Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Geologi Teknik yang
diampu oleh:
Muhammad Riza H., S.T., M.T.
Disusun Oleh:
Lutfanny Kusmayanti
2000499
Teknik Sipil – A
B. Jenis Batuan
Berdasarkan informasi formasi geologi, dapat diketahui bahwa jenis batuan yang
terdapat di wilayah Kabupaten Pangandaran dan sekitarnya adalah sebagai
berikut.
1. Endapan Aluvial (Qa) tersusun dari bahan endapan lempung, lumpur, lanau,
pasir, kerikil, kerakal, dan berangka.
2. Endapan Pantai (Qac) tersusun dari lanau, lempung, dan pasir,
mengandung pecahan moluska.
3. Formasi Tapak (Tpt) terusun dari batupasir berselingan dengan napal.
4. Formasi Kumbang (Tpks) tersusun perselingan breksi gunung api, lava
dengan batupasir, dan konglomerat dengan sisipan napal.
5. Formasi Halang (Tmph) tersusun dari endapan turbidit yang terdiri dari
perselingan napal, kalkarenit, batupasir sela, konglomerat dengan sisipan
batugamping dan batupasir kerikil di bagian bawah, napal semakin dominan
di bagian atas.
6. Anggota Batupasir Formasi Halang (Tmhs) tersusun dari endapan turbidit
yang terdiri dari perselingan batupasir, konglomerat dengan batulempung
napal, dan serpih dengan sisipan diamiktit.
7. Formasi Kalipucang (Tmkl) tersusun dari batu gamping terumbu, putih
kelabu muda, padu, keras dan berongga, setempat juga berlapis. Batuan ini
tersusun oleh mineral kalsit, aragonit, apatit dan sedikit lempung.
8. Formasi Pamupuan (Tmpa) tersusun dari batu pasir, kalkarinit, napal, tuf,
batu lempung dan batu pasir.
9. Anggota Kalkarenit Formasi Pamutuan (Tmpl) tersusun dari kalkarenit dan
batugamping klastika berselingan dengan napal.
10. Anggota Tuff Napalan Formasi Pamutuan (Tmpt) tersusun dari tuf napalan
berselingan dengan batupasir sela, batulempung, dan batugamping.
11. Formasi Pemali (Tmp) tersusun dari serpih dan napal dengan sisipan
kalkarenit.
12. Formasi Nusakambangan (Tmnt) tersusun dari tuf, tuf lapilli, tuf pasir dan
kerikilan dengan sisipan batupasir sela di bagian bawah, batupasir sela
makin bertambah ke bagian atas dan berselingan dengan batulempung
dengan sisipan breksi.
13. Formasi Jampang (Tmoj) tersusun dari breksi gunung api, tuf dengan
sisipan lava. Berseling dengan batupasir sela, batulempung, napal dan
sisipan konglomerat, batupasir kerikil diamiktit.
Pada wilayah Pangandaran dan sekitarnya, batuan penyusun formasi geologi yang
mendominasi antara lain: batupasir, napal, batulempung, batugamping,
konglomerat, kalkarenit, diamiktit, dan breksi. Batuan-batuan tersebut merupakan
jenis batuan sedimen. Artinya, dari analisis tersebut diketahui bahwa wilayah
Pagandaran dan sekitarnya berdiri diatas formasi geologi yang sebagian besar
terbentuk dari batuan sedimen dengan karakteristik batuan berupa lapisan-lapisan
yang mengalami diagenesis baik secara kompaksi, sementasi, ataupun
pengkristalan kembali.
Terdapat pula batu Tuff yang merupakan jenis batuan beku menyusun beberapa
formasi geologi di wilayah Pangandaran dan sekitarnya, namun jumlahnya tidak
banyak dan sebagian besar telah tersisip batuan sedimen.
C. Umur Geologi
Letak geografis wilayah Pangandaran pun dekat dengan laut, hal ini menambah
indikasi adanya potensi bahaya erosi di pantai atau abrasi pada wilayah
Pangandaran dan sekitarnya yang merupakan daerah pantai yaitu di sepanjang
pesisir Teluk Pagiri dan Teluk Pangandaran.
