Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN PRAKTIKUM SEDIMENTOLOGI

LAPANGAN SEDIMEN KARBONAT

Disusun Oleh:

GILANG MAHARDHIKA NOVALDI

111.150.009

LABORATORIUM SEDIMENTOLOGI

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI

FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

YOGYAKARTA

2017

1
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan ini disusun sebagai syarat mengikuti rangkaian acara Praktikum


Sedimentologi 2016/2017, Jurusan Teknik GeologiFakultasTeknologi Mineral
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta

Oleh :

GILANG MAHARDHIKA NOVALDI


111.150.009

Yogyakarta, 20 Mei 2017

LABORATORIUM SEDIMENTOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2017

2
3
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas AnugerahNya hingga saya
bisa menyelesaikan Laporan Praktikum Sedimentologi ini tepat pada waktunya
.Saya mengucapkan terimakasih kepada semuapihak yang telah membantu
menyelesaikan Laporan Praktikum ini.

Saya menyadari laporan ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang mendidik agar kedepannya
saya mampu memberikan hasil yang lebih baik. Akhir kata, saya mengharapkan
agar laporan ini bisa bermanfaat bagi diri saya sendiri maupun pembaca.

Yogyakarta, 18 Mei 2017

_____________________
Gilang Mahardhika Novaldi

4
DAFTAR ISI

5
6
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Ekskursi praktikum sedimentologi ini merupakan rangkaian acara
praktikum yang wajib ditempuh oleh praktikan. Objek pengamatan pada lapangan
kali ini adalah singkapan batuan sedimen karbonat yang ada di daerah panggang,
wonosari yogyakarta
Sedimentologi adalah ilmu yang mempelajari sedimen atau endapan (Wadell,
1932). Sedangkan sedimen atau endapan pada umumnya diartikan sebagai hasil
dari proses pelapukan terhadap suatu tubuh batuan, yang kemudian mengalami
erosi, tertansportasi oleh air, angin, dll, dan pada akhirnya terendapkan atau
tersedimentasikan.
Batuan karbonat didefinisikan sebagai batuan dengan kandungan material
karbonat lebih dari 50 % yang tersusun atas partikel karbonat klastik yang
tersemenkan atau karbonat kristalin hasil presipitasi langsung (Reijers & 1986).
Bates & Jackson (1987) mendefinisikan batuan karbonat sebagai batuan yang
komponen utamanya adalah mineral karbonat dengan berat keseluruhan lebih dari
50 %. Sedangkan batugamping, menurut definisi Reijers & Hsu (1986) adalah
batuan yang mengandung kalsium karbonat hingga 95 %. Sehingga tidak semua
batuan karbonat merupakan batugamping.

I.2 MAKSUD DAN TUJUAN


Pada penyusunan laporan ini dimaksudkan agar praktikan mampu
mengaplikasikan ilmu yang di dapatkan di lapangan dan di perkuliahan dalam
mengamati dan menginterpretasikan batuan sedimen yang tersingkap di
lapangangan secara langsung.
tujuan dari lapangan ini adalah agar praktikan dapat menginterpretasikan
lingkungan pengendapan dan membuat profil deskripsi batuan

7
I.3 DASAR TEORI
1. Pengertian
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk sebagai hasil pemadatan
endapan yang berupa bahan lepas. Hutton (1875; dalam Sanders, 1981). Batuan
sedimen adalah batuan yang terbentuk oleh konsolidasi sedimen, sebagai material
lepas, yang terangkut ke lokasi pengendapan oleh air, angin, es dan longsoran
gravitasi, gerakan tanah atau tanah longsor. Batuan sedimen juga dapat terbentuk
oleh penguapan larutan kalsium karbonat, silika, garam dan material lain.
Menurut Tucker (1991), 70 % batuan di permukaan bumi berupa batuan sedimen.
Tetapi batuan itu hanya 2 % dari volume seluruh kerak bumi. Ini berarti batuan
sedimen tersebar sangat luas di permukaan bumi, tetapi ketebalannya relatif tipis.
Batuan karbonat merupakan salah satu jenis batuan sedimen non silisiklastik.
Pada batuan ini terkandung fraksi karbonat yang lebih besar jumlahnya daripada
fraksi non karbonat, jumlah fraksi karbonatnya lebih dari 50%. Selama
pembentukannya, batuan karbonat melalui serangkaian proses-proses yang disebut
diagenesa. Dengan kata lain diagenesa adalah perubahan yang terjadi pada
sedimen secara alami, sejak proses pengendapan awal hingga batas (onset) dimana
metamorfisme akan terbentuk. Setelah proses pengendapan berakhir, sedimen
karbonat mengalami proses diagenesa yang dapat menyebabkan perubahan
kimiawi dan mineralogi untuk selanjutnya mengeras menjadi batuan karbonat.

