Matheus Souisa
e-mail: thos.phys@gmail.com
Jurusan Fisika Fakultas MIPA Unpatti Ambon
ABSTRAK
Telah digunakan banyak metode untuk mengkaji permasalahan gerakan tanah dari sudut pandangan pendekatan satu-
disiplin, interdisiplin maupun multidisiplin. Beberapa metode sedang dikembangkan untuk dipadukan dalam investigasi
gerakan tanah (longsoran) selama dekade terakhir ini, fokus studi diarahkan menggunakan multidisiplin dengan
pendekatan geolistrik, geoteknik dan geokimia untuk menentukan potensi gerakan tanah (longsor) Amahusu sehingga
dapat memberikan mitigasi gerakan tanah. Hasil penelitian memberikan bidang gelincir longsor Amahusu dicirikan oleh
anomali resistivitas dari struktur lapisan bawah permukaan yang rendah (< 50.0 Ω.m) hingga sedang (50.0 – 200.0
Ω.m), dan anomali ini mengindikasikan citra resistivitas jenis batuan lempung dan lempung pasiran, sedangkan anomali
geoteknik teridentifikasi adanya tanah lempung lanau dan lanau pasiran, dan berdasarkan nilai faktor keamanan lereng
(FS<1.25) dalam keadaan kritis. Sedangkan anomali geokimia pada proses pelapukan menyebabkan terjadinya
penghalusan mineral sehingga persentase fraksi ukuran butir lempung menjadi lebih besar jika dibandingkan di bagian
atas dan bawahnya maka akumulasi fraksi lempung yang ada di bagian bawah menjadi bidang gelincir yang memicu
longsor. Berdasarkan perpaduan ini, anomali-anomali saling berkorelasi dan tersebar di sekitar lokasi longsor. Oleh
karena itu, masih terdapat longsor susulan jika dipicu oleh hujan di atas normal dan masih tetap berada di sekitar lokasi
longsor, sedikit bergerak ke arah timur laut dengan jangkauan yang sedikit meluas.
searah dengan bidang gelincir yaitu mengarah ke inilah yang memudahkan terjadinya longsor
barat daya menuju daerah aliran sungai dan rumah apalagi dipicu dengan curah hujan di atas normal.
penduduk selanjutnya mengalir mengendap di Dengan demikian, daerah penelitian diduga
pesisir pantai Teluk Ambon. dalam keadaan kritis dan berpotensi untuk
terjadinya longsor susulan jika di picu oleh faktor
Analisis Geoteknik
alam dan non-alam yang menyertainya. Keadaan
Analisis geoteknik dilakukan berdasarkan uji
ini juga dapat diperkirakan berlaku pada wilayah-
indeks tanah dengan tujuan untuk
wilayah lainnya di Pulau Ambon yang memiliki
mengidentifikasi dan menentukan karakteristik
karakteristi batuan dan kelerengan yang sama.
material, atau untuk mengklasifikasikan tanah
berdasarkan distribusi ukuran butirannya. Hasil Analisis Mineralogi Tanah (Geokimia)
pengujian sifat fisik tanah/batuan menunjukkan Uji sampel menggunakan analisis XRD untuk
bahwa tanah dikategori lempung dengan presen mengidentifikasi mineral yang sulit diidentifikasi
fraksi lempung 0.002 mm (2 µm) berkisar antara dengan mikroskop terutama mineral jenis
25.55 – 42.98 % dan kadar air tanah berkisar lempung tanah hasil pelapukan gunungapi
antara 9.21 – 30.56 %. Hasil uji indeks properti Ambonite. Pola-pola spektrum yang tampak pada
disajikan pada Tabel 1. Tabel 1, menunjukkan Gambar 4, menunjukkan kristalisasi mineral
bahwa tanah mempunyai karakteristik lempung dengan ukuran puncak tertentu, dan mineral
cadas dan lempung berpasir. Dalam parameter sampel masih dalam fase kristal. Hal ini ditandai
indeks ukuran butiran menunjukkan bahwa di dengan adanya puncak difraksi yang tajam. Hasil
lokasi telitian dijumpai tanah padat hasil difraktogram menunjukkan bahwa sampel ini
peninggalan longsoran. Karena tanah permukaan umumnya mengandung Anorthite dan Quartz.
