Anda di halaman 1dari 12

TUGAS MAKALAH

GEOMORFOLOGI
GUNUNG API
“GUNUNG TAMBORA”

Oleh :

1. MAULIDIAH / H1C018006
2. EVI MELINASARI / H1C018018
3. AILEN / H1C018033
4. REYNALDO INDRA DESTAMA / H1C018050
5. ROBI SANYOSE H. TARIGAN / H1C016016

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
PURBALINGGA
2019
Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah SWT, hanya dengan izin-Nya terlaksana segala macam
kebajikan dan diraihnya segala macam kesuksesan. Shalawat serta salam semoga
tercurah kepada jujungan kita Nabi Muhammad saw, yang kepada-Nya diturunkan
Al-Qur’an oleh Allah Serta diberi tugas untuk menjelaskan, menafsirkan dan memberi
contoh pelaksanaannya.
Makalah tentang Gunung Tambora ini ditulis sebagai tugas dari mata kuliah
Geomorfologi. Kami berterima kasih kepada bapak dosen pembimbing dan
teman-teman yang sudah sangat membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam
pembuatan dan penulisan makalah yang telah kami selesaikan, maka dari itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif demi kesempurnaan tugas ini.

Penulis

Purbalingga, Mei 2019


BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Gunung berapi atau gunung api secara umum adalah istilah yang dapat
didefinisikan sebagai suatu sistem saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair
atau lava) yang memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah permukaan
bumi sampai ke permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi material yang
dikeluarkan pada saat meletus.
Lebih lanjut, istilah gunung api ini juga dipakai untuk menamai fenomena
pembentukan ice volcanoes atau gunung api es dan mud volcanoes atau gunung api
lumpur. Gunung berapi terdapat dalam beberapa bentuk sepanjang masa hidupnya.
Gunung berapi yang aktif mungkin berubah menjadi separuh aktif, istirahat, sebelum
akhirnya menjadi tidak aktif atau mati. Bagaimanapun gunung berapi mampu istirahat
dalam waktu 610 tahun sebelum berubah menjadi aktif kembali. Oleh itu, sulit untuk
menentukan keadaan sebenarnya daripada suatu gunung berapi itu, apakah gunung
berapi itu berada dalam keadaan istirahat atau telah mati.
Gunung meletus merupakan peristiwa yang terjadi akibat endapan magma di
dalam perut bumi yang didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi. Secara
geografis Indonesia terletak diantara dua samudra (pasifik dan hindia) dan dua benua
(Asia dan Australia). Selain itu Indonesia terlatak diatas pertemuan tiga lempeng bumi,
yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indoaustralia dan lempeng pasifik. Pertemuan dari
tiga lempeng bumi diatas menyebabkan terjadinya aktivitas magma di dalam bumi,
hal ini yang menyebabkan mengapa di Indonesia banyak terdapat gunung berapi.
Dibumi ini terdapat dua jalur gunung api/sabuk api (ring of fire), yaitu sirkum pasifik
dan sirkum mediterania yang kedanya melewati Indonesia.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka dapat dirumuskan
permasalahan penelitian sebagai berikut:
1. Dimana latek geografi Gunung Tambora.
2. Bagaimana proses pembentukan Gunung Tambora.
3. Apa tipe gunung api Tambora dan apa jenis erupsinya.
4. Apa bentuk dari Gunung api Tambora.
5. Pembagian KRB pada Gunung Tambora.
6. Bagaimana Sejarah letusan yang terjadi pada Gunung Tambora.

