Anda di halaman 1dari 13

TUGAS GEOLOGI SEJARAH LEMBAR BENGKULU

DISUSUN OLEH:
INDAH PERMATA SARI 07211055 (B)

TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK KEBUMIAN DAN ENERGI UNIVERSITAS TRISAKTI JAKARTA 2014

BAB I PENDAHULUAN
Dalam mempelajari ilmu geologi kita harus mengetahui dasar-dasar ilmu yang berkaitan. Sesuai cabang ilmu geologi yaitu mengenai geologi sejarah yang akan dibahas, maka kita harus mengetahui dan memahami terlebih dahulu dasar-dasar konsep geologi dan mengenai pemahaman tentang peta geologi. Konsep tersebut dirangkum mejadi hukum hukum dasar geologi yang bertujuan untuk penentuan umur relatif, yaitu untuk mengetahui batuan yang terbentuk lebih dulu dan batuan mana yang terbentuk terakhir. Pemahaman mengenai konsep-konsep dan hukumhukum dalam ilmu geologi sangatlah penting dan merupakan dasar dalam mempelajari ilmu geologi. Adapun hukum dan konsepnya adalah sebagai berikut:

HUKUM HUKUM DASAR GEOLOGI


1. HUKUM SUPERPOSISI (Nicolas Steno,1669): Dalam suatu urutan perlapisan batuan, maka lapisan batuan yang terletak di bawah umurnya relatif lebih tua dibanding lapisan diatasnya selama lapisan batuan tersebut belum mengalami deformasi atau masih dalam keadaan normal.

2. HUKUM HORIZONTALITAS (Nicolas Steno,1669): Lapisan-lapisan sedimen diendapkan mendekati horisontal dan pada dasarnya sejajar dengan bidang permukaan dimana lapisan sedimen tersebut diendapkan. Susunan lapisan yang kedudukannya tidak horisontal berarti telah mengalami proses geologi lain setelah pengendapannya, misalnya dipengaruhi oleh gaya tektonik.

apabila ada proses tektonik yang mengganggu

3. ORIGINAL CONTINUITY (Nicolas Steno,1669): Lapisan sedimen diendapkan secara menerus dan bersinambungan (continuity), sampai batas cekungan sedimentasinya. Lapisan sedimen tidak mungkin terpotong secara tiba-tiba, dan berubah menjadi batuan lain dalam keadaan normal. Pada dasarnya hasil suatu pengendapan yakni bidang perlapisan, akan menerus walaupun tidak kasat mata. Pemancungan disebabkan oleh : -Ketidakselarasan -Erosi -Morfologi

- Lateral Continuity : Pada awalnya lapisan sedimen mengalami kemenerusan tapi lapisan tersebut di pisahkan oleh lembah atau ada bidang yang tererosi

4. LAW OF UNIFORMITARIANISM (JAMES HUTTON, 1785): Hukum ini meyatakan bahwa keadaan sekarang adalah kunci bagi keadaan masa lalu(the present is the key to the past). Contohnya, dapat disebutkan bahwa pada saat ini batu gamping koral sedang tumbuh dilaut, jadi kalau pada saat ini terdapat dipucak gunung dapat disimpulkan bahwa pada jaman yang lalu daerah pegunungan tersebut merupakan dasar laut. Proses (tektonik lempeng,pembentukan gunung, erosi, dll) yang terjadi sekarang diyakini telah terjadi sejak bumi terbentuk. Proses geologi yang sedang terjadi saat ini juga terjadi pada masa lampau.

5. CROSS-CUTTING RELATIONSHIP (A.W.R Potter & H. Robinson): Apabila terdapat penyebaran lapisan Batuan (satuan lapisan batuan), dimana salah satu dari lapisan tersebut memotong lapisan yang lain, maka satuan batuan yang memotong umurnya relatif lebih muda dari pada satuan batuan yang di potongnya.

