Anda di halaman 1dari 8

BAB 3

STRATIGRAFI

Penggolongan Stratigrafi adalah pengelompokkan batuan menurut


berbagai cara, dengan tujuan untuk mempermudah pemerian, aturan dan
hubungan batuan yang satu terhadap lainnya. Pengelompokkan tersebut dikenal
sebagai satuan stratigrafi. Dimana batas satuan stratigrafi ditentukan sesuai
dengan batas penyebaran ciri satuan tersebut sebagaimana didefenisikan. Batas
satuan stratigrafi jenis tertentu tidak harus berhimpit dengan batas satuan
stratigrafi jenis yang lain, bahkan dapat memotong satu sama lain.

3.1. Stratigrafi Regional


Dari hasil peneliti terdahulu, secara garis besar stratigrafi daerah
pegunungan selatan dapat dinyatakan dalam dua macam urutan, yang pertama
adalah stratigrafi bagian barat yang pada dasarnya bersumber kepada hasil
penelitian Bothe (1929) dan Surono (1989) . Sedangkan bagian timur yang
terletak pada sebelah selatan dan tenggara depresi Wonogiri-Baturetno urutan
stratigrafinya disusun oleh Sartono (1958).
Daerah penelitian secara umum masuk ke dalam Pegunungan Selatan
Bagian Barat Pegunungan Selatan Bagian Barat secara umum oleh batuan
sedimen volkaniklastik dan batuan karbonat. Batuan volkaniklastiknya sebagian
besar terbentuk oleh pengendapan gaya berat (grafity depositional processes)
yang menghasilkan endapan dengan tebal ±4000 meter. Hampir seluruh batuan
sedimen tersebut mempunyai kemiringan ke Selatan. Urutan stratigrafi penyusun
pegunungan selatan bagian barat dari tua ke muda adalah (Gambar 3.1) :

15
16

Gambar 3.1 Stratigrafi Regional Pegunungan Selatan


(sumber: Surono, 1992)

1. Formasi Kebo-Butak
Formasi ini secara umum terdiri dari konglomerat , batupasir dan
batulempung yang menunjukkan kenampakan pengendapan arus
turbidit maupun pengendapan gaya berat yang lain. Dibagian bawah,
yang oleh bothe disebut sebagai Kebo beds tersusun oleh perselang-
selingan antara batupasir, batulanau dan batulempungyang khas
menunjukkan struktur turbidit, dengan perselingan batupasir
konglomeratan yang mengandung klastika lempung. Bagian bawah ini
diterobos oleh sill bataun beku dan bagian atas disebut sebagai Butak
dengan ketebalan 800 meter diendapkan pada lingkungan lower
submarine dan dengan beberapa interupsi pengendapan tipe mid fan
yang terbentuk pada akhir Oligosen (N2-N3).
17

2. Formasi Semilir
Formasi ini berlokasi tipe di G. Semilir, sebelah selatan Klaten.
Litologi penyusunnya terdiri dari tuf, tuf lapili, lapili batuapung, breksi
batuapung dan serpih. Komposisi tuf dan batuapung tersebut bervariasi
dari andesit hingga dasit. Umur dari formasi ini diduga adalah dari awal
miosen (N4) berdasarkan dari terdapatnya Globigerinoides Primordius
di dekat piyungan pada bagian yang bersifat lempungan (Van Gorsel,
1987). Formasi ini menumpang secara selaras pada Formasi Kebo-
Butak dan tersingkap baik di tebing gawir Baturagung dibawah puncak
semilir.
3. Formasi Nglanggeran
Penyusun utama formasi ini adalah breksi dengan penyusun
material vulkanik (bongkah-bongkah lava andesit dan bom andesit)
dengan perlapisan yang baik dan ketebalan cukup tebal. Formasi ini
ditafsir sebagai hasil pengendapan aliran rombakan yang berasal dari
gunung api bawah laut, dan proses pengendapan berjalan cepat, yaitu
hanya pada awal miosen (N4). Singkapan terdapat pada gunung
Nglanggeran pada bukit baturagung. Kontak dengan formasi semilir
dibawah nya berupa kontak tajam dan sering dianggap tidak selaras
diatas semilir.
4. Formasi Sambipitu
Tersusun oleh batupasir yang bergradasi menjadi batulanau atau
batulempung, pada bagian atas batupasir masih bersifat vulkanik,
sedangkan dibagian bawah berubah bersifat gampingan karena sering
dijumpai fragmen dari koral dan foraminifera besar yang berasal dari
lingkungan terumbu laut dangkal, yang terseret kedalam lingkungan
yang lebih dalam akibat pengaruh arus turbidit. Formasi Sambipitu ini
terbentuk selama zaman Miosen, yaitu antara N4-N8.
18

