KELOMPOK 4
Pelindian atau leaching merupakan proses pengambilan logam berharga secara selektif dan
bijih dengan menggunakan leaching agents sehingga suatu larutan kaya. Pelindian juga dapat
diartikan sebagai proses melarutkan satu atau lebih mineral tertentu dari suatu bijih, konsentrat
atau produk metalurgi lainnya. Laju proses pelindian biasanya dipengaruhi oleh ukuran partikel,
konsentrasi zat, temperatur, dan waktu (Bingol, 2004).
Atmospheric Agitation Leaching (AL) merupakan salah satu pengolahan nikel yang
memadukan antara bijih nikel limonit dan saprolit. Pengolahan nikel dilakukan dengan cara
melibatkan kontak antara bijih (ore) dengan larutan asam berkonsentrasi dan kemudian terjadi
proses pelarutan mineral secara parsial atau total. Pada tekanan atmosfer, suhu operasi yang
digunakan berada di bawah titik didih larutan slurry (biasanya di bawah 100oC). Selama proses
ini, penambahan reduktor/oksidator yang sesuai, misalnya sulfur dioksida atau hidrogen
peroksida, pada larutan slurry dapat membantu proses leaching (Kyle, 2010).
Diagram alir pelindian bertahap proses atmospheric leaching pada
proyek FeNix Guatemala (Arif, 2018)
Faktor-faktor yang Memepengaruhi Proses Pelindian
Proses leaching dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan hasil recovery mineral, yaitu (Kusuma, 2012):
1. Suhu operasi
Suhu yang digunakan dalam proses leaching akan mempengaruhi kinetika reaksi.
Hal ini dapat dilihat dari persamaan Arrhenius. Penggunaan suhu operasi yang semakin
tinggi menyebabkan terjadinya peningkatan recovery mineral yang terlindih.
2. Ukuran partikel
Ukuran partikel bijih akan mempengaruhi seberapa besar luas permukaan yang akan
terkontak dengan leachant. Pada berat sampel yang sama, penurunan ukuran partikel bijih
akan menghasilkan luas permukaan total yang lebih besar. Hal ini akan mengakibatkan
recovery mineral akan meningkat.
3. Densitas pulp
Densitas pulp dapat diartikan sebagai perbandingan massa partikel terhadap volume
asam yang digunakan. Pada umumnya, densitas pulp yang semakin besar juga akan
meningkatkan luas permukaan total dan akan meningkatkan hasil recovery mineral.
4. Jenis asam dan konsentrasi asam
Jenis asam yang dapat digunakan dalam proses leaching dapat berupa jenis asam
inorganik (misalnya asam sulfat) maupun asam organik (misalnya asam sitrat). Perbedaan
jenis asam ini akan mempengaruhi hasil akhir proses leaching. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa penggunaan asam inorganik akan menghasilkan recovery mineral
yang lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan asam organik. Selain itu, penggunaan
konsentrasi asam yang lebih tinggi akan menyebabkan peningkatan laju leaching.
5. Penambahan senyawa lain
Untuk meningkatkan nilai recovery mineral, beberapa penelitian mengenai proses
leaching mineral menambahkan beberapa senyawa lain yang berperan sebagai
reduktor/oksidator (sulfur dioksida, hidrogen peroksida) dan garam (NaCl). Penambahan
reduktor/oksidator dapat mempengaruhi proses redoks dalam proses leaching, sedangkan
penambahan garam akan mengakibatkan terjadinya proses kompleksasi ion logam dengan
ion negatif yang terkandung dalam asam.
6. Kecepatan pengadukan
Semakin tinggi kecepatan pengadukan yang digunakan dalam proses leaching, maka
tumbukan antar molekul akan semakin besar. Akibatnya, laju proses leaching akan meningkat
dan nilai recovery mineral akan meningkat pula.
7. Komposisi mineral yang terkandung dalam bijih
Kandungan mineral dalam bijih akan mempengaruhi proses leaching. Sebagai contoh,
nikel laterit jenis saprolit mengandung magnesium dan aluminium yang tinggi dibandingkan
dengan jenis limonit. Apabila nikel laterit jenis saprolit dilakukan proses leaching, maka akan
dibutuhkan jumlah asam yang tinggi. Hal ini akan menyebabkan proses leaching pada nikel
laterit jenis saprolit akan tidak efektif.
8. Waktu
Semakin lama proses leaching dilakukan akan meningkatkan hasil recovery mineral. Hal
ini dikarenakan proses kontak asam dan padatan akan semakin terus terjadi.
Proses Leaching Nikel Laterit dengan Menggunakan Larutan Asam
Proses leaching nikel laterit telah dikaji oleh beberapa peneliti dengan memvariasikan
beberapa kondisi operasi, seperti jenis asam, suhu operasi, konsentrasi asam, dan lain-lain. Salah
satu penelitian yang dilakukan oleh Wanta, dkk. (2016) melalui proses leaching nikel laterit jenis
limonit dengan menggunakan asam sitrat sebagai leachant. Hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa proses leaching berjalan dengan baik. Nilai recovery nikel maksimum yang mampu diperoleh
sebesar 10,79% pada konsentrasi asam 0,1 M dan suhu 85 oC. Selain menggunakan asam organik,
proses leaching nikel laterit juga dapat dilakukan dengan menggunakan asam-asam inorganik,
seperti asam sulfat dan asam nitrat sebagai leachant. Persamaan reaksi kimia untuk proses leaching
nikel laterit dengan menggunakan asam sulfat dan asam nitrat adalah (Astuti et al., 2016):
H2SO4 + NiO à NiSO4 + H2O
2HNO3 + NiO àNi(NO3)2 + H2O
Beberapa penelitian yang dilakukan oleh menunjukkan bahwa proses leaching nikel laterit
dengan menggunakan asam sulfat dan asam nitrat berjalan dengan baik dan mampu menghasilkan
nilai recovery yang cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan asam-asam organik,
seperti asam oksalat (Astuti et al., 2016).
TERIMA KASIH