6. FAUNAL SUCCESSION (Abble Giraud-Soulavie, 1778): Pada setiap lapisan yang berbeda umur geologinya akan ditemukan fosil yang berbeda pula. Fosil yang hidup pada masa sebelumnya akan digantikan (terlindih) dengan fosil yang ada sesudahnya, dengan kenampakan fisik yang berbeda (karena evolusi). Perbedaan fosil dapat dijadikan sebagai pembatas satuan formasi dalam lithostratigrafi atau dalam koreksi stratigrafi dan untuk mengetahui lingkungan sebelum terfossilkan.

7. STRATA IDENTIFIED BY FOSSILS (Smith, 1816) : Pada setiap lapisan dapat di bedakan oleh fosil fosil yang terkandung di di dalamnya tertentu.

8. FASIE SEDIMEN (sellay,1978) : Suatu kelompok litologi dengan ciri yang khas yang merupakan hasil dari suatu lingkungan pengendapan baik aspek fisik, kimia, atau biologi suatu endapan dalam kesatuan waktu. dua buah batuan yang di endapkan pada satu waktu di katakan beda fasies apabila berbeda fisik,kimia, biologi.

9.LAW OF INCLUSION : Inklusi terjadi bila magma bergerak keatas menembus kerak, menelan fragmen2 besar disekitarnya yang tetap sebagai inklusi asing yang tidak meleleh. Jadi jika ada fragmen batuan yang terinklusi dalam suatu perlapisan batuan, maka perlapisan batuan itu terbentuk setelah fragmen batuan. Dengan kata lain batuan/lapisan batuan yang mengandung fragmen inklusi, lebih muda dari batuan/lapisan batuan yang menghasilkan fragmen tersebut.

PETA GEOLOGI Seorang ahli geologist, akan saling berkaitan dengan peta. Tentunya, ada keterkaitannya dalam hal ini dengan peta geologi. Peta geologi adalah gambaran penyebaran satuan batuan di permukaan bumi sehingga dalam peta geologi harus mencakup kedudukan dan struktur batuan yangdilengkapi dengan urutan batuan, gambaran bawah permukaan, serta topografi. Peta geologi dibuat dari hasil penyelidikan dan pengukuran di lapangan yangditerapkan pada peta dasar, umumnya adalah peta topografi. Untuk dapat menggambarkan keadaan geologi pada suatu peta dasar, digunakan beberapa aturan teknis, antara lain perbedaan jenis batuan yang digambarkan dengan tanda atau warna, batas satuan batuan atau struktur harus berupa garis tegas dan penyebarannya harus mengikuti bentuk tubuh batuan beku (sill, batholit,dike, dan sebagainya). Sedangkan jenis batuan sedimen akan tergantung pada Jurus (Strike) dan Kemiringan (dip).

BAB II GEOLOGI REGIONAL


Secara geografis, Kota Bengkulu terletak pada koordinat 3045 3059 Lintang Selatan dan 10214 10222 Bujur Timur. Posisi geografis tersebut terletak di pantai bagian Barat Pulau Sumatera yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia. Secara umum bagian tengah Peta Geologi Lembar Bengkulu dan sekitarnya (S. Gafoer, T. C. Amin dan R. Pardede,1992.) skala 1: 250.000, ditempati oleh beberapa gunungapi muda, antara lain Bukit Dingin dengan ketinggian mencapai 2.020 m di atas permukaan laut (dpl), Bukit Balai (1.683 m dpl), Bukit Condong (2.079 m dpl), Bukit Daun (2.467 m dpl), Gunung Hulupalik (2.493 m dpl), dan Bukit Gendahululai (2.130 m dpl). Gunung-gunung tersebut membentuk jajaran gunung api strato sebagai bagian dari rangkaian Pegunungan Bukit Barisan dengan arah yang umum terbentang dari Barat Laut Tenggara. Di bagian Barat dan Timur dibatasi oleh perbukitan bergelombang, setempat dengan timbulan tajam terdapat di bagian Utara dan Selatan. Dataran sempit terdapat setempat-setempat di daerah pantai pada bagian Barat Daya. Sesar Sumatera dengan arah umum Barat Laut Tenggara memotong batuan berumur Oligosen sampai Kuarter, misalnya sesar Semangko yang relatif searah dengan pulau Sumatera yang menyebabkan terjadinya gempa di sepanjang zona sesar tersebut. Di beberapa tempat terlihat bahwa sesar Sumatera merupakan kontak antara batuan vulkanik Kuarter dengan batuan padu berumur lebih tua. Dataran sempit yang dijumpai setempat-setempat di bagian Barat Daya menurut Ratman dkk. (1978) dibentuk oleh material lepas berukuran lempung sampai kerikil dengan ketebalan kurang dari 5m.