Likuifaksi adalah hilangnya kekuatan dan kekakuan tanah jenuh air akibat adanya
perubahan tegangan pada tanah. Akibat dari hilangnya kekuatan tanah ini dapat
berupa longsor, perubahan tekstur tanah menjadi lumpur, atau penurunan atau
pergerakan tanah secara tiba-tiba. Jenis tanah atau sedimen sangat berpengaruh
terhadap kerentanan liquifaksi. Likuifaksi hampir sebagian besar terjadi pada
tanah jenis pasir, terutama jenis pasir lepas. Hal-hal lain yang mempengaruhi
kerentanan terhadap liquifaksi adalah, ukuran butir, bentuk butir dan lain-lain
(Pradanaputra, 2018).
Kawasan pesisir Pangandaran dan sekitarnya dicirikan oleh sedimen lempung dan
pasir, bersifat lepas dan jenuh air (Raharjo, 2008). Kondisi seperti ini apabila
terjadi gempa sangat memungkinkan untuk menjadi potensi bahaya likuifaksi.
Contohnya pada kawasan sepanjang pesisir Teluk Pangandaran dan Teluk Parigi,
serta Kedungreja, Patimuan, Gadrung Mangun, Kawunganten, Nusakambangan
bagian Utara, Jeruklegi bagian Selatan, Cilacap Tengah, Cilacap Utara, dan
Cilacap Selatan yang formasi geologinya berupa endapan lempung.
Dengan potensi bahaya geologi berupa erosi, likuifaksi, dan gempa bumi, hal ini
pun menambah indikasi adanya potensi bahaya longsoran di wilayah Kabupaten
Pangandaran dan sekitarnya terutama pada daerah dengan kemiringan lereng yang
tinggi. Contohnya pada sebagian kecil daerah Kecamatan Pangandaran hingga
Kecamatan Kalipucang, Kecamatan Banjarsari hingga Padaherang, serta di daerah
Timur Laut Kecamatan Kawunganten, Utara Kecamatan Jeruklegi, dan
Kecamatan Lembir.
Curah hujan tinggi serta alih fungsi lahan di daerah perbukitan juga menjadi
faktor penyebab meningkatnya potensi longsoran.
Tanah (soil) adalah suatu hasil pelapukan biologi (Selley, 1988), dimana
komposisinya terdiri atas komponen batuan dan humus yang umumnya berasal
dari tumbuhan. Perlu diketahui bahwa ciri dan ketebalan tanah hasil pelapukan
sangat erat hubungannya dengan batuan asal (umur geologi batuan), iklim (curah
hujan dan temperatur), dan kemiringan lereng dari batuan induk itu sendiri (ONE,
2018).
Oleh karena itu, dengan memperhatikan umur geologi batuan, curah hujan,
kemiringan lereng, dan kondisi tanah pada wilayah Pangandaran dan sekitarnya,
dapat diketahui tingkat pelapukan batuan pada wilayah tersebut.
Semakin tua umur geologi suatu batuan maka semakin renta terhadap pelapukan.
Jika melihat sebaran formasi geologi pada Peta Geologi (Gambar 1), wilayah
Pangandaran dan sekitarnya berdiri diatas formasi geologi yang mayoritas
berumur muda. Namun, pada daerah Kecamatan Pangandaran, Kecamatan
Kalipucang, dan sekitarnya, berdiri diatas Formasi Jampang yang berumur relative
tua (Oligosen, 33 – 38 juta tahun). Diprediksikan Kawasan tersebut memiliki
tingkat pelapukan yang tinggi.
Pelapukan batuan akan sering terjadi pada bentang lahan yang memiliki curah
hujan tinggi. Data curah hujan dari website (id.climate-data.org) informasi
kabupaten daerah Pangandaran mengatakan bahwa dalam setahun curah hujan
rata-rata adalah 3322 mm. Pada data tersebut didapati curah hujan relatif sama
disetiap bulannya.
