Anda di halaman 1dari 60

PENURUNAN TANAH

Oleh :

M.REZA PAHLEVI : 1803120003


SYUHADA : 1803120047
ANDREY AUDY : 1803120144

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH ACEH
BANDA ACEH
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala RahmatNya.
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang mungkin sangat sederhana. Makalah ini berisikan tentang
Gempa bumi.
Makalah ini kami buat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah geologi
rekayasa. Tak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak
yang telah memberikan dorongan, motivasi, bimbingan, arahan dan saran yang
telah diberikan sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman dan juga berguna untuk menambah pengetahuan bagi para
pembaca.makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu saya harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Banda Aceh, Oktober 2018

Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .............................................................................................i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang............................................................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3


2.1. Pengertian Gempa Bumi .......................................................................................................... 3
2.1.1. Gelombang Primer .............................................................................. 4
2.1.2. Gelombang Sekunder .......................................................................... 5
2.1.3. Ring Of Fire ......................................................................................... 7
2.2. Proses Terjadinya Gempa Bumi ...........................................................................................11
2.3. Penyebab Gempa Bumi..........................................................................................................13
2.3.1. Pergeseran Lempeng Bumi .............................................................. 13
2.3.2. Gerak Lempeng Bumi Yang Saling Menjauh ............................... 14
2.3.3. Gerak Lempeng Bumi Yang Saling Mendekat.............................. 14
2.3.4. Pergeseran Magma ............................................................................ 15
2.4. Kekuatan Gempa Bumi..........................................................................................................16
2.6.1. Intensitas Gempa Bumi..................................................................... 16
2.6.1. Alat Pengukur Gempa Bumi ............................................................ 18
2.5. Jenis-Jenis Gempa Bumi ........................................................................................................28
2.6.1. Gempa Bumi Berdasarkan Penyebabnya ....................................... 28
2.6.2. Gempa Bumi Berdasrkan Kekuatannnya ....................................... 35
2.6.3. Gempa Bumi Berdasarkan Kedalamannya .................................... 36
2.6.4. Gempa Bumi Berdasarkan Tipe Mogi ............................................ 36
2.6. Dampak Gempa Bumi............................................................................................................37
2.7. Sejarah Gempa Bumi..............................................................................................................42
2..8. Mitigasi Bencana Gempa Bumi...........................................................................................47
2.9.1. Sebelum Terjadpi Gempa Bumi ...................................................... 47
2.9.2. Saat Terjadi Gempa Bumi ................................................................ 49
2.8.4. Setelah Terjadi Gempa Bumi ........................................................... 52

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 54


3.1. Kesimpulan ...............................................................................................................................54
3.2. Saran...........................................................................................................................................55
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sampai saat ini bumi merupakan satu-satunya planet yang dapat mendukung
kelangsungan hidup seluruh makhluk, diantara planet-planet anggota tata-surya
lainnya. Oleh karenanya pengetahuan mengenai bumi dianggap sangat vital guna
kelangsungan hidup penghuninya termasuk manusia. Di jagat raya ini masih banyak
pengetahuan yang belum kita kuasai, termasuk pengetahuan mengenai gempa bumi
dan cara memprediksinya.
Indonesia adalah pertemuan rangkaian sirkum mediterania dan rangkaian
sirkum pasifik dengan proses peembentukan gunung yang masih berlangsung
.Oleh sebab itu ,di Indonesia banyak terjadi gempa bumi . Korban jiwa yang di
timbulkan dari gempa bumi ini mengalami peningkatan dari sekian gempa yang
terjadi (gempa-gempa besar), hal ini disebabkan karena kurangnya wawasan dan
pengetahuan masyarakat terhadap gempa dan cara penanggulanganya, oleh karena
itu kami menyusun makalah ini unutk meningkatkan pengetahuan masyarakat
terhadap gempa, serta cara penanggulanganya dan mitigasi yang baik dan benar.

Gambar 1.1 Proses Gempa Bumi Tektonik


Sumber : www.boston.com dari AP Photo/DitaAlangkara,
2009
Gambar 1.2. Pergerakan Lempeng
Sumber : Kuge, Kyoto Univ., 2007

1.2. Rumusan Masalah


1. Pengertian gempa bumi
2. Proses terjadinya gempa bumi
3. Penyebab gempa bumi
4. Kekuatan gempa bumi
5. Ring of Fire
6. Jenis-jenis gempa bumi
7. Dampak Gempa bumi
8. Sejarah gempa bumi
9. mitigasi dan upaya pengurungan Bencana Gempa Bumi
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Gempa Bumi

Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan


bumi.Gempa bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi).
Kata gempa bumi juga digunakan untuk menunjukkan daerah asal terjadinya
kejadian gempa bumi tersebut. Bumi kita walaupun padat, selalu bergerak, dan
gempa bumi terjadi apabila tekanan yang terjadi karena pergerakan itu sudah terlalu
besar untuk dapat ditahan.
Meurut Howel dalam Mulyo (2004) yang mendefinisikan bahwa pengertian
gempa bumi adalah getaran atau serentetan getaran dari kulit bumi yang bersifat
tidak abadi dan kemudian menyebar ke segala arah. Kulit bumi bergetar secara
kontinyu walaupun relatif sangat kecil. Getaran tersebut tidak dikatakan gempa
bumi karena memiliki sifat getaran yang terus menerus. Jadi, gempa bumi harus
memiliki waktu awal dan waktu akhir yang jelas.
Menurut Bayong (2006: 12) gempa bumi adalah gerakan atau getaran pada
kulit bumi yang disebabkan oleh tenaga endogen.Tenaga endogen adalah tenaga
yang berasal dari dalam bumi yang disebabkan oleh perubahan pada kulit bumi.
Tenaga endogen memiliki sifat yang membentuk permukaan bumi menajdi tidak
rata.Mungkin saja di suatu daerah dulunya permukaan bumi rata (datar) tetapi
akibat tenaga endogen ini berubah menjadi gunung, bukit atau pegunungan.Pada
bagian lain permukaan bumi turun menjadikan adanya suatu lembaga ataupun
jurang.Secara umum tenaga endogen tersebut dibagi kedalam tiga jenis yakni
vulkanisme, tektonisme, dan seisme atau gempa.
Gempa bumi selalu datang mendadak secara mengejutkan tanpa mengenal
waktu dan suasana, sehingga menimbulkan kepanikan umum yang luar biasa karena
sama sekali tidak terduga.Diperkirakan dalam satu tahun terjadi satu juta gempa
bumi. Tetapi sebagian besar gempa tersebut tidak terdeteksi karena sangat lemah
untuk direkam dengan alat atau karena gempa terjadi pada daerah yang tidak ada
penduduknya.Diantara sekian banyak gempa tersebut, sekitar 100 gempa pertahun
menimbulkan kerusakan dan sekitar sekali setahun terjadi gempa bumi dahsyat,
yang terjadi khususnya di daerah-daerah kepulauan, serta negara —negara yang
merupakan daerah kepeluan seperti, Jepang dan Indonesia yang sering mengalami
gempa bumi dahsyat.Gempa bumi memancarkan energi melalui bumi dalam bentuk
gelombang. Gelombang-gelombang ini dirasakan sebagai getaran, gerakan kerak
bumi yang dikaitkan dengan gelombang seismik diukur oleh seismograf.Ada dua
jenis gelombang seismik.

2.1.1 Gelombang primer atau gelombang prelimier


Gelombang primer atau gelombang prelimier disebut gelombang P,
termasuk ke dalam gelombang tercepat. Kecepatan penjalarannya melalui bumi
adalah 3 sampai 8 mil per sekon, karena itu gelombang ini yang pertama kali sampai
pada seismograf dari gempa bumi. Amplitudonya kecil dan periodenya pendek
yaitu 0,5 sampai 5 sekon. Gelombang P serupa dengan gelombang suara yaitu
gelombang longitudinal yang menjalar dengan penekanan(kompresi) dan
peregangan (rarefaction) bumi.

Gambar 2.1. Gelombang Primer


Sumber : Kuge, Kyoto Univ., 2007)
2.1.2. Gelombang sekunder
Gelombang sekunder disebut gelombang S. Gelombang ini menjalar lebih
lambat dibandingkan dengan gelombang P, kecepatan gelombang S sekitar 2/3
kecepatan gelombang P. Gelombang S mempunyai amplitudo lebih besar dan
periodenya lebih lama daripada gelombang P. Gelombang S merupakan gelombang
tranversal, osilasinya lateral dan tegak lurus terhadap arah penjalaran gelombang.
Gelombang S juga disebut gelombang geser (shear wave), karena material yang
dilalui gelombang mengalami deformasi geser. Gelombang tranversal tidak mampu
menjalar melalui fluida, karena fluida tidak dapat terpotong. Jadi, gelombang S
yang memasuki inti cair bumi akan diserap dan tidak menembus inti fluida. Telah
diamati bahwa gelombang S yang memancar dari gempa bumi tidak tampak pada
sisi bumi yang berlawanan. Hal ini membenarkan bahwa bumi mempunyai inti
fluida. c. Gelombang permukaan, juga dikenal sebagai gelombang Reyleigh dan
gelombang Love. Gelombang-gelombang ini sangat lambat dengan periode
gelombang yang panjang dan amplitudonya besar, yang menjalar melalui kerak
bumi, seperti gelombang air tetapi tidak menembus kebagian dalam bumi.

