Disusun Oleh:
111.150.009
LABORATORIUM SEDIMENTOLOGI
YOGYAKARTA
2017
1
HALAMAN PENGESAHAN
Oleh :
LABORATORIUM SEDIMENTOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2017
2
3
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas AnugerahNya hingga saya
bisa menyelesaikan Laporan Praktikum Sedimentologi ini tepat pada waktunya
.Saya mengucapkan terimakasih kepada semuapihak yang telah membantu
menyelesaikan Laporan Praktikum ini.
Saya menyadari laporan ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang mendidik agar kedepannya
saya mampu memberikan hasil yang lebih baik. Akhir kata, saya mengharapkan
agar laporan ini bisa bermanfaat bagi diri saya sendiri maupun pembaca.
_____________________
Gilang Mahardhika Novaldi
4
DAFTAR ISI
5
6
BAB I
PENDAHULUAN
7
I.3 DASAR TEORI
1. Pengertian
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk sebagai hasil pemadatan
endapan yang berupa bahan lepas. Hutton (1875; dalam Sanders, 1981). Batuan
sedimen adalah batuan yang terbentuk oleh konsolidasi sedimen, sebagai material
lepas, yang terangkut ke lokasi pengendapan oleh air, angin, es dan longsoran
gravitasi, gerakan tanah atau tanah longsor. Batuan sedimen juga dapat terbentuk
oleh penguapan larutan kalsium karbonat, silika, garam dan material lain.
Menurut Tucker (1991), 70 % batuan di permukaan bumi berupa batuan sedimen.
Tetapi batuan itu hanya 2 % dari volume seluruh kerak bumi. Ini berarti batuan
sedimen tersebar sangat luas di permukaan bumi, tetapi ketebalannya relatif tipis.
Batuan karbonat merupakan salah satu jenis batuan sedimen non silisiklastik.
Pada batuan ini terkandung fraksi karbonat yang lebih besar jumlahnya daripada
fraksi non karbonat, jumlah fraksi karbonatnya lebih dari 50%. Selama
pembentukannya, batuan karbonat melalui serangkaian proses-proses yang disebut
diagenesa. Dengan kata lain diagenesa adalah perubahan yang terjadi pada
sedimen secara alami, sejak proses pengendapan awal hingga batas (onset) dimana
metamorfisme akan terbentuk. Setelah proses pengendapan berakhir, sedimen
karbonat mengalami proses diagenesa yang dapat menyebabkan perubahan
kimiawi dan mineralogi untuk selanjutnya mengeras menjadi batuan karbonat.
2. KlasifikasiUmum
Pettijohn (1975), O’Dunn & Sill (1986) membagi batuan sedimen berdasar
teksturnya menjadi dua kelompok besar, yaitu batuan sedimen klastika dan batuan
sedimen non-klastika.
Batuan sedimen klastika (detritus, mekanik, eksogenik) adalah batuan sedimen
yang terbentuk sebagai hasil pengerjaan kembali (reworking) terhadap batuan
yang sudah ada. Proses pengerjaan kembali itu meliputi pelapukan, erosi,
8
transportasi dan kemudian redeposisi (pengendapan kembali). Sebagai media
proses tersebut adalah air, angin, es atau efek gravitasi (beratnya sendiri). Media
yang terakhir itu sebagai akibat longsoran batuan yang telah ada. Kelompok
batuan ini bersifat fragmental, atau terdiri dari butiran/pecahan batuan (klastika)
sehingga bertekstur klastika.
Batuan sedimen non-klastika adalah batuan sedimen yang terbentuk
sebagai hasil penguapan suatu larutan, atau pengendapan material di tempat itu
juga (insitu). Proses pembentukan batuan sedimen kelompok ini dapat secara
kimiawi, biologi /organik, dan kombinasi di antara keduanya (biokimia). Secara
kimia, endapan terbentuk sebagai hasil reaksi kimia, misalnya CaO +
CO2 ® CaCO3. Secara organik adalah pembentukan sedimen oleh aktivitas
binatang atau tumbuh-tumbuhan, sebagai contoh pembentukan rumah binatang
laut (karang), terkumpulnya cangkang binatang (fosil), atau terkuburnya kayu-
kayuan sebagai akibat penurunan daratan menjadi laut.
Penaman batuan sedimen secara deskriptif, tergantung pada data pemerian
(data deskriptif) yang meliputi warna, tekstur, struktur dan komposisi. Pembagian
batuan sedimen silisiklastika umumnya berdasar ukuran butir, ditambah dengan
bentuk butir, struktur dan komposisi yaitu :
1. Rudit (f > 2 mm), termasuk breksi (fragmen meruncing), konglomerat (fragmen
membulat). Apabila komposisi fragmen batuan secara megaskopik dapat diamati,
maka penamaaan tambahan dapat diberikan berdasarkan komposisi utama
fragmen batuan tersebut. Misalnya breksi andesit, breksi batuapung, konglomerat
kuarsa.
