Anda di halaman 1dari 16

Penambangan Intan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Salah satu dasar dari ilmu pertambangan adalah ilmu geologi, dimana dalam geologi kita pelajari tentang
kristalografi dan mineralogi (KrisMin). Dalam krismin, akan kita pelajari tentang kristal dan mineral, yang
merupakan unsur penyusun kerak bumi. Itulah sebabnya sebagai calon ahli pertambangan maka ilmu ini
wajib dipahami sebagai dasar.

Pengenalan geologi khususnya krismin yang cenderung abstrak seringkali menyulitkan praktikan dalam
memahasi konsep keilmuannya. Selain itu, peralatan dan ketersediaan alat yang menunjang kegiatan
praktikum dirasa masih kurang semakin menyulitkan praktikan untuk memahami. Oleh sebab itu maka
tim asisten berinisiatif untuk lebih mengenalkan tentang krismin tersebut kepada praktikan dengan
mengajak langsung ke lapangan. Dengan dilaksanakannya kunjungan lapangan ini diharapkan nantinya
para praktikan dapat lebih memahami konsep dasar keilmuan dan dapat mengaplikasikan ilmu yang
didapat di ruangan ke lapangan secara langsung.

Di kota Banjarbaru dan sekitar Kabupaten Banjar sendiri banyak lokasi yang dirasa dapat memberikan
pengalaman tersebut kepada praktikan. Dimana praktikan dapat langsung mengaplikasikan ilmu yang
didapat. Tim asisten akan mengajak praktikan menuju lokasi pendulangan intan tradisional di Desa
Sungai Tiung, Kecamatan Cempaka dan Lembaga Pengembangan dan Sertifikasi Batumulia (LPSB)
Martapura.

Praktek lapangan adalah penerapan seorang mahasiswa/i pada dunia kerja nyata yang sesungguhnya,
yang bertujuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang sudah didapatkan
dalam praktikum.

1.2. Tujuan

Adapun tujuan dari kegiatan ini yaitu agar:

a. Praktikan memahami tentang pengertian kristal dan mineral

b. Praktikan memahami menggunakan GPS dan peta geologi serta interpretrasinya

c. Praktikan mengerti bagaimana menentukan klasifikasi sistem Kristal

d. Praktikan mengerti bagaimana asosiasi mineral dengan batuan

e. Praktikan mengerti bagaimana proses pembentukan mineral di alam

f. Praktikan mampu mendeskripsikan sifat fisik mineral secara megaskopis dan memahami secara
mikroskopis
g. Praktikan memahami tentang proses pengolahan mineral batumulia

BAB II

DASAR TEORI

2.1. Dasar Teori

Intan atau berlian adalah mineral yang secara kimia merupakan bentuk Kristal atau alotrop dari karbon.
Intan terkenal karena memiliki sifat-sifat fisika yang istimewa, terutama factor kekerasannya dan
kemampuannya mendispersikan cahaya. Proses penambangan intan dilakukan dengan cara tradisional
dengan menggunakan dulang juga dengan cara modern dengan menggunakan mesin penyedot.

2.1.1. Pengertian Intan

Intan atau berlian adalah mineral yang secara kimia merupakan bentuk Kristal atau alotrop dari karbon.
Intan terkenal karena memiliki sifat-sifat fisika yang istimewa, terutama factor kekerasannya dan
kemampuannya mendispersikan cahaya. Sifat-sifat ini yang membuat intan digunakan dalam perhiasan
dan berbagai penerapan di dalam dunia industry.

Intan terutama ditambang di Afrika Tengah dan Selatan, walaupun kandungan intan yang signifikan juga
telah ditemukan di Kanada, Rusia, Brasil, dan Australia. Sekitar 130 juta “karat” (26.000 kg) intan
ditambang setiap tahun, yang berjumlah kira-kira $9 miliar dolar Amerika. Selain itu, hamper empat kali
berat intan dibuat di dalam makmal sebagai intan sintetik (synthetic diamond).

Seperti yang kita ketahui harga intan dipasaran sangat mahal karena dalam proses pencarian sangat sulit
dan barang tersebut bisa dibilang barang yang langka. Tidak seperti barang tambang yang lain misalnya
emas yang bisa dibilang masih mudah ditemukan bila dibandingkan dengan intan. Juga tidak semua
daerah di Indonesia dapat ditemukan sebagai tempat pertambangan intan yang sudah cukup dikenal
oleh masyarakat adalah Kalimantan Selatan. Proses pencarian dilakukan baik yang secara tradisional
ataupun cara modern dengan menggunakan mesin-mesin yang canggih.

2.1. 2. Kondisi umum penambangan intan Kecamatan Cempaka

Kecamatan Cempaka adalah kawasan penambangan intan dan emas yang terletak 47 km dari Kota
Banjarmasin dan 7 km dari Kota Banjarbaru. Di tempat ini pengunjung dapat melihat langsung
bagaimana para pekerja mencari Intan atau Emas di lobang-lobang penuh galian dan penuh lumpur.

Kecamatan Cempaka kota Banjarbaru, didominasi oleh karakteristik geografis dataran tinggi dengan
rata-rata ketinggian topografi antara 50 sampai 150 meter di atas permukaan laut (Pusat Statistik
Provinsi Kalimatan Selatan: 1993 ). Sehingga praktis, kawasan pendulangan intan, di Pumpung atau
Ujung Murung misalnya, juga dikelilingi oleh bukit-bukit yang menyembul.

Kawasan pendulangan intan tradisional di Kecamatan Cempaka, paling banyak tersebar di Kelurahan
Sungai Tiung. Kelurahan seluas 21,50 Km2 dengan jumlah kepadatan 306 jiwa per Km2, ini memiliki dua
kawasan pendulangan intan tradisional yang telah dikenal di mata dunia, yaitu Desa Pumpung. Desa
Pumpung, terkenal karena temuan intan sebesar telur ayam dengan berat 166,7 kerat, pada 30-an
tahun silam. Belakangan intan tersebut dinamai Trisakti.

