TINJAUAN PUSTAKA
Berdasarkan Peta Geologi lembar Tanjung Karang (Mangga dkk., 1993) dapat
dilihat bahwa Geologi Regional Tanjung Karang terdiri dari Runtutan Pra-Tersier,
Runtutan Tersier, Runtutan Quarter, dan Runtutan Terobosan (Suharno dkk,. 2016).
5
Runtutan – runtutan batuan tersebut dapat dilihat pada kolom stratigrafi regional
pada Gambar 2.2 di dalam Peta Geologi Regional Lembar Tanjung Karang.
1. Runtunan Pra-Tersier, terdiri dari batuan tertua pada Kompleks Gunung Kasih.
Kompleks Gunung Kasih (Pzg) memiliki runtutan batuan yang terdiri dari sekis
kuarsa pelitik dan grafitik, pualam dan sekis gampingan, kuarsit serisit,
migmatit, sekis amfibol dan ortogenes. Dengan keterdapatan batuan tersebut
dapat diasumsikan penyebaran litologi ialah akibat dari keadaan geologi
Kompleks Gunung Kasih. Dengan asumsi tersebut, diduga bahwa runtutan
batuan beku metamorf Kompleks Gunung Kasih merupakan sisa busur magma
Paleozoikum serta sisa runtuhan sedimen – metamorf parit atau tanah muka
yang berhubungan dengan busur tersebut. Selain Kompleks Gunung Kasih,
pada Runtutan Pra-Tersier terdapat pula Formasi Menanga (Km) dengan umur
batuan Mesozoikum yang tidak mengalami metamorfisme. Formasi Menanga
terdiri dari batulempung-batupasir tufan dan gampingan, berseling dengan
serpih, sisipan batugamping, rijang dan sedikit basaltt.
2. Runtunan Tersier, terdiri dari Formasi Sabu (Tpos), Formasi Campang (Tpoc),
Formasi Tarahan (Tpot), dan Formasi Hulusimpang (Tomh) dengan runtutan
batuan gunung api busur benua dan sedimen yang diendapkan pada tepi busur
gunungapi. Formasi yang terdapat pada Runtutan Tersier rata – rata memiliki
umur batuan Paleosen sampai Oligosen. Formasi Sabu (Tpos) terendapkan pada
lingkungan Fluvial menimpa tidak selaras dengan runtutan pra-Tersier dan
tertimpa tidak selaras oleh batuan gunung api Formasi Hulusimpang yang
berumur Oligosen Akhir sampai Miosen Awal. Formasi Sabu terdiri dari breksi
konglomerat dan batupasir pada bagian bawah dan berubah menjadi
batulempung tufan dan batupasir pada bagian atas. Pada Formasi Campang
(Tpoc) dan Formasi Tarahan (Tpot) yang diendapkan secara bersamaan
memiliki sedikit kesamaan yaitu, adanya tuf dan breksi polimik. Nampak pada
Formasi Campang batuan penyusun berupa batulempung, tuf dan breksi
konglomerat polimik, sedangkan pada Formasi Tarahan memiliki batuan
penyusun berupa breksi polimik dengan sisipan rijang, tuf padu dan sedikit lava
bersusunan andesit – basaltt. Formasi Hulusimpang (Tomh) yang tidak selaras
dengan Formasi Sabu dan dikatakan hasil dari tektonik regional di Sumatera.
6
Tektonik regional di Sumatera menyebabkan Formasi Hulusimpang memiliki
batuan penyusun berupa breksi vulkanik dan tuf. Pada masa Miosen Akhir
hingga Pliosen ditemukan Formasi Surungbatang (Tmps), Formasi Kantur
(Tmpk) dan Lava Andesit (Tpv). Pada masa ini ditemukan tuf, breksi vulkanik,
batulempung karbonatan dan batulanau karbonatan dengan sisipan tuf dan lava
andesit.
3. Runtutan Kuarter, terdiri dari Formasi Lampung (Qtl), Formasi Kasai (Qtk),
Formasi Terbanggi (Qpt), Formasi Basalt Sukadana (Qbs), Endapan Gunungapi
Muda (Qhv), dan Endapan Aluvial. Runtutan Kuarter berisi batu vulkanik
klastik dengan dominasi tuf, batulempung tufan dan batupasir tufan. Pada
Formasi Lampung dan Formasi Kasai yang berisikan tuf, batulempung tufa,
batupasir, batupasir tufan dan terdapat batupasir dengan sisipan batulempung
pada Formasi Terbanggi. Formasi Basalt Sukadana dan Formasi Endapan
Gunungapi Muda di dominasi oleh lava andesit – basalt dengan breksi vulkanik
dan tuf.
