STRATIGRAFI
Watampone Bagian Barat, oleh Rab Sukamto (1982), (Gambar 4). Satuan batuan
tertua yang telah diketahui umurnya adalah batuan sedimen flysch Kapur Atas
yang dipetakan sebagai Formasi Marada (Km) yang terdiri dari batuan sedimen
flysch yaitu peselingan antara batupasir, batulanau dan serpih serta batuan
endapkan pada lingkungan laut dalam (Van Leeuwen, dalam Sukamto, 1982).
Batuan Malihan (S) belum diketahui umurnya, apakah lebih tua atau lebih muda
daripada Formasi Marada, yang jelas diterobos oleh Granodiorit yang diduga
berumur Miosen. Hubungan Formasi Marada dengan satuan batuan yang lebih
muda, yaitu formasi Salo Kalupang dan batuan Gunungapi terpropilitkan tidak
dan setempat Formasi Langi (Sukamto, 1982). Umur Paleogen pada formasi ini
diduga dari palinomorfisnya (Khan & Tschudy, dalam Sukamto, 1982), sementara
37
38
fosil ostrakoda menunjukkan umur Eosen (Hazel, dalam Sukamto, 1982). Formasi
1995).
Oligosen Akhir berfasies sedimen laut, dan diperkirakan setara dengan umur
bagian bawah Formasi Tonasa (Temt). Formasi Salo Kalupang terjadi di sebelah
Timur Lembah Walanae dan Formasi Tonasa terjadi disebelah Baratnya. Formasi
Salo Kalupang, terdiri dari batupasir, serpih dan batulempung berselingan dengan
konglomerat gunungapi, breksi dan tufa serta bersisipan dengan lava dan
Formasi Mallawa dan Volkanik Langi. Dari bawah ke atas, formasi ini tersusun
batugamping dari berbagai umur ) (van Leeuwen, 1981; Sukamto, 1982). Formasi
ini berumur Eosen sampai Miosen Tengah (van Leeuwen, 1981; Sukamto, 1982;
Wilson, 1995). Margin bagian selatan dari Formasi Tonasa diduga merupakan
margin bertipe landai, dan Platform Karbonat Tonasa disusun terutama oleh fasies
laut dangkal, sedangkan margin bagian utara didominasi oleh fasies redeposited
(Wilson, 1995). Formasi Mallawa dan Tonasa tersebar luas di bagian barat
basal dan andesitik, kelabu tua hingga kehijauan, umumnya kasat mata,
sepanjang pegunungan timur lembah Walanae, terpisahkan oleh jalur sesar dari
batuan sedimen dan karbonat yang berumur Eosen di bagian Baratnya, satuan ini
Formasi Camba (Tmc) yang tebalnya 4250 meter dan menindih tidak selaras
batuan-batuan yang lebih tua. Formasi ini disusun oleh batuan sedimen laut
Walanae, daerah Timur, dan menyusun Formasi Walanae (Tmpw) dan anggota
Selayar (Tmps). Anggota bagian bawah Formasi Camba terdiri atas batupasir
volkanik dan breksi volkanik, napal, batugamping, dan batubara (Sukamto, 1982;
Tengah sampai Miosen Akhir dengan ketebalan sekitar 2.500 m. Formasi Camba
(Tmcv) ini disusun oleh batuan gunungapi, lava, konglomerat dan tufa berbutir
halus hingga lapili, bersisipan dengan batuan sedimen laut berupa batupasir
40
sisa tumbuhan. Bagian bawahnya lebih banyak mengandung breksi gunungapi dan
lava yang berkomposisi andesit dan basal, konglomerat juga berkomponen andesit
dan basal dengan ukuran 3 – 50 cm, tufa kristal dan tufa vitrik. Bagian atasnya
mengandung ignimbrit bersifat trakit dan tefrit leusit, ignimbrit berstruktur kekar
meniang, berwarna kelabu kecoklatan dan coklat tua, tefrit leusit berstruktur aliran
dengan permukaan berkerak roti, berwarna hitam. Satuan Tmcv ini termasuk
yang tersingkap di Pulau Selayar mungkin termasuk formasi ini. Breksinya sangat
andesit (0,5 – 30 cm), bermassa dasar tufa yang mengandung biotit dan piroksin.
