BAB IV
STRUKTUR GEOLOGI
yang bergerak ke arah utara, lempeng Pasifik yang bergerak ke arah barat dan
lempeng Eurasia yang bergerak ke arah selatan-tenggara serta lempeng yang lebih
struktur perlipatan dan pensesaran antara lain sesar mendatar mengiri Palu-Koro
yang memisahkan Laut Sulawesi dan Selat Makassar dan diperkirakan masih aktif
sampai sekarang dan telah bergeser sejauh 750 kilometer (Tjia dan Zakaria,1973
Menurut Sukamto (1975) dalam Hall dan Wilson (2000) Sulawesi dibagi
Sulawesi Barat, Lajur Metamorphic Sulawesi Tengah, Ofiolit Sulawesi Timur dan
pulau-pulau sekitarnya dibagi menjadi empat, yaitu ; Mandala barat (West &
sebagai bagian dari blok Australia, Mandala timur (East Sulawesi Ophiolite Belt)
75
76
berupa ofiolit yang merupakan segmen dari kerak samudera berimbrikasi dan
batuan sedimen berumur Trias-Miosen dan yang keempat adalah Fragmen Benua
merupakan pecahan benua yang berpindah ke arah barat karena sesar strike-slip
palopo yang termasuk dalam Mandala Geologi Sulawesi Barat (Sukamto, 1975
dalam Djuri, 1998). Mandala ini dicirikan oleh batuan sedimen laut dalam
gunungapi bawah laut dan akhirnya gunungapi darat di akhir Tersier. Batuan
Sejarah tektoniknya dapat diuraikan mulai dari zaman Kapur, yaitu saat Mandala
hingga hingga Miosen Tengah, saat kedua mandala tersebut bersatu pada akhir
Miosen Tengah sampai Pliosen terjadi pengendapan sedimen molase secara tak
selaras di atas seluruh mandala geologi di Sulawesi, serta terjadi terobosan batuan
cekungan berbentuk graben. Saat Pliosen, seluruh area didominasi oleh block
faulting dan sesar utama seperti sesar Palu-Koro tetap aktif. Peristiwa tektonik
77
menghasilkan cekungan laut dangkal dan sempit di beberapa tempat dan beberapa
Gambar 4.1 Peta geologi Sulawesi dan tatanan tektoniknya (Hall & Wilson, 2000)
sumbu berarah barat laut – tenggara, serta sesar naik dengan bidang sesar miring
ke timur. Setelah itu seluruh daerah Sulawesi terangkat dan membentuk bentang
alam seperti sekarang ini (Sukamto, 1975 dalam Djuri, dkk., 1998).
78
sesar Matano dan jalur sesar Sorong dan pola sesar sungkupnya memperlihatkan
penunjaman Sulawesi Utara sehingga pergerakan dari sesar Palu-Koro makin aktif
tentang pola struktur geologi, identifikasi jenis struktur, umur dari struktur yang
geologi didasarkan pada data yang diperoleh berupa data yang bersifat primer
geologi seperti breksi sesar dan data kekar. Struktur geologi yang berkembang
adalah :
1. Struktur lipatan
2. Struktur kekar
3. Struktur sesar
79
Lipatan adalah suatu bentuk dari satuan yang terjadi pada batuan sedimen,
suatu bentuk distorsi dari volume material yang ditunjukan dalam bentuk
pelengkungan atau sekumpulan lengkungan pada suatu unsur garis dan bidang
Bentuk pelengkungan yang terjadi pada suatu benda atau material tersebut
disebabkan oleh dua mekanisme menurut Asikin (1979), yaitu buckling dan
bending.
permukaan lempeng.
