Anda di halaman 1dari 8

BAB II

BATUAN METAMORF

2.1 Batuan

Batuan adalah kumpulan dari mineral-mineral yang sudah dalam keadaan


membeku atau keras. Batuan adalah salah satu elemen kulit bumi yang menyediakan
mineral-mineral anorganik melalui pelapukan yang selanjutnya menghasilkan tanah.
Batuan mempunyai komposisi mineral, sifat-sifat fisik, dan umur yang beraneka ragam.
Jarang sekali batuan yang terdiri dari satu mineral, namun umumnya merupakan
gabungan dari dua mineral atau lebih. Mineral adalah suatu substansi anorganik yang
mempunyai komposisi kimia dan struktur atom tertentu. Jumlah mineral banyak sekali
macamnya ditambah dengan jenis-jenis kombinasinya. Penyebaran batuan di bumi
adalah tubuh padat kecuali pada inti luar dan beberapa tempat yang relatif kecil di
dalam mantel atas dan kerak yang cair (Susanto, 2008).

2.2 Batuan Metamorf

Batuan metamorf adalah batuan yang dihasilkan dari perubahan–perubahan


fundamental batuan yang sebelumnya telah ada. Proses metamorf terjadi dalam
keadaan padat dengan perubahan kimiawi dalam batas-batas tertentu saja dan
meliputi proses– proses rekristalisasi, orientasi, dan pembentukan mineral–mineral
baru dengan penyusunan kembali elemen–elemen kimia yang sebenarnya telah ada
(Yardley, 1989).
Metamorfosa adalah proses rekristalisasi di kedalaman kerak bumi (3 – 20km)
yang keseluruhannya atau sebagian besar terjadi dalam keadaan padat, yakni tanpa
melalui fasa cair. Proses metamorfosa suatu proses yang tidak mudah untuk dipahami
karena sulitnya menyelidiki kondisi di kedalaman dan panjangnya waktu. Proses
perubahan yang terjadi di sekitar muka bumi seperti pelapukan, diagenesa, sementasi
sedimen tidak termasuk ke dalam pengertian metamorfosa (Huang, 1962).
Batuan metamorf merupakan batuan hasil malihan dari batuan yang
telah ada sebelumnya yang ditunjukkan dengan adanya perubahan komposisi
mineral, tekstur, dan struktur batuan yang terjadi pada fase padat (solid rate) akibat

3
adanya perubahan temperatur, tekanan, dan kondisi kimia di kerak bumi (Ehlers
& Blatt, 1982). Batuan metamorf adalah batuan yang telah mengalami perubahan
mineralogi dan struktur oleh proses metamorfisme dan terjadi langsung dari fase
padat tanpa melalui fase cair (Turner, 1954).

2.3 Tipe-Tipe Metamorfosa

2.3.1 Metamorfosa Lokal


1. Metamorfisme Kontak (Thermal)
Panas tubuh batuan intrusi yang diteruskan ke batuan sekitarnya,
mengakibatkan metamorfosa kontak dengan tekanan berkisar antara 1000–
3000 atm dan temperatur 300–8000C. Pada metamorfisme kontak, batuan
sekitarnya berubah menjadi hornfels atau hornstone (batutanduk). Susunan
batu tanduk itu sama sekali tergantung pada batuan sedimen asalnya
(batulempung) dan tidak tergantung pada jenis batuan beku di sekitarnya. Pada
tipe metamorfosa lokal ini, yang paling berpengaruh adalah faktor suhu
disamping faktor tekanan, sehingga struktur metamorfosa yang khas adalah
non foliasi, antara lain hornfels itu sendiri (Winkler, 1975).
2. Metamorfisme Dislokasi/Dinamik/Kataklastik
Batuan ini dijumpai pada daerah yang mengalami dislokasi, seperti di sekitar
sesar. Pergerakan antar blok batuan akibat sesar memungkinkan akan
menghasilkan breksi sesar dan batuan metamorfik dinamik (Winkler, 1975).
2.3.2 Metamorfosa Regional
1. Metamorfisme Regional Dinamotermal
Metamorfosa regional terjadi pada daerah luas akibat orogenesis. Pada proses
ini pengaruh suhu dan tekanan berjalan bersama-sama.Tekanan yang terjadi di
daerah tersebut berkisar sekitar 2000 – 13.000 bars ( 1 bar = 10 6
dyne/cm2),
dan temperatur berkisar antara 200 – 8000.C (Winkler, 1975).
2. Metamorfisme Beban
Metomorfisme regional yang terjadi jika batuan terbebani oleh sedimen yang
tebal di atasnya. Tekanan mempunyai peranan yang penting daripada suhu.
Metamorfisme ini umumnya tidak disertai oleh deformasi ataupun perlipatan
sebagaimana pada metamorfisme dinamotermal. Metamorfisme regional beban,
tidak berkaitan dengan kegiatan orogenesa ataupun intrusi magma. Temperatur

