STRUKTUR GEOLOGI
rumit, yang sangat erat kaitannya dengan suatu pola tektonik regional yang
bagian dari mandala Sulawesi Barat, yang dicirikan oleh endapan palung berumur
darat, hal ini menunjukkan gunungapi darat. Akhir kegiatan gunungapi Miosen
Tengah dan menurun perlahan selama sedimentasi sampai kala Pliosen, dibatasi
oleh dua buah sistem sesar yaitu sesar normal Walanae dan sesar normal Soppeng.
Sesar utama yang berarah utara – baratlaut terjadi sejak Miosen Tengah
dan tumbuh sampai akhir Pliosen. Perlipatan besar yang berarah kira- kira timur-
103
104
barat pada waktu sebelum akhir kala Pliosen. Tekanan ini menyebabkan
terjadinya pula sesar sungkup lokal yang mensesarkan batuan- batuan Pra-Kapur
Akhir di daerah Bantimala ke atas batuan Tersier. Perlipatan dan pensesaran yang
relatif lebih kecil terjadi di bagian timur Lembah Walanae dan di daerah
besar terjadi oleh gerakan - gerakan ke kanan sepanjang sesar utama (Sukamto
dan Supriatna1982).
magma pada akhir Plistosen, diikuti oleh suatu tektonik yang menghasilkan sesar-
dekstral dari pada batuan alas di bawah Lembar Walanae. Sejak Kala Pliosen
pesisir barat ujung Lengan Sulawesi Selatan ini merupakan dataran stabil yang
terjadi sepanjang busur Sulawesi Barat terjadi selama Miosen Akhir sampai
Pliosen. Kemudian penurunan kembali secara regional terjadi pada kala Plistosen
Sulawesi Tengah, dan padam sama sekali pada Plistosen Akhir sampai Holosen.
Barat. Tektonik yang terjadi pada kala Plistosen ini hanya pengangkatan yang
jenis struktur yang dijumpai, umur dari struktur tersebut yang berhubungan
indikasi sekunder yang dijumpai di lapangan. Metode dan cara yang dilakukan
sebelumnya maka jenis struktur geologi yang dijumpai pada daerah penelitian
terdiri atas:
1. Struktur lipatan
2. Struktur kekar
3. Struktur sesar
Bentuk pelengkungan yang terjadi pada suatu benda atau material tersebut
disebabkan oleh dua mekanisme (Asikin, 1979), yaitu buckling dan bending.
Buckling (melipat) adalah lipatan yang disebabkan gaya tekanan yang arahnya
permukaan lempeng.
batuan yang satu dengan kedudukan batuan yang lain sehingga dapat diketahui
hubungan antara perlapisan batuan dan jenis lipatannya. Gejala struktur lipatan
pada suatu daerah penelitian dapat dikenali dengan melihat variasi kedudukan dan
batuan, bahwa pembentukan lipatan merupakan bagian dari suatu fase deformasi
plastis pada batuan. Pada fase ini batas anyal dari suatu benda/batuan telah
tercapai atau terlampaui maka sebagian dari dimensi batuan akan terubah secara
perlapisan batuan yang relatif hampir sama dengan arah penyebaran dari arah
selatan barat daya ke utara timur laut. Secara umum pengukuran kedudukan
batuan yaitu strike antara N 1850E - N 2250E dengan besarnya dip antara 60 - 250.
pada daerah penelitian berupa lipatan homoklin (Gambar 4.1 dan Gambar 4.2) dan
dijumpai pula adanya lipatan – lipatan minor berupa lipatan seretan ( drag fold )
Gambar 4.1 Kenampakan kedudukan batuan pada tufa halus dengan arah
penyebaran relatif selatan barat daya ke utara timur laut. Difoto
ke arah N 240oE pada stasiun 23.
Gambar 4.2 Kenampakan kedudukan batuan pada tufa kasar dengan arah
penyebaran relatif selatan barat daya ke utara timur laut. Difoto
ke arah N 10o E pada stasiun 40.
109
Gambar 4.3 Lipatan minor berupa drag fold pada tufa halus. Difoto ke
arah N 280o E pada stasiun 5.
daerah penelitian mengacu pada Teori Pengkerutan oleh Harding (1974), yang
menyatakan bahwa arah umum gaya tektonik yang membentuk lipatan adalah
tegak lurus sumbu lipatan atau searah dengan jurus dan kemiringan batuan.
sayap lipatan homoklin terhadap struktur sesar geser yang terbentuk setelahnya.