Gejala struktur lipatan pada suatu daerah penelitian dapat dikenali dengan
1968). Hal ini dilakukan untuk mengenali jenis lipatan yang berkembang pada
daerah penelitian dengan melakukan korelasi antara kedudukan batuan yang satu
dengan kedudukan batuan yang lain sehingga dapat diketahui hubungan antara
struktur lipatan yang terdapat pada daerah penelitian berupa lipatan minor yaitu
80
lipatan seretan (drag fold) di daerah Rumbia dan lipatan sinklin di pinggir sungai
Foto 4.1 Lipatan minor berupa lipatan seretan (drag fold) pada litologi
Batulempung pada stasiun 19 difoto ke arah N 77°E
Foto 4.2 Lipatan minor berupa sinklin pada litologi Batulempung pada sekitar
stasiun 14 difoto ke arah N 47°E
4.2.2 Kekar
Kekar merupakan rekahan pada batuan dimana tidak ada atau sedikit
sekali mengalami pergeseran (Billings, 1968). Penentuan jenis kekar pada daerah
posisi kekar pada batuan, serta pengambilan foto kenampakan kekar tersebut.
1. Kekar Sistematik yaitu kekar yang umumnya selalu dijumpai dalam bentuk
pasangan. Tiap pasangannya ditandai oleh arahnya yang serba sejajar atau
2. Kekar Tidak Sistematik yaitu kekar yang tidak teratur susunannya, dan
1. Compression Joints atau Kekar Gerus yaitu kekar yang diakibatkan oleh
2. Extention Joints atau kekar tarik merupakan kekar yang diakibatkan oleh
bekerja.
teratur dan memotong kekar yang lainnya. Kekar sistematik pada daerah
(Foto 4.3) dan di pinggiran sungai Passui pada stasiun 48 (Foto 4.4). Kedua kekar
tersebut secara
Foto 4.3 Kekar sistematis pada litologi Batulempung pada stasiun 10 difoto
ke arah N 220oE
Foto 4.4 Kekar sistematis pada litologi Batulempung pada stasiun 48 difoto
ke arah N 36oE
stasiun 10 (tabel 4.1) dan 30 kali (tabel 4.2) pada stasiun 48. Pengambilan sampel
kekar sebanyak ini dilakukan agar data kekar yang telah diukur dapat mewakili
singkapan yang dijumpai. Semakin banyak pasangan kekar yang diukur, maka
akan semakin mewakili populasi kekar pada setiap singkapan. Setelah itu,
dilakukan analisis data kekar menggunakan aplikasi dips. Adapun hasil analisa
diperoleh kedudukan umum kekar yang berarah relatif timur laut-barat daya
kekar 2,3 meter, spasi kekar (1-9 cm), bukaan kekar (0,1-2 cm), tingkat pelapukan
menggunakan aplikasi Dips untuk menentukan arah tegasannya. Hasil analisa data
84
184°E/63, tegasan utama menengah (2) N92°E/60° dan tegasan utama minimum
Gambar 4.2 Proyeksi stereografi berdasarkan data kekar pada litologi batulempung pada
stasiun 10 di daerah Rumbia
panjang kekar 2,3 meter, spasi kekar (1-9 cm), bukaan kekar (0,1-2 cm), tingkat
85
maksimum (σ1) N150°E/68, tegasan utama menengah (2) N69°E/65° dan tegasan
Gambar 4.3 Proyeksi stereografi berdasarkan data kekar pada litologi batulempung pada
stasiun 48 pada Salu Passui
4.2.3 Sesar
Sesar atau patahan adalah suatu bidang rekahan atau zona rekahan yang
bidang patahan tersebut. Berdasarkan teori kekandasan batuan, bahwa batuan akan
perpindahan antara bagian yang saling berhadapan, dengan arah yang sejajar
Berdasarkan pola tegasannya ada 3 (tiga) jenis sesar, yaitu sesar naik (thrust
fault), sesar normal (normal fault) dan sesar mendatar (wrench fault).
1. Normal fault, jika tegasan utama atau tegasan maksimum (σ1) posisinya
vertikal.
