Anda di halaman 1dari 4

KAJIAN MORFOLOGI GUNUNG TNGKUBAN PARAHU Tiga puluh kilometer di utara kota bandung terdapat gunung tangkuban perahu

yang tingginya sekitar 2084 meter, yang bentuknya seperti perahu terbalik. Morfologinya berbeda dengan gunung burangrang yang berada di sisi baratnya. Hal ini dapat dijawab dengan melihat proses kelahirannya, Gunung burangrang lahir sezaman dengan gunung sunda yaitu sekitar 210.00-105.00 tahun yang lalu, sehingga erosi aktif telah membentuk lembah lembah yang dalam. Sedangkan gunung tangkuban perahu lahir 90.000 tahun yang lalu, hal ini yang membuat gunung tangkuban perahu masih licin lerengnya, sementara gunung burangrang sudah berlembah dalam. Morfologi gunung api ini dapat dibagi menjadi tiga satuan morfologi utama yaitu : a). Kerucut strato aktif. Kerucut strato aktif menempati bagian tengah kaldera Sunda. Kawah-kawah gunungapi ini membentang dengan arah barat-timur. Beberapa kawah terletak di daerah puncak dan beberapa lainnya terletak di lereng timur. Kerucut strato aktif ini tersusun dari selang-seling lava dan piroklastik dan di bagian puncak endapan freatik. Pola radier dengan bentuk lembah V, beberapa air terjun yang sangat umum ditemukan pada satuan morfologi ini. Tetapi pada kenyataannya, G. Tangkuban Parahu tidak berbentuk kerucut seperti gunung lain yang setipe. Seperti Gunung Salak, Gunung Ceremai, Gunung Merapi, Gunung Semeru, Gunung Agung, Gunung Mayon di Filipina atau Gunung Fuji di Jepang. b). Lereng tengah. Morfologi lereng tengah meliputi lereng timurlaut, selatan dan tenggara gunung api ini. Batuannya terdiri atas endapan piroklastik yang sangat tebal dan lava yang biasanya tersingkap di lembah-lembah sungai yang dalam dengan pola aliran sungai paralel dan semi memancar (semi radier). Lereng selatan dan tenggara terpotong oleh sesar Lembang, yang berarah timur-barat. c). Kaki. Kaki selatan menempati bagian lereng tenggara dan selatan, yang terletak pada ketinggian antara 1200 m hingga 800 m dan antara 1000 hingga 600 m di atas permukaan laut. Lereng timurlaut mempunyai pusat-pusat erupsi parasit seperti G. malang, G. Cinta dan G. Palasari. Aliran-aliran lava dan skoria berwarna kemerahan yang menempati sebagian besar daerah kaki ini adalah berasal dari pusat-pusat erupsi ini. Pola aliran sungai yang berkembang di daerah ini adalah paralel dengan bentuk lembah U yang melewati batuan keras. Lereng selatan terletak antara sesar Lembang dan dataran tinggi Bandung di selatan. Bagian terbesar daerah ini dibentuk oleh batuan piroklastik dan endapan lahar, sedangkan lava ditemukan di dasar sungai. Pola aliran sungai yang berkembang di dalam satuan morfologi ini adalah paralel. Bentuk gunung tangkuban perahu ini sangat khas karena ada kawah yang berdampingan yaitu kawah ratu dan kawah upas yang mengarah je barat sampai timur membentuk morfologi puncak gunung ini seperti perahu. Selain itu, dijelaskan pula secara rinci oleh Stehn (1929) mengapa Gunung Tangkuban Parahu tidak kerucut:

