TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga proposal pemetaan geologi yang berjudul Pemetaan
Geologi Daerah Mekarsari dan Sekitarnya, Kecamatan Cikalongkulon, Kabupaten
Cianjur, Provinsi Jawa Barat ini dapat terselesaikan. Proposal ini disusun dan
diajukan untuk memenuhi syarat dalam persiapan untuk Pemetaan Geologi pada
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi, Universitas
Trisakti, Jakarta.
Dalam penyusunan dan penulisan ini, penyusun menyadari bahwa masih
banyak terdapat kekurangan, maka dari itu penulis menerima setiap masukan dan
kritikan yang bersifat membangun sehingga di kemudian hari tulisan ini dapat
menjadi lebih baik lagi dan juga berguna bagi orang lain.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .2
DAFTAR ISI . ..3
BAB I: PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang4
I.2. Maksud dan Tujuan4
I.3. Daerah Pemetaan5
I.4. Studi Pustaka...............................................................................6
BAB II: GEOMORFOLOGI REGIONAL
II.1. Fisiografi Regional ........7
II.2. Klasifikasi Geomorfologi ............10
BAB III: GEOLOGI REGIONAL
III.1. Stratigrafi Regional15
III.2. Struktur Geologi Regional ...18
III.3. Tektonik Regional......20
BAB IV: KONDISI UMUM DAERAH PEMETAAN
IV.1. Lokasi Daerah Pemetaan ......22
IV.2. Geomorfologi Daerah Pemetaan ......22
IV.3. Pola Aliran Sungai Daerah Pemetaan .27
IV.4. Stratigrafi Daerah Pemetaan ...................28
IV.5. Struktur Geologi Daerah Pemetaan ........................31
BAB V: METODE PENELITIAN
V.1. Tahap Persiapan dan Perencanaan ..................32
V.2. Tahap Penelitian Lapangan ...33
V.3. Tahap Penelitian Laboratorium ....34
V.4. Tahap Penyusunan Laporan ..34
DAFTAR PUSTAKA .36
LAMPIRAN ... 37
LEMBAR PENGESAHAN.. .38
BAB I
PENDAHULUAN
pada suatu daerah. Karna berkembangnya kondisi geologi itu lah yang
membuat para ahli di bidang ini melakukan penelitian langsung ke daerah
tersebut. Dan penelitian itu pun untuk mendapatkan suatu data yang detil
mencakup kondisi geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi dan aspek aspek
geologi lainnya.
Pemetaan geologi merupakan suatu kegiatan pendataan informasiinformasi geologi permukaan dan menghasilkan suatu bentuk laporan berupa
peta geologi yang dapat memberikan gambaran mengenai penyebaran dan
susunan batuan (lapisan batuan), serta memuat informasi gejala-gejala
struktur geologi yang mungkin mempengaruhi pola penyebaran batuan pada
daerah tersebut. Maka dari itu, program pemetaan geologi ini adalah suatu
wadah pelatihan untuk mempraktekan ilmu teori yang sudah di dapat selama
perkuliahan berlangsung.
I.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dari pemetaan di daerah Mekarsari dan sekitarnya, Kecamata
Cikalongkulon, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat adalah untuk
mengetahui potensi geologi dan kebencanaan geologi pda daerah ini. Tujuan
dari pemetaan ini adalah untuk mendapatkan suatu data yang detil dan
mencakup jenis litologi, geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi, sejarah
geologi, dan evaluasi geologi.
I.3 Lokasi Daerah Pemetaan
Daerah pemetaan terletak di Mekarsari dan sekitarnya, Kecamatan
Cikalongkulon, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Luas daerah
pemetaan adalah 30 km2, dengan luas 5km x 6km dengan arah memanjang
utara selatan.
Kavling
Koordinat
Andrei Norman D.