Gambar 2.2. Gelombang Sekunder


Sumber : Kuge, Kyoto Univ., 2007)
Menurut Howel (dalam Mulyo, 2004) :Pada hakikatnya gempa bumi adalah
getaran atau serentetan getaran dari kulit bumi yang bersifat tidak abadi dan
kemudian menyebar ke segala arah. Kulit bumi bergetar secara kontinyu walaupun
relatif sangat kecil. Getaran tersebut tidak dikatakan sebagai gempa bumi karena
sifat getarannya terus menerus. Jadi, suatu gempa bumi harus mempunyai waktu
awal dan waktu akhir yang jelas.
Gempa bumi dapat digolongkan menjadi beberapa jenis berdasarkan
penyebab terjadinya gempa bumi menurut Bayong (2006: 12) sebagai berikut :
a. Gempa bumi runtuhan, terjadi karena adanya runtuhan batuan
b. Gempa bumi vulkanik, terjadi karena erupsi (letusan) gunung berapi
c. Gempa bumi tektonik, terjadi karena pergeseran letak kulit bumi
Gempa bumi bumi juga dapat digolongkan berdasarkan kedalamannya
(hypocentre). Hiposentrum (hypocentre) adalah pusat gempa bumi, yaitu tempat
terjadinya perubahan lapisan batuan atau dislokasi di dalam bumi sehingga
menimbulkan gempa bumi (Mulyo, 2004: 175).
Howell dalam Mulyo (2004: 175) membagi jenis-jenis gempa bumi
berdasarkan kedalaman hipocentrumnya, yaitu
1. Gempa bumi dangkal (normal), pusatnya < 70 km
2. Gempa bumi sedang (intermediet), pusatnya 70 — 300 km
3. Gempa bumi dalam, pusatnya 300 — 700 km
Gempa bumi yang terjadi di daerah kemiling,merupakan gempa bumi
tektonik pada kedalaman 70 — 300km.Karena berada pada kedalaman yang sedang
(intermediet) maka tidak menyebabkan kerusakan.Namun,getarannya dapat
dirasakan dan menimbulkan kepanikan warga sekitar.
2.1.3. Ring Of Fire
Pada tahun 1960-an para ahli mengemukakan sebuah teori yang dinamakan
“lempeng tektonik” yang menjelaskan tentang lokasi gunung berapi dan gejala-
gejala geologi.Menurut teori tersebut, permukaan bumi terbentuk dari rangkaian
lempeng-lempeng tektonik dengan ketebalan lebih kurang 80 km, dimana lempeng-
lempeng tersebut bergerak, berubah posisi dan ukuran dengan kecepatan 1-10 cm
per tahun atau bisa disamakan dengan pertumbuhan kuku jari manusia.Di bawah
laut terus menerus terjadi pembentukan kerak bumi akibat lava yang keluar dari
gunung berapi bawah laut yang langsung bertemu dengan air laut sehingga
mengeras.Maka untuk memberi ruang pada dasar laut yang baru jadi tadi semua
lempeng bumi bergerak, dan saat mereka bergerak terjadilah aktifitas geologi pada
tepian lempeng tersebut.Ketika lempeng bumi bergerak dapat terjadi tiga
kemungkinan :
 lempeng-lempeng bergerak saling menjauhi sehingga memberikan ruang
untuk dasar laut yang baru.
 lempeng saling bertumbukan yang menyebabkan salah satu lempeng
terdesak kebawah dari lempeng yang lain.
 tepian lempeng meluncur tanpa pergesekan yang berarti.

Gambar : 2.3. Ring of Fire


Sumber : Seno, 2006
Indonesia merupakan Jalur Pasific Ring of Fire yang merupakan jalur
rangkaian gunung api aktif di dunia. Cincin Api Pasifik ini membentang di antara
subduksi maupun pemisahan Lempeng Pasifik dengan Lempeng Indo-Australia,
Lempeng Eurasia, Lempeng Amerika Utara dan Lempeng Nazca yang bertabrakan
dengan lempeng Amerika Selatan. Jalur ini membentang mulai dari pantai barat
Amerika Selatan, terus ke pantai barat Amerika Utara, lalu melingkar ke Kanada,
semenanjung Kamsatschka, Jepang, melewati Indonesia, Selandia baru dan
kepulauan di Pasifik Selatan. Indonesia memiliki gunung berapi dengan jumlah
kurang lebih 240 buah, dimana hampir 70 di antaranya masih aktif. Zona
kegempaan dan gunung api aktif Circum Pasifik amat terkenal, karena setiap gempa
hebat atau tsunami dahsyat di kawasan itu, dipastikan menelan korban jiwa manusia
amat banyak.Sekitar 90% dari gempa bumi di dunia dan 80% dari gempa bumi
terbesar di dunia terjadi di sepanjang Cincin Api. Berikutnya wilayah paling
seismik (5-6% dari gempa bumi dan 17% dari gempa bumi terbesar di dunia) adalah
sabuk Alpide, yang membentang dari Jawa ke Sumatera melalui Himalaya,
Mediterania, dan keluar ke Atlantik. Mid-Atlantic Ridge adalah sabuk ketiga
tempat sering terjadinya gempa. Indonesia terletak di antara Cincin Api sepanjang
kepulauan timur laut berbatasan langsung dengan New Guinea dan di sepanjang
sabuk Alpide Selatan dan barat dari Sumatera, Jawa, Bali, Flores, dan Timor yang
terkenal dan sangat aktif. Gunung berapi di Indonesia adalah yang teraktif di antara
tempat lainnya yang termasuk dalam Ring Api Pasifik. Mereka terbentuk dari
daerah subbagian antara Lempeng Eurasia dan Lempeng Indo-Australia.
Dilihat dari kondisi geografisnya,Indonesia merupakan wilayah dengan
ancaman bencana gempa bumi dan tsunami dengan intensitas yang cukup tinggi.
Banyaknya gunung aktif serta bentuknya yang berupa negara kepulauan adalah
sebagian faktor yang mempengaruhi seringnya terjadi bencana di Indonesia.
Tercatat sebanyak 17 bencana tsunami besar di Indonesia selama hampir satu abad,
setelah kejadian tsunami besar Gunung Krakatau yang menewaskan sekitar 36.000
jiwa pada tahun 1883. Gempa dan tsunami besar yang terakhir adalah tsunami Aceh
dan sebagian Sumatera Utara yang menewaskan kurang lebih 150.000 orang pada
tahun 2004. Kemudian disusul gempa 2005 pada Pulau Nias dan sekitarnya yang
menelan korban sekitar 1000 jiwa, serta gempa yang terjadi pada akhir 2006 yang
menimpa Yogyakarta dan sebagian Jawa Tengah yang menelan korban sekitar 5000
jiwa dan bencana Gunung Merapi dan tsunami Mentawai pada akhir 2010. Namun
selain semua itu, terjadi banyak sekali gempa-gempa lain di Indonesia pada setiap
tahunnya. Hal ini dikarenakan posisi Indonesia yang dikepung oleh tiga lempeng
tektonik dunia yakni Lempeng Indo-Australian, Eurasia dan Lempeng Pasific yang
apabila bertemu dapat menghasilkan tumpukan energi yang memiliki ambang batas
tertentu. Selain itu, Indonesia juga berada pada Pasific Ring Of Fire yang
merupakan jalur rangkaian gunung api aktif di dunia yang setiap saat dapat meletus
dan mengakibatkan datangnya bencana. Catatan Direktorat Vulkanologi dan
Mitigasi Bencana Geologi (DVMBG) Departemen Energi dan Sumber Daya
Mineral menunjukan bahwa ada 28 wilayah di Indonesia yang dinyatakan rawan
gempa dan tsunami. Di antaranya NAD, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Bengkulu,
Lampung, Banten, Jateng dan DIY bagian selatan, Jatim bagian selatan, Bali, NTB
dan NTT, kemudian Sulut, Sulteng, Sulsel, Maluku Utara, Maluku Selatan, Biak,
Yapen dan Fak-Fak di Papua serta Balikpapan Kaltim.
Indonesia merupakan daerah pertemuan tiga lempeng tektonik besar, yaitu
Lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Lempeng Pasific. Lempeng Indo-Australia
bertabrakan dengan Lempeng Eurasia di lepas pantai Sumatra, Jawa dan Nusa
Tenggara, sedangkan dengan Pasific di utara Irian dan Maluku Utara. Di sekitar
lokasi pertemuan lempeng inilah terjadi akumulasi energi tabrakan hingga sampai
suatu titik lapisan bumi tidak lagi sanggup menahan tumpukan energi dan akhirnya
energi tersebut akan dilepas dalam bentuk gempa bumi. Pelepasan energi sesaat ini
menimbulkan berbagai dampak terhadap bangunan akibat percepatan gelombang
seismik, tsunami,longsor, dan liquefaction. Besarnya dampak gempa bumi terhadap
bangunan bergantung pada beberapa hal di antaranya adalah skala gempa, jarak
epicenter, mekanisme sumber, jenis lapisan tanah di lokasi bangunan dan kualitas
bangunan. Indonesia juga merupakan negara yang secara geologis memiliki posisi
yang unik karena berada pada pusat tumbukan Lempeng Tektonik Hindia Australia
di bagian selatan, Lempeng Eurasia di bagian Utara dan Lempeng Pasifik di bagian
timur laut. Hal ini mengakibatkan Indonesia mempunyai tatanan tektonik yang
kompleks dari arah zona tumbukan yaitu Fore arc, Volcanic arc dan Back arc. Fore
arc merupakan daerah yang berbatasan langsung dengan zona tumbukan atau sering
disebut sebagai zona aktif akibat patahan yang biasa terdapat di darat maupun di
laut. Pada daerah ini, material batuan penyusun utama lingkungan juga sangat
spesifik serta mengandung potensi sumberdaya alam bahan tambang yang cukup
besar. Volcanic arc merupakan jalur pegunungan aktif di Indonesia yang memiliki
topografi khas dengan sumberdaya alam yang khas juga. Back arc merupakan
bagian paling belakang dari rangkaian busur tektonik yang relatif paling stabil
dengan topografi yang hampir seragam berfungsi sebagai tempat sedimentasi.
Semua daerah tersebut memiliki kekhasan dan keunikan yang jarang ditemui di
daerah lain baik keanegaragaman hayatinya maupun keanekaragaman geologinya.

