Anda di halaman 1dari 11

EKSTRAKSI NIKEL DARI BIJIH

LATERIT DENGAN METODE


ATMOSPHERIC LEACHING (AL)
BIJIH LATERIT

KELOMPOK 4

SYARIPAH NUR ISRAQ ASSAGAF D111171003


FITRIANI CHAIRUNNISAA D111171703
REZA ARISANDI D111171513
FUAD BAWAZIR D62116503
NIKEL LATERIT
Laterit merupakan suatu produk yang dihasilkan dari proses
pelapukan secara kimiawi dan berlangsung dalam waktu yang
lama, terbentuk melalui proses pemecahan mineral induk yang
tidak stabil pada kondisi lingkungan yang basah/lembab dan
terjadi pelepasan unsur-unsur kimia ke dalam air tanah.
menyebabkan unsur-unsur yang tidak mudah larut tersisa dan
membentuk mineral baru yang stabil pada kondisi lingkungan
tersebut. Proses ini disebut dengan proses laterisasi (Shofi, 2003).
Nikel laterit merupakan produk sisa dari proses pelapukan
secara mekanik dan kimiawi berkepanjangan dari batuan dasar
ultramafik, berupa peridotit atau dunit sebagai pembawa unsur
nikel dan umumnya terjadi di daerah tropis dan subtropis.
PROFIL NIKEL LATERIT
PROSES PENGOLAHAN NIKEL LATERIT
Proses pengolahan nikel laterit dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti proses
smelting, proses caron, proses high pressure acid leaching (HPAL), proses atmospheric
pressure acid leaching (APAL) dan proses bioleaching. Pada dasarnya, proses smelting,
proses caron, dan proses HPAL merupakan proses pengolahan nikel laterit yang
diaplikasikan dalam skala industri. Akan tetapi, ketiga proses tersebut masih memiliki
permasalah dalam hal energi, biaya operasi, dan lingkungan. Oleh karena itu, proses
APAL dan proses bioleaching dikembangkan dan diharapkan dapat diaplikasikan dalam
industri pengolahan mineral (nikel laterit).
Dari ketiga contoh proses dari metode hidrometalurgi tersebut, proses APAL
merupakan proses yang dipandang lebih ekonomis untuk diaplikasikan dalam skala
industri dibandingkan kedua proses lainnya. Hal ini disebabkan oleh penggunaan tekanan
atmosferis dalam prosesnya sehingga kebutuhan energi dan biaya operasional proses ini
rendah (McDonald dan Whittington, 2008).
Proses Pengolahan Nikel Laterit dengan Proses
Atmospheric Leaching (AL)

Pelindian atau leaching merupakan proses pengambilan logam berharga secara selektif dan
bijih dengan menggunakan leaching agents sehingga suatu larutan kaya. Pelindian juga dapat
diartikan sebagai proses melarutkan satu atau lebih mineral tertentu dari suatu bijih, konsentrat
atau produk metalurgi lainnya. Laju proses pelindian biasanya dipengaruhi oleh ukuran partikel,
konsentrasi zat, temperatur, dan waktu (Bingol, 2004).
Atmospheric Agitation Leaching (AL) merupakan salah satu pengolahan nikel yang
memadukan antara bijih nikel limonit dan saprolit. Pengolahan nikel dilakukan dengan cara
melibatkan kontak antara bijih (ore) dengan larutan asam berkonsentrasi dan kemudian terjadi
proses pelarutan mineral secara parsial atau total. Pada tekanan atmosfer, suhu operasi yang
digunakan berada di bawah titik didih larutan slurry (biasanya di bawah 100oC). Selama proses
ini, penambahan reduktor/oksidator yang sesuai, misalnya sulfur dioksida atau hidrogen
peroksida, pada larutan slurry dapat membantu proses leaching (Kyle, 2010).
Diagram alir pelindian bertahap proses atmospheric leaching pada
proyek FeNix Guatemala (Arif, 2018)
Faktor-faktor yang Memepengaruhi Proses Pelindian

