Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA
ABSTRAK
Tanah longsor merupakan salah satu bencana yang sering terjadi di Provinsi Yogyakarta. Tercatat
telah terjadi 212 kejadian tanah longsor di Yogyakarta dari tahun 2011-2014 (BPBD DIY, 2014).
Kejadian tanah longsor di Indonesia banyak menimbulkan kerugian baik dari segi fisik maupun
sosial. Kejadian tanah longsor di daerah penelitian dipicu oleh curah hujan yang tinggi sehingga
sangat mungkin bencana ini akan terus terjadi di masa depan. Pemetaan bahaya longsor dapat
dilakukan dengan metode kualitatif dan metode kuantitatif. Salah satu metode kuantitatif yang
digunakan adalah frequency ratio. Frequency ratio didasarkan kepada hubungan antara lokasi
kejadian tanah longsor dan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya longsor. Metode ini
diaplikasikan dengan menggunakan GIS dan data penginderaan jauh seperti citra DEM Terrasar-X
dan citra Google Earth serta peta geologi 1:100.000 dan peta topografi 1:25.000. Data tersebut
merepresentasikan faktor-faktor yang mempengaruhi longsor yaitu kemiringan lereng, jarak dari
drainase, jarak dari patahan, satuan litologi, tata guna lahan ,dan presipitasi. Faktor-faktor tersebut
kemudian dikonstuksikan menjadi peta dengan format raster 10x10m dan ditumpangtindih sehingga
menghasilkan nilai frequency ratio. Nilai frequency ratio dikalkulasikan menjadi LSI (Landslide
Susceptibility Index) yang kemudian diklasifikan menjadi 4 zona bahaya longsor yaitu zona bahaya
rendah, zona bahaya sedang, zona bahaya tinggi dan zona bahaya sangat tinggi yang kemudian
disajikan dalam bentuk peta bahaya tanah longsor. Hasil dari metode ini menunjukkan bahwa
kemiringan lereng merupakan faktor yang berperan penting menyebabkan terjadinya longsor di
daerah penelitian. Hasil validasi menunjukkan bahwa metode ini menghasilkan peta bahaya longsor
yang cukup memuaskan dengan nilai akurasi sekitar 70% sehingga dapat diterapkan dalam upaya
mitigasi bencana longsor.
LHI = FR1 + FR2 + FR3 + ... + FRn (2) Hasil dari analisis bahaya longsor kemudian
divalidasikan menggunakan data tanah longsor
Kemudian nilai LHI ini diklasifikasikan menjadi yang telah ada. Nilai LHI yang didapatkan
3 zona yaitu zona tingkat bahaya rendah, zona kemudian dibagi menjadi 10 kelas dari yang
tingkat bahaya menengah dan zona tingkat tertinggi sampai terendah (100%-90%, 90-
bahaya tinggi yang disajikan dalam bentuk 80%,..., 10%-0%). Setiap kelas LHI dihitung
peta bahaya tanah longsor. Peta bahaya tanah persentase jumlah longsor dan persentase
longsor divalidasikan dengan titik kejadian komulatifnya seperti Kurva perubahan laju
tanah longsor. Validasi ini menunjukkan
dibuat dengan Nilai LHI sebagai sumbu x dan
seberapa baik model dalam memprediksi
persentase komulatif kejadian longsor sebagai
longsor. Hasil dari validasi ini akan
menghasilkan nilai akurasi prediksi sumbu y seperti Gambar 9. AUC ( Area Under
berdasarkan AUC (Area Under Curve). Curve) dihitung dari kurva perubahan laju
tersebut yang mengindikasikan nilai akurasi
IV. ANALISIS DATA DAN DISKUSI prediksi dari model frequency ratio. Nilai AUC
berkisar 0,705 yang berarti nilai akurasi
Metode frequency ratio didasarkan kepada
prediksi bernilai 70,5%. Nilai AUC dari kurva
hubungan antara penyebaran titik longsor
515
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA
tersebut >0,5 yang menyatakan bahwa model tanah yang paling berpengaruh di daerah
frequency ratio memiliki nilai akurasi prediksi penelitian adalah kemiringan lereng 200-400
yang baik dan dapat diterapkan di daerah dengan nilai FR 2,83 dengan pelamparan yang
penelitian. luas dibandingkan faktor-faktor pengontrol
longsor yang lain.
V. KESIMPULAN
Pemetaan bahaya tanah longsor di daerah VI. ACKNOWLEDGEMENT
Kecamatan Piyungan dan Pleret, Kabupaten Ucapan terima kasih disampaikan kepada :
Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta dengan
1. BPBD Daerah Istimewa Yogyakarta
metode frequency ratio menghasilkan 3 zona
atas bantuannya dan ijin pengambilan
bahaya yaitu zona bahaya rendah dengan
data kejadian tanah longsor daerah
pelamparan sekitar 22%, zona bahaya
penelitian.
menengah dengan pelamparan sekitar 65%
2. BMKG Daerah Istimewa Yogyakarta
dan zona bahaya tinggi dengan pelamparan
atas batuannya dan ijin pengambilan
sekitar 13%. Validasi menghasilkan frequency
data curah hujan daerah penelitian.
ratio memiliki akurasi prediksi yang baik
dengan nilai akurasi 70,5%. Faktor pengontrol
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013, Peta Bahaya
Tanah Longsor Daerah Istimewa Yogyakarta, skala 1:250.000, Pemerintah Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Bonham-Carter G.F., 1994, Geographic Information System for Geoscientists, Modelling with GIS,
Pergamon, Oxford, 398 p.