4. Runtutan Terobosan, terdiri dari Formasi Granodiorit Sulan (Kgdsn), Formasi
Diorit Sekampung Terfoliasi (Kds), Formasi Granodiorit Seputih (Kgds),
Formasi Granit Kalimantan (Kgk), Formasi Granodiorit Branti (Kgdb), Formasi
Dasit Piabung (Tmda), Formasi Granit Tak Terpisahkan (Tmgr), Formasi
Granit Jatibaru (Tejg), dan Formasi Sumbat Basaltt (Tpeb). Pada Runtutan
Terobosan dapat dilihat perbedaan satuan batuan penyusun formasinya, berupa
Basalt, Diorit, Dasit, Granodiorit, dan Granit. Hal ini disebabkan karena semua
Formasi pada Runtutan Terobosan dihasilkan dari magma Mafic-Felsic yang
menerobos lapisan satuan batuan yang lebih tua.
7
Gambar 2. 2 Stratigrafi Regional Tanjung Karang (Mangga dkk., 1993).
8
Gambar 2. 3 Peta Geologi Regional Daerah Penelitian (Mangga dkk., 1993).
Air tanah adalah air yang bergerak dalam tanah yang terdapat di dalam ruang-ruang
antara butir-butir tanah yang membentuk itu dan di dalam retak-retak dari batuan
(Suyono dan Takeda. 1993). Menurut Todd (2004), air tanah adalah air yang
bergerak di dalam tanah yang terdapat di dalam ruang antar butir- butir tanah yang
meresap ke dalam tanah dan bergabung membentuk lapisan tanah yang disebut
akuifer. Air tanah (groundwater) adalah air yang menempati rongga – rongga pada
lapisan geologi dalam keadaan jenuh dan dengan jumlah yang cukup (identik
dengan akuifer) (Bisri, 1991). Air tanah dapat bergerak secara lateral maupun
vertikal yang dipengaruhi oleh keadaan morfologi, hidrologi dan keadaan geologi
setempat. Pengaruh faktor geologi antara lain adalah bentuk dan penyebaran besar
butiran, perbedaan dan penyebaran lapisan batuan dan struktur geologi, sedangkan
pengaruh hidrologi terhadap air tanah adalah kuantitas presipitasi, daya infiltrasi
serta banyaknya penguapan dan pengaruh iklim, sehingga dapat disimpulkan
banyaknya kandungan air tanah di suatu daerah tergantung pada (Suharyadi, 1984):
9
3. Topografi, misalnya lereng, datar;
4. Derajat kesarangan atau derajat celah batuan.
Aliran air tanah secara alami dapat berlangsung dalam zona jenuh (saturated zone)
maupun zona tidak jenuh (unsaturated zone). Proses pengaliran pada zona tidak
jenuh dapat berlangsung akibat perbedaan tekanan, perbedaan kadar lengas tanah,
tekanan kapiler maupun akibat penghisapan oleh akar tumbuhan (root water
uptake). Persamaan dasar aliran air tanah diturunkan dari hukum kekekalan massa
dan hubungan konstitutif gerakan air tanah yang dikenal sebagai hukum Darcy
(Rolia, 2011). Untuk sistem tersebut, hukum kekekalan massa menyatakan bahwa
jumlah aliran masuk dikurangi dengan jumlah aliran keluar sama dengan laju bersih
perubahan massa di dalam control volume tersebut (Rolia, 2011).
1. Aquifer
Adalah lapisan yang dapat menyimpan dan mengalirkan air dalam jumlah yang
besar. Lapisan ini bersifat permeabel contohnya seperti kerikil, pasir dan lain-lain.
2. Aquiclude
Adalah lapisan yang dapat menyimpan tetapi tidak dapat mengalirkan air dalam
jumlah yang besar, contohnya seperti lempung, tuff halus dan lain-lain.
3. Aquifuge
Adalah lapisan batuan yang tidak dapat menyimpan dan mengalirkan air, contohnya
seperti batuan beku yang kompak.