5. Formasi Oyo-Wonosari
Selaras diatas Formasi Sambipitu, Formasi ini tersusun dari
batugamping dan napal. Penyebarannya meluas hampir setengah bagian
selatan Pegunungan Selatan memanjang ke Timur, membelok kearah
Utara sebelah Bagian Barat dari daerah depresi Wonogiri-Baturetno.
Pada bagian bawah dari Formasi Oyo-Wonosari terdiri dari
batugamping berlapis yang menunjukkan arus turbidit karbonat yang
diendapkan pada kondisi laut yang dalam, batugamping kelompok ini
disebut sebagai anggota Oyo dari Formasi Wonosari (Bothe, 1929) atau
formasi Oyo (Raharjo dkk, 1977 dalam Toha Dkk, 1994). Kearah lebih
muda , anggota oyo ini bergradasi menjadi dua fasies yang berbeda.
Didaerah wonosari , batugamping ini mekin kearah selatan semakin
berubah menjadi batugamping terumbu yang berupa rudstone,
framestone, dan floatstone, bersifat lebih keras dan dinamakan sebagai
anggota Wonosari dari Formasi Oyo-Wonosari atau Formasi Wonosari.
Sedangkan di barat daya Wonosari, batugamping terumbu ini berubah
fasies menjadi batugamping berlapis bergradasi menjadi napal, dan
disebut sebagai anggota Kepek dari Formasi Wonosari. Anggota kepek
ini juga tersingkap dibagian timur, yaitu didaerah depresi Wonogiri-
baturetno, dibawah endapan Kuarter seperti terdapat di daerah
Erokomo. Secara keseluruhan , Formasi Wonosari ini terbentuk selama
Miosen Akhir (N9-M18).
6. Endapan Kuarter
Diatas seri batuan sedimen Tersier seperti disebut didepan terdapat
suatu kelompok sedimen yang sudah agak mengeras sehingga masih
lepas. Kelompok sedimen ini berada pada bidang erosi, dan prosesnya
masih berlanjut hingga sekarang maka secara keseluruhan sedimen ini
disebut Endapan Kuarter. Penyebarannya meluas mulai dari daerah
timurlaut wonosari hingga daerah depresi Wonogiri-Baturetno.
Singkapan yang baik terdapat pada waduk Gadjah Mungkur dan
terletak tidak selaras dengan sedimen Kuarter. Endapan Kuarter ini
19

