STRUKTUR GEOLOGI
bergerak ke Utara, Lempeng Pasifik yang bergerak ke arah Barat dan Lempeng
Eurasia) dari lengan Selatan dan Sulawesi Tengah, terbentuk oleh “sea floor
spreading” pada Eosen – Plistosen. Kedua struktur utama ini “North Sulawesi
Trench” dan sekitarnya dibagi kedalam 5 provinsi tektonik yaitu (1) Lengan
Sabuk Ophiolit Sulawesi Timur Cretaceous dan asosiasi sediment pelagic; dan (5)
Simandjuntak,1983).
dengan sumbu berarah Barat Laut – Tenggara, serta sesar naik dengan bidang
sesar miring ke timur. Setelah itu seluruh daerah Sulawesi terangkat dan
78
79
0 TELUK TOMINI
2 BANGGAI
KEP. SULA
SULAWESI TELUK TOLO
MAKAS
4
T BONE
8
0 100 km
sesar geser yang berarah Barat Laut – Tenggara. Sesar geser tersebut melewati
Batuan Gunung Api Formasi Camba (Tmcv), Formasi Camba (Tmc), Formasi
gambaran pola struktur geologi, jenis struktur yang dijumpai, umur dari struktur
berkembang.
adanya ciri-ciri primer yang dijumpai berupa kekar, breksi sesar dan perubahan
kedudukan batuan serta aspek fisik lainnya berupa unsur sekunder diantaranya
gawir sesar, dan hasil interpretasi peta topografi yang membuktikan keberadaan
1. Struktur lipatan
2. Struktur kekar
3. Struktur sesar
lengkungan atau kumpulan lengkungan dalam unsur garis dan bidang (Ragan ,
1973).
Struktur lipatan pada daerah penelitian terdiri dari lipatan mayor dan
keberadaan struktur lipatan mayor pada daerah penelitian dapat dikenali dengan
lapisannya sehingga bisa diketahui hubungan antara perlapisan batuan dan jenis
perlipatannya.
lapangan maka dapat diintepretasikan bahwa struktur lipatan yang terdapat pada
daerah penelitian berupa : lipatan antiklin dan lipatan sinklin (Billings, 1968).
Lipatan minor pada daerah penelitian dijumpai pada batuan serpih (stasiun 72),
berupa lipatan antiklin dengan subuh lipatan berarah relatif Timur Laut – Barat
Daya (Lihat Foto 4.1). Pada satuan batupasir (stasiun 24 dan stasiun 26) dengan
arah kemiringan perlapisan batuan relatif ke arah Barat Barat Laut (N 288 oE/21o)
dan Timur Timur Laut (N115 oE/15o) (Lihat Foto 4.2). Berdasarkan hasil
Ragan, 1973) maka jenis lipatan adalah lipatan antiklin (Lihat Gambar 7).
Foto 4.1 Struktur lipatan minor berupa lipatan antiklin dengan sumbuh lipatan
berarah Timur Laut – Barat Daya, pada daerah Hoddie. Difoto ke arah
N 400 E pada stasiun 72.
83
Foto 4.2 Struktur lipatan minor berupa lipatan antiklin pada satuan batupasir
dengan sumbuh lipatan berarah Tenggara – Barat Laut, pada daerah
Lepange. Difoto ke arah N 1100 E dari stasiun 24.
kemiringan perlapisan batuan relatif ke arah Tenggara (N 155 oE/15o) dan Utara
metode interpolasi Higgins, 1962 (dalam Ragan, 1973) maka jenis lipatan adalah
Pada satuan breksi (stasiun 34 dan stasiun 91) dengan arah kemiringan
perlapisan batuan relatif ke arah Utara Selatan (N 10 oE/20o) dan Barat Laut
interpolasi Higgins, 1962 (dalam Ragan, 1973) maka jenis lipatan adalah lipatan
daerah penelitian mengacu pada “Teori Pengkerutan” oleh Reidel dalam Mc.Clay,
1987, teori tersebut merupakan modifikasi dari Harding, 1974, yang menyatakan
bahwa arah umum gaya tektonik yang membentuk lipatan adalah tegak lurus
sumbu lipatan (membentuk sudut 90o terhadap δ1), atau searah dengan jurus dan
84
teori tersebut di atas, serta hasil rekonstruksi lipatan maka arah umum gaya yang
bekerja membentuk lipatan adalah Selatan Menenggara – Utara Barat Laut untuk
lipatan pada batuan serpih, serta arah umum gaya Timur Laut – Barat Daya untuk
lipatan pada satuan batupasir, satuan batugamping, serta satuan breksi. Umur
termuda yang terlipat yaitu satuan breksi yaitu setelah “Miosen Tengah“.