4
pada metamorfisme beban lebih rendah daripada metamorfisme dinamotermal,
berkisar antara 400–450 o
C. Gerak-gerak penetrasi yang menghasilkan
skistositas hanya aktif secara setempat (Winkler, 1975).
3. Metamorfisme Lantai Samudera
Batuan penyusunnya merupakan material baru yang dimulai pembentukannya
di punggungan tengah samudera. Perubahan mineralogi dikenal juga
metamorfisme hidrotermal. Dalam hal ini larutan panas (gas) memanasi
retakan-retakan batuan dan menyebabkan perubahan mineralogi batuan
sekitarnya. Metamorfisme semacam ini melibatkan adanya penambahan unsur
dalam batuan yang dibawa oleh larutan panas dan lebih dikenal dengan
metasomatisme (Coomb, 1961).

2.4 Pemerian Batuan Metamorf

2.4.1 Struktur
Struktur dalam batuan metamorf dapat dibagi menjadi 2 golongan besar, yaitu
(Ehlers & Blatt, 1982):
1. Struktur Foliasi (schistosity)
Mineral baru menunjukkan penjajaran mineral yang planar. Seringkali terjadi
pada metamorfisme regional dan kataklastik. Struktur foliasi yang menunjukkan
urutan derajat metamorfosa dari rendah ke tinggi:
a. Slatycleavage
Berasal dari batuan sedimen (lempung) yang berubah ke metamorfik,
sangat halus dan keras, belahannya rapat, mulai terdapat daun-daun mika
halus, memberikan warna kilap, klorit dan kuarsa mulai hadir. Umumnya
dijumpai pada batuan sabak/slate.
b. Filitik/Phylitik
Rekristalisasi lebih kasar daripada slatycleavage, lebih mengkilap daripada
batusabak, mineral mika lebih banyak dibanding slatycleavage. Mulai
terdapat mineral lain yaitu tourmaline. Contoh batuannya adalah filit.
c. Schistosa
Merupakan batuan yang sangat umum dihasilkan dari metamorfosa
regional, sangat jelas keping-kepingan mineral-mineral plat seperti mika,
talk, klorit, hematit, dan mineral lain yang berserabut. Terjadi perulangan

5
antara mineral pipih dengan mineral granular dimana mineral pipih lebih
banya daripada mineral granular. orientasi penjajaran mineral pipih
menerus
d. Gneistosa
Jenis ini merupakan metamorfosa derajat paling tinggi, dimana terdapat
mineral mika dan mineral granular, tetapi orientasi mineral pipihnya tidak
menerus/terputus.
2. Struktur Non Foliasi
Mineral baru tidak menunjukkan penjajaran mineral yang planar. Seringkali
terjadi pada metamorfisme kontak/termal. Pada struktur non foliasi ini hanya
ada beberapa pembagian saja, yaitu:
a. Granulose/Hornfelsik
Merupakan mozaik yang terdiri dari mineral-mineral equidimensional serta
pada jenis ini tidak ditemukan tidak menunjukkan cleavage (belahan).
Contohnya antara lain adalah marmer, kuarsit.
b. Liniasi
Pada jenis ini, akan ditemukan keidentikan yaitu berupa mineral-mineral
menjarum dan berserabut, contohnya seperti serpentin dan asbestos.
c. Kataklastik
Suatu struktur yang berkembang oleh penghancuran terhadap batuan asal
yang mengalami metamorfosa dinamo.
d. Milonitik
Hampir sama dengan struktur kataklastik, hanya butirannya lebih halus dan
dapat dibelah-belah seperti skistose. Struktur ini sebagai salah satu ciri
adanya sesar.
e. Filonitik
Hampir sama dengan struktur milonitik, hanya butirannya lebih halus lagi.
f. Flaser
Seperti struktur kataklastik, dimana struktur batuan asal berbentuk lensa
tertanam pada masa dasar milonit.
g. Augen
Suatu struktur batuan metamorf juga seperti struktur flaser, hanya lensa-
lensanya terdiri dari butir-butir felspar, dalam masa dasar yang lebih halus.