diperkirakan berumur Plistosen Bawah dengan penyusun perulangan tuf


halus putih kekuningan dengan perulangan gradasi batupasir kasar ke
batupasir sedang dan lensa-lensa Konglomerat. Batupasir tersebut
berstruktur silang-siur tipe palung, sedangkan lapisan tuf terdapat di
bagian bawah tengah dan atas bersamaan pula pembentukannya dengan
kongloerat hasil aktifitas sungai.
3.2. Stratigrafi Daerah Penelitian
Dalam menyusun stratigrafi daerah penelitian, penyusun
berpedoman pada data-data tabulasi yang dibagikan oleh asisten
pembimbing yang berupa komposisi batuan, variasi litologi, dan dominasi
litologi, dan didasarkan atas konsep litostratigrafi yang dikembangkan
dalam Sandi Stratigrafi Indonesia (SSI) tahun 1996. Kemudian
dikelompokkan menjadi beberapa satuan batuan. Penamaan satuan batuan
didasarkan pada susunan batuan yang dominan, kedudukan stratigrafi dan
ciri khas yang terdapat pada satuan batuan tersebut.
Daerah penelitian tersusun dari 4 satuan batuan dan endapan
campuran dengan urutan dari tua ke muda yaitu satuan tuf nglanggran,
satuan breksi andesit nglanggran, satuan aglomerat nglanggran, satuan
batupasir karbontan sambipitu, dan endapan campuran.
1. Satuan tuf nglanggran
Satuan tuf nglanggran, Satuan ini diendapkan secara selaras
normal dibawah satuan breksi andesit nglanggran. Satuan ini terdiri dari
tuf yang memiliki ciri - ciri warna segar putih kekuningan, warna lapuk
abu - abu kecoklatan, struktur perlapisan, masif, ukuran butir abu halus
sampai sedang, bentuk butir membundar sampai menyudut tanggung,
sortasi baik, kemas tertutup, matrik abu, semen silika. Satuan ini
menempati 29,78% dari seluruh luas daerah penelitian
2. Satuan breksi andesit nglanggran
Satuan breksi andesit nglanggran, Satuan ini diendapkan secara
selaras normal dibawah satuan aglomerat ngalanggran. Satuan ini terdiri
dari breksi andesit yang memiliki yang memiliki ciri - ciri warna segar
20

hitam keabuan, warna lapuk coklat, struktur masif, tekstur : ukuran


butir blok, bentuk butir menyudut, sortasi baik , kemas tertutup.
komposisi : fragmen andesit (ws : hitam keabuan, wl : coklat, struktur :
masif, tekstur : porfiroafanitik,subhedral,hipokristalin, inequigranular,
komposisi : kuarsa,plagioklas,piroksin,hornblend) matriks : abu -lapili ,
semen : silika. Satuan ini menempati 9,78% dari seluruh luas daerah
penelitian.
3. Satuan aglomerat nglanggran
Satuan aglomerat nglanggran, satuan ini diendapkan secara selaras
normal dibawah satuan batupasir karbonatan sambipitu. Satuan ini
terdiri dari aglomerat yang memiliki ciri - ciri warna segar hitam
keabuan, warna lapuk coklat, struktur masif, tekstur : ukuran butir bom,
bentuk butir membundar, sortasi baik, kemas tertutup. komposisi :
fragmen andesit (ws : hitam keabuan, wl : coklat, struktur : masif,
tekstur: porfiroafanitik, subhedral, hipokristalin, inequigranular,
komposisi : kuarsa, plagioklas, piroksin, hornblend) matriks : abu -lapili
, semen : silika. Satuan ini menempati 24,89% dari seluruh luas daerah
penelitian.
4. Satuan batupasir karbonatan sambipitu
Satuan batupasir karbonatan sambipitu, Satuan ini diendapkan
secara selaras normal diatas satuan aglomerat, Ngalanggran. Satuan ini
terdiri dari batupasir karbonatan, Batupasir karbonatan memiliki ciri -
ciri warna segar abu - abu cerah, warna lapuk abu - abu kehitaman,
struktur perlapisan, ukuran butir pasir halus sampai kasar,bentuk butir
membundar sampai menyudut tanggung, sortasi baik, kemas tertutup,
matriks pasir halus sampai kasar ,semen karbonat.Satuan ini menempati
35,11% dari seluruh luas daerah penelitian.
5. Endapan campuran
Endapan campuran, Endapan ini berupa material lepas dari hasil
rombakan berupa pasir, kerakal, kerikil sampai lempung. Endapan ini
menempati 0,44% dari seluruh luas daerah penelitian
21

3.3 Kesebandingan Stratigrafi Regional dengan Stratigrafi Daerah


Penelitian
Berdasarkan pemaparan mengenai stratigrafi daerah penelitian
diatas dapat dirangkum stratigrafi Daerah penelitian tersusun dari 4 satuan
batuan dan endapan campuran dengan urutan dari tua ke muda yaitu satuan
tuf nglanggran, satuan breksi andesit nglanggran, satuan aglomerat
nglanggran, satuan batupasir karbontan sambipitu, dan endapan campuran.

Gambae 3.2 Kolom Kesebandingan Daerah Penelitian dengan Stratigrafi Regional


( Modifikasi, Surono dkk, 1992 )
22

Anda mungkin juga menyukai