Anda di halaman 1dari 8

BAB VI

BAHAN GALIAN

Bahan galian adalah bahan tambang yang diambil dari dalam bumi, berupa

unsur kimia baik bahan galian yang berbentuk padat (dalam bentuk mineral

tunggal maupun agregat dalam batuan, misalnya emas, perak, batubara, atau

batugamping, dll).

Bahan galian merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat potensial

mencakup di dalamnya adalah segala jenis sumber daya alam yang dapat

memberikan manfaat bagi seluruh rakyat. Secara singkat, didefinisikan sebagai

bahan yang dijumpai di alam baik berupa unsur kimia, mineral, bijih ataupun

segala macam batuan. Dalam pengertiannya termasuk bahan yang berbentuk padat

misalnya emas; perak; batugamping; lempung; dan lain-lain, berbentuk cair

misalnya minyak bumi; yodium; dan lain-lain, maupun yang berbentuk gas

misalnya gas alam (Sukandarummidi, 1999).

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2010 tentang

pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara mengelompokkan

bahan galian ke dalam 5 (lima) golongan komoditas tambang, yaitu :

a. Mineral radioaktif meliputi radium, rhodium, uranium, monasit, dan bahan

galian radioaktif lainnya;

b. Mineral logam meliputi litium, berilium, magnesium, kalium, kalsium,

emas, tembaga, perak, timbal, seng, timah, nikel, mangan, platina,

bismuth, molibdenum, bauksit, air raksa, wolfram, titanium, barit,

132
133

vanadium, kromit, antimoni, kobalt, tantalum, cadmium, galium, indium,

yitrium, magnetit, besi, galena, alumina,niobium, zirkonium, ilmenit,

khrom, erbium, ytterbium, dysprosium, thorium, cesium, lanthanum,

niobium, neodymium, hafnium, scandium, aluminium, palladium,

osmium, ruthenium, iridium, selenium, telluride, stronium, germanium,

dan zenotin;

c. Mineral bukan logam meliputi intan, korundum, grafit, arsen, pasir kuarsa,

fluorspar, kriolit, yodium, brom, klor, belerang, fosfat, halit, asbes, talk,

mika, magnesit, yarosit, oker, fluorit, ball clay, fire clay, zeolit, kaolin,

feldspar, bentonit, gipsum, dolomit, kalsit, rijang, pirofilit, kuarsit, zirkon,

wolastonit, tawas, batu kuarsa, perlit, garam batu, clay, dan batu gamping

untuk semen;

d. Batuan meliputi pumice, tras, toseki, obsidian, marmer, perlit, tanah

diatome, tanah serap (fullers earth), slate, granit, granodiorit, andesit,

gabro, peridotit, basalt, trakit, leusit, tanah liat, tanah urug, batu apung,

opal, kalsedon, chert, kristal kuarsa, jasper, krisoprase, kayu terkersikan,

gamet, giok, agat, diorit, topas, batu gunung quarry besar, kerikil galian

dari bukit, kerikil sungai, batu kali, kerikil sungai ayak tanpa pasir, pasir

urug, pasir pasang, kerikil berpasir alami (sirtu), bahan timbunan pilihan

(tanah), urukan tanah setempat, tanah merah (laterit), batu gamping, onik,

pasir laut, dan pasir yang tidak mengandung unsur mineral logam atau

unsur mineral bukan logam dalam jumlah yang berarti ditinjau dari segi

ekonomi pertambangan; dan


134

e. Batubara meliputi bitumen padat, batuan aspal, batubara, dan gambut.

Berdasarkan penggolongan komoditas tambang menurut Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2010 maka bahan galian pada

daerah penelitian termasuk dalam bahan galian golongan komoditas tambang

batuan.

Bahan galian komoditas tambang batuan yang dijumpai pada daerah

penelitian berupa bahan galian Batugamping. Keterdapatan Batugamping ini pada

daerah penelitian dijumpai pada daerah Tulang, Jo’ong, Polebungin dan Karajaan.

Bahan galian ini umumnya tersingkap di sepanjang jalan raya dan sungai.

Berdasarkan hal tersebut maka bahan galian tersebut berlokasi sangat strategis dan

mudah dijangkau oleh masyarakat.

Gambar 6.1 Kenampakan bahan galian batugamping yang telah dimanfaatkan


oleh masyarakat untuk bahan bangunan. Difoto ke arah N135 0E
dari stasiun 80.
135

Gambar 6.2 Kenampakan singkapan batugamping yang merupakan


bekas kerukan pada daerah Polebungin . Difoto ke arah
N2000E dari stasiun 25.

Gambar 6.3 Kenampakan bahan galian batugamping yang


dimanfaatkan oleh masyarakat dengan menggunakan alat
berat excavator pada daerah Karajaan. Difoto ke arah N
250E dari stasiun 50.
136

Gambar 6.4 Kenampakan bahan galian batugamping yang berada dipinggir


jalan raya yang dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai bahan
pembuatan kapur tulis. Difoto ke arah N 2350E dari stasiun 79.

Bahan galian batugamping pada daerah penelitian ini termasuk dalam satuan

batugamping. Bahan galian ini umumnya merupakan batugamping koral,

batugamping bioklastik yang tersusun oleh fosil foraminifera dan material –

material karbonat serta batugamping chalky. Batugamping memiliki warna putih

hingga abu – abu kehitaman dengan struktur padat dan pejal. Pemanfaatan

batugamping pada daerah penelitian umumnya digunakan sebagai bahan fondasi

bangunan, bahan pengerasan jalan, dan dimanfaatkan sebagai bahan pembuat

kapur tulis. Penyebaran bahan galian ini memanjang dari Utara ke Selatan dengan

luas sekitar 6,34 Ha.


137

Selain bahan galian batugamping pada daerah penelitian juga dijumpai

bahan galian berupa sirtu dan pasir laut. Keterdapatan Sirtu pada daerah

peneltitian dijumpai pada daerah Jambuia, Dolak, dan Sambaia. Bahan galian ini

umumnya tersebar tidak merata pada daerah penelitian. Sebagian besar mudah

dijangkau oleh masyarakat karena tersingkap baik sepanjang pinggir jalan raya

dan sungai. Penyebaran relatif memanjang dari Utara ke Selatan dengan luas

sekitar 4,67 Ha.

Gambar 6.5 Kenampakan bahan galian sirtu pada daerah Jambuia. Difoto ke
arah N540E dari stasiun 70
138

Gambar 6.6 Pemanfaatan bahan galian sirtu oleh masyarakat setempat


untuk bahan bangunan pada daerah Sambaia.Difoto ke
arah N2100E pada stasiun 69

Gambar 6.7 Pemanfaatan bahan galian sirtu oleh masyarakat setempat


dengan metode penambangan tradisional pada daerah
Sambaia. Di foto ke arah N1250E
139

Gambar 6.8 Pengolahan bahan galian sirtu dengan menggunakan alat


penghancur ( Crushing ) pada daerah kenang-kenang

Gambar 6.9 Pengolahan bahan galian sirtu menjadi paving block yang
merupakan salah satu bahan dasar bangunan pada daerah
kenang – kenang.

Anda mungkin juga menyukai