Gambar 2.4. Peta Gunung Berapi Di Indonesia


Sumber : : Seno, 2006
2.2. Proses terjadinya gempa bumi

Gempa bumi terjadi pada saat batuan di kerak bumi mengalami tekanan
yang sangat hebat oleh pergerakan lempeng-lempeng yang menjadi landasan
benua.Sebagian besar terjadi ketika dua lempengan di kerak bumi saling
bergesekan. Lempengan yang dimaksud yaitu lempeng samudera dan lempeng
benua. Ketika lempeng saling bergesek dan bertumbukan, akan menghasilkan
gelombang kejut, yang kita rasakan sebagai gempa bumi. Proses terjadinya gempa
bumi tersebut kira-kira adalah sebagai berikut:

Gambar 2.5. Proses Terjadinya Tumbukan Antar Lempeng


Sumber :Https://Dedekusn.Wordpress.Com

Lempeng samudera yang rapat massa lebih besar ketika bertumbukan


dengan lempeng benua di area tumbukan (subduksi) akan bergerak menyusup ke
bawah.Gerakan lempeng itu akan mengalami perlambatan akibat bergesekan
dengan selubung bumi, yang lebih lanjut menyebabkan akumulasi energi di area
patahan dan area subduksi. Akibatnya, di sekitar area-area tersebut terjadi
tekanan,tarikan,dan geseran. Ketika batas elastisitas lempeng terlampaui, maka
terjadilah patahan batuan yang diikuti oleh lepasnya energi secara tiba-tiba. Proses
tersebut mengakibatkan getaran partikel ke segala arah yang disebut sebagai
gelombang gempa bumi (seismic waves).
Dalam setahun, gempa bumi dapat terjadi hingga jutaan kali akibat dari
pergerakan lempeng bumi yang sangat aktif. Akan tetapi, getarannya tidak terasa
oleh manusia yang ada di atas permukaan bumi. Gempa bumi yang dirasakan oleh
manusia hanya puluhan kali pada setiap tahunnya dan akibatnya dapat merusak
bangunan yang ada di atasnya. Kekuatan gempa bumi diukur dengan skala
Richter.Skala Richter diukur mulai dari 1 (getaran ringan) sampai dengan 9 (getaran
merusak). Gempa terburuk dan terparah terjadi pada akhir tahun 2004, yaitu di
lautan Hindia, Banda Aceh, Indonesia
2.3. Penyebab Terjadinya Gempa Bumi

Pada hakikatnya gempa bumi adalah getaran atau serentetan getaran dari
kulit bumi yang bersifat tidak abadi dan kemudian menyebar ke segala arah. Kulit
bumi bergetar secara kontinyu walaupun relatif sangat kecil. Getaran tersebut tidak
dikatakan sebagai gempa bumi karena sifat getarannya terusmenerus. Jadi, suatu
gempa bumi harus mempunyai waktu awal dan waktu akhir yang jelas.

2.3.1. Pergeseran lempeng

Gambar : 2.6. Pergeseran Lempeng


Sumber : Jhon Willey, 1999

Sebab utama yang dapat memicu terjadinya gempa bumi adalah adanya
pelepasan energi, disebabkan pergeseran Lempeng Bumi. Semakin lama energi itu
akan membesar dan akan mencapai keadaan maximun. Apabila pinggiran lempeng
tidak bisa menahan energi tesebut maka akan mengakibatkan terjadinya gempa
bumi.
2.3.2. Gerak Lempeng Bumi yang saling menjauh

Gambar : 2.7. Gerak Lempeng Bumi Saling Menjauh


Sumber : Jhon Willey, 1999

Disamping pergeseran lempeng bumi, gerak lempeng yang saling menjauh


juga dapat memicu terjadinya gempa bumi. Karena apabila dua lempeng tersebut
saling menjauh maka akan membentuk lempeng baru diantara kedua lempeng
tersebut.Lempeng yang baru akan ditekan oleh kedua lempeng lama, yang akan
mengakibatkan lempeng baru bergerak ke bawah. Dari hal inilah akan
menghasilkan suatu energi dengan kekuatan yang sangat luar biasa. Dan energi
inilah menjadi sebab utama terjadinya getaran atau guncangan di permukaan bumi.

2.3.3. Gerak Lempeng Bumi yang saling mendekat


Faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya gempa bumi adalah pergerakan
lempeng bumi yang saling mendekat. Karena saat pergerakan lempeng yang saling
mendekat akan membentuk gunung baru. Yang terus bertumpuk yang juga memicu
terjadinya terjadinya gempa bumi.
Gambar : 2.8. Gerak Lempeng Bumi Saling Mendekat
Sumber : Jhon Willey, 1999

2.3.4. Pergeseran magma


Salah satu pemicu terjadinya Gempa Bumi lainnya adalah adanya
pergeseran magma di dalam gunung berapi. Gempa ini diakibatkan adanya tekanan
gas yang sangat besar pada bagian sumbatan kawah. Dan gempa bumi ini
merupakan gejala awal akan terjadinya bencana gunung meletus.

Gambar : 2.9. Pergeseran magma


Sumber : Jhon Willey, 1999
2.4. Kekuatan gempa bumi

Jumlah energi yang ditimbulkan oleh gempa bumi dinyatakan dengan


magnitude. Pada tahun 1935 Charles Richter (California Institute of Tech-nology)
membagi gempa bumi yang terjadi di California menjadi tiga group, yaitu
magnitude besar, magnitude sedang, dan magnitude kecil. Menurut skala Richter,
suatu genpa dengan magnitude 2,5 mempunyai energi hampir 1017 erg (hampir
sama dengan energi yang dibebaskan pada pembakaran 3.800 liter minyak bensin).
Suatu gempa dengan magnitude 4,5 mengeluarkan energi sebesar 1030 erg (dapat
menimbulkan kerusakan setempat) dan gempa dengan magnitude 6 dapat
menimbulkan kerusakan besar.

2.4.1. Intensitas gempa bumi


Intensitas adalah besar kecilnya getaran permukaan di tempat
konstruksi.Secara kuantitatif intensitas gempa setempat dinyatakan dengan
percepatanpermukaan dengan satuan gal (cm/dt2). Skala ini digunakan oleh artitek
untuk melihat pengaruhnya pada konstruksi. Skala yang digunakan adalah
skala Modified Mercalli Intensity scale. (MMI) Perkiraan hubungan kesetaraan
Richter Mangnitude (M) dan Modified Mercalli (MM) ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 2.1 Hubungan M dengan MM

M Percepatan permukaan Radius pengaruh


MM
richter max
3 II – III 0,003 g 25 km
4 IV – V 0,010 g 50 km
5 VI 0,030 g 100 km
6 VII – VIII 0,010 g 200 km
7 IX 0,030 g 400 km
8 X - XI 1,000 g 700 km
Besarnya energi yang dilepas sumber gempa diukur dengan skala
Richter.Hubungan antara Skala Richter dan besarnya energi yang dilepaskan pada
saat terjadi gempa, dapat ditulis dalam suatu persamaan:
Log E = 11,4 + 1,5 M
dimana :
E : energi gempa yang dilepaskan (erg atau dyne-cm),
M : besaran atau magnitude gempa pada Skala Richter.
Misalnya diketahui gempa dengan kekuatan 6 skala Richter, berarti energi yang
dilepaskan pada sumber gempa
Log E = 11,4 + 1,5 R
= 11,4 + 1,5. 6
= 20,4
E = 1020,4 = 2,512. 1020 erg
Magnetudo atau kekuatan gempa ialah tingkat besaran gempa yang
berhubungan dengan pelepasan energi regangan pada saat terjadi patahan batuan
sepanjang garis sesaran, yang terdiri atas :
a) ML ialah kekuatan gempa yang diperkenalkan pertama kali
oleh Richter(1935) dan disebut kekuatan gempa lokal. Kekuatan ini
diperoleh sebagai logaritma dari amplitudo maksimum yang tercatat
dengan alat Wood Anderson Torsion Seismometer pada jarak episentrum
100 km. Untuk jarak yang lain, kekuatan ini harus dikoreksi. Persamaan
umumnya ialah
ML = Log (A/A0)
dengan :
ML : kekuatan gempa lokal
A : amplitudo maksimum yang terekam oleh alat Wood
A0 : amplitudo 1/1000 mm.

b) Ms ialah kekuatan gempa yang didasarkan atas gelombang permukaan


(surface waves) yang diperkenalkan oleh GUTENBERG (1945). Skala
kebesaran ini berlaku untuk setiapseismograf dan diperoleh dengan
persamaan
Ms= Log A + C1 Log d + C2
dengan :
A : amplitudo yang terekam
C1 dan C2 : konstanta
d : jarak episentrum

c) Mb atau M ialah kekuatan gempa yang didasarkan atas gelombang badan


(body waves) dan pada umumnya digunakan untuk gempa-gempa dalam
karena tidak menghasilkan amplitudo yang cukup besar.