BAB III GEOLOGI SEJARAH


Berdasarkan analisis dibuat suatu sintesis geologi daerah yang menggambarkan sejarah geologi pada suatu kerangka ruang dan waktu. Penentuan sejarah geologi daerah lembar bengkulu juga mengacu pada sejarah geologi regional peneliti-peneliti terdahulu (N. Sikumbang dan R. Heryanto, 1994). Daerah Lembar Bengkulu merupakan suatu daerah yang memiliki daerah berupa cekungan, yakni keterdapatan sebuah cekungan bengkulu. Cekungan Bengkulu adalah salah satu cekungan forearc di Indonesia yang artinya cekungan yang berposisi di depan jalur volkanik. Berdasarkan kajian geologi, disepakati bahwa Pegunungan Barisan (dalam hal ini adalah volcanic arc-nya) mulai naik di sebelah barat Sumatra pada Miosen Tengah. Pengaruhnya kepada Cekungan Bengkulu adalah bahwa sebelum Misoen Tengah berarti tidak ada forearc basin Bengkulu sebab pada saat itu arc-nya sendiri tidak ada. Sehingga, pada sebelum Miosen Tengah, atau Paleogen, Cekungan Bengkulu masih merupakan bagian paling barat Cekungan Sumatera Selatan. Lalu pada periode setelah Miosen Tengah atau Neogen, setelah Pegunungan Barisan naik, Cekungan Bengkulu dipisahkan dari Cekungan Sumatera Selatan. Mulai saat itulah, Cekungan Bengkulu menjadi cekungan forearc dan Cekungan Sumatera Selatan menjadi cekungan backarc (belakang busur). Pada umur Paleogen, stratigrafi kedua cekungan hampir sama. Keduanya terdapat sistem graben di beberapa tempat. Di Cekungan Bengkulu ada Graben Pagarjati, Graben Kedurang-Manna, Graben Ipuh (pada saat yang sama di Cekungan Sumatera Selatan saat itu ada graben-graben Jambi, Palembang, Lematang, dan Kepahiang). Tetapi setelah Neogen, Cekungan Bengkulu masuk kepada cekungan yang lebih dalam daripada Cekungan Sumatera Selatan, dibuktikan oleh berkembangnya terumbu-terumbu karbonat yang masif pada Miosen Atas yang hampir ekivalen secara umur dengan karbonat Parigi di Jawa Barat (para operator yang pernah bekerja di Bengkulu menyebutnya sebagai karbonat Parigi juga). Sehingga, berdasarkan hal tersebut dan sesuai pada Peta Geologi Lembar Bengkulu dan sekitarnya (S. Gafoer, T. C. Amin dan R. Pardede,1992.) skala 1: 250.000, bahwa wilayah Lembar Bengkulu secara umum tersusun oleh batuan endapan permukaan (surficial deposits) berumur Kuarter dan batuan sedimen dan gunung api (sedimentary and volcanic rocks) serta batuan terobosan berumur Tersier.