C. Tujuan
Adapun tujuan penulis menyusun makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Geomorfologi. Selain itu, penulisan makalah ini juga bertujuan untuk
menambah pengetahuan kita semua tentang latak geografi, proses terbentuknya, tipe,
jenis, bentuk dan pembagian KRB pada Gunung Tambora.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Letak Geografi

Gunung Tambora secara administratif terletak di Kabupaten Bima dan Kabupaten


Dompu,Pulau Sumbawa, dan secara geografis terletak antara: 8o– 25′LS dan 118o
– 00′ BT dengan ketinggian antara 0-2.851 mdpl, gunung tersebut merupakan gunung
tertinggi di Pulau Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Gunung ini adalah bagian
dari busur Sunda, tali dari kepulauan vulkanik yang membentuk rantai selatan
kepulauan Indonesia. Tambora membentuk semenanjungnya sendiri di pulau
Sumbawa yang disebut semenanjung Sanggar. Di sisi utara semenanjung tersebut,
terdapat laut Flores, dan di sebelah selatan terdapat teluk Saleh dengan panjang
86 km dan lebar 36 km. Pada mulut teluk Saleh, terdapat pulau kecil yang disebut
Mojo.
Selain seismologis dan vulkanologis yang mengamati aktivitas gunung tersebut,
gunung Tambora adalah daerah riset ilmiah arkeolog dan biologi. Gunung ini juga
menarik wisatawan untuk mendaki gunung dan aktivitas margasatwa.
Dompu dan Bima adalah kota yang letaknya paling dekat dengan gunung ini. Di
lereng gunung Tambora, terdapat beberapa desa. Di sebelah timur terdapat desa
Sanggar. Di sebelah barat laut, terdapat desa Doro Peti dan desa Pesanggrahan. Di
sebelah barat, terdapat desa Calabai.
Terdapat dua jalur pendakian untuk mencapai kaldera gunung Tambora. Rute
pertama dimulai dari desa Doro Mboha yang terletak di sisi tenggara gunung Tambora.
Rute ini mengikuti jalan beraspal melalui perkebunan kacang mede sampai akhirnya
mencapai ketinggian 1.150 m di atas permukaan laut. Rute ini berakhir di bagian
selatan kaldera dengan ketinggian 1.950 myang dapat dicapai oleh titik pertengahan
jalur pendakian. Lokasi ini biasanya digunakan sebagai kemah untuk mengamati
aktivitas vulkanik karena hanya memerlukan waktu satu jam untuk mencapai kaldera.
Rute kedua dimulai dari desa Pancasila di sisi barat laut gunung Tambora. Jika
menggunakan rute kedua, maka kaldera hanya dapat dicapai dengan berjalan kaki.

B. Proses Pembentukan
Tambora terletak 340 km di sebelah utara sistem palung Jawa dan 180-190 km di
atas zona subduksi. Gunung ini terletak baik di sisi utara dan selatan kerak oseanik.
Gunung ini memiliki laju konvergensi sebesar 7.8 cm per tahun. Tambora
diperkirakan telah berada di bumi sejak 57.000 BP (penanggalan radiokarbon standar).
Ketika gunung ini meninggi akibat proses geologi di bawahnya, dapur magma yang
besar ikut terbentuk dan sekaligus mengosongkan isi magma. Pulau Mojo pun ikut
terbentuk sebagai bagian dari proses geologi ini di mana teluk Saleh pada awalnya
merupakan cekungan samudera(sekitar 25.000 BP).
Menurut penyelidikan geologi, kerucut vulkanik yang tinggi sudah terbentuk
sebelum letusan tahun 1815 dengan karakteristik yang sama dengan
bentuk stratovolcano. Diameter lubang tersebut mencapai 60 km. Lubang utama
sering kali memancarkan lava yang mengalir turun secara teratur dengan deras ke
lereng yang curam.
Sejak letusan tahun 1815, pada bagian paling bawah terdapat endapan lava dan
material piroklastik. Kira-kira 40% dari lapisan diwakili oleh 1-4 m aliran lava
tipis. Scoria tipis diproduksi oleh fragmentasi aliran lava. Pada bagian atas, lava
ditutup oleh scoria, tuff dan bebatuan piroklastik yang mengalir ke bawah. Pada
gunung Tambora, terdapat 20 kawah. Beberapa kawah memiliki nama,
misalnya Tahe (877 m), Molo (602 m), Kadiendinae, Kubah (1648 m) dan Doro Api
Toi. Kawah tersebut juga memproduksi aliran lava basal.

