Oleh
NAMA: Farid Andriadi
NPM :163210618
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat
sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun
isinya yang sangat sederhana. Makalah ini saya buat untuk melengkapi tugas mata
kuliah Geologi Minyak Dan gas bumi.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
saya miliki sangat kurang. Oleh karena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.
A. Latar Belakang
Pada awal berkembangnya studi ilmu geologi dari tahun 1860 hingga 1960an,
hampir semua geologis menganggap cekungan umumnya berbentuk seperti palung
linear, yang disebut geosinklin, dimana di sana terakumulasi endapan tebal yang
didominasi sedimen laut dangkal seiring dengan subsidens yang dialami geosinklin
(Dott, 1974). Dengan berkembangnya konsep tektonik lempeng pada akhir tahun
1950an dan awal 1960 an, pemikiran geologi berpindah dari konsep geosinklin. Saat
ini geologis mengenal ada beberapa jenis cekungan dan bermacam-macam
mekanisme yang mengakibatkan suatu cekungan terbentuk. Di bawah rubik umum
analisis cekungan, geologis menaruh perhatian pada kontrol tektonik global yang
membentuk suatu cekungan dan kontrol geologi(perubahan muka air laut, suplai
sedimen, subsidens cekungan, dll) yang mempengaruhi proses pengisian cekungan.
BAB II
PEMBAHASAN
Berdasarkan tataan tektonik, cekungan dibagi lagi menjadi 11 yaitu cekungan busur
belakang (A), cekungan antar gunung (B), busur depan (C), palung (D), muka daratan
(E), pinggiran pasif (F), cekungan samudera (G), cekungan delta (H), lembah
merekah (I), sesar mendatar (J), dan cekungan pinggiran samudera (K).
Berdasarkan Satyana pada tahun 2012, status cekungan sedimen indonesia dibagi
menjadi empat kategori yaitu 18 cekungan dengan status produksi, 12 cekungan
dengan status telah dilakukan pengeboran dan ada penemuan minyak dan gas bumi,
24 cekungan dengan status telah dilakukan pengeboran dan tidak ditemukan minyak
dan gas bumi, dan 74 cekungan dengan status belum/tidak dilakukan pengeboran.
B. Gambar Cekungan Sedimen
Pada saat itu, 40 jt (Eosen Akhir) terjadi perubahan arah tunjaman, dari yang
bersifat semi konsentris menjadi linier berarah hampir barat – timur (Katili, 1989).
Cekungancekungan yang terbentuk terkait dengan sistem tunjaman Tersier ini
diyakini murni merupakan ceungan Tersier, tidak ada cekungan Pra-Tersier yang
tertutupi. Lain halnya di Kalimantan Utara, terdapat satu cekungan sedimen Pra-
Tersier dan satu cekungan Tersier yang relatif besar (Gambar 1), yang berproros
panjang utara – selatan. Melihat bentuk dan arah panjang cekungan, ada
kemungkinan cekungan ini terbentuk berhubungan dengan sistem tunjaman di
sebelah timur Kalimantan, namun hal ini belum diketahui dengan pasti. Pemekaran,
tunjaman dan sesar transform di Indonesia bagian timur
2. Sistem tunjaman
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Acuan Bachri, S., 2012. Fase kompresi di Selat Makassar berdasarkan data geologi daratan,
seismic laut dan citra satelit. Jurnal Sumber Daya Geologi, vol.22, No. 3, 137-144..
Chambers, J.L.C. and Dalley, T., 1995. A tectonic model for the onshore Kutai Basin, East
Kalimantan, based on integrated Geological and geophysical interpretation. Proceedings
Indonesian Petroleum Association, 24th Annual Convention, Jakarta, I, 111-130.
Daly, M., Hopper, B.G. & Smith, D.G., 1986. Reconstruction of movements of major plates
in SE Asia, Proc. B.P. Workshop on Eastern Indonesia (unpub.)
Guntoro, A., 1999. The formation of the Makassar Strait and the separation between SE
Kalimantan and SW Sulawesi. Journal of Asian Earth Sciences, 17, p. 79-98.
Katili, JA., 1975, Volcanism and plate tectonics in the Indonesian island arcs,
Tectonophysics, 26, 165-188.
Katili, J, 1978. Past and present geotectonic position of Sulawesi, Indonesia. Tectonophysics,
45, 289- 322.
Katili, J, 1989. Evolution of the southeast Asian Arc complex. Geologi Indonesia 12, 113-
143. 26 J.G.S.M. Vol. 14 No. 1 November 2013
R. Hall & D. Bundell (eds). Tectonic evolution of Southeast Asia, Geol. Soc. London,
Special Publication , 106, 185-201.
Situmorang, B. 1982. The formation of the Makassar Basin as determined fromsubsidence
curves. Proceedings Indonesian Petroleum Association, 11thAnnual Convention, 83-108.
Puspita, R.D., Hall. R. & Elders, C.F., 2005. Structural styles of the offshore West Sulawesi
Fold Belt, North Makassar Strait, Indonesia. Proceedings Indonesian Petroleum Association,
11th Annual Convention & Exhibition, 519-542.
Tapponier P., G. Peltzer, A. Y. Le Dain & R. Armijo, 1982, Propagating extrusiontectonics in
Asia: New insights from simple experiments with plasticine. Geology, Vol. IO, 611-616.