Ia meneliti tentang urutan pembentukan tiap kawah di gunung ini. Dia menyimpulkan bahwa kawah tertua (I) adalah kawah Pangguyangan Badak, telah hancur karena letusan pembentukan kawah kedua atau kawah Upas (II), sehingga yang tampak sekarang dari Kawah Pangguyangan Badak hanyalah pinggiran kawahnya saja. Secara periodik letusan terjadi kembali, yang akhirnya menghancurkan Kawah Upas menjadi Kawah Upas yang selanjutnya (III). Setelah itu, pusat letusan bergerak menghancurkan kawah I, kawah II, kawah III di bagian timur sehingga terbentuklah Kawah Ratu (IV). Letusan berikutnya terjadi di dasar kawah III dan menghasilkan Kawah Upas (V). Kemudian terjadi lagi perpindahan pusat letusan dari arah barat ke timur dan terbentuklah Kawah Ratu (VI). Letusan berikutnya terjadi di lereng sebelah timur, sebagai letusan lereng menghasilkan Kawah Jurig (X), Kawah Domas, Kawah Badak, Kawah Jarian (XI), dan Kawah Siluman (XII). Aktivitas letusan kemudian bergerak ke arah barat di tahun 1896 terjadi letusan di bagian bawah Kawah Upas (II) membentuk Kawah Baru (VII). Di tahun 1910 aktivitas berikutnya ke arah timur. Di bagian bawah Kawah Ratu (VIII). Pada tahun 1926 terjadi hal yang sama, menghasilkan kawah yang lebih kecil ukuranya, dinamakan Kawah Ecoma (IX). Pada tangaal 1 Mei 1960 aktivitas letusan membentuk lubang di dasar Kawah Ratu, Kawah (XIII). Pusat letusan yang selalu berpindah sepanjang 1100 m mengakibatkan proses penghancuran pada kawah terdahulu hanya berupa pinggiran kawah saja. Akhirnya pergerakan pusat letusan dari Kawah Pangguyangan Badak ke Kawah Ratu menghasilkan bentuk puncak gunung Tangkuban Perahu menjadi tidak lancip melainkan berbentuk seperti perahu terbalik. Terbentuknya Gunung Tangkuban Parahu Memang tidak bisa dipungkiri lagi jika kita melihat ke sebuah gunung di bagian utara Kota Bandung maka kita akan berimajinasi bahwa gunung tersebut memang seperti perahu yang terbalik. Ya benar, Gunung Tangkuban Parahu namanya, yang jika dibahasa Indonesia-kan adalah perahu yang terbalik/ tengkurap. Gunung Tangkuban Perahu terletak di Desa Cikole, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat memiliki tinggi 2.084 meter. Asal-usul Gunung Tangkuban Parahu dikaitkan dengan legenda Sangkuriang, yang dikisahkan jatuh cinta kepada ibunya, Dayang Sumbi. Untuk menggagalkan niat anaknya menikahinya, Dayang Sumbi mengajukan syarat supaya Sangkuriang membuat perahu dalam semalam. Ketika usahanya gagal, Sangkuriang marah dan menendang perahu itu, sehingga mendarat dalam keadaan terbalik. Perahu inilah yang kemudian membentuk Gunung Tangkuban Parahu. Sebelum gunung sunda terbangun disana terdapat gunung Jayagiri. Letusan pertamanya terjadi pada 560.000-500.000 tahun yang lalu, kemudian letusan letusannya itu mengambrukkan badan gunung itu hingga membentuk kaldera, tiga ribu abad kemudian dari dalam kaldera itu terjadi letusan yang membangun gunung baru yaitu gunung sunda. Kemudian 9.000 tahun yang lalu terjadi letusan dahsyat gunung sunda yang terbagi dalam 3 tahap yaitu : Tahap 1 (210.000-128000 tahun yang lalu) Tahap 2 terjadi 13 unit letusan, dalam satu unit letusan terjadi lebih dari satu kali letusan besar.

Tahap 3 ( 105.000 tahun yang lalu) terjadi tiga episode fase letusan yaitu fase plinian, freatomagnetik dan ignimbrit. Pada letusan yang sangat besar ini terbentuklah kaldera yang menjadi asal mula terbentuknya gunung tangkuban perahu. Gunung tangkuban perahu lahir dari sisi timurlaut kaldera gunung sunda, Gunung ini lahir setelah terjadi patahan lembang, yang bagian utaranya relatif turun dengan gawirnya yang dalam mencapai 450 meter, terutama bagian timur patahan sehingga ketika gunung tangkuban perahu meletus aliran materialnya mengalir ke selatan dan tertahan patahan.