2. Arenit, adalah batuan sedimen berbutir pasir (batupasir). Penamaan batupasir
ini dapat ditambahkan berdasar kenampakan struktur sedimen (contoh batupasir
berlapis, batupasir silangsiur), atau komposisi penyusun utamanya, misal
batupasir kuarsa.
3. Lutit, terdiri dari batulempung, batulanau, dan serpih. Batulempung berbutir
lempung, batulanau tersusun oleh mineral/fragmen batuan berbutir lanau. Serpih
adalah batulempung atau batulanau berstruktur laminasi.
9
Gambar I.3klasifikasibatuankarbonatmenurut Dunham 1962
Klasifikasi batuan karbonat menurut Embry dan klovan ini merupakan modifikasi
dari klasifikasi yang diusulkan oleh Dunham (1962).
10
3. Proses Diagenesa
11
5. Burial (dicirikan oleh kehadiran kalsit hasil pelarutan tekanan/pressure
solution
Secara umum penggambaran diagenesa batuan karbonat adalah sebagai berikut:
Sumber: http://www.geol.umd.edu/~hcui/Teaching/DiagenesisHuanCui.pdf
Pelarutan (Dissolution)
Merupakan proses melarutnya komponen karbonat yang terjadi saat fluida pori
tidak jenuh (undersaturated) oleh mineral-mineral karbonat. Pelarutan akan
terbantu oleh adanya mineral yang bisa larut (mineral karbonat yang tidak stabil
seperti aragonit dan Mg-calcite), serta nilai pH yang rendah (lingkungan menjadi
asam). Fluida air pori yang ada dalam ruang antar butiran pada batuan karbonat
biasanya akan sangat “agresif” melarutkan karbonat jika terkandung konsentrasi
gas CO2 yang disumbangkan oleh lingkungan sekitar (misalnya karbon dan
oksigen yang dilepaskan oleh jasad oganik). Pelarutan karbonat kurang banyak
terjadi di lingkungan laut. Tapi justru banyak terjadi pada lingkungan darat atau
manapun yang ada perkolasi (rembesan) dari air meteorik (air hujan maupun air
tawar). Bentang alam karst merupakan hasil dari proses pelarutan batuan
karbonat. Pembentukkannya dipengaruhi oleh proses pelarutan yang sangat tinggi
di bandingkan dengan batuan di tempat lainnya dimanapun. Proses pelarutan
12
tersebut umumnya dibarengi dengan proses-proses lainnya seperti runtuhan,
transport dalam bentuk larutan melalui saluran bawah tanah, juga longsoran dan
amblesan dipermukaan. Pelarutan yang terjadi secara terus menerus, pada
akhirnya menciptakan bentukan alam yang sangat beragam. Proses pelarutan
tersebut dapat digambarkan dalam reaksi kimia yaitu :
Sementasi (Cementation)
Merupakan proses presipitasi yang terjadi pada saat lubang antar pori batuan
karbonat terisi oleh fluida jenuh karbonat. Dalam proses ini butiran-butiran
sedimen direkat oleh material lain yang terbentuk kemudian, dapat berasal dari air
tanah atau pelarutan mineral-mineral dalam sedimen itu sendiri. Proses ini
merupakan proses diagenetik yang penting untuk semua jenis batuan sedimen,
termasuk didalamnya batuan karbonat. Di lantai laut, sementasi terjadi di air
hangat dalam pori dari butiran ruangan antar butiran karbonat. Di meteoric realm
(lingkungan meteorik dimana pengaruh air yang hadir hanya dari hujan saja)
sementasi juga hadir disini, semennya dominan kalsit. Meskipun kondisi yang
mengontrol sementasi pada kedalaman kurang dipahami pasti, tapi beberapa
faktor dapat diketahui mengontrol hal ini. Air pori, peningkatan temperatur, dan
penurunan tekanan parsial dari karbondioksida merupakan faktor-faktor yang
diperlukan untuk presipitasi semen kalsit ini. Pada proses sementasi ini diperlukan
13
suplai kalsium karbonat secara mutlak. Sifat sementasi ini berlawanan dengan
pelarutan, dimana sementasi membuat mineral semen (karbonat) terpresipitasi,
sementara pelarutan akan merusak struktur mineral yang telah terbentuk.