(overburden) atau tanah yang tidak padat telah Penyebaran kenampakan spektrum pada sampel
terkikis dan terbawa oleh material longsor. Amahusu diduga produk transformasi Quartz
dengan prosentase kelimpahan rataan sebesar
Tabel 1. Indeks properti tanah
19.07% dan mineral Anorthite sebesar 27.19%.
Sample No. TBAmh-2 TBAmh-3
Beberapa prosentase mineral lain yang
Depth, (m) 3 3
Average water content, (%) 24.03 8.65
kemunculan dalam jumlah kecil yakni Pigionite,
Wet density, (ton/m3) 1.88 1.70 Vermiculite dan Magnetite. Diduga kandungan
Dry density, (ton/m3) 1.52 1.56 mineral tersebut sebagian kecil di bawah oleh
Specific gravity, (Gs) 2.74 2.68 aliran longsor dan sebagian besar tersingkap
Void ratio, e 0.81 0.71 dipermukaan lereng bekas longsor dan di bawah
Porosity, n 0,45 0.42 kedalaman tertentu sebagai batupasir atau
Kohesi, (kN/m2) 13.55 12.22 bedrock.
Sudut geser dalam, φ (0) 30.70 37.30
Quartz
49
Quartz, Vermiculite
Biotite, Anorthite
36
Vermiculite. Magnetite
Anorthite (d)
(d)
Vermiculite
Vermiculite
Vermiculite
Anorthite (d)
25
Faktor aman lereng (FK) 1.10 1.25
Anorthite (d)
Magnetite
Vermiculite
Anorthite (d)
Quartz
Laumontite
Vermiculite
Quartz
Quartz
Laumontite
Quartz
Quartz
16
Lempung Lempung
Type of soil 9
Anorthite (d)
Quartz, Vermiculite
Quartz, Vermiculite
Anorthite (d)
36
Anorthite (d)
Quartz, Biotite
Anorthite (d)
Vermiculite
Pigionite
25
Anorthite (d)
Pigionite, Biotite
Anorthite (d)
Pigionite
Vermiculite
Vermiculite
Anorthite (d)
Quartz
Pigionite
Magnetite
Biotite
16
Biotite
faktor aman lereng, atau suatu lereng yang Gambar 4. Difraktogram mineral lempung
berbahaya jika nilai faktor amannya rendah. Hal sampel longsor Amahusu
Integrasi Multidisiplin Longsor Amahusu 20152), dan sistem hidrologi pada lereng.
Sulit untuk membedakan dengan hanya survei Begitupun dengan faktor non-alami disebabkan
geolistrik untuk memutuskan apakah lereng oleh penggunaan lahan seperti deforisitasi lahan
memiliki kondisi normal atau kritis, karena zona hutan yang tidak terkontrol dan penanaman jenis
resistivitas rendah selalu menjadi zona yang pohon tahunan kurang terpola dengan tidak
bermasalah. Akibatnya studi menyangkut bidang mempunyai sistem perakaran dalam, dan
gelincir atau stabilitas lereng dilakukan dengan pemotongan tebing atau lereng untuk pemukiman
memadukan hasil interpretasi analisis data dengan secara tidak teratur, dan bahkan pemotongan
pendekatan geolistrik diperlukan adanya data badan tebing yang dijadikan sebagai material
geoteknik berupa data bor dan data geokimia. timbunan tidak sesuai dengan standar.