Gunung Tangkuban perahu menjadi daerah wisata bumi karena kita dapat langsung mengunjungi 5 objek wisata yang menarik dalam sekali jalan. Dalam buku ini, dinamakan sebagai Geovolcanotrek. Karena objek yang ditawarkan terdiri dari 3 (tiga) buah kawah yang memiliki keunikan masing-masing, perkebunan teh yang indah serta sumber mata air panas yang alami.Selain itu jalan yang sudah diaspal sampai puncak menjadi daya tarik tersendiri. Berikut ini adalah objekobjek wisata yang terdapat di daerah geotrek: a. Kawah Ratu

Adalah kawah utama Gunung TangkubanParahu. Kawah Ratu merupakan kawah terbesar jika dibandingkan dengan kawah lain disekitar Gn. Tangkubanparahu. Terdapat satu keunikan di kawah ini yaitu adanya beberapa kawah kecil yang muncul di tengah kawah utama, misalnya Kawah Ecoma. Pada dinding kawah dihiasi dengan lapisan-lapisan khas yang menjadi ciri utama gunung api strato-composite, yakni lava yang terlihat masif, permukaannya mulus dan bekas lava yang mengering membentuk benjolan-benjolan kasar. Selain dapat menikmati pemandangan kawah yang indah, kita juga dapat menambah wawasan tentang gunung api, karena disekitar pelataran terdapat plang-plang dan museum kecil tentang gunung api. b. Kawah Upas

Jika kita berjalan kesebelah barat dari Kawah Ratu, maka kita akan menemukan kawah lainnya, yakni Kawah Upas. Upas sendiri mengandung arti/ sama dengan racun. Mengapa dinamakan demikian? Hal ini dikarenakan dibeberapa tempat disekitar kawah terdapat tempat yang mengeluarkan gas-gas beracun. Tetapi tidak seperti Kawah Ratu yang masih aktif sehingga dilarang untuk dituruni, Kawah Upas memiliki dasar kawah yang dangkal dan datar, dengan pepohonan liar tampak banyak tumbuh di salah satu sisi dasar kawah. Mungkin dikarenakan dangkal dan tidak terlalu luas, disamping juga harus ditempuh dengan jalan kaki terlebih dahulu, (berbeda dengan Kawah Ratu dimana mobil pribadi bisa parkir tepat di bibir kawah), Kawah upas jarang dikunjungi wisatawan. Pemandangan yang disajikan pada Kawah Upas ini cenderung "biasa-biasa" saja, namun dimungkinkan untuk menikmati pemandangan Kawah Ratu dari sisi yang berbeda, mengingat bibir Kawah Ratu dan Kawah Upas menyatu dalam bentuk satu jalur pendakian, dengan Kawah Ratu pada sisi kiri dan Kawah Upas pada sisi kanan. c. Kawah Domas

Dikawah ini banyak terdapat lubang yang mengeluarkan uap gas belerang yang panas. Kawah utamanya adalah lubang berdiameter kurang lebih 2 (dua) meter berisi air yang menggelegak

mendidih. Kristal-kristal belerang berwarna kuning cerah yang terbentuk disekitar lubang uap menjadi pemandangan yang menarik bagi para wisatawan. Yang tidak kalah mengasyikan, kita juga dapat merebus telor selama sekitar 10 menit. Telor bisa didapatkan dari pedagang yang terdapat di lokasi ini. Harganya Rp 2.500,- per butir. Telor yang direbus selama 10 menit ini dijamin matang dan dapat disantap ditempat (sambil merendamkan kaki di kehangatan air kawah). Tidak ada perubahan rasa dari telor yang disantap, rasanya sama seperti kita merebus telor menggunakan air panas biasa. Hal unik yang bisa dilakukan di kawah ini adalah merebus telur langsung menggunakan panas dari kawah ini dan juga wisatawan bisa melakukan terapi kesehatan kulit dengan luluran menggunakan lumpur hangat serta mengamati kepulan-kepulan asap berbau busuk khas dari belerang.

Anda mungkin juga menyukai