 2000. Keynote Lecture – Geotechnical
lokasi longsor. Oleh karena itu, daerah penelitian Engineering Of The Stability Of Natural
diduga masih berpotensi untuk terjadinya longsor Slopes, And Cuts And Fills In Soil, GeoEng
susulan jika di picu oleh hujan diatas normal atau Conference, Sidney, Australia, 43 p.
dipengaruhi oleh faktor alam dan non-alam Grandjean, G. 2009. From Geophysical
dengan arah pergerakan edikit bergerak ke arah Parameters to Soils Characteristics. FP7-
timur laut dengan jangkauan yang sedikit meluas. DIGISOIL Project Deliverable, 2(1), p1–45.
Harris, W. and N.White. 2008. X-ray diffraction
Untuk meningkatkan kewaspadaan bahaya
techniques for soil mineral identification, in
gerakan tanah (longsor), diperlukan adanya
Drees, L.R. dan Ulery, A.L. (ed.). Methods
arahan mitigasi yang disusun berdasarkan tingkat
of Soil Analysis - Part 5: Mineralogical
risiko bahaya longsor dalam bentuk non-
Methods, Volume 5 dari SSSA Book Series
struktural, diantaranya seperti menghindari
Edisi-3, p81–116.
daerah yang dekat dengan bencana longsor
Ingmanson, D. E. and J.W.William. 1985.
dengan cara perencanaan tata ruang dan wilayah
Oceanography. Wadsworth Publishing
serta memberdayakan masyarakat dengan cara
Company, Belmon, California. 134p.
mengadakan penghijuan kembali daerah longsor
Khaki, M., Yusoff, I., Islami, N. and S. Saboohi.
serta pada daerah longsor jangan dijadikan
2016. Integrated geoelectrical and
sebagai lahan perkebunan.
hydrogeochemical investigation for mapping
the aquifer at Langat Basin, Malaysia.
DAFTAR PUSTAKA
Environ Earth Sciences, Springer-Verlag
Abidin, M.H.B.Z., Saad, R.B., Ahmad, F.B.,
Berlin Heidelberg, 75(304). p303–311.
Wijeyesekera, D.C. and M.F.B.T.
Lancelotta, R. 2009. Geotechnical Engineering,
Baharuddin. 2012. Integral Analysis of
second edition, Taylor & Prancis Group,
Geoelectrical (Resistivity) and Geotechnical
London and New York, 14-15p.
(Spt) Data In Slope Stability Assessment.
Luna, R. and H. Jadi. 2000. Determination of
Academic Journal of Science, 1(2). p305–
Dynamic Soil Properties Using Geophysical
316.
Methods. Proceedings of the First
Akinrinmade, A.O., Ogunsanwo, O. and O.O. Ige.
International Conference on the Application
2013. Geophysical and Geotechnical
of Geophysical and NDT Methodologies to
Investigation of River Ero, Ajuba.
Transportation Facilities and Infrastructure,
Southwestern Nigeria for Dam Development,
St. Louis, MO, December 2000, p1–15.
International Journal of Science and
Poppe, L.J., Paskevich, V.P., Hathaway, J.C. and
Technology, 2(7). p516–528.
D.S. Blackwood. 2011. Clay Identification
Bell, R., Petschko, H., Röhrs, M. and A. Dix.
Flow Diagram: A Laboratory Manual for X-
2012. Assessment of Landslide Age,
Ray Powder Diffraction. U.S. Geological
Landslide Persistence and Human Impact
Survey Open-File Report, 01-041p.
Using Airborne Laser Scanning Digital
Sapulete, M.S., Sismanto, and M.Souisa. 2012.
Terrain Models. Geografiska Annaler: Series
Mapping of Lateritic Nickel Deposit Using
A, Physical Geography. Swedish Society for
Resistivity Method at Gunung Tinggi Talaga
Anthropology and Geography, 135–136p.
Piru, Western Seram Regency, Mollucas
Province. Proceeding Earth Science

Fakultas Teknik Universitas Pattimura,


ISSN : 2620-3995 120

Seminar Nasional “Archipelago Engineering” (ALE) 2018
Ambon, 26 April 2018

International Seminar, Yogyakarta, 29th Ambon Menggunakan Konfigurasi Wenner-


November, 2012. Schlumberger. Spektra: Jurnal Fisika dan
Sassa, K. and P. Canuti. 2009. Landslides Aplikasinya, 16(2). p1–5.
Disaster Risk Reduction. Springer-Verlag, Suhanto, E., Sriwidodo, Munandar, A., Kusnadi,
Berlin Heidelberg, (Eds.). 19–20p. D. dan D.S. Kusuma. 2005. Penyelidikan
Sassa, K. 2013. International Programme On Terpadu Geologi, Geokimia, dan Geofisika
Landslides. Springer-Verlag, Berlin Daerah Panas Bumi Jaboi, Kota Sabang –
Heidelberg, 27–28p. Nangroe Aceh Darussalam. Pemaparan Hasil
Souisa, M., Hendrajaya, L. dan G. Handayani. Kegiatan Survei Panas Bumi, Kementrian
2014. Investigasi Awal Mekanisme Tanah ESDM, Jakarta. p1–4.
Longsor di Pulau Ambon, Provinsi Maluku. Telford, M.W., Geldart, L.P., Sherrif, R.E. and
Prosiding Seminar Basic Sains VI, FMIPA D.A. Keys. 2004. Applied Geophysics.
Unpatti Ambon, 07 Mei 2014. Cambridge University Press, Cambridge
Souisa, M., L.Hendrajaya dan G.Handayani. New York. 556–557p.
2018. Analisis Bidang Longsor Varnes, D.J. 1978. Slope movements types
Menggunakan Pendekatan Terpadu and processes in landslide: Analysis and
Geolistrik, Geoteknik dan Geokomputer di control. Nation Academy of Sciences,
Negeri Lima Ambon. Indonesian Journal of Washington, DC, 176. p11 – 33.
Applied Physics, 8(1). p13 – 25. Yuliyanti, A., Sarah, D. dan E.Soebowo. 2013.
Souisa, M., Hendrajaya, L. and G. Handayani. Pengaruh Lempung Ekspansif Terhadap
2016. Landslide Hazard and Risk Assessment Potensi Amblesan Tanah di Daerah
For Ambon City Using Landslide Inventory Semarang. Riset Geologi dan Pertambangan,
and Geographic Information System. Journal 22(2). p93–104.
of Physics: Conference Series 739, p1 – 11.
Souisa, M., Hendrajaya L. and G.Handayani.

20151. Landslide Dynamics and
Determination Critical Condition Using of
Resistivity Method in Desa Negeri Lima
Ambon. Indonesian Journal of Physics, 26(1).
p1–4.
Souisa, M., Hendrajaya, L. and G. Handayani.
20152. Determination of Landslide Slip
Surface Using Geoelectrical Resistivity
Method at Ambon City Moluccas Indonesia.
Junal Internasional, IJTAE, 5(7). p42–47.
Souisa, M., Hendrajaya L. dan G.Handayani.

20153. Pencitraan Resistivitas Bidang
Longsor di Perbukitan Booi dan Erie Kota











Fakultas Teknik Universitas Pattimura,


ISSN : 2620-3995 121

Anda mungkin juga menyukai