Satuan ini merupakan fasies gunungapi dari Formasi Camba yang berkembang
menindih tak selaras batugamping Formasi Tonasa (Temt) dan batuan yang lebih
tua. Fosil formasi ini yang dikenali yaitu Globigerina venezuelana (HEDBERG),
(Qac); kerikil, pasir, lempung, lumpur dan batugamping koral. Terbentuk dalam
didasarkan pada litostratigrafi dan litodemik tidak resmi, yang bersendikan ciri
fisik yang dapat diamati di lapangan, meliputi jenis batuan, keseragaman litologi,
dan urutan satuan batuan yang menerus, serta dapat terpetakan pada sekala 1 :
satuan batuan daerah penelitian dapat dibagi menjadi lima satuan batuan yang
Satuan breksi
Satuan batugamping
Satuan batupasir
Pembahasan dan uraian dari urutan stratigrafi daerah penelitian dari tua
tidak resmi yang didasarkan atas ciri litologi, keseragaman gejala litologi dan
pada satuan batuan ini secara lateral, serta dapat terpetakakan dalam peta berskala
1: 25.000.
Penamaan litologi anggota satuan ini terbagi atas dua cara yaitu penamaan
mineral yang bisa teramati secara langsung oleh mata dan dilihat dari ukuran butir
penelitian, dengan luas penyebaran 2,3 km 2, terdapat pada bagian landai satuan
bagian Tenggara lokasi penelitian yang memanjang dari Utara ke Selatan. Satuan
batupasir ini tersingkap dengan baik pada Sungai Watangmallawa dan Daerah
Uludaya.
didominasi oleh batupasir dengan warna segar kuning – kuning kecoklatan dan
dalam keadaan lapuk berwarna coklat, tekstur klastik, ukuran butir pasir (Lihat
Foto 3.1).
didominasi dari mineral kuarsa dan feldspar. Ketebalan perlapisan yang dijumpai
dalam kondisi lapuk dan singkapan yang segar dijumpai pada sungai – sungai di
lokasi penelitian.
stasiun 76 dan 82, dengan nomor sayatan 11/AI/042 dan 11/AI/45A (Lihat Foto
buruk, bentuk menyudut tanggung – membulat tanggung, ukuran butir 0,03 – 1,5,
mineral opak (5-15%), dan mineral lempung (30-70%). Hasil analisis petrografis
terlampir.
fl fg
mo
lp
ks
24, 79, dan pada litologi batupasir stasiun 82. Dari hasil analisis
foraminifera kecil (Lihat Foto 3.3), kandungan foraminifera kecil berupa fosil
planktonik dan fosil bentonik (Lihat Tabel 3.2), sedangkan jenis foraminifera
besar yang dapat dikenali berupa Nummulites sp dari hasil sayatan batulempung
Tabel 3.2. Kandungan fosil foraminifera kecil pada satuan batupasir, hasil
analisis mikropalentologi pada stasiun 24, 79, dan 82.
Stasiun
Kandungan Fosil
24 79 82
Fosil Planktonik
√ √ Globorotalia aspensis (COLOM)
√ √ √ Globorotalia renzi BOLLI
√ Globigerapsis kugleri BOLLI, LOEBLICH, and TAPPAN
Fosil Bentonik
√ √ √ Cibicides sp.
√ √ Nodosaria sp.
√ √ Quingueloculina
a b c
d e f
Foto 3.3. Kandungan fosil pada satuan batupasir yaitu foraminifera kecil
planktonik berupa Globigerapsis kugleri BOLLI, LOEBLICH, and
TAPPAN (a), Globorotalia aspensis (COLOM) (b), Globorotalia renzi
BOLLI (c), foraminifera kecil bentonik berupa Nodosaria sp.(d), Cibicides
sp. (e), Quingueloculina (f).