2.4.2. Alat pengukur gempa bumi


Alat untuk mengukur gempa bumi disebut Seismograf / Seismometer.Untuk
mengukur getaran pada permukaan tanah. Hasil rekaman dari alat ini
disebut seismogram. Alat modern menggunakan sensor elektronik, amplifier, dan
alat perekam. Sebagian besar broadband meliputi berbagai frekuensi. Seismometer
adalah instrumen yang mengukur gerakan tanah, termasuk gelombang seismik yang
dihasilkan oleh gempa bumi, letusan gunung berapi, dan sumber gempa
lainnya. Rekaman gelombang seismik memungkinkan ahli gempa untuk
memetakan bagian dalam bumi & mencari dan mengukur ukuran sumber-sumber
yang berbeda.

a) Sejarah Pengukuran Gempa Bumi


Kenapa Kekuatan gempa diukur dengan skala Richter? Ilmuwan seismologi
dari Amerika Serikat ini lahir di Hamilton, Ohio, Amerika Serikat. Dia
berhasil menyelesaikan gelar doktornya di Institut Kalifornia pada 1928.
yang bernama Charles Richter Pada 1927, Richter bekerja pada Institut
Carnegie, selanjutnya dia diterima di Institut Teknologi Kalifornia tempat
dia belajar dulu. Kemudian, dia diangkat menjadi profesor pada bidang
seismologi pada 1952.Richter mengembangkan skala untuk mengukur
kekuatan gempa bumi pada tahun 1935 yang dikenal sebagai skala Richter.
Skala untuk mengukur kekuatan gempa telah diperkenalkan terlebih dahulu
oleh pendahulunya De Rossi pada 1880-an dan Giuseppe Mercalli pada
1902, tetapi keduanya masih menggunakan skala kualitatif berdasarkan
tingkat kerusakan bangunan setelah terjadi gempa bumi. Tentu saja ini
hanya bisa diterapkan di tempat yang ada bangunannya dan sangat
tergantung dari jenis material pembuat bangunannya. Sementara,Richter
bersama rekan-rekannya sesama ilmuwan berhasil menemukan alat ukur
kekuatan gempa yang didasarkan kepada tingkat energi yang dilepaskan
pusat gempa.Richter membagi tingkat kekuatan gempa itu dari ukuran satu
hingga sembilan. Salah satu buku Richter yang cukup terkenal di bidang
sesismlogi berjudul, Seismicity of the Earth yang ditulis bersama
Gutenberg.Ilmuwan penemu alat ukur kekuatan gempa adalah Charles
Richter. Sebagai bentuk penghargaan atas temuannya, maka satuan untuk
kekuatan gempa disebut skala Richter.

b) Skala Richter
Skala Richter atau SR, skala ukuran kekuatan gempa yang diusulkan oleh
fisikawan Charles Richter, didefinisikan sebagai logaritma dari amplitudo
maksimum yang diukur dalam satuan mikrometer (µm) dari rekaman gempa
oleh alat pengukur gempa (seismometer) Wood-Anderson, pada jarak 100
km dari pusat gempa.Sebagai contoh, Misal kita mempunyai rekaman
gempa bumi (seismogram) dari seismometer yang terpasang sejauh 100 km
dari pusat gempanya. Jika amplitudo maksimumnya sebesar 1 mm, maka
kekuatan gempa tersebut adalah log (103) µm sama dengan 3,0 skala
Richter. Skala Richter ini hanya cocok dipakai untuk gempa-gempa dekat
dengan magnitudo gempa di bawah 6,0. Di atas magnitudo itu, perhitungan
dengan teknik Richter ini menjadi tidak representatif lagi. Skala Richter
Efek Gempa< 2.0 Gempa kecil , tidak terasa 2.0-2.9 Tidak terasa, namun
terekam oleh alat 3.0-3.9 Seringkali terasa, namun jarang menimbulkan
kerusakan 4.0-4.9 Dapat diketahui dari bergetarnya perabot dalam ruangan,
suara gaduh bergetar. Kerusakan tidak terlalu signifikan. 5.0-5.9 Dapat
menyebabkan kerusakan besar pada bangunan pada area yang kecil.
Umumya kerusakan kecil pada bangunan yang didesain dengan baik. 6.0-
6.9 Dapat merusak area hingga jarak sekitar 160 km 7.0-7.9 Dapat
menyebabkan kerusakan serius dalam area lebih luas. 8.0-8.9 Dapat
menyebabkan kerusakan serius hingga dalam area ratusan mil 9.0-9.9
Menghancurkan area ribuan mil > 10.0 Belum pernah terekam

c) Skala Mercalli
Skala Mercalli adalah satuan untuk mengukur kekuatan gempa bumi yang
diciptakan oleh vulkanologis dari Italia bernama Giuseppe Mercalli pada
1902. Skala Mercalli dibagi menjadi 12 bagian berdasarkan informasi dari
orang-orang yang selamat dari gempa tersebut dan juga dengan melihat dan
membandingkan tingkat kerusakan akibat gempa bumi tersebut. Oleh itu,
skala Mercalli sangat subjektif dan kurang tepat dibanding dengan
perhitungan magnitudo gempa yang lain. Saat ini penggunaan skala Richter
lebih luas digunakan untuk untukmengukur kekuatan gempa bumi. Tetapi
skala Mercalli yang dimodifikasi, pada tahun 1931 oleh ahli seismologi
Harry Wood dan Frank Neumannmasih sering digunakan terutama apabila
tidak terdapat peralatan seismometer yang dapat mengukur kekuatan gempa
bumi ditempat kejadian. Skala Modifikasi Mercalli:
1. Tidak terasa
2. Terasa oleh orang yang berada di bangunan tinggi
3. Getaran dirasakan seperti ada kereta yang berat melintas.
4. Getaran dirasakan seperti ada benda berat yang menabrak dinding
rumah, benda tergantung bergoyang.
5. Dapat dirasakan di luar rumah, hiasan dinding bergerak, benda keci
di atas rak mampu jatuh.
6. Terasa oleh hampir semua orang, dinding rumah rusak.
7. Dinding pagar yang tidak kuat pecah,orang tidak dapatberjalan/berdiri.
8. Bangunan yang tidak kuat akan mengalami kerusakan.
9. Bangunan yang tidak kuat akan mengalami kerusakan tekuk.
10. Jambatan dan tangga rusak, terjadi tanah longsor.
11. Rel kereta api rusak.
12. Seluruh bangunan hancur dan hancur lebur.
d) Seismograf

Gambar : 2.10. Seismograf


Sumber : STLOE, 2009

Alat pengukur Gempa. Seismograf adalah yang digunakan untuk mengukur


gempa. Alat ini terdiri atas 3 bagian yaitu; jarum, benda stationer (massa
Stationer), dan pita. Jika terjadi gempa, massa stasioner dan jarum yang
terletak padanya tetap. Yang bergerak adalah benda yang berisi pita roll
yang dipancangkan ditanah. Karena ujung jarun menempel pada pita roll,
maka ketika terjadi gempa akan tergambar getaran gempa pada pita tersebut.
Pita itulah yang disebut sebagai Seismogram. Alat-alat yang berhubungan
dengan Seismograf.
1. Seismograph Wiechert

Gambar : 2.11. Seismograf Wiechert


Sumber : BMKG, 2007

Seismometer Wiechert merupakan cikal bakal awal berdirinya


Stasiun pencatat gempa di Indonesia yakni berada di stasiun
Geofisika Jakarta. Seismograph Wiechert merupakan seismograph
pertama di Indonesia yang dipasang pada tahun 1908 yang dulu
berlokasi di jalan Arief Rachman Hakim Jak-Pus, kemudian
dipindahkan ke Kemayoran pada tahun 1999 sampai sekarang.
Alat ini merupakan buatan Jerman pada tahun 1908 dan 1928.
Seismometer ini ada dua, yaitu komponen vertical (Z) dan
horizontal (N-S dan E-W) dengan prinsip pendulum. Beratnya
mencapai 1500 kg dengan pemberat berupa gips yang diletakkan di
dalam badan seismometer. Media perekamannya adalah kertas
jelaga yang dipasang pada drum recorder. Ketika ada getaran, maka
pena akan bergerak dan menggoreskan ujungnya pada kertas jelaga
tersebut. Sayangnya seismometer Wiechert ini sudah tidak
dioperasionalkan lagi dikarenakan sambungan penanya yang rusak.
2. Seismometer SS 1 Ranger

Gambar : 2.12. Seismograf SS 1 Ranger


Sumber : BMKG, 2007

Merupakan portable seismometer dan dapat dipilih model


horizontal atau vertical, jadi SS 1 Ranger merupakan seismometer
1 komponen. SS1 Ranger menggunakan prinsip spring mass dan
elektromagnetik transducer. Seismometer ini merupakan jenis
analog, sehingga penempatannya cukup di tempat yang bedrocknya
baik, tidak perlu di tempatkan di bunker, seperti halnya
seismometer digital. Cara kerjanya adalah ketika seismometer SS 1
Ranger menerima signal gelombang, maka akan terjadi tegangan
yang dialirkan ke kumparan kalibrasi yang membuat bahan
bergerak dan menimbulkan gaya magnet, sehingga pegas bergerak
dan arusnya diterima oleh kumparan sensor. Kumparan tersebut
akan menghasilkan output berupa gambar – gambar signal yang
dikirim ke seismograph. Di stasiun Geofisika Jakarta, seismometer
SS 1 Ranger ini dihubungkan ke SPS (Short Period Seismograph).
Sampai saat ini SS 1 Ranger masih digunakan, di samping
menggunakan seismometer broadband. Datanya sebagai sampingan
data yang dihasilkan oleh seismometer broadband.

