Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH CEKUNGAN SEDIMEN

GEOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI

Oleh
NAMA: Farid Andriadi
NPM :163210618

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat
sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun
isinya yang sangat sederhana. Makalah ini saya buat untuk melengkapi tugas mata
kuliah Geologi Minyak Dan gas bumi.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
saya miliki sangat kurang. Oleh karena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.

Pekanbaru 16 Maret 2021


DAFTAR ISI

MAKALAH CEKUNGAN SEDIMEN.................................................................................1


GEOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI..............................................................................1
KATA PENGANTAR............................................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................................3
BAB I......................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..................................................................................................................4
A. Latar Belakang.............................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.....................................................................................................................5
A. Pengertian Cekungan Sedimen.....................................................................................5
B. Gambar Cekungan Sedimen.........................................................................................6
C. Struktur Cekungan Sedimen.....................................................................................7
D. Tipe Cekungan sedimen...........................................................................................8
E. Analisa Cekungan Sedimen......................................................................................9
F. Klasifikasi Cekungan Sedimen.................................................................................9
G. Teknik Analisa Cekungan......................................................................................10
BAB III.................................................................................................................................11
PENUTUP............................................................................................................................11
A. Kesimpulan................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada awal berkembangnya studi ilmu geologi dari tahun 1860 hingga 1960an,
hampir semua geologis menganggap cekungan umumnya berbentuk seperti palung
linear, yang disebut geosinklin, dimana di sana terakumulasi endapan tebal yang
didominasi sedimen laut dangkal seiring dengan subsidens yang dialami geosinklin
(Dott, 1974). Dengan berkembangnya konsep tektonik lempeng pada akhir tahun
1950an dan awal 1960 an, pemikiran geologi berpindah dari konsep geosinklin. Saat
ini geologis mengenal ada beberapa jenis cekungan dan bermacam-macam
mekanisme yang mengakibatkan suatu cekungan terbentuk. Di bawah rubik umum
analisis cekungan, geologis menaruh perhatian pada kontrol tektonik global yang
membentuk suatu cekungan dan kontrol geologi(perubahan muka air laut, suplai
sedimen, subsidens cekungan, dll) yang mempengaruhi proses pengisian cekungan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Cekungan Sedimen

Cekungan sedimen merupakan depresi yang memiliki kemampuan untuk menjadi


tempat terakumulasinya endapan sedimen. Mekanisme yang
menghasilkan subsidence yang cukup untuk membentuk cekungan adalah proses
penipisan kerak, pembebanan tektonik, pembebanan subkristal, aliran astenosferik,
dan densifikasi krustal (Dickinson, 1993). Pembentukan cekungan sedimen erat
hubungannya dengan gerakan kerak dari proses tektonik yang dialami lempeng.
Ingersol dan Busby (1995) menunjukan bahwa cekungan sedimen dapat terbentuk
dalam 4 (empat) tataan tektonik: divergen, intraplate, konvergen, dan transform.

Pada tahun 2009, Badan Geologi telah menerbitkan Peta Cekungan Sedimen


Indonesia berdasarkan data gaya berat dan geologi. Peta cekungan dengan skala 1 :
5.000.000 ini dibagi menjadi 128 cekungan sedimen. Klasifikasi cekungan
berdasarkan umur dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu cekungan tersier (warna kuning),
cekungan pratersier (warna biru tua), dan cekungan pratersier-tersier (warna jingga).

Berdasarkan tataan tektonik, cekungan dibagi lagi menjadi 11 yaitu cekungan busur
belakang (A), cekungan antar gunung (B), busur depan (C), palung (D), muka daratan
(E), pinggiran pasif (F), cekungan samudera (G), cekungan delta (H), lembah
merekah (I), sesar mendatar (J), dan cekungan pinggiran samudera (K).

Berdasarkan Satyana pada tahun 2012, status cekungan sedimen indonesia dibagi
menjadi empat kategori yaitu 18 cekungan dengan status produksi, 12 cekungan
dengan status telah dilakukan pengeboran dan ada penemuan minyak dan gas bumi,
24 cekungan dengan status telah dilakukan pengeboran dan tidak ditemukan minyak
dan gas bumi, dan 74 cekungan dengan status belum/tidak dilakukan pengeboran.
B. Gambar Cekungan Sedimen

Gambar1.1. Sebaran cekungan sedimen di Selat Makassar yang dikontrol oleh


tektonik bukaan sebagaimana ditunjukkan kemiripan batas barat Sulawesi Barat
dengan batas timur Paparan Paternoster. Citra DEM diambil dari Becker dan
Sandwell (2004).