2. KlasifikasiUmum
Pettijohn (1975), O’Dunn & Sill (1986) membagi batuan sedimen berdasar
teksturnya menjadi dua kelompok besar, yaitu batuan sedimen klastika dan batuan
sedimen non-klastika.
Batuan sedimen klastika (detritus, mekanik, eksogenik) adalah batuan sedimen
yang terbentuk sebagai hasil pengerjaan kembali (reworking) terhadap batuan
yang sudah ada. Proses pengerjaan kembali itu meliputi pelapukan, erosi,

8
transportasi dan kemudian redeposisi (pengendapan kembali). Sebagai media
proses tersebut adalah air, angin, es atau efek gravitasi (beratnya sendiri). Media
yang terakhir itu sebagai akibat longsoran batuan yang telah ada. Kelompok
batuan ini bersifat fragmental, atau terdiri dari butiran/pecahan batuan (klastika)
sehingga bertekstur klastika.
Batuan sedimen non-klastika adalah batuan sedimen yang terbentuk
sebagai hasil penguapan suatu larutan, atau pengendapan material di tempat itu
juga (insitu). Proses pembentukan batuan sedimen kelompok ini dapat secara
kimiawi, biologi /organik, dan kombinasi di antara keduanya (biokimia). Secara
kimia, endapan terbentuk sebagai hasil reaksi kimia, misalnya CaO +
CO2 ® CaCO3. Secara organik adalah pembentukan sedimen oleh aktivitas
binatang atau tumbuh-tumbuhan, sebagai contoh pembentukan rumah binatang
laut (karang), terkumpulnya cangkang binatang (fosil), atau terkuburnya kayu-
kayuan sebagai akibat penurunan daratan menjadi laut.
Penaman batuan sedimen secara deskriptif, tergantung pada data pemerian
(data deskriptif) yang meliputi warna, tekstur, struktur dan komposisi. Pembagian
batuan sedimen silisiklastika umumnya berdasar ukuran butir, ditambah dengan
bentuk butir, struktur dan komposisi yaitu :
1. Rudit (f > 2 mm), termasuk breksi (fragmen meruncing), konglomerat (fragmen
membulat). Apabila komposisi fragmen batuan secara megaskopik dapat diamati,
maka penamaaan tambahan dapat diberikan berdasarkan komposisi utama
fragmen batuan tersebut. Misalnya breksi andesit, breksi batuapung, konglomerat
kuarsa.
2. Arenit, adalah batuan sedimen berbutir pasir (batupasir). Penamaan batupasir
ini dapat ditambahkan berdasar kenampakan struktur sedimen (contoh batupasir
berlapis, batupasir silangsiur), atau komposisi penyusun utamanya, misal
batupasir kuarsa.
3. Lutit, terdiri dari batulempung, batulanau, dan serpih. Batulempung berbutir
lempung, batulanau tersusun oleh mineral/fragmen batuan berbutir lanau. Serpih
adalah batulempung atau batulanau berstruktur laminasi.

9
Gambar I.3klasifikasibatuankarbonatmenurut Dunham 1962

Klasifikasi batuan karbonat menurut Embry dan klovan ini merupakan modifikasi
dari klasifikasi yang diusulkan oleh Dunham (1962).

Gambar I.3Klasifikasi Batuan Karbonat Menurut Embry & Klovan (1971)

10
3. Proses Diagenesa

Proses diagnesa sangat berperan dalam menentukan bentuk dan karakter


akhir batuan sedimen yang dihasilkannya. Proses diagenesa akan menyebabkan
perubahan material sedimen. Perubahan yang terjadi adalah perubahan fisik,
mineralogi dan kimia. Pada batuan karbonat, diagenesa merupakan proses
transformasi menuju batugamping atau dolomit yang lebih stabil.Faktor yang
menentukan karakter akhir produk diagenesa antara lain :

1. Komposisi sedimen mula-mula


2. Sifat alami fluida interstitial dan pergerakannya
3. Proses kimia dan fisika yang bekerja selama diagenesa
Dengan melihat faktor-faktor tersebut dapat diketahui bahwa batuan
karbonat dengan komposisi utama kalsit akan mengalami proses diagenesa yang
berbeda dibandingkan dengan batuan karbonat yang berkomposisi dominan
aragonit maupun juga dolomit. Lingkungan pelarutan dan lithifikasi yang berbeda,
misal di lingkungan air laut dan air tawar akan menghasilkan batuan yang
berbeda. Demikian juga halnya dengan tekstur semen dan butiran batuan, juga
akan bervariasi bergantung pada tekanan dan temperatur lingkungan
diagenesanya.