Di Kecamatan ini, area tanahnya merupakan tanah pendulangan. Sebagian besar penduduknya bermata
pencaharian sebagai pendulangan intan (M. Syafruddin Saleh, 1983). Untuk menuju kawasan wisata
pendulangan intan tradisional ini, banyak akses transportasi darat yang bisa kita pilih, tentunya relatif
cepat, mudah dan murah. Pendulangan intan Pumpung misalnya, berada di sisi tenggara kota
Banjarbaru, 40 Km dari Banjarmasin, ibukota Provinsi Kalsel. Dari Banjarmasin menuju Kota Banjarbaru
dapat dituju menggunakan kendaraan bermotor, baik roda dua maupun empat, dengan waktu tempuh
selama 1 jam. Kemudian, dari kota Banjarbaru menuju Kecamatan Cempaka bisa dicapai selama 15
menit, langsung menuju kawasan tersebut.

2.1.3. Explorasi Intan

Tahap pertama dalam eksplorasi berlian adalah identifikasi dari suatu daerah atau wilayah yang memiliki
potensi untuk menjadi tuan rumah deposito berlian . Kadang-kadang proses ini disederhanakan dengan
penemuan berlian sebelumnya , misalnya, craton Slave di Wilayah barat laut Kanada dan Nunavut Dalam
situasi lain , di mana penemuan bantalan diamond atau deposito ekonomi belum diwujudkan , berbagai
disiplin ilmu geologi termasuk geofisika , mineralogi , morfologi dan studi struktural digunakan untuk
mengarahkan fokus upaya eksplorasi .

Setelah suatu daerah dianggap prospektif telah dipilih, wilayah sasaran tertentu harus didefinisikan . Hal
ini umumnya dicapai melalui pengambilan sampel mineral indikator , teknik eksplorasi digunakan di
seluruh dunia oleh perusahaan-perusahaan mencari berlian . Hasil dari program pengambilan sampel
skala regional dapat digunakan untuk mengidentifikasi area untuk akuisisi klaim mineral .

Para ahli geologi merujuk ke daerah-daerah yang mengembalikan konsentrasi terpenting mineral
indikator sebagai " anomali " . Daerah ini kemudian diteliti lebih lanjut dengan menggunakan lebih rinci
mineral indikator grid pengambilan sampel serta teknik geofisika . Survei geofisika memungkinkan
penjelajah untuk menyimpulkan formasi geologi dan struktur yang terletak di bawah lapisan penutup
permukaan dan danau . Survei geofisika udara umumnya digunakan untuk menutupi area yang luas
sangat cepat . Tanah berbasis survei geofisika digunakan untuk memperbaiki setiap target diidentifikasi
dari survei udara dan untuk menyelidiki lebih lanjut target potensial diidentifikasi melalui pengambilan
sampel mineral indikator , prospeksi atau pemetaan geologi .

Setelah koleksi , sampel mineral indikator adalah pra - disaring untuk menghilangkan kerikil , jalanan
batu dan bahan-bahan non - kimberlitic besar lainnya dan kemudian dikirim ke laboratorium untuk
diproses lebih lanjut . Laboratorium Stornoway ini menggunakan kombinasi fleksibel metode untuk
memproses glasial sampai dan fluvial sampel untuk menentukan kelimpahan dan sifat mineral indikator
kimberlitic bahwa mereka mengandung .
Pengolahan awal dimulai dengan konsentrasi utama melalui penggunaan tabel Wifley . Perangkat ini
mengambil keuntungan dari berat jenis tinggi yang mencirikan indikator mineral dan memungkinkan
mereka untuk dipisahkan dari bahan sampel lainnya melalui penggunaan film tipis air yang mengalir
ditambah dengan agitasi . Selain itu, teknik pengolahan mineral indikator memanfaatkan berbagai
metode lain .

2.1.4. Exploitasi Intan

Seperti yang kita ketahui harga intan dipasaran sangat mahal karena dalam proses pencarian sangat sulit
dan barang tersebut bisa dibilang barang yang langka. Tidak seperti barang tambang yang lain misalnya
emas yang bisa dibilang masih mudah ditemukan bila dibandingkan dengan intan.

Intan terutama ditambang dari pipa-pipa vulkanis, tempat kandungan intan yang berasal dari bahan-
bahan yang dikeluarkan dari dalam Bumi karena tekanan dan temperaturnya sesuai untuk pembentukan
intan. Intan terdapat dari dalam perut bumi yang digali baik secara manual maupun dengan mekanisasi.
Sekarang kebanyakan para penambang intan sudah menggunakan mekanisasi, yaitu dengan mesin
penyedot untuk menyedot tanah yang sudah digali.

Tanah yang disedot bersama air dipilah melalui tapisan. Dengan keterampilannya, si penambang bisa
membedakan batu biasa, pasir, atau intan. Intan yang baru didapat ini disebut “galuh”. Galuh ini masih
merupakan intan mentah. Untuk menjadikannya siap pakai, intan harus digosok terlebih dahulu.
Penggosokan intan yang ada di masyarakat sebagian besar masih dengan alat tradisional.

Mendapatkan/mencari intan secara tradisional merupakan pekerjaan yang banyak digeluti oleh
masyarakat banjar. Salah satu alat untuk mencari intan cara tradisional dikenal dengan nama dulang
dalam bahasa daerah sana. Dulang (berbentuk semacam caping) yang terbuat dari kayu ulin (kayu besi)
atau kayu jingga. Sedangkan proses untuk mendapatkan intan sendiri dinamakan dengan mendulang.
Caranya: material berupa pasir, batu-batuan kecil, tanah, lumpur dan sebagainya yang telah bercampur
menjadi satu diambil dari dalam lubang galian yang dibuat dengan kedalaman tertentu dimuat ke dalam
dulang sesuai dengan kapasitas dari setiap dulang yang digunakan, selanjutnya dulang yang telah terisi
material tersebut diputar-putar (dilenggang) dalam air sehingga sedikit demi sedikit material dari dalam
dulang terbuang keluar dari dulang terbawa oleh pusaran air yang timbul akibat putaran yang dilakukan
sambil sekali-kali pendulang mengamati sisa material yang berada dalam dulang apakah terdapat intan
atau tidak. Hal tersebut dilakukan begitu seterusnya sampai material yang berada dalam dulang
terbuang habis dari dalam dulang. Kegiatan tersebut dilakukan sepanjang harinya oleh penambang
tradisional intan, dan belum tentu kegiatan yang dilakukan mendapatkan hasil yang bisa dibawa pulang
sebagai pendapatan hari itu. Mencari barang yang belum tentu dapat itu sangat membutuhkan
kesabaran dan keuletan yang tinggi dari para pendulang. Kegiatan mendulang biasanya dilakukan secara
berkelompok. Satu kelompok biasanya terdiri dari 3-5 orang ataupun lebih. Kenapa hal tersebut
dilakukan secara berkelompok Karena setiap orang mempunyai tugas masing-masing yang berbeda-
beda. Ada yang bertugas membuat/menggali lubang. Ada yang lain bertugas mengangkut material
galian kelokasi pendulangan. Sedangkan yang lainnya lagi bertugas mendulang material yang telah
terangkut tadi. Biasanya di tempat pendulangan dipasang semacam tenda untuk menghindari panasnya
terik matahari.