2. Wrench fault, jika tegasan menengah atau intermediate (σ2) posisinya vertikal.
berdasarkan pada data-data yang dijumpai di lapangan baik yang bersifat primer
breksi sesar, arah breksiasi, serta interpretasi pada peta topografi berupa pelurusan
dipadukan dengan hasil interpretasi peta topografi dan hasil analisis arah tegasan
Selain itu identifikasi struktur tetap mengacu terhadap setting tektonik regional
daerah penelitian.
daerah penelitian adalah sesar geser dan sesar naik. Untuk mempermudah
87
pembahasan maka sesar ini diberi nama belakang berdasarkan nama geografis
pada
1. Breksi sesar yang dijumpai pada sekitar stasiun 10 pada litologi batugamping
4. Pelurusan Sungai Passui yang relatif memanjang dari arah timur – barat laut.
batulempung dengan arah relatif tegasan utama timur laut-barat daya. Berdasarkan
hal tersebut dan pengolahan data kekar, maka diinterpretasikan terdapat sesar
geser dengan tegasan utama berarah timur-barat laut pada daerah penelitian. Sesar
geser ini melewati daerah Bontongan sehingga dinamakan sesar geser Bontongan.
Sesar geser Bontongan ini menempati satuan batulempung dan satuan filit,
sehingga dapat
Foto 4.5 Breksi sesar pada litologi batugamping stasiun 10 difoto ke arah N178oE
Sesar naik terjadi apabila hanging wall relatif bergerak naik terhadap foot
wall. Berdasarkan sistem tegasan pembentuk sesarnya, posisi tegasan utama dan
karenanya pola lipatan dan sesar naik yang terbentuk relatif bersamaan dinamakan
sebagai lipatan anjakan (Thrust fold belt atau Fold thrust belt) (Lowell, 1985).
Gambar 4.4 Arah tegasan yang bekerja pada patahan (Anderson, 1951) dalam
Mc. Clay (1987)
Sesar naik Katangka memanjang dari arah Utara Barat Laut – Selatan
penunjang, yaitu :
1. Memperlihatkan adanya pola kontur yang rapat dan adanya batuan tua
(filit)
Foto 4.6 Air terjun pada litologi filit stasiun 31 difoto ke arah N 82°E
90
didasarkan pada pendekatan teori Reidel (dalam McClay 1987) yang merupakan
modifikasi dari teori Harding 1974 (gambar 4.5) serta penggabungan dengan data
hasil analisis kekar dan penciri sesar yang dijumpai di lapangan. Pembentukan
struktur geologi pada daerah penelitian sangat erat hubungannya dengan struktur
mengakibatkan gaya imbas yang menghasilkan arah gaya secara lokal sehingga
geologi yang terdapat pada daerah penelitian terjadi dalam tiga periode. Adapun
Pada periode pertama, pada zaman Kapur Akhir setelah terbentuknya filit,
dimana aktivitas tektonik yang berlangsung pada kala ini mengakibatkan adanya
91
suatu hasil gaya kompresi yang menyebabkan batuan pada daerah penelitian
batuan yang berada pada daerah penelitian terlampaui dan mengakibatkan batuan
Periode kedua terjadi pada kala Eosen Akhir diawali oleh kegiatan
tektonik secara regional akibat gaya kompresi yang berarah timur laut – barat
daya menghasilkan tegasan utama maksimum (σ1) yang berarah N 184oE, gaya
terbentuknya kekar gerus pada batuan. Selanjutnya tekanan pada batuan terus
meningkat sehingga batuan mencapai fase deformasi plastis, dimana rekahan pada
relatif melalui pendekatan umur satuan batuan termuda yang dilewati. Struktur
sesar naik Katangka dan sesar geser Bontongan melewati Satuan filit dan Satuan
batulempung sehingga dapat disimpulkan bahwa umur relatif dari sesar naik
σ 3
N
FA
U
LT
S
σ1
TE
NS
IO
R2
EX
TH
P
RU
ST
FA
UL
TS
R1
R1
P
TH
RU
ST
FA
UL
TS
R2 FA
U
LT
S
N
IO
NS
TE
EX
σ1
σ
3
92