10709'20.2"
10712'04.0"
BT
636'32.0"
639'46.2"
LS
20
20
Kabupaten
Kecamatan
Desa / Kelurahan
Cianjur
Cikalongkulon
Mekarsari, Mekarjaya
Bogor
Tanjungsari
BAB II
GEOMORFOLOGI REGIONAL
II.1. Fisiografi Regional
Secara fisiografi, Van Bemmelan (1970) telah membagi daerah Jawa
Barat menjadi lima jalur fisiografi (Gambar 2.1), yaitu: Zona Dataran Rendah
Pantai Jakarta, Zona Bogor, Zona Bandung, Zona Pegunungan Bayah, dan
Zona Pegunungan Selatan Jawa Barat. Berdasarkan letak geografisnya, maka
secara fisiografi, daerah penelitian termasuk kedalam Zona Bogor bagian
Timur.
pada
zaman
Pliosen-Plistosen
sezaman
dengan
bentang
pencerminan
alam
dari
suatu
proses
daerah
yang
endogen
mana
dan
merupakan
eksogen
yang
mempengaruhinya.
Pengklasifikasian bentang alam ini, dilakukan dengan
mengacu pada parameter-parameter relief tertentu. Peninjauan dari
aspek relief dibedakan berdasarkan klasifikasi Van Zuidam.
Tabel 2.1. Klasifikasi Van Zuidam (1983)
Satuan Relief
Kelerengan (%)
Datar/Hampir Datar
02
<5
Bergelombang/Miring Landai
37
5 50
Bergelombang/Miring
8 13
25 75
Berbukit Bergelombang
14 20
50 200
21 55
200 500
56 140
500 1000
> 140
> 1000
berupa pengangkatan,
10
11
PARAMETER
Stadia Sungai
Relief
Muda
Dewasa
Tua
Muda
Muda Dewasa
Tua
Sedikit Bergelombang
Maksimum
Hampir Datar
UV
U Datar
Bentang alamnya
datar sampai
sampai maksimum.
datar.
bergelombang.
Hasil proses
pengendapan.
Relief kecil.
VU
Bentuk Penampang
Lembah
Kenampakan Lain
U Datar
12
Stadia Sungai
Parameter
Muda
Dewasa
Tua
Slope Gradient
Besar
Relatif Kecil
Tidak Ada
Kecepatan Aliran
Tinggi
Sedang
Rendah
Turbulent
Turbulent Laminar
Laminer
Vertikal
Vertikal Horizontal
Horizontal
Erosi
Deposisi
Bentuk/Pola Sungai
Lurus
Lurus Bermeander
Bermeander Komplek
Bentuk Penampang
VU
Kecil/Jarang
Sedang/Mulai Banyak
Besar/Banyak
dataran banjir
Kerapatan/Anak Sungai
Kenampakan Lain
banjir
dendritik,
parallel,
trellis,
rectangular,
radial,
annular,
13
terjadi pada daerah penelitian. Lobeck (1939) membagi genetik sungai dan
stadia daerah menjadi 3 jenis.
Pembagian genetik sungai menurut Lobeck (1939) adalah sebagai
berikut:
Subsekuen, sungai dengan arah aliran sungai yang mengikuti arah jurus
lapisan batuan yang dilaluinya.
Konsekuen, sungai dengan arah aliran sungai yang mengikuti arah
kemiringan lapisan batuan yang dilaluinya.
Obsekuen, sungai dengan arah aliran sungai yang berlawanan dengan
arah kemiringan lapisan batuan yang dilaluinya.
14
BAB III
GEOLOGI REGIONAL
III.1. Stratigrafi Regional
Menurut Martodjojo (2003), wilayah Jawa Barat dapat dibagi menjadi
tiga mandala sedimentasi erdasarkan mayritas ciri sedimen pembentuknya,
yaitu:
a. Mandala Paparan kontinen yang terletak paling utara. Paparan ini
tempatnya hampir sama dengan Zona Fisiografi Dataran Pantai Jakarta,
dicirikan oleh endapan paparan, umumnya terdiri dari batugamping,
batulempung dan batupasir kuarsa, serta lingkungan umumnya laut
dangkal. Pada mandala ini pola transgresi dan regresi umumnya jelas
terlihat. Struktur geologinya sederhana, umumnya sebagai pengaruh dari
pergerakan isostasi dari batuan dasar (basement). Ketebalan sedimen di
daerah inin dapat mencapai 5000 m. Batas selatan Mandala Paparan
kontinen ini deperkirakan sama dengan penyebaran singkapan Formasi
Parigi dari Cibinong Purwakarta sejajar degan pantai utara. Bagian
utaranya menerus ke lepas pantai, meliputi daerah pengeboran minyak
bumi di lepas pantai utara Jawa.