Dari pola sebaran cekungan sedimen di Sumatera bagian tengah – barat,


menyambung sampai Jawa bagian utara, Laut Jawa hingga Kalimantan barat daya,
tampak adanya sistem tunjaman yang berkembang sejak zaman Kapur Akhir – Perem
Awal hingga Kapur Akhir – Tersier Awal. Namun, cekungan sedimen Pra-Tersier
yang dijumpai di wilayah ini hanya sekitar 6 buah dan berukuran relatif kecil
dibandingkan yang berumur Tersier. Sementara cekungan sedimen Tersier
mendominasi dan bersama-sama cekungan Pra-Tersier membentuk pola semi
konsentris dengan arah panjang cekungan mengikuti arah sistem tunjaman. Walaupun
di wilayah ini didominasi cekungan Tersier, bahkan di Laut Jawa bagian barat tidak
dijumpai cekungan Pra-Tesier, namun diperkirakan jumlah cekungan Pra-Tersier
sebenarnya lebih kurang sama dengan cekungan Tersier. Di lajur-lajur yang dilewati
sistem tunjaman Pra-Tersier diduga terbentuk cekungan sejak Jaman Pra-Tersier dan
berkembang terus hingga Tersier. Namun, cekungan Pra-Tersier di sini tertutupi
(superimposed) oleh cekungan Tersier hingga yang terpetakan hanya cekungan
Tersier. Pada bagain lain dari wilayah Busur Sunda, yaitu di selatan Sumatera sampai
selatan Jawa dijumpai sistem tunjaman linier, yang merupakan sistem tunjaman
Tersier dan Risen.

Pada saat itu, 40 jt (Eosen Akhir) terjadi perubahan arah tunjaman, dari yang
bersifat semi konsentris menjadi linier berarah hampir barat – timur (Katili, 1989).
Cekungancekungan yang terbentuk terkait dengan sistem tunjaman Tersier ini
diyakini murni merupakan ceungan Tersier, tidak ada cekungan Pra-Tersier yang
tertutupi. Lain halnya di Kalimantan Utara, terdapat satu cekungan sedimen Pra-
Tersier dan satu cekungan Tersier yang relatif besar (Gambar 1), yang berproros
panjang utara – selatan. Melihat bentuk dan arah panjang cekungan, ada
kemungkinan cekungan ini terbentuk berhubungan dengan sistem tunjaman di
sebelah timur Kalimantan, namun hal ini belum diketahui dengan pasti. Pemekaran,
tunjaman dan sesar transform di Indonesia bagian timur

C. Struktur Cekungan Sedimen


Di Indonesia bagian timur, terdapat tiga struktur utama yang mengontrol
kemunculan cekungan sedimen, yaitu:

(1) struktur pemekaran (rifting),

(2) sistem tunjaman, dan

(3) sesar-sesar mendatar besar (transform).


1. Pemekaran (rifting)

Cekungan Makassar Utara dan Makassar Selatan merupakan cekungan


Tersier karena proses pemekaran Selat Makassar pada Eosen Tengah (Situmorang ,
1982); Hall, 1996; Moss drr.,1997; Guntoro, 1999); dan Puspita drr.,2005). Karena
pemekaran terjadi pada Eosen Tengah, maka cekungan-cekungan ini diyakini tidak
menindih cekungan Pra-Tersier.

2. Sistem tunjaman

Cekungan sedimen yang terbentuk berkaitan dengan adanya sistem tunjaman


di Indonesia bagian timur, semuanya merupakan cekungan Tersier. Cekungan –
cekungan tersebut yaitu yang berada di sebelah utara dan selatan lengan utara
Sulawesi, berkaitan dengan Tunjaman Sulawesi Utara, cekungan – cekungan di Busur
Banda yang membentuk pola semi-konsentris terkait dengan tunjaman di Laut Timor
sampai Laut Banda ke utara, serta cekungan – cekungan di sebelah utara Papua yang
terkait dengan penunjaman Samudera Pasifik ke lempeng Australia.

3. Sesar mendatar (transform)

Cekungan-cekungan ini merupakan cekungan PraTersier dan cekungan Pra-


Tersier – Tersier, yang bentuk dan arah poros panjangnya sangat beragam karena
diduga pengaruh rotasi yang berbeda-beda selama transportasi melalui media sesar
mendatar tersebut. Cekungan – cekungan tersebut pada awalnya terbentuk di
Australia, sehingga bentuk aslinya tidak diketahui

Keberadaan sistem tunjaman, sesar transform maupun peristiwa pemekaran telah


mempengaruhi pola sebaran cekungan sedimen di Indonesia. Cekungan – cekungan
Tersier yang berpola semikonsentris di bagian barat Busur Sunda sampai meliputi
Kalimantan baratdaya diyakini merupakan cekungan yang tertindihkan di atas
cekungan praTersier, dan keduanya merupakan cekungan otokton. Sementara
cekungan – cekungan Tersier di selatan Sumatera – Jawa, Selat Makassar, sekitar
lengan utara Sulawesi dan beberapa di wilayah Papua diyakini terbentuk pada
Tersier, tidak didahului pembentukan cekungan pra-Tersier. Cekungan praTersier di
Indonesia bagian timur merupakan cekungan alokton yang berasal dari lempeng
Australia, sementara cekungan pra-Tersier – Tersier mulanya terbentuk di Australia,
dan berlanjut pengendapannya selama Tersier setelah memasuki wilayah Indonesia.

D. Tipe Cekungan sedimen

Divergen Rift: lembah celah terestrial


Cekungan Antar lempeng beralaskan kerak benua/peralihan: cekungan
intrakraton, paparan benua, sembulan benua (continental rises) dan undak, pematang
benua.
Konvergen Cekungan akibat subduksi: palung, cekungan lereng palung,
cekungan busur depan, cekungan intra-busur, cekungan busur belakang.
Cekungan akibat tabrakan: cekungan retroac forels, peripheral foreland basin,
cekungan punggung babi (piggyback basin), broken forland
Transform Cekungan akibat sesar mendatar: cekungan transextensional,
transpressional, transrotaional
Hybrid Cekungan akibat berbagai sebab: cekungan-cekungan intracontinental
wrench, aulacogen, impactogen, success

E. Analisa Cekungan Sedimen


Para ahli sedimentologi mempelajari batuan sedimen untuk
mengetahui sejarah geologi dan potensi ekonomi dari batuan tersebut. Untuk itu,
diperlukan studi yang bersifat terpadu dari berbagai cabang ilmu geologi, termasuk
di dalamnya sedimentologi, stratigrafi, dan tektonik.
Dengan demikian dapat diketahui secara menyeluruh batuan sedimen yang
mengisi suatu cekungan sehingga dapat dipergunakan sebagai bahan untuk
menginterpretasi sejarah geologi dan membuat evalusasi potensi ekonominya (Boggs,
1995; 2001). Studi terpadu seperti ini dikenal dengan sebutan analisa cekungan
sedimen (basin analysis). Pada perkembangan teori geosinklin, sebagian para ahli
geologi berpikir bahwa batuan sedimen yang umumnya diendapkan di laut dangkal
pada suatu geosinklin, dan terus mengalami subsiden. Sejalan dengan
berkembangnya teori tektonik lempeng pada awal 1960an, pendapat itu mulai
tersisih. Saat ini para ahli geologi menemukan berbagai jenis cekungan dengan
berbagai mekanisme pembentukannya. Secara umum, titik berat perhatian pada
analisa cekungan sedimen adalah pada tektonik global pembentukan cekungan dan
berbagai proses yang mengontrolnya (termasuk perubahan muka laut, pasokan
sedimen,dan penurunan cekungan).
F. Klasifikasi Cekungan Sedimen
Pembentukan cekungan sedimen erat hubungannya dengan gerakan kerak
dan proses tektonik yang dialami lempeng. Ingersol dan Busby (1995)
menunjukkan bahwa cekungan sedimen dapat terbentuk dalam 4 (empat) tataan
tektonik: divergen, intraplate, konvergen dan transform). Menurut Dickinson, 1974
dan Miall, 1999; klasifikasi cekungan sedimen dapat berdasarkan pada:
1. tipe dari kerak dimana cekungan berada,
2. posisi cekungan terhadap tepi lempeng,
3. untuk cekungan yang berada dekat dengan tepi lempeng, tipe interaksi
lempeng yang terjadi selama sedimentasi,
4. Waktu pembentukan dan basin fill terhadap tektonik yang
berlangsung,
5. Bentuk cekungan.

G. Teknik Analisa Cekungan


Sedimen yang mengisi suatu cekungan merupakan faktor yang sangat penting untuk
dipelajari dalam analisa cekungan sedimen yang bersangkutan. Sedimen tersebut
dipelajari bagaimana proses terbentuknya, sifat batuan dan aspek ekonominya.
Proses pembentukan sedimen meliputi pelapukan, erosi, transportasi dan
pengendapan, sifat- sifat fisik, kimia dan biologi batuan; lingkungan pengendapan,
dan posisi stratigrafi. Beberapa faktor yang mempengaruhi proses pengendapan dan
sifat sedimen adalah:
a. litologi batuan induk, akan sangat mempengaruhi komposisi sedimen yang
berasal dari batuan tersebut;
b. topografi dan iklim dimana batuan induk berada, mempengaruhi kecepatan
denudasi yang menghasilkan sedimen yang kemudian diendapkan dalam
cekungan;
c. kecepatan penurunan cekungan bersamaan dengan kecepatan
kenaikan/penurunan muka laut; dan
d. ukuran dan bentuk dari cekungan.

Analisa cekungan merupakan hasil interpretasi yang berdasarkan pada proses


sedimentasi, stratigrafi, fasies dan sistem pengendapan, peleoseanografi,
paleogeografi, iklim purba, analisa muka laut, dan petrografi/mineralogi .Penelitian
sedimentologi dan analisa cekungan sekarang ini ditikberatkan pada analisa fasies
sedimen, siklus subsiden, perubahan muka laut, pola sirkulasi air laut, iklim purba,
dan sejarah kehidupan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Cekungan sedimen merupakan depresi yang memiliki kemampuan untuk menjadi


tempat terakumulasinya endapan sedimen.
Sedimen yang mengisi suatu cekungan merupakan faktor yang sangat penting
untuk dipelajari dalam analisa cekungan sedimen yang bersangkutan. Sedimen
tersebut dipelajari bagaimana proses terbentuknya, sifat batuan dan aspek
ekonominya
Model pengendapan semakin meningkat digunakan untuk mengetahui lebih baik
tentang pengisian cekungan dan pengaruh berbagai parameter pengisian cekungan
seperti pasokan sedimen, besar butir, kecepatan penurunan ce kungan, dan
perubahan muka laut Sebagai bahan untuk analisa cekungan, dibutuhkan berbagai
data, mulai data dari singkapan sampai data bawah permukaan. Data tersebut
termasuk data hasil pemboran dalam, studi polarisasi magnetik dan eksplorasi
geofisika. Pembahasan berikut ini secara singkat akan diketengahkan teknik
analisa cekungan yang umum dilakukan
DAFTAR PUSTAKA

Acuan Bachri, S., 2012. Fase kompresi di Selat Makassar berdasarkan data geologi daratan,
seismic laut dan citra satelit. Jurnal Sumber Daya Geologi, vol.22, No. 3, 137-144..
Chambers, J.L.C. and Dalley, T., 1995. A tectonic model for the onshore Kutai Basin, East
Kalimantan, based on integrated Geological and geophysical interpretation. Proceedings
Indonesian Petroleum Association, 24th Annual Convention, Jakarta, I, 111-130.
Daly, M., Hopper, B.G. & Smith, D.G., 1986. Reconstruction of movements of major plates
in SE Asia, Proc. B.P. Workshop on Eastern Indonesia (unpub.)
Guntoro, A., 1999. The formation of the Makassar Strait and the separation between SE
Kalimantan and SW Sulawesi. Journal of Asian Earth Sciences, 17, p. 79-98.
Katili, JA., 1975, Volcanism and plate tectonics in the Indonesian island arcs,
Tectonophysics, 26, 165-188.
Katili, J, 1978. Past and present geotectonic position of Sulawesi, Indonesia. Tectonophysics,
45, 289- 322.
Katili, J, 1989. Evolution of the southeast Asian Arc complex. Geologi Indonesia 12, 113-
143. 26 J.G.S.M. Vol. 14 No. 1 November 2013
R. Hall & D. Bundell (eds). Tectonic evolution of Southeast Asia, Geol. Soc. London,
Special Publication , 106, 185-201.
Situmorang, B. 1982. The formation of the Makassar Basin as determined fromsubsidence
curves. Proceedings Indonesian Petroleum Association, 11thAnnual Convention, 83-108.
Puspita, R.D., Hall. R. & Elders, C.F., 2005. Structural styles of the offshore West Sulawesi
Fold Belt, North Makassar Strait, Indonesia. Proceedings Indonesian Petroleum Association,
11th Annual Convention & Exhibition, 519-542.
Tapponier P., G. Peltzer, A. Y. Le Dain & R. Armijo, 1982, Propagating extrusiontectonics in
Asia: New insights from simple experiments with plasticine. Geology, Vol. IO, 611-616.

Anda mungkin juga menyukai