4. Aquitard
Adalah lapisan batuan yang dapat menyimpan air tetapi hanya dapat mengalirkan
air dalam jumlah yang sangat terbatas, seperti scoria, napal, dan serpih.
10
2.4 Lapisan Pembawa Air (Aquifer)
Pengertian akuifer berdasarkan pendapat para ahli, Todd (2004) menyatakan bahwa
akuifer berasal dari bahasa latin yaitu aqui dari kata aqua yang berarti air dan kata
ferre yang berarti membawa, jadi akuifer adalah lapisan pembawa air. Formasi-
formasi batuan yang menyimpan air tanah disebut sebagai akuifer. Jumlah air tanah
yang dapat diperoleh di setiap tergantung pada sifat-sifat akuifer yang ada di
bawahnya. Akuifer atau lapisan pembawa air atau lapisan permeabel adalah batuan
yang mempunyai susunan yang dapat mengalirkan air tanah (Indarto, 2010).
Disimpulkan bahwa akuifer adalah lapisan bawah tanah yang mengandung air dan
mampu mengalirkan air. Hal ini disebabkan karena lapisan tersebut bersifat
permeable yang mampu mengalirkan air baik karena adanya pori-pori pada lapisan
tersebut ataupun memang sifat dari lapisan batuan tertentu.
Menurut (Kruseman dkk., 1970) berdasarkan kadar kedap air dari batuan yang
melingkupi aquifer terdapat beberapa jenis aquifer, yaitu : Akuifer terkungkung
(confined aquifer), akuifer setengah terkungkung (semi confined aquifer), akuifer
setengah bebas (semi unconfined aquifer), dan akuifer bebas (unconfined aquifer).
Akuifer terkungkung adalah akuifer yang lapisan atas dan bawahnya dibatasi oleh
lapisan yang kedap air. Akuifer setengah terkungkung adalah akuifer yang lapisan
di atas atau di bawahnya masih mampu meloloskan atau dilewati air meskipun
sangat kecil (lambat). Akuifer setengah bebas merupakan peralihan antara akuifer
setengah terkungkung dengan akuifer bebas. Lapisan bawahnya yang merupakan
lapisan kedap air, sedangkan lapisan atasnya merupakan material berbutir halus,
sehingga pada lapisan penutupnya masih dimungkinkan adanya gerakan air.
Akuifer bebas lapisan atasnya mempunyai permeabilitas yang tinggi, sehingga
tekanan udara di permukaan air sama dengan atmosfer. Air tanah dari akuifer ini
disebut air tanah bebas (tidak terkungkung) dan akuifernya sendiri sering disebut
water-table aquifer. Jenis-Jenis akuifer seperti ditunjukkan pada Gambar 2.4.
11
Gambar 2. 4 Jenis-jenis Akuifer (Shiddiqy, 2014).
2.5 Geolistrik
Geolistrik adalah salah satu metode dalam geofisika yang mempelajari sifat aliran
listrik di kerak bumi. Pendeteksian di atas permukaan meliputi pengukuran medan
potensial, arus, dan elektromagnetik yang terjadi baik secara alamiah maupun
akibat penginjeksian arus listrik ke bawah permukaan. Metode geolistrik yang
terkenal antara lain: metode potensial diri (SP), arus telluric, magnetotelluric, IP
(induced polarization), dan resistivitas (hambatan jenis).
Berdasarkan konfigurasi elektroda arus dan tegangan dapat dibedakan atas tiga
macam, yakni Vertical Electrical Sounding (VES), Constant Separation Traversing
(CST), dan kombinasi keduanya. Tersedianya peralatan komputer yang semakin
canggih, saat ini di beberapa tempat telah dikembangkan metode geolistrik
tomografi. Metode ini dapat menggambarkan kondisi bawah permukaan secara tiga
dimensi (Hadi dan Robinson, 2009).
12
Prinsip dasar yang digunakan dalam metode geolistrik resistivitas adalah Hukum
Ohm. Untuk mengeluarkan energi yang tersimpan dalam baterai diperlukan
penghubung (konduktor) diantara kedua terminalnya. Apabila ditambahkan sebuah
resistor maka akan terjadi perubahan potensial pada ujung–ujung hambatan
tersebut. Hubungan antara resistor, arus dan beda potensial mengikuti Hukum Ohm
yang dinyatakan dalam persamaan 2.1:
𝑉
𝐼=𝑅 (2.1)
dimana,
I = Arus (A)
R = Hambatan (Ω)
Besar arus listrik yang mengalir pada suatu penghantar, berbanding lurus dengan
beda potensial antara kedua ujung penghantar, dan dipengaruhi oleh jenis
penghantarnya.