Data geoteknik dan geokimia digunakan sebagai
data pengikat dari hasil pengolahan data lapangan
yang berupa nilai tahanan jenis setiap lapisan
batuan. Analisis geoteknik diinterpretasi batuan
pada lokasi telitian didominasi oleh lempung
berpasir bercampur kerikil. Berdasarkan analisis
ini tidak terdapat perbedaan jenis tanah di bawah
permukaan pada daerah penelitian berupa nilai
tahanan jenis lapisan batuan dan data bor maupun
data kimia mengidentifikasi dengan baik adanya
material lempung berpasir dan lempung pasir
berkerikil (Gambar 5). Proses geokimia yang
terjadi di sepanjang bidang longsor telah Gambar 5. Peta korelasi terpadu bidang longsor
melemahkan kekuatan geser tanah melalui proses Amahusu
translokasi mineral tanah dari permukaan ke Langkah-langkah yang dilakukan untuk prevensi
dalam bidang longsor. Mineral tanah yang terjadinya longsor susulan pada tebing/lereng
dominan dan berada lebih dari 3 m dari dasar dengan sudut kemiringan > 450 dalam kondisi
bidang longsor adalah Quartz (SiO2). Pada bidang saturasi tinggi, maka perlu dilakukan terasering
longsor diduga terjadi anomali SiO2 yang atau pelandaian dengan memotong tebing agar
mengecil ke arah lebih dalam, dan terjadi pula tebing tidak lagi curam) sehingga bisa
anomali ukuran butir lempung dan anomali bahan mengecilkan nilai stres geser maksimum vertikal
organik. Hal ini terjadi karena adanya pada tebing/lereng dan meminimalisir
perpindahan unsur, material dan proses pelapukan kemungkinan terjadinya runtuhan. Hal ini perlu
oleh air yang melewati lapisan gelincir. Oleh juga dikombinasikan dengan model tol air yang
karena terletak di atas bedrock dengan kelerengan pemanfaatannya lebih efektif dan terintegrasi,
yang terjal dan didominasi oleh material ukuran dapat ikutkan dengan pendekatan bioengineering
lempung berpasir bercampur kerikil, maka dan geoforestry seperti menggunakan vegetasi
tanah/batuan bawah permukaan tempat kejadian berakar tunggang dan rumput-rumputan keras
longsor masih berada dalam keadaan kritis. Jika yang bisa menembus lapisan kedap air untuk
dipadukan dengan faktor aman (Fk) dimana pada membantu memperkuat lapisan permukaan tanah
kondisi kering, muka air tanah sejajar batas bawah sehingga kekuatan geser tanah ditingkatkan oleh
zona bedrock dan posisi muka air tanah sejajar kolom akar.
permukaan tanah maka batas bidang longsor
berada pada lapisan lapuk (zona sliding) dengan KESIMPULAN
Fk < 1.25 (Tabel 1) tidak stabil atau berpotensi Bidang gelincir longsor Amahusu dicirikan oleh
longsor. Dengan demikian, kejadian longsoran di anomali resistivitas dari struktur lapisan bawah
lokasi penelitian terjadi karena dipengaruhi oleh
permukaan yang rendah (< 50.0 Ω.m) hingga
faktor alam seperti berada disekitar jalur patahan
sedang (50.0 – 200.0 Ω.m) dan anomali ini
dan retakan batuan yang merupakan kondisi
memberikan citra resistivitas jenis batuan
lereng dengan tingkat kemiringan melebihi 40%,
lempung dan lempung pasiran, sedangkan
pelapukan batuan gunungapi Ambon, kondisi
anomali geoteknik batuan berdasarkan physical
curah hujan yang cukup tinggi lebih dari 200
properties memprediksi adanya tanah lempung
mm/hari dengan durasi yang lama (Souisa et al.,
berpasir dan lempung pasir berkerikil, sedangkan Dobrescu, C., Calarasu, E. and M. Stoica. 2011.
engineering properties memberikan nilai faktor Landslides Analysis Using Geological,
aman lereng dalam keadaan kritis (FS<1.25). Dari Geotechnical, Geophysical Data From
anomali geokimia pada proses pelapukan Experimental Measurment In Prahova
menyebabkan terjadinya penghalusan mineral Country. Urbanism, Arhitechtura, Contructii,
sehingga persentase fraksi ukuran butir lempung 2(4), p55–62.
menjadi lebih besar dibandingkan di bagian atas Dobrin, M.B. and C.H. Savit. 1988. Introduction
dan bawahnya sehingga dengan akumulasi fraksi to Geophysical Prospecting, fourth edition.
lempung yang ada di bagian bawah menjadi McGraw-Hill Book Company, New York,
bidang gelincir yang memicu kejadian longsor. 185–186p.
