Anda di halaman 1dari 14

BAB IV

STRUKTUR GEOLOGI

IV.1. Struktur Geologi Regional

Gambar 4.1 Penampang Geologi S-U Blok Karawang Selatan (Martodjojo, 2003 )

Daerah Struktur Karawang Selatan merupakan suatu kawasan struktur


tersendiri, yang ditandai oleh kelurusan struktur berarh hamper barat- timur,
kecuali di Pasir Parigi yang mulai membelok ke tenggara dan di S. Cihoe yang
membelok ke baratdaya (Gambar 4.1).
Stratigrafi yang menempati daerah ini dapat dibagi menjadi dua bagian
penting. Daerah yang di selatan didominer oleh endapan turbidit, sedangkan
dibagian utara merupakan endapan neritik dengan mekanisme offshore bar
sampai laut transisi. Kedua bagian ini dibatasi oleh sesar naik yang penting,
Sesar Pangipiran.
Struktur daerah karawang Selatan, umumnya terdiri dari urutan sesar dan
lipatan yang berarah hamper barat - timur. Di bagian paling timur pada batas
Daerah Struktur Purwakarta sesar dan lipatan membelok kearah tenggara,
sedangkan di bagian paling barat, di dekat Cibinong, sesar agak membelok ke
baratdaya.
Sesar yang dominan didaerah Karawang Selatan ini adalah sesar naik,
khususnya Sesar Cihoe di utara dan Sesar Pangipiran di selatan. Sistem antiklin
dan sinklin di daerah ini adalah merupakan akibat dari sesar-sesar naik tersebut.
Dari arah sesar naik, serta simetri lipatan yang mengikutinya, kita dapat
berkesimpulan bahwa arah gaya adalah dari selatan ke utara.

IV.2 Struktur Geologi Daerah Peneltian


Pada daerah penelitian penamaan struktur ditentukan berdasarkan nama
geografis setempat, seperti : nama desa dan nama sungai, dimana tanda tanda
struktur tersebut ditemukan.
Sedangkan pembagian jenis struktur di daerah penelitian ditentukan
berdasarkan indikasi atau tanda tanda struktur yang ditemukan, seperti :
pengukuran terhadap jurus dan kemiringan lapisan, arah breksiasi, analisa kekar
dengan arah/bidang sesar menggunakan Klasifikasi sesar (Rickard, 1972)
(Gambar 4.2), kelurusan aliran sungai, kelurusan perbukitan dan keadaan
litologi.
Gambar 4.2 Klasifikasi penamaan Sesar menurut Rickard (1972)

Struktur sesar yang dijumpai di daerah penelitian dapat diketahui dari


bidang sesar, slickenlines, kekar gerus (Shear Fractures), zona hancuran, dan
breksiasi. Kedudukan lapisan batuan tidak beraturan juga mengindikasiakan
terdapatnya sesar. Kenampakan morfologi berupa kelurusan punggungan dan
sungai juga membantu dalam mengindikasikan kehadiran sesar.
Maka berdasarkan hasil pengamatan di lapangan dan tanda tanda yang
ditemukan di lapangan serta analisis data lapangan, terhadap struktur geologi
berupa struktur monoklin dan struktur sesar, yaitu: Struktur Lipatan Antiklin
Wangun, Sesar Naik Cirejeg, Sesar Geser Dekstral Sirnasari, Sesar Sesar
Dekstral Buanajaya, Sesar Geser Dekstral Cibeet. (Gambar 4.3)
Gambar 4.3 Peta Struktur Geologi Daerah Peneltian
IV.2.1 Struktur Lipatan Antiklin Wangun
Struktur lipatan antiklin ini diperoleh dari hasil rekonstruksi data-data
jurus dan kemiringan di sekitar daerah G. Wangun, dimana orientasi kedudukan
lapisan menunjukkan lipatan antiklin saat direkonstruksi. Kedudukan antiklin
ini diperkirakan dari rekonstruksi jurus dan kemiringan pada LP 44 pada satuan
batulempung sisipan batupasir, dimana LP 44 memiliki dragfold dengan
kedudukan N 95oE / 18o dan N261oE/ 20o serta nilai plunge/ trend sebesar 15o
/N115oE .(Foto 4.1).
Dari hasil rekonstruksi ini, lipatan ini memiliki orientasi sumbu lipatan
timur- barat , sehingga dapat diperkirakan gaya utama pembentuk lipatan ini
adalah utara - selatan, tegak lurus terhadap sumbu lipatan, dan melemah di
bagian timur daerah pemetan. Ketidakberaturan pola dari jurus di sekitar sumbu
lipatan ini diperkirakan akibat pengaruh dari sesar yang memotong lipatan.