Dalam system mencari intan secara berkelompok ini biasanya hasil yang didapat dibagi secara merata
kepada setiap orangnya dalam kelompok tersebut. Hal tersebut juga tidak mutlak begitu aturannya
namun kebanyakkan begitu yang dilakukan, atau juga tergantung dari kesepakatan awalnya bagaimana?
Perlu diketahui juga bahwa para penambang tradisional tersebut lahan yang digunakan juga kadang-
kadang tidak milik sendiri tetapi milik orang lain. Jadi hasil yang didapat semakin kecil apabila semakin
banyak orang terlibat dalam sebuah kelompok penambang intan. Banyak orang yang terlibat dalam
usaha mendapatkan intan apabila kita melihat dari proses awalnya. Bermula sebuah intan berasal dari
para penambang tersebut. Ada juga kelompok yang khusus mengumpulkan hasil dari penambang
tersebut yang datang secara langsung ke lokasi penambangan. Kelompok tersebut dinamakan para
pengumpul intan dan biasanya orang-orang yang sudah memiliki modal sendiri atau memakai modal
orang lain dalam mengumpulkan intan. Selanjutnya dari para pengumpul ini dijual lagi kepengumpul
yang besar untuk diolah menjadi intan-intan yang bernilai jual tinggi. Atau juga intan tersebut langsung
di jual kepada para pengumpul yang berasal dari luar sebelum diolah menjadi berbagai macam bentuk
yang menarik seperti mata cincin, kalung, gelang, dan lain sebagainya. Namun tetap saja yang menjadi
bagian yang paling bawah adalah para pekerja yang secara langsung bekerja dilapangan. Daerah yang
cukup terkenal sebagai tempat penghasil intan di Banjarmasin seperti Martapura, Kampung Cempaka,
Karang Intan, Awang Bangkal, Sungai Besar, Matraman. Daerah-daerah tersebut yang menjadi salah satu
tempat yang banyak menghasilkan intan. Demikian sulit proses mendapatkan sebuah intan, namun
mengingat harga yang tinggi dibandingkan dengan harga barang tambang yang lain yang ditawarkan
tetap saja hal tersebut menjadi pekerjaan yang banyak diminati oleh masyarakat. Intan ditentukan
berdasarkan karatnya. Semakin besar karat semakin tinggi juga harga yang didapat. Mencari barang
yang langka dan belum tentu kapan dapatnya tergantung dari rejeki dari masing-masing pendulangnya.
Menambang intan secara tradisional menggunakan dulang Penambangan intan modern menggunakan
mesin penyedot

2.1.5. Dampak Eksploitasi Penambangan Intan

Kegiatan penambangan intan dapat mempengaruhi sifat fisika, kimia, serta biologi tanah maupun air,
melalui pengupasan tanah lapisan atas penambangan, pencucian, serta pembuangan tailing. Dengan
demikian sifat tanah asli atau semula berubah menjadi sifat tanah tailing.

Sistem penambangan intan di Kecamatan Cempaka Banjarbaru adalah menggunakan sistem “dumping”,
yaitu suatu cara penambangan dengan mengupas tanah permukaan yang kemudian dilanjutkan dengan
penggalian, namun setelah selesai penambangan, lapisan tanah atas (top soil) tidak dikembalikan ke
tempat asalnya. Secara fisik, keadaan lokasi bekas tambang sangat buruk, berupa lubang-lubang besar
mirip seperti danau dan dikelilingi tumpukan-tumpukan tanah bekas galian, seperti bukit-bukit kecil
yang tidak beraturan. Dengan kondisi demikian, apabila areal bekas tambang tersebut dimanfaatkan
sebagai lahan pertanian, maka sangat sulit dalam pengelolannya.

Untuk mengembalikan kualitas bekas areal sehingga dapat dijadikan lahan pertanian memerlukan
investasi yang sangat besar, yang sebenarnya kewajiban penambang.

Penambangan intan yang tidak memperhatikan aspek lingkungan akan menyebabkan terancamnya
daerah sekitarnya dari bahaya erosi dan tanah longsor sebagai hilangnya vegetasi penutup tanah.
Pembongkaran lahan secara besar-besaran juga menyebabkan terjadinya bentang alam (morfologi dan
topografi), yaitu perubahan sudut pandang dan bentuk lereng. Pengupasan, penimbunan tanah penutup
dari penggalian sumber daya alam menimbulkan perubahan pada drainase, debit air sungai, dan kualitas
permukaan pada saat hujan. Aspek tersebut adalah:
a. Aspek Hidrologi

Pada musim hujan, mata air keluar di banyak tempat pada lembah- lembah di kaki bukit, tetapi pada
musim kemarau sebagian besar dari mata air tersebut kering karena di sepanjang bukit sebagian besar
sudah gundul. Pada beberapa lembah yang agak dalam dan datar sering ditemukan rawa atau genangan
air yang cukup besar terutama di musim hujan. Genangan-genangan tersebut mempunyai kenampakan
air yang bermacam-macam, dengan warna cokelat karena keruh, warna kehijauan sampai warna merah.
Hal ini menunjukkan bahwa kualitas air di dalam kolam-kolam tersebut juga beragam.

