Anda di halaman 1dari 12

HUBUNGAN AGAMA

ISLAM DENGAN
FARMASI
Kelompok 15
1. Muhammad Zuhal Jaya
2. Fitriani Chairunnisaa
Landasan Pengobatan dalam
Islam
Islam mengajarkan dalam mencapai
kesembuhan diperlukan usaha seoptimal mungkin
dengan menegaskan bahwa untuk setiap penyakit
telah disediakan obatnya.
• Diriwayatkan dari Usamah, ia berkata: “Seorang Badui
berkata: Ya Rasulullah! Tidakkah kita berobat? Rasulullah SAW
menjawab: Ya, wahai hamba-hamba Allah, berobatlah.
Sesungguhnya Allah tidak membuat penyakit tanpa membuat
kesembuhan baginya kecuali satu penyakit. Mereka bertanya:
Apakah satu penyakit itu Ya Rasulullah? Rasulullah menjawab:
Tua” (H.R. Usamah).
Kenyataan dalam dunia farmasi saat ini
terdapat beberapa sediaan farmasi yang
dipertanyakan halal dan haramnya, di
antaranya:
1. Sediaan topikal berbahan najis
2. Penggunaan bahan dari babi dalam
kefarmasian
3. Penggunaan alkohol dalam kefarmasian
4. Bahan memabukkan lainnya seperti morfin
5. Penggunaan plasenta dan cairan amniotik
dalam kefarmasian
Obat Dalam AL – QUR’AN dan
Hadist
Berikut contoh pengobatan yang dicontohkan
Al-Qur’an dan Nabi saw. :
1. Kurma
2. Habbatus saudah, Rasulullah saw
bersabda: “Hendaklah kamu menggunakan
habatussaudah karena sesungguhnya
padanya terdapat penyembuhan bagi segala
penyakit kecuali mati” (H.R. Abi Salamah dari
Abu Hurairah).
3. Madu, Allah berfirman: “Dari perut lebah ini keluar
minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya,
di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi
manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi
orang-orang yang berfikir” (Q.S. An Nahl: 69).
4. ZaitunRasulullah bersabda: “Makanlah minyak
zaitun dan lumurlah minyaknya karena ia berasal dari
pohon yang penuh berkah” (H.R. At Tirmizi dan Ibnu
Majah).
Produk Farmasi dalam
Pandangan Islam
1. Obat, Bahan untuk ekstraksi metabolit
aktif pun harus dipertimbangkan apakah
menggunakan alkohol murni atau produk
sampingan dari industri khamr.
2. Obat bahan alam, Pembuatan obat dari
bahan alam yang halal dari hewan
hendaklah dari hewan yang halal
dikonsums
3. Kosmetik, Unsur kosmetik haruslah
terdiri dari zat yang halal, tidak najis atau
menjijikkan daa tidak membahayakan
tubuh pemakainya serta jangan sampai
kosmetik menjadi sarana tabarruj yakni
berdandan yang berlebihan dan bukan
pada tempatnya
Riset dan Teknologi Farmasi
1. Penelitian menggunakan hewan percobaan
Dalam pandangan Islam, kita wajib berbuat baik
dalam memperlakuakan hewan dengan tujuan
yang jelas.
2. Pemanfaatan teknologi transgenik
Perkembangan dalam rekayasa genetik perlu
diperhatikan mengenai proses pembuatannya
(prokursor, raw material, media pertumbuhan)
agar produk yang dihasilkan aman dan halal.
3     Kontroversi teknologi kloning
Proses kloning dalam penciptaan manusia jelas
bertentangan dengan ajaran Al-Qur’an. Allah
berfirman: “Sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya” (Q.S. At Tin: 4).
Sertifikat Halal Produk Farmasi
“Menuntut yang halal itu wajib atas
setiap muslim” (H.R. Ibnu Mas’ud).
Sertifikat halal merupakan fatwa
Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang
menyatakan kehalalan suatu produk
sesuai dengan syariat Islam. Tujuan
pelaksanaan sertifikat halal pada
produk pangan, produk farmasi
seperti obat-obatan dan kosmetik
adalah untuk memberikan kepastian
kehalalan suatu produk sehingga
dapat menentramkan batin
konsumen.
Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya yang halal itu
jelas, dan yang haram itu pun jelas. Sedang diantara
keduanya terdapat perkara-perkara syubhat (meragukan)
yng tidak diketahui oleh kebanyakan orang. Siapa-siapa
yang menghindari perkara-perkara syubhat berarti ia
membebaskan diri demi agama dan kehormatannya. Dan
siapa-siapa yang terjerumus kepada yang haram bagaikan
seorang pengembala yang bergembala diperbatasan
tempat yang dilarang dan ia hamper melanggar.
Ketahuilah bahwa setiap milik itu ada batasannya, dan
ketahuilah bahwa batasan Allah ialah perkara-perkara
yang diharamkan-Nya. Ketahuilah bahwa di dalam jasad
itu terdapat segumpal daging yang jika ia baik, maka
baiklah seluruh tubuh, tetapi jika rusak maka rusaklah
keadaan seluruh tubuh. Ketahuilah, dia itu adalah
hati” (H.R. Muslim).
Kesimpulan
1.      Etika faramsi dalam Islam layaknya
sebagai landasan/pondasi aksiologi sehingga
dapat menjamin nilai, kualitas dan ilmu farmasi
menjadi lebih bermanfaat terutama dalam hal
penjaminan halal dan haram bagi umat Islam.
2.      Farmasis/apoteker memiliki tanggung
jawab yang besar berkaitan dengan
penjaminan mutu produk farmasi yang
dihasilkan baik obat, makanan maupun
kosmetik. Penjaminan hak konsumen muslim
dalam mengkonsumsi produk menjadi
tanggung jawab semua pihak baik pemerintah,
farmasi dan masyarakat pada umumnya.
3.      Tantangan ahli
farmasi muslim adalah mengusahaka
n membuat bentuk sediaan
obat dan kosmetik halal,
serta menguji khasiat obat dengan in
vitro tanpa hewan uji.
4.      Seseorang yang sakit dapat
menggunakan obat yang haram jika
saat itu tidak terdapat alternatif lain
setelah keadaan daruratdinilai
oleh tenaga ahli yang memiliki
kompetensi dan mengetahui persis
kondisi pasien, dan pemerintah
berwenang untuk kondisi darurat
yang menangkut kepentingan umum.

Anda mungkin juga menyukai