Dolomitisasi (Dolomitization)
Merupakan proses penggantian mineral-mineral kalsit menjadi dolomit. Dolomit
mempunyai komposisi CaMg(CO3)2 dan secara kristalografi serupa dengan kalsit,
namun lebih besar densitasnya, sukar larut dalam air, dan lebih mudah patah
(brittle). Secara umum, dolomit lebih porous dan permeable dibandingkan
limestone. Dalam proses dolomitisasi, kalsit (CaCO3) ditransformasikan menjadi
dolomite (CaMg(CO3)2) menurut reaksi kimia :
14
aktivitasnya saat organisme ini beraktivitas. Kebanyakan bioturbasi terjadi pada
sedikit di bawah permukaan pengendapan, setelah pengendapan material sedimen
dengan kedalaman beberapa puluh sentimeter. Proses ini akan membentuk
kenampakan yang khas pada batuan sedimen yang disebut struktur sedimen.
Mechanical Compaction
15
Gambar I.3 Perubahanbentukkompaksi
Chemical Compaction
Pada kedalaman burial sekitar 200-1500 m, kompaksi kimia dari sedimen
karbonat dimulai. Tekanan larutan pada kontak antar butiran seperti pada
diagenesa sedimen klastik lainnya akan melarutkan permukaan butiran mineral
dan pada karbonat dapat membentuk kontak bergerigi. Pada batuan karbonat
terkadang tidak mengalami semua proses diagenesa tersebut, namun biasanya
justru hanya melalui beberapa proses diagenesa saja. Proses diagnesa ini akan
sangat berperan dalam menentukan bentuk dan karakter akhir batuan sedimen
yang dihasilkannya.
16
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
17
Gambar II.1Foto Parameter Litologi lapisanSTA 1
Azimuth N 20° E
Pemilahan : Sebagian-sebagian
18
Nama Batuan
Azimuth N 20° E
Gambar II.1Foto
Bentang Alam
STA 1
Azimuth N 047 E
Difoto oleh :
Javier Jayastu B.
19
II.2. STOPSITE 2 (Penjelasan, Deskripsi, Profil)
Azimuth N 340° E
20
Gambar II.2Foto parameter litologi lapisan 5 STA 2
Azimuth N 025 E
Kontitusi Detritus :-
Masa Dasar :-
Besar Butir :-
Pemilahan :-
Keadaan Butir :-
Susunan Butir :-
Nama Batuan
21
Keterangan :Batuan ini terbentuk pada energy
rendah dengan ditemukannya cangkang yang masih utuh.
Azimuth N 025 E
Pemilahan : Buruk
22
Indeks Energi (Pumpley Et Al, 1962) : IndeksEnergi I
Nama Batuan
Azimuth N 025 E
Pemilahan : Buruk
23
Susunan Butir :Tidakteratur
Nama Batuan
Azimuth N 050 E
24
tertutup, komposisi mineralnya yaitu fragmen piroksen, matriks kalsit, semen
karbonat . Nama batuannya batu pasir karbonat.
Azimuth N 020 E
25
Jenis Batuannya adalah batuan sedimen klastik. Berwarna cokelat.
Memiliki strutur perlapisan. Teksturnya yaitu ukuran butir pasir halus (0,125-
0,25mm), derajat pembundaran rounded, derajat pemilahan terpilah baik, kemas
tertutup, komposisi mineralnya yaitu fragmen piroksen, matriks kalsit, semen
karbonat. Nama batuannya batupasir karbonat.
Azimuth
26
komposisi mineralnya fragmen piroksen, matriks kalsit, Semen karbonat.Nama
batuan batupasir.
Azimuth N 021 E
Foto ini merupakan vein berjenis mineral kalsit yang berada pada lapisan pertama dengan plunge
dan bearing: 85°, N 017° E dan 83°, N011° E.
27
PROFIL
28
Gambar II.2Profil STA 2
29
Gambar II.2Foto
Bentang Alam
STA 2
Azimuth N 310° E
Difoto oleh :
Javier Jayatu
Budiharto
30
Gambar II.3Foto Parameter Litologi lapisan 1 STA 3
Azimuth N 204 E
Nama Batuan
Dunham (1962) : Wackestone
Keterangan : Batuan ini terbentuk pada keadaan
yang relatif tenang karena didominasi oleh Mud(Lumpur karbonat) kenapa relatif
tenang dikarenakan untuk mengendapkan lumpur karbonat kecepatan relatif
tenang.
31
Gambar II.3Foto Parameter Litologi lapisan 2 STA 3
Azimuth N 221 E
32
Gambar II.3Foto Parameter Litologi lapisan 3 STA 3
Azimuth N 205 E
33
Dunham (1962) : Packstone
Keterangan : Batuan ini terbentuk pada keadaan
bergelombang lemah karena diketahui butirannya banyak yang masih utuh.
Azimuth N 210 E
Pemilahan :-
Susunan Butir :-
34
Porositas (Choquette & Pray 1970) : Intrapartikel
Nama Batuan
Azimuth N 218 E
Padastopsiteinidapatdiketahuibagaimana proses
progradasidanretrogradasinya. Progradasiadalah proses perkembangan
garispantaiataubagiandaratan ke arah laut melalui pengendapan sedimen yang
dibawa oleh hanyutan litoralatau supply sedimen yang lebihbesardariakomodasi
air lautataudisebutregresi.