b. Mandala Sedimentasi Bogor meliputi beberapa Zona Fisiografi van
Bemmelen (1949), yakni: Zona Bogor, Zona Bandung dan Pegunungan
Selatan. Mandala sedimentasi ini dicirikan oleh endapan aliran gravitasi,
yang kebanyakan berupa fragmen batuan beku dan sedimen, seperti:
andesti, basalt, tufa dan batugamping. Ketebalan keseluruhan secara pasti
sulit ditentukan, tatpi diperkirakan 7000 m.
c. Mandala Sedimentasi Banten, kurang begitu jelas, mengingat sedikitnya
data yang diketahui. Pada unmur Tersier Awal, mandala ini lebih
menyrupai Mandala Cekungan Bogor.
Daerah penelitian terletak pada Mandala Cekungan Bogor. Mandala
Cekungan Bogor menurut Martodjojo (1984) mengalami perubahan dari
15
waktu ke waktu sepanjang zaman Tersier Kuarter. Mandala ini terdiri dari
tiga siklus pengendapan. Pertama-tama diendapkan sedimen laut dalam,
kemudian sedimen darat yang berangsur berubah menjadi sedimen laut
dangkal, dan yang terakhir diendapkan sedimen dengan mekanisme aliran
gravitasi. Siklus pertama dan kedua sedimen berasal dari utara, sedangkan
siklus ketiga berasal dari selatan. Lebih lanjut, Martodjojo (1984) telah
membuat penampang stratigrafi terpulihkan utara-selatan di Jawa Barat.
16
dan batupasir kuarsa dengan sisipan breksi pada lingkungan laut dalan dengan
mekanisme aru gravitasi.
Formasi Bayah diendapkan secara selaras di atas formasi Ciletuh.
Formasi Bayah yang diperkirakan berumur Eosen Tengah Eosen Akhir,
tersusun atas batupasir greywacke dan batupasir kuarsa berseling dengan
serpih, dijumpai juga sisipan batubara. Puncak pendangkalan di sebagian atau
seluruh Pulau Jawa diperkirakan terjadi bersamaan dengan pembentukan
Formasi Bayah.
Pada Kala Oligosen Akhir diendapkan Formasi Batuasih secara tidak
selaras di atas Formasi Bayah. Formasi Batuasih diendapkan pada lingkungan
transisi yang tersusun atas batulempung napalan dengan sisipan batupasir
kuarsa. Pada beberapa horizon terdapat napal yang kaya foraminifera
plankton, foraminifera bentonik dan juga moluska. Bagian teratas dari
Formasi Batuasih lebih bersifat gampingan dan mengandung lensa-lensa
gamping kalkarenit.
Pada Oligosen Akhir sampai Awal Miosen diendapkan Formasi
Rajamandala yang didominasi oleh batugamping terumbu yang diendapkan
pada lingkungan laut dangkal. Bagian bawah formasi inin memliki hubungan
menjari dengan formasi Bayah, tetapi di Teluk Bayah formasi inin tidak
ditemukan. Penyebaran dari satuan ini hanya terdapat pada jalur tertentu,
mamanjang dari Citarate di Bayah-Sukabumi, dan menerus ke Rajamandala,
Sehingga disimpulkan pada waktu Formasi Rajamandala diendapkan, daerah
poros
Citarate-Sukabumi-Rajamandala
merupakan
18
19
Gambar 3.3 Penampang Geologi S-U Blok Karawang Selatan (Martodjoyo, 2003)
20
21
BAB IV
KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN
IV.1. Lokasi Daerah Penelitian
Daerah pemetaan berada pada belahan bumi bagian Timur dan
Selatan, terletak pada koordinat 10709'20.2" - 10712'04.0" BT dan 636'32.0" 639'46.2" LS. Daerah pemetaan secara administratif berlokasi di Kecamatan
22
23
UTARA
24
Denudasional
adalah
proses
denudasional
25
26
Pola aliran sungai dari suatu daerah dipengaruhi oleh beberapa faktor,
di antaranya adalah kontrol struktur, jenis dan variasi kekerasan batuan,
kelandaian lereng asal, sejarah geologi, dan sejarah geomorfologi dari daerah
tersebut.