Berdasarkan hal tersebut maka dapat diketahui bahwa arah umum gaya yang
pada satuan batuan yang terlipat (satuan batugamping) yaitu satuan yang berumur
Miosen Atas bagian atas – Pliosen Bawah. Dengan demikian umur pembentukan
Kekar adalah struktur rekahan yang terbentuk pada batuan dengan tidak
atau sedikit sekali mengalami pergeseran (Billings, 1968). Menurut Ragan (1973),
kekar merupakan suatu retakan pada batuan (fracture) yang relatif tidak
mengalami pergeseran pada bidang rekahnya. Menurut Davis (1984) kekar adalah
rekahan dalam berbagai jenis batuan yang menerus yang mana rekahan – rekahan
dilakukan secara acak dan pengamatan kekar secara umum serta pengambilan data
visual dalam bentuk Gambar. Kemudian data tersebut dianalisis dengan metode
111
statistik yaitu diagram kipas untuk mengetahui arah umum gaya tegasan utama
dan untuk menentukan jenis kekar yang terdapat pada daerah penelitian.
kekar non sistematik (Mc Clay, 1987). Kekar sistematik yaitu kekar yang
arah sejajar atau hampir sejajar jika dilihat dari kenampakan di atas permukaan.
Sedangkan kekar non sistematik yaitu kekar yang tidak teratur susunannya,
tarik) dan Compression Joints (kekar gerus). Kekar tarik yaitu kekar yang
diakibatkan oleh tarikan, mempunyai ciri-ciri bidang kekar tidak rata, bidang
rekahnya relatif lebih besar dan terbuka, maka dapat terisi mineral yang disebut
vein. Sedangkan kekar gerus yaitu kekar yang diakibatkan oleh adanya tekanan
biasanya dikenal juga dengan shear joints, mempunyai ciri bukaan kekar lebih
dalam kekar sistematik dan kekar tidak sistematik. Kekar sistematik pada daerah
penelitian dijumpai pada tufa halus (Gambar 4.5) sedangkan kekar tidak
sistematik dijumpai pada tufa kasar (Gambar 4.6). Kekar sistematik umumnya
dijumpai dalam bentuk pasangan. Tiap pasangannya ditandai oleh arahnya yang
112
serba sejajar atau hampir sejajar jika dilihat dari kenampakan di atas permukaan.
Hasil pengukuran kekar pada batuan, diolah dan dianalisis dengan metode
mengetahui dan menentukan arah-arah umum gaya tegasan pembentuk, arah dan
kekar gerus (shear joint). Kekar gerus ini dijumpai pada daerah tepi sungai
tamanroya daerah Tanabau, kekar pada satuan ini berupa kekar gerus (Gambar
4.7)
Gambar 4.5 Kekar sistematik pada tufa halus pada daerah Tanabau. Difoto ke
arah N 2400E dari stasiun 21.
113
Gambar 4.6 Kekar tidak sistematik pada tufa kasar di daerah Lebo . Difoto
ke arah N 1300E dari stasiun 15
Gambar 4.7 Kekar gerus (shear joints) pada tufa halus di daerah
Batunumpa. Di foto ke arah N 2350E dari stasiun 45.
114
bidang kekar berkisar antara 60 o – 83 o, spasi kekar ( 6 – 35) cm, bukaan kekar
(1–2) mm. Pengukuran kekar pada stasiun ini dilakukan sebanyak 56 kali
(tabel 4.1 dan 4.2). Kemudian dilakukan analisa dengan menggunakan diagram
kedudukan umum kekar adalah N 40oE yang dibentuk oleh tegasan utama
maksimum (σ1) relatif berarah Timur Laut – Barat Daya dan N310o E tegasan
Arah
Tabel(N…E)
4.2 Akumulasi Frekuensi
frekuensi kekarArah stasiun 21 Frekuensi
pada(N…W)
Turus Jumlah Turus Jumlah
00 – 10 II 2 00 – 10 I 1
11 – 20 II 2 11 – 20 I 1
21 – 30 IIIII I 6 21 – 30 - 6
31 – 40 IIIII 5 31 – 40 II 2
41 – 50 II 2 41 – 50 IIIII I 4
51 – 60 IIIII 5 51 – 60 II 2
61 – 70 IIIII IIII 9 61 – 70 II 3
71 – 80 II 2 71 – 80 - 2
81 – 90 II 2 81 – 90 - -
Jumlah 35 Jumlah 21
σ1
σ3
bidang kekar berkisar antara 55 o – 75 o, spasi kekar ( 10 – 25) cm, bukaan kekar
(1–2) mm. Pengukuran kekar pada stasiun ini dilakukan sebanyak 50 kali
(tabel 4.3 dan 4.4). Kemudian dilakukan analisa dengan menggunakan diagram
116
kedudukan umum kekar adalah N 40oE yang dibentuk oleh tegasan utama
maksimum (σ1) relatif berarah Timur Laut – Barat Daya dan N310o E tegasan
3 251 55 16 175 70 29 57 63 42 65 75
5 225 72 18 190 64 31 64 56 44 68 68
6 200 70 19 235 60 32 64 60 45 68 68
7 240 74 20 135 65 33 52 67 46 62 62
8 165 66 21 245 66 34 64 66 47 62 70
10 185 70 23 16 70 36 15 65 49 15 66
12 190 64 25 50 76 38 21 74 51
13 195 59 26 60 66 39 351 70 52
σ1
σ3