b. Aspek Geologi

Tumpukan batuan penutup (overburden) yang dibiarkan tertutup secara tidak teratur bukaan tambang
menghasilkan bukit-bukit kecil dan lubang-lubang. Demikian juga bekas bukaan yang tidak ditutup
kembali juga akan menghasilkan lubang yang akan terisi oleh air hujan. Kenyataan di lapangan yang
banyak terdapat kolam berisi air hujan, mengindikasikan bahwa timbunan tanah bekas galian bersifat
kedap air, resapan air hujan untuk membentuk sistem air tanah sangat kecil.

c. Erosi Tanah

Erosi tanah bersifat permanen dan merupakan salah satu dampak utama dan aktifitas penambangan.
Erosi tanah menimbulkan dampak lanjutan yaitu menurunnya kesuburan tanah di lahan terbuka sekitar
lubang tambang dan sedimentasi sungai. Sedimen hasil erosi tanah diangkut oleh aliran air larian
(runoff) masuk ke dalam sungai pada di ujung tekuk lereng dalam daerah tadah (catchment area).

d. Longsoran Tanah

Longsoran (overburden) dan waste rock dapat menimbulkan dampak lanjutan berupa sedimentasi
sungai. Karena jumlah overburden da waste rock cukup banyak. Hal ini berdampak negative terhadap
lingkungan yang bersifat permanen.

e. Sedimentasi Sungai

Sedimentasi dari longsoran dan erosi tanah dapat terbawa oleh aliran air larian yang masuk ke dalam
sungai. Meskipun longsoran dan erosi tanah merupakan dampak yang signifikan, tetapi sedimentasi
belum tentu mempunyai dampak yang signifikan. Sedimentasi sungai selain ditentukan oleh jumlah
sedimentasi yang masuk ke sungai, juga ditentukan oleh factor-faktor hidrologi sungai, seperti
kecepatan arus, pola arus sungai, kelandaian dasar sungai dan morfologi dasar sungai.

f. Gangguan Estetika Lahan

Kegiatan pertambangan pada umumnya dilakukan dengan penambangan terbuka. Lokasi kegiatannya
berderet-deret di daerah perbukitan yang memberikan pemandangan deretan lahan terbuka berwarna
cokelat, kontras dengan daerah bervegetasi yang Nampak hijau. Perubahan bentuk lahan dan kerusakan
lainnya Nampak jelas dari kejauhan yang terlihat jelas karena letaknya yang cukup tinggi. Hal ini akan
menimbulkan gangguan terhadap estetika lahan yang harmonis.

g. Pencemaran Sungai
Seperti aktivitas pertambangan lainnya di Indonesia, pertambangan intan di Kalsel juga telah
menimbulkan dampak kerusakan lingkungan yang cukup parah. Kegiatan eksploitasi, lubang-lubang
besar yang tidak mungkin ditutup kembali –apalagi dilakukan reklamasi— telah mengakibatkan
terjadinya kubangan air dengan kandungan asam yang sangat tinggi. Limbah yang dihasilkan dari proses
pencucian mencemari tanah dan mematikan berbagai jenis tumbuhan yang hidup diatasnya. Pembiaran
lubang-lubang bekas galian yang ditinggalkan begitu saja dan pencemaran lingkungan akibat aktivitas
pertambangan tersebut seperti debu, rembesan air asam tambang dan limbah pencuciannya terjadi di
hampir semua lokasi pertambangan dan bahkan mencemari air/sungai yang dimanfaatkan oleh warga.
Akibat pengelolaan yang buruk ini terjadi kerusakan lingkungan dan kehancuran ekosistem di banyak
tempat, praktek pelanggaran terhadap hak-hak rakyat, perampasan sumber kehidupan rakyat, dan
penghancuran nilai-nilai dan budaya masyarakat adat/lokal. Pengelolaan, hingga eksploitasi yang
mestinya dapat meningkatkan harkat, martabat, dan kesejahteraan bagi rakyat Kalimantan Selatan
malah justru sebaliknya menimbulkan kerusakan lingkungan yang cukup parah, peminggiran terhadap
masyarakat lokal/adat dan kemiskinan. Saat ini pertambangan intan telah menghancurkan sumber daya
alam di Kalsel. Aktivitas pertambangan terbuka yang telah menghabiskan tutupan lahan mengancam
keberadaan daerah aliran sungai (DAS). Sekitar 50 persen DAS di Kalsel airnya sudah keruh, karena
pengaruh kegiatan pertambangan terbuka yang menimbulkan erosi. Secara kasat mata, akibat
pertambangan terbuka di atasnya, mengakibatkan kondisi DAS di Kalsel cukup mengkhawatirkan. Banjir
pun kerap mengancam. Akibatnya, saat hujanvdebit air yang melimpah tidak dapat tertampung lagi,
sehingga DAS semakin menyempit setelah terpengaruh longsoran atau erosi tanah dari atas lahan yang
sudah ditambang.

BAB III

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

3.1. Pembahasan Kegiatan

Dalam pembahasan kegiatan lapangan ini, kegiatan dilakukan di lokasi area penambangan intan
tradisional turun temurun, tepatnya di Pendulangan Intan Tradisional, Desa Sungai Tiung, Kecamatan
Cempaka, Banjarbaru Kalimantan Selatan.

Di lokasi tersebut, dapat kita pelajari kristal dan mineral baik dari segi eksplorasi, eksploitasi,
pengolahan, dan pemasaran. Pertama dari segi pengolahan, praktikan diajak ke salah satu tempat
pengerajin batumulia atau bisa disebut juga dengan batu akik. Praktikan dipersilahkan untuk melihat
proses dari batuakik tersebut. Proses awalnya yaitu batu dihaluskan untuk mendapatkan ukuran yang
sesuai untuk tahap selanjutnya.
Sumber : Kecamatan Cempaka, Banjarbaru, 2014

Gambar 3.1.

Proses Penggosokan

Proses selanjutnya yaitu proses penggosokan, dimana batu yang sudah diperhalus, dilakukan proses
penggosokan dengan menggunakan alat gosok yang disebut “Aslak” agar batu akik tersebut dapat
terlihat bentuk dan warnanya. Setelah proses penggosokan, batu akik tersebut dipanaskan agar pori-
pori batu akik dapat rapat dan menyatu. Lalu, proses selanjutnya yaitu pengamplasan, agar batu akik
tersebut dapat memiliki harga jual dan juga mendapatkan kilap dari batu akik tersebut. Setelah proses
pengamplasan, selanjutnya proses penyanglingan, dengan menggunakan bambu wulung sebagai proses
finishing agar batu akik lebih mengkilap.