3. Broadband Seismograph
Seismometer broadband memiliki jangkauan / range frekuensi yang
lebih luas dari seismometer biasa, yaitu kira – kira 0,01 – 50 Hz.
Seismometer jenis ini sangat sensitive terhadap variasi lingkungan,
khususnya variasi temperature dan tekanan atmosfer. Oleh sebab itu
seismometer ini membutuhkan tempat khusus, tidak seperti
seismometer analog. Merupakan seismometer 3 komponen
(vertical, horizontal NS –EW).Di stasiun geofisika
Jakarta,broadband seismometer ini diletakkan di bunker yang
berukuran kira – kira 1m x 1m 1m. Jika biasanya dinding bunker
seismometer dilapisi gabus, maka di stasiun geofisika Jakarta,
gabus tersebut berbentu kepingan – kepingan yang dihamburkan
menutupi seismometer itu sendiri. Data seismometer broadband
inilah yang digunakan sebagai data utama di samping data
seismometer SS1 Ranger. Seismometer ini merupakan seismometer
digital, jadi sensor yang ia dapatkan akan diteruskan ke amplifier /
pengkondisi signal (memisahkan antara noise dan signal),
dilanjutkan ke ADC (Analog to Digital Converter) lalu masuk
rekorder yang berupa computer, bukan SPS seperti rekorder yang
digunakan SS1 Ranger. Dalam computer ini telah disediakan
software khusus yang digunakan dalam pengolahan data. Software
yang biasanya digunakan adalah MnoST dan NetRec, juga software
lainnya.

Gambar : 2.13. Seismograf Broadband


Sumber : Astiz Dan Stewart, 2008

4. Accelerograph (Strong Motion Seismograph)

Gambar : 2.14. Strong motion seismograph


Sumber : Astiz dan Stewart, 2008
Accelerograph adalah alat yang digunakan untuk merekam getaran
tanah yang sangat kuat dan untuk mengukur percepatan permukaan
tanah. Accelerograph memiliki memori card yang tersimpan di
dalamnya, sehingga ia mampu menyimpan data – data pengukuran.
Di dalam accelerograph juga terdapat baterai kering yang dapat
digunakan sewaktu tidak tersedianya listrik. Baterai kering ini dapat
beroperasi sekitar 7 jam. Alat ini kebanyakan digunakan oleh
pemborong proyek besar untuk melakukan survey. Jadi, alat ini
merupakan alat yang bersifat portable. Data yang didapat akan
disambungkan ke laptop atau computer yang memiliki software
khusus untuk megolah data – data tersebut. Data – data percepatan
tanah ini lebih banyak manfaatnya dalam bidang teknik
pembangunan. Karena dengan malihat data percepatan tanah di
suatu tempat, maka kita bisa menghitung dan merencanakan
gedung–gedung bertingkat yang tahan gempa.

5. Short Period Seismograph


Short Period Seismograph Adalah alat perekam / pencatat
gelombang gempa bumi dengan media kertas pias dan merupakan
serangkaian alat dari system analog. Di Stasiun Geofisika Jakarta,
alat ini disambungkan dengan seismometer SS1 Ranger. Seperti
halnya seismometer Wiechert, seismograph ini juga memiliki pena
yang sama.
2.5. Jenis-Jenis Gempa Bumi

Menurut Howel (dalam Mulyo, 2004) :Pada hakikatnya gempa bumi adalah
getaran atau serentetan getaran dari kulit bumi yang bersifat tidak abadi dan
kemudian menyebar ke segala arah. Kulit bumi bergetar secara kontinyu walaupun
relatif sangat kecil. Getaran tersebut tidak dikatakan sebagai gempa bumi karena
sifat getarannya terus menerus. Jadi, suatu gempa bumi harus mempunyai waktu
awal dan waktu akhir yang jelas. Gempa bumi dapat digolongkan menjadi beberapa
jenis berdasarkan penyebab terjadinya gempa bumi menurut Bayong (2006: 12)
sebagai berikut.

2.5.1. Jenis-jenis gempa bumi berdasarkan penyebabnya


Gempa bumi atau seisme adalah getaran di muka bumi yang terjadi karena
pergerakan-pergerakan tertentu di perut bumi, baik pergerakan secara vulkanis,
maupun tektonis. Pusat gempa dapat terjadi di dasar laut maupun di daratan. Gempa
yang terjadi di dasar laut dapat menyebabkan gelombang air laut dalam volume
besar yang dikenal sebagai gelombang tsunami. Ilmu yang mempelajari tentang
gempa bumi disebut seismologi. Gempa bumi dapat dibedakan menjadi tiga jenis
berdasarkansebab terjadinya, yaitu gempa tektonik, vulkanik, dan gempa runtuhan.

a) Gempa Bumi Vulkanik (Gunung Api)


Gempa bumi ini terjadi akibat adanya aktivitas magma, yang biasa terjadi
sebelum gunung api meletus.Apabila keaktifannya semakin tinggi maka
akan menyebabkan timbulnya ledakan yang juga akan menimbulkan
terjadinya gempa bumi. Gempa bumi tersebut hanya terasa di sekitar gunung
api tersebut. Gempa ini terjadi akibat adanya aktivitas magma di dalam perut
bumi,dan umumnya gempa bumi vulkanik ini akan banyak terjadi di gunung
berapi yang masih aktif, sehingga dimana ada besar kemungkinan gunung
berapi akan menjadi saluran keluarya magma dari perut bumi.
Gambar 2.15. Proses Terjadi Gempa Vulkanik
Sumber : BMKG, 2007

Dimana penyebab gempa vulkanik adalah gempa yang terjadi karena akan
meletusnya/erupsi gunung berapi.Gempa bumi vulkanik ini adalah salah
satu gempa bumi yang sulit untuk diprediksi karena terjadinya gempa bumi
ini adalah akibat dari aktivitas magma yang sangat peka terhadap panas.
Akan tetapi aktivitas ini bisa digunakan sebagai salah satu cara untuk
mendeteksi peningkatan keaktifan gunung berapi dan juga status gunung
berapi. Proses peningkatan panas pada magma yang begitu dinamis ini
terjadi karena adanya tekanan pada magma itu sendiri sehingga
menimbulkan gelombang-gelombang atau getaran pada kerak bumi. Bila
getaran yang dihasilkan lemah atau kecil maka akan menghasilkan gempa
bumi yang tidak bisa dirasakan orang secara umum. Namun tetap mampu
untuk dideteksi dengan alat khusus.Akan tetapi bila getaran dari gelombang
tersebut kuat, maka gempa bumi yang terjadi juga akan dapat dirasakan oleh
orang orang. Bahkan dalam kasus ini juga mampu menyebabkan fauna di
sekitar gunung akhirnya turun gunung akibat khawatir dengan kondisi yang
tak biasanya terjadi. Untuk frekuensi gempa bumi vulkanik yang biasanya
terjadi adalah pada kisaran antara 1 hingga 5 Hz.
Gempa vulkanik ini sangat jarang memiliki magnitude yang besar
hingga 6 skala richter. Sedangkan untuk kedalamannya, gempa bumi
vulkanik ini bisa mencapai 4km hingga 40 km. Untuk mengetahui kondisi
di aera gunung berapi biasanya pemerintah akan memasang alat yang akan
melacak dan merekam gempa bumi yang disebut dengan seismograf.

b) Gempa Bumi Tektonik


Gempa bumi ini disebabkan oleh adanya aktivitas tektonik, yaitu pergeseran
lempeng lempeng tektonik secara mendadak yang mempunyai kekuatan dari
yang sangat kecil hingga yang sangat besar. Gempa bumi ini banyak
menimbulkan kerusakan atau bencana alam di bumi, getaran gempa bumi
yang kuat mampu menjalar keseluruh bagian bumi. Gempa bumi tektonik
disebabkan oleh perlepasan [tenaga] yang terjadi karena pergeseran
lempengan plat tektonik seperti layaknya gelang karet ditarik dan
dilepaskan dengan tiba-tiba.Tenaga yang dihasilkan oleh tekanan antara
batuan dikenal sebagai kecacatan tektonik.Teori dari tektonik plate (plat
tektonik) menjelaskan bahwa bumi terdiri dari beberapa lapisan batuan,
sebagian besar area dari lapisan kerak itu akan hanyut dan mengapung di
lapisan seperti salju. Lapisan tersebut begerak perlahan sehingga berpecah-
pecah dan bertabrakan satu sama lainnya. Hal inilah yang menyebabkan
terjadinya gempa tektonik. Gempa bumi tektonik memang unik. Peta
penyebarannya mengikuti pola dan aturan yang khusus dan menyempit,
yakni mengikuti pola-pola pertemuan lempeng-lempeng tektonik yang
menyusun kerak bumi. Dalam ilmu kebumian (geologi), kerangka teoretis
tektonik lempeng merupakan postulat untuk menjelaskan fenomena gempa
bumi tektonik yang melanda hampir seluruh kawasan, yang berdekatan
dengan batas pertemuan lempeng tektonik. Contoh gempa tektonik ialah
seperti yang terjadi di Yogyakarta, Indonesia pada Sabtu, 27 Mei 2006 dini
hari, pukul 05.54 WIB.
Gambar 2.16. Bencana Gempa Bumi Di Yogyakarta
Sumber : Tim Survey BMKG, 2006