47
fisik batuan tersebut serta tempat hidup fosil yang dijumpai, yang disesuaikan
dengan klasifikasi yang disusun oleh Boltovskoy, 1976. Penentuan umur relatif
ditunjukkan pada zonasi Blow, 1969 dalam Postuma, 1971, dengan menggunakan
zona selang.
Zone) yang berkembang hingga kearah laut dangkal (Inner Neritik (Shelf)
BLOW, 1969 dalam Postuma 1971, maka batas bawah dari satuan batupasir
ditentukan dengan awal pemunculan Globorotalia renzi BOLLI dan batas atas
TAPPAN (Lihat Tabel 3.3), maka umur satuan batupasir ini adalah Eosen
Tengah Bagian Bawah - Eosen Tengah Bagian Atas atau antara P10 - P13
E O C E N E
KANDUNGAN FOSIL
BAWAH TENGAH ATAS
Globorotalia aspensis (COLOM)
Globorotalia renzi BOLLI
Globigerapsis kugleri BOLLI, LOEBLICH and TAPPAN
Berdasarkan kesamaan ciri-ciri fisik batuan, kesamaan fosil dan umur serta
Penarikan batas satuan batupasir dengan satuan batuan yang lain pada
lokasi penelitian didasarkan atas umur kandungan fosil dan kontak di lapangan,
dengan batuan lebih tua yaitu batuan serpih pada Formasi Balangbaru
satuan batuan yang lebih mudah diatasnya, yaitu satuan batugamping, dan kontak
Dasar penamaan satuan batuan ini yaitu berdasarkan atas ciri litologi dan
batuan penyusun yang penyebarannya mendominasi pada satuan batuan ini secara
lateral, serta dapat terpetakan dalam peta berskala 1: 25.000. Litologi yang
menyusun satuan ini berupa batuan sedimen yaitu batugamping pasiran, dan
batugamping kristalin.
50
Pemerian serta penamaan litologi penyusun satuan ini didasarkan atas dua
secara megaskopis dilakukan terhadap sifat fisik dan komposisi mineralnya yang
1962.
polarisasi dalam pengamatan jumlah, sifat fisik dan optik mineral serta pemerian
penelitian, dengan luas penyebaran 6,0 km2, terdapat pada satuan morfologi
batugamping ini tersingkap dengan baik pada Sungai Watangmallawa dan daerah
fisik batuan yang terbentuk dari aktivitas sedimentasi secara mekanik, serta hasil
kristalin.
keadaan segar warna segar kuning – kecoklatan, warna lapuk coklat, tekstur
klass gastropoda (Lihat Foto 3.5). Struktur berlapis dengan jurus perlapisan relatif
cukup bervariasi dengan tebal sekitar 10 – 100 cm. Struktur sedimen berupa kekar
Foto 3.6. Batugamping kristalin dengan struktur batuan berupa kekar lembar.
Difoto ke arah N 2000 E pada stasiun 9.
stasiun 8, 66, dan 82, dengan nomor sayatan 11/AI/028, 11/AI/35 dan 11/AI/45A.
Sayatan tipis batugamping kristalin (Lihat Foto 3.7), dalam sayatan tipis, warna
abu – abu kecoklatan, tekstur grain supported allochems, tersusun atas semen
kalsit (sparry calcite) (93-95%), dan mineral opak (5-7%), ukuran 0,03 – 0,8 mm,
nama batuan Sparites (Folk, 1959). Sayatan tipis batugamping fosilan (Lihat Foto
3.8 A), warna segar kuning kecoklatan, warna lapuk coklat, tekstur grain
supported, struktur berlapis, tersusun atas skeletal grain berupa mikrofosil, butiran
fosil, serta pecahan – pecahan fosil makro (25-40%), nonskeletal grain berupa
mineral piroksin (5-15%) dan mineral opak (5%), serta semen kalsit (sparry
mo
ks
A B
Sayatan tipis batugamping fosilan (Lihat Foto 3.8 B), warna segar kuning
tersusun atas skeletal grain berupa butiran fosil foraminifera besar, mikrofosil
lempung (30-45%), semen kalsit (sparry calcite) (20-50%), nama batuan Packed
kandungan fosil foraminifera besar dan foraminifera kecil (Lihat Foto 3.9 dan
3.10), kandungan foraminifera kecil (Lihat Foto 3.11) berupa fosil planktonik dan
fosil bentonik (Lihat Tabel 3.4), sedangkan jenis foraminifera besar yang dapat
dikenali berupa Nummulites sp dari hasil sayatan tipis batupasir gampingan pada
Nummulites sp
Nummulites sp
Tabel 3.4. Kandungan fosil foraminifera kecil pada satuan batugamping, hasil
analisis mikropalentologi pada stasiun 8 dan 82.
