Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP


TAMBANG EMAS POBOYA

DISUSUN OLEH
KELOMPOK VII
ANDINI A25120034
RENI A25120040
SITI HAJAR A25120014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

Kota Palu adalah salah satu kota yang memiliki persoalan yang terkait dengan
pertambangan rakyat. Kota Palu mempunyai potensi mineral emas khususnya kelurahan
Poboya Kecamatan Palu Timur Kota Palu. Kelurahan Poboya merupakan daerah tambang
emas dengan hasil yang melimpah yang omzetnya mencapai Rp.150 miliar perbulan 6.
sehingga hal ini menarik perhatian tidak hanya masyarakat setempat tetapi juga masyarakat di
luar Kota Palu untuk melakukan pertambangan. Para pelaku penambangan rakyat di Poboya
banyak yang tidak memiliki izin. Kini Poboya telah menjadi areal aktifitas pertambangan
emas yang tak terkendali. Poboya yang dahulunya merupakan kawasan pertanian dengan
hamparan sawah, ladang dan kebun- kebun masyarakat, kini dipenuhi dengan mesin-mesin
tromol pengolah emas dan lubang-lubang menganga bekas galian para penambang. Ironisnya,
beberapa diantaranya adalah milik sejumlah oknum aparat keamanan dan elit pemerintahan di
Palu.
Setelah lebih dari setahun emas Poboya di olah, kejadian signifikan adalah perubahan
bentang alam, tindak kriminal, konflik tanah, peralihan kepemilikan lahan, dan ancaman
pencemaran, masyarakat beberapa kali melaporkan kasus kematian hewan ternak akibat
limbah buangan disekitar sungai Poboya. Celakanya, Poboya adalah water catchment area
(daerah tangkapan air) bagi ratusan ribu masyarakat Kota Palu termasuk PDAM yang
menyuplai kebutuhan air bersih warga.
Pertambangan Rakyat Poboya merupakan salah satu penambangan emas tradisional dalam
proses pengolahannya menggunakan teknik amalgamasi.Emas adalah mineral logam mulia
yang merupakan salah satu komoditas pertambangan yang utama.Pembentukannya
berhubungan dengan naiknya larutan sisa magma ke atas permukaan yang dikenal dengan
istilah larutan hidrotermal. Pergerakan larutan hidrotermal dikontrol oleh zona lemah yang
membentuk rongga sehingga memungkinkan larutan hidrotermal tersebut bermigrasi dan
kemudian terakumulasi membentuk suatu endapan yang terletak di bawah permukaan.
Tujuan penelitian

1.Mempelajari proses pengelolaan emas


2.Mempelajari dampak dari pertambangan emas
Metode penelitian
Metode penelitian yang kami lakukan adalah turun langsung praktek lapangan pada lokasi
Kelurahan Poboya, Kecamatan Mantikulore, Kota Palu, Propinsi Sulawesi Tengah
BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengertian pertambangan menurut pasal 1 ayat 1 Undang-undang Nomor 4 tahun