C. Tipe dan jenis erupsi Gunung Tambora


Tipe dan jenis erupsi pada Gunung Tambora adalah tipe plinian, dimana
merupakan letusan paling eksplosif. Material yang dilontarkan bisa berupa gas dan
abu setingi 50 kilometer dengan kecepatan beberapa ratus meter per detik. Biasanya
erupsi tipe Plinian berwujud seperti jamur. Letusan jenis ini dinamai sesuai dengan
sejarawan Romawi, Pliny, yang mencatat sejarah meletusnya Gunung Vesuvius pada
tahun 79 Sesudah Masehi.
Letusan tipe Plinian bisa menghilangkan seluruh puncak gunung. Namun,
durasinya cukup singkat, kurang dari sehari atau beberapa hari.

D. Bentuk Gunung Tambora

Gunung Tambora awalnya memiliki kenampakan atau bentuk strato / kerucut,


terjadi akibat adanya tumpukan berlapis bahan–bahan piroklastika yang dikeluarkan
ketika erupsi magma. Puncak gunung api ini semakin lama semakin tinggi karena
endapan erupsi lava dan bahan piroklastik dari kawah gunung, Menurut penjajakan
geologi, kerucut vulkanik yang ketinggiannya sudah terbentuk sebelum letusan tahun
1815 dengan karakteristik yang sama dengan bangun-bangun Stratovolcano.

Tetapi di karenakan terjadinya letusan pada tahun 1858 yang menyebabkan


perubahan bentuk dari strato menjadi kaldera,dimana kawasan berbentuk bulat yang
membentang rendah di tanah. Kawasan ini terbentuk pada saat tanah amblas akibat
letusan eksplosif. Bentuk morfologinya seperti kawah tetapi garis tengahnya lebih
dari 2 km. Kaldera terdiri atas : kaldera letusan, terjadi akibat letusan besar yang
melontarkan sebagian besar tubuhnya.Diameter lubang kaldera tersebut mencapai 60
km. Lubang utama kerap kali memancarkan lava yang mengalir turun secara teratur
dengan deras ke lereng yang curam.

 kaldera runtuhan, terjadi karena runtuhnya sebagian tubuh gunungapi akibat


pengeluaran material yang sangat banyak dari dapur magma.
 kaldera resurgent, terjadi akibat runtuhnya sebagian tubuh gunungapi diikuti
dengan runtuhnya blok bagian tengah.
 kaldera erosi, terjadi akibat erosi terus menerus pada dinding kawah sehingga
melebar menjadi kaldera.

E. Pembagian KRB
Terdapat tiga kawasan rawan bencana di Gunung Tambora. Pertama, kawasan
rawan bencana I yang berada di radius 8 kilometer. Kedua, kawasan rawan bencana II
di radius 5 kilometer. Ketiga, kawasan rawan bencana III di radius 3 kilometer.
Dengan arah erupsi relative dominan barat-barat laut.
Sesuai dengan peta Gunung Tambora per tahun 2008 terdapat delapan aliran
sungai yang dapat dialiri lahar dingin. Kedelapan sungai tersebut, di antaranya Sori
Tetangga, Sori Lahomo, Sori Anuaru/ Qirae, Sori Kanconge, Sori na'a, Sori
Sumba/Kalate, dan Sori Maladi.

