Anda di halaman 1dari 6

BAB 4

STRUKTUR GEOLOGI

4.1. Struktur Geologi Regional

Proses geologi yang menghasilkan Pulau Jawa tidak dapat dipisahkan dari

sejarah tektonik, yaitu pergerakan dan pecahnya Kontinen Gondwana serta

interaksi antara Lempeng Eurasia dengan Lempeng Hindia-Australia dan

Lempeng Pasifik. Pulunggono dan Martodjojo (1994), Sribudiyani dkk,(2003) dan

Satyana (2007 dalam Prasetyadi, Sudarno, Indranadi, & Surono, 2011)

menyatakan terdapat empat arah struktur utama Pulau Jawa (Gambar 4.2), yaitu:

1. Timur laut – barat daya disebut Pola Meratus

2. Utara – selatan disebut Pola Sunda

3. Timur – barat disebut Pola Jawa

Gambar 4.1 Gambaran umum pola kelurusan struktur geologi di Pulau Jawa
(Sribudiyani dkk, 2003)

22
23

Daerah Pegunungan Selatan termasuk perpotongan dua pola struktur utama,

yaitu Pola Meratus (timur laut – barat daya) dan Pola Jawa (timur – barat). Arah

struktur utama Pola Meratus umumnya sejajar dengan struktur bawah permukaan.

Pegunungan Selatan. Arah umum tersebut ditafsirkan dari gaya berat. Periode

tektonik yang menghasilkan sesar berpola Meratus tersebut merupakan perioda

terkuat yang dialami daerah Pegunungan Selatan (Prasetyadi dkk., 2011).

Secara lebih rinci, Sudarno (2009) menyebutkan terdapat empat set sesar di

Pegunungan Selatan (Gambar 4.2), yaitu:

1. Arah timur laut – barat daya, terbentuk akhir Eosen dan akhir Miosen

Tengah, akibat reaktivasi sesar tua pada batuan dasar yang berumur

Kapur (Sudarno, 1997 dalam Sudarno, 2009).

2. Arah utara - selatan, terbentuk pada awal Pliosen setelah selesai

pengendapan Formasi Kepek (Sudarno, 1999 dalam Sudarno, 2009).

3. Arah barat laut - tenggara, terbentuk pada awal Pliosen setelah

selesai pengendapan Formasi Kepek (Sudarno, 1999 dalam Sudarno,

2009).

4. Arah barat - timur, terbentuk pada Plistosen Tengah.

Secara regional, tektonika dan pembentukan sesar di pegunungan selatan

diungkapkan oleh Rahardjo, dkk (1996), Surono, dkk (1992) dan van Bemmelen

(1949). Hasil dari ketiga penelitian tersebut mengunkapkan bahwa pada Miosen

Tengah terjadi pengangkatan di Pegunungan Selatan. Pada Plistosen Awal,

Rahardjo, dkk (1996) menyebutkan terjadinya pengangkatan dan pensesaran di

Pegunungan Selatan. Sementara itu, Surono, dkk (1992) menyatakan bahwa


24

terjadi deformasi membentuk sesar geser-bongkah pada umur yang sama. Surono,

dkk (1992) menambahkan bahwa deformasi kedua terjadi pada Plistosen Tengah

berupa pengangkatan yang menyebabkan perubahan aliran sungai Bengawan

Solo. Pada Plistosen Tengah, van Bemmelen (1949) juga menyatakan bahwa

Pegunungan Selatan terangkat ke arah selatan.

Sudarno (2007) menyatakan bahwa pada akhir Eosen dan Miosen Tengah

tegasan purba jenis kompresi bekerja berarah utara - selatan. Pada Pliosen Awal

tegasan purba masih berjenis kompresi, tetapi arahnya berubah menjadi utara

barat laut – selatan tenggara. Pada Plistosen Tengah tegasan berubah jenisnya

menjadi tegasan regangan (tensional stress) dengan arah utara timur laut – selatan

barat daya dan barat laut - tenggara.

Gambar 4.2 Pola struktur geologi regional daerah Pegunungan Selatan


(sumber: Sudarno, 2009)
25

4.2 Struktur Geologi Daerah Penelitian


Penarikan struktur geologi pada daerah penelitian didasarkan atas data
sekunder berupa interpertasi DEM guna memperkuat hasil analisis, sedangkan
untuk penamaan sesar-sesar besar didaerah penelitian menggunakan nama
daerah yang dilewati struktur tersebut.

Gambar 4.3 DEM daerah penelitian (CorelDRAW)


(Modifikasi, penyusun,2021)

Sesar adalah suatu zona rekahan pada batuan yang telah mengalami
pergeseran, arah pergeseran sejajar terhadap bidang rekahan baik di sepanjang
garis lurus (translasi) ataupun secara memutar (rotasi). Unsur-unsur geologi
yang mengindikasikan adanya sesar pada suatu daerah yaitu bidang sesar,
gores garis, gawir, kelurusan topografi, kelurusan sungai, perbedaan offset
litologi dan topografi yang tersingkap di daerah penelitian tidak selalu
mempunyai gejala-gejala atau tanda-tanda yang lengkap, bahkan ada yang
mempunyai beberapa gejala saja, seperti hanya berupa kenampakan morfologi
berupa gawir sesar dan kelurusan sungai. Penarikan struktur geologi pada
daerah penelitian didasarkan atas interpretasi pada peta DEM, analisis data
yang dibagikan oleh asisten pembimbing dan analisis yang dikombinasikan
26

dengan beberapa klasifikasi guna mendukung hasil interpretasi dan analisis


struktur geologi daerah penelitian.
Dengan penentuan arah kelurusan yang dilakukan pada peta DEM, dengan
data berikut:

Didapatkan arah umum dengan Shear 1 = N115°E dan Shear 2 = N295°E


27

Dari hasil diagram mawar tersebut didapatkan arah umum berupa Shear 1
= N115°E dan Shear 2 = N295°E. Hal ini menunjukan bahwa pada daerah
penelitian dipengaruhi oleh pola sesar Jawa dengan arah mendekati Timur-
Barat.

4.3 Mekanisme Pembentukan Struktur Geologi Daerah Penelitian


Struktur ini terbentuk karena adanya tektonik daerah bagian Jawa Tengah
dipengaruhi oleh adanya zona penunjaman yang terletak di bagian selatan Pulau
Jawa. Sehingga menyebabkan adanya patahan, yang menyebabkan suatu
pergeseran suatu perlapisan batuan. Hal ini ditunjukan dengan adanya bukti-bukti
kekar yang mengindikasikan adanya suatu gejala struktur.

Anda mungkin juga menyukai