2009 Tentang Pertambangan Mineral dan BatuBara adalah Sebagian atau seluruh tahapan
kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang
meliputi penyelidikan umum, ekplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan,
pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan serta kegiatan pasca tambang.
Wilayah Poboya dan sekitarnya, didominasi oleh batuan kuarsa sebagai pembawa mineral
emas yang terdapat dalam urat kuarsa. Batuan kuarsa adalah jenis batuan utama yang
membentuk struktur patahan, serta menjadi faktor penting terbentuknya emas. batuan kuarsa
ini selalu menghadirkan mineral-mineral ubahan seperti biotit, magnetit, kuarsa, karbonat
(kalsit, siderite, rodokrosit), anhidrit, Illit- serisit, Klorit, Epidot, kalkopirit, pirit, molibdenit,
dan bornit yang tergolong dalam zona alterasi tipe potasik.
Batuan kuarsa yang diduga merupakan lapisan pembawa mineral emas ini dari hasil
penampang lintasan 1 dan lintasan 2 memiliki arah bentangan utara ke selatan. Nnampak
terlihat bahwa penyebaran batuan kuarsa ini menebal ke arah timur dan barat daya. Pada
lintasan 3 yang arah bentangannya dari barat ke timur bahwa batuan kuarsa ini menebal pada
arah selatan, selatan tenggara, utara dan timur laut. Kedalaman batuan kuarsa yang diduga
merupakan lapisan pembawa emas ini memiliki kedalaman yang berbeda-beda pula pada
setiap lintasan. Titik duga batuan kuarsa yang diduga sebagai lapisan pembawa mineral emas
terletak pada kedalaman antara 2 meter - 16 meter dan kedalaman 34 meter – 60 meter bawah
muka tanah (bmt).
Berdasarkan pengamatan lapangan.Pertambangan tersebut dilakukan secara tradisional oleh
masyarakat lokal dan masyarakat pendatang dari berbagai daerah.
Petambangan itu dilakukan diatas izin usaha pertambangan (IUP) eksplorasi PT. Citra Palu
Mineral (CPM) seluas 37 ribu hektar.Menurut salah satu narasumber dari pertambangan emas
Rudi ridwan, rencana penerbitan IPR tersebut pemerintah kota Palu dan aparat kepolisian
sudah melakukan koordinasi dengan CPM selaku pemilik IUP eksplorasi. “Sudah berapa kali
dilakukan pertemuan dengan CPM. Mereka mengizinkan itu dengan ketentuan mereka juga
tetap diizinkan melakukan eksplorasi”.
Hasil Pengelolaan Emas
Proses pengolahan emas Daerah Pertambangan Rakyat Poboya yang memiliki luas ±45
sampai 50 ha diolah dengan metode amalgamasi, yang merupakan proses pengikatan logam
emas dengan menggunakan merkuri (Hg) dalam tabung yang disebut sebagai tromol. Tromol
berfungsi sebagai tempat proses amalgamasi, tromol tersebut diputar dengan tenaga
penggerak listrik (dinamo). Hasil amalgamasi selanjutnya dilakukan pencucian untuk
memisahkan amalgam (perpaduan logam emas/perak dengan Hg) dari ampasnya. Amalgam
yang diperoleh diproses melalui pembakaran untuk memperoleh perpaduan logam emas-
perak (bullion). masyarakat melakukan pengambilan emasnya secara manual dimana mereka
menggunakan besi seperti pahat, palu-palu besar dan ada juga semacam skop bekas yang
mereka pakai untuk mengambil batu yang mereka pahat menggunakan pahat. Setelah sudah
terkumpul batu yang dipahat tadi maka batu material tersebut dimasukkan ke dalam karung
sampai penuh kemudian mereka jahit. Ketika karung tersebut sudah terisi batu material
sampai penuh mereka angkut ke suatu tempat, dimana mereka mengumpulkan karung
tersebut dari beberapa orang yang bekerja di tambang itu. Sesudah karung tersebut sudah
menumpuk maka di angkut satu kali ke perendaman menggunakan mobil pickup. Seperti
yang kami liat di lapangan perendaman itu adalah petak tanah seluas lapangan bola yang
ditutup terpal. Petak-petak tanah itu ternyata adalah kolam rendaman bermerkuri. Pada
kolam-kolam itu, merkuri dan sianida diaduk dengan pasir untuk menghasilkan emas dimana
pada proses batu material itu menjadi emas mereka disana menggunakan dua proses ada yang
menggunakan sianida ada juga yang merkuri.
Proses pengolahan emas akan menghasilkan limbah cair yang diletakkan pada
kolam penampungan dan lumpur hasil pengolahan yang dibuang langsung di tanah,
sehingga ada kemungkinan terjadinya kontaminasi di sekitar lokasi
pertambangan emas .daerah konservasi tersebut lebih terlihat seperti area penambangan
ketimbang hutan lindung di sepanjang sisi jalan,selanjutnya Batu material yang sudah di
bawah dari tambang tradisional yang diisi dalam karung tersebut akan di masukkan ke
dalam tahap selanjutnya. Batu material tersebut dimasukkan ke dalam mesin yang sering
masyarakat sebut sebagai “tumbuk-tumbuk” mengapa masyarakat menamakan alat ini
“tumbuk-tumbuk” karena mereka melihat cara kerja dari alat ini yaitu menumbuk batuan.
Selanjutnya batu material tersebut di tumbuk sampai halus dan bagian halusnya ini akan di
ayak lagi supaya batu material di pastikan benar-benar halus. Kemudian bahan yang sudah
halus tersebut akan dimasukkan ke dalam tromol dimana mesin ini digunakan untuk
memisahkan emas dari batu materialnya. Alat tromol ini saling dikaitkan satu sama lain
agar bekerja bersama-sama. Proses tromol ini berlangsung selama 6 jam, penambahan air
pada tromol ini berputar berlangsung selama 5 jam dan 1 jam lagi yaitu penambahan air
perak untuk memisahkan emas. Sesudah waktunya sudah cukup maka tromol diberhentikan
untuk pengambilan emas dari tromol tersebut. Emas yang di dapatkan dari tromol tersebut
adalah emas yang belum murni karena kemungkinan emas ini masih mengandung unsur
lain. Sisa dari tromol yang tersebut dimasukkan kedalam bak untuk di keringkan. Ketika
sudah kering akan di masukkan ke dalam karung untuk dibawah ke tahap selanjutnya
yang akan menjadi sebuah perhiasan yang mahal, emas mentah membutuhkan proses yang
rumit dan panjang. Hal ini pula yang membuat harga emas cukup tinggi di pasaran.
Sehingga dapat diketahui bahwa cara mengolah emas mentah itu rumit, maka tidak perlu
heran mengapa harga emas cukup tinggi. Menilai harga emaspun dilihat dari bagaimana
dari kesulitan pembuatan emas tersebut. Dampak Tambang Emas