Berdasarkan perpaduan ini, anomali-anomali Fell, R., Hungr, O., Leroueil, S. Riemer, W.,
saling berkorelasi dan tersebar di sekitar sebaran 2000. Keynote Lecture – Geotechnical
lokasi longsor. Oleh karena itu, daerah penelitian Engineering Of The Stability Of Natural
diduga masih berpotensi untuk terjadinya longsor Slopes, And Cuts And Fills In Soil, GeoEng
susulan jika di picu oleh hujan diatas normal atau Conference, Sidney, Australia, 43 p.
dipengaruhi oleh faktor alam dan non-alam Grandjean, G. 2009. From Geophysical
dengan arah pergerakan edikit bergerak ke arah Parameters to Soils Characteristics. FP7-
timur laut dengan jangkauan yang sedikit meluas. DIGISOIL Project Deliverable, 2(1), p1–45.
Harris, W. and N.White. 2008. X-ray diffraction
Untuk meningkatkan kewaspadaan bahaya
techniques for soil mineral identification, in
gerakan tanah (longsor), diperlukan adanya
Drees, L.R. dan Ulery, A.L. (ed.). Methods
arahan mitigasi yang disusun berdasarkan tingkat
of Soil Analysis - Part 5: Mineralogical
risiko bahaya longsor dalam bentuk non-
Methods, Volume 5 dari SSSA Book Series
struktural, diantaranya seperti menghindari
Edisi-3, p81–116.
daerah yang dekat dengan bencana longsor
Ingmanson, D. E. and J.W.William. 1985.
dengan cara perencanaan tata ruang dan wilayah
Oceanography. Wadsworth Publishing
serta memberdayakan masyarakat dengan cara
Company, Belmon, California. 134p.
mengadakan penghijuan kembali daerah longsor
Khaki, M., Yusoff, I., Islami, N. and S. Saboohi.
serta pada daerah longsor jangan dijadikan
2016. Integrated geoelectrical and
sebagai lahan perkebunan.
hydrogeochemical investigation for mapping
the aquifer at Langat Basin, Malaysia.
DAFTAR PUSTAKA
Environ Earth Sciences, Springer-Verlag
Abidin, M.H.B.Z., Saad, R.B., Ahmad, F.B.,
Berlin Heidelberg, 75(304). p303–311.
Wijeyesekera, D.C. and M.F.B.T.
Lancelotta, R. 2009. Geotechnical Engineering,
Baharuddin. 2012. Integral Analysis of
second edition, Taylor & Prancis Group,
Geoelectrical (Resistivity) and Geotechnical
London and New York, 14-15p.
(Spt) Data In Slope Stability Assessment.
Luna, R. and H. Jadi. 2000. Determination of
Academic Journal of Science, 1(2). p305–
Dynamic Soil Properties Using Geophysical
316.
Methods. Proceedings of the First
Akinrinmade, A.O., Ogunsanwo, O. and O.O. Ige.
International Conference on the Application
2013. Geophysical and Geotechnical
of Geophysical and NDT Methodologies to
Investigation of River Ero, Ajuba.
Transportation Facilities and Infrastructure,
Southwestern Nigeria for Dam Development,
St. Louis, MO, December 2000, p1–15.
International Journal of Science and
Poppe, L.J., Paskevich, V.P., Hathaway, J.C. and
Technology, 2(7). p516–528.
D.S. Blackwood. 2011. Clay Identification
Bell, R., Petschko, H., Röhrs, M. and A. Dix.
Flow Diagram: A Laboratory Manual for X-
2012. Assessment of Landslide Age,
Ray Powder Diffraction. U.S. Geological
Landslide Persistence and Human Impact
Survey Open-File Report, 01-041p.
Using Airborne Laser Scanning Digital
Sapulete, M.S., Sismanto, and M.Souisa. 2012.
Terrain Models. Geografiska Annaler: Series
Mapping of Lateritic Nickel Deposit Using
A, Physical Geography. Swedish Society for
Resistivity Method at Gunung Tinggi Talaga
Anthropology and Geography, 135–136p.
Piru, Western Seram Regency, Mollucas
Province. Proceeding Earth Science