Berdasarkan peta pola aliran sungai di atas, pola aliran sungai dari
daerah penelitian yang akan dipetakan adalah sub-rectangular, di mana
pertemuan antar alirannya membentuk sudut siku-siku atau hampir siku-siku.
Pola aliran ini umumnya berkembang pada daerah rekahan dan patahan.
Selain itu, terdapat pula pola aliran sungai sub-radial di bagian timur daerah
pemetaan, di mana hulu sungai berada di suatu wilayah dengan kontur yang
lebih tinggi dan terpusat dan mengalir ke berbagai arah menuju kontur yang
lebih rendah.
27
28
Formasi Cantayan
- Anggota Batulempung (Mttc)
Batulempung, serpih tufaan mengandung belerang, lignit dan
-
intrusive andesit.
Formasi Jatiluhur/Cibulakan (Mdm)
Formasi Jatiluhur terdiri atas napal, batupasir kuarsa, kuarsit dan
batugamping napalan. Formasi Jatiluhur pada daerah penelitian masih
Purwakarta.
Aluvium (Qa)
Lempung, lanau, pasir kerikil. Terutama endapan sungai sekarang.
29
dan hornblende.
Vitrofir, Andesit, Porfiri Basal, Dolerit, Diorit Mikro (vi)
Vitrofir putih atau abu-abu muda, kemungkinan berususunan
andesit, di sekitar G. Congkrang. Breksi magma dan tufa breksi
berwarna muda yang berususunan sama dengan vitrofirnya, dekat
G. Karung. Porfir basal di daerah sekitar Pr. Buluh dan sedikit di
sebelah baratnya, diorite mikro dan dolerite yang hanya
membentuk tubuh-tubuh kecil, yang rombakan tersebar di lerenglereng.
30
31
BAB V
METODE PENELITIAN
Dalam kegiatan pemetaan geologi, digunakan metode penelitian yang
tersusun dari 4 tahap, yaitu tahap persiapan dan perencanaan, penelitian
lapangan, penelitian laboratorium, dan penyusunan laporan.
Diagram
5.1.
Flow
kondisi arah lintasan yang tegak lurus dengan jurus, melewati sungai
dan atau memotong seluruh formasi batuan pada daerah pemetaan, dan
faktor resiko keselamatan.
Persiapan juga meliputi analisis peta topografi, peta geologi
regional, dan citra satelit. Peta topografi dimanfaatkan untuk
menganalisis kelerengan, memprediksi pola aliran sungai, peta jalan,
dan memprediksi indikasi adanya struktur geologi maupun variasi
geologi lainnya yang dijumpai di daerah pemetaan, sementara peta
geologi regional digunakan untuk memprediksi stratigrafi dan struktur
geologi, dan citra satelit digunakan untuk memprediksi litologi dan
struktur geologi.
Selain persiapan dari segi data, persiapan perlengkapan
pemetaan geologi juga tak kalah pentingnya, perlengkapan yang
dibutuhkan dalam melakukan pemetaan geologi di antaranya adalah
palu geologi, kompas geologi, peta topografi, buku lapangan, alat tulis,
plastik sampel, larutan HCl, loupe, kamera, serta komparator batuan.
33
Untuk
dapat
memanfaatkan
data-data
yang
diperoleh,
data
lapangan,
di
antaranya
adalah
analisis
Tabel V.1. Rencana Timeline Proses Pelaksanaan Pemetaan Geologi Hingga Kolokium
34
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
35
LAMPIRAN
Peta lintasan
36
TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
PROPOSAL PEMETAAN GEOLOGI
DAERAH MEKARSARI DAN SEKITARNYA,
KECAMATAN CIKALONGKULON
KABUPATEN CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT
Penyusun
ANDREI NORMAN
072.013.015
Disahkan Oleh:
DONDOKAMBEY
Koordinator Pemetaan
Dosen Pembimbing
37