Stasiu
n Kandungan Fosil
8 82
Fosil Planktonik
√ Globigerinoides immaturus LEROY
√ √ Orbulina bilobata (D'ORBIGNY)
√ √ Orbulina universa D'ORBIGNY
√ √ Globigerinoides altiaperturus BOLLI
√ Globigerina ouachitaensis HOWE and WALLACE
√ Globigerina yeguaensis WEINZIERL and APPLIN
Globorotalia praemenardii CUSHMAN and
√ ELLISOR
√ Fosil Bentonik
√ √ Cibicides sp.
√ Nodosaria sp.
√ √ Quingueloculina
56
a b c d e
f g h i j
Foto 3.11. Kandungan fosil pada satuan batugamping yaitu foraminifera kecil
planktonik berupa (a) Globigerina ouachitaensis HOWE and
WALLACE, (b) Globigerina yeguaensis WEINZIERL and APPLIN, (c)
Globigerinoides altiaperturus BOLLI, (d) Globigerinoides immaturus
LEROY, (e) Globorotalia praemenardii CUSHMAN and ELLISOR, (f)
Orbulina universa D'ORBIGNY, (g) Orbulina bilobata (D'ORBIGNY),
foraminifera kecil bentonik berupa (h) Cibicides sp, (i) Nodosaria sp,
(j) Quingueloculina.
fisik batuan tersebut serta tempat hidup fosil yang dijumpai, yang disesuaikan
dengan klasifikasi yang disusun oleh Boltovskoy, 1976. Penentuan umur relatif
ditunjukkan pada zonasi Blow, 1969 dalam Postuma, 1971, dengan menggunakan
zona selang.
oleh kalsit kristalin, serta material pasir yang berkomposisi karbonat, bagian atas
57
batuan ini adalah lingkungan laut dangkal bagian tengah (Middle Neritik (Shelf)
Zone), yang berangsur berkembang hingga ke arah laut dangkal bagian atas
Boltovkoy 1976.
yang lebih tua, yaitu satuan batupasir, maka batas bawah dari satuan batugamping
altiaperturus BOLLI (Lihat Tabel 3.4), maka umur satuan batugamping ini adalah
Eosen Atas Bagian Bawah – Miosen Tengah Bagian Tengah atau antara P14 –
E O C E N E M I O C E N E TE
R
OLIGOSEN PLIOSEN A
R KANDUNGAN FOSIL
BAWAH TENGAH ATAS BAWAH TENGAH ATAS K
W
Berdasarkan kesamaan ciri-ciri fisik batuan, kesamaan fosil dan umur serta
(Sukamto, 1982).