Sesar
Patahan atau sesar (fault) adalah satu bentuk rekahan pada lapisan batuan bumi
yang menyebabkan satu blok batuan bergerak relatif terhadap blok yang lain.
Pergerakan bisa relatif turun, relatif naik, ataupun bergerak relatif mendatar
terhadap blok yang lain. Pergerakan yang tiba-tiba dari suatu patahan atau sesar
bisa mengakibatkan gempa bumi (linnas, 2012). Berdasarkan tingkat aktivitasnya,
sesar dapat dibedakan menjadi sesar aktif, sesar potensi aktif, dan sesar tidak aktif.
Jika pada lokasi yang akan dijadikan sebagai lahan pembangunan suatu kontruksi
terdapat sesar, yang perlu diperhatikan adalah aktivitas dari sesar itu sendiri.
Apabila sesar pernah bergerak dalam kurun waktu 10 ribu tahun terakhir maka
bisa diprediksikan sesar tersebut merupakan sesar aktif. Apabila sesar pernah
bergerak dalam kurun waktu 2 juta tahun terakhir, diprediksikan sesar tersebut
merupakan sesar potensi aktif. Sedangkan, sesar yang belum pernah atau tidak
pernah bergerak selama kurun waktu 2 juta tahun terakhir dan/atau lebih,
diprediksikan sesar tersebut merupakan sesar tidak aktif. Singkatnya, apabila sesar
berada pada formasi geologi berusia muda, kurang dari 10 ribu tahun, besar
kemungkinan bahwa sesar dalam yang ditemukan merupakan sesar aktif.
Salah satu contoh sesar di wilayah Pangandaran dan sekitarnya adalah Sesar
Citanduy (Gambar 6) yang merupakan sesar geser – naik berarah mulai dari barat
laut – tenggara searah dengan lembah Sungai Citanduy dan masih aktif bergerak
(Pengki Irawan, 2016)
Lipatan (Sinklin dan Antiklin)
Struktur perlipatan merupakan suatu deformasi pada lapisan batuan yang terjadi
karena mengalami gaya tegasan sehingga batuan bergerak dari kedudukan semula
dan membentuk suatu lengkungan. Berdasarkan tipe perlipatan dibagi menjadi
dua yaitu antiklin dan sinklin.
Terdapat lipatan (antiklin dan sinklin) yang ditemukan mulai dari Timur – Barat
atau sejajar dengan garis pantai yang cukup panjang (±25 km), mulai dari Timur
(Pangandaran) memotong sungai Cijulang sampai jalan Cijulang – Ciamis
(Pengki Irawan, 2016).
Pada saat gempa bumi terjadi, gelombang akan dirambatkan dari sumber kejadian
ke permukaan bumi yang menyebabkan getaran bumi. Kuat dan lamanya getaran
pada suatu lokasi tergantung pada besaran dan jaraknya ke pusat gempa serta
tergantung karakteristik tanah pada lokasi itu sendiri. Pada lokasi di dekat pusat
gempa, getaran itu dapat mengakibatkan kerusakan berat bahkan hancurnya
struktur kontruksi di atasnya.
Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa patahan yang berkembang di wilayah
Pangandaran dan sekitarnya merupakan sesar aktif yang berpotensi besar untuk
menjadi bahaya gempa. Terlebih lagi, wilayah ini berdiri di atas formasi geologi
yang berusia relatif muda dengan kekuatan struktur batuan yang belum kompak.
Hal ini sangat berpengaruh terhadap suatu rencana kontruksi.
ONE, A. I. (2018, September 11). Study Kerentanan Gerakan Tanah Daerah Karangkamiri
Dan Sekitarnya, Kecamatan Langkaplancar, Kabupaten Pangandaran, Provinsi
Jawa Barat. Retrieved from divergenmor.blogspot.com:
https://divergenmor.blogspot.com/2018/09/study-kerentanan-gerakan-tanah-
daerah.html