Adapun berbagai aktivitas dari lempeng- lempeng Bumi yang dapat


menyebabkan gempa adalah tumbukan maupun pergeseran. Gempa tektonik
pada umumnya gempa yang terjadi dalam kekuatan besar dan sifatnya
merusak. Gempa ini sulit untuk diprediksi kapan akan terjadi karena
lempeng- lempeng ini ada di dalam Bumi..:

Gambar 2.17. Tipe Pergerakan Sesar


Sumber : USGS(United States Geological Survey)
Adapun beberapa tahapan terjadinya gempa tektonik antara lain sebagai
berikut:
 Terdapat lempeng- lempeng tektonik Bumi di suatu tempat
Proses yang mengawali terjadinya gempa bumi tektonik adalah
adanya lempeng- lempeng yang menyusun kerak Bumi. sebenarnya
di setiap tempat di Bumi memiliki lempeng baik lempeng aktif
maupun lempeng tidak aktif bergerak. Lempeng- lempeng tersebut
tersusun dan membentuk struktur lapisan Bumi. Lempeng- lempeng
yang ada di dalam bumi ini ukurannya sangat besar dan maka dari
itulah setiap pergerakannya akan sangat mempengaruhi bentuk
permukaan Bumi. Lempeng- lempeng ini memiliki berbagai
aktivitas pergerakan.
 Terdadinya gerakan yang mendadak atau tidak mendadak dari
lempeng tersebut
Lempeng- lempeng yang ada di dalam Bumi tersebut mengalami
berbagai macam aktivitas. Beberapa aktivitas lempeng antara lain
pergeseran atau tumbukan. Semua pergerakan ini terkadang
menimbulkan berbagai dampak. Apabila kekuatannya besar maka
akan menimbulkan pegunungan, lembah, patahan maupun lipatan
yang menyerang bumi. selain menimbulkan berbagai macam bentu,
tentu saja aktivitas lempeng akan menimbulkan getaran yang
terkadang bisa kita rasakan sampai ke permukaan Bumi. Getaran
yang terasa terkadang kencang dan terkadang tidak kencang, hal ini
tergantung pada kedalaman lempeng tersebut.
 Terasa getaran di permukaan Bumi
Getaran yang bisa kita rasakan akibat adanya aktivitas pergerakan
lempeng ini kita kenal dengan gempa tektonik, yaitu gempa yang
disebabkan karena aktivitas lempeng- lempeng tektonik yang ada di
dalam Bumi. Getaran yang disebabka oleh gempa bumi tektonik
biasanya kuat, namun ini semua juga tergantung pada kedalaman
lempeng yang beraktivitas tersebut. Gelombang tektonik ini bersifat
merusak.

Beberapa proses atau tahapan yang dilalui sebelum terasa gempa tektonik
sampai akhirnya gempa tektonik tersebut terasa di permukaan Bumi. Proses-
proses diatas terjadi berurutan secara bertahap. Setelah mengetahui proses
terjadinya gempa tektonik, ada baiknya kita juga mengetahui tentang
karakteristik dari gempa tektonik ini sendiri. Adapun beberapa karakteristik
yang dimiliki oleh gempa Bumi tektonik antara lain sebagai berikut:
1) Memiliki kekuatan besar
2) Bersifat merusak
3) Datangnya tiba- tiba
4) Disebabkan karena aktivitas lempeng- lempeng Bumi
c) Gempa Bumi Runtuhan

Gambar 2.18. Gempa Bumi Runtuhan


Sumber : Yagi, IISEE, 2006

Gempa bumi ini biasanya terjadi pada daerah kapur ataupun pada daerah
pertambangan, gempa bumi ini jarang terjadi dan bersifat lokal. Gempa
Bumi runtuhan merupakan gempa bumi yang terjadi akibat runtuhnya
sesuatu, baik itu tanah, batuan maupun bagian atas dari litosfer bumi
lainnya. Keruntuhan ini biasanya disebabkan karena di bagian dalam litosfer
tersebut berongga. Gempa bumi runtuhan juga bisa disebabkan karena
lereng gunung ataupun bukit yang runtuh akibat tidak bisa menahan beban
atau kemiringan yang terlalu tajam. Gempa bumi runtuhan umumnya terjadi
daerah pertambangan, kemudian di daerah pegunungan kapur, lereng
gunung atau pantai berdinding curam maupun di daerah goa. Gempa bumi
runtuhan ini jarang terjadi karena memang tidak selalu tempat- tempat
tersebut mengalami longsor. Meskipun jarang terjadi, namun ada baiknya
kita selalu berjaga- jaga terlebih bagi masyarakat yang berada di sekitar
kawasan- kawasan yang telah disebutkan di atas dan ketika memasuki
musim penghujan yang berpotensi rawan longsor. Beberapa karakteristik
dari gempa bumi runtuhan antara lain adalah:
 Umumnya getarannya hanya bersifat lokal
 Gempa runtuhan memiliki kekuatan kecil hingga sedang
 Gempa bumi runtuhan terjadi di daerah tertentu
 Gempa bumi runtuhan jarang terjadi

Gempa bumi runtuhan merupakan gempa bumi yang jarang terjadi. Namun
meski demikian pernah juga terjadi gempa runtuhan terbesar di dunia
tercatat sebagai gempa terbesar kedua sepanjang sejarah kehidupan di Bumi.
Gempa ini kebetulan sekali terjadi di Indonesia, tepatnaya di Sumatera
Utara. Gempa ini tercatat sebagai gempa terkuat kedua setelah yang
memusnahkan populasi dinoasurus di Bumi. Gempa runtuhan ini terjadi
sekitar 450.000 tahun yang lalu. Gempa ini terjadi dengan kekuatan antara
7-9 MSR (Mega Skala Richter). Gempa ini terjadi katena adanya aktivitas
tektonik yang tidak stabil yang mengakibatkan tersisanya lubang besar di
bawah permukaan Bumi. Karena tanah di permukaan tidak kuat untuk
menopang lubang besar tersebut akibatnya tanah di sekitarnya amblas dan
menyebabkan gempa runtuhan. Akibat peristiwa ini maka terbentuklah
danau Toba yang awalnya cekungan besar yang terisi oleh air hujan yang
tidak dapat terserap oleh tanah.

2.5.2. Gempa Bumi Berdasarkan kekuatannya atau magnitudo (M)


1) Gempabumi sangat besar dengan magnitudo lebih besar dari 8 SR.
2) Gempabumi besar magnitudo antara 7 hingga 8 SR.
3) Gempabumi merusak magnitudo antara 5 hingga 6 SR.
4) Gempabumi sedang magnitudo antara 4 hingga 5 SR.
5) Gempabumi kecil dengan magnitudo antara 3 hingga 4 SR .
6) Gempabumi mikro magnitudo antara 1 hingga 3 SR .
7) Gempabumi ultra mikro dengan magnitudo lebih kecil dari 1 SR
2.5.3. Gempa Bumi Berdasarkan Kedalaman Dari Posisi Gempa
1) Gempa dangkal, (Hiposenter terletak pada kedalaman 0 – 65 km)
2) Gempa sedang, (Hiposenter terletak pada kedalaman 65 – 200 km)
3) Gempa dalam, (Hiposenter terletak pada kedalaman > 200 km)

2.5.4. Gempa Bumi Berdasarkan Tipe Moginya


1) Tipe I : pada tipe ini gempabumi utama diikuti gempa susulan
tanpa didahului oleh gempa pendahuluan (fore shock).
2) Tipe II : Sebelum terjadi gempabumi utama, diawali dengan
adanya gempa pendahuluan dan selanjutnya diikuti oleh gempa
susulan yang cukup banyak.
3) Tipe III : Tidak terdapat gempabumi utama. Magnitudo dan jumlah
gempabumi yang terjadi besar pada periode awal dan berkurang
pada periode akhir dan biasanya dapat berlangsung cukup lama dan
bisa mencapai 3 bulan. Tipe gempa ini disebut tipe swarm dan
biasanya terjadi pada daerah vulkanik seperti gempa gunung Lawu
pada tahun 1979.
2.6. Dampak Gempa Bumi

Goncangan gempa bisa sangat hebat dan dampak yang ditimbulkannya juga
tidak kalah dahsyat. Gempa bumi merupakan salah satu fenomena alam yang
menimbulkan bencana. Dilihat dari efek atau akibat yang ditimbulkan, kejadian-
kejadian yang mungkin terjadi mengiringi peristiwa gempa bumi sebagai berikut.
a) Gelombang tsunami
Salah satu akibat dari gempa bumi adalah munculnya gelombang tsunami
jika sumber gempa di bawah laut. Gelombang tsunami tersebut muncul
jika di pusat gempa terjadi patahan lempeng bumi turun sehingga air laut
surut sementara. Akan tetapi tidak lama kemudian gelombang sangat
tinggi dan berkecepatan luar biasa menerjang pantai dan masuk jauh ke
daratan. Selanjutnya gelombang ini merusak apa saja yang
dilaluinya.Sebelum tsunami muncul, biasanya muncul tanda-tanda seperti
terjadi gerakan tanah, getaran kuat, muncul cairan hitam atau putih dari
arah laut, biasanya juga terdengar bunyi keras, tercium bau garam
menyengat dan air laut terasa dingin.