Lingkungan diagenesa yang berbeda akan memiliki proses kimia dan


fisika yang relatif berbeda pula, sehingga produk diagenesanya pun akan berbeda.
Hal inilah yang dapat dijadikan indikator untuk mengetahui lingkungan diagenesa
yang bersangkutan. Ada beberapa lingkungan diagenesa beserta produknya, yaitu:

1. Marine (dicirikan oleh kehadiran semen aragonit, High Mg-Calcite)


2. Lagoon (dicirikan oleh adanya dolomititsasi akibat proses evaporasi)
3. Phreatic (dicirikan oleh kehadiran kalsit hasil pelarutan)
4. Vadose (dicirikan oleh kehadiran kalsit hasil pelarutan)

11
5. Burial (dicirikan oleh kehadiran kalsit hasil pelarutan tekanan/pressure
solution
Secara umum penggambaran diagenesa batuan karbonat adalah sebagai berikut:

Gambar I.3 Diagenesabatuankarbonat

Sumber: http://www.geol.umd.edu/~hcui/Teaching/DiagenesisHuanCui.pdf

Proses-proses diagenesa batuan karbonat meliputi:

 Pelarutan (Dissolution)
Merupakan proses melarutnya komponen karbonat yang terjadi saat fluida pori
tidak jenuh (undersaturated) oleh mineral-mineral karbonat. Pelarutan akan
terbantu oleh adanya mineral yang bisa larut (mineral karbonat yang tidak stabil
seperti aragonit dan Mg-calcite), serta nilai pH yang rendah (lingkungan menjadi
asam). Fluida air pori yang ada dalam ruang antar butiran pada batuan karbonat
biasanya akan sangat “agresif” melarutkan karbonat jika terkandung konsentrasi
gas CO2 yang disumbangkan oleh lingkungan sekitar (misalnya karbon dan
oksigen yang dilepaskan oleh jasad oganik). Pelarutan karbonat kurang banyak
terjadi di lingkungan laut. Tapi justru banyak terjadi pada lingkungan darat atau
manapun yang ada perkolasi (rembesan) dari air meteorik (air hujan maupun air
tawar). Bentang alam karst merupakan hasil dari proses pelarutan batuan
karbonat. Pembentukkannya dipengaruhi oleh proses pelarutan yang sangat tinggi
di bandingkan dengan batuan di tempat lainnya dimanapun. Proses pelarutan

12
tersebut umumnya dibarengi dengan proses-proses lainnya seperti runtuhan,
transport dalam bentuk larutan melalui saluran bawah tanah, juga longsoran dan
amblesan dipermukaan. Pelarutan yang terjadi secara terus menerus, pada
akhirnya menciptakan bentukan alam yang sangat beragam. Proses pelarutan
tersebut dapat digambarkan dalam reaksi kimia yaitu :

CaCO3 + CO2+H2O ==> Ca2- + 2HCO3-

(batu gamping) (air hujan) (larutan batu gamping)

Pelarutan karbonat lebih intensif terjadi di daerah permukaan, sedangkan


hal sebaliknya terjadi di daerah bawah permukaan. Hal ini disebabkan karena
peningkatan temperatur pada kedalaman cenderung akan menurunkan tingkat
kelarutan karbonat. Kelarutan karbonat akan meningkat di kedalaman atau
dimanapun asalkan ada penambahan gas CO2 dalam air pori (yang bisa saja
berasal dari hasil pembusukan jasad organisme yang tertimbun), maka meskipun
temperatur meningkat kalau terdapat konsentrasi gas CO2dalam air pori, mineral-
mineral karbonat yang ada tetap akan larut.

 Sementasi (Cementation)
Merupakan proses presipitasi yang terjadi pada saat lubang antar pori batuan
karbonat terisi oleh fluida jenuh karbonat. Dalam proses ini butiran-butiran
sedimen direkat oleh material lain yang terbentuk kemudian, dapat berasal dari air
tanah atau pelarutan mineral-mineral dalam sedimen itu sendiri. Proses ini
merupakan proses diagenetik yang penting untuk semua jenis batuan sedimen,
termasuk didalamnya batuan karbonat. Di lantai laut, sementasi terjadi di air
hangat dalam pori dari butiran ruangan antar butiran karbonat. Di meteoric realm
(lingkungan meteorik dimana pengaruh air yang hadir hanya dari hujan saja)
sementasi juga hadir disini, semennya dominan kalsit. Meskipun kondisi yang
mengontrol sementasi pada kedalaman kurang dipahami pasti, tapi beberapa
faktor dapat diketahui mengontrol hal ini. Air pori, peningkatan temperatur, dan
penurunan tekanan parsial dari karbondioksida merupakan faktor-faktor yang
diperlukan untuk presipitasi semen kalsit ini. Pada proses sementasi ini diperlukan

13
suplai kalsium karbonat secara mutlak. Sifat sementasi ini berlawanan dengan
pelarutan, dimana sementasi membuat mineral semen (karbonat) terpresipitasi,
sementara pelarutan akan merusak struktur mineral yang telah terbentuk.

 Dolomitisasi (Dolomitization)
Merupakan proses penggantian mineral-mineral kalsit menjadi dolomit. Dolomit
mempunyai komposisi CaMg(CO3)2 dan secara kristalografi serupa dengan kalsit,
namun lebih besar densitasnya, sukar larut dalam air, dan lebih mudah patah
(brittle). Secara umum, dolomit lebih porous dan permeable dibandingkan
limestone. Dalam proses dolomitisasi, kalsit (CaCO3) ditransformasikan menjadi
dolomite (CaMg(CO3)2) menurut reaksi kimia :

2CaCO3 + MgCl3 ==> CaMg(CO3)2 + CaCl2

Menurut para ahli, batugamping yang terdolomitasi mempunyai porositas


yang lebih besar dari pada batugamping itu sendiri. Dolomitisasi bisa terjadi dilaut
dangkal-campuran fresh dan sea water, tidal flat, di danau, lagoon, dll, apalagi
kalau ada batuan yang mengandung Mg yang dilewati sungai-sungai dan
membawanya ke lingkungan dimana batu gamping berada atau terjadi.

 Aktivitas Organisme (Microbial Activity)


Aktifitas organisme akan mempercepat atau memacu terjadinya proses
diagenesis lainnya. Organisme yang menyebabkan proses ini merupakan
organisme yang sangat kecil (mikrobia) dimana aktivitas jasad renik sangat
berhubungan dengan proses dekomposisi material organik. Proses dekomposisi
material organik akan mempengaruhi pH air pori sehingga mempercepat
terjadinya reaksi kimia dengan mineral penyusun sedimen. Aktifitas mikrobia
antara lain fermentasi, respirasi, pengurangan nitrat, besi, sulfat dan pembentukan
gas metana. Organisme dalam lingkungan pengendapan karbonat merework
sedimen dalam bentuk jejak boring, burrowing, dan sedimen-ingesting activity
(memakan dan mencerna sedimen). Aktivitas ini akan merusak struktur sedimen
yang berkembang pada sedimen karbonat dan meninggalkan jejak-jejak

14
aktivitasnya saat organisme ini beraktivitas. Kebanyakan bioturbasi terjadi pada
sedikit di bawah permukaan pengendapan, setelah pengendapan material sedimen
dengan kedalaman beberapa puluh sentimeter. Proses ini akan membentuk
kenampakan yang khas pada batuan sedimen yang disebut struktur sedimen.

 Mechanical Compaction

Merupakan proses diagenesa yang terjadi akibat adanya peningkatan


tekanan overburden. Seperti halnya pada batuan silisiklastik, kompaksi terjadi
karena adanya pembebanan sedimen yang berada diatasnya. Proses kompaksi ini
menyebabkan berkurangnya porositas batuan, karena terjadi juga thining
(penipisan) dari bed (perlapisan batuan) pada kedalaman dangkal. Seiring
bertambahnya kedalaman, tekanan juga akan bertambah, sedangkan porositas
karbonat berkurang sampai setengahnya atau lebih (porositas saat batuan
mengendap) sekitar 50-60% pada kedalaman sekitar 100 m (Boggs, 2006). Proses
kompaksi ini terjadi karena adanya gaya berat/gravitasi dari material-material
sedimen yang semakin lama semakin bertambah sehingga volume akan berkurang
dan cairan yang mengisi pori-pori akan bermigrasi ke atas, menyebabkan
hubungan antar butir menjadi lebih lekat dan juga air yang dikandung dalam pori
terperas keluar.. Kompaksi menyebabkan berkurangnya porositas batuan karena
adanya rearangement (penyusunan ulang) dari butiran butiran yang jarang (tidak
bersentuhan) menjadi saling bersentuhan atau makin rapat. Ketika sedimen
pertama kali terendapkan tentu saja berupa material lepas (loose) dan sifatnya
porous (berpori), ketika kompaksi terjadi material lepas ini akan menjadi lebih
rapat dan padat yang otomatis akan mengurangi porositasnya.

Berikut adalah gambaran butiran sedimen karbonat sebelum dan sesudah


mengalami kompaksi:

15
Gambar I.3 Perubahanbentukkompaksi

 Chemical Compaction
Pada kedalaman burial sekitar 200-1500 m, kompaksi kimia dari sedimen
karbonat dimulai. Tekanan larutan pada kontak antar butiran seperti pada
diagenesa sedimen klastik lainnya akan melarutkan permukaan butiran mineral
dan pada karbonat dapat membentuk kontak bergerigi. Pada batuan karbonat
terkadang tidak mengalami semua proses diagenesa tersebut, namun biasanya
justru hanya melalui beberapa proses diagenesa saja. Proses diagnesa ini akan
sangat berperan dalam menentukan bentuk dan karakter akhir batuan sedimen
yang dihasilkannya.

16
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

II.1 STOPSITE 1 (Penjelasan, Deskripsi, Profil)


Padastopsite 1, kami menjumpaibentukanbukit yang
tersusundaribatugamping, yang
diketahuibahwatermasukpadaformasiwonosari.Dijelaskanbahwastopsiteinimerupa
kansuatulingkunganpengendapan marine yang batuannyaterdiridari biota-biota
laut, untukmembuktikannyamakakitamelakukanpendeskripsiansetiapbatuan yang
mempunyaistruktur yang berbeda.

17
Gambar II.1Foto Parameter Litologi lapisanSTA 1

Azimuth N 20° E

Difoto oleh : M Luthfin al hakim

Kontitusi Utama : Klastik

Jenis Kerangka/Butir : Fragmental bioklastik

Kontitusi Detritus : 55%

Masa Dasar : Mikrite 10% danSparit 35%

Hubungi Butir Dengan Masa Dasar : Mud supported

Besar Butir : Arenite ( 0,062 – 2)mm

Pemilahan : Sebagian-sebagian

Keadaan Butir : Pecah - pecah

Susunan Butir :Tidakteratur

Porositas (Choquette & Pray 1970) : Fabric selective interpartikel (BP)

Indeks Energi (Pumpley Et Al, 1962) : IndeksEnergi I

18
Nama Batuan

Dunham (1962) :Wackestone

Keterangan :batuan ini terbentuk pada energy


rendah dengan keadaan tenang karena kandungan yang dominan lumpur.

Gambar II.1Foto Parameter singkapan lapisanSTA 1

Azimuth N 20° E

Difoto oleh : M Luthfin al hakim

Gambar II.1Foto
Bentang Alam
STA 1

Azimuth N 047 E

Difoto oleh :
Javier Jayastu B.

19
II.2. STOPSITE 2 (Penjelasan, Deskripsi, Profil)

Padastopsite 2 ini kami menjumpai singkapan berupa bukit yang


ditumbuhi oleh beberapa macam vegetasi.Singkapan ini diketahui pula merupakan
batuan,sedimenkarbonat. Dari kejauhan terlihat kenampakan struktur . Bagian
bawah memperlihatkan strukur perlapisan, sedangkan diatasnya massif dengan
ketebalan lebih dari 1 meter . Dilihat dari ada nya perbedaan struktu
rmenunjukkan bahwa terdapat perbedaan formasi perlapisan, yaitu formasi semilir
dan yang massif adalah formasi wonosari.

Pada stopsite ini kita melakukanpen deskripsian batuan serta membuat


profil untuk membuktikan bahwa singkapan ini merupakan batuan
sedimenkarbonat .

Gambar II.2Foto Parameter singkapan STA 2

Azimuth N 340° E

Difoto oleh : M Luthfin al hakim

20
Gambar II.2Foto parameter litologi lapisan 5 STA 2
Azimuth N 025 E

Difoto oleh : M Luthfin al hakim

Kontitusi Utama : Non-klastik

Jenis Kerangka/Butir : Coral

Kontitusi Detritus :-

Masa Dasar :-

Hubungi Butir Dengan Masa Dasar :-

Besar Butir :-

Pemilahan :-

Keadaan Butir :-

Susunan Butir :-

Porositas (Choquette & Pray 1970) : Moldic

Indeks Energi (Pumpley Et Al, 1962) : Energi I

Nama Batuan

Embry danKlovan (1971) : Bafflestone

21
Keterangan :Batuan ini terbentuk pada energy
rendah dengan ditemukannya cangkang yang masih utuh.

Gambar II.2Foto Parameter Litologi lapisan 5 STA 2

Azimuth N 025 E

Difoto oleh : M Luthfin al hakim

Kontitusi Utama : Klastik

Jenis Kerangka/Butir : Fragmental bioklastik

Kontitusi Detritus : 40%

Masa Dasar : Mikrtit 10% Sparite 50%

Hubungi Butir Dengan Masa Dasar : Grain supported

Besar Butir : Rudite (>2mm)

Pemilahan : Buruk

Keadaan Butir : Pecah -pecah

Susunan Butir :Tidakteratur

Porositas (Choquette & Pray 1970) : Fabric selective interpartikel (BP)

22
Indeks Energi (Pumpley Et Al, 1962) : IndeksEnergi I

Nama Batuan

Dunham (1962) : Rudestone

Keterangan : diendapkan pada kondisi air laut


bergelombang sedang. Keadaanfosilnya umumnya pecah-pecah

Gambar II.2Foto Parameter Litologi lapisan 4 STA 2

Azimuth N 025 E

Difoto oleh : M Luthfin al hakim

Kontitusi Utama : Klastik

Jenis Kerangka/Butir : Fragmental bioklastik

Kontitusi Detritus : 80%

Masa Dasar : Mikrtit 5% Sparite15%

Hubungi Butir Dengan Masa Dasar : Grain supported

Besar Butir : Rudite (>2mm)

Pemilahan : Buruk

Keadaan Butir : Pecah -pecah

23
Susunan Butir :Tidakteratur

Porositas (Choquette & Pray 1970) : Fabric selective interpartikel (BP)

Indeks Energi (Pumpley Et Al, 1962) : IndeksEnergi I

Nama Batuan

Dunham (1962) : Floatstone

Keterangan :diendapkan pada kondisi air laut


bergelombang sedang. Keadaanfosilnya umumnya pecah-pecah.

Gambar II.2Foto Parameter Litologi lapisan 3 STA 2

Azimuth N 050 E

Difoto oleh : M Luthfin al hakim

Jenis Batuan nya adalah batuan sedimen klastik.Berwarna abu-abu .


Memiliki strutur perlapisan.Teksturnya yaitu ukuran butir pasir halus (0,125-
0,25mm), derajat pembundaran rounded, derajat pemilahan terpilah baik, kemas

24
tertutup, komposisi mineralnya yaitu fragmen piroksen, matriks kalsit, semen
karbonat . Nama batuannya batu pasir karbonat.

Gambar II.2Foto Parameter Litologi lapisan 2 STA 2

Azimuth N 020 E

Difoto oleh : M Luthfin al hakim

25
Jenis Batuannya adalah batuan sedimen klastik. Berwarna cokelat.
Memiliki strutur perlapisan. Teksturnya yaitu ukuran butir pasir halus (0,125-
0,25mm), derajat pembundaran rounded, derajat pemilahan terpilah baik, kemas
tertutup, komposisi mineralnya yaitu fragmen piroksen, matriks kalsit, semen
karbonat. Nama batuannya batupasir karbonat.

Gambar II.2Foto Parameter Litologi lapisan 1 STA 2

Azimuth

Difoto oleh : M Luthfin al hakim

Jenis Batuannya batuan sedimen klastik.Berwarna abu-abu . Memiliki


struktur perlapisan.Tekstur nya yaitu ukuran butir pasir halus (0,125-0,25mm),
derajat pembundaran rounded. Derajat pemilahan terpilah baik, kemas tertutup,

26
komposisi mineralnya fragmen piroksen, matriks kalsit, Semen karbonat.Nama
batuan batupasir.

Gambar II.2Foto parameter litologi STA 2

Azimuth N 021 E

Difoto oleh : M Luthfin al hakim

Foto ini merupakan vein berjenis mineral kalsit yang berada pada lapisan pertama dengan plunge
dan bearing: 85°, N 017° E dan 83°, N011° E.

27
PROFIL

28
Gambar II.2Profil STA 2

29
Gambar II.2Foto
Bentang Alam
STA 2

Azimuth N 310° E

Difoto oleh :
Javier Jayatu
Budiharto

II.3. STOPSITE 3 (Penjelasan, Deskripsi, Profil)


Pada stopsite tiga ini singkapan yang diteliti berada di sepanjang jalan raya
masih berada didaerah panggang, singkapan yang kami teliti dari kejauhan
membentuk susunan batu gamping berlapis pada bagian bawah dan massif pada
bagian atas, hal ini juga menunjukkan kontak formasi antara formasi oyo dan
wonosari.

30
Gambar II.3Foto Parameter Litologi lapisan 1 STA 3

Azimuth N 204 E

Difoto oleh : Javier Jayastu Budiharto

Kontitusi Utama : Klastik


Jenis Kerangka/Butir : Foram, Fragmental Bioklastik
Kontitusi Detritus : Sparite(Mud) 80% Koral 10%
Grain10%
Masa Dasar : Sparite
Hubungi Butir Dengan Masa Dasar : Mud supported
Besar Butir : Lutite
Pemilahan : Terpilah Baik
Keadaan Butir : Pecah = 80%, Utuh = 20%
Susunan Butir :-
Porositas (Choquette & Pray 1970) : Intrapartikel
Indeks Energi (Pumpley Et Al, 1962) : Indeks Energi I

Nama Batuan
Dunham (1962) : Wackestone
Keterangan : Batuan ini terbentuk pada keadaan
yang relatif tenang karena didominasi oleh Mud(Lumpur karbonat) kenapa relatif
tenang dikarenakan untuk mengendapkan lumpur karbonat kecepatan relatif
tenang.

31
Gambar II.3Foto Parameter Litologi lapisan 2 STA 3

Azimuth N 221 E

Difoto oleh : M Luthfin al hakim

Kontitusi Utama : Klastik


Jenis Kerangka/Butir : Koral, Fragmental Bioklastik
Kontitusi Detritus : Sparite=40%, Koral= 15%,
Grain = 45%
Masa Dasar : Sparite
Hubungi Butir Dengan Masa Dasar : Mud supported
Besar Butir : Lutite
Pemilahan : Tepilah Baik
Keadaan Butir : Pecah = 80% Utuh = 20%
Susunan Butir : Teratur
Porositas (Choquette & Pray 1970) : Intrapartikel
Indeks Energi (Pumpley Et Al, 1962) : Indeks Energi III
Nama Batuan
Dunham (1962) : Packstone
Keterangan :

32
Gambar II.3Foto Parameter Litologi lapisan 3 STA 3

Azimuth N 205 E

Difoto oleh : M Luthfin al hakim

Kontitusi Utama : Klastik


Jenis Kerangka/Butir : Alga, Fragmental Bioklastik
Kontitusi Detritus : Grain=40%, Sparite = 40%,
Alga= 20%
Masa Dasar : Sparite
Hubungi Butir Dengan Masa Dasar : Mud supported
Besar Butir : Lutite
Pemilahan : Terpilah Baik
Keadaan Butir : Pecah = 40% Utuh = 60%
Susunan Butir : Tidak Beraturan
Porositas (Choquette & Pray 1970) : Intrapartikel
Indeks Energi (Pumpley Et Al, 1962) : Indeks Energi III
Nama Batuan

33
Dunham (1962) : Packstone
Keterangan : Batuan ini terbentuk pada keadaan
bergelombang lemah karena diketahui butirannya banyak yang masih utuh.

Gambar II.3Foto Parameter Litologi lapisan 4 STA 3

Azimuth N 210 E

Difoto oleh : M Luthfin al hakim

Kontitusi Utama : Klastik


Jenis Kerangka/Butir : Coral, Fragmental Bioklastik

Kontitusi Detritus : Mud=80%, Grain= 5%,Coral=5%

Masa Dasar : Sparite

Hubungi Butir Dengan Masa Dasar : Mud supported

Besar Butir : Lutite

Pemilahan :-

Keadaan Butir : Pecah = 95% Utuh 5%

Susunan Butir :-

34
Porositas (Choquette & Pray 1970) : Intrapartikel

Indeks Energi (Pumpley Et Al, 1962) : Energi I

Nama Batuan

Dunham (1962) : Mudstone

Keterangan : Batuan ini terbentuk pada keadaan


yang relatif tenang karena didominasi oleh Mud(Lumpur karbonat) kenapa relatif
tenang dikarenakan untuk mengendapkan lumpur karbonat kecepatan relatif
tenang tetapi disini fosil/butiran yang rusak mungkin hasil dari rombakan lapisan
sebelumnya.

Gambar II.3Foto Parameter Singkapan STA 3

Azimuth N 218 E

Difoto oleh : Javier Jayastu Budiharto

Padastopsiteinidapatdiketahuibagaimana proses
progradasidanretrogradasinya. Progradasiadalah proses perkembangan
garispantaiataubagiandaratan ke arah laut melalui pengendapan sedimen yang
dibawa oleh hanyutan litoralatau supply sedimen yang lebihbesardariakomodasi
air lautataudisebutregresi.
Dimanadapatdilihatdarilapisannyasecaravertikalukuranbutirbatuanberkembangdar
ihalusmenjadikasardisebutjuga coarsening upward.Sedangkanretrogradasiadalah
proses

35
perkembangangarispantaiataudaratankearahdaratmelaluipengendapasedimenakiba
takomodari air lautlebihbesardari supply sedimenataudisebuttransgresi.
Dimanadapatdilihatdarilapisannyasecaravertikal,
ukuranbutirbatuanberkembangdarikasarmenjadihalusdisebutjugafining upward.

PROFIL

36
Gambar II.3 Profil STA 3

37
Gambar
II.3Foto Bentang
Alam STA 3

Azimuth N 032 E

Difoto oleh :
Javier Jayatu
Budiharto

38
II.4. STOPSITE 4
Stopsite 4 ini merupakan tempat penelitian terakhir, singkapan ini berada
dipimggir jalan daerah pantai baron yang merupakan tempat penambangan batu
gamping, pada stopsiteini kami melakukan pengamatan mengenai urutan litologi
dari bagian bawah sampai bagian atas disesuaikan dengan pedogenesis soil pada
batugamping. Demikian urutan pembentukan nya dari yang paling bawah
:hostrock, transition, chalky, nodular chalky, nodular, platy, hardpan, soil aktif.

Gambar II.4Foto Parameter litologi STA 4

Azimuth N130 E

Difoto oleh : M Luthfin al hakim

Kontakantaraaktif soil danHardpan

39
Gambar II.4Foto Parameter litologi STA 4

Azimuth N 130 E

Difoto oleh : M Luthfin al hakim

Nodular chalky

Gambar II.4Foto Parameter litologi STA 4

Azimuth N 130 E

Difoto oleh : M Luthfin al hakim

Platy

40
Gambar II.4Foto Parameter singkapan STA 4

Azimuth N 130E

Difoto oleh : M Luthfin al hakim

Pedogenesis pada stopsite ini pertama-tama terbentuk hostrock atau


lapisan batuan yang berada paling bawah atau dasar. Batuan pada lapisan hostrock
ini adalah batu gamping. Kemudian batu gamping ini mengalami transisi dimana
batu gamping ini berada di lapisan atasnya hostrock mulai mengalami perubahan
antara batugamping menjadi batugamping kapuran atau chalky. Setelah terbentuk
lapisan transisi, kemudian terjadi evaporasi dimana fluida naik kepermukaan
sehingga terbentuk dilapisan atasnya lagi lapisan batu gamping yang benar-benar
batugamping kapuran atau chalky. Lalu karena pada saat evaporasi, fluida naik
membawa patikel-partikel yang jenuh, akhirnya dilapisan atas batugamping
kapuran mulai terbentuk nodular-nodular namun masih menyisakan batugamping
kapuran atau chalky. Sehingga lapisannya disebut nodular chalky. Kemudian dia
atasnya lagi terbentuk lapisan batugampingkapuran yang terbentuk secara lateral
yang disebut dengan lapisan Platy. Diatasnya lagi terbentuk lapisan yang sangat
keras hasil dari solusion yang terekristalisasi yang disebut dengan lapisan
hardpan. Kemudian lapisan teratas adalah soil dimana terbentuk dari pelapukan
batuan dengan bantuan organisme, membentuk tubuh unik yang menutupi batuan.