Penarikan batas satuan batugamping dengan satuan batuan yang lain pada
lokasi penelitian didasarkan atas umur kandungan fosil dan kontak di lapangan,
dengan satuan batuan dibawahnya yaitu satuan batupasir adalah kontak selaras,
serta saling menjemari antara bagian atas satuan batugamping dengan bagian
Dasar penamaan satuan batuan ini yaitu berdasarkan atas ciri litologi dan
batuan penyusun yang penyebarannya mendominasi pada satuan batuan ini secara
lateral, serta dapat terpetakan dalam peta berskala 1: 25.000. Litologi yang
menyusun satuan ini berupa batuan sedimen terdiri dari batupasir hitam, breksi,
batulanau, dan batulempung, dimana secara lateral didominasi oleh litologi breksi,
Penamaan litologi anggota satuan ini terbagi atas dua cara yaitu penamaan
mineral yang bisa teramati secara langsung oleh mata dan dilihat dari ukuran butir
penelitian, dengan luas penyebaran 9,5 km2, terdapat pada satuan morfologi
lokasi penelitian yang relatif menyebar ke arah Selatan. Satuan breksi ini
breksi dari penampang geologi A – B sehingga diperoleh ketebalan dari satuan ini
Secara fisik batupasir pada satuan ini memperlihatkan warna abu – abu
yang melimpah. ( Lihat Foto 3.11), jurus perlapisan batupasir ini relatif berarah
lapuk coklat, tekstur klastik, struktur berlapis, pemilahan jelek, kemas terbuka,
Jurus perlapisan batuan breksi relatif berarah Timur Laut – Barat Daya,
Selain dari batupasir dan breksi, setempat juga dijumpai adanya singkapan
batulanau pada satuan ini, tersingkap diantara batuan breksi, secara fisik warna
segar hijau kecoklatan dengan warna lapuk coklat, dijumpai pada aliran sungai
Foto 3.12. Batupasir hitam, tekstur klastik dengan kandungan pecahan cangkang
yang melimpah , tersingkap pada sungai Watangmallawa daerah
Bottosiri, difoto pada stasiun 4.
stasiun 53 dengan nomor sayatan 11/AI/26 (Lihat Foto 3.14). Dalam sayatan tipis
berwarna abu - abu kecoklatan, tekstur klastik, kemas terbuka, sortasi jelek,
bentuk butir membulat tanggung – menyudut tanggung, ukuran butir 0,03 – 1,5
mm, terdiri dari fragmen batuan berupa batulempung (25-45%), feldspart (25-
30%), mineral opak (5-15%), serta matriks berupa batupasir dan lempung (25-
35%), nama batuan Lithic Arenite (Pettijhon, 1972). Hasil analisis petrografis
terlampir.
63
mo
fs
ps
fb
Hasil analisis petrografis pada batuan breksi stasiun 32 dan 60, dengan
nomor sayatan 11/AI/17 dan 11/AI/34 (Lihat Foto 3.15). Dalam sayatan tipis
berwarna kuning kecoklatan, tekstur klastik, kemas terbuka, sortasi jelek, bentuk
terdiri dari fragmen batuan (25 - 30%), piroksin (5 - 8%), feldspar (10 - 15%),
kuarsa (15%), mineral opak (10 - 15%), mineral lempung (22 - 55%), nama
mo
kr
fs
fb
pr
lp
Foto 3.16 Fotomikrograf breksi pada stasiun 32 dengan nomor syatan 11/AI/17,
memperlihatkan fragmen batuan (fb), piroksin (pr), feldspar (fs),
kuarsa (kr), mineral opak (mo), dan material lempung (lp). Difoto
pada nikol silang dengan perbesaran 50X.
kandungan fosil foraminifera kecil (Lihat Foto 3.16) pada stasiun 54, sedangkan
Tabel 3.6. Kandungan fosil foraminifera kecil pada satuan breksi, hasil analisis
mikropalentologi pada stasiun 54.
Stasiun
Kandungan Fosil
54 57
Fosil Planktonik
√ Globigerinoides immaturus LEROY
√ Orbulina bilobata (D'ORBIGNY)
√ Orbulina universa D'ORBIGNY
√ Sphaeroidinella subdehiscens BLOW
√ Globigerinoides subquadratus BRONNIMANN
Fosil Bentonik
√ Cibicides sp.
√ Nodosaria sp.
a b c d
e g
f
Foto 3.17. Kandungan fosil pada satuan breksi yaitu foraminifera kecil
planktonik berupa (a) Globigerinoides immaturus LEROY, (b)
Orbulina bilobata (D'ORBIGNY), (c) Orbulina universa D'ORBIGNY,
(d) Sphaeroidinella subdehiscens BLOW, (e) Globigerinoides
subquadratus BRONNIMANN, foraminifera kecil bentonik berupa (f)
Cibicides sp, (g) Nodosaria sp.