Karnawati, D., 2005, Bencana Alam Gerakan Massa Tanah di Indonesia dan Upaya
Penanggulangannya, Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Lee, S., Pradhan, B., 2007, Landslide Hazard Mapping at Selangor, Malaysia Using Frequency Ratio
and Logistic Regression Models, Landslide Vol.4, p. 33-41
Margono, U., Surono, dan Kusnama, 2009 (dalam persiapan). Peta Geologi Lembar Wonosari dan
Semanu, Yogyakarta, Skala 1:50.000. Pusat Survei Geologi, Bandung
Pradhan, B., 2010, Landslide Susceptibility Mapping of a Catchment Area Using Frequemcy Ratio,
Fuzzy Logic and Multivariate Logistic Regression Approaches, Journal Indian Society Remote Sensing
Vol. 38, 301-320 p.
Rahardjo, W., Sukandarrumidi, Rosidi, H.M.D., 1995, Peta Geologi Lembar Yogyakarta, Jawa, skala
1:100.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung
Sabins, F.F., 1987. Remote Sensing : Principles and Interpretation, Freeman and Company, New York,
449 p.
Surono, 2008, Sedimentasi Formasi Semilir di Desa Sendang, Wuryanto, Wonogiri, Jawa Tengah,
Jurnal Sumber Daya Geologi Vol.18, p. 29-41
Surono, 2008, Stratigrafi dan Sedimentasi Formasi Kebo dan Formasi Butak di Pegunungan Selatan,
Jawa Bagian Selatan. Jurnal Geologi Indonesia Vol.3, p. 183-193
Surono, 2009, Litostratigrafi Pegunungan Selatan Bagian Timur Daerah Istimewa Yogyakarta dan
Jawa Tengah, Jurnal Sumber Daya Geologi Vol. 19, p. 31-43
516
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA
Surono, Toha, B., Sudarno, 1992, Peta Geologi Lembar Surakarta-Giritontro, Jawa, Skala 1:100.000.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.
Sutanto, 1986, Penginderaan Jauh Jilid I, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Tazik, E., Jahantab, Z., Bakhtiari, M., Rezaei, A., Alavipanah, K.S., 2014, Landslide Susceptibility
Mapping by Combining the Three Methods Fuzzy Logic, Frequency Ratio and Analytical Hierarchy
Process in Dozain Basin, The International Arhives of the Photogrammetry, Remote Sensing and
Spatial Information Sciences Vol. 40, p. 267-272
Varnes, D.J., 1978, Slope Movement Types and Processes, Special Report 176; Landslides; Analysis
and Control, Eds: R.L. Schuster dan R.J. Krizek, Transport Research Board, National Research Council,
Washington, D.C, p 11-33
Bemmelen, Van R.W., 1949, The Geology of Indonesia, Govt. Printing Office, Nijhoff, The Hague, Jawa
Tengah
TABEL
Tabel 1. Spatial database daerah penelitian beserta sumbernya.
Sumber Informasi Tipe data Skala
Citra DEM TerraSar-X Kemiringan lereng
Raster 1 : 50.000
Citra IKONOS dan Peta RBI Tata guna lahan Vektor 1 : 50.000
Laporan Peneliti Terdahulu Titik kejadian longsor
Vektor 1 : 50.000
Data Curah Hujan Presipitasi
Raster 1 : 50.000
Peta Pola Penyaluran Jarak dari drainase Vektor 1 : 50.000
Litologi
Peta Geologi dan Pemetaan Jarak dari sesar Vektor 1 : 50.000
Tabel 2. Faktor pengontrol longsor beserta nilai FR (frequency ratio) masing-masing zona
Faktor Zona Di ∑ Di Ai ∑ Ai FR
Kemiringan
Lereng 0°-20° 259169 332318 12 31 0,50
20°-40° 72086 332318 19 31 2,83
>40° 1133 332318 0 31 0
Perselingan batupasir tuffan
Litologi dan tuff
dengan sisipan breksi
autoklastik 69530 332388 12 31 1,85
Perselingan batupasir tuffan
dan tuff
dengan sisipan lapili tuff 256913 332388 16 31 0,67
Breksi Andesit 5875 332388 3 31 5,47
Tata Guna
Lahan Tanah kosong 16 330745 0 31 0
Hutan 3132 330745 0 31 0
517
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA
GAMBAR
518
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA
Gambar 3. Peta tata guna lahan daerah penelitian (tidak dalam skala sebenarnya).
519
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA
Gambar 5. Peta jarak dari sesar daerah penelitian (tidak dalam skala sebenarnya).
520
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA
Gambar 6. Peta jarak dari drainase daerah penelitian (tidak dalam skala sebenarnya).
Gambar 7. Peta curah hujan daerah penelitian (tidak dalam skala sebenarnya).
521
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA
Gambar 8. Peta bahaya tanah longsor daerah penelitian (tidak dalam skala sebenarnya)
Gambar 9. Kurva perubahan laju dari peta bahaya tanah longsor dengan metode frequency ratio
Nilai AUC (Area Under Curve) berkisar 0,705.
522