85
Sekala Gambar
1 : 5.000
Sekala Gambar
1 : 10.000
Kekar (joint) merupakan rekahan pada batuan dimana tidak ada atau
Ragan (1973), kekar merupakan suatu retakan pada batuan (fracture) yang relatif
lapangan meliputi pengukuran lebar bukaan kekar, jarak/spasi kekar, posisi kekar
pada singkapan batuan, mengukur kedudukan kekar dan pengambilan data kekar
a. Kekar Sistematik yaitu kekar yang umumnya selalu dijumpai dalam bentuk
pasangan. Tiap pasangannya ditandai oleh arahnya yang serba sejajar atau
b. Kekar Tidak Sistematik yaitu kekar yang tidak teratur susunannya, dan
a. Compression Joints atau Kekar Gerus yaitu kekar yang diakibatkan oleh adanya
b. Extention Joints atau kekar tarik merupakan kekar yang diakibatkan oleh
bekerja.
(shear joint) umumnya membentuk sudut yang kecil terhadap sumbu lipatan.
Sedangkan “extension joint” relatif tegak lurus terhadap sumbu lipatan dan
Berdasarkan bentuknya, maka kekar pada daerah penelitian termasuk dalam kekar
sistematik, kekar-kekar ini dijumpai dalam bentuk saling berpasangan, kekar ini
membentuk suatu pola atau sistem kekar yang sistematik atau teratur dengan
kenampakan yang relatif sejajar terhadap satu sama lain serta memiliki kekar
pasangan yang saling berpotongan (cross joint). Kekar sistematik ini dijumpai
pada satuan serpih, satuan batupasir, dan satuan breksi. Berdasarkan ciri – ciri
tersebut, maka kekar yang terdapat pada daerah penelitian secara genesa
Hoddie, kekar pada satuan ini berupa kekar sistematik (Lihat Foto 4.3). Kekar
Lepange, kekar tersebut terbentuk pada batupasir pejal yang besifat karbonatan,
kekar yang berkembang pada satuan ini berupa kekar sistematik (Lihat Foto 4.4).
90
Kekar pada satuan breksi dijumpai pada daerah Tanete, kekar ini terbentuk pada
Foto. 4.3 Kekar pada satuan serpih berbentuk kekar sistematik, pada daerah
Hoddie. Difoto ke arah N 400E dari stasiun 73.
Foto. 4.4 Kekar pada batupasir pejal, berbentuk kekar sistematik, pada daerah
Lepange. Difoto ke arah N 3200E dari stasiun 24
91
Foto. 4.5 Kekar pada breksi coklat termasuk dalam satuan breksi, berbentuk
kekar sistematik, pada daerah Tanete. Difoto ke arah N 110 0E dari
stasiun 95.
Pengukuran kekar pada batuan serpih dilakukan masing –masing sebanyak 50 kali
pada stasiun 73 dan 77. Hasil pengukuran kekar pada stasiun 73 (Lihat Tabel 4.1),
dimana frekuensi jumlah arah kekar yang dominan adalah Utara Timur Laut
(Lihat Tabel 4.2), memperlihatkan spasi kekar yang cukup rapat atara 5 – 20 cm,
dengan bukaan pada kekar antara 0,1 – 1 cm, dan sebagian telah terisi oleh
memperlihatkan arah umum kekar berarah Utara Timur Laut dan Timur dengan
tegasan utama maksimum (1) relatif berarah Timur Laut (N 50 0 E) dan tegasan
utama minimum (3) relatif berarah Tenggara (N 140 0 E) (Lihat Gambar 10).