Gambar 2.19.
Turis di Thailand panik menghindari terjangan
Tsunami Aceh 2004
Sumber : Gunawan, 2007
b) Kerusakan bangunan
Gempa merupakan suatu pergerakan permukaan bumi disebabkan oleh
pergerakan lempeng tektonik yang terdapat di bawah permukaan bumi.
Dengan bergoyangnya permukaan bumi, maka bangunan-bangunan
seperti gedung sekolah, pusat pertokoan, perkantoran, maupun rumah-
rumah penduduk dapat hancur atau paling tidak retak.

Gambar 2.20. Kerusakan Bangunan Gempa Padang


Sumber : Harfianto, 2007

c) Mengubah topografi atau bentuk muka bumi


Dari hasil penelitian Walhi (Wahana Lingkungan Hidup) Yogyakarta
diketahui bahwa terjadi perubahan topografi tanah di sekitar Yogyakarta
akibat gempa bumi tanggal 27 Mei 2006 yang lalu. Gempa bumi tersebut
memicu longsoran tanah dan mengakibatkan perubahan struktur tanah di
daerah-daerah berlereng curam akibat guncangan gempa. Struktur tanah
seperti ini berbutir kasar dan dalam kondisi kering akan merapat. Akibat
pengaruh gempa, tegangan pori udara dalam lapisan tanah pasir
meningkat, dan tegangan efektif tanah menurun hingga mencapai nilai
terendah. Dengan demikian tanah kehilangan kekuatan sehingga
mengakibatkan runtuhnya lapisan di atas pembentuk lereng dan memicu
terjadi tanah longsor.
Gambar 2.21. Topografi Kota Banda Aceh di wilayah
Ulee Lheue pada saat sebelum (kiri)dan sesudah (kanan)
terkena gelombang tsunami
Sumber : Okazaki, GRIPS, 2007

d) Menyebabkan keretakan permukaan bumi


Selain tsunami dan hancurnya infrastruktur, gempa bumi juga
mengakibatkan keretakan permukaan tanah. Keretakan ini disebabkan
permukaan tanah ikut bergerak ketika lempeng tektonik di bawahnya
saling berbenturan.

Gambar 2.22. keretakan jalan gempa padang


Sumber : Tim Survei ITB/Nanang T.Puspito, 2009, Tim
Precursor BMKG, 2009
e) Menyebabkan perubahan tata air tanah
Pada dasarnya sebelum terjadi gempa tata air tanah bersifat terbuka, tidak
bertekanan, berlapis-lapis sesuai dengan struktur batuan dan tanah
sehingga ada mata air kecil, relatif besar, dan sudah terbentuk kantong-
kantong air di bawah tanah. Kantong-kantong air tersebut secara rutin
terisi oleh saluran primer, sekunder, dan tersier berdasarkan struktur dan
kestabilan tanah yang telah terbentuk sebelumnya. Ketika terjadi gempa
bumi lapisan dalam kantong-kantong air ini patah sehingga terjadi
kebocoran, lapisan tanah terkoyak, dan bergeser. Oleh karena itu wajar jika
setelah gempa tiba-tiba ada mata air yang mati, sumur kering, atau muncul
mata air baru di tempat lain. Hilangnya mata air atau munculnya mata air
baru di tempat lain akibat patahan dan pergeseran kantong-kantong air ini
menunjukkan adanya perubahan tata air setelah guncangan gempa.

f) Mengakibatkan trauma psikis atau mental

Gambar 2.23. Seorang perempuan mengendong anaknya di


tenda perawatan pascagempa di Desa Sembalun Bumbung,
Kecamatan Sembalun, Selong, Lombok Timur, NTB
Sumber : ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi/kye/18
Ternyata bencana gempa, gunung meletus, dan tsunami tidak hanya
mengakibatkan kerusakan fisik atau bangunan, harta benda, dan jiwa
manusia, tetapi juga kondisi kejiwaan bagi para korban. Akibat bencana
tersebut, sebagian besar korban dapat mengalami penderitaan
biopsikososial yaitu gangguan akan kewaspadaan den kepekaan yang
berlebihan terhadap sekadar perubahan suara, perubahan keadaan, dan
aneka perubahan kecil lain yang sebenarnya wajar terjadi di tengah
kehidupan sehari-hari.

g) Pencairan Tanah (Likufikasi)


Pencairan tanah merupakan fenomena dimana tanah menjadi lembek dan
kehilangan kekuatannya. Bila sedimen yang terdiri dari kadar air tinggi
mengalami getaran konstan, tekanan air yang tertahan di pori sedimen
perlahan meningkat. Pada akhirnya, sedimen kehilangan hampir semua
kekuatan kohesif dan mulai berakting seperti cairan. Bangunan yang
dibangun di atas tanah liat ini tergelincir atau tenggelam ke dalam tanah.
Gempa bumi bertanggung jawab atas sebagian besar peristiwia pencairan
tanah yang terjadi di seluruh dunia. Contoh khas fenomena likuifaksi
adalah gempa bumi 1692 di Jamaika yang mengakibatkan kehancuran kota
Port Royal.

Gambar 2.24. Kawasan petobo dikota palu yang mengalami


likuifikasi
Sumber : ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi/kye/18
2.7. Sejarah Gempa Di Indonesia

Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng besar bumi, yakni Indo-
Australia, Eurasia, dan Pasifik. Posisi ini menyebabkan Indonesia rawan dilanda
gempa bumi, baik yang berkekuatan rendah maupun tinggi. Berikut 7 gempa bumi
berkekuatan di atas magnitudo 7 yang pernah terjadi di berbagai wilayah di
Indonesia sejak 2000.
1. Aceh (magnitudo 9,3) Gempa ini tercatat sebagai gempa terbesar di
Indonesia dalam kurun waktu 18 tahun terakhir. Gempa terjadi pada
Minggu, 26 Desember 2004, pukul 09.00 WIB. Sekitar 30 menit setelah
gempa, terjadi tsunami di Aceh yang menelan lebih dari 160.000 korban
jiwa.Gelombang tsunami setinggi 35 meter ini tidak hanya
meluluhlantakkan Aceh, tetapi juga menyapu sepanjang pesisir barat
Sumatera, bahkan menjangkau daratan Sri Lanka dan Semenanjung
India. Gempa dan tsunami ini menghancurkan kehidupan warga Aceh,
mayoritas bangunan rata dengan tanah, banyak yang kehilangan sanak
saudara karena menjadi korban bencana ini.

Gambar 2.25. Masjid Baiturrahman tetap berdiri tegak


pasca gempa
Sumber : BBC Indonesia,2004

2. Nias (magnitudo 8,7) Pulau Nias, Sumatera Utara, pernah diguncang


gempa dengan magnitudo 8,7 pada 28 Maret 2005 dan merenggut lebih
dari 300 korban jiwa. Gempa tektonik yang mengguncang selama kurang
lebih 5 menit ini terjadi jelang tengah malam pukul 23.09 WIB. Sesaat
setelah itu, muncul sirene peringatan dini akan adanya potensi tsunami.

Gambar 2.26. Kondisi pasca Gempa Nias 2005


Sumber : Buku Pusat Studi Gempa Nasional 2017

3. Pangandaran (magnitudo 7,7) Pada 17 Juli 2006, Pulau Jawa juga


diguncang gempa, tepatnya di lepas Pantai Pangandaran, Jawa Barat.
Gempa ini berkekuatan magnitudo 7,7 dan menimbulkan gelombang
tsunami setinggi 21 meter.

Gambar 2.27. Kondisi pasca Gempa Pangandaraan


Sumber : Buku Pusat Studi Gempa Nasional 2017

Tinggi gelombang saat itu lebih tinggi dari perkiraan tinggi gelombang
yang dihasilkan dari gempa berkekuatan magnitudo 7,7. Gempa
Pangandaran ini disebut sebagai "Tsunami Earthquake" sebagaimana
dijelaskan oleh Kanamori (1972). Berdasarkan data Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO), korban yang ditimbulkan dari bencana ini
adalah 668 orang tewas, 65 hilang dan diasumsikan tewas, sementara
9.299 orang mengalami luka-luka.

4. Bengkulu (magnitudo 7,9) Gempa bumi tektonik dengan magnitudo 7,9


dengan kedalaman 10 kilometer pernah mengguncang Bengkulu pada 12
September 2007. Gempa tersebut disebut oleh Badan Meteorologi dan
Geofisika (sekarang BMKG) dan juga Stasiun Geofisika Lampung
sebagai gempa yang berpotensi menimbulkan tsunami. Namun,
peringatan itu dicabut dan tidak terjadi gelombang tsunami di wilayah
itu.

Gambar 2.28. Kondisi pasca Gempa Bengkulu


Sumber : BBC Indonesia

5. Aceh (magnitudo 8,5) Untuk kedua kalinya, Aceh dilanda gempa


besar,dengan magnitudo 8,5 pada 11 April 2012. Posisi gempa terjadi di
daerah yang diketahui jarang timbul gempa, yaitu daerah yang
merupakan Ninety East Ridge (NER). Gempa pada 2012 ini kembali
memicu gelombang tsunami, tetapi tergolong tsunami kecil dengan
ketinggian 1 meter di wilayah Nias, 80 cm di Meulaboh, dan 6 cm di
wilayah Sabang.