13
Gambar 2. 5 Kurva Vertical Electrical Sounding secara umum (Telford dkk., 1990).
14
resistivitas semu (ρa). Adapun persamaan 2 resistivitas semu dapat dirumuskan
sebagai berikut :
∆𝑉
𝜌𝑎 = 𝐾 (2.2)
𝐼
Dimana :
ρa : Resistivitas Semu (Ωm)
K : Faktor Geometri (m)
∆𝑉 : Beda Potensial pada MN (V)
I : Kuat Arus (A)
Nilai resistivitas yang terukur pada elektroda potensial dapat menjadi gambaran
tentang kondisi lapisan batuan yang berada di bawah permukaan bumi.
Pendugaan lapisan tersebut merupakan pendugaan keadaan bawah permukaan
bumi dalam tahap pengolahan dan interpretasi data geolistrik. Nilai resistivitas
batuan yang terdapat di bawah permukaan bumi ditunjukkan oleh Tabel 2.1.
(Telford dkk., 1990).
15
Tabel 2. 1 Nilai resistivitas batuan (Telford dkk., 1990).
Nilai Resistivitas
Material (Ωm)
Lempung 1 - 100
Pasir 1 - 1000
Lanau 10 - 200
Batu Lumpur 3 - 70
Batu Pasir 50 - 500
Batu Kapur 100 - 500
Air Permukaan 10 - 100
Air Tanah 0.5 - 300
Air Laut 0.2
Breksi 75 - 200
Tufa Vulkanik 20 - 100
Tanah (17.3% air) 0.6
16
Gambar 2. 6 Konfigurasi Schlumberger (Broto dan Afifah, 2008).
2 𝜋 ( 𝑛𝑎2 − 𝑎2 )
𝐾 = (2.5)
4𝑎
17
Persamaan resistivitas semu merujuk pada persamaan (2.2), dituliskan kembali
menjadi
∆𝑉
𝜌𝑎 = 𝐾 𝐼
(2.7)
Dimana,
K : Faktor geometri (m)
r1 : Jarak C1 ke P1 (m)
r2 : Jarak C2 ke P1 (m)
r3 : Jarak C1 ke P2 (m)
r4 : Jarak C2 ke P2 (m)
Pemodelan Inversi sering disebut sebagai data fitting karena dalam prosesnya dicari
parameter model yang menghasilkan respons fit dengan data pengamatan,
kesesuaian antara respons model dengan data pengamatan dinyatakan oleh suatu
fungsi objektif yang harus diminimumkan. Proses pencarian minimum fungsi
18
objektif berasosiasi dengan proses pencarian model optimum. Secara lebih umum,
model dimodifikasi hingga respons model menjadi fit dengan data. Proses tersebut
pemodelan inversi hanya dapat dilakukan jika hubungan antara data dan parameter
model pada pemodelan kedepan telah diketahui (Grandis, 2009).
19
2.13.1 Kelebihan algoritma genetika
1. Algoritma genetika bekerja dengan memanipulasi kode-kode set parameter,
bukan dengan hasil manipulasi nilai parameter itu sendiri;
2. Algoritma genetika bebas untuk mengkodekan masalah dengan berbagai cara
sehingga algoritma genetika tidak dibatasi dengan batasan dari metode lainnya;
3. Algoritma genetika bekerja dengan populasi titik, bukan satu titik;
4. Algoritma genetika menggunakan informasi fungsi tujuan, bukan informasi
turunan dan lainnya;
5. Algoritma genetika menggunakan aturan perpindahan probabilistik, bukan
deterministik;
6. Algoritma genetika memerlukan iterasi yang berulang-ulang dan dalam jumlah
yang relatif banyak, sehingga algoritma ini perlu dibangun dalam sebuah
program aplikasi komputer untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi.
20
pada populasi tersebut. Inisialisasi kromosom dilakukan secara acak, namun harus
tetap memperhatikan domain solusi dan kendala pada permasalahan yang ada
(Kusumadewi, 2003). Proses pembangkitan populasi awal diawali dari pengkodean
gen dari kromosom. Satu gen biasanya merepresentasikan satu variabel. Gen dapat
diwakili dalam bentuk bilangan real, bit, daftar aturan, elemen permutasi, elemen
program, atau representasi lainnya yang dapat diimplementasikan untuk operator
genetika. Teknik pengkodean ini tergantung pada pemecahan masalah yang
dihadapi seperti bilangan acak, pendekatan tertentu, dan permutasi gen.
2.14.2 Seleksi
Pada proses seleksi sepasang individu induk dipilih berdasarkan (atau dengan
bobot) fitness nya (Michalewicz, 1996). Seleksi digunakan untuk memilih individu-
individu mana saja yang akan dipilih untuk proses crossover dan mutasi. Masing-
masing individu yang diseleksi akan diberikan probabilitas reproduksi tergantung
dari nilai objektif dirinya sendiri terhadap nilai objektif dari semua individu dalam
seleksi tersebut. Nilai fitness inilah yang nantinya akan digunakan pada tahap
seleksi berikutnya.
2.14.4 Mutasi
Pada proses mutasi, karakteristik atau parameter pada suatu individu dapat berubah
secara acak dengan harapan akan diperoleh individu yang lebih baik. Tidak setiap
individu dalam suatu generasi mengalami proses mutasi. Umumnya proses mutasi
memiliki probabilitas yang sangat rendah. Algoritma genetika, individu umumnya
21
dikodekan sebagai bilangan biner (0 dan 1) pada sejumlah "bit" tertentu yang
merepresentasikan harga setiap parameter model. Pada kasus pengkodean biner,
mutasi dilakukan dengan mengubah salah satu nilai "bit" menjadi kebalikannya.
Parameter probabilitas mutasi digunakan untuk mengatur tingkat kejadian mutasi
pada suatu populasi (Grandis, 2009).
Proses mutasi dilakukan dengan cara mengganti satu gen yang terpilih secara acak
dengan suatu nilai baru yang didapat secara acak. Langkah pertama adalah
menghitung panjang total gen yang ada dalam satu populasi. Jika peluang mutasi
terlalu kecil, banyak gen yang mungkin berguna tidak pernah dievaluasi. Tetapi jika
peluang mutasi terlalu besar, maka akan terlalu banyak gangguan acak, sehingga
anak akan kehilangan kemiripan dari induknya dan algoritma kehilangan
kemampuan untuk belajar dan melakukan pencarian (Supriyanto, 2010).
Tahapan pada proses Genetic Algorithm (GA) dibagi menjadi 2 (dua) tahapan yaitu
tahapan pembentukan populasi awal dan tahapan proses Genetic Algorithm (GA).
Tahapan pembentukan populasi awal ditunjukkan pada gambar 2.8.
22
Mulai
Gen Resistivitas
sebenarnya, Gen
ketebalan lapisan
Pembentukan
kromosom
Kromosom
Populasi
Selesai
Populasi awal dibentuk dari beberapa kromosom yang terbentuk atas beberapa gen.
Pada penelitian ini, kromosom terdiri atas gen resistivitas semu dan gen panjang
bentangan. Tahapan proses Genetic Algorithm (GA), ditunjukkan pada gambar 2.8.
23
Mulai
Populasi
Nilai fitness
Seleksi
Crossover
Proses Elitism
Mutasi
Menggantikan populasi
lama dengan populasi
yang baru
Tidak
Iterasi
selesai?
Resistivitas
sebenarnya dan
ketebalan lapisan
Ya
Selesai
24
iso-resistivitas dan resistivitas, persilangan bagian timur ITERA memiliki tufa yang
tebal. Tuf menjadi batuan dasar yang dapat digunakan untuk berat konstruksi
konstruksi. Namun bagian barat ITERA memiliki batuan lunak yang tebal
(batulempung tuffan) dan dapat digunakan untuk konstruksi ringan atau area
penghijauan. Dapat diketahui bahwa penelitian tersebut dilakukan di Kampus
Institut Teknologi Sumatera yang mana berada di Formasi Lampung, dengan
demikian jurnal tersebut digunakan sebagai acuan dalam pembuatan Tugas Akhir
ini.
25