F. Sejarah Letusan
Dengan menggunakan teknik penanggalan radiokarbon, dinyatakan bahwa
gunung Tambora telah meletus tiga kali sebelum letusan tahun 1815, tetapi besarnya
letusan tidak diketahui. Perkiraan tanggal letusannya ialah tahun 3910 SM ± 200
tahun, 3050 SM dan 740 ± 150 tahun. Ketiga letusan tersebut memiliki karakteristik
letusan yang sama. Masing-masing letusan memiliki letusan di lubang utama, tetapi
terdapat pengecualian untuk letusan ketiga. Pada letusan ketiga, tidak terdapat aliran
piroklastik.
Pada tahun 1812, gunung Tambora menjadi lebih aktif, dengan puncak
letusannya terjadi pada bulan April tahun 1815. Besar letusan ini masuk ke dalam
skala tujuh Volcanic Explosivity Index (VEI), dengan jumlah semburan tefrit sebesar
1.6 × 1011 meter kubik. Karakteristik letusannya termasuk letusan di lubang utama,
aliran piroklastik, korban jiwa, kerusakan tanah dan lahan, tsunami dan
runtuhnya kaldera. Letusan ketiga ini memengaruhi iklim global dalam waktu yang
lama. Aktivitas Tambora setelah letusan tersebut baru berhenti pada tanggal 15
Juli 1815. Aktivitas selanjutnya kemudian terjadi pada
bulan Agustus tahun 1819 dengan adanya letusan-letusan kecil dengan api dan bunyi
gemuruh disertai gempa susulan yang dianggap sebagai bagian dari letusan
tahun 1815. Letusan ini masuk dalam skala kedua pada skala VEI. Sekitar
tahun 1880 ± 30 tahun, Tambora kembali meletus, tetapi hanya di dalam
kaldera. Letusan ini membuat aliran lava kecil dan ekstrusi kubah lava, yang
kemudian membentuk kawah baru bernama Doro Api Toi di dalam kaldera.
Gunung Tambora masih berstatus aktif. Kubah lava kecil dan aliran lava masih terjadi
pada lantai kaldera pada abad ke-19 dan abad ke-20. Letusan terakhir terjadi pada
tahun 1967, yang disertai dengan gempa dan terukur pada skala 0 VEI, yang berarti
letusan terjadi tanpa disertai dengan ledakan.

 Letusan tahun 1815


Gunung Tambora mengalami ketidakaktifan selama beberapa masa sekitar 1 abad
sebelum tahun 1815, dikenal dengan nama gunung berapi tidur, yaitu hasil dari
pendinginan hydrous magma di dalam dapur magma yang tertutup. Didalam dapur
magma dalam kedalaman sekitar 1,5-4,5 km, larutan padat dari cairan magma
bertekanan ketinggian terbentuk pada saat pendinginan dan kristalisasi magma.
Tekanan di dapur magma sekitar 4-5 kbar lahir dan temperatur sebesar
700 °C-850 °C.

Pada tahun 1812, kaldera gunung Tambora mulai


bergemuruh dan menghasilkan awan hitam. Pada tanggal 5
April 1815, letusan terjadi, dituruti dengan suara gemuruh
yang terdengar di Makassar, Sulawesi (380 km dari gunung
Tambora), Jawa dan Maluku (1400 km dari gunung
Tambora). Suara guruh ini juga terdengar sampai ke pulau
Sumatra pada tanggal 10-11 April (lebih dari 2.600 km dari
gunung Tambora) yang awal mulanya diasumsikan sebagai
suara tembakan senapan. Pada pagi hari tanggal 6 April
1815, debu vulkanik mulai jatuh di Jawa Timur dengan
suara guruh terdengar sampai tanggal 10 April 1815.
Pada pukul 7:00 malam tanggal10 April, letusan gunung ini semakin kuat.
Tiga lajur api terpancar dan bergabung. Seluruh pegunungan berubah menjadi saluran
api besar. Batuan apung dengan diameter 20 cm mulai menghujani pada pukul 8:00
malam, dituruti dengan debu pada pukul 9:00-10:00 malam. Saluran piroklastik panas
mengalir turun menuju laut di seluruh sisi semenanjung, memusnahkan dusun
Tambora. Ledakan besar terdengar sampai sore tanggal1 April. Debu menyebar
sampai ke Jawa Barat dan Sulawesi Selatan. Bau "nitrat" tercium di Batavia dan hujan
besar yang disertai dengan debu tefrit jatuh, yang reda selang tangal 11-17 April
1815.