Gambar 2.29. Salah satu rumah warga hancur pasca gempa


Sumber : BBC Indonesia

6. Mentawai (magnitudo 7,8) Pada 2 Maret 2016, terjadi gempa bumi


dengan magnitudo 7,8 di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat.
Sebelumnya, gempa ini diumumkan memiliki magnitudo 8,3, tetapi
kemudian diralat oleh BMKG menjadi 7,8. Gempa berlangsung kurang
dari 1 menit dan dirasakan oleh masyarakat tidak hanya di Kepulauan
Mentawai, tetapi juga masyarakat Kota Payakumbuh dan Kabupaten
Limapuluh Kota.

Gambar 2.30. Keretakan Tanah pasca Gempa Padang


Sumber : Nanang T.Puspito, 2009, Tim Precursor
BMKG, 2009
7. Lombok (magnitudo 7,0) Setelah diguncang gempa pada 29 Juli 2018,
Lombok kembali dilanda gempa bumi pada Minggu (5/8/2018). Kali ini,
dengan magnitudo 7,0. Gempa ini sebelumnya didahului dengan
serangkaian gempa dengan kekuatan beragam sejak 29 Juli 2018. Gempa
tak hanya dirasakan oleh masyarakat di Pulau Lombok, tetapi juga Bali.
Sebanyak 91 orang meninggal dunia, ratusan orang luka-luka, dan ribuan
orang mengungsi.

Gambar 2.29. Salah satu masjid di Lombok pasca gempa


Sumber : ANTARA PHOTO/ Zabur Karuru
2.8. Mitigasi Bencana Gempa Bumi

Sebagai masyarakat yang hidup di daerah rawan bencana geologi, kita harus
memiliki ilmu mengenai cara mengenali dan memahami karakteristik bencana
tersebut untuk mengurangi jumlah korban jiwa. Mitigasi dapat dilakukan dengan
tiga tahapan yaitu sebelum terjadi, ketika berlangsung dan setelah terjadi gempa
bumi.Beberapa langkah yang dapat dilakukan dalam rangka mengantisipasi
bencana gempa bumi diantaranya.

2.8.1. Sebelum Terjadi Gempa bumi


 Kunci Utama adalah Mengenali apa yang disebut gempa bumi; Pastikan
bahwa struktur dan letak rumah Anda dapat terhindar dari bahaya yang
disebabkan oleh gempabumi (longsor, liquefaction dll);

Gambar 2.30 merenovasi struktur bangunan


Sumber : BPBD DKI Jakarta
 Kenali Lingkungan Tempat Anda Bekerja Perhatikan letak pintu, lift
serta tangga darurat, apabila terjadi gempa bumi, sudah mengetahui
tempat paling aman untuk berlindung;Belajar melakukan P3K;Belajar
menggunakan alat pemadam kebakaran;Catat nomor telepon penting
yang dapat dihubungi pada saat terjadi gempabumi.

Gambar 2.31. Menghapal jalan pintu keluar


Sumber : BPBD DKI Jakarta

 Persiapan Rutin pada tempat Anda bekerja dan tinggal Perabotan (lemari,
cabinet, dll) diatur menempel pada dinding (dipaku, diikat, dll) untuk
menghindari jatuh, roboh, bergeser pada saat terjadi gempa bumi.Simpan
bahan yang mudah terbakar pada tempat yang tidak mudah pecah agar
terhindar dari kebakaran.Selalu mematikan air, gas dan listrik apabila
tidak sedang digunakan.

Gambar 2.32.Menempelkan lemari pada dinding


Sumber : BPBD DKI Jakarta
 Alat yang harus ada di setiap tempat Kotak P3K;Senter/lampu
baterai;Radio; Makanan suplemen dan air.

Gambar 2.33. Menyiapkan senter


Sumber : BPBD DKI Jakarta

2.8.2. Saat Terjadi Gempa Bumi


 Jika Anda berada di dalam bangunan Lindungi badan dan kepala
Anda dari reruntuhan bangunan dengan bersembunyi di bawah meja
dll;Cari tempat yang paling aman dari reruntuhan dan
goncangan;Lari ke luar apabila masih dapat dilakukan

Gambar 2.33. berlindung di bawah meja


Sumber : BPBD DKI Jakarta
 Jika berada di luar bangunan atau area terbuka Menghindari dari
bangunan yang ada di sekitar Anda seperti gedung, tiang listrik,
pohon, dll.Perhatikan tempat Anda berpijak, hindari apabila terjadi
rekahan tanah.

Gambar 2.34. Berlari ke area terbuka


Sumber : BPBD DKI Jakarta

 Jika Anda sedang mengendarai mobil Keluar, turun dan menjauh dari
mobil hindari jika terjadi pergeseran atau kebakaran;Lakukan point B.

Gambar 2.36. Keluar dari mobil jika Gempa bumi


Sumber : BPBD DKI Jakarta
 Jika Anda tinggal di daerah pegunungan Apabila terjadi gempa
bumi hindari daerah yang mungkin terjadi longsoran.

Gambar 2.37. hindari dari daerah yang rawan longsor


Sumber : BPBD DKI Jakarta
2.8.3. Saat Terjadi Gempa Bumi
 Jika Anda berada di dalam bangunan (Keluar dari bangunan tersebut
dengan tertib; Jangan menggunakan tangga berjalan atau lift,
gunakan tangga biasa;Periksa apa ada yang terluka, lakukan P3K;

Gambar 2.37. Bersegeralah keluar dari rumah


Sumber : BPBD DKI Jakarta

 Jangan mamasuki bangunan yang sudah terkena gempa karena


kemungkinan masih terdapat reruntuhan.

Gambar 2.38. Jangan memasuki rumah pasca gempa


Sumber : BPBD DKI Jakarta
 Jangan berjalan di daerah sekitar gempa, Kemungkinan terjadi bahaya
susulan masih ada.

Gambar 2.39. jangan berjalan di dekat bangunan pasca


Gempa bumi
Sumber : BPBD DKI Jakarta

 Mendengarkan informasi dengarkan informasi mengenai gempabumi


dari radio (apabila terjadi gempa susulan).

Gambar 2.40. Mendengarkan informasi


Sumber : BPBD DKI Jakarta
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. Kesimpulan
Dari uraian diatas terdapat beberapa kesimpulan yaitu:
1. Gempa bumi adalah getaran yang terjadi di permukaan bumi.
2. Gempa bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi
(lempeng bumi).
3. Tipe gempa bumi adalah gempa tektonik dan gempa vulkanik,gempa
runtuhan,dan gempa buatan
4. Gempa bumi disebabkan oleh pelepasan energi yang dihasilkan oleh
tekanan yang dilakukan oleh lempengan yang bergerak. Semakin
lama tekanan itu kian membesar dan akhirnya mencapai pada
keadaan dimana tekanan tersebut tidak dapat ditahan lagi oleh
pinggiran lempengan. Pada saat itu lah gempa bumi akan terjadi.
5. Kerusakan-kerusakan yang terjadi setelah gempa bumi.
6. Indonesia termasuk kedalam kawasan Ring of Fire sebab itu
Indonesia sering terjadi gempa bumi.
3.2. Saran
Untuk mengantisipasi gempa bumi yang sampai saat ini belum bisa
diprediksikan kapan dan dimana akan terjadi maka dapat dilakukan beberapa
langkah sebagai berikut :
1) Menentukan tempat-tempat berlindung yang aman jika terjadi gempa
bumi.
2) Menyediakan air minum untuk keperluan darurat.
3) Menyiapkan tas ransel yang berisi (atau dapat diisi) barangbarang yang
sangat dibutuhkan di tempat pengungsian.
4) Tidak membuat rumah dipinggir pantai
5) Membuat rumah tahan gempa
DAFTAR PUSTAKA

Bath, M., Introduction to Seismology, Willey & Sons, Inc., ISBN‐


13:9780470991282, 1978.
BMKG, Laporan Gempa bumi Mentawai 2009, BMKG, Jakarta, 2009.
Coburn, A., Spence, R., Earthquake Protection Second Edition, Willey Publishing,
USA, 2002.
Furumura, T., Theory of Seismic Wave, IISEE, BRI, Japan 2006.
Hurukawa, N., Practical Analyses of Local Earthquakes, IISEE, BRI,Tsukuba,
Japan, 2007.
IASPEI, Editor Bormann, P., New Manual of Seismological Observatory Practice
(NMSOP), Postdam, Germany, 2002.
Kompas, Bencana Gempa dan Tsunami, Penerbit Kompas, Jakarta, Maret 2005.
Lay, T. dan Wallace, T.C., Modern Global Seismology, Academic Press,USA,
1995.
Prasetyo, B., Instrumen Seismograph, Training SOP‐TEWS, BMKG, 2008.
Pribadi dkk, Laporan Umum Studi Pendahuluan Deteksi Precursor Gempa bumi
Sumatera Barat 2009, Tim Precursor BMKG, 2009.
Pribadi, S., Survey Gempa bumi Tsunami Pangandaran 2006, BMKG, 2006.
Spence,W., S.A. Sipkin, G.L.Choy, Earthquakes and Volcanoes Volume 21,Number
1, 1989.

Anda mungkin juga menyukai