Berdasarkan Penampang Lembar Bengkulu

Berdasarkan penamang A ke B, lapisan tertua adalah dengan simbol Tomh terdapat pada formasi Hulusimpang dengan litologi batuan lava, breksi gunung api dan tuff, berubah susunan andesit sampai basalt dengan ketebalan 700meter dengan umur miosen awal-tersier. Kemudian terdapat lapisan berlapis dengan simbol (Tmba) berupa formasi BAL dengan litologi breksi gunung ap epiklastika dengan sisipan batu pasir gunung ap epiklastika bersusunan dasit dengan ketebalan 300meter berumur miosen akhir, setelah itu terendapkan lapisan dengan simbol (Tmpm) yaitu Formasi Muaraenim dengan ltologi batu pasir, batu lempung, batu pasir tufaan dengan sisipan lignit dan terendapkan kembali Formasi Lakitan (Tmpl) dengan litologi breksi gunung api epiklastika dengan sisipan batu pasir gunung api epiklastika dengan ketebalan 400meter secara bersamaan terendapkannya dengan umur pliosen. Kemudian, terendapkan satuan batuan gunung api andesit dengan simbol Qv dengan litologi lava bersusunan andesit sampai basal, tuff, dan breki lahar dari Bt. Lumut (Qvl), Bt. Hulusulup (Qvh), Bt. Daun (Qvdn), Bt. Besar (Qhvbc) dan G.Dempo (Qhvd) dengan umur holocen, setelah itu terendapkan satuan breksi gunung api dengan simbol Qhv dengan litologi breksi gunung api, lava, tuf bersusunan andesit-basal dari Bt. Condong (Qhvc), Bt. Kaba (Qhvk), Bt. Balai (Qhvb), Bt Besar (qhvbc), G.Dempo (Qhvd) dengn umur holosen. Kemudian, dari mulai lapisan tertua terendapkan satuan batuan gunung api andesit dengan simbol Qv dengan litologi lava bersusunan andesit sampai basal, tuff, dan breki lahar dari Bt. Lumut (Qvl), Bt. Hulusulup (Qvh), Bt. Daun (Qvdn), Bt. Besar (Qhvbc) dan G.Dempo (Qhvd) dengan umur holocen, setelah itu terendapkan satuan breksi gunung api dengan simbol Qhv dengan litologi breksi gunung api, lava, tuf bersusunan andesit-basal dari Bt. Condong (Qhvc), Bt. Kaba (Qhvk), Bt. Balai (Qhvb), Bt Besar (qhvbc), G.Dempo (Qhvd) dengn umur holosen. Setelah itu, terendapkan satuan batuan gunung api andesit-basal dengan lava dengan penyebaran yang membaji tetapi memiliki perbedaan litologi dengan simbol Toms yakni terdapat pada Formasi Seblat dengan litologi batu pasir mengandung kayu terkersikkan, batu lempung, batu pasir konglomeratan, batu gamping, serpih, napal batu lempung tufaan dengan sisipan batu pasir dengan umur yang sama dan terdapat struktur berupa sesar mendatar pada

formasi Seblat. Setelah itu, terendapkan batuan breksi gunung api dengan simbol Qhv yang memiliki litologi breksi gunung api, lava, tuf bersusunan andesit-basal dari Bt. Condong (Qhvc), Bt. Kaba (Qhvk), Bt. Balai (Qhvb), Bt Besar (qhvbc), G.Dempo (Qhvd) dengn umur holosen kemudian terjadi pengerosian sehingga terjadi perbedaan perlapiasan berupa angular uncorfomity dengan terendapkannya batuan gunung api rio andesit dengan litologi lava bersusunan riolit, desit dan andesit, tuf hibrid, tuf padu, breksi gunug api, batu apung dengan ketebalan 350meter dengan umur plistocen. Akibat dari hal tersebut, sehingga terjadi pengulangan lapisan dan terendapkan kembali batuan breksi gunung api dengan simbol Qhv yang memiliki litologi breksi gunung api, lava, tuf bersusunan andesit-basal dari Bt. Condong (Qhvc), Bt. Kaba (Qhvk), Bt. Balai (Qhvb), Bt Besar (qhvbc), G.Dempo (Qhvd) dengn umur holosen. Formasi dengan simbol Toms memiliki penyebaran menjemari dengan formasi bersimbol Tomh yang terdapat pada formasi Hulusimpang dengan litologi batuan lava, breksi gunung api dan tuff, berubah susunan andesit sampai basalt dengan ketebalan 700meter dengan umur miosen awal-tersier. Kemudian, terendapkan formasi Bal dengan litologi batuan breksi gunung api epiklastika dengan sisipan batu pasir gunung api epiklastika bersusunan dasit dengan ketebalan 300 meter dengan umur miosen akhir setelah itu terendapkan satuan batuan gunung api andesit-basal dengan simbol Qv yang memiliki litologi lava bersusunan andesit sampai basal, tuff, dan breki lahar dari Bt. Lumut (Qvl), Bt. Hulusulup (Qvh), Bt. Daun (Qvdn), Bt. Besar (Qhvbc) dan G.Dempo (Qhvd) dengan umur holocen sehingga merupakan lapisan unconformity. Kemudian, perlapisan menyebar secara menjemari dengan formasi Lemau dengan litologi breksi gunung api epiklastika, batu pasir gunung api epiklastika bersusunan dasit, batu pasir dengan sisipan batubara, batu pasir mengandung moluska, batu lempung dan batu gamping dengan umur miosen akhir. Setelah itu terendapkan Formasi Bintunan dengan simbol Qtb dengan litologi konglomerat aneka bahan, breksi, batu gamping terumbu, batu lempung tufaan, batu apung, kayu terkersikkan dengan umur plistosen dan terendapkan kembali satuan batuan gunung api andesit-basal dengan simbol Qv yang memiliki litologi lava bersusunan andesit sampai basal, tuff, dan breki lahar dari Bt. Lumut (Qvl), Bt. Hulusulup (Qvh), Bt. Daun (Qvdn), Bt. Besar (Qhvbc) dengan umur holocen. Lalu, terjadi intrusi dengan simbol (Tpan) yang memiliki intrusi berupa andesit dengan umur pliosen, dan baru terndapkan endapan permukaan berupa endapan rawa dengan simbol (Qs) berupa pasir, lanau, lempung dengan sisa tumbuhan. Alluvium dengan simbol (Qa) dengan bongkah, kerikil, pasir, lanau, lempung dan lumpur. Endapan tersebut terendapkan pada umur yang sama pada umur holocene. Setelah itu terendapkan berupa formasi Bintunan (Qtb) dengan litologi konglomerat aneka bahan, breksi, batu gamping terumbu, batu lempung tufaan, batu apung, kayu terkersikkan dengan umur plistosen dan terendapkan undak aluvium berupa pasir, lanau, lempung dan kerikil dengan umur holosen dan terdapat batu gamping terumbu dengan umur holesen dengan umur termuda (Ql).