41
PROFIL

Gambar II.4 Profil STA 4

42
II.5. InterpretasiLingkunganPengendapan
Batuan sedimenkarbonat adalah batuan sedimen yang mengandung
mineral karbonat lebih dari 50%. Sedangkan mineral karbonat adalah mineral
mengandung CO3 dan satu atau lebih kation Ca, Mg, Fe, dan Mn. Pembagian dan
penentuan lingkungan pengendapan batuan karbonat sangat tergantung pada
lokasi dan aspek-aspeknya, yang antara lain aspek-aspek tersebut meliputi tingkat
pertumbuhan dari organisme penyusunnya, ukuran dan kondisi dari lingkungan
tempat batuan karbonat tersebut diendapkan.

Endapan-endapan karbonat laut dangkal (shallow marine) dapat terbentuk


pada tiga macam lokasi pengendepan (fasies), yaitu pada Platform, Shelves dan
Ramps. Fasies karbonat Ramp merupakan suatu tubuh karbonat yang sangat besar
yang dibangun disepanjang daerah yang positive hingga daerah paleoslope. Fasies
karbonat Platform merupakan suatu tubuh karbonat yang sangat besar dan bagian
top yang horizontal dan berbatasan langsung dengan self margin. Karbonat shelf
merupakan suatu daerah yang hampir datar (semiflat) pada bagian top dari
karbonat ramp atau bottom dari karbonat platform.

Berdasarkan batuan batuan karbonat yang telah kami deskripsi pada acara
praktikum Karbonat di daerah Panggang dan sekitarnya termasuk dalam
lingkungan pengendapan karbonat daerah Shelves (M.E. Tucker, 1985). Shelf
adalah lokasi pengendapan karbonat yang relative sempit. Endapan karbonat pada
daerah ini dicirikan oleh adanya break slope pada daerah tepi paparan, terdapatnya
terumbu dan sand body karbonat.

43
Gambar II.5 Lingkungan pengendapan

Kompleks terumbu yang terdapat pada daerah ini dapat memperlihatkan


fasies-fasies terumbu muka (fore reef), inti terumbu (reef core) dan terumbu
belakang (back reef).

Pada batuan karbonat yang berjenis Boundstone (Bafflestone, Bindstone


dan Framestone) terendapkan pada inti terumbu (reef core) karena pada tempat ini
merupakan tempat yang paling sesuai untuk organisme seperti foram dan algae
untuk tumbuh hidup.

Sedangkan pada batuan karbonat klastik seperti Wackestone, Packstone,


Grainstone, Rudstone dan Floatstone kemungkinan bias terbentuk di back reef dan
fore reef dikarenakan material dari inti terumbu mengalami perombakan sehingga
bias berpindah tempat ke fore reef maupun back reef lalu mengalami lithifikasi.

44
BAB III
KESIMPULAN

III.1. Kesimpulan
Dari penelitian dan pembuktian dari stopsite 1-4 yang berupa
pendeskripsian litologi, pembuatan profil, interpretasi lingkungan pengendapan
serta analisa mengenai lingkungan pengendapannya kami menyimpulkan bahwa
kegiatan Lapangan sedimen karbonat di daerah Panggang, Wonosari Yogyakarta
ini merupakan singkapan yang termasuk dari formasi wonosari yang diketahui
bahwa cirikhas dari formasi wonosari ini adalah batu gamping terumbu, terdapat
pula kontak antara formasi oyo dan wonosari pada stopsite 2 yang diperlihatkan
struktur perlapisan merupakan formasi oyo dan struktur massif pada formasi
wonosari biota yang kami jumpai pada sampel batuan yang kami ambil adalah
coral, foram, alga serta adapula dijumpai crystalline karbonat yang terdiri dari
mineral kristalin.
Berdasarkan lingkungan pengendapannya pada daearah telitian ini kami
menyimpulkan ada dua lingkungan pengen dapan yaitu pada batuan karbonat
yang berjenis Boundstone (Bafflestone, Bindstone dan Framestone) terendapkan
pada inti terumbu (reef core) karena pada tempat ini merupakan tempat yang
paling sesuai untuk organisme seperti foram dan algae untuk tumbuh
hidup.Sedangkan pada batuan karbonat klastik seperti Wackestone, Packstone,
Grainstone, Rudstone dan Floatstone kemungkinan bias terbentuk di back reef dan
fore reef dikarenakan material dari inti terumbu mengalami perombakan sehingga
bias berpindah tempat ke fore reef maupun back reef lalu mengalami lithifikasi.

45
III.2. Saran

Untuk setiap asisten pembimbing untuk lebih membimbing lagi para


peserta agar,peserta tidak bingung ketika di lapangan.Kemudian waktu disetiap
stopsite diaturlebih baik lagi agar tidak terjadi keterlambatan.

46
47

Anda mungkin juga menyukai