Berikut dampak-dampak yang mungkin timbul akibat adanya aktivitas penambangan emas :
 Tanah tidak hanya air yang tercemar, tanah juga mengalami
pencemaran akibat pertambangan, yaitu terdapatnya lubang-lubang
besar yang tidak mungkin ditutup kembali yang menyebabkan
terjadinya kubangan air dengan kandungan asam yang sangat tinggi. Air
kubangan tersebut mengadung zat kimia seperti Fe, Mn, SO4, Hg dan
Pb. Fe dan Mn dalam jumlah banyak bersifat racun bagi tanaman yang
mengakibatkan tanaman tidak dapat berkembang dengan baik. SO4
berpengaruh pada tingkat kesuburan tanah dan PH tanah, akibat
pencemaran tanah tersebut maka tumbuhan yang ada diatasnya akan
mati.
 Meningkatnya ancaman tanah longsor dari hasil observasi di lokasi
penambangan emas secara tradisional di lapangan ditemukan bahwa
aktivitas penambangan berpotensi meningkatkan ancaman tanah
longsor. Dilihat dari teknik penambangan, dimana penambang menggali
bukit tidak secara berjenjang (trap-trap), namun asal menggali saja dan
nampak bukaan penggalian yang tidak teratur dan membentuk dinding
yang lurus dan menggantung (hanging wall) yang sangat rentan runtuh
(longsor) dan dapat mengancam keselamatan jiwa para penambang.
 Hilangnya vegetasi penutup tanah penambang (pendulang) yang
menggali tanah atau material tidak melakukan upaya reklamasi atau
reboisasi di areal penggalian, tapi membiarkan begitu saja areal
penggalian dan pindah ke areal yang baru. Tampak di lapangan bahwa
penambang membiarkan lokasi penggalian begitu saja dan terlihat
gersang. Bahkan penggalian yang terlalu dalam membetuk kolam-
kolam pada permukaan tanah yang kedalamannya mencapai 3-5 meter.
 Erosi tanah Areal bekas penggalian yang dibiarkan begitu saja
berpotensi mengalami erosi dipercepat karena tidak adanya vegetasi
penutup tanah. Kali kecil yang berada di dekat lokasi penambangan
juga terlihat mengalami erosi pada tebing sisi kanan dan kirinya. Selain
itu telah terjadi pelebaran pada dinding tebing sungai, akibat diperlebar
dan diperdalam guna melakukan aktivitas pendulangan dengan
memanfaatkan aliran kali untuk mencuci tanah.
 Air penambangan secara langsung menyebabkan pencemaran air, yaitu dari
limbah tersebut dalam hal memisahkan batubara dengan sulfur. Limbah
pencucian tersebut mencemari air sungai sehingga warna air sungai
menjadi keruh, asam, dan menyebabkan pendangkalan sungai akibat
endapan pencucian batubara tersebut. Limbah pencucian batubara
setelah diteliti mengandung zat-zat yang sangat berbahaya bagi
kesehatan manusia jika airnya dikonsumsi. Limbah tersebut
mengandung belerang (b), merkuri (Hg), asam slarida (HCn), mangan
(Mn), asam sulfat (H2SO4), dan timbal (Pb). Hg dan Pb merupakan
logam berat yang dapat menyebabkan penyakit kulit pada manusia
seperti kanker kulit.

Anda mungkin juga menyukai