Sumber : Kecamatan Cempaka, Banjarbaru, 2014

Gambar 3.2.

Proses Penggosokan dan penghalusan

Dari segi pemasaran, biasanya para pengerajin melakukan sistem kesepakatan harga kepada pembeli,
tergantung pemesanan dan proses pembuatannya. Biasanya juga langsung dipasarkan di Pasar Intan
Martapura dengan harga jual yang tinggi.
Intan atau batu permata tergolong dalam bahan galian C. Bahan galian C ini yaitu bahan
galian yang non strategis dan non vital. Golongan bahan galian C ini banyak sekali termasuk
intan atau batu permata. Selain intan yang tergolong ke bahan galian ini diantaranya: Nitrat,
nitrit, fosfat, talk, mika, grafit, magnesit, tawas, oker, kaolin, fledstar, gifsum, batu apung, trass,
obsidian, marmer, batu tulis, batu kapur, dolomite, kalsit, granit, andesit, basalt, trakhit, tanah
liat, dan yang terakhir adalah pasir. Itu semua adalah jenis bahan galian yang lainnya.   
Sejauh ini tidak diketahui asal dan arti kata intan atau batu permata yang dalam bahasa
Inggris disebut diamond. Kata diamond yang diturunkan dari bahasa Belanda “diamant”
sebenarnya berasal dari bahasa Yunani yang berarti tidak terhancurkan. Intan juga merupakan
satu-satunya batu permata yang mempunyai formula yang terdiri dari satu unsur yaitu karbon
(C). Intan terbentuk bersamaan dengan pembekuan batuan ultrabasa missal peridotit dan
kimberlit.
Kristalisasi intan pada kimberlite pipe terbentuk pada kedalaman 60 mil (kurang lebih 95
km) atau lebih dalam dibawah permukaan bumi dan pada temperatur 1.500-2.000 C. Intan
mempunyai hablur dengan sistem kubus, umunya berwarna bening tetapi kadang-kadang
berwarna kebiruan, kehijauan, kemerahan atau kuning, berat jenis 3,52 dengan kilap adamantin
dengan garis tengah atom 1,54 A, kekerasan 10 skala Mohs atau 8.000-8500 knop. Ikatan atom
karbon dalam kisi-kisi hablur mempunyai empat arah kelemahan atau bidang belah. Bila
mendapat tekanan yang keras maka kristal ini akan terbelah meninggalkan permukaan atau
bidang yang halus sejajar dengan bidang oktahedron.
Sifat ini sangat penting bagi pengrajin intan (lapidan) dalam membagi intan berbutir
besar menjadi butir-butir yang lebih kecil serta dalam membuat bentuk dan mengasahnya. Sifat
lain yang penting adalah dalam membiaskan dan memantulkan sinar. Sinar yang berbeda akan
dibiaskan dan dipantulkan dan berbeda arahnya, karena adanya indeks bias. Sebagai contoh
terhadap sinar merah mempunyai indeks bias 2,407, sedangkan indeks bias terhadap sinar ungu
atau lembayung 2,465. Dispersi antara sinar merah dan ungu tercatat 0,058 ( = 2,465-2,407) dan
antara sinar merah dan biru 0,048. Karena harga disperse yang sangat tinggi it maka intan
kelihatan gemerlapan.
            Tiap-tiap batu mulia (termasuk intan) dicari dan dihitung berat jenisnya. Sesudah
mengetahui nilai kerasnya,beratnya dapat dihitung dalam karat dari batu mulia itu. Karat untuk
batu mulia (termasuk intan) adalah satuan berat yang setimbang dengan seperlima gram (1 karat
= 0,20 gram). Satuan ini dipakai diseluruh dunia, oleh karenanya disebut karat metric. Jika kita
timbang berat intan , tidak dikatakan berat intan itu satu gram, melainkan dikatakan lima karat
intan.
Agar tidak salah pengertian, harap diketahui bahwa timbangan karat yang dipakai untuk batu
mulia tidak sama dengan satuan karat yang dipakai untuk emas. Misalnya emas dinamakan 24
karat adalah jenis emas murni ( = 100% Au ). Emas disebut 18 karat mengandung 18/24 x 100%
= 75% emas murni. Intan Indonesia terkenal karena intan yang paling keras dan paling berat
dibandingkan dengan intan dari negara lain, mungkin dalam hal ini. Disebabkan intan Indonesia
mempunyai bentuk kristal kembar.
            Di Indonesia intan sering terdapat sebagai endapan aluvial bersama dengan kuarsa, korundum dan sikron. Di
Indonesia terdapat di Martapura (Kalimantan Selatan) dalam batuan yang disebut  Breksi Pemali dan di daerah
Landak, Sekayan, Sanggau ( Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kecamatan Permata Intan ). Ditempat ini
terdapat kampong yang bernama kampong Sungai Gula tempat pemukiman penambang intan tradisional.
Kebanyakan intan dari Kalimantan mempunyai warna. Warna yang digemari adalah warna Air Laut yang berwarna
putih, agak kebiruan seperti air laut, yang berwarna lebih biru disebut Air Hujan harganya sangat mahal. Warna
kuning merupakan intan yang paling murah. Semuanya ditemukan pada atau hasil dari endapan alluvial di sungai
purba. Jenis endapan intan yang lain adalah endapan pipabreksi yang disebut endapan kimberlit, misalnya yang
dijumpai di Kimberly (Afrika) dan Australia Barat.
Endapan kimberlit ini mempunyai ciri bahwa mineral olivin yang berasosiasi teelah mengalami proses
serpentinisasi. Intan yang ditemukan di Kalimantan dan yang ukurannya paling besar adalah intan Trisakti dengan
166,72 karat. Jenis intan ini ditemukan di Kabupaten Cempaka tahun 1965. Intan ini digosok di Amsterdam.
Kemudian ditemukan penemuan jenis intan yang lainnya lagi di Galuh Cempaka berukuran 29,75 karat
pada tanggal 18 Agustus 1969. Pada tahun itu juga ditemukan kembali intan Galuh Bulan berukuran 27,5 karat,
sedangkan pada tanggal 27 November 1967 ditemukan intan Galuh Badu berukuran 26,50 karat di Kecamatan Bati-
Bati, Kbupaten Tanah Laut dan pada tahun 1987 akhir ditemukan lagi intan dengan berat 50 karat berwarna kuning.
Walaupun penelitian tentang intan tidak pernah brhenti, akan tetapi orang tidak pernah menemukan batuan asal
intan.
            Meskipun semula “Koolhoven” tahun 1936 menduga asalnya dari Breksi Pemali, akan tetapi hingga saat ini
pendapat itu belum bisa diyakini oleh semua orang. Intan ternyata tidak hanya ditemukan dalam endapan Pleistosen
(dahulu disebut Diluvium), tetapi juga dalam lapisan berumur Eosen bahkan dalam Formasi Manunggul yang
berumur Kapur Atas. Dengan demikian maka jelas intan setidaknya berumur Pra-Manunggul. Hingga sekarang intan
digali dari endapan sungai yang berumur  Pleistosen hingga saat ini yang terdiri dari ukuran kerakal sampai lanau.     
Intan yang ditemukan di Indonesia baik untuk permata antara lain di daerah:
      Riau: Sungai Siabu, Kmper, Bangkinang (berupa indikasi endapan alluvial).