Letusan tersebut masuk dalam skala tujuh pada skala VEI. Letusan ini empat
kali bertambah kuat daripada letusan gunung Krakatau tahun 1883. Diperkirakan 100
km³ piroklastik trakiandesit dikeluarkan, dengan massa 1,4×1014 kg. Hal ini
menghindar dari kaldera dengan ukuran 6-7 km dan kedalaman 600-700 m. Massa
jenis debu yang jatuh di Makassar sebesar 636 kg/m². Sebelum letusan, gunung
Tambora memiliki ketinggian 4.300 m, salah satu puncak tertinggi di Indonesia.
Setelah letusan, ketinggian gunung ini hanya setinggi 2.851 m.

Letusan Tambora tahun 1815 yaitu merupakan letusan terbesar dalam sejarah.
Letusan gunung ini terdengar sejauh 2.600 km, dan debu jatuh setidaknya sejauh
1.300 km. Kegelapan melanda sejauh 600 km dari puncak gunung selama lebih dari
dua hari. Saluran piroklastik menyebar setidaknya 20 km dari puncak.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gunung berapi atau gunung api secara umum adalah istilah yang dapat
didefinisikan sebagai suatu sistem saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair
atau lava) yang memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah permukaan
bumi sampai ke permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi material yang
dikeluarkan pada saat meletus.
Salah satu gunung api di Indonesia adalah Gunung Tambora, yang secara
administratif terletak di Kabupaten Bima dan Kabupaten Dompu,Pulau Sumbawa, dan
secara geografis terletak antara: 8o– 25′LS dan 118o – 00′ BT dengan ketinggian antara
0-2.851 mdpl, gunung tersebut merupakan gunung tertinggi di Pulau Sumbawa,
Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Gunung tambura merupakan gunung dengan bentuk kaldera yang terbentuk dari
zona subduksi aktif, dimana kawasan berbentuk bulat yang membentang rendah di
tanah. Tambora juga memiliki tipe erupsi Tipe Plinian, yang merupakan letusan
paling eksplosif. Material yang dilontarkan bisa berupa gas dan abu setingi 50
kilometer dengan kecepatan beberapa ratus meter per detik. Biasanya erupsi tipe
Plinian berwujud seperti jamur.
Terdapat tiga kawasan rawan bencana di Gunung Tambora. Pertama, kawasan
rawan bencana I yang berada di radius 8 kilometer. Kedua, kawasan rawan bencana II
di radius 5 kilometer. Ketiga, kawasan rawan bencana III di radius 3 kilometer.
Dengan arah erupsi relative dominan barat-barat laut.

Gunung Tambora telah meletus tiga kali sebelum letusan tahun 1815, tetapi
besarnya letusan tidak diketahui.

B. Saran
Dalam penulisan makalah ini para penulis meminta kritik dan saran kepada
Bapak/Ibu serta rekan-rekan sekalian bila ada kekurangan ataupun kesalahan kata kata
yang tidak pada tempatnya, karena di dalam penulisan makalah ini penulis masih
merasa banyak terdapat kekurangan dan kekeliruan. Oleh karena itu saran dan kritik
sangat diperlukan untuk kemajuan penulis dalam menulis selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :
Endarto, Danang. 2005. Pengantar Geologi Dasar. Surakarta : LPP UNS
Nazarudin, Ramani. 1996. Geomorfologi. Padang : UNP Press
Asikin, Suhendar. 1976. Geologi Dasar. Bandung : ITB

Sumber lain :
Anonime, 2019.Gunung Tambora. Di akses dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Tambora pada tanggal 26 Mei 2019,
pukul 13.00 WIB.
Black,Whyd. 2015. Bentuk-bentu gunung api dan cirinya. Diakses dari
https://www.artikelsiana.com/2014/10/bentuk-bentuk-gunung-api-Ciri-ciriny
a-proses.html. pada tanggal 26 Mei 2019,pukul 14.02 WIB.

Anda mungkin juga menyukai