66
fisik batuan tersebut serta tempat hidup fosil yang dijumpai, yang disesuaikan
dengan klasifikasi yang disusun oleh Boltovskoy, 1976. Penentuan umur relatif
dari satuan breksi didasarkan pada kandungan fosil planktonik yang ditunjukkan
pada zonasi Blow, 1969 dalam Postuma, 1971, dengan menggunakan zona
selang.
yang disusun oleh litologi batupasir hitam dengan kandungan pecahan cangkang
Neritik (Shelf) Zone), yang berangsur lebih ke arah darat (Intertidal Zone),
BLOW, 1969 dalam Postuma 1971, maka batas bawah dari satuan breksi ditandai
(Lihat Tabel 3.7), maka umur satuan breksi ini adalah Miosen Tengah Bagian
Tengah – Miosen Tengah Bagian Atas atau antara P12 – N13 (Blow, 1969
Berdasarkan kesamaan ciri-ciri fisik batuan, kesamaan fosil dan umur serta
Penarikan batas satuan breksi dengan satuan batuan yang lain pada lokasi
penelitian didasarkan atas umur kandungan fosil dan kontak di lapangan, serta
hasil penelitian lapangan, serta kandungan fosil, maka hubungan stratigrafi satuan
breksi dengan satuan batuan dibawahnya yaitu satuan batugamping adalah kontak
kontak lelehan dengan satuan andesit porfiri yang lebih mudah diatasnya.
68
uraian mengenai dasar penamaan satuan, penyebaran dan ketebalan, ciri litologi
satuan batuan serta hubungan stratigrafi dengan satuan batuan pada daerah
penelitian.
Dasar penamaan satuan andesit porfiri didasarkan atas ciri litologi dan
batuan yang penyebarannya mendominasi pada satuan batuan ini secara lateral
serta dapat terpetakan dalam skala peta 1 : 25.000, dimana litologi penyusunnya
Penamaan batuan dari penyusun satuan batuan ini terbagi atas dua cara
secara megaskopis didasarkan atas sifat fisik dan komposisi mineralnya yang bisa
dengan menggunakan mikroskop polarisasi untuk pengamatan sifat fisik dan optik
hasil pengamatan megaskopis dan mikroskopis pada contoh sayatan tipis batuan
menunjukkan bahwa secara keseluruhan satuan ini tersusun oleh andesit porfiri
menenpati bagian Barat daerah penelitian pada daerah Reatoa dan Assaunge yang
tersebar dari Utara ke Selatan, serta pada bagian Tenggara daerah penelitian, pada
daerah Lepange. Satuan andesit porfiri ini tersingkap dengan baik dalam kondisi
segar pada anak sungai dan sebagian daerah perbukitan dibagian Barat.
berwarna abu – abu kehitaman dan dalam keadaan lapuk berwarna coklat
bentuk kristal subhedral – Euhedral, ukuran mineral antara (< 0,01 - 1,4) mm,
ortoklas (10-12%), Mineral Opak (5%), serta massa dasar kristal (23-33%) dengan
Foto 3.18 Andesit porfiri dengan struktur kekar tiang, sebagai penyusun satuan
andesit porfiri, pada daerah Reatoa. Difoto ke arah N 230 0 E pada
stasiun 43.
c a
f e b
Foto 3.19 Batuan andesit porfiri dalam sayatan tipis, komposisi mineral olivin
(a), piroksin (b), plagioklas (c), ortoklas (d), mineral opak (e), dan
massa dasar (f).
71
Satuan andesit porfiri pada daerah penelitian disusun oleh litologi andesit
porfiri yang berwarna abu – abu kehitaman dengan kompoisi mineral piroksin dan
di bagian Barat daerah penelitian yang memanjang dari Utara hingga Selatan
geografisnya maka satuan andesit porfiri ini dapat disebandingkan dengan bagian
Berdasarkan aktivitas vulkanik pada Kala itu, terjadi erupsi gunungapi Camba
lingkungan darat.