Berdasarkan penampang C-D

Lapisan tertua berdasarkan penampang C-D adalah lapisan formasi Sepingtiang dengan litologi batuan gamping terumu, kalsirudit, kalkarenit dan pualam dengan umur kapur awal. Kemudian, terendapkan bersamaan pada umur yang sama yaitu kapur awal yaitu Formasi Saling (KJs) dengan litologi lava, breksi, gunung api dan tuf bersusunan andesit sampai basal, berwarna hijau, terepidotkan, terkloritkan dan terpropilitkan dengan ketebalan 400meter dengan penyebaran yang menjemari terhadap Formasi Lingsing (KJI) dengan tersingkap batu lempung, batu lanau, kalsilutit dengan sisipan batu pasir dan rijang dengan ketebalan 600m. Pada lapisan KJs terdapat kontak litologi dengan (Kgd) dengan batuan granodiorite pada umur kapur akhir. Kemudian pada Formasi Saling terdapat sumbu antiklin sehingga, terendapkan Formasi Kikim dengan litologi breksi gunung api, tuff padu, tuff, lava dengan sisipan batu pasir dan batu lempung dengan ketebalan 220meter pada umur eocen. Formasi Talangakar dengan simbol (Tomt) terendapkan dengan litologi batu pasir kuarsamengandung kayu terkersikkan, batu pasir konglomeratan dan batu lanau mengandung moluska dengan umur oligosen. Setelah itu terendapkan kembali, Formasi Gumai dengan litologi batu serpih gampingan, napal, batu lempung dengan sisipan batu pasir tufan dengan batu pasir gampingan yang berumur miosen awal dan terendapkan satuan breksi gunung api dengan simbol Qhv dengan litologi breksi gunung api, lava, tuf bersusunan andesit-basal dari Bt. Condong (Qhvc), Bt. Kaba (Qhvk), Bt. Balai (Qhvb), Bt Besar (qhvbc), G.Dempo (Qhvd) dengn umur holosen. Perlapisan tertua merupakan sebuah antiklin yang telah terjadi erosi sehingga pada penampang C-D terdapat litologi yang sama pada lapisan muda didaerah antiklin. Kemudian, pada sumbu antiklan disebelah timur terendapakan Formasi Talang Akar (Tomt) dengan litologi batu pasir mengandung kayu terkersikkan, batu pasir konglomeratan dan batu lanau mengandung moluska dengan umur miosen awal. Kemudian terdapat Formasi Gumai (Tmg) dengan litologi serpih gampingan, napal, batu lempung dengan sisipan batu pasir tufaan dan batu pasir gampingan dengan umur oligosen early-middle. Kemudian terendapkan Formasi Airbenakat (Tma) dengan litologi batu lempung dengan sisipan napal dan batu pasir, batu lempung tufaan dengan sisipan serpih dan batu pasir dengan umur miosen akhir.

Kemudian, terendapkan Formasi Muaraenim (Tmpm) dengan ltologi batu pasir, batu lempung, batu pasir tufaan dengan sisipan lignit dan terendapkan kembali Formasi Lakitan (Tmpl) dengan litologi breksi gunung api epiklastika dengan sisipan batu pasir gunung api epiklastika dengan ketebalan 400meter secara bersamaan terendapkannya dengan umur pliosen. Mengendap kembali Formasi Kasai (Qtk) dengan litologi batu pasir konglomeratan, batu psair, batu lempung tufaan dengan mengandung kayu terkesikkan, barbatu apung dengan sisipan lignit yang memiliki umur plistosen. Setelah itu, lapisan termuda yang terendapkan adalah endapan aluvium (Qa) dengan material lepas berupa bongkah, kerikil, pasir, lanau, lumpur dan lempung dengan umur holosen. Daerah berdasarkan penampang C-D merupakan sebuah antiklin yang mengalami erosi sehingga lapisan pada penampang terlihat selapis dan ada yang menghilang.

KESIMPULAN
Kesimpulan dari hasil peninjauan berdasarkan geologi sejarah secara regional regional dan geologi sejarah dari daerah Lembar Bengkulu berdasarkan kerangka waktu dan ruang, maka dapat disimpulkan bahwa daerah Lembar Bengkulu sesuai penampang A-B merupakan sebuah daerah intrusi ditandakan dengan adanya intrusi berupa andesit dan terdapat batuan beku. Lapisan tertuanya adalah Formasi Hulusimpang (Tomh) dengan litologi batuan lava, breksi gunung api dan tuff, berubah susunan andesit sampai basalt dengan ketebalan 700meter dengan umur miosen awal-tersier dan lapisan termudanya adalah Batu gamping terumbu (Ql) Sedangkan berdasarkan penampang C-D dapat disimpulkan bahwa daerah tersebut merupakan daerah antiklin karena terdapat kenampakan sumbu-sumbu antiklin yang terdapat pada penampang C-D tetapi terjadi proses erosi sehingga lapisan nampak seperti hilang. Lapisan yang tertuanya adalah formasi Sepingtiang (Kjsp) dengan litologi batuan gamping terumu, kalsirudit, kalkarenit dan pualam dengan umur kapur awal dan lapisan termudanya adalah endapan aluvial dengan material lepas berupa bongkah, kerikil, pasir, lanau, lumpur dan lempung dengan umur holosen

Anda mungkin juga menyukai