Sedangkan data hasil pengukuran kekar pada stasiun 77 (Lihat Tabel 4.3)
92
memiliki arah umum kekar Timur Laut, Timur, serta Selatan Menenggara (Lihat
Tabel 4.4). Tegasan utama maksimum (1) relatif berarah Tenggara (N 1200 E)
serta Timur Laut (N 550 E), dan tegasan utama minimum (3) relatif berarah
Utara Timur Laut (N 300 E) serta berarah relatif Selatan Meneggara (N 155 0 E)
1
3
Gambar 10. Arah tegasan utama N 500 E dari pengukuran kekar sistematik
pada stasiun 73
94
Interval Interval
Kelas Frekuensi Kelas Frekuensi
(N...°E) Turus Jumlah (N...°E) Turus Jumlah
1,0-10 181-190
11,0-20 191-200
21-30 IIII I 6 201-210
31-40 IIII 4 211-220
41-50 I 1 221-230
51-60 231-240
61-70 241-250 II 2
71-80 I 1 251-260 IIII IIII 9
81-90 IIII I 6 261-270 IIII 4
91-100 271-280
101-110 281-290
111-120 291-300 II 2
121-130 301-310
131-140 311-320 II 2
141-150 321-330 II 2
151-160 331-340 III 3
161-170 341-350 IIII IIII 8
171-180 351-360
Jumlah 18 Jumlah 32
3
1
Gambar 11. Arah tegasan utama dari hasil pengolahan data kekar pada
stasiun 77
96
frekuensi jumlah arah kekar yang dominan adalah Timur Menenggara dan Selatan
(Lihat Tabel 4.6), memperlihatkan spasi kekar atara 10 – 30 cm, dengan bukaan
pada kekar antara 0,1 – 0,5 cm, hasil pengolahan data kekar dalam program Dips
1400 E) dan tegasan utama minimum (3) relatif berarah Timur Laut (N 500 E)
Interval Interval
Kelas Frekuensi Kelas Frekuensi
(N...°E) Turus Jumlah (N...°E) Turus Jumlah
1,0-10 181-190 IIII 4
11,0-20 191-200 II 2
21-30 201-210
31-40 211-220
41-50 221-230
51-60 231-240
61-70 241-250
71-80 251-260
81-90 II 2 261-270
91-100 IIII 4 271-280
101-110 IIII II 7 281-290
111-120 I 1 291-300
121-130 301-310
131-140 311-320
141-150 321-330
151-160 331-340
161-170 I 1 341-350
171-180 IIII 5 351-360
Jumlah 20 Jumlah 6
3
1
Gambar 12. Arah tegasan utama dari hasil pengolahan data kekar pada
stasiun 24
98
frekuensi jumlah arah kekar yang dominan adalah Timur Menenggara dan Selatan
hasil pengolahan data kekar dalam program Dips memperlihatkan arah tegasan
utama maksimum (1) relatif berarah Tenggara (N 130 0 E) dan tegasan utama
minimum (3) relatif berarah Timur Laut (N 400 E) (Lihat Gambar 13).
3
1
Gambar 13. Arah tegasan utama dari hasil pengolahan data kekar pada
stasiun 97.
100
Sesar atau patahan adalah suatu bidang rekahan atau zona rekahan yang
sepanjang bidang patahan tersebut. Struktur sesar juga dapat suatu rekahan di
sepanjang batuan yang mengalami pergerakan relatif satu blok terhadap blok
1. Sesar naik, merupakan sesar yang “hanging wall”nya relatif bergerak naik dan
2. Sesar normal, merupakan sesar yang “hanging wall”nya relatif bergerak turun,
3. Sesar geser, merupakan sesar dimana kedua blok yang patah bergerak secara
mendatar, diakibatkan oleh gaya kompresi, terbagi atas sesar geser menganan
terjadi apabila suatu batuan dikenai suatu gaya yang melebihi batas elastisitasnya
bahwa sesar terbentuk akibat berlanjutnya gaya yang membentuk struktur geologi
sebelumnya.
101
secara langsung di lapangan baik itu ciri primer ataupun sekunder, kenampakan
langsung dilapangan serta pada peta topografi dapat dikenali seperti dengan
adanya pelurusan sungai, kelokan sungai yang sangat tajam, dan perbandingan
adanya mata air, adanya air terjun, kontak litologi yang berbeda umur dan
genetiknya.
berkembang pada daerah penelitian terdiri atas dua jenis sesar yaitu Sesar Geser
Bottosiri, dan Sesar Geser Lepange. Keseluruhan dari struktur sesar ini terletak
yang memanjang relatif Selatan ke Utara yang melewati Desa Tellumpanuae dan
primer dan data-sekunder sebagai penunjang. Sesar geser ini melewati Satuan
Adanya air terjun, zona – zona hancuran dan gelundungan breksi sesar pada
Watangmallawa.
Adanya lipata – lipatan minor yang dijumpai pada stasiun 72 dan sesar minor
Watangmallawa, yang merupakan lintasan zona sesar (lihat peta pola kerangka
struktur).
sekitar zona sesar relatif memanjang searah dengan arah pelamparan sesar
Foto. 4.6 Air terjun sebagai penciri sekunder sesar Geser Bottosiri pada Satuan
Breksi daerah Samaenre. Difoto ke arah N 800 E pada stasiun 59.