Penentuan umur satuan andesit porfiri ini ditentukan secara relatif dengan
Formasi Camba (Tmcv). Sehingga dapat diketahui bahwa umum satuan andesit
Hubungan stratigrafi antara satuan andesit porfiri ini dengan satuan yang
lebih tua yaitu satuan batupasir dan satuan breksi adalah kontak lelehan, serta
meliputi uraian mengenai dasar penamaan satuan, penyebaran dan ketebalan, ciri
umur satuan batuan serta hubungan stratigrafi dengan satuan batuan pada daerah
penelitian.
Dasar penamaan satuan breksi gunungapi didasarkan atas ciri litologi dan
batuan yang penyebarannya mendominasi pada satuan batuan ini secara lateral
serta dapat terpetakan dalam skala peta 1 : 25.000, dimana litologi penyusunnya
Penamaan batuan dari penyusun satuan batuan ini terbagi atas dua cara
secara megaskopis didasarkan atas sifat fisik dan komposisi mineralnya yang bisa
dengan menggunakan mikroskop polarisasi untuk pengamatan sifat fisik dan optik
menunjukkan bahwa secara keseluruhan satuan ini tersusun oleh breksi gunungapi
daerah penelitian yaitu dengan luas penyebaran sekitar 15,6 km 2. Satuan batuan
bagian Barat daerah penelitian pada daerah Reatoa dan Assaunge yang tersebar
dari Utara ke Selatan, serta pada bagian Tenggara daerah penelitian, pada daerah
Lepange. Satuan breksi gunungapi ini tersingkap dengan baik dalam kondisi segar
penampang sayatan geologi A – B, maka tebal satuan ini adalah ± 600 meter.
warna abu – abu kecoklatan, warna lapuk coklat, tekstur piroklastik, sortasi buruk,
agak paduh, ukuran butir kerakal - bongkah, bentuk butir menyudut tanggung –
menyudut (block), komposisi fragmen batuan beku, debu vulkanik, (Lihat Foto
3.19).
sayata tipis berupa matriks (Lihat Foto 3.20), memperlihatkan sayatan tipis
berwarna abu - abu kecoklatan, tekstur piroklastik, kemas terbuka, sortasi jelek,
bentuk butir menyudut tanggung – menyudut (block), ukuran butir 0,03 – 3 mm,
terdiri dari fragmen batuan (rock fragmen) (20-40%), piroksin (5-10%), feldspar
74
(12-25%), mineral opak (5-15%), serta matriks berupa debu vulkanik (25-40%),
Foto 3.20 Breksi gunungapi disusun oleh fragmen batuan beku andesit
berbentuk menyusut (block), pada daerah Reatoa. Difoto pada stasiun
117.
d
a
e c
Foto 3.21 Komponen matriks breksi gunungapi dalam sayatan tipis, komposisi
fragmen batuan (a), piroksin (b), feldspar (c), mineral opak (d), dan
debu vulkanik (e).
75
mineral 0,3 – 1,5 mm, tersusun oleh mineral olivin (3-5%), piroksin (20-25%),
feldspar (20-30%), mineral opak (5-10%), serta massa dasar kristal (35-47%),
(b) (d)
(c)
(a)
(e)
Foto 3.22 Fragmen breksi gunungapi berupa batuan beku andesit porfiri dalam
sayatan tipis, komposisi mineral olivin (a), piroksin (b), feldspar (c),
mineral opak (d), dan massa dasar (e).
gunungapi yang berwarna abu – abu kehitaman dan disusun oleh mineral fragmen
batuan gunungapi ini tersebar di bagian Utara daerah penelitian yang memanjang
dari Barat hingga Timur daerah penelitian. Berdasarkan kesamaan ciri fisik
litologi dan penyebaran geografisnya maka satuan andesit porfiri ini dapat
yang berumur Miosen Atas. Berdasarkan aktivitas vulkanik pada Kala itu, terjadi
dengan berdasarkan pada ciri fisik litologi dan penyebaran geografisnya yang
Formasi Camba (Tmcv). Sehingga dapat diketahui bahwa umum satuan breksi
yang lebih tua yaitu satuan breksi adalah kontak ketidakselarasan (unconformity),