Dimanadapatdilihatdarilapisannyasecaravertikalukuranbutirbatuanberkembangdar
ihalusmenjadikasardisebutjuga coarsening upward.Sedangkanretrogradasiadalah
proses
35
perkembangangarispantaiataudaratankearahdaratmelaluipengendapasedimenakiba
takomodari air lautlebihbesardari supply sedimenataudisebuttransgresi.
Dimanadapatdilihatdarilapisannyasecaravertikal,
ukuranbutirbatuanberkembangdarikasarmenjadihalusdisebutjugafining upward.
PROFIL
36
Gambar II.3 Profil STA 3
37
Gambar
II.3Foto Bentang
Alam STA 3
Azimuth N 032 E
Difoto oleh :
Javier Jayatu
Budiharto
38
II.4. STOPSITE 4
Stopsite 4 ini merupakan tempat penelitian terakhir, singkapan ini berada
dipimggir jalan daerah pantai baron yang merupakan tempat penambangan batu
gamping, pada stopsiteini kami melakukan pengamatan mengenai urutan litologi
dari bagian bawah sampai bagian atas disesuaikan dengan pedogenesis soil pada
batugamping. Demikian urutan pembentukan nya dari yang paling bawah
:hostrock, transition, chalky, nodular chalky, nodular, platy, hardpan, soil aktif.
Azimuth N130 E
39
Gambar II.4Foto Parameter litologi STA 4
Azimuth N 130 E
Nodular chalky
Azimuth N 130 E
Platy
40
Gambar II.4Foto Parameter singkapan STA 4
Azimuth N 130E
41
PROFIL
42
II.5. InterpretasiLingkunganPengendapan
Batuan sedimenkarbonat adalah batuan sedimen yang mengandung
mineral karbonat lebih dari 50%. Sedangkan mineral karbonat adalah mineral
mengandung CO3 dan satu atau lebih kation Ca, Mg, Fe, dan Mn. Pembagian dan
penentuan lingkungan pengendapan batuan karbonat sangat tergantung pada
lokasi dan aspek-aspeknya, yang antara lain aspek-aspek tersebut meliputi tingkat
pertumbuhan dari organisme penyusunnya, ukuran dan kondisi dari lingkungan
tempat batuan karbonat tersebut diendapkan.
Berdasarkan batuan batuan karbonat yang telah kami deskripsi pada acara
praktikum Karbonat di daerah Panggang dan sekitarnya termasuk dalam
lingkungan pengendapan karbonat daerah Shelves (M.E. Tucker, 1985). Shelf
adalah lokasi pengendapan karbonat yang relative sempit. Endapan karbonat pada
daerah ini dicirikan oleh adanya break slope pada daerah tepi paparan, terdapatnya
terumbu dan sand body karbonat.
43
Gambar II.5 Lingkungan pengendapan
44
BAB III
KESIMPULAN
III.1. Kesimpulan
Dari penelitian dan pembuktian dari stopsite 1-4 yang berupa
pendeskripsian litologi, pembuatan profil, interpretasi lingkungan pengendapan
serta analisa mengenai lingkungan pengendapannya kami menyimpulkan bahwa
kegiatan Lapangan sedimen karbonat di daerah Panggang, Wonosari Yogyakarta
ini merupakan singkapan yang termasuk dari formasi wonosari yang diketahui
bahwa cirikhas dari formasi wonosari ini adalah batu gamping terumbu, terdapat
pula kontak antara formasi oyo dan wonosari pada stopsite 2 yang diperlihatkan
struktur perlapisan merupakan formasi oyo dan struktur massif pada formasi
wonosari biota yang kami jumpai pada sampel batuan yang kami ambil adalah
coral, foram, alga serta adapula dijumpai crystalline karbonat yang terdiri dari
mineral kristalin.
Berdasarkan lingkungan pengendapannya pada daearah telitian ini kami
menyimpulkan ada dua lingkungan pengen dapan yaitu pada batuan karbonat
yang berjenis Boundstone (Bafflestone, Bindstone dan Framestone) terendapkan
pada inti terumbu (reef core) karena pada tempat ini merupakan tempat yang
paling sesuai untuk organisme seperti foram dan algae untuk tumbuh
hidup.Sedangkan pada batuan karbonat klastik seperti Wackestone, Packstone,
Grainstone, Rudstone dan Floatstone kemungkinan bias terbentuk di back reef dan
fore reef dikarenakan material dari inti terumbu mengalami perombakan sehingga
bias berpindah tempat ke fore reef maupun back reef lalu mengalami lithifikasi.
45
III.2. Saran
46
47