      Kalimantan Barat: Muara Mengkiang (sebagai rombakan pada endapanaluvial).
      Kalimantan Tengah: Kampung Sungai Gula, Kecamatan Permata Intan Barito Utara (merupakan endapan intan
letakan pada alluvial). Purukcau, Murungraya: Sei Pinang (semuanya merupakan endapan intan letakan pada
alluvial). Pujo, cabang Sungai Bohot (berupa indikasi pada komplek batuan ultrabasa yang dikelilingi oleh batu pasir
dan serpih yang mengandung batubara.
      Kalimantan Selatan: Kabupaten Martapura, Simpang Empat (antara kampong Mataram dan Sungkai, pinggir Jalan.
Raya Banjarmasin – Kandangan (terdapan andapan kerikil pada daerah dataran banjir, telah diusahakan oleh
masyarakat.
      Kalimantan Timur: Sekatak Bunyi (berupa indikasi pada endapan alluvial), Kabupaten Kutai, Kecamatan Longiran,
Sungai Babi: Kabupaten Kutai sekitar Kampung Tionghoan cabang sungai sebelah kanan.     
B.         Teknik Penambangan
Pencarian intan dilakukan dengan cara membuat atau menggali lubang didalam tanah
yang sudah tentu mengandung intan. Ada dua macam lubang yaitu lubang surut dan lubang
dalam. Lubang surut kedalamannya antara satu sampai setengah meter sedangkan lubang dalam
dapat mencapai sepuluh meter atau lebih. Untuk menghancurkan tanahnya pada mulanya hanya
digali dengan tenaga manusia, tetapi saat sekarang sudah ada yang mempergunakan pompa
semprot seperti yang sudah dilakukan di daerah penambangan rakyat di daerah Sungai Gula,
Kecamatan Permata Intan.
Pemisahan tanah dengan intan dilakukan dengan dulang (= lingganan) yang terbuat dari
kayu. Tempat mendulang batu dan tanah dinamakan pendulangan. Pendulangan yang ada
disekitar Martapura ialah di Cempaka, Banyu Ireng, Ampar Tikar, Pendarapan dan Banjarbaru.
Disekitar proyek Riam Kanan terdapat pendulangan Mandikapau, Awang Bangkal, Tiwingan,
Rantau Bujur dan Rantau Alayung.Dimasa yang akan mendatang nanti kemungkinan
penambangan intan akan dilakukan dengan cara atau menggunakan mekanik yang lebih canggih
lagi untuk menggali intan tersebut.
C.        Pengelolaan dan Pemanfaatan Intan
Bahan galian yang tadi yaitu intan diasah dengan bentuk asahn fasit, misalnya berlian,
markis, pendelop dan briolet. Di antara bentuk tersebut fasit berlian adalah jenis yang paling
umum, sehingga intan yang demikian disebut pula dengan nama berlian. Di zaman sekarang
banyak pedagang intan berlian membuat istilah intan dan berlian. Menurut para pedagang yang
disebut intan adalah yang tidak gemerlapan atau Nampak suram, walaupun kedua permata itu
sama-sama diasah dalam bentuk asahan fasit. Pendapat yang dilontarkan para pedagang tersebut
sebetulnya tidak benar.
Bentuk asahan berlian bermacam-macam antara lain berlian Swiss (sederhana), berlian
gunting, berlian raja (standar), berlian mawar, berlian magna, berlian bintang bersinar. Intan
yang berukuran kecil biasanya diasah dengan menggunakan bentuk asahan berlian sederhana
yang hanya mempunyai fasit meja, fasit mahkota dan fasit pavilium. Sedangkan intan yang
berukurab besar diasah dengan menggunakan bentuk asahan berlian standar atau berlian lain
yang mempunyai fasit meja, bintang, mahkota, sabuk atas, sabuk bawah, pavilion dan kulet.
Mengasah intan dengan menggunakan bentuk asah fasit, pengaturan sudut fasit sangat
penting. Hal yang sama juga dengan sudut antara mahkota dan pavilion merupakan kunci
gemerlapnya bagi intan yang bersangkutan. Perbandingan panjang, lebar dan tinggi juga
merupakan factor yang harus diperhatikan. Apabila salah satu dari tiga factor tersebut dilupakan,
maka intan tere=sebut kurang gemerlapan. Lebih-lebih apabila ketiga factor tersebut dilupakan,
maka sebuah berlian akan nampak suram seperti sebuah potongan atau pecahan gelas yang
kurang nilai jualnya.
Terdapat dua jenis intan yang beada dialam ini yaitu intan bening yang disebut intan
mulia atau intan permata dan intan hitam yang disebut intan industri. Intan industry
dipergunakan sebagai alat pemotong, dan pemoles misalnya sebagai mata gergaji, mata pahat
bor, pemotong kaca, dan bubuk penggosok, pengasah dan pemoles. Jenis intan ini banyak
dihasilkan oleh negara di Amerika Latin misalnya: Brasil, Bolivia, Argentina, Uruguay dan
negara Afrika Selatan serta Afrika Barat. Adapula yang disebut intan Matara, yang sebenarnya
mineral zirkon yang berwarna bening es, atau dengan kata lain ialah intan imitasi.
Walaupun sangat jarang, intan bening yang berwarna sering pula didapatkan misalnya
berwarna kekuningan, kebiruan, kehijauan, kemerahan dan terkadang juga dijumpai dalam
keadaan warna tua. Sehingga intan yang berwarna menjadi lebih sangat indah, tetapi jarang
akibatnya harga menjadi lebih mahal. Ini dilakukan dalam reaktor atom dengan jalan
neutronisasi atau penembakan dengan partikel atau elemen yang mempunyai atom berukuran
sama. Misal warna hijau dengan menggunakan partikel radioaktif dari ikatan radium. Warna
yang telah dihasilkan ini dapat diubah menjadi kuning atau coklat dengan pemanasan yang
diatur. 
Intan ini termasuk batu permata yang jarang dan sukar ditemukan, sehingga dibuat suatu
sintesis dan imitasina. Di antara intan-intan dan imitasinya yang terkenal dan banyak beredar di
toko-toko permata adalah:
      Fabulit (strontium fifanat), Titanium (rutil).
      Linobat (litium niobat), Nilam Putih, Spinel Putih, Sirkon.
      Sirkonia (sirkon kubus), Diamonair.
      YAG (yttrium alumunium garnet).
      YIG (yttrium ion garnet), GGG (gogolinium gallium garnet).
      Djevalit (sirkonia Amerika Serikat).
      Paionit (sirkonia Rusia).
Untuk membedakan intan asli dan palsu perlu pengalaman. Harga atau nilai sebuah intan
ditentukan 4 faktor utama (bias disebut 4 C yaitu berat (carat), warna (colour), kejernihan atau
kebersihan (clarity), dan bentuk ashan (cut). Intan dengan berat 0,5-2.0 karat sangat ideal karena
mudah dijual, serta dipakainya tidak terlalu mencolok. Sedangkan intan berwarna meskipun dari
warna buatan tetapi lebih berharga dan lebih mahal dari pada intan yang bening. Kejernihan
sebuah intan diartikan bahwa intan tersebut tidak mengandung atau mempunyai cacat, termasuk 
pengotoran seperti gelembung atau mineral lain. Berdasarkan derajat kejernihan ini, intan dibagi
menjadi beberapa kelas sebagai berikut:

Pengotoran atau cacat yang dimaksud di atas adalah hanya dapat dilihat oleh ahli permata
atau intan khususnya menggunakan alat laboratorium. Mungkin intan kelas 6 atau 7 dapat diuji
dengan menggunakan pealatan sederhana misalnya “mikroskop birokuler”. Di samping
klasifikasi tersbut, ada pula klasifiksi berdasarkan kejernihan yang digabungkan dengan warna
serta dinyatakan dengan huruf dan angka seperti table 14 berikut:

Apabila dalam suatu sertifikat yang menyertai sebuah permata menyebutkan:   


AB 1-2            : Berarti intan yang bersangkutan putih jernih dan jernih
F-6      : Berarti intan yang bersangkutan berwarna bunga tanjung dan berbintik-bintik
AA3                : Berarti intan tersebut berwarna outih biru dan sangat sedikit mengandung pengotoran.
            Walaupun intan merupakan benda terkeras yang tidak mungkin tergores oleh
benda-benda yang lain, namun memerlukan perawatan pula. Pemakaian yang terus menerus
menyebabkan intan akan kehilangan gemerlapnya. Hal tersebut disebabkan oleh kotoran yang
melekat pada permukaan fasit dan menghalang sinar yang menembus, dibiaskan seta
dipantulkan.
Dalam hal ini perawatan dilakukan dengan mencuci dam membersihkan. Alat-alat yang
diperlukan antara lain:
  Sikat halus (missal sikat bulu mata)
  Larutan yang terdiri dari 20 ons natrium bikarbonat (NaHCO3), 1 ons kaporit (CaOCI2), 1 ons
garam dapur (NaCl) dan 16 ons air.
Yang harus diperhatikan ialah jangan sekali-kali melepaskan intan dari ikatannya, karena
dapat menyebabkan intan tersebut menjadi cacat dan rusak. Apabila hal tersebut perlu diperbaiki,
serahkanlah pada ahli permata. Dan apabila saat ini intan banyak dipakai sebagai perhiasan untuk
keindahan dan status sosial seseorang , akan tetapi pada jaman dahulu intan ini dianggap sebagai
barang yang sangat bertuah.
                                 

BAB III
SIMPULAN
Intan merupakan bahan galian yang sangat sukar untuk ditemukan. Intan atau batu
permata ini pula mempunyai nilai jual yang lebih tinggi sehingga banyak orang yang tertarik
dengan benda tersebut. Apalagi dari golongan orang-orang yang memiliki perekonomian yang
baik atau bisa disebutkan golongan konglongmerat. Semakin intan itu berwarna maka nilai juga
semakin tinggi sehingga banyak dijual di took-toko intan atau berlian yang imitasinya.Dan di ala
m ini hanya terdapat dua jenis intan saja yaitu intan bening atau disebut intan permata dan yang
satu lagi adalah intan hitam.
Jenis intan yini termasuk pada batu permata yang jarang dan sukar ditemukan. Sehingga
dibuat sintesis dan imitasinya, di antara intan dan imitasinyayang banyak dan terkenal di took-
toko adalah: fabulit, titanium, linobat, nilam putih, spinel outih, sirkon, sirkonia, diamonair,
YAG (yytrium ion gamet), GGG (gogolinium gallium gamet), djevalit (sirkonia Amerika
Serikat), dan yang terakhir paronit (sirkonia dari Rusia).    
Selain itu,  intan atau batu permata ini tergolong dalam bahan galian C yaitu bahan galian
yang non strategis dan non vital. Dan intan juga merupakan bahan galian yang paling keras dan
tidak dapat tergores sedikitpun oleh benda-benda tajam. Akan tetapi intan ini harus dirawat
dengan sebaik mungkin sebab jikalau tidak dirawat maka gemerlapannya bisa hilang akibat
kotoran yang menempel. Intan mempunyai urutan yang paling keras dari mineral-mineral yang
paling lunak.  Berikut urutan mineralnya: Talk, gipsum, kalsit, flourit, apatit, ortoklas, kuarsa,
topas, korund dan intan.
Untuk membedakan suatu intan asli dengan intan palsu itu perlu pengalaman. Harga atau
nilai sebuah intan ditentukan oleh 4 faktor utama yakni biasanya disebut dengan 4 C yaitu: berat
(carat), warna (colour), kejernihan dan kebersihan (clarity), dan bentuk asahan (cut). Kejernihan
sebuah intan diartikan bahwa intan tersebut tidak mengandung atau mempunyai cacat, termasuk
pengotoran seperti gelembung atau mineral lain.
Berdasarkan derajat kejernihan intan ini dibagi menjadi beberapa kelas yaitu dari
tingkatan atau kelas 1 sampai kelas 7 yang paling terbawah. Di Indonesia lumayan cukup banyak
juga daerah yang dapat menghasilkan intan. Contohnya saja intan banyak ditemukan di Riau
(Sumatera), Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur.
Dan masih banyak lagi bahan galian yang lainnya yang terdapat di Indonesia.
Penambangan intan ini dilakukan dengan cara menggali lubang didalam tanah yang sudah
barang tentu didalamnya mengandung intan. Dalam penambangan intan ada dua macam
lubangyaitu yang dinamakan dengan lubang surut dan lubang dalam. Lubang surut ini
mempunyai kedalaman antara satu sampai setengah meter sedangkan lubang dalam dapat
mencapai sepuluh meter ataupun lebih dari itu. Sehingga dengan adanya intan di negara kita itu
menambah nilai kekayaan yang berada di Indonesia, serta kita harus memenfaatkannya dengan
sebaik mungkin.   

Sumber : Kecamatan Cempaka, Banjarbaru, 2014

Gambar 3.3.

Batu Hasil Penggosokan

Dalam segi eksploitasi, praktikan diajak ke salah satu tempat pendulangan intan untuk melihat proses
pendulangan itu sendiri baik dari awal hingga proses pendulangannya. Penambangan dilakukan secara
tradisional dengan alat-alat seperti dulang, saringan, pompa air, dan sebagainya. Metode yang
digunakan dalam proses penambangannya yaitu metode hidraulicking, yaitu menyemprotkan air dengan
tekanan tinggi untuk memberai tanah. Setelah terberai maka lumpur hasil semprotan akan didulang
untuk mendapatkan mineral yang dicari. Para pendulang intan bekerja secara berkelompok.
Sumber : Kecamatan Cempaka, Banjarbaru, 2014

Gamabar 3.4.

Proses pendulangan

Satu lubang galian dikerjakan oleh satu atau dua kelompok. Mereka menganut sistem abain, yaitu
system bagi hasil antara pemilik lahan, pemilik mesin sedot, penggali lubang, dan pelenggang. Untuk
mendapatkan mineral yang dicari, digunakan alat mesin pompa yang dsebut Sluicebox. Menurut warga
setempat ada 4 bagian yang terdapat di alat tersebut, yaitu Unyilan, Unyilan Tanggalan, Kasbuk, dan
Kotak Pasir.

Sumber : Kecamatan Cempaka, Banjarbaru, 2014

Gambar 3.5.

Sluicebox

Dalam segi Eksplorasi, tim asisten mengajak praktikan untuk melihat dan mencari sampel mineral dan
batuan di sekitar daerah pendulangan dengan memplot masing-masing wilayah tempat dimana mineral
dan batuan didapatkan. Lokasi pertama ada di pendulangan intan di depan, lalu, tim asisten mengajak
praktikan menuju area yang lebih dalam lagi, agar mendapat jenis sampel mineral dan batuan yang
berbeda di tempat lain. Praktikan diwajibkan mengumpulkan 4 sampel mineral dan 4 sampel batuan dan
di deskripsikan agar identifikasinya didapat. Setelah rangkaian kegiatan semua sudah selesai
dilaksanakan, praktikan dipersilahkan untuk kembali ke kampus untuk mengembalikan peralatan yang
dipinjam dari laboratorium dan pulang menuju tempat tinggal masing-masing.

4.1. Keasimpulan

Intan atau berlian adalah mineral yang secara kimia merupakan bentuk Kristal atau alotrop dari
karbon. Intan terkenal karena memiliki sifat-sifat fisika yang istimewa, terutama factor kekerasannya
dan kemampuannya mendispersikan cahaya.

Proses penambangan intan dilakukan dengan cara tradisional dengan menggunakan dulang juga dengan
cara modern dengan menggunakan mesin penyedot. Ada dua macam cara orang berjualan intan di
Marapura ini. Yang pertama, dijual di pusat pertokoan permata, Cara yang kedua adalah yang dikenal di
kota Martapura dengan sebutan Pembalantikan Intan.

Penambangan intan yang tidak memperhatikan aspek lingkungan akan menyebabkan terancamnya
daerah sekitarnya dari bahaya erosi dan tanah longsor sebagai hilangnya vegetasi penutup tanah.

Proses penggosokannya memakai beberapa buah alat seperti dinamo, iskip atau gerinda khusus intan,
docf atau besi penjepit intan, tang, cutting, kaca pembesar dan pengukur intan.
Intan tersebut dibentuk dulu menggunakan cutting dan diukur diameternya dan bentuk bundarnya dengan
pengukur intan.

Lalu, intan mentah digerinda menggunakan alat khusus bernama iskip yang digerakkan oleh dinamo.

Intannya saat digerinda, harus dijepit dengan alat bernama docf atau biasa dibaca dup.

"Tulisannya D, O, C, F. Docf, dibaca dup. Itu bahasa Belanda karena alat ini buatan Belanda," terangnya.

Docf itu dipasangkan di ujung sebuah tang khusus, kemudian intan yang dijepit itu diasah ke iskip yang
berputar cepat selama proses penggosokannya.

Saat digerinda, intan tersebut sesekali dilihatnya dengan sebuah kaca pembesar khusus untuk
memastikan apakah sudah mengilap atau belum.

Sebutir intan bisa dikerjakannya selama tiga hari. Peralatan penggosok intan yang dimilikinya
kebanyakan merupakan warisan dari orangtuanya.

Anda mungkin juga menyukai