103
Foto. 4.7 Gelundungan breksi sesar batugamping yang dijumpai pada sungai
Watangmallawa daerah Lepange, sekitar 100 meter dari stasiun 66.
Foto. 4.8 Sesar geser minor pada litologi serpih berarah relatif N 320 0 E pada
daerah Hoddie. Difoto searah sesar pada satasiun 77.
104
dan hasil analisis arah tegasan utama yang berarah Barat Laut - Tenggara, maka
umur dari pembentukan sesar pada daerah penelitian ini yaitu berdasarkan umur
batuan termuda yang dilewati sesar geser ini. Batuan termuda yang dilewati yaitu
breksi yang berumur Miosen Tengah Bagian Tengah – Miosen Tengah Bagian
Atas. Jadi umur dari pembentukan Sesar Geser Malino yaitu setelah “Miosen
Sesar geser Lepange relatif berarah Timur Laut – Selatan Barat Daya
dengan jalur sesar yang melewati Sungai Watangmallawa. Adapun ciri primer dan
Lipatan minor dan sesar minor (microfaults) pada stasiun 24 (Lihat Foto
yang bekerja pada daerah penelitian relatif berarah Tenggara – Barat Laut.
sekitar zona sesar relatif memanjang searah dengan arah sesar yaitu
Foto. 4.9 Lipatan minor berupa lipatan antiklin pada batupasir dan batulempung
dengan sumbuh lipatan relatif berarah Barat Laut – Tenggara di
daerah Lepange, difoto kearah N 1100 E pada stasiun 24.
Foto. 4.10 Sesar minor berupa sesar turun pada batubara dan batulempung pada
daerah Lepange. Difoto kearah N 1400 E pada stasiun 24.
106
dan hasil analisis arah tegasan utama yang berarah Barat Laut - Tenggara, maka
umur dari pembentukan sesar pada daerah penelitian ini yaitu berdasarkan umur
batuan termuda yang dilewati sesar geser ini, serta struktur geologi yang
dilewatinya, yaitu sesar geser Bottosiri, sehingga dapat disimpulkan bahwa umur
pembentukan sesar geser Lepange adalah setelah Miosen Tengah Bagian Tengah.
didasarkan pada teori Reidel dalam McClay, 1987, yang merupakan modifikasi
dari Teori Harding, 1974 (Lihat Gambar 13). Berdasarkan hal tersebut diatas
pada daerah penelitian terjadi dalam satu periode arah tegasan utama.
analisa keberadaan lipatan pada daerah penelitian, dimana sayap lipatan tersebut
relatif berarah Barat Laut – Tenggara yang mengindikasikan arah tegasan utama
diagram roset diperoleh bahwa arah tegasan utama (1) berarah relatif Tenggara –
Barat Laut. Maka berdasarkan analisis terhadap struktur perlipatan, kekar dan
analisis terhadap sesar pada daerah penelitian, tegasan utama yang menyebabkan
batupasir, breksi, dan serpih, dimana arah tegasan utama tersebut relatif tegak
lurus terhadap sumbu lipatan yang berarah Timur Laut – Barat Daya (Lihat
Gambar 15). Lipatan ini diperkirakan terbentuk setelah umur satuan breksi yaitu
gerus (shear joints). Gaya kompresi terus berlanjut sehingga menghasilkan gaya
tarik (gaya tension) yang relatif tegak lurus arah tegasan maksimum (σ 1) dan
membentuk kekar tarik (extension joints). Tekanan pada batuan terus meningkat,
sehingga batuan mencapai fase deformasi plastis, dimana kekar gerus yang
Reidel dalam McClay, 1987, dimana sumbu tegasan utama relatif berarah
Tenggara – Barat Laut dengan kemiringan bidang sesar miring kearah Timur,
sehingga terbentuk Sesar Geser Bottosiri pada daerah penelitian yang mengarah
Utara Barat Laut – Selatan Meneggara yang sifatnya mengiri (Sinistral) (Lihat
Gambar 16).
mengakibatkan terjadinya pergeseran melalui kekar tarik yang ada pada batuan
membentuk sesar geser Lepange, dengan arah sesar Timur Laut – Selatan Barat
Daya relatif tegak lurus dengan arah tegasan utama maksimum (Lihat Gambar
17).
109