Foto 4.1 dragfold pada LP44


Gambar 4.4 Analisa Lipatan berdasarkan jurus dan kemiringan menggunakan
stereonet

IV.2.2 Struktur Sesar Naik Cirejeg (Rickard, 1972)


Struktur patahan yang terdapat pada daerah pemetaan adalah sesar naik
yang berada dibagian timurlaut daerah pemetaan tepatnya pada daerah Genggong.
Struktur patahan ini diperoleh beradasarkan perkiraan dari morfologi daerah
pemetaan, zona hancuran yang diperoleh dari data lapangan di timurlaut bagian
peta yang kemudian diproyeksikan kedalam penampang A-A.

Penulis menyimpulkan bahwa Sesar Naik Cirejeg pada daerah penelitian


dapat diperkirakan pada utara-timurlaut peta dengan sumbu sesar tersebut dari
timur ke baratlaut.

IV.2.2 Struktur Sesar Mendatar Dekstral Sirnasari (Rickard, 1972)


Struktur sesar geser dekstral ini didapat dari hasil rekonstruksi orientasi
kedudukan lapisan pada wilayah Desa Sirnasari dan Desa Sirnarasa. Indikasi yang
didapat berupa kelurusan anak sungai, zona hancuran serta pengolahan data
lapangan Shear /dan Gash Fracture (Foto 4.2). Sehingga setelah di analisis
menggunakan stereonet dan Klasifikasi Sesar (Rickard, 1972) (Gambar 4.5)
didapatkan nama sesar geser menganan naik. Adapun sebaran litologi pada
struktur ini adalah batupasir, batulempung sisipan batupasir dengan arah gaya
Utara Selatan.

Foto 4.2 Zona Hancuran dekat LP 13 (Gambar A) dan Gash Fracture pada LP 12
(Gambar B)
Gambar 4.5 Analisa Sesar berdasarkan data Shear Fracture, Gash Fracture dan
Arah Sesar menggunakan stereonet

IV.2.3 Struktur Sesar Mendatar Dekstral Naik Buanajaya (Rickard, 1972)


Struktur sesar geser dekstral ini didapat dari hasil rekonstruksi orientasi
kedudukan lapisan pada wilayah Desa Buanajaya. Indikasi yang di dapat seperti
kelurusan anak sungai, zona hancuran (Foto 4.3), off-set lapisan pada air terjun
dengan nilai trend N20E (Foto 4.3), stikre/dip yang berbeda dengan yang lain
serta pengolahan data lapangan Shear dan Gash Fracture (Gambar 4.5).
Sehingga setelah di analisa menggunakan stereonet dan Klasifikasi Sesar
(Rickard, 1972) (Gambar 4.6) didapatkan nama sesar geser menganan. Adapun
sebaran litologi pada struktur ini adalah batupasir, batulempung sisipan
batupasir dengan arah gaya Utara Selatan.
Foto 4.3 off-set lapisan pada air terjun pada LP 65 (Gambar A dan B), Shear
Fracture pada LP 59 (Gambar C)

Gambar 4.6 Analisa Sesar berdasarkan data Shear Fracture, Gash Fracture dan
Arah Sesar menggunakan stereonet
IV.2.4 Struktur Sesar Mendatar Dekstral Naik Cibeet (Rickard, 1972)
Struktur sesar geser dekstral ini didapat dari hasil rekonstruksi orientasi
kedudukan lapisan pada wilayah Sungai Cibeet. Indikasi yang di dapat seperti
Pembelokan sungai yang tajam, kelurusan sungai dengan nilai trend, N165E
serta pengolahan data lapangan Shear dan Gash Fracture (Foto 4.5). Sehingga
setelah di analisa menggunakan stereonet dan Klasifikasi Sesar (Rickard, 1972)
(Foto 4.5) didapatkan nama sesar geser menganan. Adapun sebaran litologi
pada struktur ini adalah batupasir, batulempung sisipan batupasir dengan arah
gaya Utara Selatan.

Foto 4.5 Shear dan Gash Fracture yang ditemukan di Sungai Cibeet
Gambar 4.6 Analisa Sesar berdasarkan data Shear Fracture, Gash Fracture dan
Arah Sesar menggunakan stereonet

IV.3 Mekanisme Struktur Geologi Daerah Pemetaan


Struktur geologi suatu daerah sangat dipengaruhi oleh beberapa gaya
yang mempengaruhi tatanan geologi suatu daerah, termasuk didalamnya susunan
stratigrafi serta bentukan relief suatu daerah.
Penentuan arah gaya yang bekerja pada daerah penelitian ini dilakukan
berdasarkan data kekar yang diukur pada beberapa lokasi pengamatan (Tabel
4.1). Dengan memproyeksikan data-data kekar tersebut menggunakan metode
stereografi, didapatkan hasil gaya dengan besar arah N 346o E atau N 168o E dan
arah gaya tegasan utama relatif memiliki arah barat laut-tenggara (Gambar
4.7 ). Selain itu dalam melakukan pendekatan penentuan arah gaya, juga dapat
menggunakan metode strain ellipsoid (Gambar 4.8) berdasarkan Billings
(1977). Dalam penentuannya, Billings (1977) memaparkan bahwa gaya
regangan terbesar terletak pada sumbu horizontal apabila gaya kompresional
dilakukan dari arah utara dan selatan. Oleh karena itu, hasil akhir dari kegiatan
ini akan menghasilkan suatu sumbu lipatan, yang yang memiliki arah barat -
timur, yang kemudian akan berkembang menjadi sesar-sesar karena adanya
kekar-kekar selama terjadi gaya kompresional atau gaya ekstensional.

Tabel 4.1 Data Strike/Dip dari beberapa titik di daerah penelitian

Gambar 4.7 Diagram Rose Set Hasil proyeksi data Strike/Dip daerah pemetaan
Gambar 4.8 Model strain ellipsoid oleh Billings (1977). Pembentukan pola
struktur sesuai arah gaya daerah pemetaan.

Menurut Suyanto dan Sumantri (1977), kegiatan deformasi di Pulau


Jawa terjadi sebanyak empat kali, yaitu (a) Oligosen - Miosen, (b) Miosen
Tengah, (c) Plio-Pleistosen, dan (d) Kuarter. Condon, dkk (1996) juga
menegaskan bahwa struktur geologi yang ada pada daerah penelitian
melibatkan batuan berumur Kapur sampai Holosen. Menurut Van Bemmelen
(1949), Kegiatan tektonik yang terjadi pada Miosen Tengah menyebabkan
pembentukan Perlipatan yang terjadi berarah relatif barat-timur, sedangkan
yang berarah timur laut-barat daya dan barat laut-tenggara hanya sebagian.
Sedangkan sesar yang terjadi adalah sesar naik, sesar geser-jurus, dan sesar
normal. Sesar naik memiliki arah hampir barat-timur, dengan bagian selatan
relatif. Sesar geser-jurus yang dengan arah hampir barat laut-tenggara, timur
laut-barat daya, dan utara-selatan. Jenis sesar ini ada yang menganan dan ada
pula yang mengiri. Sesar geser - jurus ini memotong struktur lipatan dan diduga
terjadi sesudah perlipatan.
IV.5 Umur Struktur Geologi Daerah Penelitian
Data yang didapatkan di lapangan menunjukkan bahwa semua batuan di
daerah penelitian ini telah mengalami deformasi baik perlipatan maupun
pensesaran dengan jejak yang cukup terlihat. Satuan batuan yang memiliki jejak
deformasi termuda pada daerah penelitian ini berumur Pliosen Awal dimana
satuan batuan tersebut telah mengalami perlipatan dan patahan. Oleh karena itu,
penulis menyimpulkan bahwa daerah penelitian ini mengalami perkembangan
struktur geologi pada fase Plio-Pleistosen.

Anda mungkin juga menyukai