dengan arah yang sejajar dengan bidang patahan (Billings, 1968). Sesar (fault)
adalah suatu bidang rekahan ataupun zona rekahan yang telah mengalami
pergeseran (Ragan, 1973), menurut Davis (1984) sesar adalah rekahan menerus
Clay (1987) sesar adalah bidang lurus tidak berlanjut yang mana terjadi
batuan yang saling berhadapan dengan arah umum yang sejajar dengan bidang
struktur sesar terbagi atas tiga bagian menurut Billings (1968), yaitu :
Sesar naik, merupakan sesar yang hanging wallnya relatif bergerak naik dan
Sesar normal, merupakan sesar yang hanging wallnya relatif bergerak turun,
Sesar geser, merupakan sesar dimana kedua blok yang patah bergerak secara
mendatar, diakibatkan oleh gaya kompresi, terbagi atas sesar geser menganan
sekunder berupa perubahan kedudukan batuan, lipatan seretan (drag fold), yang
mendukung keberadaan sesar tersebut. Selain itu identifikasi struktur sesar juga
Sesar dapat dikenali melalui gejala atau ciri berdasarkan kenampakan secara
topografi dapat dikenali seperti dengan adanya pelurusan sungai, kelokan sungai
ataupun data sekunder serta korelasi terhadap tektonik regional maka sesar yang
bekerja pada daerah penelitian berupa sesar geser sungai Tulang dan sesar geser
sungai tamanroya. Untuk mempermudah pembahasan maka sesar geser ini diberi
nama belakang berdasarkan nama geografis daerah yang dilalui sesar geser
tersebut.
memanjang dari arah tenggara hingga barat laut. Jalur sesar ini melewati daerah
Pajalaia, dan Tulang. Sesar geser ini melewati Satuan tufa dan satuan
batugamping. Adapun Indikasi sesar yang dijumpai pada zona sesar dan daerah
Dijumpai lipatan minor berupa drag fold pada tufa halus stasiun 5 dan
Gambar 4.10 Kenampakan dragfold pada tufa halus di daerah Lebo. Difoto
ke arah N 280oE dari stasiun 5.
122
Gambar 4.16 Kenampakan Mata air pada tufa halus yang merupakan
penciri sekunder adanya sesar geser. Difoto ke arah
124
dan hasil analisis arah tegasan utama yang berarah Timur Timur Laut – Barat
Daya, maka dapat diketahui pergerakan sesar geser bersifat menganan ( dekstral ).
Penentuan umur dari pembentukan sesar geser pada daerah penelitian yaitu
berdasarkan umur dari satuan batuan yang dilewati sesar geser ini. Satuan batuan
yang dilewati yaitu satuan batugamping yang berumur Miosen Atas bagian Atas –
Pliosen Atas. Jadi umur dari pembentukan Sesar Geser Sungai Tulang yaitu Post
Pliosen Atas.
memanjang dari arah tenggara hingga barat laut. Jalur sesar ini melewati daerah
kenang, Talangkaia, dan Barugaia. Sesar geser ini melewati Satuan breksi
vulkanik, satuan tufa dan satuan batugamping. Adapun Indikasi sesar yang
dijumpai pada zona sesar dan daerah sekitarnya adalah sebagai berikut :
keberadaan sesar geser pada daerah penelitian ( Gambar 4.20 dan Gambar
4.21 ).
dan hasil analisis arah tegasan utama yang berarah Timur Laut – Barat Daya,
Penentuan umur dari pembentukan sesar geser pada daerah penelitian yaitu
berdasarkan umur dari satuan batuan yang dilewati sesar geser ini. Satuan batuan
yang dilewati yaitu satuan batugamping yang berumur Miosen Atas bagian Atas –
Pliosen Atas. Jadi umur dari pembentukan Sesar Geser Sungai Tulang yaitu Post
Pliosen Atas.
yang terjadi tidak terlepas dari pola pembentukan struktur strain elipsoid sistem
daerah penelitian didasarkan pada Sistem Reidel yang merupakan modifikasi dari
Teori Harding (1974) dalam James D.Lowell, 1985 (Gambar 4.21 ). Berdasarkan
geologi yang terdapat pada daerah penelitian terjadi dalam satu periode. Adapun
adanya gaya kompresi yang berarah Timur Laut – Barat Daya yang menyebabkan
berupa lipatan – lipatan minor berupa drag fold dan dijumpainya sayap lipatan
128
mengakibatkan terbentuknya kekar gerus ( shear joints ). Setelah itu tekanan fasae
batuan terus meningkat dan mengalami fase deformasi plastis sehingga batuan
akan mengalami patahan ( sesar ) yang membentuk Sesar Geser Sungai Tulang
yang bersifat dekstral dan Sesar Geser Sungai Tamanroya yang bersifat Sinistral.
σ3
1
EXTENSION
R2 σ
FAULTS THRUST
P FAULTS
R1
R1
FOLDS
THRUST
P
FAULTS
R2 EXTENSION FAULTS
σ1
σ3