6
2.4.2 Tekstur
Mineral batuan metamorfosa disebut mineral metamorfosa yang terjadi karena
kristalnya tumbuh dalam suasana padat dan bukan mengkristal dalam suasana
cair. Karena itu kristal yang terjadi disebut blastos. Tekstur pada batuan
metamorf dibagi menjadi 2, yaitu (Yardley, 1989):
1. Kristaloblastik, yaitu tekstur pada batuan metamorf yang sama sekali baru
terbentuk pada saat proses metamorfisme dan tekstur batuan asal sudah.
a. Porfirobalstik, seperti tekstur porfiritik pada batuan beku dimana
terdapat massa dasar dan fenokris, hanya dalam batuan metamorf
fenokrisnya disebut porfiroblast.
b. Granoblastik. Tekstur pada batuan metamorf dimana butirannya
seragam.
c. Lepidoblastik. Dicirikan dengan susunan mineral dalam batuan saling
sejajar dan terarah, bentuk mineralnya tabular.
d. Nematoblastik. Di sini mineral-mineralnya juga sejajar dan searah
hanya mineral-mineralnya berbentuk prismatis, menyerat, dan
menjarum.
e. Idioblastik. Tekstur pada batuan metamorf dimana mineral-mineral
pembentuknya berbentuk euhedral (baik).
f. Hipidiobalstik. Tekstur pada batuan metamorf dimana mineral-mineral
pembentuknya berbentuk subhedral (sedang).
g. Xenobalstik. Tekstur pada batuan metamorf dimana mineral-mineral
pembentuknya berbentuk anhedral (buruk).
2. Palimsest (Tekstur Sisa)
a. Blastoporfiritik. Sisa tektur porfiritik batuan asal (batuan beku) yang
masih nampak.
b. Blastofitik. Sisa tektur ofitik pada batuan asal (batuan beku) yang
masih nampak.
c. Blastopsepit. Tekstur sisa dari batuan sedimen yang mempunyai
ukuran butir lebih besar dari pasir (psepit).
d. Blastopsamit. Suatu tektur sisa dari batuan sedimen yang mempunyai
ukuran butir pasir (psemit).
e. Blastopellit. Suatu tektur sisa dari batuan sedimen yang mempunyai
ukuran butir lempung (pelit).

7
2.4.3 Komposisi Mineral
Berdasarkan bentuk kristal / mineralnya, dibagi menjadi (Yardley, 1989):
1. Mineral Stress, merupakan mineral yang stabil dalam kondisi tertekan,
dimana mineral ini berbentuk pipihatau tabular, prismatik. Mineral ini
tumbuh memanjang dengan kristal tegak lurus gaya. Contohnya: Mika,
Zeolit, Tremolit, Aktinolit, Glaukofan, Horblende, Serpentin, Silimanit,
Kyanit, Antofilit.
2. Mineral Antistress, merupakan mineral yang terbentuk bukan dalam kondisi
tekanan, umumnya berbentuk equidimensional. Contohnya: Kuarsa,
Garnet, Kalsit, Staurolit, Feldpar, Kordierit, Epidot.
Berdasarkan jenis metamorfismenya mineral ini khas muncul pada jenis
metamorfisme tertentu seperti (Yardley, 1989):
1. Pada metamorfisme regional. Kyanit, Staurolit, Garnet, Silimanit, Talk,
Glaukofan.
2. Pada metamorfisme termal Garnet, Andalusit, Korondum.

2.5 Penamaan Batuan Metamorf

Penamaan batuan metamorfik dimaksudkan untuk mengenali dan memberikan


informasi yang berarti pada batuan tersebut. Ada 5 kriteria utama dalam
penamaannya, yaitu (Winkler, 1975):
1. Asal batuan semula
2. Mineralogi batuan metamorf
3. Tektsur
4. Penamaan secara khusus
5. Tekstur dan mineralogi
Istilah metabasit, metapelit adalah batuan metamorf yang berasal dari batuan
beku dan batuan sedimen, metasedimen, metabatupasir, metagranit, semua
mengisyaratkan batuan semula. Skis, Gneis, Hornfels, filit adalah penamaan
berdasarkan pada terktur batuan metamorf tersebut. Kuarsit, Serpentinit, adalah
penamaan berdasarkan mineralogi (Winkler, 1975).
1. Slate adalah batuan metamorf derajat sangat rendah, disusun oleh mineral
pilosilikat sangat halus tersusun membentuk orientasi kesejajaran yang
memperlihatkan lembaran.

8
2. Filit adalah bertektur skistose tetapi disusun oleh mineral pilosilikat yang
halus (dalam ukuran 0,1-1 mm).
3. Sekis ditandai dengan penjajaran mineral pipih berukuran >1 mm sehingga
mudah dikenali dengan mata telanjang. Pada sekis tampak kehadiran
mineral pipih lebih melimpah daripada mineral granular.
4. Gneis berkristal sangat besar, dapat mencapai beberapa milimeter dan
mineral tabularnya memperlihatkan foliasi. Batuan ini didominasi oleh
mineral granular daripada mineral pipih (tabular/prismatik) yang menjajar.
Istilah ortogenes dipakai untuk genes yang berasal dari batuan beku dan
paragenes untuk genes yang berasal dari batuan sedimen.
5. Milonit merupakan batuan metemorf kataklastik yang disusun oleh matrik
antara 50 hingga 90 % dan sisanya berupa porfiroklas. Jika hampir
keseluruhan terdiri dari matriks dan porfirokals kurang dari 10 % maka
disebut ultramilonit. Pilonit adalah batuan metamorf kataklastik yang kaya
akan mineral pilosilikat yang secara khas memperlihatkan seperti slate.
Sedangkan batuan metamorfik yang bertekstur granoblastik di sekitar
interusi dikenal dengan hornfels.
Berikut adalah nama-nama batuan metamorf berdasarkan penamaan yang khas
padanya (Winkler, 1975):
1. Sekis Hijau adalah batuan metamorf yang berasal dari batuan beku basa,
berwarna hijau, berfoliasi, berderajad rendah, umumnya disusun oleh
klorit, epidot, aktinolit.
2. Sekis Biru adalah berasal dari batuan beku, berwarna gelap kebiruan, pada
derajad sangat rendah, tekstur berfoliasi, warnanya berasal dari
melimpahnya amfibol terutama glaukofan dan krosit.
3. Amfibolit utamanya disusun oleh mineral hijau gelap, horblende, dan
plagioklas dengan ditambah berbagai mineral aksesori. Serpentinit adalah
batuan berwarna hijau, hitam atau kemerah-merahan, disusun secara
mencolok oleh serpentin. Batuan ini berasal dari batuan beku ultrabasa.
4. Eklogit adalah batuan metamorf berkomposisi utama garnet dan amfasit
(piroksen klino hijau rumput) tanpa plagioklas dengan sedikit mineral
aksesori kuarsa, kyanit, amfibol, zeosit dan rutil.
5. Granulit adalah batuan metamorf dicirikan dengan tekstur granobalstik,
berukuran butir seragam bahkan membentuk kristal yang sempurna

9
(poligonal) dan mineral penyusunnya terbentuk pada temperatur tinggi
seperti feldpar, piroksen, amfibol.
6. Magmatit adalah pencampuran batuan metamorf, skis atau gneis pada
derajat tinggi berselang seling dengan urat-urat batuan beku berkomposisi
granitic hasil anateksis.

10

Anda mungkin juga menyukai