Proses leaching dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan hasil recovery mineral, yaitu (Kusuma, 2012):
1. Suhu operasi
Suhu yang digunakan dalam proses leaching akan mempengaruhi kinetika reaksi.
Hal ini dapat dilihat dari persamaan Arrhenius. Penggunaan suhu operasi yang semakin
tinggi menyebabkan terjadinya peningkatan recovery mineral yang terlindih.
2. Ukuran partikel
Ukuran partikel bijih akan mempengaruhi seberapa besar luas permukaan yang akan
terkontak dengan leachant. Pada berat sampel yang sama, penurunan ukuran partikel bijih
akan menghasilkan luas permukaan total yang lebih besar. Hal ini akan mengakibatkan
recovery mineral akan meningkat.
3. Densitas pulp
Densitas pulp dapat diartikan sebagai perbandingan massa partikel terhadap volume
asam yang digunakan. Pada umumnya, densitas pulp yang semakin besar juga akan
meningkatkan luas permukaan total dan akan meningkatkan hasil recovery mineral.
4. Jenis asam dan konsentrasi asam
Jenis asam yang dapat digunakan dalam proses leaching dapat berupa jenis asam
inorganik (misalnya asam sulfat) maupun asam organik (misalnya asam sitrat). Perbedaan
jenis asam ini akan mempengaruhi hasil akhir proses leaching. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa penggunaan asam inorganik akan menghasilkan recovery mineral
yang lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan asam organik. Selain itu, penggunaan
konsentrasi asam yang lebih tinggi akan menyebabkan peningkatan laju leaching.
5. Penambahan senyawa lain
Untuk meningkatkan nilai recovery mineral, beberapa penelitian mengenai proses
leaching mineral menambahkan beberapa senyawa lain yang berperan sebagai
reduktor/oksidator (sulfur dioksida, hidrogen peroksida) dan garam (NaCl). Penambahan
reduktor/oksidator dapat mempengaruhi proses redoks dalam proses leaching, sedangkan
penambahan garam akan mengakibatkan terjadinya proses kompleksasi ion logam dengan
ion negatif yang terkandung dalam asam.
6. Kecepatan pengadukan
Semakin tinggi kecepatan pengadukan yang digunakan dalam proses leaching, maka
tumbukan antar molekul akan semakin besar. Akibatnya, laju proses leaching akan meningkat
dan nilai recovery mineral akan meningkat pula.
7. Komposisi mineral yang terkandung dalam bijih
Kandungan mineral dalam bijih akan mempengaruhi proses leaching. Sebagai contoh,
nikel laterit jenis saprolit mengandung magnesium dan aluminium yang tinggi dibandingkan
dengan jenis limonit. Apabila nikel laterit jenis saprolit dilakukan proses leaching, maka akan
dibutuhkan jumlah asam yang tinggi. Hal ini akan menyebabkan proses leaching pada nikel
laterit jenis saprolit akan tidak efektif.
8. Waktu
Semakin lama proses leaching dilakukan akan meningkatkan hasil recovery mineral. Hal
ini dikarenakan proses kontak asam dan padatan akan semakin terus terjadi.
Proses Leaching Nikel Laterit dengan Menggunakan Larutan Asam

Proses leaching nikel laterit telah dikaji oleh beberapa peneliti dengan memvariasikan
beberapa kondisi operasi, seperti jenis asam, suhu operasi, konsentrasi asam, dan lain-lain. Salah
satu penelitian yang dilakukan oleh Wanta, dkk. (2016) melalui proses leaching nikel laterit jenis
limonit dengan menggunakan asam sitrat sebagai leachant. Hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa proses leaching berjalan dengan baik. Nilai recovery nikel maksimum yang mampu diperoleh
sebesar 10,79% pada konsentrasi asam 0,1 M dan suhu 85 oC. Selain menggunakan asam organik,
proses leaching nikel laterit juga dapat dilakukan dengan menggunakan asam-asam inorganik,
seperti asam sulfat dan asam nitrat sebagai leachant. Persamaan reaksi kimia untuk proses leaching
nikel laterit dengan menggunakan asam sulfat dan asam nitrat adalah (Astuti et al., 2016):
H2SO4 + NiO à NiSO4 + H2O
2HNO3 + NiO àNi(NO3)2 + H2O
Beberapa penelitian yang dilakukan oleh menunjukkan bahwa proses leaching nikel laterit
dengan menggunakan asam sulfat dan asam nitrat berjalan dengan baik dan mampu menghasilkan
nilai recovery yang cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan asam-asam organik,
seperti asam oksalat (Astuti et al., 2016).
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai